• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI 1-METHYLCYCLOPROPENE UNTUK MENINGKATKAN VASE LIFE BUNGA POTONG Tapeinochilos anannaceae K. Schum ILSA SALSABILLA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APLIKASI 1-METHYLCYCLOPROPENE UNTUK MENINGKATKAN VASE LIFE BUNGA POTONG Tapeinochilos anannaceae K. Schum ILSA SALSABILLA"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI 1-METHYLCYCLOPROPENE UNTUK

MENINGKATKAN VASE LIFE BUNGA POTONG

Tapeinochilos anannaceae K. Schum

ILSA SALSABILLA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

ABSTRAK

ILSA SALSABILLA. Aplikasi 1-Methylcyclopropene untuk Meningkatkan Vase Life Bunga Potong Tapeinochilos anannaceae K. Schum. Dibimbing oleh JUANG GEMA KARTIKA.

Kualitas bunga Tapeinochilos anannaceae K. Schum (kasturi) sebagai bunga potong harus dipertahankan kesegarannya selama masa simpan, sehingga perlu diaplikasikan perlakuan pasca panen yang tepat. Salah satu perlakuan pasca panen yang dapat digunakan adalah pemberian 1-Methylcyclopropene (1-MCP). Posisi bunga selama penyimpanan diduga dapat mempengaruhi vase life bunga potong. Penelitian ini bertujuan untuk memperpanjang vase life bunga potong kasturi dengan menggunakan 1-MCP, mendapatkan konsentrasi 1-MCP optimum dan mencari posisi yang terbaik untuk memperpanjang vase life bunga potong kasturi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor dan sepuluh ulangan, faktor pertama adalah konsentrasi 1-MCP yang terdiri dari lima taraf: 0 ppm (A0), 0.1 ppm (A1), 0.2 ppm (A2), 0.3 ppm (A3) dan 0.4 ppm (A4). Faktor kedua yaitu posisi penyimpanan secara vertikal dan horizontal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi 1-MCP pada bunga potong kasturi secara nyata dapat memperpanjang vase life bunga potong kasturi hingga 1.2-1.8 kali lipat dibandingkan tanpa perlakuan 1-MCP. Kombinasi perlakuan yang optimum untuk memperpanjang vase life bunga potong kasturi adalah 1-MCP dengan konsentrasi 0.3 ppm dan disimpan dengan posisi vertikal.

Kata kunci: 1-Methylcyclopropene, kasturi, posisi penyimpanan, vase life

ABSTRACT

ILSA SALSABILLA. Application of 1-Methylcyclopropene to Increase the Vase Life of Cut Flower Tapeinochilos anannaceae K. Schum. Supervised by JUANG GEMA KARTIKA.

The quality of Tapeinochilos anannaceae K. Schum (kasturi) as cut flower must be kept on freshness during the storage, so it needs to get a good post harvest treatment. One of the post harvest technology can be applied is 1-Methylcyclopropene (1-MCP). The position of flower at the storage can also affect the vase life of cut flowers. This experiments is aimed lengthen the vase life of kasturi cut flower by using 1-MCP, to get the optimum concentration of 1-MCP and to get the best storage position for prolonging the vase life of kasturi cut flower. The experiments was arranged in a randomized completely design with factorial pattern, consisted of two factors and ten replications. First factor was the concentration of 1-MCP, consisted of five levels: 0 ppm (A0), 0.1 ppm (A1), 0.2 ppm (A2), 0.3 ppm (A3), and 0.4 ppm (A4). The second factor was the storage in vertical and horizontal position. The results showed that application of 1-MCP can prolong the vase life of kasturi cut flower until 1.2-1.8 times compare without 1-MCP application. The combination of optimum treatment to extend vase life kasturi flowers cut is 1-MCP with 0.3 ppm concentration and stored in vertical position.

(4)
(5)

APLIKASI 1-METHYLCYCLOPROPENE

UNTUK

MENINGKATKAN VASE LIFE BUNGA POTONG

Tapeinochilos anannaceae K. Schum

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

ILSA SALSABILLA

(6)
(7)

Judul Skripsi : Aplikasi 1-Methylcyclopropene untuk Meningkatkan Vase life

0000000000000Bunga Potong Tapeinochilos anannaceae K. Schum Nama : Ilsa Salsabilla

NIM : A24090162

Disetujui oleh

Juang Gema Kartika, SP. Msi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi umur panjang, kekuatan, serta hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 sampai Maret 2013 ini ialah vase life bunga potong dengan judul Aplikasi 1-Methylcyclopropene untuk Meningkatkan Vase Life Bunga Potong Tapeinochilos anannaceae K. Schum.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Juang Gema Kartika, SP. MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan saran selama ini. Disamping itu, ucapan terima kasih juga disampaikan pembimbing akademik Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, MSc yang telah memberikan masukan kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, serta teman-teman AGH angkatan 46 atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013 Ilsa Salsabilla

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1  Latar Belakang 11  Tujuan Penelitian 2  Hipotesis 3  TINJAUAN PUSTAKA 3  Botani Kasturi 3 

Panen Bunga Potong Tapeinochilos 4 

Pasca Panen Bunga Potong Tapeinochilos 5 

1-Methylcyclopropene

METODE 8  Bahan 8  Alat 8 

Lokasi dan Waktu Penelitian 8 

Prosedur Penelitian 8 

Prosedur Analisis Data 11 

HASIL DAN PEMBAHASAN 11 

Kondisi Bunga Kasturi 11 

Warna Braktea 12  Warna Tangkai 14  Susut Bobot 16  Bunga Biologis 22  Uji Hedonik 23  Vase life 25 

KESIMPULAN DAN SARAN 27 

Kesimpulan 27  Saran 27 

DAFTAR PUSTAKA 27 

LAMPIRAN 30

(10)

DAFTAR TABEL

1 Kelas ukuran panjang tangkai bunga 4 

2 Jumlah braktea menghitam pada berbagai konsentrasi dan posisi penyimpanan 13  3 Pengaruh kombinasi aplikasi 1-MCP dan posisi penyimpanan

terhadap jumlah braktea menghitam 15 

4 Pengaruh kombinasi aplikasi 1-MCP dan posisi penyimpanan terhadap warna tangkai bunga potong kasturi 1-9 HSP 17  5 Susut bobot bunga potong kasturi pada berbagai konsentrasi 1-MCP

dan posisi penyimpanan 20 

6 Pengaruh kombinasi aplikasi 1-MCP dan posisi penyimpanan terhadap susut bobot bunga potong kasturi 21  7 Umur bunga pada berbagai konsentrasi 1-MCP dan posisi

penyimpanan 22  8 Pengaruh kombinasi aplikasi 1-MCP dan posisi penyimpanan

terhadap umur bunga kasturi dari kuncup hingga gugur 23  9 Pengaruh aplikasi 1-MCP dan posisi penyimpanan terhadap vase life

bunga potong kasturi 25 

10 Pengaruh kombinasi aplikasi 1-MCP dan posisi penyimpanan terhadap vase life bunga potong kasturi 26 

DAFTAR GAMBAR

1 Braktea bunga kasturi 4 

2 Bunga potong kasturi di pasaran 4 

3 Pengikatan molekul etilen dengan reseptornya yang membuka dan menyebabkan reaksi kimia di jaringan tanaman 6  4 1-MCP mengikat reseptor etilen, 1-MCP tidak membuka reseptor dan

reseptor tersebut tetap mengunci. 1-MCP hanya mencegah etilen mengikat reseptornya dan terjadi reaksi kimia 7  5 Posisi bunga potong kasturi pada saat perlakuan 9  6 Posisi horizontal (a) dan vertikal (b) 10 

7 Bagian bunga potong kasturi 12 

8 Helaian braktea menghitam 70% 12 

9 Selaput tangkai bunga kasturi 14 

10 Pengaruh 1-MCP dan posisi penyimpanan terhadap nilai hedonik kesukaan bunga kasturi. Huruf H menunjukkan penyimpanan secara horizontal dan huruf V menunjukkan penyimpanan secara vertikal 24 

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tahap pemaparan 1-MCP pada bunga potong kasturi 30 2 Perubahan warna tangkai bunga potong kasturi 30 

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropika yang memiliki beraneka ragam produk hortikultura, baik itu buah-buahan ataupun tanaman hias. Tanaman hias Indonesia sangat diminati di berbagai kalangan masyarakat dalam negeri maupun luar negeri karena keindahannya, keragaman bentuk dan warnanya. Berbagai jenis tanaman hias tropis sudah banyak yang dikembangkan secara komersial. Diantara tanaman hias tropika tersebut, terdapat beberapa jenis bunga potong tropis tumbuh dan berkembang baik di Indonesia.

Kasturi (Tapeinochilos anannaceae K. Schum) merupakan salah satu bunga yang termasuk dalam famili Costaceae. Kasturi mempunyai rangkaian bunga berbentuk seperti cone, terletak terminal pada tunas atau terpisah dari batang berasal dari rhizoma. Sebenarnya yang disebut dengan bunga potong ini adalah susunan braktea atau seludang bunga. Pada setiap braktea terdapat bagian-bagian bunga biologis yang mempunyai bagian-bagian bunga yang lengkap (Balai Tanaman Hias 2011).

Indonesia sebagai negara tropika mempunyai potensi untuk mengembangkan bunga kasturi secara mudah dibandingkan dengan negara-negara beriklim subtropik karena iklim tropika merupakan iklim yang cocok untuk beradaptasi pada bunga ini. Negara yang beriklim subtropik membutuhkan teknologi dan biaya yang lebih mahal untuk mengembangkan bunga kasturi ini. Selain digemari oleh masyarakat Indonesia, bunga ini juga digemari oleh masyarakat negara maju dari kawasan subtropik seperti Amerika Serikat dan Jepang.

Kendala utama dalam pengembangan ekspor bunga potong adalah singkatnya kesegaran bunga karena kondisi genetik dan dipacu faktor lingkungan. Agar bunga tetap segar dan menarik, maka perlu diaplikasikan perlakuan pasca panen yang tepat. Tanpa perlakuan atau pengaplikasian teknik pasca panen yang tepat, kehilangan produksi bunga akibat layu dan faktor lainnya dapat mencapai 30% sampai dengan 60% (Astuti 1993). Oleh karena itu perlakuan pasca panen sangat penting untuk mempertahankan vase life bunga potong.

