• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH ROKOK YANG DIHISAP DAN LAMA MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI (Studi pada Sopir Angkot Kota Tasikmalaya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA JUMLAH ROKOK YANG DIHISAP DAN LAMA MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI (Studi pada Sopir Angkot Kota Tasikmalaya)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH ROKOK YANG DIHISAP DAN LAMA MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

(Studi pada Sopir Angkot Kota Tasikmalaya)

Feni Hermawatiningsih1) Siti Noviantidan Sri Maywati2)

Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi Universitas Siliwangi1) (fenihermafeni@yahoo.com)

Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Univesitas Siliwangi2)

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada masyarakat dunia. Hipertensi seringkali disebut pembunuh gelap (silent killer) karena tanpa disertai gejala lebih dulu sebagai peringatan bagi korbannya. Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung, stroke, dan penyakit ginjal. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada kelompok umur lebih dari 18 tahun mencapai angka 26,5% dari semua penduduk, itu artinya 1 dari 4 orang dewasa mengalami hipertensi. Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok adalah salah satu faktor hipertensi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara jumlah rokok dan lama merokok dengan kejadian hipertensi pada sopir angkot kota Tasikmalaya. Metode penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 102 orang diperoleh dari populasi sebanyak 1128 orang dengan teknik accidental sampling. Instrumen dalam penelitian ini ialah kuesioner, sphygmomanometer, stetoskop, microtoise, dan timbangan berat badan digital. Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 66 sopir (64,7%) mengalami hipertensi. Hasil analisis univariat menunjukkan proporsi perokok ringan (1-10batang/hari) 10,8%, perokok sedang (11-20 batang/hari) 67,6%, perokok berat (>20 batang/hari) 21,6%, lama merokok ≤10 tahun 16,7% dan lama merokok >10 tahun 83,3%. Hasil analisis

chi-square (p<0,05) menunjukkan ada hubungan antara jumlah rokok dengan

hipertensi p value = 0,035 dengan OR1 = 2,1 dan OR2 = 4,6. Ada hubungan antara lama merokok dengan hipertensi p value = 0,000 dengan OR = 15,3. Disarankan agar sopir yang masih merokok sampai saat ini untuk berhenti merokok dan menjalani gaya hidup sehat.

Kepustakaan : 2000-2015

(2)

CORRELATION BETWEEN NUMBER OF CIGARETTE SMOKED AND DURATION OF SMOKING WITH HYPERTENSION

(Study On The Transport Driver In Tasikmalaya City) Feni Hermawatiningsih1)

Siti Noviantidan Sri Maywati2)

Student Of Faculty Health Sciences Epidemiology Siliwangi University1)

The Epidemiology Supervisor Professor Faculty of Health Sciences Siliwangi University2)

ABSTRACT

Hypertension is one of the major causes of death in the world. Hypertension is often called the assassin (silent killer) because without prior symptom as a warning to the victim. Hypertension is the main risk factor for heart disease, stroke, and kidney disease. The prevalence of hypertension in Indonesia at range of age more than 18 years old has reached 26,5% of the population, that’s mean 1 of every 4 adult has hypertension. The bad living habit such as smoking is a one of all factors of hypertension. The purpose of this study was to know correlation between number of cigarettes and duration of smoking with hypertension on the transport driver in Tasikmalaya city. The research method using a cross sectional. Sample of 102 people drawn from a population of 1128 people taken by accidental sampling technique. The instrument of this research were questionnaire, sphygmomanometer, stethoscope, microtoise, and body scale digital. Data were analyzed using chi-square test. The results showed many of 66 driver (64,7%) had hypertension. Univariat analysis showed of proportion mild smoker (1-10 stick/days) 10,8%, moderate smoker (11-20 stick/days) 67,6%, severe smoker (>20 stick/days) 21,6%, duration of smoking ≤10 years 16,7% and duration of smoking >10 years 83,3%. The results of chi-square analysis (p < 0,05) shown there is significantly association between number of cigarettes with hypertension p value = 0,035 with OR1 2,1 and OR2 = 4,6. There is significantly association between duration of smoking with hypertension p value = 0,000 with OR = 15,3. It is recommended that driver still smoking until today to stop smoking and lead a healthy lifestyle.

