GAMBARAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA YANG MENGIKUTI DAN YANG TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
PALANG MERAH REMAJA KELAS VIII ( Studi Deskriptif Di SMP Negeri 9 Bandung )
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Disusun oleh : INDRA SETIAWAN
1003065
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
GAMBARAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA YANG MENGIKUTI DAN YANG TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
PALANG MERAH REMAJA KELAS VIII
( Studi Deskriptif Di SMP Negeri 9 Bandung )
Oleh
Indra Setiawan
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
©Indra Setiawan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
INDRA SETIAWAN 1003065
GAMBARAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA YANG MENGIKUTI
DAN YANG TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
PMR KELAS VIII DI SMPN 9 BANDUNG
Disetujui dan Disahkan Oleh, Pembimbing I
dr. Kurnia Eka Wijayanti, M.KM NIP. 196509091991021001
Pembimbing II
Arif Wahyudi S, Pd. NIP. 197420052001121001
Mengetahui, Ketua Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi
ix Indra Setiawan, 2014
Gambaran Kecerdasan Emosional Siswa Yang Mengikuti Dan Yang Tidak Mengikuti Kegiatan
DAFTAR ISI
BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7
A. Kajian Pustaka ... 7
1. Hakikat Kegiatan Ekstrakurikuler ... 7
2. Hakikat Organisasi Palang Merah Remaja ... 13
3. Hakikat Palang Merah Remaja SMP Negeri 9 Bandung... 17
4. Hakikat Kecerdasan ... 20
5. Hakikat Emosi ... 21
6. Hakikat Kecerdasan Emosional ………. 24
x Indra Setiawan, 2014
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
A. Tempat, waktu dan sasaran penelitian ... 34
B. Populasi dan Sampel ... 34
C. Desain Penelitian ... 36
D. Metode Penelitian ... 38
E. Definisi operasional ... 39
F. Instrumen Penelitian………. 40
G. Proses Pengembangan Instrumen...……….. 47
H. Teknik Pengumpulan Data………. . 49
BAB IV Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 50
A. Deskripsi Data ... 50
B. Analisis dan Pengolahan Data ... 50
C. Diskusi Penemuan……… 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
A. Kesimpulan ... 59
B. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 61
xi Indra Setiawan, 2014
Gambaran Kecerdasan Emosional Siswa Yang Mengikuti Dan Yang Tidak Mengikuti Kegiatan DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
3.1 Gambar Desain Penelitian. ... 35
xii Indra Setiawan, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Populasi siswa yang mengikuti dan tidak ekstrakurikuler PMR ... 35
3.2 Kisi – kisi Angket Kecerdasan Emosional ... 41
3.3 Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Emosional Teori Goleman ... 42
3.4 Kategori Pemberian Skor Jawaban ... 43
3.5 Hasil Validitas Uji Coba Angket Kecerdasan Emosional ... 46
3.6 Hasil Interpretasi nilai r ... 48
3.7 Kriteria Frekuensi Presentase... 52
4.1 Hasil Pengelompokkan Tiap Butir Pertanyaan/ Pernyataan .. ... 54
4.2 Hasil Kategori Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR ... 55
4.3 Hasil Kategori Siswa yang mengikut tidaki ekstrakurikuler PMR ... 56
4.4 Hasil Pengolahan Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR ... 57
xiii Indra Setiawan, 2014
Gambaran Kecerdasan Emosional Siswa Yang Mengikuti Dan Yang Tidak Mengikuti Kegiatan DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Foto Penelitian ... 64
2. Angket Kecerdasan Emosional ... 65
3. Uji Validitas Angket ... 70
4. Uji Reliabilitas Angket ... 74
5. Hasil Angket Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler PMR ... 78
6. Hasil Angket Siswa Yang Tidak Mengikuti Ekstrakurikuler PMR ... 79
7. Surat - Surat ... 82
ABSTRAK
Indra Setiawan. NIM: 1003065. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Judul: Gambaran Kecerdasan Emosional Siswa Yang Mengikuti dan Yang Tidak Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler PMR Kelas VIII Studi Deskriptif di SMPN 9 Bandung. Pembimbing I: dr. Kurnia Eka Wijayanti, M.KM Pembimbing II: Arif Wahyudi S.Pd
Penelitian ini dimulai dari pengelompokan siswa berdasarkan keikutsertaannya terhadap ekstrakurikuler PMR . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran kecerdasan emosional siswa yang mengikuti dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR kelas VIII di SMP Negeri 9 Bandung. Metode yang di gunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner tertutup. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional sampling dengan sampel 30 orang yang mengikuti ekstrakurikuler PMR dan 30 orang yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR. Penilitian ini menggunakan kuesioner / angket tertutup untuk mendapatkan data gambaran kecerdasan emosional. Jadi kesimpulannya adalah dari gambaran yang sudah di dapat terdapat perbedaan kecerdasan emosional siswa yang mengikuti kegiatan dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR kelas VIII di SMPN 9 Bandung.
