• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN DESIGN FOR ASSEMBLY (DFA) UNTUK MEREDUKSI BIAYA PRODUKSI SUATU PRODUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN DESIGN FOR ASSEMBLY (DFA) UNTUK MEREDUKSI BIAYA PRODUKSI SUATU PRODUK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN

DESIGN FOR ASSEMBLY (DFA)

UNTUK MEREDUKSI BIAYA PRODUKSI SUATU

PRODUK

Yusri

(1)

(1)

Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang

ABSTRACT

Untuk mereduksi waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi (waktu desain, manufaktur dan perakitan), sehingga jam kerja mesin, upah tenaga kerja, biaya energi listrik dan lainnya dapat direduksi maka prinsip Designfor Assembly (DFA) dan Design for

Manufacture and Assembly (DFMA) harus diterapkan pada proses produksinya, yang

harus dilakukan dari awal design secara terintegrasi. DFA adalah salah satu sistem perencanaan assembling, yang menganalisa desain komponen maupun produk secara keseluruhan. Dari analisa DFA maka didapatkan nilai efisiensi assembling dan dengan menganalisa tiap komponen maka kesulitan assembly dapat dihindari dengan jalan merevisi fitur dan jumlah komponen. Dengan demikian efisiensi perakitan dapat ditingkatkan. Sementara DFM adalah penerapan desain proses manufaktur suatu produk, dimana kesalahan proses dan produksi dapat direduksi, sehingga waktu dan biaya manufaktur menjadi sekecil mungkin. Akhirnya dari semua analisa diatas maka biaya manufaktur yang paling efisien dapat dihitung dari awal.

Keywords:Design for Assembly (DFA), Manufacture and Assembly (DFMA)

1. PENDAHULUAN

Dalam proses perancangan dan manufaktur suatu produk, harus didisain sedemikian rupa sehingga disain benar-benar sempurna dan biaya produksi dapat direduksi sekecil mungkin.

Perlu kita pahami bahwa nilai biaya produksi suatu produk sangat sulit direduksi, misalnya upah buruh perjam, harga bahan baku, biaya energi dan lain-lain yang bahkan cendrung terus naik. Yang dapat kita reduksi adalah waktu yang dibutuhkan untuk

memproduksi (waktu disain, manufaktur dan

perakitan), sehingga jam kerja mesin, upah buruh

dan biaya energi listrik dan lainnya dapat

direduksi.Selain itu juga agar produk bisa dilempar kepasar secepat mungkin.

Secara tradisional sikap perancang adalah “we design

it, you build it”. Yang juga diistilahkan menjadi

over-the-wall approach” dimana perancang duduk

di salah satu sisi dinding dan melempar disain melewati dinding kepada tim manufaktur di sisi sebelahnya tanpa adanya suatu kolaborasi yang baik. Apabila dalam pelaksanaan manufakturnya terjadi suatu persoalan, baru dilakukan perbaikan disain, kemudian bila pada saat perakitan terjadi lagi persoalan maka disain diperbaiki lagi. Tentunya hal ini akan menyita waktu yang panjang sampai produk baru bisa dipasarkan.

DFA adalah salah satu sistim perencanaan

assembling yang akan menganalisa disain komponen

maupun produk secara keseluruhan, yang dimulai dari awal proses disain, sehingga kesulitan-kesulitan

produksi. Sistim ini bertujuan untuk mempermudah proses perakitan sehingga waktu dan biaya perakitan

(assembling cost)dapat di turunkan. Dapat dikatakan

bahwa DFA adalah sebagai proses pengembangan

disain produk untuk mempermudah dan

mempermurah biaya perakitan, tapi tetap fokus pada fungsi dan keselamatan.

Prosesassemblingmerupakan proses yang memakan waktu yang cukup besar dalam proses manufaktur (53% dari total waktu produksi dan 22% ongkos buruh) dan 12% dari biaya manufaktur[6].

Sementara Design for Manufacture (DFM) adalah disain proses manufaktur suatu produk sehingga waktu dan biaya manufaktur bisa direduksi sekecil mungkin.

Gabungan dari DFA dan DFM ini disebut dengan

DFMA ( Design for Manufacture and Assembly)

yang harus dilakukan dari awal disain secara terintegrasi.

