• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL PENDIDIKAN Maret 2011, Volume 3 Nomor 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL PENDIDIKAN Maret 2011, Volume 3 Nomor 1"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Metode Eksperimen Dan Diskusi Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Mahasiswa Pada Mata Kuliah Struktur Hewan (Hal. 3)

Arif Didik Kurniawan

Penerapan Pembelajaran Elektronika I Berbasis Konflik Kognitif Melalui Metode Percobaan, Demonstrasi, Ceramah, Dan Diskusi

(Hal. 17)

Erawan Kurniadi

Perbaikan Kualitas Perkuliahan Analisis Real Melalui Lesson Study (Hal. 32)

Darmadi, Fatriya Adamura, Ervina Maret S, Ika Krisdiana, R. Sri Suwarni, Kuswahyuni

Penggunaan Media Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa. (Hal. 41)

Joko Widiyanto

Upaya Peningkatan Keaktifan Mahasiswa Dalam Pembelajaran Melalui Metode Presentasi Kelas (Hal. 47)

Jeffry Handhika, Sardulo Gembong

Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Lesson Study (Hal. 55)

Muhammad Nur

Perbaikan Kulaitas Pembelajaran Kalkulus Melalui Lesson Study (Hal. 67)

(2)

untuk volume 3 no. 1. Berbagai penelitian yang mengkaji secara mendalam tentang pembelajaran MIPA telah banyak di kaji oleh berbagai peneliti pendidikan. Namun, implementasinya masih terasa belum sampai pada praktisi pendidikan. Untuk menyebarluaskan hasil-hasil penelitian agar dapat digunakan sebagai bahan acuan pembelajaran terutama bagi dunia pendidikan, Jurnal Pendidikan MIPA IKIP PGRI Madiun pada volume ini memuat tiga hasil penelitian tentang pendidikan fisika, dua penelitian tentang pendidikan matematika, dan penelitian pendidikan biologi.

Sumbang saran berbagai pihak sangat diharapkan dalam upaya meningkatkan kualitas Jurnal Pendidikan MIPA IKIP PGRI Madiun, dan akhirnya redaksi berharap semoga tulisan dalam edisi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca sehingga mampu menambah wawasan di bidang pendidikan

(3)

PADA MATA KULIAH STRUKTUR HEWAN

Oleh

Arif Didik Kurniawan

Program Studi Pendidikan Biologi

FPMIPA IKIP PGRI Madiun ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) Menentukan tujuan pembelajaran (lesson) satuan (unit) pelajaran, dan mata pelajaran yang efektif, 2)Mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa, 3) Memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan para guru, 4) Menentukan pelajaaran secara kolaboratif, 5) Mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa, 6)Mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan, 7) Melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan koleganya.

Pembelajarandilaksanakan di IKIP PGRI MADIUN di semester ganjil pada mata kuliah struktur hewan. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini secara garis besarnya mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan yaitu perencanaan (planing), implementasi (do) pembelajaran dan observasi serta refleksi (reflection).

Hasil penelitian ini adalah: Pada plan I diperoleh hasil bahwa pada saat peleksanaa (Do) menggunakan metode diskusi presentasi dengan indicator-indikator yang telah didiskusikan. Dari hasil Do diadakan refleksi diperoleh hasil bahwa pada saat pembelajaran kurang maksimal karena kurangnya keaktivan siswa pada saat

(4)

diskusi serta interaksi antara dosen dengan mahasiswa kurang terjalin. Pada Plan II, diperoleh hasil pada saat pelaksanaa menggunakan metode eksperimen atau praktikum. Dari hasil pembelajaran diperoleh hasil bahwa pada saat proses pembelajaran keaktivan mahasiswa lebih muncul tetapi juga maih terdapatmahasiswa yang kurang antusias dalam proses pembelajaran serta diskusi kurangmaksimal. Pada Plan ke III diperoleh hasil metode yang digunakan adalah eksperimen dan diskusi. Dari hasil pelaksanaan diperoleh hasil bahwa aktivitas mahasiswa lebih muncul serta diskusi dan presentasinya lebih hidup tetapi masih ada mahasiswa yang kurang antusis terhadap proses pembelajaran. Untuk Plan IV diperoleh hasil bahwa metode yang digunakan adalah metode diskusi presentasi. Dari hasil pelaksanaan diperoleh hasil bahwa mahasiswa tidak memperhatikan teman kelompok lain pada saat presentasi serta pada saat presentasi didominasi oleh salah satu anggota saja.

Kata kunci : Eksperimen, Diskusi, Plan, Do, dan See

Pendahuluan

Mata kuliah Struktur hewan adalah salah satu bagian dari mata kuliah yang harus dikuasai oleh mahasiswa dalam menambahi atau mengkompliti ilmu pengetahuannya dibidang Biologi. Dalam memperdalam mata kuliah struktur hewan ini, mahasiswa harus mempelajari berbagai sistem yang terdapat di dalam tubuh hewan (hewan vertebrata). Mata kuliah ini adalah salah satu mata kuliah yang memiliki tingkat imajinatif yang tinggi menjadikan tingkat pemahaman mahasiswa terhadap mata kuliah ini semakin sulit. Peranan seorang dosen dalam memahamkan konsep kepada para mahasiswa terkait dengan mata kuliah struktur hewan ini harus memiliki ide-ide kreatif dalam upaya menyampaikan materinya agar mudah dipahami para mahasiswa.

Berdasarkan beberapa kenyataan tadi yang telah disebutkan memicu penyebab kesulitan mahasiswa dalam memahami mata kuliah

(5)

ini. Menurut hasil survei wawancara dengan mahasiswa yang sudah pernah mengambil mata kuliah ini menyatakan bahwa hampir 70% mahasiswa menganggap mata kuliah ini yang paling sulit dalam pemahamanya. Beberapa materi yang terdapat dalam mata kuliah ini antara lain sistem pernafasan, sistem rangka, sistem pencernaan makanan, sistem ekskresi, sistem reproduksi, sistem integumen dan lain-lain. Sikap pelajar terhadap Biologi terutama ditandai oleh tidak ada perhatian sampai penolakan mendalam. Selain itu, banyak juga siswa yang malas, kurang motivasi, kurang perhatian, kurang serius, kurang kerja keras dan masa bodoh dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran kurang berhasil.

Selain itu, pada proses pembelajaran sehari-hari sering kita lihat dosen mengajar tidak sesuai dengan sifat-sifat materi, kurang kreatif, kurang variatif dan kurang memperhatikan kemampuan yang berbeda-beda yang dimiliki siswa. Kebanyakan guru dari mulai menyampaikan materi pelajaran sampai berakhirnya pelajaran hanya berceramah saja tanpa memotivasi dan tidak meminta siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran kurang menarik dan terasa monoton.

Proses belajar mengajar baik, dosen harus memiliki strategi- strategi agar siswa dapat belajar dengan efektif, efisien dan mengena pada tujuan pembelajaran. Penerapan pembelajaran dengan cara yang masih konvensional yang masih sering digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran, hal ini mengakibatkan keaktifan dan ketrampilan siswa cenderung terabaikan. Salah satu langkah yang harus ditempuh oleh guru adalah guru harus mampu menguasai teknik-teknik (metode mengajar) yang bervariasi.

Metode mengajar merupakan cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi dengan tujuan agar siswa dapat memahami materi dengan baik. Pemilihan metode yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran dapat membantu siswa lebih mudah memahami suatu konsep. Oleh karena itu penentuan strategi, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik materi ajaran, karakteristik siswa, karakteristik

(6)

guru dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah serta lingkungan sekitarnya.

Sesuai alternatif-alternatif solusi yang telah disampaikan, pembelajaran pada mata kuliah struktur hewan perlu dicoba melalui beberapa metode dan pendekatan diantaranya eksperimen dan diskusi. Dengan mencoba penerapan metode eksperimen dan disertai diskusi kelompok maupun kelas diharapkan pengetahuan-pengetahuan itu muncul dari pikiran-pikiran mahasiswa sendiri dalam melibatkan aktivitasnya pada proses eksperimen dan diskusi.

Pembahasan

Pada dasarnya dalam pelaksanaan Lesson study terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh seorang tenaga pengajar. Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007) dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study.

1. Tahapan Perencanaan (Plan)

Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran.

(7)

2. Tahapan Pelaksanaan (Do)

Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya

3. Tahapan Refleksi (Check)

Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun.

Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.

4. Tahapan Tindak Lanjut (Act)

Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran indiividual, maupun menajerial. Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi

(8)

(check) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik.

Lesson study I Plan I

Dalam pelaksanaan tahap pertama pelaksanaan pembelajaran LS yaitu perencanaan dimana guru atau dosen yang menjadi model beserta team berdiskusi membahas mengenai desain pembelajaran yang akan dilaksanakan pada saat pembelajaran. Dari hasil pelaksanaan plan I diperoleh rancangan pembelajaran yang menitik beratkan pada diskusi kelompok, dimana pada masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya melalui gambar yang telah dipersiapkan. Diakhir pembelajaran dosen mengadakan postes kepada mahasiswa. Setelah perencanaan selesai Dosen model melaksanakan pembelajaran dengan diamati dosen lain atau observer.

