BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era reformasi merupakan era perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Era reformasi telah dimulai sejak tahun 1998 yang lalu. Latar belakang lahirnya era reformasi adalah tidak berfungsinya roda pemerintahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama di bidang politik, ekonomi, dan hukum. Maka dengan adanya reformasi, penyelenggara negara berkeinginan untuk melakukan perubahan secara radikal (mendasar) dalam ketiga bidang
tersebut.1
Industri farmasi saat ini sudah sangat berkembang pesat dalam rangka memenuhi obat-obatan dan jenis perbekalan farmasi lainnya secara nasional. Perusahaan farmasi sebagai perusahaan pada umumnya melakukan kegiatan usaha yang meliputi proses menghasilkan barang yaitu obat-obatan dan juga bagaimana agar produk yang dihasilkan tersebut dapat dipasarkan hingga sampai pada konsumen. Pemasaran produk tersebut dapat dilakukan oleh pembantu pengusaha yangsalah satu diantaranya adalah distributor kepada apotek. Apotek berperan sebagai wadah atau tempat kegiatan penyaluran mengenai pemasokan dan pengeluaran barang yang berupa obat-obatan dari distributor dan distributor berperan sebagai mitra usaha yang menyelenggarakan penyaluran barang tersebut,
1 Salim H.S., Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak , Sinar Grafika,
hal ini terjadi apabila para pihak telah mencapai kesepakatan untuk menjalankan kegiatan tersebut.
Kerjasama yang terjadi antara pihak apotek dengan distributor obat merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengandung aspek hukum dalam lingkup perjanjian. Beberapa pendapat ahli memberikan definisi mengenai hukum, menurut Plato “Hukum merupakan peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun baik yang mengikat masyarakat”, kemudian E. Utrecht menyatakan “Hukum merupakan himpunan petunjuk hidup mengenai perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat, ketika terjadi pelanggaran dari petunjuk tersebut dapat menimbulkan tindakan oleh pemerintah”. Perjanjian kerjasama merupakan suatu bentuk kerjasama yang berlandaskan atas perjanjian-perjanjian yang di buat dan di tandatangani oleh para pihak yang melakukan kerjasama.
Kebutuhan masyarakat luas akan terpenuhinya perbekalan farmasi berupa obat-obatan, alat kesehatan dan perbekalan lainnya bisa terlaksana dengan baik berkat adanya kerjasama yang baik antara pihak produsen yang memproduksi perbekalan farmasi yaitu pabrik farmasi dengan pihak distributor yang menyalurkan dan memasarkan langsung kepada apotek, toko obat, rumah sakit dan lain-lain.
Pemasaran produk obat-obatan dari distributor ataupun dari perusahaan obat tersebut kepada apotek, pastinya memiliki suatu hubungan dagang yang harus didasarkan pada suatu hukum yang mengaturnya maka segala kegiatannya selalu diawali dengan perjanjian yang diadakan dan disepakati oleh para pihak
sehingga terciptanya keseimbangan dalam pelaksanaan hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang timbul akibat hubungan hukum tersebut.
Suatu perjanjian adalah “merupakan suatu peristiwa, dimana seseorang berjanji kepada orang lain, atau dua orang saling berjanji untuk melakukan
sesuatu.2 Tidak jarang perjanjian tersebut dibuat secara lisan, untuk sebagian
orang yang membuat perjanjian dalam bentuk tertulis baik yang memiliki jangka waktu tertentu atau jangka waktu lamabertujuan untuk pembuktian dalam pelaksanaannya. Suatu perjanjian adalah “semata-mata suatu persetujuan yang
diakui oleh hukum, yang merupakan kepentingan pokok dalam dunia usaha”.3
Perikatan paling banyak dilahirkan dari suatu peristiwa dimana dua orang atau lebih saling menjanjikan sesuatu. Peristiwa ini paling tepat dinamakan perjanjian, yaitu suatu peristiwa yang berupa suatu rangkaian janji-janji.
