• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DIAGNOSIS PENYAKIT TROPIS MENGGUNAKAN ALGORITMA NAÏVE BAYESIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DIAGNOSIS PENYAKIT TROPIS MENGGUNAKAN ALGORITMA NAÏVE BAYESIAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DIAGNOSIS PENYAKIT TROPIS

MENGGUNAKAN ALGORITMA NAÏVE BAYESIAN

Rika Rosnellydan Agus Hardjoko

STMIK Potensi Utama Universitas Gadjah Mada

[email protected] dan [email protected] ABSTRACT

Diagnosing tropical diseases which are conducted by a doctor in determining suitable medical treatment for patients must be done carefully and accurately. Wrong diagnosis and medical treatments can cause fatal effect and endanger patient’s life. In fact, the diagnosis and medical treatment on certain diseases might need the expertise of medical specialists. The problems faced nowadays are the unbalanced deployment of medical specialists in remote areas in which in those areas the medical practitioners available are only mantri, midwife, or general practice doctor who have little experience and skills in handling certain and specific diseases. Therefore, it will cause less optimal care and treatment for patients. This paper is intended to design the information system of the tropical diseases diagnosis such as malaria, typoid fever, and dengue fever using Naïve Bayesian algorithm and Visual Basic 6.0 application in order to ease the determination of the type of disease by inputting the symptoms the user has.

Keywords: Tropical Diseases, Naïve Bayesian, Visual Basic 6.0 Application.

1.

Pendahuluan

Menurut Robert A. Leitch sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial, dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Perancangan sistem informasi merupakan pengembangan sistem baru dari sistem lama yang ada, dimana masalah-masalah yang terjadi pada sistem lama diharapkan sudah teratasi pada sistem yang baru.

Makalah ini mendeskripsikan rancangan sistem informasi yang dapat digunakan untuk mendiagnosa penyakit tropis yaitu penyakit malaria, demam typoid, dan demam berdarah dengan metode Naïve Bayesian. Penyakit malaria, demam typoid, dan demam berdarah merupakan beberapa penyakit yang harus diwaspadai dan memiliki gejala yang hampir sama. Makalah ini bertujuan untuk membangun sistem informasi diagnosis penyakit malaria, demam typoid, dan demam berdarah sehingga dapat memudahkan dalam menentukan jenis penyakit dengan cara memasukkan beberapa gejala yang dialami oleh user. Permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana cara merancang sistem informasi untuk diagnosis penyakit malaria, demam typoid, dan demam berdarah dengan menggunakan algoritma Naïve Bayesian dan aplikasi Visual Basic 6.0.

2.

Dasar Teori

2.1 Defenisi Perancangan Sistem

Perancangan sistem dapat diartikan sebagai berikut ini:

1. Tahap setelah analisis dari siklus pengembangan sistem 2. Pendefinisian dari kebutuhan-kebutuhan fungsional 3. Persiapan untuk rancang bangun implementasi 4. Menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk

5. Penggambaran, perencanaan, dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesalahan yang utuh dan berfungsi

6. Termasuk menyangkut mengkonfigurasikan dari komponen-komponen perangkat lunak dan perangkat keras dari suatu sistem

2.2 Penyakit Malaria

Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh sporozoa dari genus Plasmodium, yang secara klinis ditandai dengan serangan paroksismal dan periodik, disertai anemia, pembesaran limpa, dan kadang-kadang dengan komplikasi pernisiosa seperti ikterik, diare, black water fever, acute tubular necrosis, dan malaria cerebral[4].

Penduduk yang terancam malaria pada umumnya adalah penduduk yang bertempat tinggal di daerah endemis malaria tinggi dan daerah endemis malaria sedang, yang diperkirakan ada sekitar 15 juta orang. Proses terjadinya penularan malaria di suatu daerah meliputi tiga faktor utama[1]:

a. adanya penderita baik dengan adanya gejala klinis ataupun tanpa gejala klinis b. adanya nyamuk atau vektor

(2)

Malaria sebagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium mempunyai gejala utama demam. Diduga terjadinya demam berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit/skizon). Gambaran karakteristik malaria ialah demam periodik, anemia dan splenomegali. Berat-ringan manifestasi malaria bergantung pada jenis plasmodium yang menyebabkan infeksi[2].

2.3 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan syok dan kematian. Infeksi virus dengue dapat memperlihatkan spectrum klinis bervariasi dari derajat paling ringan sampai berat. Infeksi dengue yang paling ringan adalah demam tanpa penyebab yang jelas (undifferentiated febrile illness), diikuti dengan demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD) dan sindrom syok dengue (SSD)[5].