Bunga kasturi mempunyai masa kesegaran yang tidak panjang yaitu 10 hari tanpa pemberian bahan pengawet (Direktorat Budidaya Tanaman Hias 2011), sedangkan menurut pedagang bunga potong kasturi di Rawa Belong masa kesegaran bunga potong kasturi ini hanya 4 hari. Perbedaan tersebut terjadi karena pasca panen yang dilakukan oleh pedagang hanya sebatas dicelupkan ke air saja sedangkan berdasarkan Direktorat Budidaya Tanaman Hias perlakuan pasca panen yang dilakukan pada bunga potong kasturi ini antara lain disimpan pada suhu 7-10oC dengan kelembaban 90-95% tidak lebih dari 5 hari dan dilakukan dengan merendam tangkai bunga dalam air serta menghindari penyimpanan kering.

Penurunan kesegaran bunga tidak dapat dihentikan namun dapat diperlambat dengan cara penanganan panen dan pasca panen yang baik dan tepat. Tingkat kesegaran bunga dapat ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya

(12)

2

adalah etilen. Setiap tanaman hias mempunyai tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap etilen dan untuk meningkatkan kesegaran bunga maka pengaruh etilen harus diminimalisir.

Salah satu teknologi pasca panen yang kini sudah mulai diterapkan di beberapa negara (Amerika, Kanada, Belanda, dan lain-lain) adalah penggunaan bahan kimia sebagai bahan pengawet berupa 1-Methylcyclopropene (MCP). 1-MCP adalah suatu senyawa volatil turunan cyclopropene yaitu cyclic olefin yang memiliki kemampuan memblokir reseptor penangkap etilen sehingga mampu memperpanjang umur pajang dan mempertahankan kualitas produk hortikultura (Sisler dan Serek 1997). 1-MCP mempunyai harga yang terjangkau dan diaplikasikan dengan konsentrasi yang rendah sehingga bahan kimia ini mudah untuk diaplikasikan.

Hasil penelitian yang dilakukan Chutichudet et al. (2010) menunjukkan bahwa bunga Patumma (Curcuma alismatifolia) dapat diperpanjang vase life dengan menggunakan 1-MCP pada konsentrasi 300 ppb atau 0.3 ppm dengan aplikasi 1-MCP selama 8 jam. Hasil penelitian yang dilakukan Mubarok (2012) menunjukkan bahwa penggunaan volatile 1-MCP 0.2 µL L-1 atau 0.2 ppm menunjukkan hasil terbaik dalam memperpanjang kesegaran bunga pelargonium pada semua kultivar. Pengembangan teknologi pasca panen bunga potong dengan aplikasi 1-MCP di Indonesia memerlukan pengujian lebih lanjut karena penggunaan 1-MCP ini sebagian besar digunakan untuk komoditi hortikultura khususnya buah. Selanjutnya dalam penelitian ini akan dikaji aplikasi untuk mempertahankan kesegaran bunga potong kasturi (Tapeinochilos anannaceae K. Schum) selama penyimpanan.

Cara penyimpanan yang kurang tepat juga dapat mempersingkat masa simpan bunga potong. Sebagian bunga potong ada yang disimpan dalam posisi yang horizontal dengan ujung yang bersilangan dan ada yang disimpan secara vertikal. Menurut pedagang bunga potong kasturi di Rawa Belong pada saat di transportasikan bunga potong ini di posisikan secara horizontal dengan ujung yang bersilangan namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan timbulnya kerusakan pada braktea bunga ini. Sedangkan menurut Direktorat Budidaya Tanaman Hias (2006) posisi bunga potong kasturi harus dalam posisi vertikal. Selain itu untuk mengetahui pengaruh posisi bunga potong kasturi maka penelitian ini akan membandingkan pengaruh posisi vertikal dan horizontal bunga potong kasturi terhadap daya simpannya.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan penelitian adalah untuk memperpanjang vase life bunga potong kasturi dengan menggunakan 1-MCP, mendapatkan konsentrasi 1-MCP optimum yang dapat memperpanjang vase life bunga potong kasturi dan mencari posisi yang terbaik untuk memperpanjang vase life bunga potong kasturi.

(13)

3 Hipotesis

1. 1-MCP dapat memperpanjang vase life bunga kasturi.

2. Terdapat konsentrasi 1-MCP optimum yang dapat memperpanjang vase life bunga kasturi.

3. Posisi penyimpanan secara vertikal lebih baik dibandingkan dengan posisi penyimpanan secara horizontal.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kasturi

Kasturi (Tapeinochilos anannaceae K. Schum) dikenal dengan nama Indonesia Wax Ginger. Bunga kasturi ini termasuk dalam famili Costaceae dan genus Tapeinochilos. Kasturi merupakan tanaman lanskap yang berbentuk herba tegak dengan tinggi 0.5 sampai 1.5 m. Kasturi tumbuh di tempat yang sedikit naungan dan lembab. Bunga dari famili Costaceae ini sama menariknya dengan anggrek, jika pada anggrek daya tariknya terletak pada bunganya sedangkan pada bunga ini pada brakteanya. Sebenarnya yang disebut dengan bunga potong ini adalah susunan braktea atau seludang bunga. Pada setiap braktea terdapat bagian-bagian bunga biologis yang mempunyai bagian-bagian-bagian-bagian bunga yang lengkap (Balai Tanaman Hias 2011). Braktea ini dapat muncul sepanjang tahun, dengan ukuran tangkai yang sangat bervariasi, kuat dan kokoh.

Rangkaian bunga biologisnya berbentuk seperti cone, terletak terminal pada tunas atau terpisah dari batang berasal dari rhizoma. Tanaman ini secara alami menghasilkan biji dalam jumlah yang besar, karena pada tiap basal braktea akan menghasilkan biji-biji tersebut. Bunga pada tanaman ini berwarna kuning yang merupakan alat reproduksi seksual bagi tanaman dan merupakan bunga hermaprodit (Ratnasari 2007).

Braktea berupa lapisan lilin dan kaku, berbentuk seperti nenas, berukuran besar dan berwarna merah darah atau merah orange (Gambar 1), bunga berwarna kuning terang muncul dari basal braktea, terdiri dari calyx (kelopak) dan corolla (mahkota), satu stamen dengan filament yang lebar, dan anther (kepala sari). Panjang bibir labelum sama atau lebih panjang dari corolla (Direktorat Budidaya Tanaman Hias 2006).

Bunga ini memiliki panjang tangkai yang sangat bervariasi, kurang dari 20 cm sampai lebih dari 1.5 m. Diameter tangkai bunga berkisar 1.5 cm kokoh dan kuat. Rangkaian bunga yang terdiri dari susunan braktea berawal dari kuncup berukuran diameter berkisar 2.5 cm dengan panjang kira-kira 4 cm bewarna kemerahan. Adanya warna merah pada tunas generatif inilah yang dapat dibedakan dengan tunas vegetatif yang muncul dalam waktu bersamaan sepanjang musim. Kuncup ini terus berkembang dengan ukuran diameter makin membesar (Direktorat Budidaya Tanaman Hias 2006).

Bunga biologi Tapeinochilos anannaceae akan muncul di setiap braktea, dalam satu rangkaian braktea dapat berjumlah sampai ± 189 helai. Perkembangan braktea ini meliputi perkembangan ukuran dimeter maupun panjang rangkaian. Bila rangkaian braktea ini dibiarkan berkembang terus akan dapat mencapai

(14)

4

panjang 22.5 cm dan berbentuk seperti nenas. Pemanjangan ukuran braktea akan berakhir dengan habisnya bunga pada ujung braktea dan ini akan berlangsung sekitar 8 bulan (Direktorat Budidaya Tanaman Hias 2006).

Panen Bunga Potong Tapeinochilos

Bunga potong kasturi dibagi dalam kelas ukuran panjang tangkai (Tabel 1). Ukuran panjang tangkai yang ada dipasaran biasanya termasuk kelas medium dan large (Gambar 2).

Tabel 1 Kelas ukuran panjang tangkai bunga

No Kelas Panjang tangkai bunga (cm)

1. Xtra small (XS) < 30

2. Small (S) 30-50

3. Medium (M) 50-80

4. Large (L) >80

Sumber: Direktorat Budidaya Tanaman Hias

Panen bunga ini sudah dapat dilakukan sejak ukuran diameter braktea 4-5 cm dengan berbentuk lingkaran, bagian bawah braktea datar. Bunga dipanen pada tingkat kemekaran braktea 50-75%, dengan bertambahnya umur panen maka susunan braktea makin panjang dan berbentuk seperti nenas.

Gambar 1 Braktea bunga kasturi

(15)

5 Ketahanan potong ini cukup baik yaitu mencapai ketahanan segar 10 hari dan kerusakan awal yang terlihat yaitu ujung braktea mulai mengering dan berlanjut mengeringnya seluruh braktea (Direktorat Budidaya Tanaman Hias 2006). Sedangkan menurut pedagang bunga potong kasturi di Rawa Belong ketahanan bunga potong ini hanya mencapai 4 hari.

Pasca Panen Bunga Potong Tapeinochilos

Penanganan pasca panen bunga merupakan suatu kegiatan yang memberikan perlakuan-perlakuan terhadap bunga setelah bunga tersebut dipanen sampai bunga itu diterima oleh konsumen. Penanganan pasca panen tanaman hias khususnya bunga potong bertujuan untuk: 1) memperkecil respirasi, 2) memperkecil transpirasi, 3) mencegah infeksi atau luka, 4) memelihara estetika, 5) memperoleh harga yang tinggi (Suyanti 2002).

Perlakuan pasca panen yang dilakukan oleh pedagang bunga di Rawa Belong yaitu batang hanya dimasukkan dalam air. Sedangkan menurut Direktorat Tanaman Hias (2006) bunga ini disimpan pada suhu 7-10ºC dengan kelembaban 90-95% tidak lebih dari 5 hari. Penyimpanan harus dalam posisi tegak agar bunga tidak melengkung ke bawah diakibatkan geotropisme. Agar terbebas dari hama yang sering tersembunyi diantara braktea, pencelupan dengan menggunakan insektisida Orthene atau Talstar F atau Tempo 2 EC selama 5 menit akan lebih baik dibandingkan pencelupan dengan air saja. Bunga potong ini sensitif terhadap suhu rendah, penyimpanan. Penyimpanan dilakukan dengan merendam tangkai bunga dalam air, penyimpanan kering dan pada suhu rendah dihindari, kerusakan karena suhu rendah akan nampak dalam 24 jam yaitu ujung braktea berwarna kebiru-biruan. Bunga potong ini tergolong tidak responsif terhadap bahan pengawet. Pengemasan untuk pengiriman dilapis dengan menggunakan kertas atau karton dan harus dalam posisi berdiri (Direktorat Budidaya Tanaman Hias 2006).

