• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERWUJUDNYA NGAWI SEJAHTERA DAN BERAKHLAK DENGAN BERBASIS PEMBANGUNAN PEDESAAN BAB V VISI MISI TUJUAN SASARAN DAN INDIKATOR KINERJA PEMERINTAH DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TERWUJUDNYA NGAWI SEJAHTERA DAN BERAKHLAK DENGAN BERBASIS PEMBANGUNAN PEDESAAN BAB V VISI MISI TUJUAN SASARAN DAN INDIKATOR KINERJA PEMERINTAH DAERAH"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

VISI MISI TUJUAN SASARAN DAN INDIKATOR KINERJA PEMERINTAH DAERAH

V.1 Visi

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di Kabupaten Ngawi serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka visi yang di canangkan pada tahun 2010-2015 adalah :

“ TERWUJUDNYA NGAWI SEJAHTERA DAN BERAKHLAK

DENGAN BERBASIS PEMBANGUNAN PEDESAAN “

Penjabaran makna dari visi tersebut adalah sebagai berikut : Terwujudnya : suatu kondisi akhir yang diinginkan

Ngawi : satu kesatuan wilayah dan masyarakat dengan segala potensi dalam sistem Pemerintahan Kabupaten Ngawi.

Sejahtera : kondisi masyarakat Kabupaten Ngawi yang mampu memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani dengan kemandirian ekonomi secara layak dan berdaya saing.

Berakhlak : mewujudkan masyarakat Kabupaten Ngawi yang dijiwai oleh penghayatan nilai-nilai agama, budi pekerti luhur dan berbudaya dengan indikator kesalehan sosial dalam suasana kondusif dan nyaman

Berbasis Pembangunan Pedesaan : subyek utama pembangunan dan pemberdayaan berada di pedesaan dibarengi dengan pertumbuhan dan pemerataan di seluruh wilayah Kabupaten Ngawi

V.2 Misi

Misi adalah rumusan umum tentang upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi dengan mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan tantangan kedepan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki.

Misi berfungsi sebagai pemersatu gerak, langkah dan tindakan nyata bagi segenap komponen penyelenggara pemerintahan tanpa mengabaikan mandat yang diberikannya.

(2)

Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan maka Pemerintah Kabupaten Ngawi merumuskan misi sebagai berikut:

1. Menanggulangi kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan;

2. Meningkatkan pelayanan dasar bidang pendidikan dan kesehatan yang berkualitas serta berdaya saing;

3. Mengembangkan iklim usaha dan ekonomi kerakyatan berbasis agraris;

4. Pembaharuan tata kelola pemerintahan daerah dan desa serta pelayanan publik yang baik, bersih dan akuntabel;

5. Meningkatkan kualitas infrastruktur sesuai dengan daya dukung lingkungan dan fungsi ruang;

6. Meningkatkan budaya yang berlandaskan kearifan dan keagamaan dalam suasana yang kondusif.

V.3 Tujuan

Untuk menjalankan Misi Pemerintah Kabupaten Ngawi, perlu ditetapkan keinginan-keinginan apa yang akan diwujudkan dalam kurun lima tahun kedepan sebagai bentuk komitmen pembangunan daerah yang dilakukan oleh Pemberintah Kabupaten Ngawi. Keinginan-keinginan tersebut ditetapkan dalam rumusan tujuan pembangunan daerah (goal) yang digunakan untuk memberikan arah terhadap program pembangunan kabupaten secara umum.

Untuk melaksanakan Misi ke- 1 Menanggulangi Kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan ditetapkan tujuan :

V.3.1 Terwujudnya Kesejahteraan masyarakat. Tujuan ini dimaksudkan untuk

meningkatkan taraf hidup Keluarga Miskin melalui pertumbuhan ekonomi, pemberdayaan Keluarga miskin, peningkatan partisipasi masyarakat, peningkatan akses terhadap pelayanan dasar dan peningkatan akses pasar. Capaian kinerja penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Ngawi dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2008 menunjukkan adanya penurunan jumlah Rumah Tangga Miskin dari 90.895 di Tahun 2005 menurun menjadi 90.118 RTM yang berarti ada penurunan 0,85 Persen sedangkan data selengkapnya sebagaimana tabel berikut ini:

(3)

Tabel 5.1

Jumlah Rumah Tangga Miskin kabupaten Ngawi

Tahun Jumlah RTM

2005 90.895

2008 90.118

Untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan ini diukur dengan indikator sebagai berikut : Target No. Indikato Kinerja Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 a. Pemenuhan dan kebutuhan hak dasar % 73 78 83 88 93 98 b. Persentase Maskin % 29.49 25.59 21.70 17.80 13.90 10 c. IPM 69.33 70.05 70.78 71.51 72.23 72.96

Untuk melaksanakan Misi ke- 2 Meningkatkan pelayanan dasar bidang pendidikan dan kesehatan yang berkualitas serta berdaya saing; ditetapkan tujuan :

V.3.2 Terwujudnya mutu pendidikan yang berkualitas pada semua jenis dan jenjang

pendidikan, tujuan ini dimaksudkan agar pelaksanaan Pendidikan di semua jenis dan jenjang pendidikan dapat merata, dan memberikan perluasan kesempatan belajar dengan lulusan yang sesuai Standar serta mewujudkan pelayanan pendidikan yang murah dan bermutu untuk semua, tanpa diskriminasi terutama masyarakat miskin. Capaian kinerja pembangunan pendidikan di Kabupaten Ngawi dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2009 menunjukkan adanya peningkatan pelayanan dan kesempatan belajar pada semua jenis jenjang pendidikan selengkapnya dapat dilihat pada table 5.2 dibawah ini :

(4)

No Indikator kinerja Satuan

(%) Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

a. Angka Kelulusan (AL) SD/MI

% 96.55 99.96 99.78 99.87 99.85

b. Angka Kelulusan (AL) SMP/ MTs

% 97.61 99.97 99.90 99.29 99.32

c. Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA % 96.88 99.93 95.09 94.22 98.30 Target No Indikator Kinerja Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 a. Angka Pendidikan yg di tamatkan 3,65 3,5 3 2,5 2 1,5 b. Tingkat Kelulusan % 99 99,7 99,8 99,9 100 100 Tabel 5.2

Capaian Indikator Pendidikan tahun 2005–2009

Pada periode 2010 – 2015 Pemerintah Kabupaten Ngawi mempunyai komitmen kuat untuk mewujudkan mutu pendidikan yang berkualitas pada semua jenis dan jenjang pendidikan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan pendidikan di daerah. Untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan ini diukur dengan indikator sebagai berikut :

V.3.3 Terwujudnya akses pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui

Puskesmas dan jaringannya. Tujuan ini dimaksudkan untuk memberikan fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas, dan peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan untuk peningkatan produktifitas sumber daya manusia, serta dalam rangka upaya memenuhi salah satu hak dasar masyarakat, yaitu hak memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan yang murah dan berkualitas.

(5)

Tabel 5.3

Capaian Rasio Pukesmas, Poliklinik dan Pustu Realisasi

No. Indikator Satuan

2005 2006 2007 2008 2009

a. Rasio Posyandu per satua balita jiwa 1.141 : 47.888 1.148 : 53.921 1.160 : 61.838 1.166 : 11.924 1.166 : 1.168 b. Rasio puskesmas,

poliklinik, pustu per satuan penduduk jiwa 264 264 255 200 154 c. Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) % 69,12 74,65 68 26,27 95

Capaian kinerja pembangunan Kesehatan di Kabupaten Ngawi dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2009 menunjukkan adanya peningkatan pelayanan kesehatan selengkapnya dapat dilihat dibawah ini :

Untuk mewujudkan akses pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan jaringannya dapat dicapai apabila Pembangunan. Kesehatan juga harus dipandang sebagai suatu investasi dalam kaitannya mendukung peningkatan kualitas Sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Upaya kesehatan harus dilakukan sejak dini dan berkesinambungan. Pemberian gizi yang cukup serta perilaku sehat sangat penting bagi kesehatan dan pertumbuhan balita. Anak yang sehat akan lebih berkonsentrasi dalam belajar, pekerja yang sehat akan lebih produktif dalam pekerjaannya, serta ibu-ibu yang sehat akan melahirkan anak-anak yang sehat pula, dan kematian bayi pun dapat ditekan.