Ada sebuah anggapan yang dulu dianggap benar dilakukan tapi dengan analisis DFMA ternyata anggapan tersebut keliru, sebagai contoh hal tersebut dapat kita lihat sebagai berikut:

(2)

Tabel 1. Estimasi biaya dalam dollar untuk dua contoh pada gambar 1 jika dibuat 100.000 produk[1]

Wrong Right Set up Process Material Piece Part Tooling Total manufacture Assemlby 0.015 0.535 0.036 0.586 0.092 0.678 0.000 0.023 0.683 0.025 0.731 0.119 0.850 0.200 Total 0.678 1.050

Dari tabel tersebut kita dapat lihat bahwa ternyata biaya yang dikeluarkan untuk proses yang dianggap salah jauh lebih kecil dibandingkan dengan proses yang dianggap benar. (0,678 dibandingkan dengan 1,050)

Gambar 2: Alur penerapan DFA pada proses DFMA[1]

2. Design For Assembly (DFA).

Design for Assemblyadalah suatu rancangan dimana

proses perakitan sudah direncanakan pada awal design produk, dalam hal ini fitur setiap komponen,

jumlah komponen didisain dengan

mempertimbangkan proses perakitannya sehingga didapatkan kemudahan-kemudahan pada saat proses

asemblingatau perakitan.

Secara umum ada dua faktor utama yang

mempengaruhi waktu perakitan:

1. Jumlah parts/komponen dalam produk

2. Kemudahan dalam handling, insertion, dan

fasteningdari masing-masing part

Manual Assembly.

Prosesassemblysecara manual dapat dibagi dua:

1. Handling (acquiring and grasp, moving, and

orienting the part).

2. Insertion dan fastening.

Pada kedua proses tersebut akan ditemui banyak sekali hambatan dan kesulitan yang harus dikurangi atau dihilangkan pada saat proses manufaktur komponen.

Manual Handling.

Dalam rangka efektifitas waktu untukhandlingmaka hal-hal yang harus diperhatikan pada saat

perancangan komponen agar mempermudah

assemblingadalah :

a. Apakah komponen bisa diambil dan

dimanipulasi dengan : - Satu tangan

- Satu tangan dengan bantuan alat - Dua tangan

- Dua tangan dengan bantuan orang lain.

b. Orienttasi (Part symmetry),

Yaitu berapa derajat benda dapat diputar tegak lurus garis sumbu ( ), atau segaris sumbu () untuk reorientasinya.

Sumbu

insertion

(3)

Gambar 4: Rotasi simetrisAlphadanBetaberbagai bentuk komponen[1]

Kemudahan komponen diambil dan dimanipulasi, seperti:

-Acquiring dan grasp

- Tidak terjadinestingdantangling

c. Ketebalan produk

• Ketebalan untuk silinder didefinisikan sebagai radiusnya

• Ketebalan untuk non silinder adalah tinggi maksimal dari permukaan plat

d. Ukuran komponen

Ukuran part didifinisikan sebagai ukuran dimensi nondiagonal paling besar dari outline part ketika diproyeksikan pada permukaan plat

3. Manual Insertion and fastening

Adalah penggabungan komponen dengan komponen lainnya atau dengan sub asembling yang terdiri dari:

a. Insertion

Pada saat insertion harus dihindari hal-hal sebagai berikut:

- Holding Down

- Alignment

b. Fastening

Fastening adalah menyatukan suatu komponen dengan kompnen lainnya secara fix atau dikunci. Secara umum dapat kita lihat pada gambar berikut.

Gambar 4: Metodefasteningsecara umum[1]

Waktu fastening tergantung dari pengaruh terhalangnya akses dan pandangan menacapai lokasi komponen.

Tabel Matrik Boothroyd-Dewhusrt

Berdasarkan percobaan-percobaan oleh

Boothroyd-Dewhurst, dari seluruh hambatan dan kesulitan

tersebut, didapatkan nilai dari beberapa kombinasi kondisi diatas dan disusun kedalam bentuk tabel matrik manual handling dan manual insertion

berikut. (”Tabel (2)” dan ”Tabel (3)” )

Efisiensi Perakitan

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat efisiensi perakitan dari suatu produk assembling dapat dihitung dengan rumusan berikut[6]:

E=NM.ta /TM

dimana :

E = Disain Efisiensi ( DFA index )

NM = Jumlah part minimum secara teoritis

ta = Waktu perakitan dasar tiap part (rata-rata diambil 3 detik )

TM = Jumlah waktu perakitan seluruh part Untuk menghitung effisiensi tersebut, angka atau nilai waktu asembling dari tabel matrik dimasukan kedalam DFA worksheet (”Tabel (2)”& ”Tabel (3)”).

