BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infekasi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak.Insiden menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0.29 episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju.Episode batuk –pilek pada Balita di indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun.Ispa merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%).Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibanding dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak.Faktor resiko
pneumonia adalah kurangnya pemberian ASI eksklusi, gizi buruk, polusi udara dalam ruangan,BBLR,kepatan penduduk dan kurangnya imunisasi campak.
B. Tujuan Pedoman 1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena pneumonia bersama lintas program dan sector terkait
2. Tujuan Khusus
- Tercapainya cakupan penemuan pneumonia balita - Menurunkan angka kematian pneumonia Balita
- Terjalinnya kerjasama /kemitraan dengan unit program yang kompeten dalam pengendalian faktor resiko ISPA khususnya Pneumonia.
C. Sasaran pedoman
1. Pengendalian pneumonia balita - Balita (<5 tahun)
2. Pengendalian ISPA umur > 5 tahun
- Kelompok umur > 5 tahun di fasilitas pelayanan kesehatan 3. Faktor resiko ISPA
- Lintas program dan lintas sektor - Masyakat
D. Ruang Lingkup
a. Penderita Pneumonia Balita b. ISPA umur >5 tahun
c. Faktor resiko ISPA
E . BATASAN OPERASIONAL
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan agar mencapai tujuan yang berhasil dan berdaya guna, maka perlu ditetapkan kebijakan operasional dan strategi sebagai berikut :
1. Kebijakan Operasional
Upaya kesehatan tentang ispa (pnemonia) diselenggarakan : a. Sesuai standar operasional prosedur yang berlaku.
b. Secara menyeluruh dengan mengutamakan pendekatan promotif, preventif, tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
c. Berdasarkan kemitraan melalui jejaring kerja sama dengan lintas program, lintas sector.
d. Dengan memberdayakan masyarakat baik perorangan, keluarga dan kelompok.
2. Strategi
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dan non kesehatan di bidang kesehatan tentang ispa (pnemonia)
b. Advokasi dan sosialisasi pada pembuat kebijakan dan pemegang program terkait.
c. Menyebarluaskan informasi tentang ispa (pnemonia)
d. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan yang berlaku. e. Memanfaatkan forum koordinasi yang ada sebagai wadah pembinaan upaya
kesehatan olah raga.
f. Menghimpun potensi / sumber daya masyarakat dalam pelaksanaan upaya kesehatan tentang ispa (pnemonia)
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Kualifikasi petugas program P2 Ispa : a. Pendidikan minimal DIII keperawatan b. Masa kerja program P2 Ispa 2 tahun
c. Sudah mengikuti pelatihan program P2 diare B. Distribusi Ketenagaan
Setiap puskesmas wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan P2 ispa. Pendistibusian ketenagaan diatur oleh dinas kesehatan Kab. Cirebon sesuai dengan kebutuhan puskesmas selanjutnya diatur penempatan dan tugasnya serta dikukuhkan dengan surat keputusan dan surat tugas dari kepala puskesmas
Pelayanan P2 ispa dilaksanakan setiap hari kerja,baik tatalakana ispa, penemuan kasus baru, pemantauan care seeking di rumah penderita ispa (pnemonia)
NO KEGIATAN POKOK RINCIAN KEGIATAN
1 Kegiatan Dalam gedung 1. Penemuan kasus ispa
2. Pencatatan penemuan kasus ispa
3. Merekap semua kunjungan penderita ispa
4. Dokumentasi laporan
2 Kegiatan Luar Gedung 1. Pemantauan Care seeking ispa ( Peneumonia) di Rumah tangga
2. Promosi kesehatan ispa ( Pneumonia) 3. Pencegahan ispa (Pneumonia)
4. Dokumentasi hasil kegiatan
BAB III
STANDAR FASILITAS
B. Standar Fasilitas
a. Sebuah meja yang dilengkapi dengan buku register pencatatan ispa,timer, stetoskop, pengukur suhu.
b. Kamar periksa yang dilengkapi dengan sarana penyuluhan penyakit ispa (pnemonia) atau kamar periksa yang sudah ada
c. Logistik : obat paracetamol,gliseril guaiacolat,clorfeniramina maleat, anti biotik cotrimoxzazole.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
Untuk terselenggaranya upaya penyelenggaraan program ispa (pnemonia) di Puskesmas perlu ditunjang dengan manajemen yang baik. Manajemen ispa (pnemonia) di Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematis untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien di bidang kesehatan .