Indra Setiawan, 2014
ABSTRACT
Indra Setiawan. NIM: 1003065. Health Studies Program of Physical Education and Recreation. Title: Description of Students Following Emotional Intelligence and What Not Following PMR Extracurricular Activities Eighth Grade in Junior High School 9 Bandung. Supervisor I: dr. Eka Kurnia Wijaya, M.KM Advisor II: Arif Wahyudi S.Pd
This study starts from grouping students based on extracurricular participation PMR. The purpose of this study was to determine how the image of emotional intelligence of students who follow and who do not follow the PMR extracurricular activities in class VIII SMP Negeri 9 Bandung. The method used in this study is a comparative descriptive method. The instrument used in this study is enclosed questionnaire. Techniques used in sampling using proportional sampling with a sample of 30 people who follow extracurricular PMR and 30 people who did not follow the PMR extracurricular activities. This research using questionnaires / enclosed questionnaire to obtain image data of emotional intelligence. So the conclusion is of the picture already in the can there are differences in emotional intelligence of students who participated in and who does not follow the PMR extracurricular activities in class VIII SMP 9 Bandung.
BAB I PENDAHULUAN
A . Latar Belakang Penelitian
Goleman (2002,hlm.44) mengemukakan pendapat bahwa“ kecerdasan
intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80%
adalah sumbangan fakor kekuatan-kekuatan yang lain, diantaranya adalah
kecerdasan emosional atau Emotional Quotien (EQ)”. EQ adalah kemampuan
memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur
suasana hati (mood), berempati, serta kemampuan untuk bekerjasama. Karena
sifat-sifat diatas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan
emosionalnya rendah, maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras
kepala, sulit bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya pada orang lain, tidak
peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalamai
stress.
Menurut Harmoko(2008,hlm.42)kecerdasan emosi atau Emotional Quotient
(EQ) adalah “ kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi. Termasuk di
dalamnya kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain di sekitarnya”.
IQ umumnya berhubungan dengan kemampuan berpikir kritis dan analitis, dan
diasosiasikan dengan otak kiri. Sementara, EQ lebih banyak berhubungan
dengan perasaan dan emosi (otak kanan). Kalau kita ingin mendapatkan tingkah
laku yang cerdas maka kemampuan emosi juga harus diasah. Karena untuk
dapat berhubungan dengan orang lain secara baik kita memerlukan kemampuan
untuk mengerti dan mengendalikan emosi diri dan orang lain secara baik. Di sinilah
fungsi dari EQ.
Orang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik memiliki ciri-ciri yang
menonjol dalam hubungan interpersonal yang dekat dan hangat, penyesuaian dan
2
Indra Setiawan, 2014
bintang di pergaulan linkungan sosial dan dunia kerja. Sedangkan orang yang
memiliki kecerdasan emosional yang rendah maka dia akan mengalami kesulitan
bergaul atau sulit berteman, kesulitan mendapat pekerjaan, kesulitan perkawinan,
kecanggungan mendidik anak, memburuknya kesehatan, dan akhirnya menghambat
perkembangan intelektual dan menghancurkan karir.
Suyanto (2004,hlm.7) mengemukakan bahwa “ Implikasi dari penerapan
metode pembelajaran fungsional di sekolah selama ini ternyata tidak membuat siswa
menjadi mandiri dan kreatif. Itu disebabkan banyak hal, salah satunya ialah, terlalu
menekankan aspek kognitif atau intelektual (IQ)”.Hal ini dapat dilihat dari
pelaksanaan pendidikan di sekolah yang selama ini lebih menekankan pada
hafalan konten/isi pelajaran yang lebih condong kepada IQ atau kecerdasan
intelektual. Hegemoni Ujian Akhir Nasional dan Status sekolah saat ini semakin
mendorong proses belajar mengajar di sekolah lebih mengejar kuantisasi aspek
kognitif saja.Oleh karena itu, amatlah penting jika kita mengembangkan faktor EQ
dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Itu diambil agar para lulusan sekolah
memiliki kemandirian, kepercayaan diri, dan mampu berkomunikasi secara efektif di
lingkungannya.