1-Methylcyclopropene

Reaksi kimia yang terjadi di jaringan tanaman salah satunya dapat disebabkan oleh adanya etilen yang berikatan dengan penerimanya (reseptor) (Gambar 3). Etilen adalah senyawa atau hormon yang dapat berperan sebagai hormon yang mengatur pertumbuhan, perkembangan dan kelayuan (Mor et al. 1982). Senyawa ini perlu disingkirkan untuk tujuan pengawetan dengan cara menyemprotkan enzim penghambat produksi etilen pada produk. Pengikatan etilen dengan reseptornya tersebut dapat dicegah dengan adanya etilen blok berupa 1-Methylcyclropropene (1-MCP) (Gambar 4). Etilen blok ini merupakan cyclopropene yang digunakan sebagai zat pengatur pertumbuhan tanaman. Hal ini terkait dengan hormon etilen tanaman. Saat ini anti-etilena senyawa 1-MCP digunakan sebagai pengawet bunga potong. (Abadi et al. 2009).

Pengaplikasian 1-MCP dapat menghambat produksi etilen secara kimiawi dengan menonaktifkan reseptor etilen (Efendi 2005; U.S Environmental Protection Agency 2012). Kemampuan 1-MCP untuk berikatan dengan reseptor

(16)

6

10 kali lebih besar dari etilen. Di sisi lain 1-MCP dapat aktif pada konsentrasi rendah. Pada suhu dan tekanan standar 1-MCP (C4H6) berbentuk gas (Sisler and

Serek 1997). Terdapat beberapa teknik aplikasi 1-MCP ada beberapa cara. Secara komersial formulasi yang digunakan adalah 1-MCP dengan a-cyclodextrin powder, yang jika dicampur dengan air akan melepaskan gas 1-MCP (Blankenship dan Dole 2003).

Efektivitas 1-MCP dalam mencegah efek etilen tergantung dari jenis tanaman yang diberi 1-MCP, konsentrasi, durasi waktu pemberian, suhu, stadia pertumbuhan tanaman dan kedewasaan tanaman (Blankenship dan Dole 2003; Dole dan Wilkins 2005). Menurut Golding et al. (1999), pada buah pisang dewasa (matang hijau) setelah 1 jam pemanenan kemudian diberi perlakuan 1- MCP ternyata dapat memperlambat respirasi dan pembentukan zat-zat volatile.

Pengaplikasian 1-MCP dilakukan pada bunga potong, bunga pot, tanaman pembibitan dan dedaunan, buah-buahan dan sayuran yang disimpan. Penggunaan 1-MCP ini hanya digunakan di ruangan tertutup seperti rumah kaca, pendingin truk, trailer tertutup, fasilitas tempat penyimpanan makanan dan wadah pengiriman. 1-MCP berfungsi untuk memperpanjang umur tanaman hias dan bunga potong dengan mencegah efek aaging etilena. Efek ini termasuk kematian bunga dan daun, penurunan kualitas bunga, dan menguning pada daun (U.S Environmental Protection Agency 2012). 1-MCP merupakan jenis inhibitor etilen yang paling banyak digunakan karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan inhibitor lainnya yaitu tidak bersifat racun dan efektif dalam konsentrasi rendah.

Hasil penelitian yang dilakukan Serek et al. (1995) menunjukkan bahwa Dianthus caryophyllus L. Sandra dapat diperpanjang vase lifenya dengan perlakuan 1-MCP dengan konsentrasi 5.8 nl l-1 yang dipaparkan selama 6 jam. Hasil penelitian yang dilakukan Abadi et al. (2009) menunjukkan bahwa bunga potong dengan perlakuan 1-MCP dengan konsentrasi 60 nl 1-1 diperoleh rata-rata vase life 15.49 hari dan hasil tersebut lebih baik dibandingkan dengan kontrol dan Sumber: Blankenship

Gambar 3 Pengikatan molekul etilen dengan reseptornya yang membuka dan menyebabkan reaksi kimia di jaringan tanaman

(17)

7 konsentrasi lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan Chutichudet et al. (2010) menunujukkan bahwa vase life bunga Patumma (Curcuma alismatifolia) dapat diperpanjang dengan penggunaan 1-MCP pada konsentrasi 300 ppb atau 0.3 ppm dengan aplikasi 1-MCP selama 8 jam. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zencirkiran (2010) diperoleh pada bunga Freesia refracta (Jacq) dapat memperpanjang vase life dari 9.06 hari menjadi 6.33 hari dengan menggunakan 1-MCP 4 nl.l-1 yang dipaparkan selama 3 jam. Hasil penelitian yang dilakukan Mubarok (2012) menunjukkan bahwa. penggunaan volatile 1-MCP 0.2 µL L-1 atau 0.2 ppm menunjukkan hasil terbaik dalam memperpanjang kesegaran tanaman hias Pelargonium zonale hybrids ‘Katinka’, ‘Boomerang’ dan ‘French Vanilla’.

Cara Penyimpanan Bunga Potong

Menurut Desy (2005) cara penyimpanan bunga potong tergantung pada jenis bunga. Penyimpanan bertujuan untuk memperlambat proses kelayuan bunga sebelum sampai ke konsumen, biasanya dilakukan pada saat bunga:

1. Baru saja dipetik, menunggu pemanenan selesai 2. Setelah dipanen tidak segera dijual/diangkat 3. Diperjalanan sebelum sampai ke konsumen

Posisi dalam penyimpanan berpengaruh terhadap keutuhan bunga dan masa kesegarannya. Sebagian bunga potong ada yang disimpan dalam posisi yang horizontal dengan ujung yang bersilangan dan ada yang disimpan secara vertikal. Penyimpanan dalam posisi tegak bertujuan agar bunga tidak melengkung ke bawah yang diakibatkan oleh geotropisme. Penyimpanan dalam posisi horizontal dengan ujung yang bersilangan bertujuan agar bunga tidak bersentuhan langsung Sumber: Blankenship

Gambar 4 1-MCP mengikat reseptor etilen, 1-MCP tidak membuka reseptor dan reseptor tersebut tetap mengunci. 1-MCP hanya mencegah etilen

(18)

8

dengan bunga lain yang akan menyebabkan gesekan yang lebih besar sehingga bunga akan rusak (Direktorat Budidaya Tanaman Hias 2006)

Pengemasan Alpinia purpurata K. Schum, Tapeinochilos anannaceae dan Zingiber spectabile dilapis dengan menggunakan kertas atau karton dan harus dalam posisi berdiri (Direktorat Tanaman Hias 2006). Pengemasan pada bunga potong mawar adalah dengan memasukannya ke dalam kotak karton dengan posisi horizontal dan ujung kuncup bersilangan (Amiarsi 2009). Bunga lisintasius disusun secara vertikal pada bak yang berisi air namun pada saat perjalanan disusun secara horizontal dengan ujung yang bersilangan yang sebelumnya bunga dibungkus kertas koran dan polyethylene kemudian disusun dalam kotak, dan dipertahankan suhunya pada 2 °C (Meliala 2011). Bunga potong gladiol pada umumnya disimpan dalam posisi tegak lurus (vertikal) selama penyimpanan dan pengangkutan (Amirullah 2012).

METODE

Bahan

Bahan utama penelitian ini adalah bunga potong kasturi dari pasar Rawa Belong Jakarta. Kriteria bunga potong yang digunakan antara lain diameter braktea 8-10 cm berbentuk lingkaran, bagian bawah braktea datar dan panjang tangkai 50-60 cm, jumlah tumpukan braktea 4-6 tumpuk, jumlah braktea 32-39. Bahan utama lain yang digunakan adalah 1-Methylcyclopropene (1-MCP) dan air.

Alat

Alat yang digunakan yaitu box plastik berukuran 70 liter, pisau, gelas plastik kecil, kotak karton, kipas angin kecil, adaptor, kabel, gelas ukur, perekat, mini color chart dari Royal Horticulture Society (RHS), timbangan digital dan analitik.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2012 – Maret 2013.

Prosedur Penelitian

Tahap awal dari penelitian ini adalah survei bunga di pasar Rawa Belong untuk mengetahui penanganan pasca panen dan membeli bahan penelitian. Selanjutnya bunga potong kasturi dibeli pada pagi hari untuk mencegah bunga mengalami stres dan dehidrasi berlebihan selama transportasi. Selang waktu dari panen bunga potong kastui hingga diberi perlakuan adalah 15 jam. Bunga dibungkus karton agar tidak rusak karena adanya pergesekan. Bunga yang telah

(19)

9 dikemas selanjutnya dibawa ke Laboratorium Pasca Panen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB (lokasi penelitan) dengan menggunakan mobil yang tidak berpendingin. Setelah sampai di laboratorium dilakukan penyortiran berdasarkan kondisi keutuhan braktea, jumlah braktea, jumlah tumpukan braktea dan panjang tangkai.

Pada tahap pemaparan bunga potong kasturi dengan gas 1-MCP diawali dengan menghitung volume ruang yang digunakan serta menghitung volume bunga potong kasturi yang akan terkena kontak 1-MCP dengan cara menghitung volume air yang tumpah pada box plastik yang telah diisi air yang penuh sampai permukaan atas lalu dicelupkan bunga potong kasturi (Lampiran 1). Serbuk 1-MCP ditimbang sesuai dengan konsentrasi gas yang akan dipaparkan dengan menggunakan timbangan digital.

Cara menghitung besarnya serbuk 1-MCP yang diberikan : konsentrasi yang diharapkan x volume bebas x =

bahan aktif yang terkandung

0.1 ppm x 67 liter

x = = 0.478 gram

0.014%

Jadi untuk mendapatkan gas 1-MCP dengan konsentrasi 0.1 ppm dibutuhkan serbuk 1-MCP sebanyak 0.478 gram dan dilarutkan dengan air 1.914 ml (ratio 4:1 terhadap bobot 1-MCP) untuk melarutkan a-cyclodekstrin dan membebaskan gas 1-MCP di dalam sebuah gelas plastik kecil. Botol yang berisi 1-MCP, 10 tangkai bunga potong kasturi dan kipas angin dimasukkan ke dalam box (Gambar 5). Gelas plastik kecil diletakkan di tengah box dan di atas gelas tersebut ditempatkan kipas angin (fan) untuk mensirkulasi gas. Pada saat terjadi kontak antara air dengan serbuk 1-MCP, box segera ditutup rapat dengan bantuan perekat kemudian disimpan di suhu kamar selama 8 jam.

