• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 10 SERI I. latar belakang. Kepercayaan merupakan elemen utama dalam membangun negara. Nilai kepercayaan merupakan pondasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Volume 10 SERI I. latar belakang. Kepercayaan merupakan elemen utama dalam membangun negara. Nilai kepercayaan merupakan pondasi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANSIS

JARINGAN SURVEY INISIATIF

Volume 10

JULI 2016

latar belakang

Kepercayaan merupakan elemen utama dalam

mem-bangun negara. Nilai kepercayaan merupakan pondasi

legitimasi dan keberlanjutan sebuah sistem

pemerintah-an (Ypemerintah-ani, 2015). Menurut Fukuyama (1995), kepercayapemerintah-an

adalah sebuah harapan yang lahir dari masyarakat yang

terbangun sebagai bagian dari norma yang diyakini oleh

masyarakat untuk bekerjasama dan saling berbagi.

Colquitt, et al., (2007) menyatakan bahwa kepercayaan dapat di-artikan sebagai keinginan untuk menerima risiko terhadap trustee (in-dividu atau lembaga) berdasarkan harapan positif atas aksi yang dimi-likinya. Kepercayaan politik menyangkut pandangan orang mengenai hal-hal yang dihasilkan oleh sebuah sistem seperti politisi, sistem

poli-HEAD OFFICE

Jln. Tgk. Di Haji, Lr. Ujong Blang, Np. 36, Gp. Lamdingin, Kota Banda Aceh,

Provinsi Aceh, INDONESIA Telp. (0651) 6303 146 Web: www.jsithopi.org Email: [email protected]

JARINGAN SURVEY INISIATIF

TIM RISET JSI

1. LATAR BELAKANG

3. METODE

4. HASIL PEMBAHASAN & PROFIL RESPONDEN 8. KESIMPULAN 9. REFERENSI

DAFTAR ISI

analisis situasi

®

PRODUK

TIM PENELITI & SURVEY

ANDI AHMAD YANI, ELLY SUFRIADI, RATNALIA INDRIA SARI,

ARYOS NIVADA

DESAIN LAYOUT

Teuku Harist Muzani

(2)

tik dan institusi-institusi. Sedangkan Hethering-ton (1998) mengatakan bahwa kepercayaan politik merupakan sebagai orentasi evaluatif masyarakat terhadap sistem politik atau bagian dari sistem terse-but berdasarkan pada harapan normatif. Dengan kata lain, kepercayaan politik tidak hanya berhenti pada rasa percaya terhadap pemerintah, tapi juga terhadap elemen-elemen yang melekat padanya.

Dalam praktik demokrasi, nilai kepercayaan menjadi salah satu urat nadi dari modal sosial (so-cial capital) yang dapat membangun sebuah sistem pemerintahan yang kuat dan kelak melahirkan sebuah peradaban. Kepercayaan masyarakat kepada pemer-intah merupakan isu yang kompleks dan multidimen-sional (Ari & Norrbacka, 2009) karena kepercayaan masyarakat berdampak terhadap pemerintah.

Penyataan ini didukung hasil penelitian Fard & Ros-tamy (2007) bahwa kinerja pemerintah berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Apabila kinerja pemerintah itu baik, maka masyarakat akan menaruh keper-cayaan yang besar ke-pada pemerintah dan sebaliknya apabila kinerja pemerintah itu buruk, maka kepercayaan masyarakat kepada pemerintah akan menurun. Oleh

ka-rena itu, kepercayaan kepada pemerintah

merupakan komponen yang tidak bisa diremehkan. Studi yang dilakukan Andi Ahmad Yani (2015) mengurai kuatnya kepercayaan politik di Indo-nesia pada paruh awal Reformasi sehingga proses transisi demokratisasi dapat berlangsung dengan baik. Indikator utama dalam kepercayaan politik didasarkan atas tingkat kepercayaan warga kepada lembaga-lembaga pemerintahan baik di level na-sional, regional maupun daerah. Hasil studi Yani (2015) juga menunjukkan bahwa kadar keper-cayaan warga Indonesia pada pemerintah sangat dipengaruhi oleh kinerja pemerintahan dalam bi-dang ekonomi, keamanan dan pelayanan publik.