2.4 Penyakit Demam Typoid (Typhoid Fever)

Demam typoid masih merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, bersifat endemis, dan masih merupakan problema kesehatan masyarakat pada negara-negara sedang berkembang di dunia, termasuk Indonesia. Data secara epidemiologi setiap tahun diperoleh dari beberapa negara yang mencatat hasil laporannya dari diagnosis klinik atau isolat laboratorium, karena data yang benar-benar dapat menggambarkan insiden penyakit ini di masyarakat sukar didapatkan. Hal ini disebabkan karena gambaran klinik penyakit demam typoid menyerupai penyakit infeksi lainnya dan juga konfirmasi laboratorik tidak selalu dapat dikerjakan pada semua daerah[3].

2.5 Algoritma Naïve Bayesian

Dasar dari algoritma Naive Bayesian yang dipakai dalam pemrograman adalah rumus Bayes[6][7]:

P (Hk|E) = (P(E| Hk) * P(Hk) (1)

(P(Ej| Hk) ∩ P((Ei| Hk) (2) (P(Ei| Hk)

(P(Ei| Hk) = ∑ P(Ei |Hk)

Hasil: max (P (Hk|E)

Dimana :

P(HkIE) : probabilitas hipotesis penyakit jika diberikan evidence

P(EIHk) : probabilitas munculnya evidence jika diketahui Hipotesis penyakit

P(EjIHk) : probabilitas munculnya evidence gejala yang di-input-kan user jika diketahui hipotesis penyakit

P(Ei| Hk) : probabilitas munculnya evidence semua gejala yang berhubungan dengan penyakit jika diketahui hipotesis penyakit

P(Hk) : probabilitas hipotesis penyakit tanpa memandang evidence apapun

3.

Perancangan

3.1 Deskripsi Data

Gejala-gejala yang menimbulkan penyakit malaria, demam berdarah, dan demam typoid dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Gejala-gejala dari Penyakit Malaria, Demam Berdarah, dan Demam Typoid

Nama

Penyakit Nama Gejala

Nilai dari Dokter (nilai diisi antara

0 dan 1) Malaria 1 Demam Model 1 (Menggigil, demam > 38oC secara periodik dan berkeringat) 0.8

2 Tinggal di daerah endemis 0.8

3 Muka Pucat 0.8

4 Splenomegali 0.7

5 Hepatomegali 0.7

6 Anemia 0.7

7 Kencing Berwarna Hitam 0.6

8 Komplikasi ke ginjal dan paru-paru 0.5

9 Dijumpai parasit malaria di dalam darah tepi 1

10 Mual dan muntah 0.5

n i = 1

(3)

Nama

Penyakit Nama Gejala

Nilai dari Dokter (nilai diisi antara

0 dan 1) Demam

Berdarah (DHF)

1 Demam Model 2 (demam > 38,5oC timbul secara tiba-tiba, bersifat bifasik, demam maksimum 7 hari)

0.7

2 Mimisan 0.7

3 Pendarahan Gusi 0.6

4 Bercak merah di badan 0.7

5 Muntah darah 0.5

6 Buang air besar warna hitam 0.5

7 Shock 0.5

8 Anti DHF-IgG: Positive

Anti DHF-IgM: Positive (diperiksa hari ke 5 setelah demam)

0.9

9 Splenomegali 0.6

10 Hepatomegali 0.6

11 Mual dan Muntah 0.5

Demam Typoid (Tifus)

1 Demam Model 3 (demam > 38oC lebih dari 1 minggu, demam timbul secara perlahan dan naik secara bertangga)

0.7

2 Mual dan muntah 0.6

3 Gastrointestinal (mencret dan susah buang air besar) 0.6

4 Lidah Kotor, Pinggir Lidah lebih merah dan Tremor (bergetar) 0.7

5 Relatif Bradikardia (Denyut Nadi Bertambah) 0.7

6 Hepatomegali 0.5

7 Tes Widal: + 0.8

Sumber: Range Penilaian Quesioner Dari Beberapa Dokter 3.2 Penyusunan Basis Pengetahuan

Basis pengetahuan ini berisikan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh sistem. Sedangkan untuk menganalisa faktor-faktor yang dimasukkan pengguna sampai ditemukan suatu kesimpulan, basis pengetahuan yang diperlukan sistem terdiri dari gejala penyakit dan jenis penyakit. Data yang menjadi input sistem adalah data gejala yang didapat dari pemeriksaan yang dilakukan oleh paramedis. Data tersebut digunakan oleh sistem untuk menentukan jenis penyakit yang diderita pasien. Pembentukan aturan gejala penyakit ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Aturan Gejala Penyakit

