• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV SELF DEVELOPMENT Sebelum kita membahas tentang self development atau pengembangan diri. Saya ingin mengutip tulisan dr. Maxwell Maltz, M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV SELF DEVELOPMENT Sebelum kita membahas tentang self development atau pengembangan diri. Saya ingin mengutip tulisan dr. Maxwell Maltz, M."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

SELF DEVELOPMENT

Sebelum kita membahas tentang self development atau pengembangan diri. Saya ingin mengutip tulisan dr. Maxwell Maltz, M.D F.I.C.S, seorang dokter spesialis bedah plastik yang mengembangkan metode paling mengakar yang membuat ilmu pengembangan diri di seluruh dunia berkembang pesat hingga sekarang. Berikut kutipannya di Buku Psycho-cybernetics Bab Satu, Citra Diri: Kunci Anda Menuju Hidup Tanpa Batas.

“Di akhir tahun 1960-an, terjadilah revolusi dalam psikologi, yang meledak di tahun 1970-an. Ketika pertama kalinya menulis edisi pertama Psycho-cybernetics pada tahun 1960, saya menjadi yang terdepan dalam perubahan besar-besaran di bidang psikologi, psikiatri dan kedokteran. Teori-teori dan konsep-konsep baru menyangkut “diri” mulai bermunculan dari karya serta temuan-temuan para psikolog, klinisi, psikiater, dan bahkan ahli bedah kosmetik yang disebut “ahli bedah plastik” seperti saya sendiri. Metode-metode baru yang tumbuh dari temuan-temuan ini mengakibatkan perubahan-perubahan dramatis dalam kepribadian dalam kesehatan, dan bahkan dalam kemampuan serta talenta dasar. Yang secara kronis selalu gagal, menjadi sukses. Siswa-siswa bernilai “F” berubah menjadi “Seluruhnya A” tanpa bimbingan ekstra. Kepribadian-kepribadian pemalu, menarik diri, terhamba, menjadi riang, supel. Ketika itu, kisah aya dimuat dalam Cosmopolitan Magazine edisi januari 1959, di mana T.F James merangkum hasil-hasil yang diperoleh berbagai psikolog serta dokter sebagai berikut:

Memahami psikologi diri bisa berarti perbedaan antara sukses dengan gagal, cinta dengan benci, kepahitan dengan kebahagiaan. Penemuan diri yang sejati bisa menyelamatkan pernikahan yang hampir ambruk, menciptakan kembali karir yang goyah, menemukan diri sejati Anda berarti perbedaan antara keterbatasan dengan dorongan untuk menyesuaikan diri.”

Dalam paragraf lain, beliau menulis:

“Saya berani berargumentasi bahwa penemuan psikologis terpenting di zaman modern adalah penemuan citra diri. Dengan memahami citra diri Anda dan dengan belajar memodifikasinya serta mengelolanya agar sesuai dengan maksud-maksud Anda, Anda meraih keyakinan serta kuasa yang luar biasa.

Entah kita menyadarinya atau tidak, kita masing-masing membawa di dalam diri kita, cetak biru atau gambaran mental tentang diri kita sendiri. Mungkin cetak biru atau gambaran mental tersebut kabur atau tidak jelas bagi tatapan kesadaran kita. Malah, mungkin saja ia sama sekali tak kita kenal secara sadar. Tetapi ia ada, lengkap hingga detil terakhir. Citra diri inilah konsepsi kita sendiri tentang “seperti apa aku ini”. Ia telah terbentuk dari pengalaman-pengalaman kita di masa lalu, sukses serta kegagalan-kegagalan kita, dan cara orang lain beraksi terhadap kita, terutama di masa kecil. Dari semuanya ini kita secara mental membangun diri (atau gambaran tentang diri). Begitu suatu ide atau kepercayaan tentang diri sendiri masuk ke dalam gambaran ini, ia menjadi “kebenaran” menyangkut pribadi kita. Kita tidak mempertanyakan keabsahannya, tetapi bersikap seolah-olah itu benar.

(2)

Secara spesifik, semua perbuatan Anda, perasaan Anda, perilaku Anda, bahkan kemampuan-kemampuan Anda, selalu konsisten dengan citra diri ini. Perhatikanlah kata: selalu. Singkatnya, Anda akan “bersikap seperti” yang Anda bayangkan tentang diri sendiri. Yang lebih penting lagi, Anda secara harafiah tidak bisa bersikap lain, terlepas dari segala uppaya atau kemauan sadar Anda. (Inilah sebabnya, berusaha mencapai sesuatu yang sulit dengan menggertakkan gigi adalah pertempuran yang pasti kalah. Kemauan bukanlah jawabannya. Jawabannya adalah: pengelolaan citra diri).”

