• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN MATERI. Unit 2 KERAGAMAN BUDAYA DAN PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN. Hj. Efy Afifah, SKp., M.Kes

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN MATERI. Unit 2 KERAGAMAN BUDAYA DAN PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN. Hj. Efy Afifah, SKp., M.Kes"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN MATERI

Unit 2 KERAGAMAN BUDAYA DAN PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN

Hj. Efy Afifah, SKp., M.Kes

TUJUAN:

Mampu menerapkan konsep transkultural dalam menganalisis fenomena budaya kesehatan pasien

Intisari materi:

- perspektif transkultural dalam keperawatan

a. keperawatan transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan b. konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural

c. pengkajian asuhan keperawatan budaya d. beberapa instrumen pengkajian budaya - komunikasi transkultural

a. nilai dan norma budaya dalam komunikasi b. prinsip-prinsip dalam komunikasi

c. bentuk komunikasi transkultural d. media komunikasi translultural

e. hambatan-hambatan dalam proses komunikasi

- aplikasi konsep dan prinsip transkultural sepanjang daur kehidupan manusia

a. perawatan kehamilan dan kelahiran b. perawatan dan pengasuhan anak c. perawatan pada lanjut usia

d. perawatan menjelang dan saat kematian

- aplikasi transkultural pada beberapa masalah kesehatan a. penyakit kronik

b. gangguan nyeri

c. gangguan kesehatan mental

- pengaruh budaya terhadap pengobatan dan makanan/etnofarmakologi dan nutrisi

(2)

Isi ringkasan:

- pengertian kebudayaan

- perspektif transkultural dalam keperawatan

keperawatan transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural

asuhan keperawatan budaya

Transkultural

Lintas budaya, budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain Mengapa perlu mempelajari transkultural nursing ? ?

- Semua asuhan keperawatan bersifat lintas budaya... - Perawat punya kompetensi budaya berdiskusi dengan klien dan tidak

menyebabkan konflik...

- Kompetensi perawat ?? pengetahuan, sikap, ketrampilan

Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai norma spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, seperti bahasa. Sedangkan kultur yang universal adalah nilai atau norma yang diyakini dan dilakukan hampir oleh semua kultur seperti budaya berolahraga membuat badan sehat, bugar; budaya minum teh dapat membuat tubuh sehat (Leininger, 1978).

Dalam melaksanakan praktik keperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu memahami landasan teori dan praktik keperawatan yang berdasarkan budaya. Budaya yang telah menjadi kebiasaan tersebut diterapkan dalam asuhan keperawatan

transkultural, melalui 3 strategi utama intervensi, yaitu mempertahankan, bernegosiasi dan merestrukturisasi budaya.

Sebelum lanjut perlu mengetahui apa itu budaya ?? Pengertian kebudayaan

Kebudayaan : suatu sistem gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat, 1986). Kebudayaan itu ada tiga wujudnya, yaitu:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dsb. Merupakan wujud ideal dari kebudayaan, Sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto. Letaknya ada di dalm pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan bersangkutan itu hidup. Dikenal dengan adat istiadat atau sering berada dalam karangan dan buku-bukuu hasil karya para penulis warga masyarakat bersangkutan, Saat ini kebudayaan ideal banyak

(3)

tersimpan dalam disk, arsip, koleksi microfilm dan microfish, kartu komputer, silinder dan pita komputer.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, disebut juga sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yanbg berinteraksi, berhubungan, bergaul yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sistem sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto dan didokumentasi. 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, disebut

kebudayaan fisik, dan tak memerlukan banyak penjelasan. Merupakan seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret, atau berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto. Hasil karya manusia seperti candi, komputer, pabrik baja, kapal, batik sampai kancing baju dsb.

Komunitas

Adalah sekelompok orang yang tinggal dalam wilayah yang sama terikat pada norma-norma yang sama, berinterkasi secara terus menerus dan memiliki sentimen kebersamaan (merasa tempat mengabdi, berkarya, rasa kebersamaan, berusaha meringankan beban. Contoh:

Rumah sakit, Universitas Indonesia, komunitas Depok, komunitas wilayah (aturan ronda, kebersihan, norma sopan santun) dll.

Masyarakat

Mastarakat Islam, masyarakat Jawa, sunda dsb. Walaupun saya disini, teman saya disana, yang beragama Islam ada dimana-mana tetap disebit masyarakat Islam

Sosialisasi

Proses belajar memainkan peranan seorang individu di dalam masyarakat sesuai dengan peranan yang diharapkan. Sosialisasi sifatnya seumur hidup.

Profesi perawat memainkan peranan sebagai perawat, berbeda dengan tukang nyuntik ayam tiren ..., berbeda dengan peragawati khan.

