• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGUNG JAWAB PIDANA KORPORASI. Laode M Syarif Komisoner KPK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TANGGUNG JAWAB PIDANA KORPORASI. Laode M Syarif Komisoner KPK"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGUNG JAWAB

PIDANA KORPORASI

Laode M Syarif

(2)

Realita Hari

Ini Perkembangan Negara Lain

Perkembangan Di Indonesia

Investigasi Korporasi

Harapan

Menu Hari Ini

(3)

“Realitas Hari Ini”

Banyak Pemilik/Petinggi/pengurus/pegawai

Korporasi yang menyuap pejabat Negara

Pemilik/Pengurus/petinggi-nya diproses pidana tapi

korporasinya tidak

Pemilik/Pengurus/Petinggi yang terlibat pidana

dihukum dan korporasi menunjuk pengurus baru

untuk melanjutkan kegiatan korporasinya.

Sampai Hari ini BARU ADA SATU “Tindak Pidana

Korupsi Korporasi” yang sampai di pengadilan.

(4)

Realitas UU Nasional

Lebih

100

UU Nasional yang

mengatur secara Khusus Tanggu

Jawab Pidana Korporasi

UU Lingkungan Hidup,

UU TPPU, UU

Kehutanan, UU Perkebunan, UU

TIPIKOR, UU Tata Ruang, UU

Pertambangan

, dll

Tapi

Sangat Sedikit Korporasi

yang

dituntut di Pengadilan

(5)

Tanggung Jawab Pidana Korporasi

Pertanggungjawaban pidana

KORPORASI

adalah pendekatan

penegakan hukum terhadap

KORPORASI dan/atau PENGURUS

KORPORASI untuk

mempertanggungjawabkan

perbuatan pidana

yang dilakukan

dengan memenuhi prasyarat tertentu

sesuai dengan peraturan

(6)

Sedikit Sejarah

Corporate criminal liability

diperkenalkan

pada Abad ke 19 di Negara-Negara Common

Law: Inggris (

identification theory

) dan USA

(

vicarious liability

)

Belanda

adalah Negara

Civil Law

pertama

yang memperkenalkan

corporate criminal

liability

dalam KUHP mereka pada tahun

1950.

(7)

Teori Pendekatan Tanggung-

Jawab Pidana Korporasi

Identification Model

Pemilik Otoritas

Expanded Identification Model

Kegagalan Pencegahan

Vicarious Liability Model

Hubungan Kerja

Organizational Model

Budaya Perusahaan

(8)

Konsep Tanggung Jawab Pidana Korporasi

Pelaku

Pertanggungjawaban

TAHAP 1:

Pelaku natural person,

pertanggungjawaban natural person. Contoh: KUHP

TAHAP 2:

Pelaku korporasi,

pertanggungjawaban natural person.

Contoh: UU 41/1999 (UU Kehutanan)

TAHAP 3:

Pelaku korporasi,

pertanggungjawaban korporasi. Contoh: UU TPPU, UU Tipikor dan UU PPLH.

(9)

Perkembangan

Internasional

(10)

PRANCIS

MAHZAB : CIVIL LAW

PENGATURAN : KUHP PRANCIS 1994 Berkembang dengan Law No 2004

PRASYARAT:

• Dilakukan oleh personil perusahaan yang diangkat sah oleh perusahaan.

• Dilakukan oleh personil perusahaan yang diberikan mandat resmi oleh perusahaan (délégation de pouvoir)

IMPLEMENTASI:

Pada kasus yang sudah diputus, terdapat perkembangan dengan putusan yang menunjukan bahwa kelalaian upaya perusahaan dalam mencegah personilnya untuk melakukan suatu tindakan pidana dapat dimintakan pertanggungjawaban kepada korporasi

JUMLAH KASUS

1994-2002: 1.442 Kasus 2002-2005: 2.340 Kasus

(11)

KERAJAAN BRITANIA RAYA

MAHZAB : COMMON LAW

PENGATURAN :

CMCH Act 2007 Bribery Act 2010

PRASYARAT (alternatif):

• Dikontrol oleh direktur dan/atau manager yang memiliki otoritas (identification model); atau

• Dilakukan oleh personil perusahaan (hubungan kerja) untuk melaksanakan tugas dan fungsinya (vicarious liability).