Do I

Implementasi RPP plan I dalam pembelajaran diobservasi oleh pengamat sebanyak 3 orang yang terdiri dari dosen rumpun matakuliah. See I

Dari hasil pelaksanaan pembelajaran (Do) terdapat beberapa masukan dari dosen model dan dosen observer, antara lain sebagai berikut :

Dosen Model

1) Pembelajaran LS yang berbasis dengan kelompok, menjadikan sifat egois dari masing-masing anggota kelompok muncul karena menginginkan menjadi yang terbaik tanpa menghiraukan anggota kelompoknya yang belum paham.

2) Banyak mahasiswa yang belum siap dalam menghadapi pembelajaran dengan ditandai masih banyak mahasiswa yang tidak membawa buku penunjang dan ada mahasiswa yang miskonsepsi terhadap materi yang dipelajari

3) Beberapa kelompok belum sempurna dalam mempersiapkan materi hari ini.

(9)

Pengamat (Observer)

1) Masih banyak mahasiswa yang tidak respon terhadap materi pelajaran dimungkinkan karena adanya suasana pembelajaran yang berbeda dengan biasanya menjadikan mahasiswa perlu menyesuaikan diri

2) Komunikasi dan interaksi antara mahasiswa dengan dosen masih kurang atau mahasisawa kurang aktif terhadap proses pembelajaran 3) Terdapat mahasiswa yang merasa acuh tak acuh terhadap

pembelajaran

4) Masing-masing kelompok kurang memperhatikan kelompok lainya yang sedang presentasi didepan karena masing-masing sibuk mempersiapkan post test

5) Setiap kelompok kurang menguasai materinya dan belum mampu untuk memberikan suatu kesimpulan

6) Media sudah representative

7) Mahasiswa sebagian sudah membawa buku pegangan atau buku paket

Solusi dari observer

1) Dalam pembelajaran selanjutnya mencari kelas yang mendukung 2) Dalam pembelajaran tidak diberi post tes tapi diganti pemberian pre

test

Kontrol dosen pada masing-masing mahasiswa untuk lebih diperhatikan

Lesson study II Plan II

Dalam pelaksanaan tahap kedua pelaksanaan pembelajaran LS yaitu seperti di plan yang pertama yaitu dosen model bersama timnya berdiskusi membahas perencanaan desain pembelajaran yang akan dilaksanakan pada saat pembelajaran. Dari hasil pelaksanaan plan II diperoleh rancangan pembelajaran yang menitik beratkan pada eksperimen dan diskusi kelompok, dimana pada masing-masing kelompok melakukan proses pembedahan dan mengamati organ-organ

(10)

hewan serta masing-masing kelompok diberi LKS. Setelah selesai pengamatan, menggambar dan pembahasan LKS, perwakilan dari anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusi LKSnya melalui gambar dari hasil pengamatan . Diakhir pembelajaran dosen memberikan suatu penguatan dan merangkum hasil pembelajaran secara bersama-sama dengan mahasiswa. Setelah perencanaan selesai dosen model melaksanakan pembelajaran dengan diamati dosen lain atau observer.

Do II

Implementasi RPP plan II dalam pembelajaran diobservasi oleh pengamat sebanyak 3 orang yang terdiri dari dosen rumpun mata kuliah. See II

Dari hasil pelaksanaan pembelajaran (Do II) terdapat beberapa masukan dari dosen model dan dosen observer, antara lain sebagai berikut :

Dosen Model

1) Proses pembelajaran menjadi lebih hidup ditandai dengan hidupnya komunikasi antara mahasiswa dengan mahasiswa dan antara mahasiswa dengan dosen.

2) Mahasiswa lebih siap dalam menerima pelajaran dengan cara praktikum

3) Masih terdapat mahasiswa yang tidak sepenuhnya mengikuti proses pembelajaran dengan bermain sendiri tanpa menghiraukan proses pembelajaran

Pengamat (Observer)

1) Aspek-aspek pembelajaran muncul pada diri mahasiswa

2) Masih terdapat mahasiswa yang kurang antusias terhadap pembelajaran

3) Pembelajaran menjadi lebih hidup, komunikasi antara individu dengan individu dan individu dengan dosen lebih terjalin

4) Semua mahasiswa nampak belajar dengan baik saat menggunakan media langsung.

(11)

5) Saat awal praktikum ketika ditayangkan video mahasiswa berkonsentrasi, tetapi ketika mulai membedah konsentrasi mahasiswa menurun hanya beberapa mahasiswa yang nampak aktif. 6) Konsentrasi mahasiswa mulai meningkat lagi ketika dosen

mandatangi kelompok praktikum satu persatu.

7) Sudah ada peningkatan pembelajaran dibandingkan pembelajaran minggu yang lalu.

8) Perlu diadakan Pre test.

9) Pembelajarannya sudah bagus, aktivitas mahasiswa sudah mengalami peningkatan.

Solusi dari observer

1) Pembelajaran untuk tetap dipertahankan

2) Dosen harus berkeliling terus disetiap kelompok untuk mengecek hasil kerja mereka

3) Perlu diadakan pretest sebelum praktek dimulai Lesson study III

Plan III

Dalam pelaksanaan tahap ketiga pelaksanaan pembelajaran LS yaitu seperti di plan yang pertama dan kedua yaitu dosen model bersama timnya berdiskusi membahas perencanaan desain pembelajaran yang akan dilaksanakan pada saat pembelajaran. Dari hasil pelaksanaan plan III tidak jauh seperti plan II, diperoleh rancangan pembelajaran yang menitik beratkan pada eksperimen dan diskusi kelompok, dimana pada masing-masing kelompok melakukan proses pembedahan, mengamati dan membahas LKS. Setelah selesai pengamatan dan menggambar, perwakilan dari anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusi LKSnya melalui gambar dari hasil pengamatan . Diakhir pembelajaran dosen memberikan suatu penguatan dan merangkum hasil pembelajaran secara bersama-sama dengan mahasiswa. Setelah perencanaan selesai Dosen model melaksanakan pembelajaran dengan diamati dosen lain atau observer.

(12)

Do III

Implementasi RPP plan III dalam pembelajaran diobservasi oleh pengamat sebanyak 9 orang yang terdiri dari dosen rumpun mata kuliah, dosen matematika dan observer ekternal dari UNY

See II

Dari hasil pelaksanaan pembelajaran (Do) terdapat beberapa masukan dari dosen model dan dosen observer, antara lain sebagai berikut :

Dosen model

1. Pada tahap awal mahasiswa responnya bagus tetapi pada tahap praktikum masih banyak mahasiswa yang kurang greget terhadap eksperimen yang dilakukan.

2. Tata letak ruang kurang luas sehingga mempengaruhi jalannya eksperimen.

3. Presentasi sudah berjalan lumayan bagus. Pengamat (Observer)

1) Dalam kelompok hanya 1-2 orang yang melakukan seksiologi. 2) Mahasiswa bernama Indah Pertama tidak aktif tetapi kemudian

menjadi aktif.

3) Mahasiswa bernama Rina tidak aktif (kel. Katak).

4) Rika Indriastutik menonjol di teman-temannya dan juga memberi penjelasan sama teman-temannya.

5) Dosen mendatangi kelompok dan memberi penjelasan sangat membantu mahasiswa.

6) Motivasi yang diberikan dosen sudah bagus. 7) Peta meja praktikum kurang representatif.

8) Ketika kelompok lain presentasi kelompok lima tidak memperhatikan.

9) Kerja Tim kelompok sudah sangat bagus (2 membedah, 2 mengambil alat, menulis laporan)

10) Menggambarnya hanya dari laptop tidak sesuai preparat yang dibedah

11) Pada awal mahasiswa tegang tetapi seiring berjalannya waktu mulai ada keaktifan.

(13)

13) Tetapi seiring berjalannya waktu konsentrasi mahasiswa mulai menurun.

14) Septian Aziz tidak ikut diskusi dengan teman-temannya tetapi malah bercanda dengan putut.