Perkataan “perjanjian” sudah sangat populer dikalangan masyarakat.4 Adapun
unsur-unsur yang tercantum dalam hukum perjanjian adalah :5
1. Adanya kaidah hukum
Kaidah dalam hukum perjanjian dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum perjanjian tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat dalam kaidah peraturan perundang-undangan, traktat dan yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum perjanjian tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang timbul, tumbuh dan hidup dalam masyarakat. Konsep-konsep hukum ini berasal dari hukum adat.
2 R. Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 1985, hlm. 7. 3Ibid, hlm. 2.
4 Mashudi dan Chidir Ali, Pengertian-pengertian Elementer Hukum Perjanjian Perdata,
C.V Mandar Maju, Bandung, 2001, hlm. 19.
2. Subjek hukum
Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtperson. Rechtperson diartikan
sebagai pendukung hak dan kewajiban. Yang menjadi subjek hukum dalam hukum perjanjian adalah kreditur dan debitur. Kreditur adalah orang yang berpiutang, sedangkan debitur adalah orang yang berutang.
3. Adanya prestasi
Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban debitur. Prestasi terdiri dari : Memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu.
4. Kata sepakat
Di dalam Pasal 1320 KUH Perdata ditentukan 4 syarat sahnya perjanjian. Salah satunya adalah adanya kata sepakat (konsensus). Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak.
5. Akibat hukum
Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. Hak adalah suatu kenikmatan dan kewajiban adalah suatu beban.
Hukum tentu sangat terkait dengan kehidupan sosial masyarakat, dalam konteks hubungan sosial masyarakat, dimensi hukum dapat dipahami sebagai kaidah atau norma yang merupakan petunjuk hidup atau pedoman perilaku yang pantas diharapkan. Disini hukum bermaksud mengatur tata tertib masyarakat. Oleh karena itu, ketika petunjuk hidup tersebut yang berisi perintah dan larangan
ini dilanggar, maka dapat menimbulkan tindakan dalam bentuk pemberian sanksi
dari pemerintah atau penguasa masyarakat.6
Distributor berkaitan dengan pendistribusian, secara umum distribusi merupakan kegiatan penyaluran barang dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa distributor adalah orang atau lembaga yang menyalurkan barang atau jasa dari produsen ke tangan konsumen.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)7 distributor adalah orang atau
badan yang bertugas mendistribusikan barang (dagangan), penyalur. Selain itu, distributor dapat pula dikatakan sebagai perantara yang menyalurkan produk dari
pabrikan (manufacturer) ke pengecer (retailer).
Secara umum untuk penyaluran obat-obatan dilaksanakan oleh distributor farmasi yang dikenal dengan istilah Pedagang Besar Farmasi (PBF), kegiatan penyaluran ini dilakukan dengan pertimbangan untuk mengurangi beban biaya transaksi maupun operasional dalam pengendalian penyaluran barang, yang kemudian setelah dari pabrikan selanjutnya distributor akan menyalurkan lagi ke rumah sakit, apotek, toko obat, grosir, maupun instansi kesehatan dan pengobatan lainnya.
Distributor obat (PBF) dalam melaksanakan kegiatannya sebagai pendistribusi barang-barang pada umumnya meliputi kegiatan pemasokan obat dan pengeluaran obat. Pemasokan obat yaitu kegiatan dimana distributor memasukkan barang-barang dalam hal ini obat-obatan dan alat kesehatan lainnyakepada apotek sesuai dengan permintaan yang sudah dibuat oleh apotek.
6 Lukman Santoso, Hukum Perjanjian Kontrak , Cakrawala, Yogyakarta, 2012 , hlm. 6. 7 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, http://kbbi.web.id/distributor. Terakhir kali
Hal ini berlaku untuk distributor obat yang sudah menjadi langganan apotek tersebut. Untuk distributor obat yang baru pertama kali mengadakan kerjasama dengan apotek dan menawarkan produk obat-obatan yang baru pertama kali diproduksi sehingga belum ada iklannya di media elektronik maupun media cetak dan masyarakat masih asing akan produk tersebut, dalam hal ini distributor akan menawarkan produk tersebut untuk dititip jual kepada apotek, apabila sudah terjadi kesepakatan diantara para pihak maka distributor akan memasukkan produk tersebut yang jumlah dan jenisnya serta jangka waktunya sesuai dengan kesepakatan para pihak.
