• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Harsono SDN Krandegan, Gandusari, Trenggalek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Harsono SDN Krandegan, Gandusari, Trenggalek"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI

MODEL BELAJAR KOOPERATIF KELAS VI SDN KRANDEGAN

KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK

SEMESTER I TAHUN 2013/2014

Oleh: Harsono

SDN Krandegan, Gandusari, Trenggalek

Abstrak. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa. Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan dan jenis penelitian yaitu penelitian tindakan. Lokasi penelitian tindakan ini adalah SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Sedangkan obyek penelitian ini adalah siswa Kelas VI Semester I SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014 yang berjumlah 15 siswa. Berdasarkan pada hasil penelitian ini, dapat peneliti rumuskan beberapa kesimpulan, diantaranya: (1) Dalam Model belajar Kooperatif, setiap materi pelajaran yang baru, harus dikaitkan dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang ada sebelumnya. Model belajar Kooperatif dalam pembelajaran dapat diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran lain selain mata pelajaran Matematika Pokok bahasan Pengerjaan hitung campuran. Hal yang perlu diingat dalam penggunaan Model belajar Kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar adalah: (a) pusat kegiatan belajar mengajar adalah siswa aktif, (b) pembelajaran dimulai dengan hal yang sudah diketahui dan dipahami siswa, (c) bangkitkan motivasi belajar dengan membuat materi pelajaran sebagai hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa, dan (d) guru harus selalu mengenali materi pelajaran dan metode pembelajaran yang membuat siswa bosan, dan hal ini harus segera ditanggulangi. (2) Model belajar Kooperatif, mengkondisikan siswa belajar dengan meningkatkan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar.

Kata kunci: kooperatif, prestasi belajar, matematika, kelas VI

Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh siswa untuk mencapai tujuan. Belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikhis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap (Winkel, 1984).

Nasution (2001) belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri pebelajar (siswa). Belajar adalah suatu kegiatan yang disengaja untuk mengubah tingkah laku sehingga diperoleh kecakapan baru (Sukirin, 1984).

Hilgard yang dikutip oleh Hamalik (2002) berpendapat bahwa Learning in the

process by wich an activity oreginiles or is changed trough responding to a situation provided the changed can not be attributed to growth or the temporary sate of the organisme as in fatique or under druges. Artinya belajar adalah suatu proses kegiatan yang menghasilkan aktivitas baru atau perubahan kegiatan karena reaksi lingkungan. Perubahan itu tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh perubahan atau kesadaran sementara orang tersebut karena kelelahan atau karena obat-obatan, sehingga orang tersebut tidak sadar terhadap keadaan dirinya.

Perubahan yang dimaksud adalah perubahan pengetahuan, kecakapan dan

(2)

tingkah laku. Perubahan itu diperoleh dengan latihan dan pengalaman bukan perubahan dengan sendirinya.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar, baik itu perubahan pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan, dan perubahan tesebut dilakukan secara berkesinambungan.

Prestasi belajar merupakan suatu bukti terjadinya suatu perubahan tingkah laku pada seseorang yang melakukan kegiatan belajar. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah, dan unsur motoris adalah unsur jasmaniah.

Menurut Hamalik (2001), prestasi belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Aspek-aspek tersebut meliputi: (1) pengetahuan, (2) pengertian, (3) kebiasaan, (4) ketrampilan, (5) apresiasi, (6) emosional, (7) hubungan sosial, (8) jasmani, (9) etis dan budi pekerti, dan (10) sikap.

Dari beberapa pendapat tentang konsep prestasi belajar tersebut, maka prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat belajar dan prestasi belajar. Adapun penjabarannya sebagai berikut.

Minat berkaitan erat dengan perasaan individu, objek, dan aktivitas. Ada dua hal yang diperhatikan kaitannya dengan minat, yaitu: minat sebagai dorongan dan minat sebagai kebutuhan. Minat adalah kecenderungan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut.

Minat belajar adalah suatu dorongan atau keinginan individu dalam hal ini siswa, sebagai upaya untuk mencapai prestasi belajar yang dilakukan. Membangkitkan minat belajar pada siswa sulit dilaksanakan bila proses belajar hanya menekankan pada satuan-satuan kurikulum, sistem kenaikan

kelas, sistem ujian, yang mengutamakan kontinuitas dan pendalaman belajar (Sukmadinata, 2005)

Minat belajar pada siswa ada yang bersifat sementara (jangka pendek) dan bersifat menetap (jangka panjang). Beberapa hal yang dapat diusahakan untuk membangkitkan minat belajar siswa secara menetap (jangka panjang) yaitu, pemilihan bahan pembelajaran yang berarti bagi anak, menciptakan kegiatan belajar yang dapat

membangkitkan dorongan untuk

menemukan, menterjemahkan materi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, dan materi disampaikan dalam bentuk siswa aktif, anak banyak terlibat dalam proses belajar.

Woodworth (1951) mengatakan bahwa prestasi (achivement) adalah actual ability and can be measured directly by use of test. Artinya prestasi menunjukkan suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes.

Berkaitan dengan prestasi belajar, belajar akan lebih mudah dan dapat dirasakan bila belajar tersebut mengetahui hasil yang diperoleh. Kalau belajar berarti perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, maka perubahan-perubahan itu harus dapat diamati dan dinilai. Hasil dari pengamatan dan penilaian inilah umumnya diwujudkan dalam bentuk prestasi belajar.

Prestasi belajar merupakan prestasi belajar yang diukur dengan menggunakan tes karena prestasi belajar berupa ketrampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, ketrampilan, dan nilai dan sikap.

Menurut Gagne yang dikutip oleh Nurhadi (2002) mengatakan bahwa prestasi belajar dapat diukur dengan menggunakan tes karena prestasi belajar berupa ketrampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, ketrampilan, dan nilai dan sikap.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan prestasi belajar seseorang yang

(3)

dapat dilihat secara nyata oleh orang lain dan hasil kerja tersebut dapat diukur secara langsung dengan tes.

Robert L. Cilstrap dan William R. Martin memberikan pengertian Kooperatif sebagai kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Keberhasilan Kooperatif ini menuntut kegiatan yang kooperatif dari beberapa individu tersebut.

Pembelajaran kooperatif atau

cooperative learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa. Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Spradley (1980) yang menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkemba-ngan kognitif. Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar information

processing dan cognitive theory of learning. Dalam pelaksanaannya metode ini mem-bantu siswa untuk lebih mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses

encoding akan didukung dengan interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung pembelajaran.

Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga

menerima perbedaan ini.

Teknik ini sebagai salah satu strategi belajar mengajar, ialah suatu cara mengajar dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3 sampai 4 siswa, mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan pula oleh guru.

Adapun pengelompokan itu biasanya didasarkan pada: (a) Adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya. Agar penggunaannya dapat lebih efisien dan efektif, maka siswa perlu dijadikan kelompok-kelompok kecil. Karena bila seluruh siswa sekaligus menggunakan alat-alat itu tidak mungkin. Dengan pembagian kelompok mereka dapat memanfaatkan alat-alat yang terbatas itu sebaik mungkin, tanpa saling menunggu gilirannya; (b) Kemam-puan belajar siswa. Di dalam satu kelas kemampuan belajar siswa tidak sama. Siswa yang pandai di dalam bahasa Inggris, belum tentu sama pandainya dalam pelajaran sejarah. Dengan adanya perbedaan kemam-puan belajar itu, maka perlu dibentuk kelompok menurut kemampuan belajar masing-masing, agar setiap siswa dapat sesuai dengan kemampuannya; (c) Minat Khusus, setiap individu memiliki minat khusus yang perlu dikembangkan, hal mana yang satu pasti berbeda dengan yang lain. Tetapi tidak menutup kemungkinan ada anak yang minat khususnya sama, sehingga memungkinkan dibentuknya kelompok, agar mereka dapat dibina dan mengembangkan bersama minat khusus tersebut; (d) Memperbesar Partisipasi Siswa, di sekolah pada tiap kelas biasanya jumlah siswa terlalu besar, dan kita tabu bahwa jumlah jam pelajaran adalah sangat terbatas, sehingga dalam jam pelajaran yang sedang berlangsung sukar sekali untuk guru akan mengikutsertakan setiap murid dalam kegiatan itu. Bila itu terjadi siswa yang ditunjuk guru akan aktif, yang tidak disuruh

(4)

akan tetap pasif Baja. Karena itulah bila berkelompok, dan diberikan tugas yang sama pada masing-masing kelompok, maka banyak kemungkinan setiap siswa ikut serta melaksanakan dan memecahkannya; (e) Pembagian tugas atau pekerjaan, di dalam kelas bila guru menghadapi suatu masalah yang meliputi berbagai persoalan, maka perlu tugas membahas masing-masing persoalan pada kelompok, sesuai dengan jumlah persoalan yang akan dibahas. Dengan demikian masing-masing kelompok harus membahas tugas yang diberikan itu; (f) Kerja sama yang efektif, dalam kelompok siswa harus bisa bekerja sama, mampu menyesuaikan diri, menyeimbang-kan pikiran/pendapat atau tenaga untuk kepentingan bersama, sehingga mencapai suatu tujuan untuk bersama pula.

Keuntungan penggunaan teknik pembelajaran Kooperatif itu, adalah: (1) Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas sesuatu masalah; (2) Dapat memberikan kesempatan pada pada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah; (3) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keteram-pilan berdiskusi; (4) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar; (5) Para siswa lebih aktif tergabung dalam kelompok mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi; (6) Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai pendapat orang lain, hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama.

Tetapi disamping itu keunggulan teknik pembelajaran Kooperatif memiliki pula kelemahannya, yaitu: (1) Pembelajaran Kooperatif sering-sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang; (2) Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang

berbeda-beda dan tugas mengajar yang berbeda pula; (3) Keberhasilan strategi Pembelajaran Kooperatif ini tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.

Pembelajaran kooperatif berjangka pendek, bentuk ini dapat disebut pula “rapat kilat” karena hanya mengambil waktu lebih kurang 15 menit, yang mempunyai tujuan untuk memecahkan persoalan khusus yang terdapat pada sesuatu masalah. Umpama-nya: ketika instruktur menjelaskan sesuatu pelajaran terdapat suatu masalah yang perlu didiskusikan. Guru dapat menunjuk beberapa siswa, atau membagi kelas mejadi beberapa kelompok untuk membahas masalah itu dalam waktu singkat.

Pembelajaran kooperatif berjangka panjang, pembicaraan disini memakan waktu yang panjang, misalnya memakan waktu 2 hari, satu minggu atau mungkin tiga bulan, tergantung pada luas dan banyaknya tugas yang harus diselesaikan siswa. Apabila siswa telah menyelesaikan tugasnya didalam suatu kelompok.

Pembelajaran Kooperatif berjangka panjang dapat dilaksanakan dengan tujuan: (a) Memotivasi siswa ke arah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat. Misalnya: penerangan tentang makanan sehat, penggunaan metode mengajar yang lebih efisien, menggalakkan KB dan sebagainya. Jadi dengan Pembelajaran Kooperatif disini siswa dapat menerapkan teori yang dipelajari di sekolah ke dalam praktek hidup sehari-hari, di

samping dapat menyumbangkan

pemikirannya/ide-idenya Serta bagi masyarakat sekitarnya; (b) Dengan melaksanakan Pembelajaran Kooperatif memberi pengalaman kepada siswa untuk mengenal kepemimpinan /leadership, seperti membuat rencana sebelum melakukan sesuatu pekerjaan, membagi pekerjaan, memecahkan masalah / menyelesaikan tugas dengan bekerja bersama; (c) Dengan bekerja sama itu siswa dapat mengumpulkan bahan-bahan informasi atau data lebih banyak

(5)

tentang berbagai jenis aspek suatu masalah di dalam waktu relatif singkat.

Pembelajaran Kooperatif Campuran, disini siswa dibagi menjadi kelompok-ke-lompok yang disesuaikan dengan kemam-puan belajar siswa. Dalam Pembelajaran Kooperatif ini siswa diberi kesempatan un-tuk bekerja sesuai dengan kemampuan ma-sing-masing sehingga kelompok yang pintar dapat selesai terlebih dahulu tidak usah menunggu kelompok yang lain. Kelompok siswa yang agak lamban, diizinkan menye-lesaikan tugasnya dalam waktu yang sesuai dengan kemampuannya. Agar Pembelajaran Kooperatif campuran itu mencapai sasaran, guru perlu memperhatikan hal-hal ialah ha-rus menyediakan tugas atau kegiatan belajar yang sesuai dengan kemampuan belajar se-tiap kelompok, kemudian sese-tiap tugas harus disusun sedemikian rupa sehingga setiap ke-lompok dapat mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain atau guru. Akhirnya guru harus memberi petunjuk yang jelas, sehing-ga siswa tahu apa yang harus dikerjakan, dan apa yang diharapkan dari mereka ma-sing-masing.