Enkulturasi

Tahapan-tahapan kehidupan yang hasus disosialisasikan atau pembudayaan ( penanaman nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya seumur hidup

Contoh:

Tidak hanya berupa kata-kata, ucapan-ucapan , nasehat-nasehat, permainan anak ( menunjukkan suportivitas, disiplin diri, menghargai prestasi, perilaku, dan bisa berupa cerita-cerita rakyat seperti: Malin Kundang, Ande-ande lumut, Sangkuriang

Menikah juga disosialisasikan

Budaya barat berbeda dengan budaya Indonesia, budaya barat: tangan kiri dan tangan kanan sama, tidak ada dikotomi, budaya Indonesia: pakai tangan kanan nak, nah baru anak manis

(4)

Contoh Sosialisasi: praktek di laboratorium

Contoh Enkulturasi: penanaman nilai-nilai budaya dari generasi yang satu ke generasi berikutnya: pengajaran teori-teori di kelas, pengalaman-pengalaman dosen

Kebudayaan Rumah Sakit

Mempunyai premis budaya rumah sakit, Kesehatan itu sangat penting, nyawa sangat berharga, perlu berbagai upaya yang harus dilakukan oleh Rumah sakit untuk

menyelamatkan nyawa pasien, Contoh: rumah sakit berbau karbol, pakaian putih-putih , bersih

Sub kebudayaan - pasien:

- tidak enak menjadi pasien, harus bayar, tidak gratis sama sekali Etiologi penyakit:

- naturalistik, memerangi penyakit ke dokter ke rumah sakit - personalistik, disebabkan oleh roh-roh jahat, ke dukun dulu Di luar negeri:

Lebih enak menjadi pasien, sambil dirawat dapat makan teratur, tempat rekreasi, dibayar asuransi

Persepsi tentang sehat dan sakit

Public pain/ menyatakan sakit dan Private pain/menyembunyikan sakit - Profesional

Tenga kesehatan yang profesional, sekolah mahal - Birokrat rumah sakit

Perspektif transkultural dalam keperawatan

Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.

Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu

metha theory, grand theory, midle range theory dan practice theory.

Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah

Transcultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan

dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.

(5)

tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negara

diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.

PENGERTIAN

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).

Tujuan dari keperawatan transkultural adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti

dan menggunakan pemahaman keperawatan transkultural untuk meningkatkan kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan.

Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

Konsep dalam Transcultural Nursing

1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.

Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung pengetahuan,keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan manusia sebagai anggota kemunitas setempat.

(6)

dengan belajar, beserta keselurahan hasil budi dan karyanya dan sebuah rencana untuk melakukan kegiatan tertentu (Leininger, 1991).

Menurut konsep budaya Leininger (1978, 1984), karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut : (1) Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya yang sama persis, (2) budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan, (3) budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.

2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.

3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.

5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.Etnik adalah seperangkat kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu (kelompok etnik). Sekelompok etnik adalah sekumpulan individu yang mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya ke generasi berikutnya (Handerson, 1981).

6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia

Ras merupakan sistem pengklasifikasian manusia berdasarkan karakteristik fisik pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh dan bentuk kepala. Ada tiga jenis ras yang umumnya dikenal, yaitu Kaukasoid, Negroid, Mongoloid.

Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan manusia kepada generasi berikutnya (Taylor, 1989).

7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.

8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian

(7)

untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.

9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.

10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk

mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.

11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.

Paradigma Transcultural Nursing

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew and Boyle, 1995).

1. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki

kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

2. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

(8)

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang

menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

4. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang

budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.

Proses keperawatan Transcultural Nursing

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991)menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi

masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :

a. Faktor teknologi (tecnological factors)

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi

(9)

permasalahan kesehatan saat ini.

b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors) Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang

amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors) Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama

lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.

e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors) Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala

sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan

keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

f. Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.

g. Faktor pendidikan (educational factors)

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi

(10)

pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi

terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. Prinsip-prinsip pengkajian budaya:

- jangan menggunakan asumsi

- jangan membuat streotip bisa terjadi konflik misal: orang padang pelit, orang jawa halus

- menerima dan memahami metode komunikasi - menghargai perbedaan individual

- mengahargai kebutuhan personal dari setiap individu - tidak beleh membeda-bedakan keyakinan klien - menyediakn ptivacy terkait kebutuhan pribadi 2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang

budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa

keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

3. Perencanaan dan Pelaksanaan

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah

melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam

keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.

a. Cultural care preservation/maintenance/ Mempertahankan budaya Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.

(11)

proses melahirkan dan perawatan bayi

2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien 3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat b. Cultural careaccomodation/negotiation /Negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih

menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien

agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang

berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.

1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien 2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan

3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik

c. Cultual care repartening/reconstruction /Restrukturisasi budaya Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya

2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok

3) Gunakan pihak ketiga bila perlu

4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua

5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya

masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.

Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap

keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan

(12)

keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

Sumber :

Andrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed, Philadelphia, JB Lippincot Company

Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment and

Intervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc

Gunawijaya, J ( 2010), Kuliah umum tentang budaya dan perspektif transkultural

dalam keperawatan Mata ajar KDK II 2010, semester genap FIK-UI

Iskandar, R ( 2010), Aplikasi teori trancultural nursing dalam proses keperawatan , dimbil dari http://www...