Setelah diaplikasi 1-MCP, bunga disimpan sesuai dengan perlakuan yaitu dengan posisi horizontal dan vertikal. Perlakuan posisi horizontal ditempatkan

(20)

10

dikotak karton dengan posisi ujung yang bersilangan sedangkan untuk posisi vertikal ditempatkan di kotak karton dengan posisi bunga di atas (Gambar 6).

Pengamatan dilakukan pada bunga potong kasturi sebelum dan sesudah diekspos oleh gas 1-MCP dan setelah itu juga diamati setiap hari sampai masa simpan bunga potong kasturi berakhir, kecuali uji hedonik yang dilakukan dua hari sekali. Satuan pengamatan yang diamati meliputi warna braktea, warna tangkai, susut bobot, bunga biologis, uji hedonik bunga, dan vase life (masa pajang). Warna braktea dan warna tangkai diukur dengan menggunakan mini color chart dari RHS. Perubahan warna braktea dapat menunjukkan bahwa kesegaran bunga tersebut menurun. Tingkatan perubahan warna tangkai yang dialami antara lain Yellow brown RHS N 167 A, Orange brown RHS N 170 A, Red brown RHS N 171 A, Brown RHS N 199 C, Dark purple red RHS 53 A, Purple brown RHS 183 A (Lampiran 2). Pengamatan susut bobot yaitu bunga potong kasturi ditimbang mulai dari awal pengamatan sampai pengamatan berakhir yaitu ketika masa pajang bunga berakhir. Pengukuran bobot pertama dilakukan pada saat bunga akan diberi perlakuan 1-MCP. Pengukuran berikutnya dilakukan pada saat H+1 dan seterusnya setiap hari sekali hingga vase life berakhir. Perubahan bobot bunga potong diketahui dengan menggunakan timbangan digital. Cara pengukurannya adalah membandingkan bobot awal bunga potong (Wo) dengan bobot akhir bunga potong saat pengamatan (Wt).

Susut bobot = Wo – Wt x 100% Wo

dimana: Wo = bobot awal bunga potong (gram) Wt = bobot akhir bunga potong (gram)

Pengamatan bunga biologis dilakukan dengan menghitung jumlah bunga yang kuncup, mekar dan gugur dari setiap braktea serta menghitung lamanya bunga kuncup menjadi bunga gugur (umur bunga). Pengamatan uji hedonik dengan cara panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau kebalikannya (ketidaksukaan), selain itu panelis juga mengemukakan tingkat kesukaannya (skala hedonik). Pengujian dalam uji hedonik ini dilakukan oleh panelis tidak terlatih sebanyak tiga orang selama masa pajang kasturi berakhir.

(21)

11 Skala hedonik pada penelitian ini adalah : Sangat tidak suka = 1; Tidak suka = 2; Biasa = 3; Suka = 4; Sangat suka = 5. Pengamatan vase life dilakukan mulai dari awal perlakuan hingga 30% dari keseluruhan braktea menghitam dan dari satu helai braktea 70% bagiannya menghitam dengan cara menghitung jumlah braktea yang menghitam setiap harinya.

Prosedur Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan 2 faktor yaitu faktor konsentrasi 1-MCP yang terdiri dari lima taraf dan posisi penyimpanan bunga potong terdiri dari dua taraf yaitu:

A0 = 0 ppm

A1 = 1-MCP 0.1 ppm A2= 1-MCP 0.2 ppm A3= 1-MCP 0.3 ppm A4= 1-MCP 0.4 ppm

B1 = Posisi penyimpanan secara vertikal B2 = Posisi penyimpanan secara horizontal

Percobaan ini terdiri dari 10 ulangan, setiap ulangan memerlukan 1 tangkai bunga kasturi sehinga penelitian ini memerlukan 100 tangkai bunga kasturi. Metode aditif linier yang menggambarkan rancangan percobaan tersebut adalah:

Yij = µ + αi + βj + (αβ)ij + ε

Keterangan:

Yij : nilai pengamatan pengaruh faktor α ke i, faktor β ke j

: nilai αi tengah umum pengamatan

αi : pengaruhperlakuan 1-MCP ke -i

βj : pengaruh posisi penyimpanan ke -j

(αβ)ij : pengaruh interaksi antara α faktor ke i, faktor β ke j

ij : galat percobaan

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (uji F) pada taraf 5%. Jika menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap hasil pengamatan maka dilakukan analisis uji beda nilai tengah dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%. Data diolah menggunakan SAS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Bunga Kasturi

Penelitian ini menggunakan bahan percobaan berupa bunga potong kasturi. Kriteria bunga yang digunakan antara lain diameter braktea 8-10 cm berbentuk lingkaran, bagian bawah braktea datar, jumlah tumpukan braktea 4-6 tumpuk, jumlah braktea 32-39, kondisi braktea segar, berwarna merah, panjang tangkai 55-60 cm diukur dari ujung tangkai sampai pangkal braktea, dan mempunyai bunga biologis (asli) dengan jumlah 9-11 yang sebagian besar masih kuncup. Bunga

(22)

12

kasturi yang digunakan termasuk kelas medium, berdasarkan klasifikasi panjang tangkai yaitu berukuran 50-80 cm (Gambar 7). Selang waktu dari panen bunga potong kasturi hingga diberi perlakuan adalah 15 jam. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah waktu dari panen ke pengaplikasian 1-MCP. Pengaplikasian 1-MCP harus segera dilakukan pada komoditas yang baru dipanen (Blankenship dan Dole 2003).

Warna Braktea

Warna braktea bunga kasturi ini tidak mengalami perubahan secara signifikan selama masa penyimpanan, hal tersebut didapatkan dari pengukuran warna braktea bunga kasturi dengan menggunakan mini color chart dari RHS. Braktea bunga kasturi berwarna merah, sesuai dengan kode warna Red RHS 45 A. Hal yang membedakan warna braktea sebelum dan setelah diberi perlakuan sebenarnya adalah adanya warna semburat hitam braktea, semburat hitam ini muncul dari tepi kemudian ke dalam braktea. Semakin panjang vase life maka waktu munculnya braktea yang menghitam semakin lambat.

Kondisi braktea yang menghitam dijadikan sebagai parameter vase life dari bunga ini karena semakin banyak semburat hitam pada braktea maka penampakannya semakin tidak menarik. Satu helai braktea dikatakan sudah menghitam dan dapat dijadikan untuk parameter vase life apabila 70% dari satu helai sudah menghitam, karena pada uji hedonik para panelis masih menyukai kondisi helaian braktea yang menghitam kurang dari 70% (Gambar 8).

Gambar 7 Bagian bunga potong kasturi

(23)

13 Bunga potong kasturi sendiri merupakan produk hortikultura dimana memiliki sifat yang mudah rusak (perishable), salah satu kerusakan yang dimaksud berupa menghitamnya braktea selama vase life. Braktea merupakan daun pelindung yang menyerupai seperti mahkota bunga. Menurut Setyadjit et al. (2012) pengaruh etilen pada tanaman hias seperti terjadinya gugur pada daun, kuncup bunga, kelopak bunga, atau secara umum terjadi pada daerah sambungan atau sendi tanaman (abscission zone). Etilen sendiri dapat merangsang absisi atau kerontokan daun, kerontokan daun dalam hal ini adalah gugur yang diawali dengan menghitamnya helaiann braktea kemudian helaian braktea tersebut akan mengering kemudian lepas dari susunannya.

Data pada Tabel 2 menunjukkan adanya interaksi yang nyata antara konsentrasi 1-MCP dengan posisi penyimpanan terhadap jumlah braktea menghitam pada 3 hari setelah perlakuan (HSP), 6 HSP dan 7 HSP. Perlakuan konsentrasi berpengaruh nyata terhadap jumlah braktea menghitam pada 1 HSP hingga 4 HSP, 6 HSP dan 7 HSP. Konsentrasi 0.4 ppm menghasilkan jumlah braktea yang menghitam paling sedikit pada 1 HSP hingga 7 HSP. Posisi penyimpanan berpengaruh nyata terhadap jumlah braktea yang menghitam pada 1 HSP dan 3 HSP. Posisi vertikal menghasilkan jumlah braktea menghitam paling sedikit dibandingkan dengan posisi horizontal.

Tabel 2 Jumlah braktea menghitam pada berbagai konsentrasi dan posisi penyimpanan

aAngka-angka pada kolom yang sama bila diikuti notasi huruf yang berbeda berarti

menunjukkan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 95%.

Bunga potong yang tidak diberi perlakuan 1-MCP memiliki vase life yang hanya mencapai 5 HSP pada kondisi dimana 30% dari jumlah keseluruhan braktea menjadi hitam, sedangkan kondisi yang sama pada bunga potong yang diberi 1-MCP dapat mencapai 6 HSP hingga 9 HSP (Tabel 3). Hasil uji lanjut pada Tabel 3 menunjukkan pada 3 HSP jumlah braktea menghitam pada kombinasi perlakuan 1-MCP dengan konsentrasi 0.3 ppm vertikal serta 0.4 ppm horizontal dan vertikal pada bunga potong kasturi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan kombinasi 1-MCP dengan konsentrasi 0.3 ppm vertikal dan 0.4 ppm horizontal

Perlakuan Jumlah braktea menghitam (helai)

a 1 HSP 2 HSP 3 HSP 4 HSP 5 HSP 6 HSP 7 HSP 8 HSP 9 HSP Konsentrasi 0 ppm 3.92c 4.85c 6.35c 8.57b 10.07 0.1 ppm 3.64c 4.64c 6.50c 7.71b 8.71 10.28b 10.71ab 0.2 ppm 4.57c 5.00c 5.92c 7.92b 10.28 11.50b 13.20b

0.3 ppm 2.50b 3.28b 4.28b 5.57a 6.64 8.14a 9.57a 9.71 10.00

0.4 ppm 0.92a 2.00a 2.78a 4.42a 5.57 6.78a 8.07a 10.07

Posisi penyimpanan

Horizontal 3.47b 4.25 5.62b 6.97 7.82 9.28 9.85 11.03

Vertikal 2.77a 3.65 4.71a 6.71 9.07 9.52 9.92 10.00 11.4

(24)

14

pada 6 HSP berbeda nyata dengan perlakuan yang lainnya kecuali dengan perlakuan 0.4 ppm secara vertikal. Perlakuan kombinasi 0.3 ppm vertikal pada 7 HSP berbeda nyata dengan perlakuan kombinasi yang lainnya kecuali dengan perlakuan 0.4 ppm horizontal dan vertikal. Waktu munculnya jumlah braktea menghitam paling lambat terjadi pada kombinasi perlakuan 1-MCP dengan konsentrasi 0.3 ppm secara vertikal.