Dalam konteks Aceh sebagai basis kajian pe-nelitian untuk melihat tingkat kepercayaan politik

nasional, provinsi, dan daerah sangat penting un-tuk diketahui publik. Banyak asumsi dan klaim yang mengatakan masyarakat sudah mulai apatis terhadap pemerintah mulai dari bawah hingga ke nasional. Namun tidak bisa dipertanggungjawabkan secara kaidah keilmiahan terkait klaim/asumsi tersebut. Dengan diketahui secara ilmiah kondisi ke-percayaan masyarakat terhadap pemerintah, maka dapat dijadikan bahan masukan bagi pemerintah nasional, provinsi dan daerah guna memperbaiki kinerjanya agar menguat kepercayaan masyarakat lagi. Tentunya tidak sebatas memperbaiki kinerja saja, tetapi interaksi dengan masyarakat serta me-mahami kebutuhan mereka menjadi poin pent-ing menguatkan kepercayaan terhadap pemerintah.

Tingkat kepercayaan masyarakat Aceh terhadap pemerintahnya

men-jadi energi positif untuk melibat-kan partisipasi secara bersama

guna membuat kemajuan di segala aspek/bidang.

Tentu-nya mengembalikan keper-cayaan masyarakat Aceh kepada pemerintah bukan-lah kerja mudah, sehingga diperlukan pembuktian melalui kinerja pelayanan publik yang dapat dirasakan dan maksimal pelayanannnya. Oleh karena itu, keberadaan kami “Jaringan Survey Inisiatif (JSI)” berkontribusi kecil membuat survei mandiri un-tuk mengukur tingkat kepercayaan masyarakat Aceh terhadap pemerintahannya sendiri. JSI dalam posisi lembaga riset yang peduli terhadap kead-aan masyarakat yang sudah mulai menurun keper-cayaannya terhadap pemerintahnya sendiri. Den-gan kata lain, kami menjembatani fakta berupa masalah agar diketahui oleh pemerintah dan publik.

Studi yang dilakukan JSI ini menjadi sebuah studi awal yang menjadi pondasi studi-studi lanjutan dalam memotret kondisi kepercayaan masyarakat Aceh pada pemimpin dan lembaga–lembaga pemerintahan, politik, hukum dan keamanan serta lembaga sosial lainnya setelah satu dekade pasca perjanjian Helsinki. Dalam seri ini JSI akan menganalisis tingkat keper-cayaan masyarakat Aceh hanya pada lembaga pemer-intahan nasional, provinsi dan kabupaten/kota saja.

(3)

METODE

Survei ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2016 di seluruh kabupat-en/kota di Provinsi Aceh. Populasi survei ini adalah warga masyarakat Provinsi Aceh yang berusia 17 ta-hun ke atas. Oleh karena itu, data populasi survei menggunakan data Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemili-han Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) tahun 2014. Dengan tingkat kepercayaan 95% dan sampling error 1.07%, maka jumlah pemilih yang menjadi responden sebanyak 8.340 orang. Metode pengam-bilan sampel dilakukan secara multistage random sampling, dimana jumlah Tempat Pemungutan Su-ara (TPS) dan responden diambil secSu-ara proporsional berdasarkan jumlah TPS dan pemilih di masing-masing kabupaten/kota. Komposisi TPS dan responden yang disurvey terlihat pada tabel 1 di bawah ini.

Pengumpulan data survei ini menggunakan kuesioner model skala likert terhadap Pemerin-tah Nasional, PemerinPemerin-tah Provinsi Aceh, dan PemerinPemerin-tah Kabupaten/Kota. Misalnya, “Bagaimana ting-kat kepercayaan Bapak/Ibu/Saudara(i) terhadap Pemerintah Nasional/Pemerintah Provinsi Aceh/Pemer-intah Kabupaten/Kota? a. Sangat percaya; b. Percaya; c. Kurang Percaya; d. Sangat Tidak Percaya”.

(4)

Hasil dan Pembahasan

Profil Responden

Salah satu informasi penting yang dilakukan dalam survei ini, yaitu profil responden. Beberapa vari-abel yang diamati, sebagai berikut: (1) Jenis kelamin; (2) Usia; (3) Tingkat pendidikan; dan (4) Jenis pekerjaan.

1. Jenis kelamin

Berdasarkan hasil interprestasi data, diperoleh informasi bahwa hampir 60% la-ki-laki lebih banyak yang menjadi responden. Proporsi antara responden laki-laki dan perem-puan masing-masing sebesar 59,4% dan 40,6%.

2. Usia

Usia responden terbagi atas 3 kelompok, yaitu usia 17-30 tahun masuk kelompok remaja, usia 31-40 tahun menjadi kelompok dewasa, dan usia 41-≥60 tahun masuk kelompok lanjut. Gambar 2 menunjuk-kan bahwa usia dewasa merupamenunjuk-kan responden ter-banyak yang terpilih secara acak sebesar 53%. Diikuti dengan responden berusia remaja sebesar 31% dan responden usia lanjut 16%. Usia dewasa merupa-kan usia yang produktif, baik dalam hal pekerjaan maupun akses informasi terkait kinerja pemerintah.