No Aturan

1 If Demam1 and endemis and muntah or pucat then sus. Malaria 2 If Demam1 and endemis and muntah or splenomegali then sus. Malaria 3 If Demam1 and endemis and muntah or hepatomegali then sus. Malaria 4 If sus. Malaria and parasit malaria then Malaria

5 If Demam2 and bercak merah and muntah or mimisan then sus. Demam berdarah 6 If Demam2 and bercak merah and muntah or gusi berdarah then sus. Demam berdarah 7 If Demam2 and bercak merah and muntah or splenomegali then sus. Demam berdarah 8 If Demam2 and bercak merah and muntah or splenomegali then sus. Demam berdarah 9 If Demam2 and bercak merah and muntah or hepatomegali then sus. Demam berdarah

10 If sus. Demam berdarah and Anti DHF-IgG positive and Anti DHF-IgM positive then Demam berdarah 11 If Demam3 and muntah and hepatomegali and mencret or susah buang air besar then sus Demam

Typoid

12 If Demam3 and muntah and hepatomegali and mencret or lidah kotor then sus Demam Typoid 13 If sus. Demam Typoid and tes widal positive then Demam Typoid

14 If Menggigil and demam > 38oC secara periodik and berkeringat then Demam1 15 Dan aturan lainnya

3.3 Perancangan Proses

Pada perancangan sistem ini akan dibuat diagram arus data yang meliputi diagram konteks atau sering disebut juga Diagram Arus Data (DAD) Level 0 dan Diagram Arus Data Level 1, Diagram Arus Data Level 2, dan Diagram Arus Data Level 3.

(4)

3.3.1 DAD level 1

Diagram Arus Data (DAD) Level 1 perancangan sistem informasi diagnosis penyakit malaria, demam typoid, dan demam berdarah adalah seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. DAD Level 1 3.3.2 Entity Relationship Diagram (ERD) untuk Penyimpanan Knowledge

Data-data pengetahuan disimpan dalam sebuah database. ERD perancangan sistem informasi diagnosis penyakit malaria, demam typoid, dan demam berdarah adalah seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Entity Relationship Diagram (ERD) 3.3.3 Struktur Tabel

Struktur tabel dari perancangan sistem informasi diagnosis penyakit malaria, demam typoid, dan demam berdarah adalah seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Tabel Gejala

Field Type Panjang Keterangan

Idgejala AutoNumber Long Integer Sebagai primary key dari tabel gejala

Namagejala Text 50

Ket Text 255

Posgejala Number Integer

Pakar 1 manipulasi master gejala 2 manipulasi master penyakit manipulasi rule konsultasi login 3 4 5 gejala penyakit, nilai bayes penyakit

rule, nilai gejala rule username, pasword konfirmasi logi n Gejala Penyakit Rule Detailrule User gejala user suspect penyakit data Gejala data Gejala data Penyakit data Rule data Detailrule Gejala Penyakit memiliki Namagejala Posgejala Idgejala Ket Namapenyakit Idpenyakit Ket m 1 Rule memiliki 1 m Nilai Idgejala Idrule Idpenyaki totnilai Detailrule Idgejala Idrule Nilai m memiliki 1 memiliki 1 m

(5)

Tabel 4. Tabel Penyakit

Field Type Panjang Keterangan

Idpenyakit AutoNumber Long Integer Sebagai primary key dari tabel penyakit

Field Type Panjang Keterangan

Namapenyakit Text 50

Ket Text 50

Nilai Number Single

Tabel 5. Tabel Rule

Field Type Panjang Keterangan

Idrule AutoNumber Long Integer Sebagai primary key dari tabel rule

Idgejala Number Long Integer

Idpenyakit Number Long Integer

Totnilai Number Single

Tabel 6. Tabel Detailrule

Field Type Panjang Keterangan

Idrule Number Long Integer

Idgejala Number Long Integer

Nilai Number Single

4.

Pengujian Kebenaran

Pengujian kebenaran sistem ini dilakukan dengan perhitungan untuk mengetahui hasil akhir. Untuk hasil akhir harus mengetahui nilai dari beberapa gejala yang dirasakan oleh pasien dan nilai dari kemungkinan penyakit yang dialami pasien. Nilai dari beberapa gejala dan nilai dari kemungkinan penyakit yang dialami pasien didapat dari dokter. Adapun kemungkinan mengalami penyakit malaria dengan nilai = 0.2, kemungkinan mengalami penyakit demam berdarah dengan nilai = 0.1 dan kemungkinan mengalami penyakit demam typoid dengan nilai = 0.3.