Proses pembelajaran di sekolah seharusnya memperhatikan kebermaknaan
dalam belajar, artinya apa yang bermakna bagi siswa menunjuk pada dunia minatnya
(center of interest). Menurut Krisna (2009,hlm.2) mengemukakan bahwa :
Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
Tetapi pada kenyataannya, pembinaandan penyediaan sarana
pengembangan aspek afektif (nilai moral dan sosial) dan psikomotor
(ketrampilan) kurang mendapatkan perhatian. Artinya perwujudan tujuan
3
dapat tercapai. Kondisi ini sesuai dengan adanya hasil survei dan penelitian yang
menunjukkan bahwa pendidikan intrakurikuler terlalu menekankan pada
perkembangan mental intelektual semata-mata, dan kurang memperhatikan
perkembangan afektif (sikap dan perasaan) serta psikomotor
(keterampilan).Fenomena tawuran perkelahian antar kelompok, antar suku dan antar
agama yang sering terjadi di negeri ini menunjukkan kurang adanya perhatian
terhadap kecerdasan emosional selama ini.Konflik yang terjadi menggambarkan
bahwa masing-masing kelompok sama-sama kurang cerdas secara emosional.Bahkan
hal terjadi pada semua lapisan masyarakat, tidak memandang seberapa tinggi tingkat
pendidikan, status sosial, maupun status ekonomi.
Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di luar jam pelajaran,
selain membantu siswa dalam pengembangan minatnya, juga membantu siswa agar
mempunyai semangat baru untuk lebih giat belajar serta menanamkan tanggung
jawabnya sebagai warga negara yang mandiri. Hal ini sejalan dengan pendapat
Miller Mayeer yang dikutip oleh Tim Dosen IKIP Malang yang mengatakan
bahwa ”Keikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler akan memberikan
sumbangan yang berarti bagi siswa untuk mengembangkan minat-minat baru,
menanamkan tanggung jawab, melalui pengalaman-pengalaman dan
pandangan-pandangan kerja sama, dan terbiasa dengan kegiatan-kegiatan mandiri ”. Pendapat
tersebut di dukung oleh Tarmidi (2012) sebagai berikut :
4
Indra Setiawan, 2014
Palang merah Remaja (PMR) sebagai salah satu jenis kegiatan
ekstrakurikuler yang ada di SMP, membantu siswa dalam proses pembentukan
diri yang bertanggung jawab, berkepedulian sosial, berdisiplin dan bekerja sama,
di samping peningkatan kesehatan, kebersihan pemahaman akan
gizi,kebersamaan, persahabatan nasional/ internasional,sertapenanaman kesadaran
dan apresiasi terhadap nilai luhur kemanusiaan universal.Menurut Harputra, Tegar
(2002,hlm.21)bahwa “dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR dikembangkan
pengalaman – pengalaman yang bersifat nyata yang dapat membawa siswa pada
kesadaran atas pribadi, sesama, lingkungan dan Tuhan-nya”.Dengan kata lain
bahwa kegiatan ektrakurikuler ini dapat meningkatkan Emotional Qoutient (EQ)
siswa yang di dalamnya terdapat aspek kecerdasan sosial/kompetensi sosial.
Penulis mengambil lokasi di SMP Negeri 9 dikarenakan siswa di SMP
berkisar antara12 – 15 tahun dan menurut Kartono (1990) bahwa :
Batasan usia remaja dibagi tiga dan yang pertama yaitu remaja awal (12-15) Tahun. Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan psikologi yang sangat intensif sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada fase umur ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya.Selain itu pada fase umur ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.Remaja pada umunya mengalami pencarian jati diri atau keutuhan diri itu suatu masalah utama karena adanya perubahan-perubahan sosial, fisiologi dan psikologis di dalam diri mereka maupun di tengah masyarakat tempat mereka hidup.
Dari hasil pengamatan peneliti saat melaksanakan Program Latihan Profesi
(PLP) di SMPN 9 Bandung terlihat keaktifan para siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler lebih baik dan lebih mudah menerima arahan dalam pembelajaran
dibandingkan siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler.Dalam kaitan pentingnya
kegiatan ekstrakurikuler untuk tingkat kecerdasan emosional pada diri siswa,
5
emosional siswa yang mengikuti kegiatan dan yang tidak mengikuti ekstrakurikuler
palang merah remaja di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Kota Bandung.
B.Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalampenelitian
ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana gambaran kecerdasan emosi siswa kelas VIII yang mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja dengan yang tidak mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja?
C.Rumusan Masalah Penelitian
Adapun permasalahan yang menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah :
Bagaimana gambarankecerdasan emosional siswa kelas VIII yang mengikuti
kegiatan ektrakurikulerPMRdenganyang tidak mengikuti kegiatan
ektrakurikuler PMRdi SMPN 9Bandung?