15) Perlu adanya diskusi kelas setelah praktikum dilaksanakan yang dipimpin oleh dosen

Solusi dari observer

1) Dalam berdiskusi tidak harus diskusi kelompok dibuat diskusi kelas juga bisa

2) Manajemen waktunya untuk lebih diperbaiki lagi

3) Karena Laboratoriumnya kurang luas dengan jumlah mahasiswa yang sekian banyaknya lebih baiknya jumlah kelompk dikurangi sehingga dosen dapat dengan leluasa berkeli;ling memantau pada setiap kelompok

4) Dalam waktu berdiskusi dosen memimpin dan memberikan waktu yang agak lama dalam berdiskusinya sehingga dapat terbahas dengan maksimal

Lesson study IV Plan IV

Dalam tahap ini sama dengan tahap plan yang lain dimana guru atau dosen yang menjadi model beserta team berdiskusi membahas mengenai desain pembelajaran yang akan dilaksanakan pada saat pembelajaran. Dari hasil pelaksanaan plan IV diperoleh rancangan pembelajaran yang menitik beratkan pada diskusi kelompok, dimana pada masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya melalui gambar yang telah dipersiapkan. Setelah setiap kelompok selesai mempresentasikan hasil dikusinya dosen memberikan penguatan terhadapa apa yang dipresentasikan sehingga mahasiswa yang lain mendapat penjelasan dari dosen. Diakhir pembelajaran dosen mengadakan postes kepada mahasiswa. Setelah perencanaan selesai Dosen model melaksanakan pembelajaran dengan diamati dosen lain atau observer

Do IV

Implementasi RPP plan IV dalam pembelajaran diobservasi oleh pengamat sebanyak 3 orang yang terdiri dari dosen rumpun mata kuliah.

(14)

See IV

Dosen Model

1) Mahasiswa kurang menguasai materi yang dipresentasikan

2) Kurangnya penguasaan materi itu mengakibatkan didominasi oleh satu atau dua anggota kelompok

3) Media lebih mendukung dan representative sehingga dalam mempresentasikan agak lebih baik dan lancar

4) Mahasiswa mulai bosan dengan pembelajaran karena diadakan secara terus menerus dengan diobservasi oleh dosen lain

Pengamat (Observer)

1) Konsentrasi mahasiswa kurang terfokus pada presentasi yang dilakukan temannya dikarenakan mereka sibuk menyiapkan presentasi kelompok mereka sendiri.

2) Sebaiknya tidak semua mahasiswa dalam kelompok ikut presentasi. Presentasi dilakukan oleh perwakilan kelompok dengan cara diundi agar semua anggota kelompok mempersiapkanya

3) Diskusi kelompok yang belum berjalan dengan baik

4) Mahasiswa kurang memperhatikan presentasi yang dilakukan temannya, masing-masing kelompok hanya tahu tentang tema pada kelompoknya.

Solusi dari observer

1) Dalam menentukan siapa yang presentasi sebaiknya di undi supaya semua anggota kelompok siap untuk mempresentasikannya sehingga tidak menggantungkan pada salah satu anggota saja

2) Dosen harus selalu mengkontrol mahasiswa yang kurang memperhatikan proses pembelajaran sehingga mampu terminimalisir

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pembelajaran LS yang berbasis dengan kelompok, menjadikan sifat

egois dari masing-masing anggota kelompok muncul karena menginginkan menjadi yang terbaik tanpa menghiraukan anggota

(15)

kelompoknya yang belum paham. Untuk itu kontrol dosen pada masing-masing mahasiswa untuk lebih diperhatikan

2. Pada pembelajaran melalui eksperimen atau praktikum, ditahap awal mahasiswa responnya bagus tetapi pada tahap praktikum masih banyak mahasiswa yang kurang greget terhadap eksperimen yang dilakukan. Tata letak ruang kurang luas sehingga mempengaruhi jalannya eksperimen serta kontrol dosen kurang maksimal karena acsesibility kekelompok bagian belakang agak sulit. Disamping itu mengenai keaktivan siswa pada saat praktikum juga sudah baik. 3. Dalam waktu berdiskusi dosen memimpin dan memberikan waktu

yang agak lama dalam berdiskusinya sehingga dapat terbahas dengan maksimal dan timbul konflig kognitif diantara mahasiswa.

4. Konsentrasi mahasiswa kurang terfokus pada presentasi yang dilakukan temannya dikarenakan mereka sibuk menyiapkan presentasi kelompok mereka sendiri. Sebaiknya tidak semua mahasiswa dalam kelompok ikut presentasi. Presentasi dilakukan oleh perwakilan kelompok dengan cara diundi agar semua anggota kelompok mempersiapkanya. Mahasiswa kurang memperhatikan presentasi yang dilakukan temannya, masing-masing kelompok hanya tahu tentang tema pada kelompoknya sehingga kontrol dosen terhadap mahaiswa yang tidak presentasi dapat memperhatikan teman kelompok lain yang sedang presentasi.

Berdasarkan simpulan hasil penelitian tersebut, peneliti memberikan bebrapa saran sebagai berikut :

Para dosen dan penerapanya nanti adalah ke tenaga pengajar SMP maupun SMA dapat menggunakan Lesson study sebaagai cara untuk memperoleh suatu model dan metode yang tepat dalam proses pembelajarannya sehingga diperoleh hasil pembelajaran yang maksimal

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Catherine Lewis. 2004. Does Lesson Study Have a Future in the United States?. Online: http://www.sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm

Lesson Study Research Group online:

http://www.tc.edu/lessonstudy/whatislessonstudy.html

Slamet Mulyana. 2007. "Lesson Study" (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat

Wikipedia. 2007. Lesson Study. Online: http://en.wikipedia.org/wiki/Lesson_study

(17)

Oleh

Erawan Kurniadi Program Studi Pendidikan Fisika

FPMIPA IKIP PGRI Madiun ABSTRAK

Penyebab utama rendahnya kualitas pembelajaran elektronika adalah rendahnya penguasaan dan kesalahan konsep pada materi prasyarat. Penyebab lain karena tidak dikenalnya komponen-komponen elektronika oleh mayoritas mahasiswa, rendahnya keterampilan dalam merangkai komponen elektronika, dan rendahnya kemampuan menggunakan alat ukur listrik. Kondisi yang telah disebutkan merupakan prediksi awal, permasalahan nyata yang terjadi pada mahasiswa saat belajar masih perlu dijaring. Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk mewujudkan pembelajaran berkualitas melalui penjaringan terhadap permasalahan belajar mahasiswa dan mengupayakan solusinya.

Penelitian pada mata kuliah elektronika I semester VA program studi pendidikan fisika ini dilakukan dalam kerangka kegiatan penguatan lesson study 2010 dengan dana dari Ditnaga Dikti. Pelaksanaannya melalui penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang melibatkan 1 dosen model dan 2 orang pengamat. Permasalahan akan dicoba dipecahkan dengan menerapkan pembelajaran berbasis konflik kognitif melalui metode percobaan, demonstrasi, ceramah, dan diskusi. Hasil penelitian menunjukkan: 1) lebih dari 50% mahasiswa tidak bisa mengguna alat ukur dan merangkai alat pada saat percobaan, 2) penggunaan LCD infocus sangat membantu mahasiswa untuk dapat mengamati demonstrasi dengan jelas walaupun dari jarak yang relatif jauh, 3) kegiatan diskusi berhasil dimanfaatkan untuk memicu terjadinya konflik kognitif sehingga menuntut mahasiswa untuk berpikir dalam m e n e n t u k a n k o n s e p y a n g p a l i n g b e n a r, 4 ) c e r a m a h

(18)

dengan alokasi lebih dari 30 menit menyebabkan mahasiswa jenuh, solusinya adalah mengkombinasi kegiatan ceramah (10 menit) dengan diskusi (10 menit) secara bertahap.

Kata kunci : konflik kognitif, percobaan, demonstrasi, ceramah, diskusi

A. Pendahuluan

Komponen elektronika memang sesuatu yang riil dan dapat dikenali dengan mudah, tetapi proses yang terjadi dalam komponen ketika digunakan dalam rangkaian merupakan sesuatu yang sangat abstrak. Kenyataan yang telah disebutkan memicu sulitnya mempelajari elektronika disamping teori dan kenyataan yang seringkali tidak sesuai. Membelajarkan elektronika secara mendasar terhadap mahasiswa memerlukan strategi jitu yang memang berbeda dengan yang lain.

Penyebab lain yang tidak kalah penting dan ikut memperburuk proses pemahaman terhadap materi kuliah elektronika yaitu: 1) rendahnya penguasaan terhadap materi prasyarat misalnya rangkaian sederhana, dan bahan semikonduktor, 2) kesalahan konsep pada materi prasyarat, 2) tidak dikenalnya komponen-komponen elektronika oleh mayoritas mahasiswa, 3) rendahnya keterampilan dalam merangkai komponen elektronika, dan 4) rendahnya kemampuan menggunakan alat ukur listrik.

Jika mahasiswa tidak paham materi prasyarat, maka akan sangat menyulitkan mahasiswa dalam menguasai materi yang diprasyarati. Ibaratnya: belajar berjalan tidak akan berhasil jika berdiri saja susah. Kesalahan konsep pada materi prasyarat akan memicu kesalahan konsep pada materi lanjutannya sehingga menjadi rantai salah konsep yang sulit untuk diputuskan. Untuk memutuskan rantai salah konsep diperlukan strategi pembelajaran yang dapat menimbulkan konflik kognitif pada mahasiswa (Erawan K., 2008:5). Konflik kognitif akan memaksa mahasiswa untuk berpikir dalam memilih atau menentukan konsep yang paling benar. Untuk memicu munculnya konflik kognitif diperlukan pertanyaan-pertanyaan yang

(19)

diprediksi menimbulkan jawaban bermacam-macam sehingga akan segera diketahui letak kesalahan pemahamannya.