Koentjaraningrat (1990), Pengantar ilmu antropologi, Jakarta: Rineka cipta Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing : Concepts,

Theories, Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill

Companies

Sya’diyah (2010), Aplikasi asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan

(13)

Budaya

- visible/easily seen - invisible/less observable Contoh:

a sikh Man--- artifacts that he wears

Leininger--- trancultural nursing Perawatan kompeten yang berbudaya

- memerlukan pengetahuan yang spesifik, ketrampilan dan sikap

- kemampuan untuk menjembatani gap budaya dalam caring, bekerja dengan perbedaan budaya

Cultural awareness

- menyadari diri secara mendalam

- mengenali bias dan prasangka-prasangka, asumsi tentang orang lain Cultural knowledge

pengetahuan tentang nilai-nilai, kepercayaan, kesehatan, praktek keperawatan, wordview dan ekologi biocultural

Cultural skill

pengkajian sosial budaya, faktor-faktor biofisik yang mempengaruhi pengobatan dan perawatan klien

Cultural desire

Motivasi dan komitmen untuk merawat klien, menggerakkan individu untuk belajar dari yang lain

Cultural care nursing

- Culturally sensitive  perawat mempunyai pengetahuan dasar dan sikap terhadap kesehatan tradisional yang diobservasi pada beberapa grup

- Culturally approriate perawat menggunakan pengetahuan yang mendasar yang sesuai terhadap pasien

- Culturally competence







proses mendapatkan pengetahuaan, ketrampilan dan sikap yang menjamin pemberian pelayanan

Diversity/aneka ragam - Race

- Gender

- Orientasi sexual - Religion

(14)

Akulturasi

- Proses saat orang beradaptasi/meminjam karakter dari budaya lain - Proses adaptasi dan mengadopsi suatu budaya yang baru

Asimilasi

Proses dimana individu mengembangkan identitas kebudayaan baru Proses asimilasi meliputi beberapa aspek:

- perilaku - perkawinan - identifikasi - kewarganegaraan

Beberapa faktor untuk pertimbangan budaya termasuk: - ras - prejudice - streotyping - diskriminasi - culture syok Ras

Orang-orang dalam satu ras mempunyai karakteristik yang umum: - warna kulit

- struktur tulang - texture rambut - type darah

Prejudice/prasangka-prasangka

Kepercayaan yang salah, menggeneralisasikan tentang grup/kelompok dan cenderung menghukum sebelum memeriksa/ada bukti-bukti yang mendukung

Streotyping

Mengasumsikan bahwa seluruh anggota-anggota sebuah budaya/grup etnik mirip/sama Diskriminasi

Membedakan perlakuan terhadap individu berdasarkan kategori: - ras

- etnik - gender - class social Culture syok

Penyimpangan yang terjadi akibat respon terhadap transisi/perubahan dari setting budaya yang satu ke setting budaya yang lain. Ekspresi dari culture syok bisa berupa silence dan immobility sampai agitasi, marah-marah dan mengamuk

Contoh: pasien masuk ke hospital dan harus beradaptasi terhadap situasi hospital yang asing

(15)

Etnosentris

Merasa budayanya yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain Multiculturalism-Biculturalism

Proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya

Enkulturasi

Penanaman nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya Ethnicity

Identitas berhubungan dengan keturunan, budaya dan sosial seperti: - nilai-nilai

- bahasa

- ruang geografi - karakteristik ras

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan skripsi yang berjudul “Peran Koperasi Pesantren Putri Al- Mawaddah terhadap Pemberdayaan Ekonomi Karyawan Pesantren” merupakan salah satu persyaratan

Fenomena vortex (depresi tropis) dimulai tanggal 23 Januari 2002 hingga berakhir 26 Januari 2002 dan tanggal 1 Februari untuk periode tahun 2007 sebagaimana Gambar IV.3a,

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan, bahwa bukti elektronik dalam hukum acara pidana berstatus sebagai alat bukti yang berdiri sendiri dan alat bukti yang tidak berdiri sendiri

Tiga kriteria yang dimaksud meliputi kriteria PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup) dari Kementerian Lingkungan

Laki-Laki Perempuan 1 Adinda 1.. Dari rekapitulasi di atas ditemukan kodrat sebagai seorang perempuan dan kodrat sebagai seorang laki-laki dalam peranan sebagai

H2: Kekayaan intelektual (IC) berpengaruh positif terhadap Return on Assets (ROA) Hubungan antara IC terhadap rasio produktivitas diwakili oleh rasio asset turnover (ATO)

memberi akibat hapusnya status hak guna bangunan pada tanah tersebut. Hapusnya hak atas tanah menyebabkan hapusnya hapusnya hak tanggungan, hal ini berdasarkan

Dengan adanya bermacam-macam tugas dan pekerjaan yang dilakukan setiap personal dalam struktur organisasi sekolah maka memerlukan adanya koordinasi dan