4. Prinsip Pengembangan Disain.

Sebagai akhir dari proses penerapan DFA adalah membuat disain baru yang lebih efektif dengan indek efisiensi yang lebih besar.

(4)

Tabel 2:Tabel matrik penhitungan waktu handling [6] Key: 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1.13 1.43 1.88 1.69 2.18 1.84 2.17 2.65 2.45 2.98 1 1.5 1.8 2.25 2.06 2.55 2.25 2.57 3.06 3 3.38 2 1.8 2.1 2.55 2.36 2.85 2.57 2.9 3.38 3.18 3.7 3 1.95 2.25 2.7 2.51 3 2.73 3.06 3.55 3.34 4 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4 3.6 6.85 4.35 7.6 5.6 8.35 6.35 8.6 7 7 5 4 7.25 4.75 8 6 8.75 6.75 9 8 8 6 4.8 8.05 5.55 8.8 6.8 9.55 7.55 9.8 8 9 7 5.1 8.35 5.85 9.1 7.1 9.55 7.85 10.1 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 8 4.1 4.5 5.1 5.6 6.75 5 5.25 5.85 6.35 7 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 9 2 3 2 3 3 4 4 5 7 9 Size < 6 mm

ONE HAND Size< 15mm

6mm < size < 15mm Size < 6 mm Size > 6 mm

Part are easy to grasp and manipulalate Part present handling difficulties(1) Thickness >2mm Thckness < 2mm Thickness >2mm Thckness < 2mm

( 360< (a+b)  540< (a+b)  P a rt s n e e d s ta n d a rd to o ls o th e r th a n tw e e z e rs

Parts need tweezers for grasping and manipulation

Parts require optical magnification for manipulation

Parts cab be manipulated without optical magnification Parts are easy to

grasp and manipulate Parts present handling difficulties (1) Thickness > 0,25mm P a rt s n e e d s p e c ia l to o ls fo r g ra s p in g a n d m a n ip u la ti o n Size < 6 mm Size <15 mm 6mm < size < 15mm Size < 6 mm Size > 6 mm

Parts are easy to grasp and manipulate Parts present handling difficulties (1) Thickness < 0,25mm Thickness > 0,25mm Thickness < 0,25mm Thickness > 0,25mm Thickness < 0,25mm Thickness > 0,25mm Thickness < 0,25mm  P a rt c a n b e g ra s p e d a n d m a n ip u la ti o n b y o n e h a n d w it h o u t th e a id o f g ra s p in g to o ls P a rt c a n b e g ra s p e d a n d m a n ip u la ti o n b y o n e h a n d b u t o n ly w it h th e u s e o f g ra s p in g to o ls a < 1 8 0 ° a = 3 6 0 °  0< b < ONE HAND WITH GRASPING AIDS

a < b <

(

Parts present additional handling difficulties (e.g sticky, delicate, slippery, etc.) (1) Parts present no additional

handling difficulties a< 180° a= 360° a< 180° a= 360° Size< 15 mm 6mm < size < 15mm 6mm < size < 15mm Size < 6 mm Size > 6 mm Size < 6 mm Size< 15 mm T w o p e rs o n s o r m e c h a n ic a l a s s is ta c e re q u ir e d fo r p a rt s m a n ip u la ti o n

MANUAL HANDLING: ESTIMATED TIME (SECONDS)

Part can be handled by one person without mechanical assistance Parts do not severely nest or tangle and are not flexible Parts weight < 10 lb Parts are heavy ( > 10 lb )

Size < 6 mm Size > 6 mm Size < 6 mm

TWO HANDS FOR MANIPULATION P a rt s s e v e re ly n e s t o r ta n g le o r a re fl e x ib le (2 )

Parts are easy to grasp and manipulate

Parts present other handling difficulties (1)