Sebagian besar mahasiswa tidak mengenal komponen-komponen elektronika. Akibatnya, mereka mengalami kesulitan dalam memasang komponen elektronika pada papan rangkai berdasarkan gambar rangkaian yang diacu. Rendahnya kemampuan dalam menggunakan alat ukur listrik dan membaca hasil ukurnya ikut menghambat proses belajar elektronika melalui kegiatan percobaan. Alternatif solusinya adalah dengan sesegera mungkin membiasakan mahasiswa untuk mengenal komponen elektronika, belajar merangkai komponen elektronika, dan menggunakan alat ukur untuk keperluan analisis.

Sesuai alternatif-alternatif solusi yang telah disampaikan, pembelajaran pada mata kuliah elektronika perlu dicoba melalui beberapa metode dan pendekatan diantaranya eksperimen, percobaan, demonstrasi, dan ceramah disertai diskusi. Pembelajaran melalui eksperimen yang menuntut mahasiswa untuk dapat merumuskan masalah, menyusun hipotesis, dan menguji hipotesis diprediksi cukup sulit untuk dilakukan karena kemungkinan besar mahasiswa kurang menguasai materi prasyarat. Alternatif yang paling memungkinkan untuk dipilih adalah pembelajaran melalui percobaan, demonstrasi, dan ceramah disertai diskusi dengan strategi khusus yang mampu menimbulkan konflik kognitif.

Pelaksanaan pembelajaran diobservasi oleh 2 orang dosen pengamat (observer). Pengamatan diarahkan/difokuskan pada aktivitas belajar mahasiswa dan hasilnya digunakan sebagai acuan dalam refleksi. Hasil refleksi digunakan sebagai acuan perbaikan pembelajaran pada materi yang sama dan dimanifestasikan dalam perbaikan RPP.

B. Pembahasan

1. Penerapan Metode Percobaan dan Diskusi dalam Pembelajaran Diode Penyearah & Diode Khusus

Indikator yang diharapkan tercapai setelah mahasiswa mempelajari materi diode penyearah dan diode khusus yaitu mahasiswa dapat :

(20)

a. Melukiskan kurva karakteristik diode (V vs I) lengkap dalam forward & reverse bias berdasarkan hasil percobaan tentang karakteristik diode dalam forward & reverse bias

b. Menyajikan kalimat analisis terkait kemampuan diode dalam menghantarkan arus listrik saat diode diberi prategangan maju (forward bias), dan prategangan balik (reverse bias)

c. Menjelaskan dengan kalimat sendiri prinsip kerja diode zener

d. Melakukan perhitungan matematis terhadap nilai V dan I berdasarkan konsep diode ideal, maupun konsep diode dalam kenyataan dengan memperhitungkan tegangan lutut (Vk), dan hambatan limbak (rB)

Perencanaan (plan) yang disusun melalui diskusi oleh 3 orang dosen rumpun mata kuliah dalam persiapan penerapan metode percobaan dan diskusi dalam pembelajaran diode penyearah & diode khusus menghasilkan:

a. Kesepakatan meliputi :

1) Sesuai dengan indikator, pembelajaran direncanakan menggunakan metode percobaan dan diskusi. Peralatan dan bahan percobaan harus dipersiapkan sehingga layak dan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai serta memenuhi jumlah kelompok.

2) Karakter diode secara umum memiliki tegangan dadal cukup besar (>50 volt) sehingga sumber tegangan yang menghasilkan nilai beda tegangan > 50 volt agak sulit diperoleh. Solusi: menggunakan piranti utama diode zener 6,2 volt dengan asumsi tegangan dadal tidak terlalu tinggi dan cukup mewakili karakteristik diode dalam forward dan reverse bias. Selain itu, prinsip kerja diode zener sebagai regulator juga sekaligus dapat dipelajari.

3) Sebelum masuk kegiatan inti yaitu percobaan dilanjutkan dengan diskusi, dosen menyampaikan materi pengantar secara singkat memanfaatkan media power point.

4) Alokasi waktu untuk kegiatan inti yaitu percobaan oleh mahasiswa dan diskusi kelas memperoleh proporsi lebih banyak karena merupakan prioritas dalam pencapaian indikator.

(21)

b. Instrumen Pembelajaran meliputi:

1) RPP dengan metode pembelajaran percobaan dan diskusi.

2) Lampiran RPP yang terdiri dari: rangkuman materi, modul praktikum disertai soal pemahaman materi, checklist afektif dan psikomotorik.

Refleksi yang dilakukan bersama dengan pengamat menghasilkan temuan permasalahan mahasiswa dalam proses pembelajaran beserta solusinya (tabel 1).

No. Temuan Permasalahan Solusi

1. Pertanyaan-pertanyaan uji materi prasyarat sebagian tidak bisa dijawab oleh mahasiswa, sebagian lagi dijawab dengan ragu-ragu.

Contoh nyata: beberapa mahasiswa

masih mengalami kesulitan

membedakan forward bias dan

reverse bias

Prediksi penyebab: a) kurang menguasai materi prasyarat, b) lupa, c) salah konsep

Pemberian tugas dan pretest sehingga mahasiswa dipaksa secara halus untuk membaca buku agar dapat mengerjakan tugas dan pretest

2. Mahasiswa mengalami kesulitan

dalam memasang komponen pada papan rangkai elektronika sehingga waktu untuk proses kegiatan percobaan sangat melebihi alokasi

waktu yang disediakan dan

menghambat kegiatan pembelajaran selanjutnya. Ada kelompok yang dalam waktu sekitar 45 menit belum berhasil melakukan percobaan.

Contoh kesalahan yang

dilakukan oleh mahasiswa saat

memasang komponen dan

menggunakan alat ukur:

(a) (b)

a. Rangkaian sebenarnya (Malvino, 2002) b. Rangkaian oleh mahasiswa

1. Pemantauan pada kegiatan

percobaan oleh dosen dengan memberikan tahap-tahap yang jelas secara instruksional mengenai kegiatan dan waktu sub kegiatan percobaan meliputi: kapan dimulai, kapan selesai, kapan mengontrol ketepatan rangkaian, dan kapan mahasiswa

diperbolehkan melanjutkan

kegiatan

2. Modul praktikum disampaikan

sebelum pelaksanaan untuk

dipelajari di rumah. Untuk menjamin agar mahasiswa mau

mempelajari modul, perlu

diadakanpretest.

Tabel 1. Temuan permasalahan dalam pembelajaran diode penyearah dan diode khusus melalui metode percobaan dan diskusi beserta solusinya

(22)

3. Pada kegiatan inti yaitu percobaan dan diskusi, hanya beberapa mahasiswa yang aktif dan yang lebih dominan mahasiswa laki-laki

pembentukan kelompok diarahkan agar mahasiswa yang memiliki kemampuan lebih dapat membantu temannya yang kurang. Memberi

reward pada mahasiswa yang aktif untuk memotivasi mahasiswa aktif dalam diskusi

Tindakan perbaikan terhadap RPP mengacu pada hasil refleksi : a) Memasukkan kegiatan pretest dalam kegiatan inti, b) Mendesain ulang alokasi waktu tiap sub kegiatan inti, c) Pada akhir kegiatan/penutup dosen memberikan tugas pada mahasiswa untuk dikerjakan di rumah.

2. Penerapan Metode Demonstrasi dan Diskusi dalam

Pembelajaran Penerapan Diode

Indikator yang diharapkan tercapai setelah mahasiswa mempelajari materi penerapan diode yaitu mahasiswa dapat:

a. Menjelaskan dengan kalimat sendiri prinsip kerja diode sebagai penyearah setengah gelombang

b. Menjelaskan dengan kalimat sendiri prinsip kerja diode sebagai penyearah gelombang penuh

c. Melukiskan bentuk gelombang keluaran penyearah setengah gelombang dan gelombang penuh sesuai dengan tampilan Cathode Ray Osciloscope (CRO)

d. Menggunakan persamaan-persamaan matematis pada penyearah setengah gelombang dan gelombang penuh untuk menyelesaikan persoalan terkait

e. Menjelaskan dengan kalimat sendiri prinsip kerja penapis/filter pada penyearah

Perencanaan (plan) yang disusun melalui diskusi oleh 3 orang dosen rumpun mata kuliah dalam persiapan penerapan metode demonstrasi dan diskusi dalam pembelajaran penerapan diode menghasilkan :

a. Kesepakatan meliputi :

1) Sesuai dengan indikator, pembelajaran direncanakan menggunakan metode demonstrasi dan diskusi. Sebelum demonstrasi dosen menjelaskan materi secara singkat

(23)

memanfaatkan media power point. Harus ada penjelasan nama peralatan dan bahan beserta fungsinya.