Supaya Pembelajaran Kooperatif da-pat lebih berhasil, maka harus melalui lang-kah-langkah sebagai berikut: (a) Menjelas-kan tugas kepada siswa, (b) MenjelasMenjelas-kan apa tujuan Pembelajaran Kooperatif itu, (c) Membagi kelas menjadi beberapa kelom-pok, (d) Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan ten-tang kemajuan dan hasil Pembelajaran Ko-operatif tersebut, (e) Guru berkeliling sela-ma Pembelajaran Kooperatif itu berlang-sung, bila perlu memberi saran/pertanyaan, (f) Guru membantu menyimpulkan kemaju-an dkemaju-an menerima hasil Pembelajarkemaju-an Kooperatif.

Dalam proses pembelajaran di sekolah proses itu diperlancar, digiatkan, melalui peristiwa-peristiwa (events) di luar diri siswa. Guru mengatur even-even eksternal ini dengan maksud memudahkan belajarnya siswa, dan dengan cara beginilah pem-belajaran instruction berlangsung. (Gagne,

1998). Pengaturan peristiwa-peristiwa ini perlu dirancang secara seksama sehingga belajar siswa diperlancar, maju kearah pencapaian tujuan belajar. Even-even pembelajaran itu menurut Gagne (1998) yang dikutip oleh Munandir (2001) adalah (1) membangkitkan perhatian dan minat, (2) memberitahukan apa tujuan belajar, (3) membantu mengingat kembali prasyarat belajar yang telah dikuasai, (4) menyajikan stimulus belajar, (5) memberikan bimbingan belajar, (6) membuat siswa berkinerja (merespon), (7) memberikan balikan tentang kinerja, (8) menilai kinerja siswa, dan (9) menguatkan retensi (apa yang telah dipelajari) dan alih (transfer) belajar.

Menurut Hamalik (2002), mengatakan bahwa strategi merancang sistem pembelajaran adalah suatu rencana untuk mengerjakan prosedur merancang sistem secara efisien. Strategi dasar dalam perencanaan meliputi: (1) menganalisa tuntutan sistem, (2) mendesain sistem, dan (3) mengevaluasi dampak sistem.

Strategi merupakan suatu upaya, cara ataupun langkah-langkah pendekatan untuk mencapai sesuatu tujuan secara optimal. Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dilakukan untuk menghasilkan pem-belajaran tersebut tercapai sesuai dengan pendekatan tujuan yang direncanakan.

Berdasarkan pada konteks penelitian ini strategi pembelajaran diarahkan pada strategi yang berasosiasi dengan pembelajar-an kontekstual. Dipembelajar-antarpembelajar-anya: (1) pembela-jaran berbasis masalah, (2) pembelapembela-jaran kooperatif, (3) pembelajaran berbasis in-quiry, (4) pembelajaran berbasis tugas/ proyek, (5) pembelajaran berbasis kerja, dan (6) pembelajaran berbasis jasa layanan. (Nurhadi & Senduk, 2003).

Pembelajaran berbasis masalah ( Pro-blem-Based Learning) adalah suatu pen-dekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan

(6)

konsep yang esensial dari materi pembelajaran (Nurhadi & Senduk, 2003).

Pembelajaran berbasis masalah digu-nakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana be-lajar. Menurut Ibrahim dan Nur (2000) me-ngatakan bahwa pembelajaran berbasis ma-salah dikenal dengan nama lain: pembela-jaran proyek, pembelapembela-jaran berdasarkan pe-ngalaman, pembelajaran autentik, dan pem-belajaran berakar pada kehidupan nyata. Pe-ran guru dalam pembelajaPe-ran berbasis ma-salah ini adalah menyajikan mama-salah, me-ngajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.

Ada beberapa ciri pembelajaran ber-basis masalah, diantaranya: (a) Pengajuan pertanyaan atau masalah, (b) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin, (c) Penyelidikan autentik, dan (d) Menghasilkan produk/ kar-ya dan memamerkannkar-ya.

Pembelajaran berbasis masalah diran-cang untuk membantu guru dalam memberi-kan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah di-kembangkan terutama untuk membantu sis-wa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan inte-lektual.

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ber-basis masalah adalah suatu pendekatan pem-belajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran dan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah.

Pembelajaran kooperatif (cooperative Learning) memerlukan pendekatan melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Holubec, 2001 yang dikutip oleh Nurhadi & Senduk, 2003).

Pembelajaran kooperatif adalah pem-belajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan, interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Pembelajaran kooperatif meru-pakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa. Abdur-rahman (1999) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pem-belajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.

Menurut Suryanto (1999), pembelaja-ran kooperatif adalah salah satu jenis belajar kelompok dengan kekhususan sebagai berikut: (a) Kelompok terdiri atas anggota yang heterogen (kemampuan, jenis kelamin, dsb), (b) Ada ketergantungan yang positif diantara anggota-anggota kelompok ber-tanggung jawab atas keberhasilan melak-sanakan tugas kelompok dan akan diberi tugas individual, (c) Kepemimpinan dipe-gang bersama, tetapi ada pembagian tugas selain kepemimpinan, (d) Guru mengamati kerja kelompok dan melakukan intervensi bila perlu, dan (e) Setiap anggota kelompok harus siap menyajikan hasil kerja kelompok.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem yang di dalamnya terkandung elemen-elemen yang saling terkait. Dian-taranya: (a) Saling ketergantungan positif, (b) Interaksi tatap muka, (c) Akuntabilitas individual, dan (d) Keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau ketrampilan sosial yang sengaja diajarkan.

Meskipun kerja sama merupakan ke-butuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengaktualisasikan konsep ter-sebut ke dalam bentuk perencanaan pembe-lajaran atau program suatu pepembe-lajaran bukan-lah suatu pekerjaan yang mudah. Dibutuh-kan peranan guru dan siswa yang optimal untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang benar-benar berbasis kerja sama.

(7)

Dalam pembelajaran dengan penemuan (inquiry), siswa di dorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip sendiri (Nurhadi & Senduk, 2003).