Bibliography : 2000-2015

Keyword : hypertension, number of cigarette, duration of smoking.

(3)

1. PENDAHULUAN

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal (Depkes, 2013). Kriteria hipertensi yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistole ≥140 mmHg atau tekanan darah diastole ≥90 mmHg (JNC VII, 2003).

Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit degeneratif lainnya seperti penyakit jantung koroner, infark miokard, penyakit kardiovaskular, gagal jantung kongesif, stroke, dan penyakit ginjal (Houston, 2009). Dalam statistik kesehatan dunia 2012 WHO melaporkan bahwa hipertensi adalah suatu kondisi berisiko tinggi yang menyebabkan sekitar 51% dari kematian akibat stroke dan 45% dari penyakit jantung koroner (Kemenkes RI, 2015).

Prevalensi hipertensi di Indonesia pada kelompok umur ≥18 tahun sebesar 26,5% (Riskesdas, 2013). Di kota Tasikmalaya pada tahun 2015, hipertensi menduduki peringkat pertama penyakit tidak menular dengan total 19.847 kasus (Dinkes Kota Tasikmalaya, 2015). Sebanyak 27 dari 34 partisipan atau sebesar 79% sopir mempunyai tekanan darah diatas normal (120/80 mmHg - 139/90 mmHg) pada saat survey awal penelitian.

Kejadian hipertensi dipengaruhi oleh banyak faktor seperti status gizi, kebiasaan makan, pola kerja, aktivitas fisik, dan gaya hidup (Yang, 2006). Faktor risiko terjadinya hipertensi, secara umum terbagi menjadi faktor risiko yang dapat dikontrol atau dapat diubah (changeable), seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok serta konsumsi alkohol dan garam dan tidak dapat dikontrol atau tidak dapat diubah (unchangeable), seperti keturunan, jenis kelamin, dan usia (Astawan & Andre, 2008).

(4)

Faktor jenis pekerjaan seseorang ternyata memiliki pengaruh yang cukup besar dalam mencetuskan hipertensi. Profesi sebagai sopir memiliki risiko lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan pekerja lainnya. Tingginya kejadian hipertensi pada sopir dipengaruhi oleh beberapa hal seperti aktivitas fisik, stres akibat tekanan kerja, faktor lingkungan, dan faktor gaya hidup (Nasri dan Moazenzadeh, 2006).

Gaya hidup yang biasa ditemui pada sopir yaitu kebiasaan merokok. Terbukti pada survey awal penelitian, sebanyak 32 (94%) dari 34 partisipan merupakan perokok aktif. Kebiasaan ini tentu saja dapat memicu terjadinya berbagai penyakit antara lain hipertensi karena setidaknya ada 4000 zat kimia yang ada di dalam sebatang rokok.

Klasifikasi perokok berdasarkan jumlah rokok yang dihisap meliputi, perokok ringan apabila merokok 1-10 batang perhari, perokok sedang apabila merokok 11-20 batang perhari, perokok berat apabila merokok>20 batang perhari (Sitepoe, 2000). Klasifikasi perokok berdasarkan lama merokok meliputi, ≤10 tahun dan >10 tahun (Suheni, 2007).

2. METODE

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah rokok dan lama merokok dengan kejadian hipertensi pada sopir angkot kota Tasikmalaya, menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh sopir angkot di kota Tasikmalaya dengan populasi sebanyak 1128 orang. Sampel yang didapatkan setelah melakukan perhitungan dengan rumus Notoatmodjo sebanyak 102 sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling.