Kegiatan pengeluaran obat yang dilakukan oleh distributor adalah berkaitan dengan kegiatan pemasokan obat dimana dalam hal ini distributor yang sudah memasukkan barang-barangnya kepada apotek akan mengeluarkan kembali barang-barang tersebut apabila barang-barang yang dimasukkan tersebut tidak kunjung laku pada saat sudah jatuh tempo atau obat tersebut sudah mendekati kadaluarsa, adanya larangan dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan hal-hal sejenis lainnya yang membuat barang tersebut akan dikeluarkan kembali oleh distributor dengan memberikan pembatasan jangka waktu untuk pelaporan mengenai kondisi barang-barang tersebut yang sesuai dengan kesepakatan para pihak. Sehingga tidak ada pihak yang dirugikan dalam kerjasama ini. Apabila kerusakan berada di bawah pengawasan apotek, maka pihak apotek berkewajiban untuk membayar seharga nilai barang yang rusak tersebut.
Dalam kerjasama ini tentu berkaitan langsung dengan nilai ekonomi. Yang secara umum mencakup kesepakatan para pihak mengenai prosedur sistem pembayaran yang akan dilaksanakan pihak apotik kepada distributor atas prestasi yang sudah dilaksanakan.Sistem pembayaran merupakan sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain. Media yang digunakan untuk pemindahan nilai uang tersebut sangat beragam, mulai dari penggunaan alat pembayaran yang sederhana sampai pada penggunaan sistem
yang kompleks dan melibatkan berbagai lembaga berikut aturan mainnya.8 Sistem
mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul
dari suatu kegiatan ekonomi.9
Banyaknya jenis perjanjian yang terdapat di dalam masyarakat telah memberikan kebebasan bagi masyarakat untuk melakukan perjanjian, asalkan perjanjian yang dibuat tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kebiasaan dan kesusilaan. Secara garis besar perjanjian dapat dibedakan dalam
beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:10
1. Perjanjian Timbal Balik
Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang memberikan hak dan kewajiban kepada para pihak. Perjanjian ini merupakan perjanjian yang paling umum terjadi di masyarakat, misalnya perjanjian tukar-menukar dan perjanjian sewa-menyewa.
8http://www.bi.go.id/web/id/Sistem+Pembayaran/. Terakhir kali diakses pada tanggal 2
Mei 2013.
9 Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 Pasal 1 angka 6 tentang Bank Indonesia. 10 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung Pers, Bandung, 1982, hlm. 78.
2. Perjanjian Sepihak
Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang hanya memberikan keuntungan pada satu pihak saja, misalnya perjanjian pinjam pakai.
3. Perjanjian Percuma
Perjanjian percuma adalah perjanjian yang hanya memberikan keuntungan pada satu pihak saja, misalnya perjanjian pinjam pakai.
4. Perjanjian dengan alas hak yang membebani
Perjanjian ini adalah perjanjian dimana terdapat prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lainnya dan antara kedua prestasi itu ada hubungannya menurut hukum. Kontra prestasi itu berupa kewajiban pihak lain, tetapi juga pemenuhan suatu imbalan.
5. Perjanjian Bernama
Perjanjian bernama adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri yang dikelompokkan sebagai kelompok perjanjian khusus. Mengenai perjanjian bernama ini ditegaskan dalam Pasal 1319 KUH Perdata yaitu: “Semua persetujuan, baik yang mempunyai suatu nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan satu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lalu”. Perjanjian ini jumlahnya terbatas, misalnya: perjanjian jual beli, perjanjian pemberian kuasa dan perjanjian asuransi.
6. Perjanjian Tidak Bernama
Perjanjian tidak bernama adalah suatu perjanjian yang tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata dan jumlahnya tidak terbatas.
7. Perjanjian Konsensual
Perjanjian konsensual adalah perjanjian yang timbul karena adanya persesuaian kehendak antara para pihak, untuk sahnya perjanjian ini tidak memerlukan suatu formalitas, yang terpenting adalah adanya penyerahan yang sah.