Dr. Maltz menemukan banyak dari pasiennya menginginkan tampil percaya diri dengan melakukan bedah plastik sesuai dengan yang ia inginkan. Hidung lebih mancung dan lain sebagainya. Namun setelah operasi dilakukan sesuai prosedur dan outcome fisik tercapai, sang pasien merasa tetap tidak percaya diri.

Oleh karena itu, beliau mengembangkan Psycho-cybernetics yang hingga saat ini menjadi rahasia para motivator dunia seperti Anthony Robbins dan Brian Tracy untuk memotivasi dirinya dan orang lain.

Oke, cukup materi beratnya. Jadi intinya apa?

Intinya self development ini akan banyak berhubungan dengan Psycho-cybernetics. Karena itu untuk memahami self development dengan baik, kita perlu memahami (setidaknya) dasar dari psycho-cybernetics.

Jadi self development itu apa?

Tunggu, kita akan bahas self development setelah memahami konsep Citra Diri berikut: Citra Diri: Handphone Yang Kurang Dimanfaatkan

Sebelumnya saya mau share dulu bahwa konsep ini sesungguhnya berasal dari seorang sahabat di komunitas Coach for Youth, jadi bukan dari Saya. Karena bagus, yuk kita pahami bersama. Apa itu citra diri.

Punya handphone? Biasanya pakai handphone buat apa aja? Nelpon, sms, bbm, twitteran, facebookan, line, path, foto-foto, rekam video, buat flashdisk dadakan, wifi, GPS? Ada lagi? Atau ada diantara kita yang punya smartphone tapi Cuma buat main minion rush atau subway surf? Bisa jadi.

Apa yang ada di pikiran kita tentang handphone, itulah cara kita memperlakukan handphone kita. Saat kita hanya berfikir handphone Cuma untuk nelpon, sms dan twitteran, sedang ia saat itu sedang nyasar di jalan dan tidak ada yang bisa di tanya, kita bisa saja lupa bahwa handphone kita bisa untuk GPS dan mencari lokasi yang diinginkan. Nyasar dan hilang arah, padahal kita punya sumber daya untuk bisa sampai tujuan.

Citra diri: Handphone yang kurang dimanfaatkan. Mungkin selama ini kita berfikir kita hanya bisa sampai angka 3. Padahal diri kita sudah diciptakan Allah SWT bisa sampai angka 10. Mau bagaimanapun juga, kalau kita masih berfikir kita Cuma bisa sampai angka 3, angka 10 tidak akan pernah tercapai.

(3)

Bayangkan kita hidup di dalam dua kotak. Garis paling luar mewakili batas-batas yang sesungguhnya atau yang realistik, yang hanya diketahui Allah SWT. Garis putus-putusnya, dalam gambar pertama menunjukkan citra diri yang ketat, mewakili batas-batas menurut diri sendiri. Sementara diantara keduanya adalah bidang atau cakupan potensi kita yang kurang dimanfaatkan.

Garis putus-putus ini tidak serta merta disebabkan oleh pemikiran kita terhadap keterbatasan yang kita miliki. Keterbatasan kita, kebanyakan terbentuk dari kejadian-kejadian di masa lalu (terutama saat masih kecil) yang kita anggap benar saat itu. Ingat: Yang kita anggap benar saat itu.

Yang kita anggap benar saat itu, dan dengan polosnya masih kita percayai hingga sekarang. Padahal potensi kita sekarang jauh lebih besar dari kita yang dulu.

Gambar 1. Ilustrasi Citra Diri

Citra diri membuat setiap kejadian dalam hidup kita seakan membantu kita untuk membuktikan bahwa citra diri kita adalah benar. Karena apa yang kita lakukan dan katakan, seluruhnya akan mengikuti bagaimana kita melihat diri kita sendiri.

Citra diri yang sempit akan membuat seseorang berfikir dan bertindak pesimis ketika dihadapkan pada sesuatu yang dianggap diluar citra dirinya. Ketika hasil mengecewakan muncul, hal itu justru membuat keyakinan citra diri yang sempit makin kuat.

