• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan Hukum Pedagang Ritel Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 di Kota Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kedudukan Hukum Pedagang Ritel Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 di Kota Pematangsiantar"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Kedudukan Hukum Pedagang Ritel

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

di Kota Pematangsiantar

Sariahman Purba

Dosen Fakultas Hukum Universitas Simalungun Abstrak

Bisnis ritel dapat terus tumbuh sebagai akibat dari perkembangan berbagai bidang. Pasar ritel yang tumbuh tidak saja menguntungkan peritel besar atau produsen barang ritel melainkan juga para peritel kecil yang melayani masyarakat setempat. Selanjutnya, industri ritel berkembang lagi dengan munculnya pusat perbelanjaan dengan format baru yang lebih memikat konsumen yaitu plaza. Plaza memberikan nilai tambah lain yaitu berupa hiburan dan kenyamanan berbelanja. Ini ditandai dengan gerai bermain, restoran yang beragam, bank atau anjungan tunai mandiri (atm), ruang bioskop menyenangkan dan area parkir yang luas dan aman. Perkembangan ritel dalam format pasar modern memang memberikan alternative atau pilihan berbelanja yang menarik bagi konsumen. Selain menawarkan kenyamanan dan kualitas produk, harga yang mereka berikan juga cukup bersaing dibandingkan dengan pasar tradisional.

Kata kunci : Pedagang, Pasar ritel, konsumen.

A.Pendahuluan

Secara umum industri bisnis terbagi menjadi dua golongon yaitu :1

a. Industri yang menjual produk kepada industri lain untuk diolah kembali menjadi barang jadi (biasa disebut industry business to business)

b. Industri yang menjual produk langsung ke konsumen (biasa disebut industry business to consumer).

Bisnis ritel ada diujung proses penambahan nilai (value chain process) yaitu sebagai entitas yang menjual barang langsung ke konsumen.

(2)

2

“Bisnis ritel adalah suatu bisnis dimana suatu lokasi dari/atau akses menjadi media bagi konsumen sebagai pengguna terakhir untuk melakukan transaksi dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Bisnis ritel bisa juga merupakan bisnis yang paling tua usianya. Orang dulu menyebutnya bisnis dagang dan pelaku pemiliknya disebut pedagang.Kini, nama bisnis dagang menyandang nama keren yaitu bisnis ritel dengan pemiliknya disebut peritel. Padahal hakikat keduanya sama saja yakni menjual barang langsung ke konsumen (end user)2 Pasar ritel yang tumbuh tidak saja menguntungkan peritel besar atau produsen barang ritel melainkan juga para peritel kecil yang melayani masyarakat setempat. Dengan pengertian ini maka cakupan bisnis ritel sangatlah luas mulai dari ibu-ibu yang membuka kios di pasar sentral, pedagang yang ,membuka warung di depan rumahnya sampai peritel besar sekelas Ramayana, Hypermarket yang menjual ribuan produk dan memiliki infrastruktur yang lengkap. Telemarketing dan multilevel marketing juga masuk dalam pengertian bisnis ritel.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan bisnis ritel dipilih orang sebagai pelabuhan memulai usaha, antara lain :

1. Karena memulainya gampang contohnya dengan berbekal kemampuan memasak, kita bisa mendirikan warung nasi goreng, gado-gado dari mulai yang skalanya warung pinggir jalan sampai berkelas restoran

2. Karena memerlukan modal yang relative sedikit, coba bayangkan jika anda memulai usaha langsung ke bidang manufacturing maka modal yang dibutuhkan pasti besar, dan

3. Karena propit yang didapat relative tinggi. Bisnis ritel memegang kontribusi besar dalam meningkatkan nilai guna produk sehingga laba yang bisa di raih para peritel juga berlipat. Contohnya, dengan merancang display yang menarik dan lengkap dengan fasilitas pendingin. Ramayana dan Hypermarket bisa mematok harga buah dan minuman agar lebih mahal daripada harga buah dan minuman di pasar tradisional.