8. Perjanjian Riil
Perjanjian Riil adalah suatu perjanjian dimana disamping adanya kesepakatan para pihak, juga sekaligus dilakukan penyerahan barang secara nyata.
Hukum perjanjian bersifat terbuka dan dapat dikatakan mempunyai suatu asas kebebasan berkontrak, artinya kebebasan diberikan seluas-luasnya kepada siapapun juga untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja asalkan tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan.
Sebagaimana diketahui bahwa hukum perjanjian dalam KUH Perdata menganut sistem terbuka atau asas kebebasan berkontrak, dapat dilihat dari rumusan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yaitu “semua perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Asas kebebasan berkontrak sebagai landasan terbentuknya perjanjian memberikan pengertian, bahwa dalam suatu perjanjian haruslah dilakukan dengan adanyakesepakatan-kesepakatan dari para pihak yang dibentuk secara bebas tanpa paksaan, dimana para pihak diberi kebebasan dalam membuat perjanjian mengenai hal apa saja yang akan dicantumkan dalam klausula perjanjian hingga tercapainya kesepakatan dari para pihak. Kebebasan ini berperan sebagai
keabsahan dari perjanjian itu sendiri. Masyarakat bebas untuk menentukan dan memilih pihak lain dalam melakukan perikatan (perjanjian) sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan taraf hidup dalam meningkatkan usaha agar lebih maju, lebih efisien dan lebih mendapatkan keuntungan.
Adanya hubungan yang saling bergantungan dan saling menguntungkan dalam perjanjian antara pihak apotek dengan distributor obat (Pedagang Besar Farmasi) ini maka haruslah para pihak seimbang dalam mempertimbangkan pencantuman pemenuhan hak dan kewajiban dalam pelaksanaan perjanjian tersebut dan harus tegas diatur kedudukannya sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
Akibat adanya hubungan hukumtersebut menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihakdalam pelaksanaan kerjasama yang terjadi. Pihak apotek dan distributor dalam membuat perjanjian sudah mempertimbangkan segala hal ikhwal yang akan mereka hadapi dalam pelaksanaan kerjasama tersebut. Salah satunya adalah mengenai sistem pembayaran yang menjadi kewajiban bagi pihak apotek setelah pihak distributor melaksanakan kewajiban dalam penyaluran obat-obatan. Bagaimana kesepakatan masing-masing pihak mengenai pembayaran setelah pihak distributor menyalurkan obat-obatan kepada pihak apotek, bagaimana prosedur dan bentuk pelaksanaan kerjasama yang dilakukan para pihak.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis akan membahas lebih lanjut mengenai segi-segi hukum perjanjian dalam sistem pembayaran dari pihak apotek kepada distributor obat mengenai pemasokan dan pengeluaran obat, sejauh mana
masing-masing pihak dapat mempertanggungjawabkan hak dan kewajibannya dan bagaimana bentuk pelaksanaan kerjasama tersebut serta hambatan-hambatan apa saja yang muncul diantara para pihak.
Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang kemudian akan
dituangkan dalam penulisan skripsi yang berjudul: “Segi-Segi Hukum
Perjanjian Dalam Sistem Pembayaran Dari Pihak Apotek Kepada Distributor Obat Mengenai Pemasokan Dan Pengeluaran Obat (Pada Apotek Umi Farma Jalan Karya Kasih No.104 Medan Johor)”
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pokok permasalahan yang dapat dikemukakan untuk dikaji selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk pelaksanaan kerjasama antara pihak apotek dengan
distributor obat dalam sistem pembayaran mengenai pemasokan dan pengeluaran obat?
2. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan kerjasama
mengenai sistem pembayaran serta pemasokan dan pengeluaran obat?
3. Apa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kerjasama mengenai
sistem pembayaran serta pemasokan dan pengeluaran obat antara pihak apotek dengan pihak distributor?