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui gambaran kecerdasan emosional siswa kelas VIII yang
mengikuti kegiatan ektrakurikuler PMR dengan yang tidak mengikuti
6
Indra Setiawan, 2014
E. Manfaat Penelitiaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritisdan praktis
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah,
a. Mengembangkan wawasan ilmu dan mendukung teori-teori yang sudah ada yang
berkaitan dengan bidang kependidikan, terutama masalah proses belajar mengajar
di sekolah dan sumber daya manusia.
b. Menambah khasanah bahan pustaka baik di tingkat program, fakultas maupun
universitas.
c. Sebagai dasar untuk mangadakan penelitian lebih lanjut yang bisa di ukur secara
kualitatif
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah,
a Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber tertulis untuk para pembaca yang
ingin mendalami tentang kecerdasan emosi
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pembuatan kebijakan sekolah yang berhubungan dengan kegiatan ekstrakulikuler
c. Hasil penelitian ini dapat di implementasikan dalam bidang konseling oleh bagian
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek / Populasi dan Sampel Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Dalam melaksanakan proses penelitian ini penulis melakukannya di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Bandung yang berlokasi di Jalan Semar No.
9 Bandung.
b. Waktu Penelitian
Karena penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen
penelitian, waktu penelitian pun tergolong singkat yaitu pada tanggal 1 – 6
September 2014
2. Objek Penelitian
Sasaran dari penelitian yang berisikan tentang kecerdasan emosional siswa
yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR dan yang tidak mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler PMR ini ditujukan kepada siswa SMP kelas VIII karena siswa
pada angkatan tersebut dianggap paling mewakili dan sudah mengikuti kegiatan
yang ada di sekolah selama 1 tahun.
3. Populasi dan Sampel a. Populasi
Populasi merupakan hal yang pentimg dari suatu penelitian. Sugiyono
(2013:hlm.117) menjelaskan bahwa “ Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa siswi kelas VIII Sekolah
35
Indra Setiawan, 2014
kegiatan ekstrakurikuler PMR sebanyak 47 orang. Agar lebih jelas dapat di lihat
pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Populasi siswa yang mengikuti dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Bandung
No Siswa Kelas VIII
1 Mengikuti PMR 47
2 Tidak Mengikuti PMR 443
b. Sampel
Sugiyono (2013:hlm.118) menjelaskan bahwa “ Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut”. Bila populasi besar,
dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatsan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu.
Mengingat banyaknya responden dalam penilitian ini pemilihan sampel
yang di lakukan dangan cara proporsional sampling, Teknik pengambilan sampel
dengan sampel proposional Random. Sampel penelitian ini 30 orang siswa
yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR ( kelompok A) . Sedangkan
untuk yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR ( kelompok B )
ditentukan jumlah sampel yang sama dengan kelompok A yaitu sebanyak
30 orang siswa.
B. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif yang bertujuan
untuk mengetahui perbedaan kecerdasan emosional siswa yang mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler PMR dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
36
karena data penelitian (variabel independen dan variable dependen) dilakukan
pengukuran pada waktu yang sama / sesaat.
Gambar 3.1. Desain Penelitian
Sugiyono (2013,hlm.111)
Keterangan:
X : kecerdasan emosional
O1: siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja
O2: siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja
Untuk mempermudah proses penelitian yang dilakukan peneliti, adapun alur
penelitian secara lebih jelas digambarkan oleh gambar 3.2 ini : X O1
37
Indra Setiawan, 2014
Dari Tabel 3.2 tersebut, dapat dijelaskan bahwa variabel bebas, yaitu
kelompok A siswa (30 orang) yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR dan
kelompok B (30 orang) siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
PMR sama-sama melakukan pengukuran variabel terikat, yaitu kecerdasan
emosional.
Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler
PMR
Tidak Mengikuti
Kegiatan Ekstrakurikuler
PMR Siswa SMPN 9
Bandung
Angket Kecerdasan
Emosi Angket
Kecerdasan Emosi
Analisis Data
Gambar 3.2 Alur Penelitian
38
C. Metode Penelitian
Metode yang tepat diperlukan untuk menunjang tercapainya tujuan dalam
melakukan suatu penelitian. Metode adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh
untuk membantu dalam mengungkapkan suatu permasalahan. Sugiyono
(2013,hlm.3) “Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan pengumpulan data
apalagi dalam hal pendidikan yang sangat penting bagi kelangsungan suatu
bangsa. Dalam hal ini Sugiyono (2013,hlm.6) memaparkan lebih rinci tentang
metode penelitian bahwa:
Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi maslah dalam bidang pendidikan.
Efektif tidaknya suatu metode dilihat dari penggunaan waktu, fasilitasnya,
biaya dan tenaga kerja yang digunakan sehemat mungkin tetapi mencapai hasil
yang maksimal.Suatu metode dikatakan efektif apabila pengunaannya sesuai
dengan apa yang ditelitinya. Begitu pula sebaliknya suatu metode dapat juga
menjadi tidak efektif bila tidak tepat dalam penggunaannya. Hasil penelitian yang
telah dilakukan pun pasti akan rancu bila tidak tepat dalam pemilihan metodenya.