Pembelajaran dengan penemuan (inquiry) merupakan suatu komponen penting dalam pendekatan konstruktivistik yang telah memiliki sejarah panjang dalam inovasi atau pembaharuan pendidikan. Belajar dengan penemuan mempunyai beberapa keuntungan. Pembelajaran dengan inquiry memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga mereka menemukan jawabannya. Siswa juga belajar memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki ketrampilan kritis karena mereka harus selalu harus menganalisis dan menangani informasi.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis inquiry adalah salah satu komponen dari penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning), yang berarti menemukan dan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teaching And Learning). Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

Pembelajaran berbasis proyek/tugas terstruktur membutuhkan suatu pendekatan pembelajaran komprehensif dimana lingkungan belajar siswa di desain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dalam suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkonstruk (membentuk) pembelajarannya, dalam produk nyata.

Ada empat prinsip yang membantu siswa dalam perjalanan menjadi pembelajar

mandiri yang efektif. Diantaranya: (1) Membuat tugas bermakna, jelas, dan menantang, (2) Menganeka ragamkan tugas-tugas, (3) Menaruh perhatian pada tingkat kesulitan, dan (4) Memonitor kemajuan siswa.

Pembelajaran berbasis kerja memerlukan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut digunakan kembali di dalam tempat kerja.

Mengajar siswa di kelas adalah suatu bentuk pemagangan. Pembelajaran berbasis kerja menganjurkan pentransferan model pembelajaran dan pembelajaran yang efektif kepada aktivitas sehari-hari di kelas, baik dengan cara melibatkan siswa dalam tugas kompleks maupun membantu siswa dalam mengatasi tugas.

Pembelajaran berbasis jasa layanan memerlukan penggunaan metodologi pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa layanan tersebut, jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa layanan dan pembelajaran akademis. Strategi pembelajaran ini berpijak pada pemikiran bahwa semua kegiatan kehidupan dijiwai oleh kemampuan melayani.

Dari berbagai bentuk strategi pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, strategi belajar merupakan sebuah cara untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan topik pembahasan pelajaran yang dimaksudkan. Artinya bila siswa belajar tentang peningkatan minat belajar, maka strategi yang digunakan harus berkaitan dengan upaya peningkatan minat belajar.

Strategi pembelajaran merupakan salah satu cara untuk mempermudah anak didik mencapai kompetensi tertentu dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini berlaku baik bagi guru (yakni dalam pemilihan metode mengajar) maupun bagi siswa (dalam

(8)

memilih strategi belajar). Dengan demikian baik metode, akan makin efektif pula pencapaian tujuan belajar.

Strategi pembelajaran merupakan pen-jabaran dari pendekatan, dan diimplemen-tasikan dalam teknik pembelajaran. Langkah metode pembelajaran merupakan penjabaran dari pendekatan, dan diimplementasikan dalam teknik pembelajaran. Langkah meto-de pembelajaran yang dipilih memainkan peranan utama, yang berakhir pada semakin meningkatnya prestasi belajar siswa.

Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas ialah Aritmatika, Aljabar, geometri dan analisis (analysiss) dimana arti dari aritmatika mencakup antara lain teori bilangan dan statistik, selain itu Matematika adalah ratunya ilmu (matematice is the queenn science) maksudnya antara lain ialah bahwa Matematika itu tidak tergantung pada bidang studi lain, misalnya bahasa, dan agar dapat dipahami orang dengan tepat kita harus menggunakan simbul dan istilah yang cermat yang disepakati secara bersama.

Disini penulis ambil contoh pada geometri bidang, pada giometri bidang itu terdapat unsur-unsur terutama antara lain ialah titik, garis, lengkungan dan bidang, sekarang kita tinjau pengertian titik. Titik itu dianggap ada tetapi tidak dapat dinyatakan dalam suatu kalimat dengan tepat, sebab titik itu adalah unsur yang tidak didefinisikan.

Dengan kata lain hanya mampu memberikan penjelasan misalnya “titik itu adalah suatu, yang mempunyai ukuran Panjang, luas, isi atau berat, “yang juga belum jelas”. Meskipun demikian kita sepakat bahwa titik itu ada.

Dari unsur-unsur yang tidak dide-finisikan dan rumusan unsur-unsur lainnya yang kita definisikan itu di buat suatu asumsi-asumsi dasar atau aksioma-aksioma atau postulat-postulat dalam hal ini aksioma dan postulat penulis samakan yaitu

pernyataan dasar dalam Matematika tidak disangsikan kebenarannya karena kebe-narannya tidak di sangsikan lagi.

Dari unsur-unsur yang tidak didefi-nisikan, unsur-unsur yang didefinisikan aksioma atau postulat disusunlah teori-teori atau dalil-dalil yang benar (dapat di buktikan) yang berlaku umum. Dalil-dalil yang dirumuskan itu banyak sekali, jadi Matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tak didefinisikan keunsur-unsur yang didefinisikan, aksioma-aksioma dan dalil-dalil dimana dalil-dalil itu setelah dibuktikan kebenarannya, berlaku secara umum. Karena itu Matematika sering disebut ilmu deduktif.

Obyek langsung dalam Matematika ialah fakta, keterampilan proses dan aturan (principal) untuk mempelajari obyek-obyek langsung ataupun untuk mempelajari topik-topik dalam Matematika tidak dapat sembarangan.

Topik-topik dalam Matematika itu tersusun secara hirarki mulai dari yang mendasar atau sudah sampai kepada yang paling sukar. Setiap orang yang ingin belajar Matematika dengan baik harus melalui jalur-jalur pasti telah tersusun secara logis. Di samping itu setelah anak memahami fakta, keterampilan konsep dan aturan obyek-obyek langsung itu harus dilatih dan di fahamkannya juga.

Ia harus hafal simbul, notasi, definisi, aturan, prosedur rumus, dalil yang lain-lainnya agar penerapannya pada situasi yang baru lancar mengenai pemahaman suatu konsep atau dalil yang merupakan prasarat itu dapat secara intensif dan dapat pula secara deduktif.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) Upaya guru kelas VI agar dapat menerapkan model belajar kooperatif sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VI SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek pada bidang studi Matematika dengan materi pokok pengerjaan hitung campuran yang

(9)

disampaikan oleh guru, (2) Peningkatan prestasi belajar siswa kelas VI dalam pembelajaran matematika setelah guru menerapkan model belajar kooperatif.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini penleiti menggunakan pendekatan dan jenis penelitian tindakan. Subyek penelitian adalah guru kelas VI SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Lokasi penelitian tindakan ini adalah SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Sedangkan obyek penelitian ini adalah siswa Kelas VI Semester I SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014 yang berjumlah 15 siswa.