Respirasi dan transpirasi menyebabkan terjadinya senesen serta berkurangnya kandungan karbohidrat pada daun dan tangkai. Selama periode senesen terjadi penurunan kandungan amilum atau tepung, polisakarida dinding sel, protein dan asam nukleat. Penurunan kandungan gula akan diikuti pengurangan kandungan lemak dan protein pada jaringan. Protein pada daun berikatan dengan pigmen warna, dengan adanya pengurangan protein maka pigmen warna dilepaskan. Lepasnya pigmen warna dari lapisan pelindung protein akan menyebabkan perubahan warna (Bhattarchajee dan De 2005). Pada bunga potong kasturi lepasnya antosianin (pigmen warna merah) dari lapisan pelindung protein menyebabkan perubahan warna braktea menjadi mengitam. Perubahan warna braktea pada perlakuan yang tidak diberi 1-MCP lebih cepat gelap dibandingkan dengan yang diberi perlakuan 1-MCP.

Selain pengaruh 1-MCP dalam laju respirasi, menurut Blankenship dan Dole (2003) 1-MCP juga dapat memperlambat degradasi klrofil dan protein. Jenis perubahan warna yang terjadi pada beberapa bagian tanaman dapat diperlambat dan dicegah dengan penggunaan 1-MCP. Pada bunga potong kasturi yang diaplikasikan 1-MCP waktu menghitamnya braktea lebih lambat dibandingkan yang tidak diberi perlakuan 1-MCP. Hal yang serupa terjadi pada hasil penelitian Feng et al. (2000) dimana 1-MCP dapat memperlambat perubahan warna kulit alpukat.

Warna Tangkai

Warna tangkai pada bunga potong kasturi merupakan salah satu ukuran kesegaran secara visual. Pengukuran perubahan warna tangkai pada bunga potong kasturi menggunakan mini color chart dari RHS. Warna tangkai yang dimaksud berupa warna selaput yang melapisi tangkai bunga ini seperti pada Gambar 9 karena kondisi tangkai yang seperti itu yang dijual dipasaran.

(25)

15

Tabel 3 Pengaruh kombinasi aplikasi 1-MCP dan posisi penyimpanan terhadap jumlah braktea menghitam

Perlakuan 1 HSP 2 HSP 3 HSP 4 HSP 5 HSP 6 HSP 7 HSP 8 HSP 9 HSP Persentasi 1-MCP 0 ppm H 10.70 11.84 16.43 19.91 30.02 - - - - 1-MCP 0 ppm V 9.30 13.73 20.80 26.07 37.51 - - - - 1-MCP 0.1 ppm H 9.80 11.78 15.29 20.01 21.58 25.89 32.15 - - 1-MCP 0.1 ppm V 9.40 12.67 16.65 20.62 24.60 30.66 - - - 1-MCP 0.2 ppm H 14.10 15.48 18.31 23.96 24.42 28.97 38.06 - - 1-MCP 0.2 ppm V 12.80 14.82 17.62 24.00 26.02 30.00 37.22 - - 1-MCP 0.3 ppm H 10.80 14.54 18.74 22.52 22.68 29.42 36.16 - - 1-MCP 0.3 ppm V 5.90 7.38 9.87 14.80 19.22 22.19 24.64 29.57 34.50 1-MCP 0.4 ppm H 8.30 9.11 10.14 14.18 18.23 21.27 27.34 31.91 - 1-MCP 0.4 ppm V 3.10 5.15 9.26 15.97 20.58 25.23 29.34 37.09 -

Jumlah braktea menghitam (helai)a

1-MCP 0 ppm H 4.86 5.38 7.43c 9.00 13.57 - - - - 1-MCP 0 ppm V 3.00 4.43 6.71bc 8.14 11.71 - - - - 1-MCP 0.1 ppm H 3.57 4.29 5.57bc 7.29 7.86 9.43bc 11.71bc - - 1-MCP 0.1 ppm V 3.71 5.00 6.57bc 8.14 9.71 12.00c - - - 1-MCP 0.2 ppm H 4.29 4.71 5.57bc 7.29 8.43 10.00c 13.14c - - 1-MCP 0.2 ppm V 4.57 5.29 6.29bc 8.57 7.71 10.71c 13.29c - - 1-MCP 0.3 ppm H 3.29 4.43 5.71bc 6.86 7.71 10.00c 12.29c - -

1-MCP 0.3 ppm V 1.71 2.14 2.86a 4.29 5.57 6.43a 7.14a 8.57 10.00

1-MCP 0.4 ppm H 1.43 1.57 2.86a 4.00 5.14 6.00a 7.71ab 9.00 -

1-MCP 0.4 ppm V 0.86 1.43 2.57a 4.43 5.71 7.00ab 8.14ab 10.29 -

aAngka-angka pada kolom yang sama bila diikuti notasi huruf yang berbeda berarti menunjukkan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 95%;

H: penyimpanan secara horizontal. V: penyimpanan secara vertikal.

(26)

16

Sebelum diberikan perlakuan hampir semua tangkai berwarna kuning kecoklatan namun selama pengamatan berlangsung semua tangkai mengalami perubahan warna menjadi lebih gelap seperti warna orange kecoklatan, coklat, ungu tua kemerahan dan ungu kecoklatan. Perubahan warna tersebut dijadikan sebagai salah satu kriteria dalam penampakan bunga. Degradasi pigmen warna merupakan gejala umum kebanyakan senesen beberapa bunga potong.

Serupa dengan perubahan warna braktea, perubahan warna tangkai pun disebabkan oleh adanya respirasi dan transpirasi yang menyebabkan berkurangnya kandungan protein pada jaringan daun dan tangkai. Pigmen warna sendiri berikatan dengan protein dan apabila kandungan protein berkurang maka pigmen warna dilepaskan. Lepasnya pigmen warna dari lapisan pelindung protein akan menyebabkan perubahan warna. Pada bunga potong kasturi lepasnya pigmen warna tangkai dari lapisan pelindung protein menyebabkan perubahan warna tangkai menjadi lebih gelap.

Hasil pengukuran warna tangkai pada Tabel 4 terlihat bahwa tangkai yang berwarna terang seperti warna kuning kecoklatan, orange kecoklatan dan merah kecoklatan jumlahnya semakin hari semakin berkurang. Sebaliknya jumlah tangkai yang terjadi pada warna yang lebih gelap yaitu warna coklat, ungu tua kemerahan dan ungu kecoklatan semakin hari semakin bertambah. Bunga potong kasturi yang tidak diaplikasikan 1-MCP pada 5 HSP jumlah tangkai yang berwarna ungu kecoklatan lebih banyak dibandingkan dengan yang diaplikasikan 1-MCP. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan warna tangkai yang terjadi pada bunga potong kasturi yang tidak diaplikasikan 1-MCP menjadi gelap lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan yang menggunakan 1-MCP karena warna ungu kecoklatan merupakan warna yang paling tua dalam perubahan warna tangkai pada penelitian ini.

Susut Bobot

Selama pengamatan berlangsung bunga potong kasturi mengalami susut bobot. Menurut Santoso (2012) bunga potong akan mengalami kehilangan air secara terus menerus seiring dengan berjalannya waktu setelah panen khususnya pada saat penyimpanan.

Data pada Tabel 5 menunjukkan adanya interaksi yang nyata antara konsentrasi 1-MCP dengan posisi penyimpanan terhadap susut bobot bunga potong kasturi pada 5 HSP. Perlakuan konsentrasi berpengaruh nyata terhadap susut bobot pada 2 HSP, 5 HSP dan 6 HSP. Perlakuan tanpa 1-MCP menghasilkan susut bobot tertinggi pada 1 HSP hingga 3 HSP, sedangkan perlakuan 1-MCP dengan konsentrasi 0.4 ppm menghasilkan susut bobot tertinggi pada 4 HSP hingga 8 HSP. Hasil uji lanjut pada Tabel 6 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan 1-MCP dengan konsentrasi 0.1 ppm, 0.2 ppm dan 0.3 ppm secara horizontal pada 5 HSP berbeda nyata dengan perlakuan kombinasi 0.3 ppm vertikal, 0.4 ppm vertikal dan horizontal.

(27)

17

Tabel 4 Pengaruh kombinasi aplikasi 1-MCP dan posisi penyimpanan terhadap warna tangkai bunga potong kasturi 1-9 HSP Perlakuana

Warna tangkai bunga (%)

0 HSP 1 HSP 2 HSP 3 HSP 4 HSP 5 HSP 6 HSP 7 HSP 8 HSP 9 HSP Kuning kecoklatan Pemaparan 1-MCP 0 ppm H 100 100 40 0 0 0 - - - - Pemaparan 1-MCP 0 ppm V 100 100 10 10 10 10 - - - - Pemaparan 1-MCP 0.1 ppm H 100 50 30 0 0 0 0 0 - - Pemaparan 1-MCP 0.1 ppm V 100 50 0 0 0 0 0 - - - Pemaparan 1-MCP 0.2 ppm H 100 100 0 0 0 0 0 0 - - Pemaparan 1-MCP 0.2 ppm V 100 100 0 0 0 0 0 0 - - Pemaparan 1-MCP 0.3 ppm H 100 100 50 40 20 20 10 10 - - Pemaparan 1-MCP 0.3 ppm V 100 100 60 40 40 30 20 20 0 0 Pemaparan 1-MCP 0.4 ppm H 100 100 50 40 30 20 10 10 0 - Pemaparan 1-MCP 0.4 ppm V 100 100 50 50 40 30 20 20 10 - Orange kecoklatan Pemaparan 1-MCP 0 ppm H 0 0 10 10 0 0 - - - - Pemaparan 1-MCP 0 ppm V 0 0 0 0 0 0 - - - - Pemaparan 1-MCP 0.1 ppm H 0 10 0 0 0 0 0 0 - - Pemaparan 1-MCP 0.1 ppm V 0 20 20 20 0 0 0 - - - Pemaparan 1-MCP 0.2 ppm H 0 0 20 20 20 20 10 10 - - Pemaparan 1-MCP 0.2 ppm V 0 0 10 10 10 10 20 20 - - Pemaparan 1-MCP 0.3 ppm H 0 0 20 30 40 30 40 40 - - Pemaparan 1-MCP 0.3 ppm V 0 0 20 30 20 20 0 0 0 0 Pemaparan 1-MCP 0.4 ppm H 0 0 0 10 10 10 10 10 0 - Pemaparan 1-MCP 0.4 ppm V 0 0 0 0 10 10 10 10 10 - 17

(28)

18

Perlakuana

Warna tangkai bunga (%)