Seseorang yang menganggap dirinya tidak bisa berbicara di depan umum, secara tidak sadar akan mengatakan dan melakukan hal-hal yang membuktikan pemikirannya benar. Dalam hatinya pun akan berkata “Tuh kan, gw bilang juga apa, gw ga bisa ginian!”. Kalaupun hasilnya baik dan ia bisa berbicara di depan umum, ia hanya akan menganggap itu kebetulan. Citra diri tetap tidak berkembang. Walaupun ada kemungkinan kemudian ia menjadi optimis dan mengembangkan citra dirinya. Masalahnya, berapa besar kemungkinan tersebut terjadi? Saya menyebut konsep ini sebagai siklus negatif. Atau guru saya pernah menyebutnya sebagai lingkaran setan. Citra diri yang sempit akan memaksa kita membuktikan bahwa memang citra diri kita sempit.

Batas-batas menurut diri sendiri Batasan sesungguhnya yang hanya diketahui Allah SWT

Wilayah potensi yang kurang dimanfaatkan

(4)

Memperkuat keyakinan Tidak ada perkembangan

Penasaran, mencoba lagi, belajar dari kesalahan Memperkuat keyakinan,

mencoba hal baru

Sombong, Angkuh Gambar 2. Siklus Negatif

Bayangkan jika citra diri dapat kita perluas dan mencakup potensi diri kita yang selama ini tidak kita sadari. Maka setiap kejadian dalam hidup, perkataan hingga perbuatan kita pun akan semakin luas mengikuti citra diri yang tumbuh dalam diri kita. Hasil mengecewakan hanya akan membuat seseorang dengan citra diri yang luas makin penasaran, belajar dan mencoba hingga sukses memperkuat citra dirinya yang luas. Ketika hasilnya baik, maka citra diri yang luas akan semakin kuat dan penasaran memperluas dirinya lagi dan terus seperti itu. Sehingga potensi dan ‘fitur-fitur’ dalam diri yang belum pernah kita ketahui ada dalam diri kita bisa kita manfaatkan untuk tujuan yang kita inginkan. Hingga ungkapan “Oh! Ternyata gw bisa juga ya?” akan menjadi keseharian dan “Apa lagi ya yang bisa gw lakukan?” akan makin memperluas citra diri kita. Saya menyebut ini sebagai siklus positif.

Gambar 3. Siklus Positif

Namun kita harus tetap hati-hati, karena siklus ini akan hancur berantakan jika hasil yg baik membuat kita sombong dan angkuh. Ingat untuk selalu bersyukur dan mencoba hal baru.

Citra Diri Sempit Perkataan dan perbuatan pesimis Hasil mengecewakan Citra Diri Luas Perkataan dan perbuatan optimis Hasil mengecewakan Hasil Baik Hasil Baik Bersyukur Merasa hanya kebetulan Optimis, Citra diri meningkat

(5)

Lalu apa hubungannya dengan self development? Apa hubungannya dengan coaching?

Self development sendiri merupakan sebuah proses. Proses untuk memahami ‘fitur-fitur’ yang selama ini belum kita ketahui, ternyata ada dalam diri kita. Proses untuk menggunakan ‘fitur’ tersebut sebagai tools untuk membuat kita lebih sukses. Proses untuk belajar untuk ‘update fitur’ biar ga ketinggalan zaman. Yang intinya adalah proses untuk MEMPERLUAS batas-batas menurut diri sendiri sehingga melingkupi wilayah potensi yang kurang dimanfaatkan.

Gambar 4. Ilustrasi Self Development

Proses memperluas batasan diri ini secara alamiah sering kita jumpai pada suatu kejadian yang menggetarkan mental seseorang. Ada yang secara sadar bahwa batasan dirinya lebih dari saat ini dengan diberi pujian, penghargaan dan piagam. Ada juga yang justru ingin membuktikannya karena menerima hinaan, ejekan hingga tantangan. Kondisi alamiah ini secara konkrit sering kita temui dalam lingkungan keluarga, sekolah, organisasi, hingga lingkungan kerja dan masyarakat umum.

Seseorang anak yang dari kecil banyak melihat keluarganya sakit dan tidak punya biaya untuk berobat bisa jadi memicu dirinya, kelak jika sudah dewasa, menjadi dokter yang memberikan pengobatan gratis pada pasien-pasiennya. Atau seorang anak yang melihat presiden sebagai sosok yang luar biasa adil dan menjadi teladan dalam memimpin Negara bisa jadi menghujamkan niat untuk menjadi presiden yang juga adil dan menjadi teladan ketika sudah dewasa.