Sumber data yang dimaksudkan adalah manusia dan non manusia. Sumber data manusia dalam penelitian tindakan ini adalah guru Kelas VI, serta siswa Kelas VI Semester I tahun 2013/2014 SDN Krandegan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek.

Sedangkan sumber data non manusia berupa dokumentasi hasil pengamatan dan catatan observasi peneliti, hasil evaluasi belajar, dan dokumen lain yang relevan dengan ruang lingkup penelitian.

Penggunaan prosedur pengumpulan data yang tepat dapat diperoleh data yang objektif dalam kegiatan penelitian. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini diantaranya.

Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.

Ada dua jenis observasi yang dilakukan, diantaranya: (a) Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan

dimana observer berada bersama objek yang diselidiki, dan (b) Observasi tidak langsung, yaitu observasi atau pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diteliti. Dengan menggunakan teknik ini, melakukan catatan terhadap hasil observasi dengan menggunakan daftar cek (chek list)

Dalam penelitian ini metode observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah pengamatan berperan serta dalam serangkaian kegiatan penelitian.

Wawancara

Wawancara merupakan salah satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara.

Menurut Arifin (1998) yang dimaksud dengan wawancara adalah suatu percakapan yang bertujuan memperoleh konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan sebagainya.

Lincoln dan Guba yang dikutip oleh Moleong (2000), mengatakan bahwa maksud mengadakan wawancara antara lain untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan kepedulian dan lain-lain.

Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa Kelas VI Semester I tahun 2013/2014 SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara mendalam yang tidak terstruktur. Sebab dalam wawacara tidak terstruktur akan diperoleh informasi sebanyak-banyaknya yang rahasia, dan sensitif sifatnya sekalipun serta memungkinkan sekali dicatat semua respons afektif informan yang tampak selama wawancara berlangsung (Bafadal, 1994). Namun dalam pelaksanaan wawancara

(10)

tersebut tetap mengacu pada Guba dan Lincoln (Bafadal, 1994) bahwa sebelum melakukan wawancara terlebih dahulu disusun garis-garis besar pertanyaan yang disampaikan kepada informan berdasarkan pada fokus dan sub fokus penelitian.

Dokumentasi

Menurut Zuriah (2003) teknik ini adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Guba & Lincoln (1981) mengatakan bahwa dokumen dan record dapat digunakan untuk keperluan penelitian karena: (1) Merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong, (2) berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, (3) sifatnya alamiah sesuai dengan konteks, (4) hasil pengkajian akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan yang diselidiki.

Teknis analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Adapun teknik analisis data yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan. Penelaahan dilakukan dengan cara menganalisis, mensintesis,

memaknai, menerangkan, dan

menyimpulkan. Kegiatan penelaahan pada prinsipnya dilaksanakan sejak awal data dikumpulkan, (2) Mereduksi data yang di

dalamnya melibatkan kegiatan

mengkategorikan dan pengklasifikasian, dan (3) Menyimpulkan dan memferivikasi.

Dan kegiatan reduksi selanjutnya dilakukan penyimpulan terakhir dan selanjutnya diikuti kegiatan verifikasi atau pengujian terhadap temuan penelitian.

Tindakan penelitian yang

direncanakan dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut: (1) Menetapkan indikator desain model belajar kooperatif yang digunakan dalam proses belajar

mengajar, (2) Menyusun strategi penyampaian dan pengelolaan pembelajaran dengan model belajar kooperatif yang meliputi: merancang dan menyusun bahan ajar, merancang satuan pelajaran yang digunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar, (3) Menyusun metode dan alat perekam data yang terdiri atas catatan lapangan, pedoman observasi, pedoman analisis, dan catatan harian, dan (4) Menyusun perencanaan teknik pengolahan data didasarkan pada model analisis data penelitian kualitatif.

Berkaitan dengan tindakan penelitian, maka diperlukan suatu langkah-langkah penelitian, agar dalam pelaksanaan penelitian dapat terprogram dengan baik. Menurut Zuriah (2003) mengatakan bahwa penelitian tindakan direncanakan melalui beberapa tahap perencanaan, diantarannya: refleksi awal, peneliti merumuskan permasalahan secara operasional, peneliti merumuskan hipotesis tindakan, dan menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan. (1) Tahap 1, refleksi merupakan fase refleksi awal yang berarti melakukan refleksi terhadap situasi yang sebenarnya, setelah merumuskan tema penelitian; (2) Tahap 2 perencanaan, merupakan fase perencanaan yang dilakukan setelah melakukan fase pertama, perlu mereview analisis awal yang harus dilakukan, tentang model belajar kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar pada siswa Kelas VI Semester I tahun 2013/2014 SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Dalam tahap ini diharapkan (a) dapat menterjemahkan gambaran yang jelas tentang model belajar kooperatif dalam proses belajar mengajar, dan alasan pemilihan tema tersebut, (b) draf kerja tindakan tiap individu dan kelompok, (c) gambaran tentang pihak yang terlibat, (d) garis besar rencana program kerja (time schedulle), (e) memonitor perubahan saat penelitian berlangsung dan (1) gambaran awal tentang efisiensi data yang terkumpul. Tahap ini memastikan bahwa siswa Kelas

(11)

VI Semester I tahun 2013/2014 SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek dijadikan sebagai obyek penelitian dengan pertimbangan karakteristik yang dimiliki kelas ini sesuai dengan permasalahan yang akan di bahas oleh peneliti; (3) Tahap 3 tindakan observasi, tahap ini merupakan tahap penjabaran rencana ke dalam tindakan dan mengamati jalannya tindakan. Menurut Nasution (1988) yang dimaksud dengan observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan selama di lapangan, peneliti berusaha berinteraksi dengan subjek secara aktif, sebab observasi adalah kegiatan selektif dari suatu proses aktif. Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan obyek penelitian sebelum peneliti melakukan penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada; (4) Tahap 4 refleksi akhir, tahap ini terdiri dari: (a) menganalisis, (b) melakukan sintesis, (c) memberikan makna, (d) eksplanasi, dan (e) membuat simpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Paparan data ini mendeskripsikan bahwa implementasi model belajar kooperatif memiliki peran yang sangat penting dalam usaha pencapaian minat dan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Paparan data ini diperoleh dari kegiatan pengamatan dan observasi peneliti selama kegiatan penelitian berlangsung. Catatan-catatan prestasi tersebut diwujudkan dalam bentuk hasil evaluasi yang dilakukan akhir kegiatan setiap siklus.