(3)

3

Bidang sosial budaya masyarakat turut menjadi faktor pertumbuhan pasar ritel. Masyarakat yang semakin aktif dalam kehidupan sosial akan meningkatkan aktivitas pengadaan barang dan jasa guna memfasilitasi kegiatan mereka. Misalnya kebiasaan dugem atau dunia gemerlap sebagai contoh pola kehidupan sosial melahirkan banyaknya fasilitas hiburan termasuk kafe dan restoran. Kemajuan teknologi memberi kesempatan kepada produsen untuk menawarkan produk baru yang lebih memikat. Peritel mempunyai kesempatan besar menawarkan produk baru sehingga produk yang mungkin baru satu tahun atau enam bulan sebelumnya diluncurkan kemasyarakat kini menjadi kalah daya pikatnya sehingga harganya perlu diturunkan karena tidak up to date lagi. Produk baru menciptakan permntaan baru, sementara penurunan harga produk model yang kalah bersaing meningkatkan permintaaan.

Globalisasi juga merupakan factor utama terciptanya permintaan atau meningkatnya permintaan barang dan atau jasa ritel. Gaya hidup adalah salah satu saspek kehidupan masyarakat yang dipengaruhi oleh factor ini. Karena itu, banyak peritel besar mengamati perkembangan yang berpengaruh pada kehidupan bermasyarakat. Seiring perkembangan teknologi dan informasi industry ritel di Indonesia berkembang dari gerai tradisional ke gerai modern seperti supermarket

dan department store dan lain sebagainya. Konsep pada gerai ritel modern berkembang yakni dengan one stop shopping yaitu suatu tempat berbelanja yang memenuhi semua kebutuhan individu dan keluarga.

Konsep perkembangan ritel dalam format pasar modern memang memberikan alternative atau pilihan berbelanja yang menarik bagi konsumen. Selain menawarkan kenyamanan dari kualitas produk, harga yang mereka berikan juga cukup bersaing dibandingkan dengan pasar tradisional. Dengan skala ekonomi yang lebih besar, pasar modern dapat mempersempit jalur distribusi sehingga mampu menawarkan harga yang jauh lebih kompetitif kepada konsumen. Keadaan ini jelas membuat risau para pedagang skala kecil yang berada di pasar tradisional. Fenomena inilah yang saat ini dihadapi para pedagang. Sementara

(4)

4

pedagang hanya memiliki modal relative sedikit akan terpuruk dengan pedagang besar yang memiliki modal besar.

Dengan fenomena inilah pemerintah mengeluarkan kebijakan terhadap pedagang ritel modern yakni Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Perpres ini disahkan pada tanggal 27 Desember 2007. Ini merupakan langkah awal kebijakan pemerintah terhadap sector ritel modern dan ritel tradisional. Inti peraturan ini adalah mengatur zonasi yakni agar pembagian tempat antara pasar tradisional dan toko modern bisa lebih jauh. Perpres ini mengacu pada peraturan tata ruang dan implementasinya akan diterapkan oleh masing-masing pemerintah daerah, disini dapat dilihat bahwa untuk mengatur tata ruang pendirian pasar tradisional serta pasar ritel modern diserahkan sepenuhnya oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Misalnya jarak antara pasar tradisional dengan pasar modern ditentukan sesuai kebijakan pemerintah daerah setempat. Perpres ini memang tidak menyebutkan secara spesifik berapa jarak yang diperbolehkan untuk mendirikan pasar ritel modern dengan pasar ritel tradisional.

B.Pembahasan

Ritel modern di Indonesia semuanya milik swasta dan izinnya dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian, Pemerintah kota umumnya tidak berwenang untuk menolak izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat tetapi dengan lahirnya Perpres No 112 Tahun 2007 Pemerintah memberi izin pendirian ritel modern. Selain izin yang dikeluarkan secara terpusat, pasar ritel modern biasanya harus mendapat izin local dari pemerintah daerah/kota yang diperlukan oleh setiap usaha pribadi seperti izin mendirikan bangunan (IMB) dan Izin gangguan (HO). Menurut Direktur Bina Pasar dan Distribusi Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan kebanyakan pasar ritel modern yang berada diatas lahan belanja 2.000 M persegi atau lebih (hypermarket, perkulakan, supermarket, department store), hanya mengantongi izin prinsip pendirian pasar modern (IP3M) yang diperoleh dari pemerintah kota. Izin mendirikan yang dikantongi

(5)

5

kebanyakan pasar ritel modern bariu izin mendirikan dari daerah setempat. Izin itu sifatnya seperti jika kita mau mendirikan rumah (IMB).