IMPLEMENTASI:

Pada kasus-kasus yang sudah diputus, terdapat perkembangan dengan beberapa putusan yang menunjukan bahwa adanya kelalaian upaya perusahaan dalam mencegah personilnya dapat dimintakan pertanggungjawaban kepada korporasi

JUMLAH KASUS:

Khusus untuk korupsi, dari tahun 2010, terdapat 1 (satu) kasus yang didasarkan kegagalan pencegahan korupsi oleh korporasi. Di luar berbagai kasus yang menyangkut penyuapan di luar negeri.

(12)

BELANDA

MAHZAB : CIVIL LAW PENGATURAN : KUHP sejak 1976 PRASYARAT:

Berdasarkan HR 21 October 2003, NJ 2006, 328 (Drijfmest/Zijpe) Mahkamah Agung Kerajaan Belanda, pertanggungjawaban pidana dapat dikenakan kepada korporasi apabila dianggap LAYAK khususnya sesuai dengan binsis dari korporasi tersebut.

Terdapat 4 (empat) kriteria yang perlu dipertimbangkan:

• Tindakan tersebut sesuai dengan cakupan dari bisnis korporasi;

• Korporasi mendapatkan keuntungan dari tindakan tersebut;

• Dilakukan oleh orang yang mempunyai hubungan kerja atau hubungan lain atas nama korporasi;

• Korporasi tidak melaksanakan upaya yang cukup dan adanya “penerimanaan” atas tindakan tersebut.

(13)

AMERIKA SERIKAT

MAHZAB : COMMON LAW

PENGATURAN : Foreign Corrupt Practices Act, 1977

PRASYARAT:

• Merupakan korporasi yang berada dan berdiri di Amerika Serikat serta korporasi yang bagian korporasi di Amerika Serikat

• Menggunakan pendekatan vicarious liability, dapat dikenakan apabila dilakukan oleh orang yang mempunyai hubungan kerja atau mewakili korporasi tersebut.

(14)

MAHZAB : MIX CIVIL LAW & COMMON LAW

PENGATURAN :

Administrative, 2011 (Code of Administrative Offences)

PRASYARAT:

Menggunakan pendekatan vicarious liability model untuk kasus tipikor yang dilakukan perusahaan yang menekankan pada hubungan kerja antara pemberi suap dan perusahaan.

Pengajuan pertanggungjawaban korporasi ke Pengadilan Administratif.

(15)

SINGAPURA

MAHZAB : COMMON LAW

PENGATURAN :

Prevention of Corruption Act (PCA)

KUHP Singapore

PRASYARAT:

Merupakan pegawai dari perusahaan

tersebut

Melakukan tindakan penyuapan atau

tindakan lain dalam lingkup kerjanya.

(16)

MEKSIKO

MAHZAB : CIVIL LAW

PENGATURAN :

KUHP Federal Mexico

PRASYARAT:

Merupakan pekerja dan/atau mewakili

korporasi

Melakukan tindakan kejahatan untuk

menguntungkan korporasi atau dengan

dilindungi korporasi

Bukan merupakan perwakilan institusi

negara

(17)

SANKSI

NEGARA Denda Pembubaran Penghentian Aktivitas Peletakan Dibawah Pengampuan Penutupan Tetap/ Sementara Larangan Mengikuti Tender Publik Larangan Penggalangan Dana Publik Perampasan Aset Ganti Rugi Pengumuman Putusan * K et : W arna Mer ah me nan dak an me ner apk an sank si ter sebut .

(18)

PERKEMBANGAN

INDONESIA

(19)

Kondisi Berdasarkan Legislasi

• KUHP Belum mengatur

• Mengatur terbatas pada pengurus korporasi (Pasal 59 KUHP)

General

Rule

• Pertanggungjawaban Pengurus Korporasi: UU Perikanan dan UU Kehutanan.

• Pertanggungjawaban Korporasi: UU Tipikor, UU TPPU, UU Minerba, UU P3H, UU Perkebunan, UU Tata Ruang dll

Sectoral

Rules

(20)

Kondisi Berdasarkan Tingkat

Detail Pengaturan

UU Minerba UU P3H UU Perkebunan UMUM UU Tipikor KURANG DETAIL UU TPPU UU PPLH DETAIL

(21)

Pertanggungjawaban Pidana

Korporasi dalam UNCAC

Pasal 26 UNCAC:

1. Each State Party shall

adopt such measures as may be

necessary, consistent with its legal principles, to

establish the

liability of LEGAL PERSONS

for participation in the offences

established in accordance with this Convention

.

