TANGGUNG JAWAB
PIDANA KORPORASI
Laode M Syarif
Realita Hari
Ini Perkembangan Negara Lain
Perkembangan Di Indonesia
Investigasi Korporasi
Harapan
Menu Hari Ini
“Realitas Hari Ini”
•
Banyak Pemilik/Petinggi/pengurus/pegawai
Korporasi yang menyuap pejabat Negara
•
Pemilik/Pengurus/petinggi-nya diproses pidana tapi
korporasinya tidak
•
Pemilik/Pengurus/Petinggi yang terlibat pidana
dihukum dan korporasi menunjuk pengurus baru
untuk melanjutkan kegiatan korporasinya.
•
Sampai Hari ini BARU ADA SATU “Tindak Pidana
Korupsi Korporasi” yang sampai di pengadilan.
Realitas UU Nasional
•
Lebih
100
UU Nasional yang
mengatur secara Khusus Tanggu
Jawab Pidana Korporasi
•
UU Lingkungan Hidup,
UU TPPU, UU
Kehutanan, UU Perkebunan, UU
TIPIKOR, UU Tata Ruang, UU
Pertambangan
, dll
•
Tapi
Sangat Sedikit Korporasi
yang
dituntut di Pengadilan
Tanggung Jawab Pidana Korporasi
•
“
Pertanggungjawaban pidana
KORPORASI
adalah pendekatan
penegakan hukum terhadap
KORPORASI dan/atau PENGURUS
KORPORASI untuk
mempertanggungjawabkan
perbuatan pidana
yang dilakukan
dengan memenuhi prasyarat tertentu
sesuai dengan peraturan
Sedikit Sejarah
•
Corporate criminal liability
diperkenalkan
pada Abad ke 19 di Negara-Negara Common
Law: Inggris (
identification theory
) dan USA
(
vicarious liability
)
•
Belanda
adalah Negara
Civil Law
pertama
yang memperkenalkan
corporate criminal
liability
dalam KUHP mereka pada tahun
1950.
Teori Pendekatan Tanggung-
Jawab Pidana Korporasi
Identification Model
Pemilik Otoritas
Expanded Identification Model
Kegagalan Pencegahan
Vicarious Liability Model
Hubungan Kerja
Organizational Model
Budaya Perusahaan
Konsep Tanggung Jawab Pidana Korporasi
Pelaku
Pertanggungjawaban
TAHAP 1:
Pelaku natural person,
pertanggungjawaban natural person. Contoh: KUHP
TAHAP 2:
Pelaku korporasi,
pertanggungjawaban natural person.
Contoh: UU 41/1999 (UU Kehutanan)
TAHAP 3:
Pelaku korporasi,
pertanggungjawaban korporasi. Contoh: UU TPPU, UU Tipikor dan UU PPLH.
Perkembangan
Internasional
PRANCIS
MAHZAB : CIVIL LAWPENGATURAN : KUHP PRANCIS 1994 Berkembang dengan Law No 2004
PRASYARAT:
• Dilakukan oleh personil perusahaan yang diangkat sah oleh perusahaan.
• Dilakukan oleh personil perusahaan yang diberikan mandat resmi oleh perusahaan (délégation de pouvoir)
IMPLEMENTASI:
Pada kasus yang sudah diputus, terdapat perkembangan dengan putusan yang menunjukan bahwa kelalaian upaya perusahaan dalam mencegah personilnya untuk melakukan suatu tindakan pidana dapat dimintakan pertanggungjawaban kepada korporasi
JUMLAH KASUS
1994-2002: 1.442 Kasus 2002-2005: 2.340 Kasus
KERAJAAN BRITANIA RAYA
MAHZAB : COMMON LAW
PENGATURAN :
CMCH Act 2007 Bribery Act 2010
PRASYARAT (alternatif):
• Dikontrol oleh direktur dan/atau manager yang memiliki otoritas (identification model); atau
• Dilakukan oleh personil perusahaan (hubungan kerja) untuk melaksanakan tugas dan fungsinya (vicarious liability).
IMPLEMENTASI:
Pada kasus-kasus yang sudah diputus, terdapat perkembangan dengan beberapa putusan yang menunjukan bahwa adanya kelalaian upaya perusahaan dalam mencegah personilnya dapat dimintakan pertanggungjawaban kepada korporasi
JUMLAH KASUS:
Khusus untuk korupsi, dari tahun 2010, terdapat 1 (satu) kasus yang didasarkan kegagalan pencegahan korupsi oleh korporasi. Di luar berbagai kasus yang menyangkut penyuapan di luar negeri.
BELANDA
MAHZAB : CIVIL LAW PENGATURAN : KUHP sejak 1976 PRASYARAT:Berdasarkan HR 21 October 2003, NJ 2006, 328 (Drijfmest/Zijpe) Mahkamah Agung Kerajaan Belanda, pertanggungjawaban pidana dapat dikenakan kepada korporasi apabila dianggap LAYAK khususnya sesuai dengan binsis dari korporasi tersebut.