Implementasi Diagnosis Penyakit Malaria, Demam Typoid, dan Demam Berdarah dengan Metode Algoritma Naïve Bayesian

Implementasi Diagnosis Penyakit Malaria, Demam Typoid, dan Demam Berdarah dengan metode algoritma Naïve Bayesian dilakukan menggunakan bahasa pemgrograman Visual Basic 6.0. Implementasi dilakukan pada satu tampilan

user interface seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-6.

(6)

Gambar 4. Form Master Penyakit

Gambar 5. Form Master Rule

Gambar 6. Form Konsultasi User

5.

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan pada makalah ini, algoritma Naïve Bayesian mampu menghasilkan suatu jenis penyakit berdasarkan gejala-gejala yang dialami pasien. Dari algoritma Naïve Bayesian seperti di atas maka dicari nilai maksimum dari ketiga jenis penyakit. Selanjutnya sistem secara otomatis menampilkan jenis penyakit yang mempunyai nilai probabilitas terbesar. Secara sederhana dapat dikatakan algoritma Naïve Bayesian mampu mendiagnosa penyakit malaria atau demam berdarah atau demam typoid. Implementasi sistem dengan metode algoritma Naïve Bayesian mampu mendiagnosa penyakit tropis yaitu malaria atau demam berdarah atau demam typoid.

Daftar Pustaka

[1] Friaraiyatini, dkk. (2006). Pengaruh Lingkungan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Malaria di Kab.

Barito Selatan Propinsi Kalimantan Tengah, Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 2 No. 2.

[2] Harijanto P.N, dkk. (2008). Malaria dari Molekuler ke Klinis, Buku Kedokteran.

[3] Muliawan Sylvia W & Surjawidjaja Julius E. (1999). Tinjauan Peranan Uji Widal sebagai Alat Diagnostik

Penyakit Demam Typoid di Rumah Sakit, Cermin Dunia Kedokteran, No.124, 14.

[4] Munthe, Celestinus Eigya (2001). Malaria Selebral, Cermin dunia Kedokteran No. 131, 5.

[5] Muslim Azhari (2004). Faktor Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Infeksi Virus Dengue, Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol.3 No.1 , 8.

[6] Nir Friedman, Dan Geiger, and Moises Goldszmidt. (1997). Bayesian Network Classifiers, Machine Learning, 29, 131-163.

Gambar

Tabel 1. Gejala-gejala dari Penyakit Malaria, Demam Berdarah, dan Demam Typoid  Nama
Tabel 2. Aturan Gejala Penyakit
Diagram Arus Data (DAD) Level 1 perancangan sistem informasi diagnosis penyakit malaria, demam typoid, dan demam  berdarah adalah seperti pada Gambar 1
Tabel 4. Tabel Penyakit
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan SMM dalam produksi benih diterjemahkan dalam bentuk prosedur, instruksi kerja dan form untuk merekam setiap proses produksi mulai dari pemilihan lokasi dan waktu

Lakukan langkah Melihat detail topic / list pertanyaan (Forum) yang sudah dijelaskan sebelumnya2. Pada topik yang sudah dipilih, pada bagian kanan topik terdapat tombol “Tambah

JUDUL : CEGAH ANTRAKS, SULTAN LARANG JUAL-BELI TERNAK. MEDIA

Meskipun masyarakat Bali pada umumnya sangat patuh pada pesan leluhur dan/atau takut terkutuk oleh ħCRCVJC yang terdapat dalam prasasti, akan tetapi yang memprihatinkan adalah

Berdasarkan hasil analisis Laboratorium Kimia, Biologi dan Kesuburan Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian, bahwa tanah yang digunakan dalam penelitian ini

Apakah terdapat interaksi dari inokulasi ganda FMA dengan Rhizobakteri terhadap sifat fisik tanah yang berupa stabilitas agregat, bobot isi, ruang pori total dan kadar

Faktor-Faktor Internal Yang Mempengaruhi Mahasiswa Pendidikan Teknologi Agroindustri dalam Pemilihan Karir.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Variasi penambahan sabut kelapa pada beton normal untuk mengetahui nilai kuat tekan ,kuat tarik dan nilai absorsi yang lebih baik serta diharapkan dapat meningkatkan kualitas