0 HSP 1 HSP 2 HSP 3 HSP 4 HSP 5 HSP 6 HSP 7 HSP 8 HSP 9 HSP Merah kecoklatan Pemaparan 1-MCP 0 ppm H 0 0 20 20 20 20 - - - - Pemaparan 1-MCP 0 ppm V 0 0 40 40 40 10 - - - - Pemaparan 1-MCP 0.1 ppm H 0 10 20 20 20 20 10 10 - - Pemaparan 1-MCP 0.1 ppm V 0 20 20 20 30 30 10 - - - Pemaparan 1-MCP 0.2 ppm H 0 0 30 20 0 0 0 0 - - Pemaparan 1-MCP 0.2 ppm V 0 0 60 50 40 40 20 20 - - Pemaparan 1-MCP 0.3 ppm H 0 0 0 0 0 0 0 0 - - Pemaparan 1-MCP 0.3 ppm V 0 0 20 20 20 30 10 10 0 0 Pemaparan 1-MCP 0.4 ppm H 0 0 10 10 0 0 0 0 0 - Pemaparan 1-MCP 0.4 ppm V 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - Coklat Pemaparan 1-MCP 0 ppm H 0 0 10 10 0 0 - - - - Pemaparan 1-MCP 0 ppm V 0 0 0 0 0 0 - - - - Pemaparan 1-MCP 0.1 ppm H 0 0 0 0 0 0 0 0 - - Pemaparan 1-MCP 0.1 ppm V 0 0 0 0 0 0 0 - - Pemaparan 1-MCP 0.2 ppm H 0 0 10 0 0 0 0 0 - - Pemaparan 1-MCP 0.2 ppm V 0 0 0 0 0 0 0 0 - - Pemaparan 1-MCP 0.3 ppm H 0 0 0 0 0 0 0 0 - - Pemaparan 1-MCP 0.3 ppm V 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Pemaparan 1-MCP 0.4 ppm H 0 0 10 10 10 10 20 30 0 - Pemaparan 1-MCP 0.4 ppm V 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 18

(29)

19

Perlakuana

Warna Tangkai Bunga (%)

0 HSP 1 HSP 2 HSP 3 HSP 4 HSP 5 HSP 6 HSP 7 HSP 8 HSP 9 HSP

Ungu tua kemerahan

Pemaparan 1-MCP 0 ppm H 0 0 10 30 30 30 - - - - Pemaparan 1-MCP 0 ppm V 0 0 50 50 0 0 - - - - Pemaparan 1-MCP 0.1 ppm H 0 30 30 50 50 50 50 50 - - Pemaparan 1-MCP 0.1 ppm V 0 10 10 10 20 20 20 - - - Pemaparan 1-MCP 0.2 ppm H 0 0 0 20 30 30 40 40 - - Pemaparan 1-MCP 0.2 ppm V 0 0 10 20 30 30 20 20 - - Pemaparan 1-MCP 0.3 ppm H 0 0 0 0 0 10 10 10 - - Pemaparan 1-MCP 0.3 ppm V 0 0 0 10 20 20 40 40 70 70 Pemaparan 1-MCP 0.4 ppm H 0 0 20 20 40 40 40 30 60 - Pemaparan 1-MCP 0.4 ppm V 0 0 30 30 30 30 40 40 50 -    Ungu kecoklatan Pemaparan 1-MCP 0 ppm H 0 0 10 30 50 50 - - - - Pemaparan 1-MCP 0 ppm V 0 0 0 0 50 80 - - - - Pemaparan 1-MCP 0.1 ppm H 0 0 20 30 30 30 40 40 - - Pemaparan 1-MCP 0.1 ppm V 0 0 50 50 50 50 70 - - - Pemaparan 1-MCP 0.2 ppm H 0 0 40 40 50 50 50 50 - - Pemaparan 1-MCP 0.2 ppm V 0 0 20 20 20 20 40 40 - - Pemaparan 1-MCP 0.3 ppm H 0 0 30 30 40 40 40 40 - - Pemaparan 1-MCP 0.3 ppm V 0 0 0 0 0 0 30 30 30 30 Pemaparan 1-MCP 0.4 ppm H 0 0 10 10 10 20 20 20 40 - Pemaparan 1-MCP 0.4 ppm V 0 0 20 20 20 30 30 30 30 -

(30)

20

Etilen merupakan hormon yang memiliki rumus kimia C2H4 ini berpengaruh

terhadap proses respirasi. Laju respirasi berhubungan erat dengan daya tahan produk. Produksi etilen erat hubungannya dengan laju respirasi karena etilen dapat memacu untuk menyerap oksigen lebih banyak. Proses respirasi yang menghasilkan CO2 dan H20 dapat diperlambat akibat kurang tersedianya etilen.

Tetap berlangsungnya proses respirasi selama waktu penyimpanan menurut Kader (1992) akan mengubah senyawa-senyawa kompleks yang berada di dalam sel seperti gula (C6H12O6) menjadi senyawa-senyawa sederhana seperti

karbondioksida (CO2) dan air (H2O) kemudian mengalami penguapan (transpirasi)

sehingga terjadi susut bobot.

Tabel 5 Susut bobot bunga potong kasturi pada berbagai konsentrasi 1-MCP dan posisi penyimpanan

Perlakuan Susut bobot (%)a

1 HSP 2 HSP 3 HSP 4 HSP 5 HSP 6 HSP 7 HSP 8 HSP 9 HSP

Konsentrasi

0 ppm 4.00b 7.28d 10.85 14.42a 16.84a

0.1 ppm 2.20a 6.05bc 9.69 12.90a 15.32b 19.46a

0.2 ppm 2.50a 6.23cd 10.09 13.75a 16.01a 21.74b

0.3 ppm 3.00a 5.71a 9.56 13.27a 16.12ab 18.62a 21.54 24.68 27.53

0.4 ppm 3.00a 6.10a 10.52 14.93a 18.64ab 22.85c 24.85 26.99

Posisi penyimpanan

Horizontal 2.90 6.26 10.12 13.59 16.03 20.32 22.53 25.24

Vertikal 2.90 6.24 10.12 13.97 16.99 20.99 23.70 26.55 29.4

Interaksi tn tn tn tn * tn tn tn tn

aAngka-angka pada kolom yang sama bila diikuti notasi huruf yang berbeda berarti

menunjukkan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 95%.

Pada penelitian ini 1-MCP tidak berpengaruh besar dalam parameter susut bobot karena secara umum bunga potong kasturi yang diaplikasikan 1-MCP mengalami susut bobot yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak diberi perlakuan 1-MCP. Namun kesegaran tidak hanya dilihat dari susut bobotnya saja sehingga pengukuran vase life juga harus berdasarkan parameter lainnya yang dapat dilihat secara visual. Kondisi bunga kasturi selama pengamatan berlangsung yang terkait dengan kehilangan air atau susut bobot ini tidak berpengaruh terhadap penampilan bunga ini secara umum seperti layu atau patah karena bunga ini mempunyai keragaan yang kokoh. Perubahan yang terjadi dengan adanya susut bobot ini hanya saja bekas potongan tangkai terlihat lebih berongga.

(31)

21

Tabel 6 Pengaruh kombinasi aplikasi 1-MCP dan posisi penyimpanan terhadap susut bobot bunga potong kasturi

Perlakuan Susut bobot (%)a

1 HSP 2 HSP 3 HSP 4 HSP 5 HSP 6 HSP 7 HSP 8 HSP 9 HSP Pemaparan 1-MCP 0 ppm H 3.95 7.36 10.72 14.20 16.85ab - - - - Pemaparan 1-MCP 0 ppm V 3.87 7.42 10.54 14.19 16.39ab - - - - Pemaparan 1-MCP 0.1 ppm H 2.89 6.53 9.94 13.00 15.44a 19.87 - - - Pemaparan 1-MCP 0.1 ppm V 2.86 7.34 11.17 14.27 17.26ab - - - - Pemaparan 1-MCP 0.2 ppm H 1.92 5.56 9.24 12.88 14.74a 20.21 - - - Pemaparan 1-MCP 0.2 ppm V 3.30 6.82 10.51 14.35 16.63ab 23.57 - - - Pemaparan 1-MCP 0.3 ppm H 4.06 7.09 10.31 14.01 15.71a 18.21 20.78 - - Pemaparan 1-MCP 0.3 ppm V 2.75 2.58 9.92 14.47 18.69cb 21.51 24.22 26.68 29.75 Pemaparan 1-MCP 0.4 ppm H 3.18 6.42 10.94 14.70 18.84cb 24.36 25.12 28.41 - Pemaparan 1-MCP 0.4 ppm V 2.96 5.90 11.03 15.17 19.24cb 23.13 25.61 29.41 -

aAngka-angka pada kolom yang sama bila diikuti notasi huruf yang berbeda berarti menunjukkan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 95%;

H: penyimpanan secara horizontal. V: penyimpanan secara vertikal.

(32)

22

Bunga Biologis

Bunga dikatakan bunga lengkap apabila mempunyai empat bagian sebagai berikut yaitu kelopak (calyx), tajuk atau mahkota (corolla), benang sari (stamen) dan putik (pistillum). Bunga kasturi termasuk bunga lengkap, karena memiliki keempat bagian tersebut.

Bunga asli kasturi ini terdapat pada hampir setiap helaian braktea. Warna kelopak bunga, putik dan benang sari adalah putih serta mahkota berwarna kuning. Sebelum diberi perlakuan hampir semua bunga asli kasturi yang berwarna kuning ini masih kuncup, jumlah bunga asli yang ada dalam satu tangkai sebelum perlakuan adalah 9-11 bunga.

Data pada Tabel 7 menunjukkan adanya interaksi yang nyata antara konsentrasi 1-MCP dengan posisi penyimpanan terhadap umur bunga. Konsentrasi 1-MCP berpengaruh nyata terhadap umur bunga. Perlakuan 1-MCP dengan konsentrasi 0.4 ppm menghasilkan umur bunga paling lama dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Posisi penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap umur bunga dan posisi penyimpanan vertikal menghasilkan umur bunga paling lama dibandingkan dengan posisi horizontal. Hasil uji lanjut pada Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi 0.3 ppm secara vertikal, 0.4 ppm secara horizontal dan vertikal berbeda nyata dengan perlakuan kombinasi lainnya.

Tabel 7 Umur bunga pada berbagai konsentrasi 1-MCP dan posisi penyimpanan

Perlakuan Umur bunga (hari)a

Konsentrasi 0 ppm 2.14bc 0.1 ppm 2.64bc 0.2 ppm 1.71c 0.3 ppm 3.92ab 0.4 ppm 4.78a Posisi penyimpanan Horizontal 2.71 Vertikal 3.37 Interaksi *

aAngka-angka pada kolom yang sama bila diikuti notasi huruf yang berbeda berarti

menunjukkan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 95%.