2. Subject to the legal principles of the State Party, the liability

of legal persons

may

be

CRIMINA

L

, civil or administrative.

3. Such liability shall be without prejudice to the criminal

liability of the natural persons who have committed the

offences.

4. Each State Party

shall

,

in particular, ensure that legal

persons held liable in accordance with this article are subject

to

effective, proportionate and dissuasive criminal or

non-criminal sanctions

, including monetary sanctions.

(22)

Poin-poin dalam Country Review Report

- Batasan (threshold) pertanggung-jawaban badan hukum kurang jelas

- Hukum tidak menjelaskan apakah perusahaan dan manajer dapat dituntut secara terpisah

- Sanksi finansial yang berlaku bagi perusahaan kemungkinan tidak memadai  Patut

dipertimbangkan adanya sanksi tambahan seperti

blacklisting

- Kapasitas lembaga penegak hukum terkait perlu ditingkatkan

“With regard to liability of legal

persons, Indonesian authorities recognized that the law on

corporate liability is still

rudimentary, and confirmed their commitment to broaden its

application.”

(Executive Summary)

Indonesia memiliki komitmen untuk memperbaiki peraturan

domestik terkait

pertanggungjawaban pidana korporasi dalam review cycle I

UNCAC tahun 2012.

Pertanggungjawaban Pidana

Korporasi dalam UNCAC

(23)

PERBEDAAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI (

Corporate Criminal

Liability) &

KORUPSI DI SEKTOR SWASTA (

Bribery in the private sector

)

ASPEK CCL BPS

PENGATURAN UNCAC Pasal 26 UNCAC Pasal 21 UNCAC

PENGATURAN DI

INDONESIA Pasal 20 UU Tipikor BELUM DIATUR

SUBJEK Korporasi* Natural Person

OBJEK Keuangan/Perekonomian Negara

• Penyelenggara Negara ( EKSTERNAL)

• Keuangan Perusahaan

• Pengurus Perusahaan (INTERNAL)

PEMBUKTIAN Teori Pertanggungjawaban Pidana

Korporasi

Pembuktian Tipikor pada umumnya

(24)

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam

Legislasi Tipikor di Indonesia

Pasal 20 UU Tipikor

“(1) Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau

atas nama suatu korporasi, maka tuntutan dan penjatuhan

pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan atau

pengurusnya.

(2) Tindak pidana Korupsi dilakukan oleh korporasi

APABILA

TINDAK PIDANA TERSEBUT DILAKUKAN OLEH

ORANG-ORANG BAIK BERDASARKAN HUBUNGAN KERJA MAUPUN

BERDASARKAN HUBUNGAN LAIN, BERTINDAK DALAM

LINGKUNGAN KORPORASI

tersebut baik sendiri maupun

(25)

Pasal 6

a) dilakukan atau diperintahkan oleh Personil

Pengendali Korporasi;

b) dilakukan dalam rangka pemenuhan maksud

dan tujuan Korporasi;

c) dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi

pelaku atau pemberi perintah; dan

d) dilakukan dengan maksud memberikan

manfaat bagi Korporasi

.

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

dalam UU TPPU di Indonesia

(26)
(27)

Sebagai Perbandingan:

(28)

Alat Bukti Apa yang dibutuhkan

dan

siapa/apa/dimana …

yang harus diperiksa

??

Suatu ….

(29)

Kasus “Aneh tapi Nyata”

Mr Laode Tengku Jafaar

(

Direktur) PT Holliday Development

Menyuap Gubernur dan 3 Bupati Rp 3M , untuk mendirikan

Perumahan dan lapangan Golf di kawasan hutan lindung.

Mr. Laode Tengku Jafaar dibantu oleh

Bendahara PT Holliday

Development

untuk mencairkan dana di Bank Lippo.

Pemilik (Owner PT Holliday Development) Mr Chiang Kai Sek,

menyetujui pemberian suap tersebut.

Gubernur dan 3 Bupati

terbukti serta Laode Tengku Jafaar

terbukti memberi/menerima suap

tersebut.

Apakah kita biarin saja PT Holliday Development melenggang?

Bukti-bukti apa

yang kita butuhkan untuk menjerat PT Hollidatu

Development ?