3. Tingkat pendidikan

Secara umum pendidikan responden yang ter-ambil tersebar mulai dari sekolah dasar sampai dok-tor (S3) dengan komposisi yang bervariasi. Kompo-sisi yang bervariasi ini dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tingkatan, yaitu rendah (SD dan SLTP/Mts), menengah (SLTA/MA, D3, D4), dan tinggi (S1, S2, S3). Berdasarkan hasil studi diperoleh bahwa kom-posisi tingkat pendidikan rendah, menengah dan tinggi masing-masing sebesar 33%; 52%, dan 15%.

Dari temuan ini tergambar bahwa mayoritas responden atau mewakili seluruh masyarakat Aceh berpendidikan SMA/SMK ke atas, yaitu mencapai di atas 50%, hanya sekitar sepertiga responden yang berpendidikan sekolah dasar sampai SMP/MTs.

4. Jenis pekerjaan

Pekerjaan utama responden cukup bervariasi. Pedagang dan wiraswasta merupakan pekerjaan yang banyak digeluti oleh masyarakat Aceh. Kemudian dii-kuti pekerjaan sebagai petani dan nelayan yang men-jadi pilihan utama masyarakat. Tentunya ini sesuai dengan geografis Aceh yang merupakan wilayah pertanian dan pesisir. Bekerja sebagai PNS dan kar-yawan menempati posisi ketiga sebagai pekerjaan utama yang digeluti responden. Sedangkan pelajar dan lain-lain memiliki proporsi yang sama sebesar 6%

(5)

Tingkat Kepercayaan Kepada Pemerintah

Tingkat kepercayaan ini dikelompokkan menjadi dua item, yaitu Great trust (sangat percaya dan per-caya) dan No trust (kurang percaya dan sangat tidak perper-caya). Gambar 5 menunjukkan secara umum bah-wa tingkat kepercayaan masyarakat Aceh pada ketiga tingkatan pemerintahan cukup tinggi, yaitu di atas 60%. Namun jika ditelisik lebih dalam terlihat bahwa masyarakat Aceh lebih percaya Pemerintah Nasion-al (67,3%) dibandingkan Pemerintah Kabupaten/Kota (66,7%) dan Pemerintah Provinsi (64,9%). Dengan kata lain, kadar kepercayaan masyarakat Aceh kurang kepada Pemerintah Provinsi dibandingkan pemerin-tahan lainnya. Data ini menjadi penting sebagai bahan evaluasi Pemerintah Provinsi Aceh atas kinerjanya selama ini yang kemungkinan mempengaruhi kadar kepercayaan masyarakat Aceh pada waktu mendatang.

Meski demikian, hasil survei ini (khususnya pada indikator tingkat pemerintahan nasional) se-jalan dengan survei opini publik Saiful Mujani Re-search and Consulting (SMRC) yang bertajuk “Modal Presidensialisme: Evaluasi Publik Nasional atas Ki-nerja Pemerintahan Jokowi Kuartal I 2016”, dimana tingkat kepercayaan dan keyakinan publik terhadap roda pemerintahan Presiden Joko Widodo kembali pulih mencapai 72%. Kebijakan pemerintah yang berkaitan langsung dengan masyarakat, seperti kes-ehatan, pendidikan, dan infrastruktur, mendapat respons positif. Angka tersebut mendekati tingkat keyakinan masyarakat pada awal-awal Jokowi mem-impin, yaitu 74%. Kepercayaan kepada Jokowi sempat terjerembap di angka 55% pada bulan ke-9 pemerin-tahan. Membaiknya tingkat kepercayaan publik seir-ing dengan kepuasan akan kinerja pemerintah (59%). Angka itu merupakan yang tertinggi sejak Juni 2015.

Publik pun optimistis pada arah perjalanan bangsa.1

Hal ini berbanding terbalik dengan laporan Edelman Trust Barometer 2016 yang merilis bahwa tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia kepada pemerintahnya hanya sebesar 58%, turun sekitar 7 poin pada tahun 2014 – ditengah eforia terpil-ihnya Presiden Joko Widodo – masih di atas 65%. Bahkan di kalangan akademisi pun, kepercayaan kepada Pemerintah juga makin susut. Pada tahun lalu, angkanya masih 72%, tapi tahun ini menyu-sut menjadi tinggal 66%.Berarti sekitar 1 dari ham-pir 3 warga masyarakat Indonesia, kini mulai ke-hilangan kepercayaannya kepada pemimpinnya.2

1 http://baranews.co/web/read/63168/kepercayaan. publik.pada.pemerintah.pulih.presiden.jokowi.diminta. manfaatkan.momentum#.V3YN46KYR34, diakses 01 Juli 2016, 13.45 WIB.