Terdapat 4 (empat) kriteria yang perlu dipertimbangkan:
• Tindakan tersebut sesuai dengan cakupan dari bisnis korporasi;
• Korporasi mendapatkan keuntungan dari tindakan tersebut;
• Dilakukan oleh orang yang mempunyai hubungan kerja atau hubungan lain atas nama korporasi;
• Korporasi tidak melaksanakan upaya yang cukup dan adanya “penerimanaan” atas tindakan tersebut.
AMERIKA SERIKAT
MAHZAB : COMMON LAW
PENGATURAN : Foreign Corrupt Practices Act, 1977
PRASYARAT:
• Merupakan korporasi yang berada dan berdiri di Amerika Serikat serta korporasi yang bagian korporasi di Amerika Serikat
• Menggunakan pendekatan vicarious liability, dapat dikenakan apabila dilakukan oleh orang yang mempunyai hubungan kerja atau mewakili korporasi tersebut.
MAHZAB : MIX CIVIL LAW & COMMON LAW
PENGATURAN :
Administrative, 2011 (Code of Administrative Offences)
PRASYARAT:
Menggunakan pendekatan vicarious liability model untuk kasus tipikor yang dilakukan perusahaan yang menekankan pada hubungan kerja antara pemberi suap dan perusahaan.
Pengajuan pertanggungjawaban korporasi ke Pengadilan Administratif.
SINGAPURA
MAHZAB : COMMON LAW
PENGATURAN :
•
Prevention of Corruption Act (PCA)
•
KUHP Singapore
PRASYARAT:
•
Merupakan pegawai dari perusahaan
tersebut
•
Melakukan tindakan penyuapan atau
tindakan lain dalam lingkup kerjanya.
MEKSIKO
MAHZAB : CIVIL LAW
PENGATURAN :
KUHP Federal Mexico
PRASYARAT:
•
Merupakan pekerja dan/atau mewakili
korporasi
•
Melakukan tindakan kejahatan untuk
menguntungkan korporasi atau dengan
dilindungi korporasi
•
Bukan merupakan perwakilan institusi
negara
SANKSI
NEGARA Denda Pembubaran Penghentian Aktivitas Peletakan Dibawah Pengampuan Penutupan Tetap/ Sementara Larangan Mengikuti Tender Publik Larangan Penggalangan Dana Publik Perampasan Aset Ganti Rugi Pengumuman Putusan * K et : W arna Mer ah me nan dak an me ner apk an sank si ter sebut .PERKEMBANGAN
INDONESIA
Kondisi Berdasarkan Legislasi
• KUHP Belum mengatur
• Mengatur terbatas pada pengurus korporasi (Pasal 59 KUHP)
General
Rule
• Pertanggungjawaban Pengurus Korporasi: UU Perikanan dan UU Kehutanan.
• Pertanggungjawaban Korporasi: UU Tipikor, UU TPPU, UU Minerba, UU P3H, UU Perkebunan, UU Tata Ruang dll
Sectoral
Rules
Kondisi Berdasarkan Tingkat
Detail Pengaturan
UU Minerba UU P3H UU Perkebunan UMUM UU Tipikor KURANG DETAIL UU TPPU UU PPLH DETAILPertanggungjawaban Pidana
Korporasi dalam UNCAC
Pasal 26 UNCAC:
1. Each State Party shall
adopt such measures as may be
necessary, consistent with its legal principles, to
establish the
liability of LEGAL PERSONS
for participation in the offences
established in accordance with this Convention
.
2. Subject to the legal principles of the State Party, the liability
of legal persons
may
be
CRIMINA
L
, civil or administrative.
3. Such liability shall be without prejudice to the criminal
liability of the natural persons who have committed the
offences.
4. Each State Party
shall
,
in particular, ensure that legal
persons held liable in accordance with this article are subject
to
effective, proportionate and dissuasive criminal or
non-criminal sanctions
, including monetary sanctions.
Poin-poin dalam Country Review Report
- Batasan (threshold) pertanggung-jawaban badan hukum kurang jelas
- Hukum tidak menjelaskan apakah perusahaan dan manajer dapat dituntut secara terpisah
- Sanksi finansial yang berlaku bagi perusahaan kemungkinan tidak memadai Patut
dipertimbangkan adanya sanksi tambahan seperti
blacklisting
- Kapasitas lembaga penegak hukum terkait perlu ditingkatkan
“With regard to liability of legal
persons, Indonesian authorities recognized that the law on
corporate liability is still
rudimentary, and confirmed their commitment to broaden its
application.”
(Executive Summary)
Indonesia memiliki komitmen untuk memperbaiki peraturan
domestik terkait
pertanggungjawaban pidana korporasi dalam review cycle I
UNCAC tahun 2012.