Adapun hal yang menjadi tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bentuk pelaksanaan kerjasama antara pihak apotek
dengan distributor dalam sistem pembayaran mengenai pemasokan dan pengeluaran obat,
2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan
kerjasama antara pihak apotek dengan distributor dalam sistem pembayaran mengenai pemasokan dan pengeluaran obat,
3. Untuk mengetahui hal apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan
kerjasama antara pihak apotek dengan pihak distributor dalam sistem pembayaran mengenai pemasokan dan pengeluaran obat.
D. Manfaat Penulisan
Mengenai manfaat yang diharapkan melalui penulisan ini terhadap ketiga pokok permasalahan di atas terdiri dari dua manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan akan menambah dan memperluas wawasan dan pengetahuan di bidang ilmu hukum, khususnya yang berhubungan dengan segi-segi hukum perjanjian dalam sistem pembayaran dari pihak apotek kepada distributor obat mengenai pemasokan dan pengeluaran obat.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam upaya pembaharuan hukum perdata khususnya dalam memberikan masukan bagi perkembangan industri farmasi mengenai segi-segi hukum perjanjian dalam sistem pembayaran mengenai pemasokan dan pengeluaran obat.
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Di dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode yuridis normatif dan yuridis empiris. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka
atau data sekunder belaka.11 Sedangkan yang dimaksud dengan penelitian
yuridis empiris adalah metode penelitian hukum yang dilakukan untuk mendapatkan data primer, melihat hukum dalam artian yang nyata atau dapat dikatakan melihat, meneliti bagaimana bekerjanya hukum di masyarakat.
2. Lokasi Penelitian Dan Sifat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Medan, yang menjadi tempat berdirinya Apotek Umi Farma. Adapun yang menjadi alas an penulis melakukan penelitian di tempat tersebut dikarenakan Apotik Umi Farma merupakan
11 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan
salah satu Apotek di kota Medan yang melakukan kegiatan penyaluran obat dengan distributor obat atau pabrik besar farmasi dan penulis memiliki kemudahan dalam mendapatkan data dibandingkan dengan Apotek lainnya.
Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian deskriptif analitis. Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas tentang permasalahan yang ada pada masyarakat yang kemudian dikaitkan dengan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan hukum yang berlaku, sehingga akhirnya dapat diperoleh kesimpulan.
3. Jenis dan Sumber Data
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Yang dimaksud dengan “metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dengan suatu
kerangka tertentu”.12 Jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder didukung oleh data primer. a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan dengan cara wawancara bebas terpimpin, yaitu dengan terlebih
dahulu mempersiapkan pokok-pokok pertanyaan (guide interview) sebagai
pedoman dan variasi-variasi dengan situasi ketika wawancara pada Apotek Umi Farma Jalan Karya Kasih No.104 Medan Johor.
b. Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan guna mendapatkan landasan teoretis terhadap segi-segi hukum perjanjian dalam sistem pembayaran dari pihak apotek kepada distributor obat mengenai pemasokan dan pengeluaran obat. Selain itu tidak menutup kemungkinan diperoleh bahan hukum lain, dimana pengumpulan bahan hukumnya dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, serta menelaah data yang terdapat dalam buku, literatur, tulisan-tulisan ilmiah, dokumen-dokumen hukum dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan objek penelitian. Bahan-bahan hukum tersebut berupa:
1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mengikat yang terdiri
atas:
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
c. Surat Perjanjian Kerjasama antara Apotek Umi Farma dengan
Distributor
2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan
terhadap bahan hukum primer antara lain buku, tulisan ilmiah, hasil penelitian ilmiah, laporan makalah lain yang berkaitan dengan materi
penelitian.13
3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder berupa kamus-kamus seperti Kamus Hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, serta Ensiklopedia Hukum dan Ekonomi.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun yang menjadi alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
a. Studi pustaka, yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh data sekunder dengan cara menggali sumber-sumber tertulis, baik dari instansi yang terkait, maupun buku literatur yang ada relevansinya dengan masalah penelitian.
b. Wawancara, yaitu komunikasi dua arah antara penulis dengan
responden untuk memperoleh data primer dengan lebih cepat dan memperoleh keyakinan bahwa penafsiran yang diberikan oleh responden adalah benar. Wawancara dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan secara urut dan sistematis sesuai dengan yang telah dipersiapkan.