2) Mahasiswa diberi kesempatan membaca materi pada buku diktat pada saat dosen mempersiapkan demonstrasi.

3) Soal-soal pemahaman materi (LKM) disusun dan ditujukan untuk mengukur capaian indikator yang ingin dicapai dan diupayakan dapat menimbulkan konflik kognitif sehingga kegiatan diskusi kelas akan lebih hidup.

b. Instrumen Pembelajaran meliputi:

1) RPP dengan metode pembelajaran demonstrasi dan diskusi. 2) Lampiran RPP yang terdiri dari: rangkuman materi, pedoman

demonstrasi, LKM, dan checklist afektif.

Refleksi yang dilakukan bersama dengan pengamat menghasilkan temuan permasalahan mahasiswa dalam proses pembelajaran beserta solusinya (tabel 2).

No. Temuan Permasalahan Solusi

1. Sebagian mahasiswa tidak membawa buku diktat, sehingga mahasiswa yang membawa buku harus berbagi buku untuk dibaca bersama sehingga konsentrasi dan fokus mahasiswa ketika membaca materi tidak maksimal

Mewajibkan mahasiswa untuk membawa buku, memberi tugas mengerjakan soal agar mahasiswa secara otomatis membaca buku

2. Pemberian waktu khusus pada mahasiswa untuk membaca buku saat pembelajaran ternyata tidak efektif karena selain ada mahasiswa yang tidak membawa buku juga alokasi waktu menjadi banyak tersita

Memberi tugas mengerjakan soal agar mahasiswa secara otomatis membaca buku. Walaupun diprediksi sebagian besar mahasiswa akan mencontek jawaban tugas temannya yang rajin, paling tidak ketika mencontek mereka juga ikut berpikir tentang kebenaran jawaban yang diconteknya

3. Demonstrasi kurang dapat diamati dengan jelas oleh mahasiswa yang duduk di deret belakang

Menampilkan kegiatan demonstrasi alat oleh dosen model dengan menggunakan infocus, sehingga tampilan bisa jelas dari berbagai sudut tempat duduk mahasiswa

Tabel 2. Temuan permasalahan dalam pembelajaran penerapan diode melalui metode demonstrasi dan diskusi beserta solusinya

(24)

4. Pada saat diskusi belum banyak terjaring jawaban berbeda-beda pada persoalan yang sama

Menambah alokasi waktu diskusi agar terjaring jawaban yang bisa jadi berbeda-beda pada pesoalan yang sama. Dengan demikian, mahasiswa akan mengalami konflik kognitif dan berpikir untuk memilih jawaban yang paling benar

Tindakan perbaikan terhadap RPP mengacu pada hasil refleksi: a) Mengeliminasi pemberian waktu pada mahasiswa untuk membaca buku, b) Menambahkan peralatan LCD infocus pada alat demonstrasi, c) Menambah durasi waktu pada kegiatan presentasi dan diskusi, d) Pada akhir kegiatan/penutup dosen memberikan tugas pada mahasiswa untuk dikerjakan di rumah.

3. Penerapan Metode Demonstrasi dan Diskusi dalam

Pembelajaran Transistor Dwikutub

Indikator yang diharapkan tercapai setelah mahasiswa mempelajari materi transistor dwikutub yaitu mahasiswa dapat:

a. Menjelaskan struktur transistor dwikutub npn dan pnp.

b. Menjelaskan sistem operasi transistor pada pemberian prategangan maju (forward bias), prategangan balik (reverse bias), dan prategangan maju-balik (forward and reverse bias).

c. Menyebutkan hubungan antara arus emiter, arus basis, dan arus kolektor.

d. Menjelaskan pengertian parameter

Perencanaan (plan) yang disusun melalui diskusi oleh 3 orang dosen rumpun mata kuliah dalam persiapan penerapan metode demonstrasi dan diskusi dalam pembelajaran transistor dwikutub menghasilkan:

a. Kesepakatan meliputi

1) Sesuai dengan indikator, pembelajaran direncanakan menggunakan metode demonstrasi dan diskusi. Sebelum demonstrasi dosen menjelaskan materi secara singkat memanfaatkan media power point. Harus ada penjelasan nama peralatan dan bahan beserta fungsinya.

adc,bdc, dan hFE.

(25)

2) Soal-soal pemahaman materi (LKM) disusun dan ditujukan untuk mengukur capaian indikator yang ingin dicapai dan diupayakan dapat menimbulkan konflik kognitif sehingga kegiatan diskusi kelas akan lebih hidup.

3) Alokasi waktu untuk kegiatan diskusi ditambah menjadi 25 menit agar dapat menjaring jawaban bermacam-macam pada soal yang sama sehingga muncul konflik kognitif pada mahasiswa.

b. Instrumen Pembelajaran meliputi:

1) RPP dengan metode pembelajaran demonstrasi dan diskusi. 2) Lampiran RPP yang terdiri dari: rangkuman materi, pedoman

demonstrasi, LKM, dan checklist afektif.

Implementasi RPP plan I dalam pembelajaran diobservasi oleh pengamat dosen rumpun mata kuliah.

Proses pembelajaran berjalan sangat lancar dan baik, hanya sedikit kendala yang dialami oleh mahasiswa dalam proses pembelajaran terkait dengan pemahaman awal mahasiswa. Refleksi yang dilakukan bersama dengan pengamat menghasilkan temuan permasalahan mahasiswa dalam proses pembelajaran beserta solusinya (tabel 3).

No. Temuan Permasalahan Solusi

1. Pemahaman beberapa mahasiswa pada penjelasan materi awal oleh dosen terhambat karena masih ada beberapa mahasiswa yang ternyata kurang memahami materi terdahulu. Contoh hasil uji pemahaman awal:

Gb.2. Pemberian prategangan maju-balik (Malvino, 2002)

Lebih sering menguji pemahaman mahasiswa dengan pertanyaan serupa

Masih banyak mahasiswa yang sulit membedakan forward bias dan reverse bias dalam pemberian prategangan masing-masing pin transistor pada gambar rangkaian

Tabel 3. Temuan permasalahan dalam pembelajaran transistor dwikutub melalui metode demonstrasi dan diskusi beserta solusinya

(26)

2. Pemberian soal-soal pemahaman untuk mahasiswa sudah memenuhi kecukupan materi dan telah menimbulkan konflik kognitif yang baik sehingga jalannya diskusi menjadi lebih hidup. Akan tetapi alokasi waktu (walaupun sudah ditambah menjadi 25 menit) yang diberikan pada kegiatan ini masih kurang memenuhi karena diperlukan sampel jawaban dari beberapa kelompok sampai ditemukan jawaban yang paling benar

Penambahan alokasi waktu presentasi dan diskusi menjadi sekitar 40 menit agar mahasiswa dapat berpikir lebih keras untuk memilih dan menyepakati jawaban yang paling benar

Tindakan perbaikan terhadap RPP mengacu pada hasil refleksi: a) Menambah durasi waktu pada kegiatan presentasi dan diskusi menjadi 40 menit, b) Mengurangi alokasi waktu pada kegiatan: memberikan motivasi dan apersepsi, dan mengerjakan soal LKM.

4. Penerapan Metode Ceramah dan Diskusi dalam Pembelajaran Transistor Common Emiter

Indikator yang diharapkan tercapai setelah mahasiswa mempelajari materi transistor common emiter yaitu mahasiswa dapat: a. Menerapkan dalil superposisi dalam rangkaian dengan sumber

tegangan lebih dari satu.

b. Menggambarkan rangkaian ekuivalen dc dan ac berdasarkan penggunaan coupling capasitors.

c. Menjelaskan dengan kalimat sendiri prinsip penguat linier (linear amplifier) sinyal ac menggunakan rangkaian transistor Common Emiter.

d. Melakukan analisis matematis terhadap penguat Common Emiter

terkait parameter impedans masukan, dan penguatan atau bati tegangan.

e. Menjelaskan dengan kalimat sendiri bentuk dan karakter tegangan keluaran hasil penguatan pada penguat CE dibandingkan dengan tegangan masukan.

f. Menerapkan hasil analisis matematis pada penguat Common Emiter

untuk menyelesaikan persoalan terkait.

Perencanaan (plan) yang disusun melalui diskusi oleh 3 orang dosen rumpun mata kuliah dalam persiapan penerapan metode

(27)

demonstrasi dan diskusi dalam pembelajaran penerapan diode menghasilkan:

a. Kesepakatan meliputi

1) Sesuai dengan indikator, pembelajaran direncanakan menggunakan metode ceramah dan diskusi.

2) Soal-soal pemahaman materi (LKM) disusun dan ditujukan untuk mengukur capaian indikator dan diupayakan dapat lebih menimbulkan konflik kognitif sehingga kegiatan diskusi kelas akan lebih hidup.