Tentunya kelebihan self development alamiah ini adalah: tidak terkesan terpaksa dan natural. Perubahan cenderung lebih bertahan lama. Namun pertanyaannya, bisa gak sih kita melakukannya, mengondisikannya sesuai dengan perubahan yang kita inginkan? Membantu kita mengembangkan citra diri yang lebih baik dari sebelumnya dengan cara seperti yang kita inginkan?

Karena itulah saat ini dikembangkan banyak metode pengembangan diri yang lebih cepat, berpaku pada model-model fleksibel yang telah berhasil mengembangkan dirinya seperti training, mentoring, konseling, terapi hingga coaching.

Batas-batas menurut diri sendiri di masa lalu

Batasan sesungguhnya yang hanya diketahui Allah SWT

Batas-batas menurut diri sendiri saat ini

Wilayah potensi yang baru dimanfaatkan

(6)

Apa sih beda dari metode-metode pengembangan diri itu?

Banyak definisi yang bisa kita ambil dari banyak sumber. Tapi di sini akan dibahas dengan bahasa yang mudah dan simpel saja ya.

Training adalah tentang melatih skill. Seseorang yg sudah mampu dan terbiasa melakukan satu hal, melatih org lain untuk bisa memiliki kemampuan yg sama dengan dirinya. Itu training. Biasanya proses training dilakukan dalam ruangan atau luar ruangan. Pelatih disebut trainer. Yang dilatih disebut trainee.

Mentoring merupakan proses mencontohkan. Seorang pebisnis mencontohkan bagaimana berbisnis yang baik, tantangan apa saja yang akan dihadapi dan bagaimana menghadapinya. Proses ini biasanya merupakan “learning by doing”. sehingga yang belajar bisa cepat memahami. Yang mencontohkan disebut mentor, yang mengikuti contoh disebut mentee. Biasanya mentee tidak bisa sebanyak trainee. Karena mentor sifatnya lebih eksklusif.

Konseling merupakan proses memberikan saran sesuai dengan pengalaman dari konselor. Saran-saran ini diharapkan dapat membantu yg meminta saran untuk menyelesaikan problematika yang sedang ia hadapi.

Terapi merupakan proses menyelesaikan permasalahan di masa lalu. Suatu masalah yang sepatutnya sudah selesai tapi masih mengganggu pikiran klien, akan dibantu diselesaikan oleh seorang terapis sehingga membuat kondisi yang awalnya negative, minimal bisa kembali nol, atau bahkan positif.

Lalu bagaimana dengan coaching?

Coaching, seperti yang kita pahami di bab sebelumnya, merupakan proses pendampingan dari kondisi sekarang ke kondisi yang diinginkan. Caranya? Fleksibel! Lakukan apapun yang coach bisa lakukan agar coachee bisa mencapai kondisi yang ia inginkan. Secara gambling bisa kita katakana, bahwa proses training, mentoring, konseling hingga terapi dapat dilakukan dalam proses coaching sekalipun.

Lho? Bukannya dalam proses coaching tidak boleh memberikan saran? Kok boleh konseling? Ingat, salah satu prinsip coaching adalah fleksibel. Dalam proses menahan diri memberi nasehat, kita mengajak coachee untuk menemukan jawaban dari dirinya sendiri. Namun ketika dalam suatu kasus, coachee memang belum pernah sama sekali menghadapi suatu permasalahan dan butuh bantuan coach yg ahli dalam bidang tersebut, maka proses konseling dapat dilakukan.

Oleh karena itu, coach harus bisa melakukan kalibrasi dan assessment terhadap kondisi yang sedang dihadapi coachee. Apa yang perlu dilakukan, sejauh mana tindakan perlu dilakukan, pertanyaan apa yg perlu diajukan dan lain sebagainya.

Oke, jadi intinya adalah?

Intinya Self Development akan sangat bisa dibantu dengan proses coaching. Coaching oleh orang lain, terlebih coaching pada diri sendiri. Alasan dibuatnya buku ini sederhana. Setiap pembaca minimal bisa menjadi coach bagi dirinya sendiri. Mengembangkan diri kearah lebih baik sesuai dengan tujuan masing-masing, selama diridhoi oleh Allah SWT.

(7)

Oke, dari tadi sudah dijelaskan tentang pengembangan diri dan semua muanya. Trus kenapa? Kenapa mengembangkan diri itu penting? Kenapa saya harus mengembangkan diri saya? Kenapa ya? Coba cari sendiri jawabannya. Tidak ada yang mengharuskan seseorang mengembangkan diri. Jika Anda ingin tetap hidup dalam kotak kecil nan mungil di dalam lautan potensi diri Anda yang luas, itu pilihan Anda.