Parts are easy to grasp and manipulate Parts present other handling difficulties (1) a= 360° a< 180°a= 360°a< 180° Parts severely nest or tangle or

flexible but can be grasped and lifted by one hand (with the use

of grasping tools if necessary( (2) TWO HANDS OR ASSISTANCE REQUIRED FOR LARGE SIZE

Two hands, two persons or mechanical assistance required

for grasping and transporting parts

a= 360° a< 180°a= 360°a< 180°

(5)

Tabel 3:Tabel matrik penhitungan waktu insertion [6] Key : 1 2 3 7 8 9 0 2.5 2.5 3.5 6.5 6.5 7.5 1 5 5 6 9 9 10 2 6.5 6.5 7.5 10.5 10.5 11.5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 3 2 5 4 5 6 7 8 9 6 8 4 4.5 7.5 6.5 7.5 8.5 9.5 10.5 11.5 8.5 10.5 5 6 9 8 9 10 11 12 13 0 12 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 9 4 7 5 12 7 8 12 12 9 12 Resistance to Insertion (5)

None or localized plastic

deformation Metallurgical processes

C h e m ic a l p ro c e s s e s (e .g a d h e s iv e b o n d in g e tc ) 6 8 9.5 0 1.5 4

Non mechanical fastening processes (part(s) already in place but not secured

immediately after insertion) Due to obsrtructed access and restricted vision (2) Non fastening processes Holding down required during subsequent

processes to maintain orientation at location (3)

Easy to align and position during assembly (4) Resistance to Insertion (5) Screw tightening immediately after insertion R e s is ta a n c e to in s e rt io n (5 ) E a s y to a lig n a n d p o s it io n w it h n o to rs io n a l re s is ta n c e (5 )

Not easy to align or position during

assembly

MANUAL INSERTION: ESTIMATED TIME (SECONDS)

No resistance to insertion N o t e a s y to a lig n o r p o s it io n a n d /o r to rs io n a l re s is ta n c e (5 )

Not easy to align or position during assembly Resistance to Insertion (5) No resistance to insertion

Easy to align and position during assembly (4) N o t e a s y to a lig n o r p o s it io n d u ri n g a s s e m b ly a n d /o r re s is ta n c e to in s e rt io n (5 ) PERT SECURED IMMEDIATELY No resistance to insertion No resistance to insertion

Part and associated tool (including hands)

can easily reach the desired location Due to obstructed access or restricted vision (2) P a rt a n d a s s o c ia te d to o l (i n c lu d in g h a n d s ) c a n n o t e a s il y re a c h th e d e s ir e d lo c a ti o n Due to obstructed access and restricted vision (2) 5.5 5.5 E a s y to a li g n a n d p o s it io n d u ri n g a s s e m b ly (4 ) R e s is ta a n c e to in s e rt io n (5 ) E a s y to a li g n a n d p o s it io n d u ri n g a s s e m b ly (4 ) N o re s is ta n c e to in s e rt io n

Rivetting or similar operation

N o re s is ta n c e to in s e rt io n

Part and associated tool (including hands)

can easily reach the desired location and the tool can be operated easily Resistance to Insertion (5) PART ADDED BUT NOT SECURED A d d it io n o f a n y p a rt (1 ) w h e re th e p a rt it s e lf a n d /o r o th e r p a rt s a re b e in g fi n a ll y s e c u re d im m e d ia te ly Due to obsrtructed access or restricted vision (2) P a rt a n d a s s o c ia te d to o l (i n c lu d in g h a n d s ) c a n n n o t e a s ily re a c h th e d e s ir e d lo c a ti o n o r to o l c a n n o t b e o p e ra te d e a s il y

Mechanical fastening processes (part(s) already in place but not secured

immediately after insertion)

S o ld e ri n g p ro c e s s e s N o a d d it io n a l m a te ri a l re q u ir e d (e .g . re s is ta n c e , fr ic ti o n w e ld in g e tc .) W e ld /b ra z e p ro c e s s e s A d d it io n o f a n y p a rt (1 ) w h e re n e it h e r th e p a rt it s e lf n o r a n y o th e r p a rt is fi n a lly s e c u re d im m e d ia te ly

Plastic deformation immediately after insertion Plastic bending or torsion

No screwing operation or plastic deformation immediately after insertion (snap/press fit,

circlips, spire, nuts,

etc.) Not easy to align or position during

assembly

Not easy to align or position during assembly E a s y to a lig n a n d p o s it io n w it h n o re s is ta n c e to in s e rt io n (4 )

After assembly no holding down required to maintain orientation and location (3)

M a n ip u la ti o n o f p a rt s o r s u b a s s e m b ly (e .g o ri e n ti n g , fi tt in g o r a d ju s tm e n t o f p a rt s , e tc ) O th e r p ro c e s s e s (e .g li q u id in s e rt io a n , e tc .)