Ada tiga fungsi manajemen kesehatan ispa (pnemonia)di Puskesmas yakni
1. Perencanaan;
2. Pelaksanaan dan Pengendalian;
3. Pengawasan dan pertanggungjawaban.
Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan
B. Metode
Penyelenggaraan program ispa (pnemonia) di puskesmas, dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan sumber daya yang dimiliki oleh puskesmas. Metode yang di tetapkan adalah :
a. Pembinaan peran serta masyarakat
Pembinaan pada masyarakat dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat menjalin kemitraan dalam penanggulangan penderita ispa ( pnemonia).
b. Pemberdayaan masyarakat
Dalam pembinaan peran serta masyarakat maka peran kader sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan program ispa (pnemonia)
c. Promosi program ispa ( pnemonia)
Yaitu pemberian informasi kepada masyarakat tentang : 1. Masalah ispa(pnemonia)
2. Bahaya dan pencegahan ispa ( pnemonia) d. Bina suasana
Yaitu upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu, anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku dalam pengendalian penyakit ispa (pnemonia).
C. Langkah Kegiatan 1. Persiapan ( P1 )
a. Pertemuan lintas program b. Pertemuan lintas sektor 2. Pelaksanaan ( P2 )
1. Penemuan kasus dini ispa (pnemonia) 2. Penatalaksanaan kasus ispa (pnemonia) 3. Perawatan tindak lanjut di rumah
4. Promosi kesehatan P2 ispa ( pnemonia) 3. Penilaian/ Evaluasi
1. Melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan sesuai dengan jadual yang sudah tersusun.
BAB V LOGISTIK
Dukungan logistik sangat diperlukan dalam menunjang pelaksanaan pengendalian ISPA. Penyediaan logistik dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Sesuai dengan pembagian kewenangan antara pusat dan daerah maka pusat akan menyediakan prototipe atau contoh logistik yang sesuai standard (spesifikasi) untuk pelayanan kesehatan. Selanjutnya pemerintah daerah berkewajiban memenuhi kebutuhan logistik sesuai kebutuhan. Logistik yang dibutuhkan antara lain:
1. Obat
• Tablet Kotrimoksazol 480 mg • Sirup Kotrimoksazol 240 mg/5 ml • Sirup kering Amoksisilin 125 mg/5 ml
• Tablet Parasetamol 500 mg • Sirup Parasetamol 120 mg/5 ml.
Pola penghitungan jumlah obat yang diperlukan dalam satu tahun di suatu daerah didasarkan pada rumus berikut :
• Kebutuhan tablet Kotrimoksazol 480 mg setahun = Cakupan tahun sebelumnya x perkiraan
pneumonia Balita x 6 tablet + 10% bufferstock
• Kebutuhan sirup Kotrimoksasolsetahun240mg/5ml= Cakupan tahun sebelumnya x perkiraan pneumonia Balita
x 2 botol + 10% bufferstock
• Kebutuhan sirup Amoksisilin 125mg/5ml setahun = Cakupan tahun sebelumnya x perkiraan
• Kebutuhan tablet Parasetamol 500 mg setahun = Cakupan tahun sebelumnya x perkiraan
pneumonia Balita x 6 tablet + 10% bufferstock
Obat-obat tersebut di atas merupakan obat yang umum digunakan di Puskesmas untuk berbagai penyakit sehingga dalam penyediaannya dilakukan secara terpadu dengan program lain dan proporsi sesuai kebutuhan. Jika memungkinkan dapat disediakan antibiotik intramuskular: Ampisilin dan Gentamisin.
Untuk menghindari kelebihan obat maka perhitungan kebutuhan obat berdasarkan hasil cakupan tahun sebelumnya dengan tambahan 10% sebagai buffer stock.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN / PROGRAM
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan ispa (pnemonia) perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan ispa (pnemonia) perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sector terkait dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan terhadap risiko harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Kinerja pelaksanaan pelayanan ispa (pnemonia) dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indicator sebagai berikut :
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual 2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan 3. Ketepatan metode yang digunakan
4. Tercapainya indicator kesehatan lingkungan
Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini puskesmas
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas program/lintas sector terkait dalam pelaksanaan pelayanan ispa (pnemonia) dipuskesmas. Keberhasilan pelayanan ispa (pnemonia) tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak sehingga terwujud kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun social guna mencegah penyakit dan atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh factor risiko lingkungan.
Demikian Pedoman pelayanan kegiatan P2 ispa, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kegiatan P2 ispa yang telah dilaksanakan oleh UPT Puskesmas Watubelah, dan untuk tercapainya kegiatan P2 ispa yang lebih baik, diperlukan adanya kerjasama, keterpaduan, dukungan baik lintas program, lintas sektor serta masyarakat untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional.
Mengetahui,
Kepala UPT Puskesmas Watubelah
D
R. JOICE UNTARI, M.HKES NIP. 19590325 198903 2 001
Koordinator Program
NURMIAH, Amd.Kep
PANDUAN PROGRAM P2 ISPA
UPT PUSKESMAS WATUBELAH DINAS
KESEHATAN KABUPATEN CIREBON
BAB I DEFINISI
1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura).
2. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Pneumonia Balita ditandai dengan adanya gejala batuk dan atau kesukaran bernapas seperti napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK), atau gambaran radiologi foto thorax/dada menunjukkan infiltrat paru akut. Demam bukan merupakan gejala yang spesifik pada Balita.
Dalam penatalaksanaan pengendalian ISPA semua bentuk pneumonia seperti bronkopneumonia, bronkiolitis disebut “pneumonia” saja.
Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena pneumonia bersama lintas program dan sector terkait
Tujuan Khusus
- Tercapainya cakupan penemuan pneumonia balita - Menurunkan angka kematian pneumonia Balita
BAB II RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelaksanaan program P2 Ispa meliputi: 1. kegiatan pemeriksaan Penderita Pneumonia Balita 2. ISPA umur < 5 tahun
3. Faktor resiko Ispa.
BAB III TATA LAKSANA A. Lingkup Kegiatan
Untuk terselenggaranya upaya penyelenggaraan program ispa (pnemonia) di Puskesmas perlu ditunjang dengan manajemen yang baik. Manajemen ispa (pnemonia) di Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematis untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien di bidang kesehatan .
Ada tiga fungsi manajemen kesehatan ispa (pnemonia)di Puskesmas yakni
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan dan Pengendalian
3. Pengawasan dan pertanggungjawaban.
Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan
B. Metode
Penyelenggaraan program ispa (pnemonia) di puskesmas, dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan sumber daya yang dimiliki oleh puskesmas. Metode yang di tetapkan adalah :
C. Pembinaan peran serta masyarakat
Pembinaan pada masyarakat dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat menjalin kemitraan dalam penanggulangan penderita ispa ( pnemonia).
D. Pemberdayaan masyarakat
Dalam pembinaan peran serta masyarakat maka peran kader sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan program ispa (pnemonia)
E. Promosi program ispa ( pnemonia)
Yaitu pemberian informasi kepada masyarakat tentang :Masalah ispa(pnemonia), Bahaya dan pencegahan ispa ( pnemonia)
F. Bina suasana
Yaitu upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu, anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku dalam pengendalian penyakit ispa (pnemonia).
G. Langkah Kegiatan 1. Persiapan ( P1 )
a. Pertemuan lintas program b. Pertemuan lintas sektor 2. Pelaksanaan ( P2 )
1. Penemuan kasus dini ispa (pnemonia)
2. Penatalaksanaan kasus ispa (pnemonia) 3. Perawatan tindak lanjut di rumah
4. Promosi kesehatan P2 ispa ( pnemonia) 3. Penilaian/ Evaluasi
1. Melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan sesuai dengan jadual yang sudah tersusun.
2. Menyusun laporan hasil kegiatan P2 ispa ( pnemonia)
BAB IV DOKUMENTASI
A. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu kegiatan dalam program P2 Ispa. Pencatatan dalam P2 Ispa bertujuan untuk memperoleh data penderita ispa pneumoni.
Pencatatan dilakukan setelah pelaksanaan penemuan kasus dini ispa (pnemonia)
Puskesmas mengumpulkan data dan mengelola data hasil penemuan kasus ispa kemudian data yang telah di rekap dilaporkan ke dinas kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN
I .LATAR BELAKANG
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di Negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di Negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10 juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun (Rudan et al Bulletin WHO 2008). ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%). (Kemkes RI, Pedoman Pengendalian ISPA
II. TUJUAN 1. Tujuan umum
Melakukan upaya untuk menurunkan angka kesakitan ISPA/Pneumonia di wilayah kerja Puskesmas watubelah
2 Tujuan khusus
a. Petugasdapat mengetahui factor-faktor penyebab tingginya angka kesakitan ISPA di wilayah kerja Puskesmas watubelah.