Kewajiban mengantongi Izin Usaha Peritel Modern (IUMP) sudah dijabarkan dalam aturan SKB Menteri perindustrian dan perdagangan dan Menteri Dalam Negeri No.57 dan 154/MPP/Kep/5/1997 tentang penataan dan Pembinaan Pasar Modern. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan IUMP adalah kelengkapaan dokumen pendukung studi kelayakan, termasuk studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Terutama terkait aspek sosial budaya dan dampaknya bagi pelaku perdagangan ritel setempat tapi pelaksanaannya tidak optimal di lapangan.

Di Kota Pematangsiantar sendiri dapat di lihat bahwa dengan munculnya plaza baru maka pusat perbelanjaan yang lama yang tidak dapat bersaing baik secara finansial maupun moril akan mengalami penurunan omzet penjualan. Hal ini dapat dilihat pada pusat perbelanjaan Siantar Swalayan yang mengalami sepi pembeli. Hal ini dapat disimpulkan bahwa seakan plaza atau pusat perbelanjaan yang baru mematikan pusat perbelanjaan yang lama. Maka Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Apindo) mendesak kalangan hypermarket yang berskala besar menghentikan praktek menjual dengan harga merugi (loss reader) dan meminta pemerintah mengatur agar terciptanya persaingan sehat dengan peritel berskala kecil dan menengah.

Strategi pasar ritel modern akan mengakibatkan pasar ritel yang lain sejenis akan mengalami kemunduran dalam hal omzet penjualan. Di mana konsumen lebih memilih berbelanja dipasar modern selain bersih, nyaman dan harga yang ditawarkan relatif murah dari harga pasar tradisional. Dengan berbagai kelengkapan di pasar ritel modern yang sangat berbeda dengan pasar ritel tradisional yang merupakan milik pemerintah kota. Pemerintah kota umumnya memiliki dinas pasar yang menangani dan mengelola pasar ritel tradisional. Dinas ini mengelola pasar miliknya sendiri. Terdapat beberapa kelas dalam pasar ritel tradisional, umumnya berdasarkan area atau gedung (luas meter persegi) dan

(6)

6

jumlah pedagang. Metode klasifikasi berbeda pada setiap pemerintah kota, namun biasanya pasar kelas I atau kelas A adalah pasar terbesar dan tertinggi pembayaran retribusinya.

Sudah menjadi kebiasaan bagi dinas pasar untuk menentukan target penerimaan tahunan untuk setiap pengelola pasar. Di kota Pematangsiantar ada perda yang mengatur tentang retribusi pasar yaitu Perda Nomor 12 Tahun 1998. Selanjutnya di kota Pematangsiantar sendiri, pasar yang sangat memprihatinkan dan juga seringnya terjadi penggusuran-penggusuran oleh pihak Satpol Pamong Praja sehingga pedagang khawatir ditinggalkan konsumen. Kondisi lainnya pasar ritel tradisional yang ada di kota Pematangsiantar saat ini sudah sangat memprihatinkan, sehingga para pedagang khawatir mereka akan ditinggalkan konsumen sejalan semakin tumbuh suburnya pasar-pasar ritel modern di daerah ini. Salah satu permasalahan yang cukup mendasar yang sudah menjadi rahasia umum di kedua pasar ritel tradisional Pematangsiantar adalah menyangkut kebersihan. Walaupun dari pedagang dikutip uang retribusi sebagai uang kebersihan, namun instansi terkait kurang memperdulikan kebersihan pasar-pasar tradisional yang ada, sehingga kondisinya jorok dan terkesan semrawut. Hal ini yang membuat banyak konsumen yang enggan berbelanja di pasar ritel tradisional. Dengan keengganan konsumen belanja berarti pedagang akan kehilangan pembeli dan pada gilirannya pendapatan dari hari ke hari semakin anjlok. Bagaimana nantinya nasib pedagang di dua pasar ritel tradisional kota Pematangsiantar itu kalau benar-benar nanti kehilangan pembeli sama sekali. Padahal mereka harus menghidupi anggota keluarga lebih mencapai 18.000 jiwa. Dikedua pasar ritel tradisional ini ada juga beberapa asosiasi atau ikatan yang menjadi wadah dalam penyampaian aspirasi para pedagang di pasar ritel tradisional, akan tetapi wadah ini tidak menjadi jaminan bahwa setiap pedagang mendapat masalah dalam melaksanakan aktivitasnya sebagai pedagang.