Assembly processes where all solid parts are in place

SEPARATE OPERATION Additional material required B u lk p la s ti c d e fo rm a ti o n (l a rg e p ro p o rt io n o f p a rt is p la s ti c a lly d e fo rm a ti o n d u ri n g fa s te n in g ) B e n d in g o r s im ila r p ro c e s s e s R iv e tt in g o r s im ila r p ro c e s s e s S c e w ti g h te n in g o r o th e r p ro c e s s e s

(6)

Contoh Aplikasi Analisa DFA Pada Engsel Sepeda Lipat

Engsel merupakan bagian kritis dari sepeda lipat karena engsel akan mananggung beban yang bekerja pada rangka utama sepeda. Oleh sebab itu engsel harus dirancang dengan baik agar mampu manahan beban tersebut.

Berikut adalah gambar engsel sepeda lipat yang sudah ada dipasaran.

Gambar 5a: Engsel yang sudah ada

Gambar 5b:Kompnen engsel yang sudah ada

Engsel tersebut mempunyai 12 buah komponen dengan segala kerumitan proses manufakturnya. Bila

kita analisa proses perakaitannya dengan

menggunakan tabel matrik Boothroyd-Dewhust,

maka kita dapatkan waktu perakitan sebesar 72,45 detik dan efisiensi perakitannya adalah 0,41 (41%) (Tabel. 4 )

Dengan merubah beberapa fitur tanpa merubah fungsi, maka engsel tersebut dapat kita kembangkan menjadi bentuk berikut.

Gambar 6: Komponen engsel yang dikembangkan

Dari hasil analisa DFA maka didapat waktu perakitanya sebesar 33,1 detik dengan efisiensi perakitan 0,63 (63%)(tabel. 5).

Jadi terdapat selisih waktu sebesar 39,35 detik atau lebih dari 200%.

(7)

Tabel 4: Analisa DFA Desain Engsel Yang Ada 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P ar t ID N o . N u m b er o f ti m es th e o p er at io n is ca rr ie d o u t co n se cu ti v it y M an u al H an d li n g C o d e M an u al H an d li n g T im e p er p ar t M an u al In se rt io n C o d e M an u al In se rt ti o n T im e p er p ar t O p er at io n T im e, se co n d s (2 ) x (( 4 ) + (6 )) O p er at io n C o st , ce n ts (R p ) x (7 ) F ig u re s fo r E st im at io n o f T h eo ri ti ca l M in im u m P ar ts Name of Assembly 1 1 3,0 1.95 0,0 1.5 3.45 17 1 Plat engsel-1 2 1 3,0 1.95 0,2 2.5 4.45 22 1 Plat engsel-2 3 1 1,0 1.5 0,8 6.5 8 40 1 Poros engsel

4 1 1,0 1.5 3,9 8 9.5 48 1 Baut Poros engsel

5 1 0,0 1.13 0,0 1.5 2.63 13 0 Poros pengunci 6 1 1,0 1.5 3.8 6 7.5 38 1 Baut pengunci 7 1 0,0 1.13 3,2 4 5.13 26 1 Pin pengunci 8 1 1,0 1.5 0,2 2.5 4 20 1 Cam pengunci 9 1 0,5 1.84 0,0 1.5 3.34 17 0 Pegas 10 1 1,0 1.5 3,8 6 7.5 38 1 Mur 11 1 1,0 1.5 0,0 1.5 3 15 1 Bantalan cam 12 1 3,0 1.95 9,6 12 13.95 70 1 Tumpuan pengunci