Kegiatan Siklus I

Refleksi Awal

Dalam penelitian ini, peneliti bersama kolaborator penelitian mengidentifikasi permasalahan yang ada di Kelas VI yaitu tentang rendahnya nilai hasil belajar mata pelajaran Matematika. Dari hasil pengamatan pada kegiatan pra tindakan

terekam bahwa merosotnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh penggunaan pendekatan pembelajaran yang tidak tepat. Dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak terlibat secara langsung dalam proses penemuan, penurunan rumus dan aplikasi operasi hitung campuran dalam permasalahan yang sering dihadapi oleh siswa. Siswa dalam pemecahan masalah langsung diberi contoh soal, kemudian mengerjakan soal.

Perencanaan

Peneliti berkolaborator dengan mitra guru merancang rencana tindakan pada siklus I, yaitu: mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, mempersiapkan lembar observasi siswa, mempersiapkan lembar observasi guru, mempersiapkan lembar penilaian, mempersiapkan lembar evaluasi

Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1

Untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai proses pembelajaran matematika dengan menerapkan model belajar konstruktivisme, peneliti diskripsikan dalam langkah-langkah berikut ini: (a) Kegiatan awal: guru menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis untuk mengikuti proses pembelajaran dengan cara berdo’a terlebih dahulu, guru mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan cara mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, guru memberi motivasi dengan cara menyampaikan atau menjelaskan tujuan mempelajari materi yang akan dibahas, membentuk kelompok belajar; (b) Kegiatan inti: siswa mendengarkan uraian materi dari guru secara ringkas, siswa mengerjakan lembar kegiatan secara berkelompok, diskusi secara klasikal dengan bimbingan guru, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan, masing-masing siswa mencatat kesimpulan; (c) Kegiatan Akhir: guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap

(12)

kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, penegasan catatan siswa masing-masing siswa mengerjakan lembar test individu

PengamatanSiklusI

Berdasarkan observasi di Kelas VI dapat direkam hal-hal sebagai berikut: (1) Bagi Kelas VI SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek, siswa-siswi tampak lebih siap untuk mengikuti pelajaran, perhatian siswa terhadap pelajaran meningkat. Indikator observasi adalah kebanyakan siswa aktif dalam menyajikan tugas kelompok, cukup banyak yang mengacungkan tangan tetapi frekuensi siswa untuk bertanya masih kurang, sudah banyak siswa yang mampu mengerjakan tugas tepat waktu, akan tetapi siswa masih sulit berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh teman sebaya. Dari aktivitas belajar yang diberikan oleh siswa diperoleh prosentase rata-rata sebesar 55,00% dan termasuk dalam kategori aktivitas baik; (2) Dari segi guru dapat diberikan hasil sebagai berikut: (a) Guru lebih mudah dalam menyampaikan materi karena guru tidak terlalu banyak menerangkan konsep. Dalam hal ini guru hanya memberikan penjelasan hal-hal yang pokok, (b) Materi yang disampaikan sesuai dengan sasaran yang diinginkan, (c) Guru lebih mudah dalam mengarahkan proses belajar mengajar, (d) Akan tetapi guru masih sulit menjadi fasilitator dan motivator secara merata, karena guru dalam penguasaan metode pembelajaran belum optimal, sehingga waktu yang dipergunakan dalam menerapkan metode ini tidak sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan. Dari aktivitas guru ini memperoleh rata-rata aktivitas sebesar 71,25% dan termasuk dalam kriteria baik.

Berdasarkan paparan data kegiatan siklus I, maka diperoleh hasil pengamatan dan observasi peneliti berkaitan dengan

upaya peningkatan prestasi belajar siswa melalui model belajar kooperatif.

Secara umum, hasil dari observasi dan catatan peneliti selama kegiatan penelitian berlangsung, menunjukkan bahwa model belajar kooperatif berdampak positif terhadap minat belajar bidang studi Matematika, sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa Kelas VI SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek pada bidang studi matematika pokok bahasan Pengerjaan Hitung Campuran.

Dalam penelitian tindakan ini, minat belajar siswa dapat didiskripsikan melalui keaktifan kegiatan siswa selama melakukan kegiatan pembelajaran. Asumsi peneliti bila siswa aktif dalam kegiatan belajar, dipastikan bahwa minat belajar siswa terhadap materi pembelajaran itu lebih besar. Demikian juga sebaliknya. Sedangkan prestasi belajar siswa ditunjukkan oleh nilai hasil evaluasi setiap akhir kegiatan (akhir siklus).

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan belajar mengajar pada tahap siklus I, dapat dicatat keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar (diskusi kelas) dengan model belajar kooperatif yang disampaikan oleh peneliti. Adapun paparan hasil observasi sebagai berikut:

Tabel 1 Nilai Hasil Belajar Matematika pada Siklus I

No Nama Nilai

Ketuntasan Tuntas Tuntas Tidak

1 LI BAYUAJI 72 T - 2 NANANG SOFI MUBAROK 86 T - 3 IMAM MUTTAKIN 68 - TT 4 NANING HIDAYATUN 60 - TT 5 NINDI REGISTAWATI 84 T - 6 YESHINTA EKA APRILYA PUT 76 T - 7 M.ALDINO ABU RIJAL K 74 T - 8 M.IZZUL MUNA 68 - TT

(13)

No Nama Nilai

Ketuntasan Tuntas Tuntas Tidak

9 ACHMADAL HADI M 72 T - 10 SUHUD MAHMUDIN 90 T - 11 GREZKE NUSANTAEI L 76 T - 12 RISKA FITRIANI 74 T - 13 MUHAMMAD ZULHAFIZZI 72 T - 14 PUPUT ARISMAWATI 82 T - 15 M.MAHTUM IBRAHIM 86 T - Jumlah 1140 12 3 Rata-Rata 76.00 80.00 20.00 Refleksi

Berdasarkan paparan data tentang aktivitas dan prestasi belajar siswa Kelas VI SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek, peneliti melakukan refleksi dari hasil temuan kegiatan penelitian sebagai berikut: (1) aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mulai nampak terlihat ada peningkatan dibandingkan dengan kegiatan belajar mengajar sebelumnya, (2) beberapa siswa cepat dalam mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, sehingga hasil evaluasi belajar yang dilakukan oleh guru beberapa siswa tidak mengalami kesulitan (3) beberapa siswa sudah ada keberanian dalam menyampaikan pendapat, dan (4) kegiatan diskusi sudah terkesan hidup dan berjalan, tetapi masih didominasi oleh siswa yang pandai.