Pertanggungjawaban Pidana
Korporasi dalam UNCAC
PERBEDAAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI (
Corporate Criminal
Liability) &
KORUPSI DI SEKTOR SWASTA (
Bribery in the private sector
)
ASPEK CCL BPS
PENGATURAN UNCAC Pasal 26 UNCAC Pasal 21 UNCAC
PENGATURAN DI
INDONESIA Pasal 20 UU Tipikor BELUM DIATUR
SUBJEK Korporasi* Natural Person
OBJEK • Keuangan/Perekonomian Negara
• Penyelenggara Negara ( EKSTERNAL)
• Keuangan Perusahaan
• Pengurus Perusahaan (INTERNAL)
PEMBUKTIAN Teori Pertanggungjawaban Pidana
Korporasi
Pembuktian Tipikor pada umumnya
Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam
Legislasi Tipikor di Indonesia
Pasal 20 UU Tipikor
“(1) Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau
atas nama suatu korporasi, maka tuntutan dan penjatuhan
pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan atau
pengurusnya.
(2) Tindak pidana Korupsi dilakukan oleh korporasi
APABILA
TINDAK PIDANA TERSEBUT DILAKUKAN OLEH
ORANG-ORANG BAIK BERDASARKAN HUBUNGAN KERJA MAUPUN
BERDASARKAN HUBUNGAN LAIN, BERTINDAK DALAM
LINGKUNGAN KORPORASI
tersebut baik sendiri maupun
Pasal 6
a) dilakukan atau diperintahkan oleh Personil
Pengendali Korporasi;
b) dilakukan dalam rangka pemenuhan maksud
dan tujuan Korporasi;
c) dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi
pelaku atau pemberi perintah; dan
d) dilakukan dengan maksud memberikan
manfaat bagi Korporasi
.
Pertanggungjawaban Pidana Korporasi
dalam UU TPPU di Indonesia
Sebagai Perbandingan:
Alat Bukti Apa yang dibutuhkan
dan
siapa/apa/dimana …
yang harus diperiksa
??
Suatu ….
Kasus “Aneh tapi Nyata”
•
Mr Laode Tengku Jafaar
(
Direktur) PT Holliday Development
Menyuap Gubernur dan 3 Bupati Rp 3M , untuk mendirikan
Perumahan dan lapangan Golf di kawasan hutan lindung.
•
Mr. Laode Tengku Jafaar dibantu oleh
Bendahara PT Holliday
Development
untuk mencairkan dana di Bank Lippo.
•
Pemilik (Owner PT Holliday Development) Mr Chiang Kai Sek,
menyetujui pemberian suap tersebut.
•
Gubernur dan 3 Bupati
terbukti serta Laode Tengku Jafaar
terbukti memberi/menerima suap
tersebut.
•
Apakah kita biarin saja PT Holliday Development melenggang?
•
Bukti-bukti apa
yang kita butuhkan untuk menjerat PT Hollidatu
Development ?
KASUS GIRI JALADHI WANA
• Latar Kasus: PT. GJW merupakan badan hukum yang menjalankan usaha dibidang perdagangan, industri, agrobisnis, pembangunan dan design interior. Pada tahun 2010 PT. GJW didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum atas pelanggaran Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 Jo. Pasal 20 UU No 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20/2021 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP.
• Pendekatan: Hakim mempertimbangkan pengembangan dari Pasal 20 UU Tipikor sehingga dimasukan juga pendapat ahli serta pemeriksaan bahwa selain adanya hubungan kerja serta dilakukan oleh orang yang memiliki posisi, kegiatan tersebut juga sesuai dengan tujuan korporasi serta untuk manfaat bagi korporasi.
• Sanksi: Denda yang jauh LEBIH KECIL dibanding PENGURUS korporasi (Rp. 1.317.782.129,00) serta pidana tambahan penutupan sementara selama 6 (enam) Bulan
Kasus Kalista Alam
• Latar Kasus: PT. Kallista Alam sebagai badan hukum diwakili oleh Subianto Rusid yang merupakan Direktur PT. Kallista Alam. Dalam dakwaannya Jaksa Penuntut Umum mendakwa terdakwa PT. Kallista Alam sebagai korporasi telah melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf (h) yang dilakukan secara berlanjut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 116 ayat (1) huruf (a), Pasal 118, Pasal 119 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan jo pasal 64 ayat (1) KUH Pidana.
• Pendekatan: Hakim menggunakan pendekatan kesengajaan dengan kemungkinan bahwa tindakan tidak menyiapkan sarana dan prasarana menyebabkan terjadinya kebakaran. Selain itu, pertanggungjawaban pengurus tidak menghapus pertanggungjawaban korporasi. Pendekatan yang dilakukan adalah teori power and acceptance sesuai penjelasan UU PPLH
• Sanksi: menolak kasasi sehingga menguatkan putusan Pengadilan Tinggi dan menjatuhkan pidana denda 3 Milyar serta menghapus pidana tambahan rehabilitasi lahan karena sudah diputuskan dalam putusa perdata.