b. Petugas dapat mencari alternative pemecahan masalah, langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritas pemecahan masalah pada kasus ISPA /Pneumonia diwilayah kerja Puskesmas watubelah
III. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
a. Membuat Laporan mingguan penyakit menggunakan Format W2
b. Membuat laporan bulanan P2 ISPA yang di laporkan ke dinas kesehatan kabupaten cirebon
IV.CARA MELAKSANAKAN TUGAS
1. Pengumpulan data penyakit bersumber dari BP Dewasa dan anak, MTBS, KIA, USILA, PUSTU,DAN BP DESA
2. Melakukan kunjungan ke rumah penderita penyakit ISPA/PNEMONIA
3. Membuat laporan bulanan P2 ISPA/pnemonia yg dilaporkan tiap bulan ke dinas kesehatan kabupaten cirebon
V . SASARAN
1. Data penyakit menular dan tidak menular yang bersumber dari BP dewasa dan anak, MTBS, KIA, USILA, BP DESA,PUSTU
2. Pasien dengan diagnosa penyakit ISPA /PNEMONIA 3. Kelurahan endemis penyakit yang berpotensial wabah VI .JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
No Kegiatan Jan Fe b Ma r Ap r Me i Jun Jul Ag s Se p Ok t Nov Des 1. Pengumpul an data penyakit x x x x x x x x x x x x 3. Melakukan kunjungan ke rumah penderita ispa/ pnemonia x x x x x x x x x x x x 4 Membuat laporan hasil kunjungan rumah x x x x x x x x x x x x 5. Membuat laporan mingguan penyakit x x x x x x x x x x x x 6 Membuat laporan bulanan x x x x x x x x x x x x
VII .EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
1. Setiap minggu merekap data penyakit ispa/pnemonia
2. Setiap bulan merekap data penyakit ispa /pnemonia dengan menggunakan format W2KPU dan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas dan ke bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon
Demikian kerangka acuan program surveilans di buat di UPT Puskesmas Watubelah tahun 2016.
Mengetahui,
Kepala UPT Puskesmas Watubelah
D
R. JOICE UNTARI, M.HKES NIP. 19590325 198903 2 001
Koordinator Program
NURMIAH, Amd.Kep
KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN RUMAH ISPA UPT PUSKESMAS WATUBELAH
A. Pendahuluan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di Negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di Negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10 juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun (Rudan et al Bulletin WHO 2008). ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%). (Kemkes RI, Pedoman Pengendalian ISPA).
B. Latar Belakang
ISPA masih merupakan masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Watubelah . Hal ini bisa dbuktikan bahwa penyakit ISPA menduduki peringkat pertama 10 besar penyakit di Puskesmas WatubelahTahun 2015 (LaporanTahunan 2015 Puskesmas Watubelah)
C TUJUAN
1. TujuanUmum
a. Melakukan upaya untuk menurunkan angka kesakitan ISPA/Pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Watubelah
2. Tujuan Khusus
a. Petugas dapat mengetahui factor-faktor penyebab tingginya angka kesakitan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Watubelah.
b. Petugas dapat mencari alternative pemecahan masalah, langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritas pemecahan masalah pada kasus ISPA/Pneumonia diwilayah kerja Puskesmas Watubelah.
D. CARA PELAKSANAAN :
1. Penyuluhan kesehatan ISPA dan Pneumonia 2. Deteksi din ikesehatan ISPA dan Pneumonia 3. Pelayanan kesehatan ISPA dan Pneumonia
4. Kunjungan rumah Pelayanan kesehatan ISPA dan Pneumonia
E. SASARAN :
1. Pasien penderita gangguan ISPA dan Pneumonia 2. Masyarakat
F. PELAKSANAAN KEGIATAN
No .
JENIS
KEGIATAN TUJUAN SASARAN
JADWAL
KEGIATAN LOKASI PELAKSANA
1
Pemeriksaan terhadap bayi dan
balita Deteksi dinI penyakit ISPA Bayi, Balita Posyandu
P2 ISPA Kader Kesehatan
2 Pelatihan Kader Kesehatan
Melatih Kader untukmengenal
penyakit ISPA Kader Kesehatan Puskesmas
Kepala Puskesmas P2 ISPA 3 Penyuluhan tentang ISPA Memberikan pengetahuan kepada ibu-ibu tentang gejala dan pencegahan penyakit ISPA Ibu-ibu Puskesmas Kepala Puskesmas P2 ISPA Kader Kesehatan 4 Pelatihan pengobatan ISPA
Memberikan pelatihan kepada petugas kesehatan
Puskesmas Pembantu dan Poskesdes yang diberikan wewenang untuk mengobati ISPA Petugas Kesehatan Pustu dan Poskesdes Puskesmas P2 ISPA Dokter 5 Kunjungan Rumah Pelayanan Kesehatan ISPA/Pneumonia
Pemberian imunisasi untuk
mencegah penyakit ISPA Bayi dan Balita
Rumah Warga P2 ISPA 6 Monitoring Memantau pelaksanaan program penanganan penyakit ISPA Bayi /Balita Kader Kesehatan Wilayah Kerja P2ISPA 24
7 Evaluasi
Mengukur tingkat keberhasilan program dan mengidentifikasi hambatan-hambatan pelaksanaan
Petugas Kesehatan
G. PENCATATAN, PELAPORAN DAN DOKUMENTASI 1. Dilaksanakan sesuai dengan prosedur pelaksanaan. 2. Dokumentasi penunjang dan foto kegiatan.
Mengetahui,
Kepala UPT Puskesmas Watubelah
D
R. JOICE UNTARI, M.HKES NIP. 19590325 198903 2 001
Koordinator Program
NURMIAH, Amd.Kep