Total 12 72.45 362 10 Design Effiseiency =

3 x NM / TM =

TM CM NM

0.41 Tabel 5: Analisa DFA Desain Engsel Yang Dikembangkan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P ar t ID N o . N u m b er o f ti m es th e o p er at io n is ca rr ie d o u t co n se cu ti v it y M an u al H an d li n g C o d e M an u al H an d li n g T im e p er p ar t M an u al In se rt io n C o d e M an u al In se rt ti o n T im e p er p ar t O p er at io n T im e, se co n d s (2 ) x (( 4 ) + (6 )) O p er at io n C o st , ce n ts (R p ) x (7 ) F ig u re s fo r E st im at io n o f T h eo ri ti ca l M in im u m P ar ts Name of Assembly 1 1 3,0 1.95 0,0 1.5 3.45 1,035 1 Plat engsel-1 2 1 3,0 1.95 0,0 1.5 3.45 1,035 1 Plat engsel-2 3 1 0,0 1.13 0,0 1.5 2.63 789 1 Pin engsel 4 1 2,3 2.36 3,0 2 4.36 1,308 1 Circlip ring 5 1 1,0 1.13 3,8 6 7.13 2,139 1 Baut pengunci

6 1 0,0 1.13 3,2 4 5.13 1,539 1 Pin baut pengunci

7 1 3,0 1.95 3,3 5 6.95 2,085 1 Tuas pengunci

-Total 7 33.1 9,930 7 Design Effiseiency =

3 x NM / TM =

(8)

PUSTAKA

1. Geoffrey Boothroy, Peter Dewhurst and

Winston Knight, Product Design for

Manufacture and Assembly. Second Edition.

Marcel Dekker,Inc. New York, 2002.

2. Dr.SG Lee. Paper Design for Assembly and

Dis-Assembly. Nanyang Technological

University. Singapore 2006.

3. Ron Garrett. What is Design For Assembly?.

file://F:\load 11-2-07\Design for Assemly.htm

4. Teamset.Design for Assembly. file://F:\load

11-2-07\Design for Assembly (DFA) for better products.htm

5. Integrated Product process System.Design for

Assembly. file://F\load 11-2-07\IPPS Design for

Assembly Page.htm

6. Vincent Chan and Filippo A. Salustri.Design

for Assemly. file://F\load 11-2-07\Design for

Assembly.htm

Gambar

Gambar 1: Misleading producibility guideline for the
Gambar 2: Alur penerapan DFA pada proses DFMA [1]
Gambar 4: Metode fastening secara umum [1]
Tabel 2: Tabel matrik penhitungan waktu handling [6] Key: 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1.13 1.43 1.88 1.69 2.18 1.84 2.17 2.65 2.45 2.98 1 1.5 1.8 2.25 2.06 2.55 2.25 2.57 3.06 3 3.38 2 1.8 2.1 2.55 2.36 2.85 2.57 2.9 3.38 3.18 3.7 3 1.95 2.25 2.7 2.51 3 2.73 3.0
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan mesin pemipil terdiri dari proses pembubutan, pengeboran, pengelasan, penekukan dan pengerolan, dengan waktu yang dibutuhkan 1645,46 menit atau 27,4 jam. Kata kunci:

Perhitungan waktu pemesinan disimpulkan bahwa jumlah mesin dan fasilitas yang dibutuhkan untuk memproduksi 100 unit alat pelepas mur roda mobil yang efektif adalah 7 unit

Cakrawala Elecorindo adalah adanya keluhan pelanggan terhadap produk blender serta lamanya waktu yang diperlukan dalam perakitan produk blender 2GN dengan rata-rata waktu

Untuk menjaga kondisi mesin/peralatan agar tidak mengalami kerusakan ataupun untuk mengurangi waktu kerusakan mesin, maka dibutuhkan sistem perawatan dan pemeliharaan

Sehingga dalam hal ini akan dilakukan penelitian penyesuaian kebutuhan kapasitas karet yang dibutuhkan dalam mesin preparation karet menggunakan metode RCCP, dimana

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perbaikan rancangan produk parabola tipe 8 BP berhasil mengurangi jumlah komponen dari 130 menjadi 123 komponen, waktu perakitan

Waktu dan beban kerja di setiap stasiun perakitan harus dikendalikan sesuai dengan waktu siklus yang ditentukan, kemacetan (terlalu lama) proses pada produksi

Maka dari perhitungan waktu standard dapat dihitung beberapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan secara efektif pada masing-masing stasiun kerja, pada jam kerja tertentu dan berapa jam