Selanjutnya untuk membuktikan keefektifan Model belajar kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar dalam upaya peningkatan minat dan prestasi belajar siswa Kelas VI SDN Krandegan, akan dijabarkan lebih lanjut pada kegiatan siklus II. Adapun paparan penjabaran hasil dari kegiatan pada siklus II ini adalah sebagai berikut: guru lebih memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, guru memotivasi siswa khsusnya siswa dengan kemampuan sedang dan rendah untuk lebih aktif adlam kegiatan diskusi.

Kegiatan Siklus II

Perencanaan

Perencanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus II, tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I, hanya saja pada siklus ini ditambah dengan perbaikan tindakan yang telah disusun oleh peneliti bersama kolaborator pada siklus sebelumnya.

Pelaksanaan Tindakan

Diksripsi dari proses pembelajaran pada siklus II peneliti tampilkan dalam langkah-langkah pembelajaran berikut ini: (a) Kegiatan Awal: guru menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis untuk mengikuti proses pembelajaran dengan cara berdo’a terlebih dahulu, guru mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan cara mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, guru memberi motivasi dengan cara menyampaikan atau menjelaskan tujuan mempelajari materi yang akan dibahas, membentuk kelompok belajar; (b) Kegiatan Inti: siswa mendengarkan uraian materi dari guru secara ringkas, siswa mengerjakan lembar kegiatan secara berkelompok, diskusi secara klasikal dengan bimbingan guru, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan, masing-masing siswa mencatat kesimpulan; (c) Kegiatan Akhir: guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, penegasan catatan siswa masing-masing siswa mengerjakan lembar test individu.

Pengamatan

Berdasarkan paparan data kegiatan siklus II, maka diperoleh peningkatan minat belajar siswa melalui model belajar kooperatif.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan belajar mengajar pada tahap siklus II, dapat dicatat

(14)

keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar (diskusi kelas) dengan model belajar kooperatif yang disampaikan oleh peneliti. Adapun paparan hasil observasi sebagai berikut:

Tabel. 2 Nilai hasil Belajar Siswa Pada Siklus II No Nama Nilai Tuntas Ketuntasan Tidak

Tuntas 1 LI BAYUAJI 80 T - 2 NANANG SOFI MUBAROK 100 T - 3 IMAM MUTTAKIN 84 T - 4 NANING HIDAYATUN 76 T - 5 NINDI REGISTAWATI 84 T - 6 YESHINTA EKA APRILYA PUT 92 T - 7 M.ALDINO ABU RIJAL K 76 T - 8 M.IZZUL MUNA 100 T - 9 ACHMADAL HADI M 72 T - 10 SUHUD MAHMUDIN 94 T - 11 GREZKE NUSANTAEI L 92 T - 12 RISKA FITRIANI 100 T - 13 MUHAMMAD ZULHAFIZZI 88 T - 14 PUPUT ARISMAWATI 92 T - 15 M.MAHTUM IBRAHIM 76 T - Jumlah 1306 15 0 Rata-Rata 87.07 100.00 0.00 Refleksi

Berdasarkan observasi dan penga-matan yang dilakukan oleh peneliti didapat-kan temuan sebagai berikut: (1) terlihat ada peningkatan yang signifikan terhadap aktivi-tas dan presaktivi-tasi siswa dalam mengikuti ke-giatan belajar mengajar, (2) sebagian besar siswa lebih cepat memahami dan mem-pelajari materi yang disampaikan oleh guru, (3) sebagian besar siswa ada keberanian dalam menyampaikan pendapat, dan (4) kegiatan diskusi sudah terkesan hidup dan berjalan, dan tidak lagi didominasi oleh siswa yang pandai, sehingga aktivitas siswa dalam belajar mempermudah pencapaian tujuan yang direncanakan dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar siswa men-dapatkan hasil sebesar 71,25%, sedangkan

aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar sebesar 71,25%.

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dila-kukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya, sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan se-belumnya. Refleksi merupakan respon ter-hadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima.

Dalam penelitian ini refleksi yang di-lakukan oleh peneliti dan tim peneliti adalah dengan cara mendiskusikan hasil kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini. Kegiat-an tersebut meliputi: (I) Kegiat-analisis, (2) sintesis, (3) pemaknaan, (4) penjelasan, dan (5) pe-nyimpulan data dan informasi yang dikum-pulkan.

Berdasarkan pada pembahasan rumus-an masalah dalam penelitirumus-an tindakrumus-an ini, menunjukkan bahwa Model belajar koopera-tif dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Matematika bagi siswa Kelas VI Semester I SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek dimak-sudkan untuk: (1) Meningkatkan Aktivitas Siswa, (2) Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, (3) Meningkatkan Prestasi Siswa.

Setiap siswa memiliki berbagai kebu-tuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan do-rongan untuk berbuat. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan, termasuk perbuatan belajar dan bekerja, dimaksudkan untuk memuas-kan kebutuhan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu pula. Setiap saat kebutuhan dapat berubah dan bertambah.

Atas dasar pemyataan tersebut di atas, maka aktivitas siswa dalam belajar perlu ditingkatkan dengan suatu strategi pendekat-an pembelajarpendekat-an ypendekat-ang dapat meningkatkpendekat-an aktivitas siswa. Model belajar kooperatif salah satu pendekatan yang ditawarkan peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini.

Motivasi merupakan salah satu unsur pokok dalam proses belajar mengajar. Keller

(15)

(1993) membedakan motivasi belajar men-jadi dua kelompok, (a) motivasi yang ada dalam diri siswa, dan (b) motivasi yang ada dalam pembelajaran.

Motivasi adalah perubahan energi da-lam dan seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk men-capai tujuan. Di dalam perumusan ini dapat dilihat, bahwa ada dua unsur yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut, (1) motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, dan (2) motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal.

Dengan Model belajar kooperatif di-harapkan motivasi belajar siswa dalam mata Pelajaran Matematika dapat mengalami pe-ningkatan yang berarti, sebab dalam proses belajar dengan pendekatan ini siswa lebih aktif dan selalu melakukan kegiatan belajar sesuai dengan kemampuan siswa selaku pebelajar.

Prestasi Belajar merupakan segala pe-kerjaan yang berhasil dan prestasi menun-jukkan kecakapan manusia yang telah di ca-pai. Menurut Gagne yang dikutip oleh Ba-dawi (1987) mengatakan bahwa prestasi belajar dapat diukur dengan menggunakan tes karena prestasi belajar berupa ketram-pilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, ketrampilan, dan nilai dan sikap.