3) Alokasi waktu untuk kegiatan diskusi ditambah menjadi 40 menit agar dapat menjaring jawaban bermacam-macam pada soal yang sama sehingga muncul konflik kognitif pada mahasiswa.

b. Instrumen Pembelajaran meliputi:

1) RPP dengan metode ceramah dan diskusi.

2) Lampiran RPP yang terdiri dari: rangkuman materi, sajian materi dalam bentuk power point, LKM, dan checklist afektif.

Proses pembelajaran juga berjalan sangat lancar dan baik, hanya sedikit kendala yang dialami oleh mahasiswa dalam proses pembelajaran terkait kegiatan mahasiswa saat memperhatikan penjelasan materi. Refleksi yang dilakukan bersama dengan pengamat menghasilkan temuan permasalahan mahasiswa dalam proses pembelajaran beserta solusinya (tabel 4).

(28)

No. Temuan Permasalahan Solusi 1. Saat penyajian materi memasuki

sekitar menit ke -30, mahasiswa mulai tampak jenuh walaupun penjelasan disajikan det il dan rinci. Kondisi ini sebenarnya wajar dan secara umum sering terjadi. Namun demikian, jika tidak diatasi akan selalu terulang dalam setiap pembelajaran melalui ceramah. Hal ini juga berdampak pada

ketidakpahaman terhadap materi pada sebagian mahasiswa . Terbukti pada akhir pembelajaran (ketika dosen menyampaikan pertanyaan refleksi), ada mahasiswa yang tidak tahu komponen utama pada penguat CE padahal pembelajaran sudah berlangsung hampir 2 jam

Mengkombinasi kegiatan ceramah dengan diskusi memecahkan ma salah dengan proporsi waktu 10 menit ceramah dilanjutkan 10 menit diskusi memecahkan masalah. Tahap ini diulang beberapa kali dengan prinsip setiap tahap diupayakan agar dapat memunculkan permasalahan baru

2. Pemberian soal-soal pemahaman untuk mahasiswa sudah memenuhi kecukupan materi dan telah menimbulkan konflik kognitif yang baik sehingga jalannya diskusi menjadi lebih hidup

Contoh konflik kognitif yang terjadi:

Gb. 3.a. Tampilan DC murni dalam

CRO

Gb. 3.a. Tampilan DC gel. penuh dalam CRO

Akibat terkecoh tampilan a, tampilan b dikatakan tegangan ac oleh mahasiswa

Mengingat permasalahan pertama, maka kegiatan diskusi kelompok dapat ditiadakan dan diganti dengan diskusi kelas bertahap disela -sela kegiatan ceramah bertahap

Tabel 4. Temuan permasalahan dalam pembelajaran transistor common emiter

(29)

3. Soal yang ditujukan untuk merefleksi capaian indikator ke 6 yaitu

menerapkan hasil analisis matematis pada penguat Common Emiter untuk menyelesaikan persoalan terkait semula diprediksi tidak banyak menimbulkan konflik kognitif. Setelah diterapkan pada mahasiswa, ternyata muncul jawaban beragam yang diprediksi disebabkan oleh rendahnya pemahaman beberapa mahasiswa pada materi rangkaian sederhana. Hal ini ditunjukkan oleh: a) beberapa mahasiswa perempuan yang ternyata tidak dapat menghitung resistor pengganti secara paralel, b) beberapa mahasiswa kesulitan membedakan rangkaian seri dan paralel pada rangkaian yang agak rumit, c) beberapa mahasiswa belum paham prinsip kerja transistor CE sebagai penguat linier

Memberikan refreshing pemahaman terhadap materi rangkaian sederhana, dan memberi penekanan pemahaman terhadap prinsip kerja penguatan menggunakan transistor CE.

Tindakan perbaikan terhadap RPP dilakukan dengan mengubah langkah pembelajaran inti dalam RPP menjadi kombinasi antara ceramah dengan diskusi secara bertahap yang masing masing tahap terdiri dari menjelaskan materi melalui ceramah selama 10 menit, dan diskusi memecahkan masalah selama 10 menit.

(30)

C. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

a. Saat pembelajaran melalui percobaan, mahasiswa yang memiliki pemahaman dan keterampilan lebih baik dalam merangkai komponen dan menggunakan alat ukur membantu temannya yang kurang. Dosen menemukan bahwa sebagian besar mahasiswa ternyata tidak bisa mengguna alat ukur dengan baik walaupun mereka sudah pernah menggunakan alat tersebut pada praktikum fisika dasar II dan III (semester II dan III). Ternyata jeda waktu 1 tahun menyebabkan mahasiswa lupa penggunaan alat ukur, atau bahkan sebelumnya mahasiswa yang memang tidak dapat menggunakan alat ukur dengan benar.

b. Pada pembelajaran melalui demonstrasi, penggunaan LCD infocus sangat membantu mahasiswa untuk dapat mengamati demonstrasi dengan jelas walaupun dari jarak yang relatif jauh. Sebelum demonstrasi sebaiknya ada kegiatan mengenalkan nama peralatan yang digunakan beserta fungsinya.

c. Pada pembelajaran diskusi, alokasi waktu yang lebih banyak pada kegiatan presentasi dan diskusi berhasil dimanfaatkan untuk memicu terjadinya konflik kognitif sehingga menuntut mahasiswa untuk berpikir agar dapat menentukan konsep yang paling benar.

d. Pada pembelajaran ceramah, alokasi menjelaskan materi yang mengumpul dalam satu waktu selama kurang lebih 40 menit menyebabkan kejenuhan pada mahasiswa. Strategi alternatifnya adalah mengkombinasi kegiatan ceramah dengan diskusi secara bertahap.

2. Saran

a. Pembelajaran melalui percobaan sebaiknya diawali dengan refreshing/penyegaran penggunaan dan cara pembacaan alat ukur, serta pretest.

b. Pembelajaran demonstrasi sebaiknya menggunakan sarana tambahan yaitu infocus LCD agar mahasiswa deret belakang dapat mengamati dengan jelas.

(31)

c. Pembelajaran ceramah sebaiknya dikombinasi dengan diskusi dengan langkah pembelajaran inti: 1) Menjelaskan materi melalui ceramah I (10 menit), 2) Memberi permasalahan I dan diskusi memecahkan masalah I (10 menit), 3) Menjelaskan materi melalui ceramah II (10 menit), 4) Memberi permasalahan II dan diskusi memecahkan masalah II (10 menit). Tahapan berulang tersebut tentu saja harus dilakukan dengan memperhatikan ketersediaan waktu.

d. Semua metode pembelajaran yang diterapkan sebaiknya dikemas berbasis konflik kognitif agar mahasiswa senantiasa berpikir untuk menentukan konsep yang paling tepat.

Pustaka

Erawan K. Mengurangi Miskonsepsi Dinamika Dengan Konflik Kognitif Melalui Metode Demonstrasi. Jurnal Pendidikan IKIP PGRI Madiun Vol.14, No.1 Juni 2008.

Erawan K., Heri S., Farida H. Modul Percobaan untuk Mata Kuliah Elektronika I. Madiun 2010.

Erawan K., Heri S., Farida H. Diktat Kuliah Elektronika I. Madiun 2010.

Albert Paul Malvino. Aproksimasi Rangkaian Semikonduktor. Erlangga edisi keempat, Jakarta 2002.

(32)

Oleh:

Darmadi, Fatriya Adamura, Ervina Maret S Ika Krisdiana, R. Sri Suwarni, Kuswahyuni Program Studi Pendidikan Matematika

FPMIPA IKIP PGRI Madiun ABSTRAK

“Semua materi analisis real susah. Tidak ada materi yang mudah. Karena semua materi susah”. Sepertinya analisis real itu benar-benar susah. Persepsi awal mahasiswa seperti ini merupakan salah satu faktor penghambat proses belajar. Ketika ditanya mulai mana tidak pahamnya atau mendapatkan kesulitan? Beberapa mahasiswa diam dan beberapa menjawab “Dari awal”. Jika dicek kemampuan awalnya ternyata memang mereka pada lupa. Jika ditanya apakah tadi malam tidak belajar? Jawabannya “tidak karena sudah capek sampai rumah sudah malam” atau “sibuk mengerjakan tugas lain”. Pembelajaran terasa kurang optimal. Akibatnya, kualitas perkuliahan pun tidak baik. Melalui kolegalitas pada kegiatan Lesson Study ini diharapkan permasalahan-permasalahan tersebut dapat dibahas untuk diatasi bersama sehingga kualitas perkuliahan analisis real jadi lebih baik.