Metode yang di gunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif
komparatif. Metode deskriptif komparatif adalah metode dengan menjelaskan dan
melakukan perbandingan data hasil penelitian dari dua perlakuan yang berbeda.
Ada dua variabel dalam proses penelitian ini yaitu variabel bebas (variabel X)
adalah kecerdasan emosional siswa. Sedangkan variabel terikat yaitu (variabel
Y) adalah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja
dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler palang merah remaja.
Kegiatan ekstrakurikuler telah terjadi sebelumnya, sehingga penulis tidak
memberikan perlakuan kepada variabel terikat. Penulis hanya mengukur efek atau
39
Indra Setiawan, 2014
Untuk mengetahui akibat dari variabel bebas terhadap variabel terikat,
penulis membandingkan antara yang mengikuti kegiatan ekstrakurukuler palang
merah remaja dengan siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
palang merah remaja.
D. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang terdapat dalam
penelitian ini, maka di bawah ini adalah penjelasan dari istilah – istilah tersebut :
1. Goleman, Daniel (2002,hlm.78) mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu
perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi
terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi
gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara
fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku
menangis.
2. Goleman, Daniel (2001,hlm.512) yang menyatakan bahwa kecerdasan
emosional atau Emotional Intelligence (EI) merujuk pada kemampuan
mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri, dan dalam hubungannya dengan orang lain. Dengan
demikian EI mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda tetapi saling
melengkapi dengan IQ. Berdasarkan pendapat ini, maka seseorang diang-gap
ideal jika dapat menguasai keterampilan kognitif (daya pikir), sekaligus
keterampilan sosial dan emosional.
3. Menurut Noor, Rohinah (2012,hlm 75) ekstrakurikuler adalah kegiatan
pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu
pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan
minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh
pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
berkewenangan di sekolah/madrasah.
4. Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) Palang Merah Remaja ( PMR )
40
1991,hlm 34). Dasar – dasar kepalang – Merah Remajaan PMR dibentuk oleh
PMI pada kongkres PMI tanggal 25 – 27 Januari 1950 di Jakarta awalnya
bernama Palang Merah Pemuda (PMP) yang didirikan pada tanggal 1 Maret
1950 dipimpin oleh Nona. Siti Dasimah terbentuknya Palang Merah Remaja
dilatarbelakangi oleh Perang Dunia I.
E. Instrumen Penelitian 1. Penyusunan Instrumen
Sugiyono (2013,hlm 3) mengatakan bahwa “ Instrumen penelitian adalah
suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang
diamat. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen
merupakan hal terpenting dalam proses mendapatkan data.” Keberhasilan
penelitian ditentukan oleh baik tidaknya serta tepat tidaknya instrument yang
digunakan.
Instrumen yang di gunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini
adalah kuesioner/angket. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini
adalah angket tertutup, responden hanya memilih satu jawaban yang tersedia.
Dalam variabel kecerdasan emosional, penulis memakai teori Goleman,
Angket kecerdasan emosional terdiri dari pernyataan positif dan negatif yang
dijabarkan dari aspek-aspek kecerdasan emosional yang dikemukakan Goleman
41
Indra Setiawan, 2014
Tabel 3.2.
Kisi-kisi Angket Kecerdasan Emosional
No. Aspek Kecerdasan Emosional Pernyataan Jumlah Positif Negatif
1. Kemampuan untuk mengenali emosi diri
2. Kemampuan untuk mengelola emosi diri
3. Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri
4. Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain
Penyusunan kisi-kisi atau instrumen penelitian merupakan acuan
dalampenyusunan alat pengumpulan data. Untuk memudahkan pembuatan item
pertanyaan angket, kisi-kisi penelitian disusun secara sistematis relevan dengan
permasalahan, tujuan penelitian serta pertanyaan penelitian, yang kemudian
dijabarkan berdasarkan aspek yang diteliti serta indicator - indikatornya. Dalam
mengukur tingkat kecerdasan emosional siswa yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler PMR dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR,
penulis menggunakan teori kecerdasan emosional dari Daniel Goleman. Kisi-kisi
42
Tabel 3.3.