Proses kelayuan atau dalam hal ini gugur merupakan tahapan yang normal yang selalu terjadi dalam siklus kehidupan tanaman, akan tetapi proses kelayuan dapat dipercepat dengan adanya air atau karbohidrat yang hilang dan penurunan bobot akibat terjadi kebocoran ion (Courts 1973). Peningkatan kelayuan juga dipengaruhi oleh adanya etilen. Bunga yang memiliki vase life yang lebih lama diduga bunga tersebut memiliki kemampuan memproduksi etilen yang rendah dalam proses metabolismenya. Produksi etilen dimulai pada waktu terjadinya peningkatan respirasi dan kelayuan atau gugur terjadi tidak lama setelah adanya peningkatan respirasi. Semakin rendah laju respirasi, produksi etilen juga semakin

(33)

23 rendah. Pada kondisi ini reseptor etilen menangkap 1-MCP sehingga etilen yang tidak tertangkap akan hilang dan laju respirasi pun akan berkurang. Penurunan laju respirasi mengakibatkan proses kelayuan akan terhambat.

Melihat hasil yang ada secara umum umur bunga dari kuncup hingga gugur yang diaplikasikan 1-MCP lebih lama dibandingkan yang tidak diberi perlakuan MCP membuktikan bahwa MCP mampu memperpanjang umur bunga. 1-MCP mampu menghambat penangkapan etilen oleh reseptor yang dapat menyebabkan penurunan laju respirasi dan memperlambat gugurnya bunga sehingga lamanya bunga mekar menjadi lebih panjang.

Tabel 8 Pengaruh kombinasi aplikasi 1-MCP dan posisi penyimpanan terhadap umur bunga kasturi dari kuncup hingga gugur

Perlakuan Umur bunga (Hari)a

Pemaparan 1-MCP 0 ppm horizontal 2.29bc Pemaparan 1-MCP 0 ppm vertikal 2.00bc Pemaparan 1-MCP 0.1 ppm horizontal 2.57bc Pemaparan 1-MCP 0.1 ppm vertikal 2.71bc Pemaparan 1-MCP 0.2 ppm horizontal 1.43c Pemaparan 1-MCP 0.2 ppm vertikal 2.00bc Pemaparan 1-MCP 0.3 ppm horizontal 2.00bc Pemaparan 1-MCP 0.3 ppm vertikal 5.86a Pemaparan 1-MCP 0.4 ppm horizontal 5.29a Pemaparan 1-MCP 0.4 ppm vertikal 4.29a

aAngka-angka pada kolom yang sama bila diikuti notasi huruf yang berbeda berarti

menunjukkan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 95%.

Uji Hedonik

Uji hedonik adalah uji kesukaan dimana panelis diminta tanggapan kesukaan atau kebalikannya. Uji hedonik dipercobaan dilakukan oleh tiga orang panelis, dimana penilaiannya berdasarkan penampakan bunga potong kasturi berupa warna braktea dan tangkai. Warna braktea pada hari ke-0 sampai vase life dari masing-masing perlakuan berakhir tidak mengalami perubahan yang signifikan sehingga panelis menilai dari banyaknya braktea yang menghitam, sedangkan untuk warna tangkai sendiri ada beberapa tangkai yang mengalami perubahan.

Nilai hedonik yang digunakan berskala 1 sampai 5. Nilai 1 menunjukkan panelis sangat tidak suka, nilai 2 menunjukkan panelis tidak suka, nilai 3 menujukan panelis biasa saja/netral, nilai 4 menunjukkan panelis suka, dan nilai 5 menunjukkan panelis sangat suka terhadap penampakan bunga kasturi. Apabila nilai uji hedonik berada di atas 3.0 maka bunga kasturi masih dapat diterima oleh konsumen dan apabila nilai uji hedonik berada di bawah 3.0 maka bunga kasturi sudah tidak dapat diterima lagi oleh konsumen. Uji hedonik berhenti apabila vase lifenya habis yaitu ketika 30% dari keseluruhan braktea menghitam.

Berdasarkan Gambar 10 terlihat pada 0 HSP baik yang diberi perlakuan 1-MCP maupun yang tidak rata-rata nilai hedonik yang diberikan panelis adalah 4. Pada 2 HSP rata-rata nilai hedonik yang diberikan untuk yang tidak diberi

(34)

24

perlakuan 1-MCP dengan posisi horizontal dan vertikal turun hingga mencapai nilai 2.7 sehingga berada di bawah batas penerimaan. Selain itu pada 2 HSP perlakuan dengan pemaparan 1-MCP dengan konsentrasi 0.3 ppm secara horizontal turun hingga batas penerimaan sedangkan perlakuan yang lainnya masih di atas batas penerimaan. keseluruhan perlakuan mengalami penurunan nilai hedonik pada 4 HSP, jumlah perlakuan yang terdapat di batas penerimaan maupun di atas batas penerimaan sebanyak 6 perlakuan yaitu pemaparan 1-MCP dengan konsentrasi 0.1 ppm secara horizontal, 1-MCP dengan konsentrasi 0.2 ppm secara vertikal, 1-MCP dengan konsentrasi 0.3 ppm dan 0.4 ppm secara horizontal dan vertikal. Hanya perlakuan dengan konsentrasi 0.3 ppm vertikal yang berada di atas batas penerimaan dan perlakuan dengan konsentrasi 0.1 ppm dan 0.3 ppm secara horizontal berada di batas penerimaan pada 6 HSP. Nilai hedonik yang diberikan panelis untuk perlakuan dengan konsentrasi 0.4 ppm baik pada posisi horizontal maupun vertikal turun hingga mencapai nilai 2, sedangkan untuk perlakuan dengan konsentrasi 0.3 ppm vertikal masih dalam batas penerimaan pada 8 HSP. Vase life pada perlakuan dengan konsentrasi 0.3 ppm vertikal adalah 9 HSP namun uji hedonik berhenti pada 8 HSP karena uji hedonik ini dilakukan dua hari sekali. Hal tersebut menunjukkan bahwa penampakan dari bunga kasturi dengan perlakuan 1-MCP pada konsentrasi 0.3 ppm secara vertikal masih cukup menarik sehingga masih bisa diterima oleh panelis.

Gambar 10 Pengaruh 1-MCP dan posisi penyimpanan terhadap nilai hedonik kesukaan bunga kasturi. Huruf H menunjukkan penyimpanan secara horizontal dan huruf V menunjukkan penyimpanan secara vertikal Secara umum konsumen menyukai penampakan bunga potong kasturi ini pada 4 HSP, dimana pada 6 perlakuan yang diaplikasikan pada bunga potong kasturi masih dapat diterima oleh panelis. Melihat uji hedonik ini dapat diketahui bahwa panelis lebih tertarik dengan warna braktea yang merah dengan tidak ada

(35)

25 atau sedikit semburat hitam dan warna tangkai yang berwarna kuning kecoklatan. Semakin tua warna tangkai maka kesegarannya semakin menurun sehingga tidak menarik lagi.

Vase life

Vase life bunga potong merupakan lamanya umur relatif bunga potong dalam keadaan tetap segar dan indah setelah dipotong dari tanaman induknya (Wiryanto 1993). Perubahan 30% dari kesuluruhan braktea menghitam merupakan parameter yang digunakan untuk memperhitungkan vase life.

Data pada Tabel 9 menunjukkan adanya interaksi yang nyata antara konsentrasi 1-MCP dengan posisi penyimpanan terhadap vase life bunga potong kasturi. Perlakuan konsentrasi berpengaruh nyata terhadap vase life bunga potong kasturi. 1-MCP dengan konsentrasi 0.3 ppm menghasilkan vase life yang paling lama dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Perlakuan posisi penyimpanan sendiri tidak berpengaruh nyata terhadap vase life bunga potong kasturi. Hasil uji lanjut pada Tabel 10 menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi 1-MCP 0.3 ppm secara vertikal lebih lama vase lifenya dibandingkan dengan semua perlakuan kombinasi lainnya kecuali dengan perlakuan 0.4 ppm secara vertikal.

Tabel 9 Pengaruh aplikasi 1-MCP dan posisi penyimpanan terhadap vase life bunga potong kasturi

Perlakuan Vase life (HSP)a

Konsentrasia 0 ppm 4.83c 0.1 ppm 6.16b 0.2 ppm 6.50b 0.3 ppm 7.83a 0.4 ppm 7.66a Posisi penyimpanan Horizontal 6.60 Vertikal 6.60 Interaksi *

aAngka-angka pada kolom yang sama bila diikuti notasi huruf yang berbeda berarti

menunjukkan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 95%.

Menurut Setyadjit et al. (2012) mekanisme aksi senyawa 1-MCP dalam menghambat kematangan, mencegah pengaruh buruk etilen, serta menghambat senesens adalah dengan memblokir reseptor etilen yang ada pada tanaman sehingga etilen tidak dapat menempati reseptor tersebut. Agar terlihat adanya gejala dari pengaruh etilen, senyawa etilen harus menempel pada suatu reseptor ligand yang berupa asam lemak yang kemudian akan memberi sinyal untuk terjadi suatu efek fisiologis. Senyawa 1-MCP menempati reseptor tersebut secara permanen sehingga etilen tidak dapat terikat lagi setelah 1-MCP telah terikat pada suatu reseptor. 1-MCP yang menyebabkan etilen tersebut menurukan laju respirasi. Penurunan laju respirasi sendiri dapat berpengaruh pada vase life bunga

(36)

26

potong, semakin menurun laju respirasinya maka vase lifenya semakin lama. Terbukti dengan pengaplikasian 1-MCP pada bunga potong kasturi dapat memperpanjang vase life hingga 1.2-1.8 kali lipat.

Tabel 10 Pengaruh kombinasi aplikasi 1-MCP dan posisi penyimpanan terhadap vase life bunga potong kasturi

Perlakuan Vase life (HSP)a

Pemaparan 1-MCP 0 ppm horizontal 5.0e

Pemaparan 1-MCP 0 ppm vertikal 4.7e

Pemaparan 1-MCP 0.1 ppm horizontal 7.0cd

Pemaparan 1-MCP 0.1 ppm vertikal 5.7e

Pemaparan 1-MCP 0.2 ppm horizontal 6.7cd

Pemaparan 1-MCP 0.2 ppm vertikal 6.3d

Pemaparan 1-MCP 0.3 ppm horizontal 7.0cd

Pemaparan 1-MCP 0.3 ppm vertikal 8.7a

Pemaparan 1-MCP 0.4 ppm horizontal 7.3bc Pemaparan 1-MCP 0.4 ppm vertikal 8.0ab

aAngka-angka pada kolom yang sama bila diikuti notasi huruf yang berbeda berarti

menunjukkan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 95%.