Variabel bebas adalah jumlah batang rokok yang dihisap perhari dan lama merokok terhitung dari sejak usia pertama kali merokok sampai saat penelitian dilaksanakan. Variabel terikat adalah hipertensi yaitu tekanan darah sistol ≥140

(5)

mmHg dan tekanan darah diastol ≥90mmHg. Variabel lain yang turut mempengaruhi kejadian hipetensi yang juga diukur dalam penelitian ini adalah kebiasaan makan tinggi natrium dan lemak, serta yang dikendalikan adalah IMT, umur, genetik dan kebiasaan konsumsi alkohol. Data yang terkumpul dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji kai-kuadrat pada taraf signifikansi 0,05. 3. HASIL PENELITIAN

a. Analisis Univariat

1) Jumlah Rokok yang Dihisap Setiap Hari Tabel 3.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Jumlah Rokok yang Dihisap Perhari Pada Sopir Angkot Kota Tasikmalaya Tahun 2016

Kategori Jumlah Rokok Jumlah Presentase

Perokok Berat (>20 batang/hari) 22 21,6 Perokok Sedang (11-20 batang/hari) 69 67,6 Perokok Ringan (1-10 batang/hari) 11 10,8

Total 102 100

Responden yang termasuk dalam kategori perokok ringan sebanyak 11 responden (10,8%), responden yang termasuk kedalam kategori perokok sedang sebanyak 69 responden (67,6%) dan responden yang termasuk kategori perokok berat sebanyak 22 responden (21,6%).

2) Lama Merokok

Tabel 3.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Lama Merokok Pada Sopir Angkot Kota Tasikmalaya Tahun 2016

Kategori Lama Merokok Jumlah Presentase

>10 tahun 85 83,3

≤ 10 tahun 17 16,7

Total 102 100

Responden yang termasuk dalam kategori >10 tahun berjumlah 85 responden (83,3%) dan ≤10 tahun berjumlah 17 responden (16,7%).

(6)

b. Analisis Bivariat

1) Hubungan Jumlah Rokok dengan Kejadian Hipertensi Pada Sopir Angkot Kota Tasikmalaya

Tabel 3.3

Hubungan Jumlah Rokok dengan Kejadian Hipertensi Pada Sopir Angkot Kota Tasikmalaya Tahun 2016

No. Kategori Jumlah Rokok Kejadian Hipertensi Total P Value OR Hipertensi Tidak n % n % n % 1 >20 batang/hari 12 54,5 10 45,5 22 100 0,035 OR 1 2,1 OR 2 4,6 2 11-20 batang/hari 50 72,5 19 27,5 69 100 3 1-10 batang/hari 4 36,4 7 63,6 11 100 Total 66 64,7 36 35,5 102 100

Hipertensi banyak terjadi pada responden dengan kategori perokok 11-20 batang perhari, Hal ini dikarenakan banyaknya responden yang merokok 11-20 batang perhari. Pada kategori perokok yang merokok >20 batang sehari dari total 22 responden, sebanyak 12 responden (54,5%) mengalami hipertensi dan 10 responden (45,5%) tidak hipertensi. Kategori perokok 11-20 batang perhari didapati sebanyak 50 responden (72,5%) mengalami hipertensi dan 19 responden (27,5%). Sedangkan hipertensi tidak banyak dialami oleh perokok dengan kategori merokok 1-10 batang perhari, sebanyak 4 responden (36,4%) mengalami hipertensi dan 7 responden (63,6%) tidak mengalami hipertensi.

Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai P = 0,035 (P value ≤ 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara jumlah batang rokok yang dihisap perhari dengan kejadian hipertensi. Seseorang yang merokok lebih dari 20 batang perhari berisiko terkena hipertensi 2 kali lebih besar daripada seseorang yang

(7)

merokok ≤ 10 batang perhari (OR = 2,1). Sedangkan seseorang yang merokok 11-20 batang perhari berisiko 4,6 kali lebih besar terkena hipertensi (OR = 4,6).