Kisi-kisi Angket Penelitian Kecerdasan Emosional Teori Goleman
Variabel Aspek Indikator
Kecerdasan
1.1 Mengenal dan merasakan emosi sendiri
1.2 Memahami sebab perasaan yang timbul
1.3 Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan
2. Mengelola emosi
2.1 Bersikap toleran terhadap frustasi
2.2 Mampu mengungkapkan amarah dengan tepat
2.3. Mampu mengendalikan prilaku agresif yang merusak diri
sendiri dan orang lain
2.4. Memiliki perasaan positif tentang diri sendiri dan lingkungan
2.5. Memiliki kemanpuan untuk mengatasi stress
2.6. Dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas dalam pergaulan
3. Memotivasi diri sendiri
3.1. Mampu mengendalikan diri
3.2. Bersikap optimis
43
4.1. Mampu menerima sudut pendang orang lain
4.2. Memiliki sikap empati atau kepekaan terhadap orang lain
4.3. Mampu mendengarkan orang lain
4.4. Mampu mendengarkan orang lain
5. Membina hubungan
5.1. Memahahi pentingnya membina hubungan dengan orang lain
5.2. Mampu menyelesaikan konflik dengan orang lain
5.3. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
5.4. Memiliki sikap bersahabat atau mudah bergau dengan sebaya
5.5. Memiliki sikap tenggang rasa
5.6. Memiliki perhatian terhadap kepentingan orang lain
5.7. Dapat hidup selaras dengan kelompok
5.8. Bersikap senang berbagi rasa dan bekerja sama
43
Instrumen yang telah dirumuskan kedalam bentuk kisi-kisi tersebut
kemudian dijadikan bahan penyusun butir-butir pertanyaan atau soal dalam
angket. Butir-butir pertanyaan atau soal tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan
pernyataan dengan kemungkinan jawaban yang tersedia.
3. Pedoman skoring
Mengenai alternatif jawaban dalam angket, penulis menggunakan skala
sikap yakni skala Likert. Mengenai skala Likert, Sugiyono (2013,hlm134)
mengemukakan bahwa “ Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.” Dengan skala likert, maka variabel yang akan dijabarkan menjadi indicator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan.
Tabel 3.4
Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban
Alternatif Jawaban
Skor Alternatif Jawaban Positif Negatif
Sangat setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Dalam menyusun pernyataan-pernyataan agar responden dapat menjawab
salah satu alternatif jawaban tersebut maka pernyataan-pernyataan itu disusun
dengan berpedoman penjelasan Surakhman (2004,hlm 139) sebagai berikut :
a) Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan sesingkat-singkatnya
b) Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh
responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negative
44
Indra Setiawan, 2014
d) Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat
diperolehsumber lain
e) Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup
mengumpulkankebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi
F. Proses Pengembangan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebenarnya telah melalui
beberapa tahap untuk dapat dikatakan layak rebagai alat ukur untuk penelitian.
Alat pengumpul data/Instrumen ini telah melalui beberapa tahap sebelum bisa
digunakan sebagai alat ukur. Tahap-tahap yang dilalui dalam pembuatan
instrument ini adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan
Dalam penyusunan alat pengumpul data ini, terlebih dahulu disusun
kisi-kisi secara sistematis dan relevan dengan kebutuhan pemecahan masalah.
Kegiatan yang ditempuh dalam penyusunan alat pengumpulan data ini adalah
sebagai berikut :
a) Merumuskan problematika penelitian, dengan variabel yang dianggap
penting dengan indikator-indikatornya yang akan dijadikan
pertanyaanpertanyaan.
b) Menyusun pertanyaan atau pernyataan beserta alternatif jawabannya
yangdisesuaikan dengan problematika penelitian dan disertai dengan
petunjukpengisian sehingga akan jelas tujuan dan maksud untuk
dipahamiresponden.
2. Uji Validitas
Untuk menggunakan instrumen dalam penelitian sangat diperlukan
instrumen yang mempunyai validitas dan reliabilitas tinggi agar instrumen
tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Seperti yang dikemukakan oleh
45
internal butir dengan mengkorelasikan antara skor tiap butir soal yang didapat
dengan skor total responden.
Berikut langkah-langkah pengolahan data untuk menentukan validitas
angket adalah :
1. Memberi skor pada masing-masing pernyataan sesuai dengan jawaban
2. Menjumlahkan seluruh skor yang merupakan skor total setiap
responden
3. Setiap skor butir pernyataan dikorelasikan dengan skor total dengan
menggunakan rumus korelasi Product Moment (Arikunto,
2002,hlm.146) sebagai berikut:
∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan : rxy = koefisien korelasi
∑X = jumlah skor item
∑Y = jumlah skor total (seluruh item)
n = jumlah responden
Untuk mengetahui atau menghitung taraf signifikansi soal tersebut
maka dilakukan uji-t , hal itu sesuai dengan pendapat Sudjana (1992 : 69) yaitu
dengan rumus :
√ √
Keterangan : t = nilai t hitung yang dicari
r = koefisien seluruh tes
n = jumlah soal/pernyataan dikurangi
Dalam menentukan valid tidaknya sebuah butir pernyataan tes
46
Indra Setiawan, 2014
- tabel maka dinyatakan pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai alat
pengumpul data, tetapi sebaliknya, jika t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka
pernyataan tersebut tidak signifikan. Diketahui t-tabel 1.672.