Posisi vertikal sendiri memberikan pengaruh pada umur vase life karena dengan posisi tersebut susunan braktea lebih sedikit mengalami benturan dengan braktea yang lainnya maupun dengan kardus sehingga kerusakan yang terjadi seperti patahnya braktea tidak ada, walaupun ada tetapi lebih kecil dibandingkan dengan posisi horizontal. Selain itu penyimpanan dalam posisi tegak bertujuan agar bunga tidak melengkung ke bawah yang diakibatkan oleh geotropisme. Hal ini sesuai dengan peraturan dari Direktorat Budidaya Tanaman Hias (2006) dimana pengemasan harus dalam posisi berdiri.

Vase life untuk bunga potong kasturi menurut Direktorat Budidaya Tanaman Hias (2006) adalah 10 hari. namun menurut pedagang bunga potong kasturi di Rawa Belong, bunga ini hanya tahan 4 hari tanpa pengawet. Adanya perbedaan tersebut disebabkan karena pasca panen yang dilakukan oleh pedagang hanya sebatas dicelupkan ke air saja. sedangkan berdasarkan Direktorat Budidaya Tanaman Hias perlakuan pasca panen yang dilakukan pada bunga potong kasturi ini antara lain disimpan pada suhu 7-10oC dengan kelembaban 90-95% tidak lebih dari 5 hari dan dilakukan dengan merendam tangkai bunga dalam air serta menghindari penyimpanan kering.

(37)

27

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan 1-MCP secara nyata mampu memperpanjang vase life bunga potong kasturi hingga 8.7 hari dibandingkan dengan tanpa perlakuan 1-MCP yaitu hanya 4.7 hari. Kombinasi perlakuan yang optimum untuk memperpanjang vase life bunga potong kasturi hingga 8.7 hari adalah 1-MCP dengan konsentrasi 0.3 ppm dan disimpan dalam posisi vertikal. Pengukuran vase life tersebut berdasarkan parameter 30% dari total braktea menghitam dan 70% dari satu helai braktea menghitam.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pengaplikasian 1-MCP pada bunga potong kasturi dengan selang waktu dari panen hingga diberi perlakuan lebih singkat dibandingkan dengan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abadi DH, Kaviani B, Hoor SS, Torkashvand AM, Zarei R. 2009. Quality management of cut carnation ‘Tempo’ with 1-MCP. African Journal of Biotechnology. 8(20):5351-5357.

Amiarsi D. 2009. Pengaruh larutan perendaman dalam pengemasan dan pengangkutan bunga mawar potong. Iptek Hortikultura [Internet]. [diunduh

2013 Mei 20]; Tersedia pada: http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/IPTEK/Amiarsi_mawar.pdf.

Amirullah A. 2012. Budidaya Gladiol (Gladiolus hybridus) [Internet]. [diunduh 11 November 2012]. Tersedia pada http://amiere.multiply.com.

Astuti. 1993. Kiat memperpanjang masa segar bunga potong. Balai Informasi Pertanian. Agro Informasi. DKI Jakarta. 2:18-19.

Balai Tanaman Hias. 2011. Masa kesegaran bunga potong Zingiber. [Internet]. [diunduh 2012 November 4]. Tersedia pada: http://balithi.litbang.deptan.go.id.

Bhattacharjee SK, De LC. 2005. Post-harvest Technology of Flowers and Ornamental Plants. Jaipur. Pointer Publisher.

Blankenship SM. 2013. Ethylene effects and the benefits of 1-MCP [Internet]. [diunduh 2013 Mei 20]. Tersedia pada http://ucce.ucdavis.edu.com.

Blankenship SM, Dole JM. 2003. 1-Methylcyclopropane: a review. Postharvest Biol. Technol. 28: 1 – 25.

Chutichudet P, Chutichudet B, Boontiang K. 2010. Effect of 1-MCP on vase life and other postharvest qualities of patumma (Curcuma alismatifolia) cv. Chiang Mai Pink. Trends in Horticultural Research. 1: 1-11.

(38)

28

Courts GD. 1973. Internal metabolic changes in cut flower. Hort.Sci. 8(3):195-198.

Desy N. 2005. Kajian sistem pengemasan bunga mawar potong (Rosa hybrida) selama penyimpanan untuk memperpanjang masa pajangan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian.

Dole JM, Wilkins HF. 2005. Floriculture: principle and species, 2nd edition. New Jersey: Pearson/ Prentice Hall.

[Ditflorikultura] Direktorat Budidaya Tanaman Hias. 2006. Standar Prosedur Operasional Tapeinochilus ananassae [Internet]. [diunduh 2012 November 4]. Tersedia pada florikultura.org/pedum/SOP_Tapeinochilus_ananassae.pdf Efendi D. 2005. Rekayasa genetika untuk mengatasi masalah-masalah

pascapanen. Bul. Agron. 33: 50-51.

Feng X, Apelbaum A, Sisler EC, Goren R. 2000. Control of ethylene respones in avocado fruit with 1-methylcyclropropene. Postharvest Biol Technol 20:143-150.

Golding JB, Shearer D, Mc Glasson WB, Wyllie SG. 1999. Relationship between respiration. ethylene. and aroma production in ripening banana. Journal of Agricultural and Food Chem 4: 46-51.

Jiang W, Sheng Q, Zhou XJ, Liu XJ. 2002. Regulation of detached coriander leaf senescence by 1-methylcyclropropene and ethylene. Postharvest Biol. Technol 26. 339–345.

Kader AA. 1992. Postharvest Technology of Horticulture Crops. California (US): University of California Division of Agriculture and Natural Resources. Meliala LA. 2011. Pengelolaan usaha bunga potong Lisianthus di PT. Saung

Mirwan Megamendung Bogor Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mor YH, Spiegelstein, Halevy AH. 1982. Inhibition of ethylene biosynthesis in carnation petals by cytokinin. Plant Physiol. 71:541-546.

Mubarok S. 2012. 1-Methylcyclopropene (1-MCP) untuk memperpanjang kesegaran bunga pada tiga kultivar bunga pelargonium zonale hybrids [Internet]. [diunduh 2012 November 7]. Tersedia pada: http://balithi.litbang.deptan.go.id.

Ratnasari J. 2007. Galeri Tanaman Hias Bunga. Cetakan 1. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Santoso BB. 2012. Penyimpanan komoditi hortikultura [Internet]. [diunduh 2013 April 17]: 121-122. Tersedia pada: http://fp.unram.ac.id.

Serek M, Sisler EC, Reid MS. 1995. Effects of 1-MCP on the vase life and ethylene response of cut flowers. Plant Growth Regul.16: 93-97.

Serek M, Woltering EJ, Sisler EC, Frello S, Srikandarajah S. 2006. Controlling ethylene responses in flower at the receptor level. Biotechnology Advances. 24: 368 – 381.

Setyadjit, Sukasih E, Permana AW. 2012. Aplikasi 1-MCP dapat memperpanjang umur segar komoditas hortikultura. Bul. Teknologi Pascapanen Pertanian. Vol 8(1): 28-29.

Sisler EC, Serek M. 1997. Inhibitors of ethylene responses in planta at the receptor level: recent developments. Physiol Plant. 100:577-582.

(39)

29 U.S Environmental Protection Agency. 2012. 1-Methylcyclopropene (MCP)

(224459) Fact Sheet [Internet]. [diunduh 2012 Maret 17]. Tersedia pada: http://www.epa.gov.

Wiryanto K. 1993. Penanganan pasca panen bunga anggrek. Buletin Anggrek. 06: 20.

Zencirkiran M. 2010. Effects of 1–MCP (1–methylcyclopropene) and STS (silver thiosulphate) on the vase life of cut freesia flowers. Scientific Research and Essays. 5(17): 2409-2412.

(40)

30

Lampiran 1 Tahap pemaparan 1-MCP pada bunga potong kasturi

Lampiran 2 Perubahan warna tangkai bunga potong kasturi

Kuning kecoklatan

(41)

31

Merah kecoklatan

(Red brown RHS N 171 A (Brown RHS N 199 C) Coklat

Ungu tua kemerahan (Dark purple red RHS 53 A)

Ungu kecoklatan (Purple brown RHS 183 A)

(42)

32

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 Mei 1991 dari ayah Subagio dan ibu Dwi Hardini Lestari Rahayu. Penulis adalah putri keempat dari empat bersaudara. Tahun 2007 penulis masuk SMA Negeri 6 Bogor. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 6 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penulis pernah aktif menjadi pengurus Koperasi Agrohortplate sebagai divisi Marketing. Penulis juga pernah aktif dalam kepanitiaan acara Farmer Field Day, Agrosprotment dan Festival Tanaman.

Gambar

Tabel 1 Kelas ukuran panjang tangkai bunga
Gambar 3 Pengikatan molekul etilen dengan reseptornya yang membuka dan  menyebabkan reaksi kimia di jaringan tanaman
Gambar 4 1-MCP mengikat reseptor etilen, 1-MCP tidak membuka reseptor dan  reseptor tersebut tetap mengunci
Gambar 5 Posisi bunga potong kasturi pada saat perlakuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Bahwa apabila dianalisis gugatan Para Penggugat secara yuridis, pada hakikatnya adalah telah terjadi jual beli tanah antara Para Penggugat dengan Syaiful

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk kegiatan pada waktu libur) yang dilakukan di sekolah/madrasah ataupun diluar sekolah/madrasah

• Pendekatan: Hakim mempertimbangkan pengembangan dari Pasal 20 UU Tipikor sehingga dimasukan juga pendapat ahli serta pemeriksaan bahwa selain adanya hubungan

Surat Edaran ini merupakan tindak lanjut dari diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/24/PBI/2009 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS)

Proses pembelajaran pada mata kuliah Pengantar Teknik Informatika berfokus pada student-centerd Learning yang akan memberi kompetensi-kompetensi khusus pada mahasiswa.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, untuk menganalisis kevalidan perangkat pembelajaran, minat belajar dan

Selama peneliti melakukan penelitian ternyata ketiga aspek yang diukur mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi yaitu kemampuan guru dalam merencanakan

Dengan menggunakan algoritma regresi linear dapat memberikan nilai prediksi produksi padi dengan 2 variabel jumlah pertumbuhan penduduk dan jumlah produksi padi pertahun,