2) Hubungan Lama Merokok dengan Kejadian Hipertensi Pada Sopir Angkot Kota Tasikmalaya

Tabel 3.3

Hubungan Lama Merokok dengan Kejadian Hipertensi Pada Sopir Angkot Kota Tasikmalaya Tahun 2016

No. Kategori Lama Merokok

Kejadian Hipertensi Total

P Value OR Hipertensi Tidak n % n % n % 1 > 10 tahun 63 74,1 22 25,9 85 100 0,000 15,3 2 ≤ 10 tahun 3 17,6 14 82,3 17 100 Total 66 64,7 36 35,3 102 100

Lama merokok dibedakan menjadi dua kategori yaitu kategori ≤ 10 tahun dan >10 tahun. Dari tabel diatas dapat dilihat kejadian hipertensi pada kelompok >10 tahun lebih besar dibandingkan dengan kelompok ≤10 tahun. Pada kelompok >10 tahun sebanyak 63 responden (74,1%) mengalami hipertensi dan 22 responden (25,9%) tidak mengalami hipertensi. Sedangkan hipertensi tidak banyak dialami oleh kelompok perokok yang merokok ≤10 tahun. Sebanyak 14 responden (82,3%) tidak mengalami hipertensi dan 3 responden (17,6%) mengalami hipertensi.

Nilai P value yang diperoleh dari analisis Chi-Square adalah 0,000 (P value ≤ 0,05), yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama merokok dengan kejadian hipertensi. Nilai OR 15,3 yang berarti responden yang merokok lebih dari 10 tahun memiliki risiko 15,3 kali lebih besar mengalami hipertensi dibandingakan dengan responden yang merokok ≤ 10 tahun.

(8)

4. PEMBAHASAN

a. Hubungan Jumlah Rokok dengan Kejadian Hipertensi Pada Sopir Angkot Kota Tasikmalaya

Hasil Penelitian hubungan antara jumlah rokok dengan hipertensi menggunakan uji statisktik Chi-Square didapatkan hasil nilai P ≤ 0,05 (P value = 0,035) yang berarti ada hubungan bermakna secara statistik antara jumlah rokok dengan kejadian hipertensi. Seseorang yang merokok lebih dari 20 batang perhari berisiko terkena hipertensi 2 kali lebih besar daripada seseorang yang merokok ≤ 10 batang perhari (OR = 2,1). Sedangkan seseorang yang merokok 11-20 batang perhari berisiko 4,6 kali lebih besar terkena hipertensi (OR = 4,6).

Risiko akibat merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang yang merokok lebih dari satu bungkus rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan daripada mereka yang tidak merokok (Bustan, 2000). Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus) perhari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok (Sitepoe, 2000).

b. Hubungan Lama Merokok dengan Kejadian Hipertensi Pada Sopir Angkot Kota Tasikmalaya

Hasil Penelitian hubungan antara lama merokok dengan hipertensi menggunakan uji statisktik Chi-Square didapatkan hasil P value ≤ 0,05 (P value = 0,000) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara lama merokok dengan kejadian hipertensi. Seseorang yang merokok >10 tahun berisiko terkena hipertensi 15,3 kali lebih besar daripada seseorang yang merokok ≤10 tahun (OR =15,3).

Dampak rokok memang akan terasa 10-20 tahun pasca penggunaan. Rokok juga punya dose-response effect, artinya semakin muda usia mulai

(9)

merokok, semakin sulit untuk berhenti merokok, maka semakin lama seseorang akan memiliki kebiasaan merokok. Hal itu menyebabkan semakin besar pula risiko untuk menderita hipertensi (Bustan, 2000). Dampak rokok bukan hanya untuk prokok aktif tetapi juga perokok pasif, walaupun dibutuhkan waktu 10-20 tahun tetapi terbukti merokok mengakibatkan 80% kanker paru dan 50% terjadinya serangan jantung, impotensi dan gangguan kesuburan (Sitepoe, 2000).