Tabel 3.5
Hasil Validitas Uji Coba Angket Kecerdasan Emosional
No Thitung Keterangan No Thitung Keterangan
47
Sesuai dengan hasil penghitungan pada Tabel 3.5 diatas, dengan ketentuan t-tabel
1.672. diketahui bahwa dari 48 item yang diuji cobakan terbukti ada 45 item
yang dinyatakan valid dan 3 item yang tidak valid selanjutnya semua item yang
valid akan dijadikan sebagai instrumen pengumpul data.
3. Uji Reliabilitas
Untuk menguji reliabilitas tiap butir tes digunakan rumus teknik belah dua
dengan rumus kolerasi Product Moment sebagai berikut:
a. Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian dihitung
validitas itemnya.
b. Membagi item yang valid tersebut menjadi dua belahan. Unutk
membelahalat pengukur menjadi dua dilakukan dengan cara membagi
antarapernyataan nomor ganjil dan nomor genap
c. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan langkah
inimenghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden, yakni
skortotal belahan (X) dan skor belahan (Y).
d. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahankedua
dengan menggunakan teknik kolerasi Product Moment,
Keterangan : r xy = Koefisien korelasi yang dicari
xy = Jumlah perkalian skor x dan y x = Jumlah skor x
y = Jumlah skor y
n = Jumlah banyaknya pasangan X dan Y
e. Mencari reliabilitas seluruh perangkat butir dengan menggunakan rumus
Spearman Brown dengan rumus:
Keterangan : rii ,= realibilitas yang dicari
48
Indra Setiawan, 2014
Setelah nilai reliabilitas diketahui kemudian diinterpretasikan sesuai
yang terlihat di Tabel 3.8. Untuk harga rii = 0.934 bila di konsultasikan terhadap
harga indeks kosfisien reliabilitas, akan didapatkan bahwa intrumen ini
memiliki interprestasi sangat tinggi. Oleh karena itu instrument ini dapat
digunakan dalam penelitian. Adapun hasil penghitungan reliabilitas angket dapat
dilihat pada Tabel 3.6 :
Tabel 3.6 Interpretasi nilai r
Angka Korelasi Intepretasi
Antara 0.800 - sampai dengan 1.00 Sangat Tinggi
Antara 0.600 - sampai dengan 0.800 Tinggi
Antara 0.400 - sampai dengan 0.600 Cukup
Antara 0.200 - sampai dengan 0.400 Rendah
Antara 0.000 - sampai dengan 0.200 Sangat Rendah
Sumber Arikunto ( 2002:hlm245 )
G. Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Pengolahan Data 1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka pengumpulan data, peneliti menggunakan angket sebagai
instrumennya maka teknik pengumpulan data yang dipergunakan peneliti adalah
kuisioner yaitu mengajukan daftar pertanyaan guna memperoleh jawaban yang
berkaitan dengan kecerdasan emosional siswa yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler PMR dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR.
2. Menafsirkan Kedalam Bentuk Presentase
Supaya data bisa dideskripsikan, data yang telah di olah harus di tafsirkan
terlebih dahulu. Dalam penelitian ini penulis mengolah data dengan prosedur dan
49
a. Pengelompokan data
Dalam pengelompokkan data ini penulis melakukan langkah
pengelompokan tiap-tiap butir pertanyaan
b. Menjumlahkan skor-skor seluruh pertanyaan tiap sub komponen Seperti
halnya skor aktual dengan menghitung jumlah skor dari tiap kelompok
pertanyaan dan skor ideal dihitung dengan cara skor tertinggi dikali jumlah
butir instrumen dikali dengan jumlah responden.Sedangkan dalam
menghitung persentase digunakan rumus:
c. Membuat Kriteria
Kriteria sangat penting dalam penelitian ini, karena untuk dapat mengetahui
tingkat partisipasi diharuskan untuk melihat pada acuan yang benar. untuk
mempermudah dalam penafsiran dan penyimpulan. Oleh karena itu kriteria
konversi yang diadaptasi dari Robert Ebel L. (1972,hlm266) yang dikutip
dari skripsi Lis Permana Sari (2006,hlm16) adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7
Kriteria Frekuensi Presentase
Rentang Nilai Kriteria
76 - 100% Tinggi
56 - 75 % Sedang
40 – 55% Rendah
d. Buat Kesimpulan
Setelah pengolahan data dibuatlah kesimpulan sebagai gambaran dari hasil
59
Indra Setiawan, 2014
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data pada pembahasan bab
sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan antara lain sebagai berikut :
Gambaran kecerdasan emosional siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
PMR adalah 73,33 % memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, 26,67 % memiliki
kecerdasan emosional sedang dan 0 % memiliki kecerdasan emosional yang rendah.