(6)

Dua isu utama yang memicu rasa ketidakpercayaan masyarakat di Indonesia, yakni (1) per-soalan ketimpangan pendapatan dan pengentasan kemiskinan; dan (2) problem akses ter-hadap pendidikan dan keberlanjutan studi, juga menjadi ganjalan bagi kemajuan Indonesia.3

Proporsi Tingkat Kepercayaan Pemerintah Berdasarkan Jenis Kelamin

Tingkat kepercayaan yang tinggi kepada Pemerintah Nasional, Provinsi Aceh, dan Kabupaten/ Kota berdasarkan jenis kelamin lebih didominasi oleh perempuan daripada laki-laki, walaupun perbedaan proporsinya tidak terlalu jauh. Analisis data menunjukan bahwa ketidakpercayaan terhadap pemerin-tah provinsi lebih besar sedikit (laki-laki 36% dan perempuan 33,9%) dibandingkan ketidakpercayaan di level pemerintah nasional (33,9% laki dan 30,9% perempuan) dan kabupaten/kota laki 34,2% dan 32% perempuan). Berarti angka yang mendekati 4% harus menjadi perhatian serius pemerintah provinsi untuk menyusun sekaligus memperbaiki tingkat kepercayaan terhadap masyarakat. Data ini juga menjadi me-narik untuk dilakukan studi lebih lanjut mengenai pengaruh gender pada penilaian tingkat kepercayaan.

Proporsi Tingkat Kepercayaan Pemerintah Berdasarkan Usia

Data menunjukan bahwa usia lanjut lebih besar kepercayaannya kepada pemerintah. Terlihat perole-han data kepercayaan responden usia lanjut sebesar 71,2% pemerintah nasional; 64,9% provinsi; dan 70,2% kabupaten/kota. Menariknya kepercayaan usia lanjut di level provinsi sedikit rendah dibandingkan usia lan-jut di pusat dan kabupaten/kota. Pada sisi lain menunjukkan responden remaja memiliki derajat ketidak-percayaan paling tinggi dibanding kelompok usia lain pada semua tingkat pemerintahan. Data ini me-narik untuk dilakukan studi lebih lanjut mengenai dinamika kepercayaan politik penduduk remaja di Aceh.

(7)

Proporsi Tingkat Kepercayaan Pemerintah Berdasarkan Pendidikan

Grafik menunjukkan bahwa semua tingkatan pendidikan memiliki kepercayaan yang besar kepada pemerintah, baik nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota. Tingkat pendidikan rendah mendominasi dari-pada tingkat kependidikan yang lain dengan proporsi di atas 70%. Berdasarkan grafik di bawah, terlihat kelom-pok responden yang berlatarbelakang pendidikan tinggi memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi pada pemer-intah nasional (67,3%), kemudian sedikit menurun pada pemerpemer-intah provinsi (64,9%), dan menjadi rendah pada pemerintah kab/kota (58,7%). Analisis data survei mengindikasikan derajat ketidakpercayaan responden berpendidikan menengah lebih tinggi (rata-rata 63% - 66%) dibanding responden kelompok pendidikan lain

Proporsi Tingkat Kepercayaan Pemerintah Berdasarkan Pekerjaan

Masyarakat Aceh dengan beragam latar jenis pekerjaan memiliki kadar kepercayaan cukup tinggi ke-pada pemerintah, baik ke-pada tingkat nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota. Gambar di bawah menunjuk-kan bahwa dua kelompok pekerjaan - (1) petani dan nelayan; dan (2) para ibu yang mengurus rumah tangga (IRT) - memiliki tingkat kepercayaan tertinggi kepada semua tingkatan pemerintah dibanding semua kelom-pok jenis pekerjaan lainnya. Data hasil survei ini juga mengindikasikan bahwa kelomkelom-pok pedagang dan wiras-wasta, kelompok pelajar merupakan dua kelompok pekerjaan yang memiliki kadar ketidakpercayaan tertinggi pada semua level pemerintahan. Data ini memperlihatkan fenomena menarik dimana jenis pekerjaan mempen-garuhi kadar kepercayaan orang-orang yang terlibat dalam lapangan kerja tertentu pada pemerintahan. Tentu saja dibutuhkan studi lebih lanjut untuk menilai dinamika kepercayaan pada keempat kelompok ekstrim ini.