(30)
(31)

KASUS GIRI JALADHI WANA

Latar Kasus: PT. GJW merupakan badan hukum yang menjalankan usaha dibidang perdagangan, industri, agrobisnis, pembangunan dan design interior. Pada tahun 2010 PT. GJW didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum atas pelanggaran Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 Jo. Pasal 20 UU No 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20/2021 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP.

Pendekatan: Hakim mempertimbangkan pengembangan dari Pasal 20 UU Tipikor sehingga dimasukan juga pendapat ahli serta pemeriksaan bahwa selain adanya hubungan kerja serta dilakukan oleh orang yang memiliki posisi, kegiatan tersebut juga sesuai dengan tujuan korporasi serta untuk manfaat bagi korporasi.

Sanksi: Denda yang jauh LEBIH KECIL dibanding PENGURUS korporasi (Rp. 1.317.782.129,00) serta pidana tambahan penutupan sementara selama 6 (enam) Bulan

(32)

Kasus Kalista Alam

Latar Kasus: PT. Kallista Alam sebagai badan hukum diwakili oleh Subianto Rusid yang merupakan Direktur PT. Kallista Alam. Dalam dakwaannya Jaksa Penuntut Umum mendakwa terdakwa PT. Kallista Alam sebagai korporasi telah melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf (h) yang dilakukan secara berlanjut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 116 ayat (1) huruf (a), Pasal 118, Pasal 119 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan jo pasal 64 ayat (1) KUH Pidana.

Pendekatan: Hakim menggunakan pendekatan kesengajaan dengan kemungkinan bahwa tindakan tidak menyiapkan sarana dan prasarana menyebabkan terjadinya kebakaran. Selain itu, pertanggungjawaban pengurus tidak menghapus pertanggungjawaban korporasi. Pendekatan yang dilakukan adalah teori power and acceptance sesuai penjelasan UU PPLH

Sanksi: menolak kasasi sehingga menguatkan putusan Pengadilan Tinggi dan menjatuhkan pidana denda 3 Milyar serta menghapus pidana tambahan rehabilitasi lahan karena sudah diputuskan dalam putusa perdata.

(33)

Hal-Hal yang Diperhatikan

Korporasi banyak model dan jenisnya (

holding-subsidiary-sister: Company

)

Menghukum Korporasi memberi pelajaran pada pelaku

usaha agar STOP menyuap.

“Hati-hati” menghukum korporasi yang “Go-Public”…tapi

kalau dia nyata salah maka harus “diajari” agar tidak jahat

lagi dikemudian hari.

Yang kurang dari APH kita “KEBERANIAN MENCOBA” karena

ILMU-nya kita sudah miliki.

Semoga ada berita di Koran/Radio/TV…ada KORPORASI

dijerat tindak pidana korupsi

(34)
(35)

Referensi

Dokumen terkait

Sifat-sifat fisikawi (aroma, warna, kadar air, dan massa jenis) dan kimiawi (bilangan asam, penyabunan, dan peroksida) minyak bekatul beras merah disajikan

Program Lesson Study telah berhasil diidentifikasi dan dikembangkan melalui kegiatan Lesson Study di tiga LPTK (FPMIPA UPI, FMIPA UNY dan FMIPA UM) dan dirasa perlu

Dalam pelaksanaan strategi manajemen krisis, Humas Waskita memiliki berbagai kegiatan yang dilakukan sebagai upaya penanggulangan krisis. Kegiatan yang dijalankan adalah

Penelitian ini akan mengusulkan penggunaan learning machine Naive Bayes (NB) dengan mengintegrasikan antara teknik SMOTE dan Bagging serta algoritma Information

Hal ini berarti bahwa meskipun digunakan lebih dari satu kelompok pekerja untuk satu aktivitas tidak akan mengurangi durasi untuk menyelesaikan aktivitas pada satu

Lembar Pengamatan kemenarikan Model ini dibuat dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang keterlaksanaan Model Pendampingan Penerapan Instrumen Tingkat

Ajaran Gṛhastha Aśrama yang tertuang dalam penokohan Sang Hyang Smara dan Dewi Ratih menunjukkan bahwa pasangan suami istri harus mampu menjaga hubungan supaya tetap berlandaskan

Analisis Koreografi Tari Pakarena Ma’lino Produksi Lembaga Kesenian Batara Gowa Di Makassar, Skripsi Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar (UNM). Penelitian