Ada beberapa wadah yang menjadi tempat bagi pedagang sebagai perantara dalam menyampaikan aspirasi yang diantaranya, yaitu :

(7)

7

-IPPD (Ikatan Pedagang Pasar Dwikora) -HPPD (Himpinan Pedagang Pasar Dwikora) -IP3H (Ikatan Pedagang Pusat Pasar Horas).

Walaupun banyak terdapat wadah seperti diatas akan tetapi tujuannya tetap sama yaitu sebagai penyalur aspirasi dari para pedagang ritel tradisional. Untuk itu segenap unsur pengurus wadah tersebut sangat mengharapkan bantuan semua pihak agar secara bersama mengkondisikan permasalahan pedagang pasar ritel tradisonal secara benar kepada instansi terkait, dengan harapan mendapat perhatian serius dan tentunya segera dilakukan perbaikan karena manfaatnya akan dirasakan oleh banyak orang. Selain permasalahan kebersihan yang terjadi permasalahan lainnya adalah menyangkut masalah lumpur yang cukup menumpuk apabila terjadi musim hujan di kawasan pasar sampai sekarang belum menjadi perhatian instansi terkait dan keinginan dari para pedagang untuk dapat lebih diperhatikan.

C. Penutup

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 merupakan undang-undang yang berperan dalam persaingan usaha antar pedagang ritel.

Bahwa antara pedagang ritel modern dan pedagang ritel tradisional terdapat ketimpangan sehingga menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat.

KPPU adalah komisi yang bertugas dalam mengawasi segala bentuk persaingan usaha yang dapat menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat antar pedagang ritel.

(8)

8

Daftar Pustaka

Arie, Hukum Persaingan Usaha, PT Ghalia Indonesia, Bogor, 2002

Kansil CST, Hukum Perusahaan Indonesia, Bagian 2 Pustaka Pembangunan, Swadaya Nusantara, Jakarta. 1997

Kartono Salim, 5 Jurus Sukses Berbisnis Ritel, PT Transmedia, Jakarta, 2007 Prayoga Ayudha, Persaingan Usaha dan Hukum Yang Mengaturnya di Indonesia,

Jakarta, 2000

Maulana Insan Budi, Catatan Singkat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Usman Rahmadi, Hukum Persaiangan Usaha Indonesia, PT Gramedia Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Metode survey merupakan metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil

merupakan Sistem operasi berbasis Debian yang dapat bebas dioptimalkan untuk perangkat keras Raspberry Pi , yang dirilis pada bulan Juli 2012.. Gambar 2.2 Diagram blok arsitektur

mereka angkat dari hasil -hasil proyek penelitian yang diselenggarakan oleh Dewan Riset Australia. Fokus penelitian itu adalah mengeksplorasi isu -isu baru mengenai wanita

Dalam perjanjian dimaksud telah dimuat juga pengaturan terkait dengan larangan bagi kedua belah pihak untuk melakukan pelanggaran yang menyatakan “kedua belah

Pendidikan Jiwa (al-Tarbiyah al-Nafs) adalah Suatu upaya untuk membina, medidik, memelihara, menjaga, membimbing dan membersihkan sisi dalam diri manusia (Jiwa)

Secara umum, tugas seorang Social Media Specialist adalah membina hubungan baik dengan key influences dan konsumen, mengaplikasikan variasi pendekatan marketing bisnis

Pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnyq dan apabila saya dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

Lampiran 14 : Matriks Modul Pengembangan Model Pembelajaran Penanganan Limbah Berorientasi Project Based Learning untuk Meningkatkan Vocational Skill .... Ervan Johan