(8)

1. Hampir 70% masyarakat Aceh memiliki kepercayaan yang besar kepada Pemerintah

Nasional, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Hal ini tentunya

men-unjukkan bahwa masyarakat Aceh masih menaruh harapan besar kepada pemerintah.

2. Namun perlu diperhatikan bahwa derajat kepercayaan masyarakat Aceh pada

pemer-intah provinsi terindikasi sedikit lebih rendah dibanding pemerpemer-intah di tingkat

na-sional dan pemerintah kabupaten/kota. Indikasi ini tidak semata mengacu ke

per-sonal pemimpin namun menjadi ukuran kinerja semua instansi di tingkat provinsi

Aceh yang kemungkinan mempengaruhi kadar kepercayaan masyarakat Aceh.

3. Tingkat kepercayaan yang tinggi kepada Pemerintah Nasional, Provinsi Aceh,

dan Kabupaten/Kota berdasarkan jenis kelamin lebih didominasi oleh

perem-puan daripada laki-laki, walaupun perbedaan proporsinya tidak terlalu jauh.

4. Ditinjau dari segi jenis kelamin, laki-laki dan perempuan masih menaruh kepercayaan

kepada pemerintah, dimana data menunjukan hampir 60% lebih menyatakan percaya.

5. Usia responden dibagi atas 3 kelompok, yaitu usia 17-30 tahun masuk

kelom-pok remaja, usia 31-50 tahun menjadi kelomkelom-pok dewasa, dan usia 41-≥60 tahun

masuk kelompok lanjut, menunjukkan bahwa semua kelompok memiliki

keper-cayaan yang besar pada pemerintah di level nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.

6. Masyarakat Aceh dengan berbagai jenis pekerjaan memiliki kadar kepercayaan

yang cukup tinggi kepada pemerintah, baik nasional, provinsi, maupun kabupaten/

kota. Meskipun demikian kelompok pedagang dan wiraswastaserta pelajar yang

me-miliki derajat kepercayaan yang sedikit lebih rendah dibandingkan kelompok lain.

***

(9)

Referensi

Ari, S., & Norrbacka, R. I. (2009). Trust and Integrity Violations in Finnish Public. Halduskultuur , 10:74-93. Colquitt, J.A, Scott,B .A and LePine, J. A. (2007).Trust, Trustworthiness, and Trust Propensity: A Meta-Ana-lytic Test of Their Unique Relationships With Risk Taking and Job Performance. Journal of Applied Psychol-ogy, Vol. 92, No. 4, 909–927.

Fard, H. D., & Rostamy, A. A. (2007). Promoting Public Trust in Public Organization: Explaining the Role of Public Accountability. Public Organiz Rev, 7:331-344.

Fukuyama, F. (1995). Trust: The Social Virtues and the Creation Of Prosperity. New York: Free Press.

Hetheringthon, Marc J. (1998). The Political Relevance of Political Trust. The American Political Science Re-view, Vol. 92, No. 4, pp. 791-808.

Yani, Andi Ahmad. (2015). The Dynamic of Indonesian Political Trust in the Beginning of Reform Era. Jur-nal Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Vol. 12, No.1, hlm 55-68.

Referensi

Dokumen terkait

Cigondewah merupakan sebuah desa yang pernah indah dengan alam pemandangannya: sungai yang jernih serta hamparan sawahnya yang subur. Desa ini dahulu dikenal sebagai produsen

Untuk mempermudah evaluasi terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat dalam pengetahuan informasiterkait obat, penggunaan obat yang rasional, serta cara mendapatkan dan

Tabel header yang terletak di bagian atas adalah judul kolom tabel, sedang tabel header yan terletak di bagian kiri adalah judul baris tabel.. Tag yang digunakan

Ketatalaksanan internal SKPD/ Lembaga Bidang Cipta Karya sudah diatur dalam Tugas Pokok dan Fungsi serta uraian tugas masing-masing SKPD/Lembaga sesuai Peraturan Daerah

Dibuatnya SOP/pedoman baku pelaksanaan, oleh pihak Disbudpar Kota Semarang untuk pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa wisata Kandri; serta dengan

Hasil penelitian ini adalah sebagian masyarakat Lampung Sai Batin yang ada di Desa Umbul Buah masih melakukan pernikahan adat Lampung Saibatin dan paham mengenai nilai dan

Informan penelitian ini adalah ketua lembaga pengabdian pengabdian masyarakat, unsur-unsur pendukung pendidikan, BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), dan DPM (Dewan

Salah satu penyimpangan di sebabkan oleh kondisi permesinan adalah kebulataan permukaan hasil proses permesinan, maka dari itu pada penelitian in dilakukan pengujian pengaruh