Sedangkan gambaran kecerdasan emosional siswa yang tidak mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler PMR adalah 0 % memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, 96,67
% memiliki kecerdasan emosional sedang dan 3,33 % memiliki kecerdasan
emosional yang rendah.
B. Saran
Dari gambaran hasil penelitian yang telah dilakukan berkenaan dengan hasil
penelitian yang telah diperoleh dan berdasarkan kesimpulan yang telah diungkapkan
di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal:
1. Dilakukan penelitian eksperimen secara kuantitatif untuk membuktikan bahwa
dengan akstrakurikuler dapat meningkatkan kecerdesan emosional.
2. Kegiatan ekstrakurikuler sebaiknya dibina lebih baik lagi oleh tiap sekolah,
dengan harapan dapat memberikan manfaat yang nyata bagi peningkatan
kecerdasan emosional siswa sehingga bisa mencegah kegiatan negative siswa
60
3. Sekolah harus lebih memperhatikan dan mementingkan akan kegiatan siswa
baik kegiatan intrakurikuler maupun esktrakurikuler, karena kegiatan tersebut
menunjang terhadap kemanpuan dan perkembangan siswa.
4. Kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 9 Bandung memerlukan pembinaan
dan pengelolaan yang baik dari semua pihak. Pengelolaan itu dapat dilakukan
oleh Kepala Sekolah, guru dan pembina ekstrakurikuler , dan OSIS serta
peran orangtua siswa. Melalui pengelolaan yang memadai diharapakan
kegiatan ekstrakurikuler khususnya ekstrakurikuler PMR yang dilaksanakan di
SMPN 9 Bandung dapat bermanfaat bagi siswa. Melalui bimbingan yang
terarah diharapkan mereka (siswa) dapat melakukan sendiri kegiatan lain yang
61
Indra Setiawan, 2014
Daftar Pustaka
Arikunto (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Asrori (2009). Perbedaan Kecerdasan Emosional Siswa yang mengikuti Ekskul dan
yang tidak di SMP Negeri 9 Surakarta. Surakarta : Fakultas Psikologi UNS
Casmini (2007). Kecerdasan Emosional Dosen MIPA di UNY. Jogjakarta : Fakuktas Psikologi UNY
Depdiknas. (2013). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah : Universitas Pendidikan Indonesia
Goleman, Daniel (2002). Emitional Intelligence (terjemahan). Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama.
Harmoko (2008). Hubungan Antara Pola Attachment dengan Kecerdasan Emosi
pada Remaja. Surakarta: Fakultas Psikologi UMS.
Harputra, Tegar (2010). Perbandingan Kecerdasan Emosional Siswa Yang Mengikuti
dan Tidak Mengikuti Ekstrakurikuler di SMAN 1 Sragen. Surakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Irwanto (2002). Psikologi Umum. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kartono (1990). Psikologi Remaja dan Sifat – Sifat Remaja. Bandung: PT Raja Grapindo Persada.
Krisna (2009). Belajar dan Pembelajaran Mudah. Bandung: Alfabeta
Marsudi, Saring. (2003). Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Nurhasan (2007). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
62
Rohinah, MN. (2012). The Hidden Curriculum Membangun Karakter Melalui
Kegiatan Ekstrakurikuler. Yogyakarta: Insan Madani
Rusli Lutan (1986). Pengelolaan Interaksi belajar mengajar intrakurikuler, ko
kurikuler dan ekstrakurikuler. Jakarta Universitas Terbuka
Sinta, Ari (2009). Perbedaan Kecerdasan Emosional Pada Remaja Pengurus Osis Dengan Remaja Anggota OSIS. Bandung : Fakultas Psikologi Unjani
Sudjana (1989). Metoda Statistik. Edisi kelima. Bandung: Tarsito
Sugiyono (2008). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif.
Dan R&D). Cetakan kelima. Bandung: Alfabeta
Suyanto (2007). Kenakalan Remaja (Patologi sosial 2). Cetakan Ketiga. Bandung: PT Raja Grapindo Persada.
J. Davidson, Richard dkk. (2009). Handbook of Affective Science. USA : Oxford University. [Online]. Tersedia http: //psikology09b.blogspot.com/2011/09/ memahami-teori-teori-emosi.html
Resi, Nopsrianti Rostiawan. (2013). Organisasi dan Komponen Dalam PMR. [Online]. Tersedia : http://kegiatan-palang-merah remaja.blogspot.com/ [15 Februari 2014]