Err… oke, Jadi bagaimana persisnya coaching bisa membantu diri kita mengembangkan diri? Berikut ulasannya :D

Self Development: Tumbuh dan Berkembang dengan Batas yang Tidak Diketahui Sedikit mengingatkan. Banyak buku-buku pengembangan diri yang menyatakan self development tidak tak terbatas. Paham ini ada benarnya dan ada juga tidaknya. Apa iya kita bisa melebihi kuasa Tuhan? Karena itu pasti ada batasan yang bisa kita lakukan di dunia ini. Hanya saja, kita tidak tahu dimana batasan kita. Oleh karena itulah adanya self development ini agar membantu kita menapaki jalan, menemukan batas itu sampai di mana, hingga akhir hayat kita. Jadi saya lebih prefer dengan pemahaman bahwa, self development adalah proses tumbuh dan berkembang dengan batas yang tidak diketahui. Ada batasnya, tapi kita tidak tahu dimana.

Satu lagi, prinsip yang paling penting adalah: coaching tidak membantu self development secara langsung. Yang membuat seseorang mengembangkan dirinya adalah tindakannya. Kita tidak bisa membuat seseorang atau diri kita sendiri berkembang hanya dengan bertanya dan bertanya. Self development baru bisa dirasakan ketika seseorang sudah melakukan sesuatu, melakukan kesalahan dan memperbaikinya hingga akhirnya berhasil melakukannya. Kondisi tertingginya adalah menjadikannya habbit atau kebiasaan. Itu baru self development. Coaching berperan dalam membantu coachee menyiapkan citra diri yang sesuai dengan tindakan yang akan diambil. Ingat prinsip coaching: Integritas dan siklus positif.

Oke, cukup filosofinya, yuk masuk ke langkah konkritnya 

Terdapat banyak unsur self development yang akan sangat terbantu dengan bantuan coaching. Namun di sini cukup dibahas 4 poin yang dapat dibantu oleh proses coaching, agar citra diri kita meningkat dan makin luas, sehingga mengajak diri untuk membuktikan potensi tersebut dan menjadikannya kenyataan. 4 poin dari citra diri yang akan dibantu dalam coaching adalah:

1. Self Awareness 2. Self Determination 3. Self Leadership 4. Self Learning

Keempat poin ini adalah empat pondasi dasar yang setidaknya perlu difokuskan untuk mengembangkan citra diri yang kita inginkan. Sebagian orang mungkin menggunakan poin yang berbeda untuk mengembangkan diri, bahkan ada yang tidak menggunakan poin sama sekali. Semua berjalan natural seperti apa adanya. Tapi dari sekian banyak kasus, pengalaman Saya mempelajari model pengembangan diri, keempat poin ini (setidaknya hingga saat ini) menjadi model terbaik yang bisa Saya aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. (Bab IV: to be continue)

Gambar

Gambar 1. Ilustrasi Citra Diri
Gambar 3. Siklus Positif
Gambar 4. Ilustrasi Self Development

Referensi

Dokumen terkait

Mewujudkan desa Kerobokan yang berbudaya dan bertaqwa terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa melalui : Penggalian, pengembangan dan pembinaan seni budaya yang adi

Jika pendapat ulama’ LDII tentang poligami tanpa meminta persetujuan dari isteri pertama di kaikan dengan peraturan undang- undang, maka sangatlah bertentangan,

Setiap Pihak, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Pihak lain, dilarang melakukan 2 (dua) transaksi Efek atau lebih, baik langsung maupun tidak

menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Laporan Akhir/ Skripsi/ Tesis saya yang berjudul “Uji Penambahan Jintan Hitam

Oleh karena p-value = 0,011 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara mekanika tubuh (body mekanik) dengan nyeri punggung pada ibu

Pada penulisan jurnal penulis telah membuat perancangan publikasi informasi melalui website di Kecamatan Talang Padang, permasalahaan di kecamatan ini cara penyampaian informasi ke

Peuhatikan uumua atuuktuu aenyawa tuuunan benzene beuikut;.. Nama aenyawa teuaebut

Based on that description so that this research focused on how to analyze the policy implementation of Integrated Poverty Alleviation Program-Village-Based Surgery (PTPK-BBK)