5. SIMPULAN

a. Proporsi perokok 72,5% dengan jumlah rokok yang dihisap sebanyak 11-20 batang perhari.

b. Proporsi lama merokok >10 tahun 74,1%.

c. Responden yang mengalami hipertensi sebanyak 66 orang (64,7%).

d. Ada hubungan antara jumlah rokok dengan kejadian hipertensi (nilai P=0,0035, OR1=2,1 dan OR2=4,6).

e. Ada hubungan antara lama merokok dengan kejadian hipertensi (nilai P=0,000, OR=15,3)

6. SARAN

a. Bagi Sopir Angkot

Mengurangi atau menghindari faktor risiko terhadap kejadian hipertensi merupakan upaya yang baik. Melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala dan melakukan pengobatan bagi sopir yang memiliki hipertensi agar tidak berlanjut menjadi penyakit degeneratif yang lebih parah. Membiasakan pola hidup sehat untuk mengurangi risiko hipertensi. Tidak mengkonsumsi rokok/berhenti merokok dalam kehidupan sehari-hari merupakan perilaku yang bijaksana. Untuk perokok addict, bulatkan tekad untuk berhenti merokok dan atur target waktu untuk berhenti merokok.

(10)

b. Bagi Peneliti Lain

Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dengan cara menganalisis atau mengendalikan variabel pengganggu yang tidak diteliti dalam penelitian ini dan merupakan faktor risiko hipertensi dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Astawan M, & Andre LK. 2008. Khasiat Warna Warni Makanan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Bustan, M N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta. Rineka Cipta

Dinkes Kota Tasikmalaya. 2015. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Tahun 2015. Tasikmalaya: Tidak diterbitkan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan dasar RISKESDAS Indonesia Tahun 2013. www.depkes.go.id (diakses 23 Nopember 2015)

Joint National Committee VII. 2003. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. U. S. D E Partme Nt Of Health and Human Services

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Buku Saku Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan darah. Jakarta: Kemenkes RI

Nasri and Moazenzadeh. 2006. Coronary Artery Disease Risk Factor In Driving Versus Other Occupation. ARYA Journal 2006 (Summer); Volume 2, Issue 2 (diakses pada 12 Oktober 2015)

Sitepoe, Mangku. 2000. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta: Gramedia

Suheni, Yuliana. 2007. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-laki Usia 40 Tahun keatas di Badan RS Daerah Cepu. Semarang: Jurnal UNS

WHO. 2001. World Health Organization-International Society of Hypertension Guidelines far the Management of Hypertension 2001; 17: 151-183

Yang, Haiou, dkk. 2006. “Work hours and self-reported hypertension among working people in California.” Hypertension. 2006;48:144-750. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16940208 (diakses pada 23 Nopember 2015)

Referensi

Dokumen terkait

ASP.NET Web Form merupakan model pemrograman CLR yang scalable, sehingga dapat menghasilkan halaman web yang dinamis. Pada halaman Web Form terbagi menjadi dua

56 Pada jenjang pendidikan menengah umum yaitu di SMA/MA, Guru BK atau Konselor membantu peserta didik menentukan minat terhadap kelompok mata pelajaran peminatan

,p.149- 174

Jika proses Pi ingin masuk ke critical section, tetapi belum dapat masuk, maka ia akan membandingkan timestamp request miliknya dengan timestamp request yang datang dari Pj. jika

Ukuran-ukuran tidak diperbarui Banyak perusahaan tidak punya mekanisme formal untuk memperbaharui ukuran-ukuran tersebut agar selaras dengan perubahan strateginya. Yang terjadi

Penulis melakukan penelitian sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian dengan judul MEMPELAJARI KHASIAT BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam) TERHADAP KUALITAS

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk pengarah angin (deflektor) berpengaruh terhadap karakteristik aerodinamis kendaraan jenis truk. Yang paling aerodinamis adalah

bahwa dengan telah diterbitkannya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 971-7791 Tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Penganggaran, Pelaksanaan, dan Penatausahaan