Berkaitan dengan usaha meningkatkan prestasi belajar, belajar akan lebih mudah dan dapat dirasakan bila belajar tersebut

mengetahui hasil yang diperoleh. Kalau belajar berarti perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, maka perubahan-perubahan itu harus dapat diamati dan dinilai. Hasil dari pengamatan dan penilaian inilah umumnya diwujudkan dalam bentuk prestasi belajar.

Prestasi yang diperoleh oleh siswa Kelas VI Semester I SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek menunjukkan peningkatan lebih baik. Hal ini ditunjukan dari hasil observasi peneliti dalam serangkaian kegiatan penelitian tindakan, khususnya kegiatan belajar mengajar di kelas. Hasil kegiatan yang diperoleh meliputi, peningkatan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar. Pada sebelum siklus prestasi hasil belajar siswa sebesar 61,33 dengan ketuntasan belajar hanya sebesar 26,67%, pada siklus I rata-rata hasil belajar sebesar 76,00 dengan ketuntasan belajar sebesar 80,00% dan pada siklus II rata-rata hasil belajar sebesar 87,07 dengan ketuntasan mencapai nilai maksimal yaitu sebesar 100%.

Hal ini menunjukkan bahwa model belajar kooperatif sangat efektif dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I SDN Krandegan Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Perkembangan Hasil Nilai Belajar Siswa 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

SEB SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II

61,33 76,00 87,07 26,67 80,00 100,00 RATA-RATA KETUNTASAN

(16)

PENUTUP Kesimpulan

Model belajar kooperatif, mengkon-disikan siswa belajar dengan meningkatkan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar. Hal ini dibuktikan dengan prestasi belajar siswa yang meningkat pada setiap siklusnya yaitu pada sebelum siklus prestasi hasil belajar siswa sebesar 61,33 dengan ketuntasan belajar hanya sebesar 26,67%, pada siklus I rata-rata hasil belajar sebesar 76,00 dengan ketuntasan belajar sebesar 80,00% dan pada siklus II rata-rata hasil belajar sebesar 87,07 dengan ketuntasan mencapai nilai maksimal yaitu sebesar 100%.

Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari 55,00% pada siklus I menjadi 71,25% pada siklus II. Sedangkan aktivitas guru juga mengalami peningkatan dari 57,50% pada siklus I menjadi 71,25% pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa model belajar kooperatif sangat efektif dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I SDN Krandegan Kecamatan Gandusari

Kabupa-ten Trenggalek tahun 2013/2014 semester I.

Saran

Guru hendaknya mempertimbangkan pemberian materi pembelajaran dengan me-ngenalkan kepada siswa dengan meng-gunakan berbagai macam strategi. Salah sa-tu strategi pembelajaran yang digunakan adalah model belajar kooperatif.

Penerapan Model belajar kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas perlu ditingkatkan, dengan harapan siswa dapat terpacu minat dalam belajar.

Pendekatan ini perlu diulang-ulang dengan memberikan materi yang sederhana menuju ke materi yang lebih variatif.

Minat belajar siswa dapat dimun-culkan dengan berbagai macam teknik dan metode yang disampaikan oleh guru.

Model belajar kooperatif merupakan salah satu cara yang dapat ditawarkan oleh peneliti. Dengan harapan bila motivasi belajar siswa meningkat dimungkinkan prestasi belajar yang diperoleh siswa juga akan meningkat pula.

DAFTAR RUJUKAN

Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta Kerjasama Depdikbud dan Rineka Cipta.

Bafadal, I. 1994. Proses Perubahan di sekolah. Desetasi tidak Dipublikasi-kan. Program Pascasarjana IKIP Malang

Gagne, RM., Briggs, L.J & Wager, W.W 1988. Principles of Instruction Design (3th ed), New York: Holt, Rinehart, & Winston, Inc.

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara Hamalik, O. 2002. Perencanaan

Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara

Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. 2001. Metode Penelilian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Penerbit Tarsito.

Nurhadi, & Senduk, G., A. 2003.

Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual. Malang: Universitas Negeri Malang Sukirin. 1984. Psikologi Belajar.

Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2005. Metode

Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suryanto. 1999. Pembentukan Soal dalam Pembelajaran Matematika. Makalah

(17)

disajikan pada Seminar Nasional Upaya-upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Matematika dalam Menghadapi Era Globalisasi: perspektif Pembelajaran Alternatif-Kooperatif. Program Pasca Sarjana IKIP Malang, Malang, 4 April.

Winkel. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia

Woodworth, R. 1951. Psichology. New York: Henry Holt & CO

Zuriah, N. 2003. Penelitian Tidakuri dalarn Bidang Pendidikan dan Sosial. Edisi Pertarna. Malang: Bayu Media Publishing

Gambar

Tabel 1 Nilai Hasil Belajar Matematika pada  Siklus I  No  Nama  Nilai  Ketuntasan  Tuntas  Tidak  Tuntas  1  LI BAYUAJI  72  T  -  2  NANANG SOFI  MUBAROK  86  T  -  3  IMAM MUTTAKIN  68  -  TT  4  NANING  HIDAYATUN  60  -  TT  5  NINDI  REGISTAWATI  84
Gambar 1 Perkembangan Hasil Nilai Belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat dibuktikan adanya selisih yang tinggi yaitu dari 7 atau 22,58% orang siswa pada siklus I, menjadi 24 atau 77,42% orang siswa memiliki rasa percaya diri

Dalam penilaian responsi ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam memvalidasi, yaitu: aspek materi soal, aspek konstruksi, aspek bahasa, dan aspek waktu. Dari

Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung jumah sel darah merah dengan nilai p< 0.05 sedangkan hasil hitung jumlah sel darah putih

5) Menjelaskan kepada ibu tentang manfaat ASI bagi bayi, dan menganjurkan ibu untuk memberikan ASI setiap 2 jam sekali atau kapan saja jika bayi mau, dan tetap

Hasil dari pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat di Situs Gunung Padang dapat disimpulkan bahwa besarnya kebutuhan mitra akan ketersediaan media informasi sebagai

Selanjutnya variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan salah satu

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil menggunakan metode purposive sampling dengan menggunakan beberapa kriteria yaitu: 1) Perusahaan manufaktur yang

menjelaskan bahwa pengalihan aset- aset dengan jual beli tersebut di atas memang.. dilakukan Tergugat I atas dasar itikad tidak baik, sebab dilakukan saat