Kata kunci: Lesson Study A. PENDAHULUAN

Lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas yang saling belajar untuk membangun masyarakat belajar. Pada kegiatan Lesson Study, kolegalitas membicarakan praktik pembelajaran, saling mengobservasi kelas pembelajaran, membuat gagasan bersama mengenai kelas, dan saling mendorong satu sama lain dalam meningkatkan kualitas

(33)

pembelajaran. Fungsi perencanaan antara lain penyusunan skenario pembelajaran beserta perangkat dan panduan observasinya yang dapat dipahami sesama dosen, pelatihan pembelajaran dan langsung diterapkan di kelas, pengimbasan pengetahuan secara kolaboratif dari pakar atau sesama dosen, penerapan suatu hasil penelitian pembelajaran yang telah dilakukan, dan penyusunan awal proposal penelitian tindakan kelas jika diperlukan. Lesson Study bukan suatu metode/model pembelajaran, tetapi merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik dengan kebersamaan dan saling belajar di antara para pendidik.

Para dosen bekerjasama secara kolaboratif dalam membuat perencanaan (Plan) pembelajaran yang meliputi brieffing singkat tentang rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh dosen model, menyiapkan lembar observasi, SAP, LKM, atau perangkat lain yang diperlukan, dan memastikan agar pada waktu pengamatan nanti tidak keluar masuk kelas, karena akan mengganggu konsentrasi mahasiswa.

Pelaksanaan dan observasi (Do dan See) meliputi seorang dosen model dan dosen lain sebagai observer. Observer mengambil tempat sedemikian hingga dapat leluasa mengamati jalannya proses pembelajaran tanpa mengganggu aktivitas dan konsentrasi mahasiswa. Observer tidak diperkenankan melakukan intervensi pada pembelajaran, seperti menegur dosen dan membantu atau bertanya kepada mahasiswa. Fokus observasi ditekankan pada aktivitas belajar mahasiswa, baik secara individual maupun kelompok, sesuai dengan pokok permasalahan yang diambil. Pengamat melakukan pengamatan secara penuh sejak awal sampai akhir pembelajaran. Selain mengamati siswa belajar, pengamat juga perlu memperhatikan teknik pengelolaan kelas yang dilakukan dosen, teknik mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran, pemanfaatan media pembelajaran, dan upaya dosen membuat mahasiswa kreatif. Dalam diskusi refleksi mempunyai tahapan: 1) refleksi penyaji/dosen model tentang strategi pembelajaran yang telah dilakukan; 2) tanggapan/usul/saran dari observer yang difokuskan pada aktivitas pembelajaran mahasiswa sebagai hasil observasi dan bukan didasarkan pada opini/teori; 3) tanggapan balik dari

(34)

penyaji/dosen model; dan 4) menarik kesimpulan dan saran untuk perbaikan/perencanaan pembelajaran pada putaran berikutnya. Melalui kolegalitas pada kegiatan Lesson Study diharapkan permasalahan-permasalahan yang ada pada pembelajaran analisis real dapat dibahas bersama dan kualitas perkuliahan analisis real jadi lebih baik.

B. PELAKSANAAN

Terdapat empat putaran dalam pelaksanaan Lesson Study rumpun analisis real. Pada putaran pertama, Plan dilaksanakan mulai tanggal 4 sampai 11 Oktober 2010 sedangkan Do dan See dilaksanakan pada hari Senin tanggal 11 Oktober 2010. Putaran kedua, Plan dilaksanakan mulai tangga 18 sampai 25 Oktober 2010 sedangkan Do dan See dilaksanakan pada hari Senin tanggal 25 Oktober 2010. Pada putaran ketiga, Plan dilaksanakan mulai tanggal 1 sampai 8 Nopember 2010 sedangkan Do dan See dilaksanakan pada hari Senin tanggal 8 Nopember 2010. Pada putaran keempat, Plan dilaksanakan tanggal 15 sampai 22 Nopember 2010 sedangkan Do dan See dilaksanakan pada hari Senin tanggal 22 Nopember 2010. Pada waktu Plan dilakukan: 1) Penyusunan RPP; 2) Penyusunan LKM; sampai 3) Mengatur tempat duduk mahasiswa. Sementara waktu Do dan See meliputi: 1) Pelaksanaan pembelajaran; 2) Observasi pembelajaran; 3) Diskusi tentang pembelajaran; dan 4) Refleksi untuk perbaikan.

Materi pada putaran pertama adalah mendapatkan prosedur untuk membuktikan keterintegralan fungsi real. Metode Pembelajaran yang digunakan Picture and Picture. Hasil observasi menunjukkan: 1) Beberapa mahasiswa SMS-an; 2) Mahasiswa kurang termotivasi dan kurang siap; 3) Dalam pengerjaan LKM ada mahasiswa yang tidak berpikir tapi hanya tengok kanan, tengok kiri, dan tidak berusaha untuk menjawab; dan 4) Ada mahasiswa yang hanya diam, melamun, dan tidak mengerjakan LKM yang diberikan dosen model. Untuk itu perlu dilakukan refleksi yang menghasilkan: 1) Keaktifan mahasiswa dapat ditingkatkan dari pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh dosen model; 2) Pentingnya melihat ke semua mahasiswa dan pentingnya mengingatkan materi prasyarat; dan 3) Kurang persiapan sebelum perkuliahan berlangsung, hal ini dikarenakan mahasiswa

(35)

tersebut sedang sibuk persiapan ujian PPL disekolah. Solusinya: menyarankan mahasiswa untuk pandai-pandai membagi waktu.

Materi pada putaran menghitung integral riemaan atas dan integral riemaan bawah. Metode Pembelajaran yang digunakan adalah (Problem Based Instruction) PBI. Hasil observasi menunjukkan: 1) Banyak mahasiswa yang mengami kesulitan mengerjakan; 2) Mahasiswa tidak memahami konsep awal seperti partisi, supremum, infimum, dan sigma; dan 3) Persiapan mahasiswa kurang. Hasil refleksi diperoleh: 1) Penjelasan hanya dengan menampilkan jawaban pada lembar-lembar slide kurang optimal; 2) Soal-soal mungkin jangan terlalu sulit apalagi dengan operasi-operasi penyelesaian yang terlalu sulit ternyata dapat mengurangi motivasi belajar mahasiswa; 3) Perlu penjelasan dosen dengan menuliskannya dalam papan tulis; dan 4) Perlu memotivasi mahasiswa dengan memberikan suatu hadiah dan sebagainya sehingga mahasiswa berani maju.

Materi pada putaran ke tiga adalah membuktikan ketidakterintegralan fungsi real sederhana. Metode Pembelajaran yang digunakan PBI termodifikasi. Hasil observasi menunjukkan: 1) Masih banyak mahasiswa yang mengalami kesukaran karena konsepnya belum dikuasai dengan benar; 2) Pembelajaran sudah baik, hal ini terlihat pada saat dosen model bertanya tentang materi yang lalu mahasiswa bisa menjawab semua; 3) Sebagian besar mahasiswa sudah belajar, hal ini terlihat dari jawaban-jawaban mahasiswa yang lebih baik dari yang lesson studi sebelumnya; dan 4) Mahasiswa sudah belajar dengan baik, hal ini terlihat pada saat pelajaran dimulai mahasiswa kelihatan antusias tentang materi yang disampaikan dosen model. Hasil refleksi diperoleh: 1) Mahasiswa perlu mendapat dorongan untuk meningkatkan masa percaya diri misalkan memaksa mahasiswa untuk mau menjawab dengan memberikan hadiah; 2) Memberikan semangat kepada mahasiswa agar mengerjakan LKM dan usaha tersebut berhasil; 3) Membantu mengerjakan dengan mendekati masing-masing kelompok. Usaha tersebut berhasil; 4) Mahasiswa belum paham menghitung integral Rieman. Solusinya: pada saat mahasiswa mengerjakan LKM dosen model sedikit mengarahkan tentang bagaimana menyelesaikan integral Rieman; dan 5) Selalu memotivasi mahasiswa.

(36)

Materi pada putaran ketiga adalah membuktikan keterintegralan fungsi tangga (sebagai contoh keterintegralan fungsi diskontinu). Metode Pembelajaran yang digunakan PBI termodifikasi. Hasil observasi dari tim menunjukkan: 1) Semua mahasiswa telah belajar tentang topik pembelajaran hari ini, terbukti dari mereka sudah dapat mengikuti perkuliahan dengan baik; 2) Mahasiswa sudah belajar dengan baik; 3) Secara umum, pembelajaran sangat baik sekali. Buktinya tidak ada mahasiswa yang bicara sendiri, ketika dosen mengingatkan materi prasyarat; 4) Pembelajaran sangat baik, terlihat dengan cara mereka mengerjakan, meskipun dengan melihat catatan; 5) Pembelajaran baik, hal ini terlihat mahasiswa sangat aktif mengikuti perkuliahan dan pada saat dosen bertanya mahasiswa dapat menjawabnya. Sedangkan hasil observasi observer luar menunjukkan: 1) Kelompok yang ada dipojok hanya bengong, yang depan hanya mencontoh punya temannya (Vivit, Yunita, Jumani, Rudi); 2) Hampir semua mahasiswa tidak mengerti materi baru tersebut dan bingung karena contohnya berbeda dengan soal; 3) Semua mahasiswa telah mengikuti pelajaran dengan baik, tetapi ada beberapa hal yang masih perlu dikaji antara lain: koopertif intern kelompok belum maksimal. Mahasiswa cenderung membagi masalah/soal sesuai yang diberikan dosen. Mahasiswa A menganggap soal No 1, mahasiswa B menganggap soal No. 2 dan mahasiswa C menganggap soal No. 3. Hal ini terjadi karena mungkin observer luar lebih teliti namun belum memahami karakterik mahasiswa dan model/metode pembelajaran yang digunakan dalam perkuliahan. Namun, penilaian dan masukan tersebut memang perlu untuk dipertimbangkan.