5. Analisis Data
Data dari studi kepustakaan akan dihubungkan dengan data yang diperoleh dari penelitian di lapangan. Kemudian data tersebut dianalisis secara logis dan disusun dengan menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu apa yang dinyatakan oleh informan secara tertulis maupun lisan
diteliti dan dipelajari kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif yang
tersusun dalam kalimat yang sistematis.14
F. Keaslian Penulisan
Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan di Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
beberapa judul skripsi yang berkaitan dengan judul skripsi yaitu“Segi-Segi
Hukum Perjanjian Dalam Sistem Pembayaran Dari Pihak Apotek Kepada Distributor Obat Mengenai Pemasokan dan Pengeluaran Obat (Pada Apotek Umi Farma, Jalan Karya Kasih No. 104 Medan Johor)”, adalah sebagai berikut :
1. Agustina Riana ( 910200005 ), dengan judul skripsi “Aspek Yuridis dalam
Perjanjian antara Perusahaan Pembuat Obat dengan Distributor Obat”.
2. Rumondang Manurung ( 900200237 ), dengan judul skripsi “Perlindungan
Hukum bagi Konsumen Obat atas Kerugian yang ditimbulkan oleh Iklan Obat yang Menyesatkan (suatu tinjauan hukum perdata)”.
3. Jose Rizal ( 920200117 ), dengan judul skripsi “Pelaksanaan Perjanjian
Kerjasama antara PT. Pantja Niaga sebagai Distributor dengan pengusaha toko swalayan terhadap barang hasil produksi PT. Unilever Indonesia”.
4. Wiliadi ( 940200265 ), dengan judul skripsi “Aspek Hukum dalam
Perjanjian Kerjasama antara Rumah Sakit dengan PT. Global Kusuma Mitra Mandiri”.
Dengan melihat beberapa judul skripsi di atas, maka judul skripsi yang akan dibahas tersebut belum pernah dituliskan. Sehingga dapat dikatakan bahwa skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan pemikiran dan hasil tulisan penulis. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan terutama secara ilmiah dan akademik.
G. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi yang berjudul “Segi-Segi Hukum Perjanjian Dalam Sistem Pembayaran Dari Pihak Apotek Kepada Distributor Obat Mengenai Pemasokan Dan Pengeluaran Obat (pada Apotek Umi Farma Jalan Karya Kasih No.104 Medan Johor)”, sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB SATU PENDAHULUAN
Berisikan Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan Dan Sistematika Penulisan.
BAB DUA PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG
HUKUM PERDATA
Berisikan mengenai Pengertian Perjanjian, Asas-Asas Dalam Perjanjian, Syarat Sahnya Perjanjian, Serta Berakhirnya Perjanjian.
BAB TIGA TINJAUAN UMUM TENTANG APOTEK DAN
Berisikan mengenai Pengertian Apotek, Pengertian Distributor Obat, Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Perjanjian danJangka Waktu Serta Berakhirnya Perjanjian Distributor.
BAB EMPAT SEGI-SEGI HUKUM PERJANJIAN DALAM SISTEM
PEMBAYARAN DARI PIHAK APOTEK KEPADA DISTRIBUTOR OBAT MENGENAI PEMASOKAN DAN PENGELUARAN OBAT (PADA APOTEK UMI FARMA JALAN KARYA KASIH NO.104 MEDAN JOHOR) Berisikan tentangBentuk Pelaksanaan Kerjasama Dalam
Sistem Pembayaran Mengenai Pemasokan Dan
Pengeluaran Obat antara Pihak Apotek Dengan Distributor (Pada Apotek Umi Farma Jalan Karya Kasih No.104 Medan Johor), Hak dan Kewajiban Para Pihak Mengenai Perjanjian Kerjasama dalam Sistem Pembayaran serta Pemasokan dan Pengeluaran Obat antara Apotek dengan Distributor, Hambatan dalam Pelaksanaan Kerjasama mengenai Sistem Pembayaran serta Pemasokan dan Pengeluaran Obat antara Apotek dengan Distributor Obat.
BAB LIMA PENUTUP