C. HASIL YANG DIPEROLEH

Banyak hasil yang dapat diperoleh dari kegiatan lesson study diantaranya: 1) Perbaikan kualitas perkuliahan analisis real; 2) Metode pembelajaran Picture and Picture termodifikasi untuk mendapatkan prosedur pembuktian keterintegralan fungsi real; 3) Metode pembelajaran (Problem Based Instruction) PBI termodifikasi yang sesuai dengan karakteristik materi dan mahasiswa; dan 4) Perangkat pembelajaran yang memuat LKM untuk mahasiswa dan petunjuk

(37)

penggunaan untuk dosen disertai kunci jawabannya yaitu buku/modul untuk metode Picture and Picture dan buku/modul untuk metode PBI.

Berdasarkan pengalaman dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang sering ditemui pada proses pembelajaran analisis real antara lain: 1) Kemampuan mahasiswa terhadap matakuliah kalkulus, aljabar, dan pengantar dasar matematika sebagai prasyarat analisis real kurang memenuhi standar. Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya pemahaman konsep, kesalahan prosedur penyelesaian, dan kesulitan dalam penentuan strategi penyelesaian; 2) Kemampuan analisis dasar, menuliskan, membaca, menyampaikan, atau menjelaskan masih kurang. Kompetensi-kompetensi ini harus dicapai mahasiswa dan perlu untuk ditingkatkan; dan 3) Perlunya pengembangan aspek afektif mahasiswa dalam pembelajaran seperti kreativitas dalam menyelesaikan soal, keterbukaan mahasiswa jika mengalami kesukaran, dan motivasi belajar mahasiswa. Dengan adanya kegiatan Lesson Study ini tampak adanya perbaikan kualitas perkuliahan analisis real seperti: 1) Mahasiswa semakin terbuka yaitu berani bertanya jika mendapatkan suatu permasalahan; 2) Mahasiswa semakin percaya diri sehingga berani maju kedepan untuk mempresentasikan karyanya; dan 3) Respon positif mahasiswa semakin baik untuk pembelajaran analisis real.

Langkah-langkah metode pembalajaran Picture and Picture menurur Departemen Pendidikan Nasional (2008) adalah: 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; 2) Menyajikan materi sebagai pengantar; 3) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-g a m b a r k e gambar-g i a t a n b e r k a i t a n d e n gambar-g a n m a t e r i ; 4 ) G u r u menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis; 5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut; 6) Dari alasan urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai; dan 7) Kesimpulan/rangkuman. Dengan adanya kegiatan Lesson Study diperoleh metode pembelajaran Picture and Picture termodifikasi yaitu: 1) Dosen memberi motivasi dan menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; 2) Dosen memberikan pretes dan dilanjutkan dengan menyajikan materi sebagai pengantar; 3) Dosen meminta mahasiswa membentuk kelompok dimana

(38)

masing-masing kelompok beronggotakan 3 mahasiswa; 4) Dosen memberikan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi pada masing-masing kelompok; 5) Dosen menunjuk mahasiswa secara untuk mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis; 6) Dosen menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut pada mahasiswa yang presentasi; 7) Dari alasan/urutan gambar tersebut dosen memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai; 8) Kesimpulan/rangkuman.

Langkah-langkah pemebalajaran metode pembelajaran PBI menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008) adalah: 1) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih; 2) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.); 3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah; 4) Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya; dan 5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Selanjutnya dengan perubahan guru menjadi dosen, siswa menjadi mahasiswa, perlunya mengingatkan kembali tentang materi yang telah diperoleh pada pertemuan sebelumnya, dan mengingat karakteristik materi yang membutuhkan perhitungan-perhitungan yang mungkin agak lama digunakan media pembelajaran komputer untuk membantu proses pembelajaran maka diperoleh metode pemblajaran PBI sebagai berikut: 1) Dosen menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Mengingatkan materi yang telah diperoleh. Memotivasi mahasiswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang terpilih; 2) Dosen membantu mahasiswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.); 3) Dosen mendorong mahasiswa untuk

(39)

mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah; 4) Dosen membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya; dan 5) Dosen membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan dengan menggunakan media pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi bersama ternyata penggunaan media pembelajaran komputer saja kurang dan akan lebih baik jika ditulis tangan supaya mahasiswa dapat mengetahui prosesnya, dalam pembelajaran matematika sebaiknya papan tulis jangan sampai k o s o n g , p e r l u m e m o t i v a s i m a h a s i s w a s u p a y a b e r s e d i a mempresentasikan hasilnya di depan kelas, dan perlu juga menyimpulkan apa yang telah dipelajari dan untuk tugas jika memang belum selesai dalam pengerjaannya. Oleh karena dikembangkan metode pembajaran PBI menjadi: 1) Dosen menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Mengingatkan materi yang telah diperoleh. Memotivasi mahasiswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang terpilih; 2) Dosen membantu mahasiswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.); 3 Dosen mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah; 4) Dosen membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya; 5) Dosen meminta mahasiswa mempresentasikan karyanya di depan kelas secara bergantian; 6) Dosen membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan; dan 7) Dosen bersama mahasiswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama. Hasil observasi menunjukkan bahwa metode sudah cukup baik sehingga diperoleh metode pembelajaran PBI termodifikasi yaitu: 1) Dosen menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Mengingatkan materi yang

(40)

telah diperoleh. Memotivasi mahasiswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang terpilih; 2) Dosen membantu mahasiswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.); 3) Dosen mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah; 4) Dosen membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya; 5) Dosen meminta mahasiswa pada kelompok pertama untuk mempresentasikan karyanya di depan kelas; 6) Dosen memberi contoh penyelesaian dalam menyelesaikan permasalahan pertama; 7) Dosen meminta mahasiswa-mahasiswa lain untuk mempresentasikan karyanya di depan kelas secara bergantian; 8) Dosen membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan; dan 9) Dosen bersama mahasiswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

D. KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang dapat disimpulkan dari pelaksanaan kegiatan Lesson Study ini adalah:

1. Kolegalitas sesuai konsep pada Lesson Study dalam pembelajaran sangat membantu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Dalam kegiatan ini diperlukan kerjasama tim yang solid supaya dapat dampaknya dapat dirasakan.

Oleh karena itu, akan lebih baik jika setiap matakuliah digunakan untuk kegiatan Lesson Study supaya dapat diperoleh model atau metode beserta perangkat pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi, mahasiswa, dan dosennya.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional (2008). Model-Model Pembelajaran yang Efektif: Surabaya

Gambar

Tabel  1.  Temuan  permasalahan  dalam  pembelajaran  diode  penyearah dan  diode  khusus    melalui  metode  percobaan  dan  diskusi  beserta  solusinya
Tabel 3. Temuan permasalahan dalam pembelajaran transistor dwikutub melalui  metode  demonstrasi dan diskusi beserta solusinya
Tabel 4. Temuan permasalahan dalam pembelajaran transistor common emiter     melalui  metode ceramah dan diskusi beserta solusinya
Gambar a.  Riset Aksi Model John Elliot
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widhi Irjanto (2015) dalam penelitiannya dan hasil yang diperoleh bahwa terdapat kontribusi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi asam klorida (HCl) yang efektif dalam mendegradasi lignin dan hemiselulosa ditinjau dari penurunan biomassa

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui jenis-jenis tanaman suku Acanthaceae, Asteraceae dan Lamiaceae oleh masyarakat di Kecamatan Baturraden Kabupaten

Bahwa menurut Saksi perbuatan Terdakwa yang telah membeli kondisi 1 (satu) unit sepeda motor Yamaha Vixion warna putih Nopol N 4115 TY yang hanya dilengkapi STNK saja

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Kuncoro, 2009:59). Jadi, hipotesis merupakan

[r]

7.1.4 Tuliskan jumlah judul penelitian* yang sesuai dengan bidang keilmuan PS, yang dilakukan oleh dosen tetap yang bidang keahliannya sesuai dengan PS dalam tiga tahun

• Di tingkat propinsi Jawa Timur setelah terjadi kasus kekerasan terhadap PRT perempuan, sebuah organisasi perempuan lokal—Samitra Abhaya Perempuan Pro