Tingkat kesehatan juga dipengaruhi tingkat pendapatan, karena pendapatan akan mempengaruhi tingkat konsumsi, dan tigkat konsumsi berkaitan dengan kesehatan. Karena itu peningkatan aksesibilitas pelayanan kesehatan yang murah dan berkualitas menjadi sangat relevan bagi masyarakat miskin. Taraf kesehatan masyarakat juga dipengaruhi kondisi lingkungan perumahan dan sanitasi yang layak dan sehat, serta ketersediaan air bersih.

(6)

No. Indikator satuan Target 2010 2011 2012 2013 2014 2015 a. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk jiwa 154 145 110 95 36 36 b. Angka Usia Harapan Hidup (AHP) tahun 65 66 67 68 69 70

Untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan ini diukur dengan indikator sebagai berikut :

Untuk melaksanakan Misi ke- 3 Mengembangkan iklim usaha dan ekonomi kerakyatan

berbasis agraris ditetapkan tujuan :

V.3.4 Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Tujuan ini dimaksudkan

menciptakan kondisi perekonomian yang lebih baik dan meningkat. Meningkatnya perekonomian daerah akan mendorong stabilitas perekonomian daerah. Ketidakstabilan perekonomian daerah akan menyebabkan ekonomi biaya tinggi yang pada akhirnya akan memberikan efek terhadap tingginya pengangguran dan kemampuan daya beli masyarakat.

Tantangan terbesar Pemerintah Kabupaten Ngawi ke depan adalah terciptanya kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang diikuti dengan pemerataan pendapatan di masyarakat.

Pertumbungan ekonomi tersebut dapat dicapai apabila perputaran roda ekonomi berjalan dengan baik yang didukung oleh langkah dan tindakan pemerintah daerah dengan melakukan regulasi diberbagai bidang yang dapat menghilangkan hambatan investasi serta dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya kegiatan ekonomi yang berbasis usaha kecil dan menengah masyarakat.

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi, pemerintah daerah mempunyai peranan yang semakin penting dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang dinamis.

(7)

Selama satu dasawarsa terakhir telah berlangsung upaya penyelarasan desentralisasi yang merupakan sebagai salah satu tantangan utama bagi pemerintah daerah dan pemda harus menghadapi situasi yang rentan dan berusaha mencapai keseimbangan antara kepentingan jangka pendek dan kesinambungan jangka panjang wilayahnya ketika melaksanakan otoritas melalui desentralisasi.

Konsep otonomi daerah menghendaki perda dan pelaksanaannya menciptakan percepatan pertumbuhan ekonomi yang dinamis guna menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi kemiskinan.

Tabel 5.4

Laju Pertumbuhan PDRB Sektoral Kabupaten Ngawi Tahun 2004 – 2008 (Persen) LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1. Pertanian 4.24 2.98 3.93 4.67 5.52 5.10 2. Pertambangan & Penggalian -0.24 3.37 3.89 7.21 5.47 4.28 3. Industri Pengolahan 4.10 2.95 4.04 4.80 6.75 6.29 4. Listrik, Gas & Air Bersih 1.55 5.67 5.35 6.67 9.14 11.28 5. Konstruksi 3.76 6.55 5.26 5.74 3.32 5.33 6. Perdagangan, Hotel &

Restoran 5.25 6.02 7.08 6.95 6.40 6.87

7. Angkutan & Komunikasi 5.06 3.90 6.13 5.82 6.10 6.97 8. Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 5.41 5.57 5.79 3.51 4.41 3.96

9. Jasa-jasa 2.97 5.77 5.18 3.52 3.99 4.53

P D R B 4.35 4.53 5.21 5.16 5.52 5.65

Sumber : BPS Kabupaten Ngawi

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi merangkak naik dari 4,35 persen tahun 2004 menjadi 5,52 persen pada tahun 2008. Bila pada tahun sebelumnya terjadi sedikit perlambatan pertumbuhan, pada tahun 2008 ekonomi Kabupaten Ngawi kembali mengalami pertumbuhan.

Dalam 5 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi selalu di bawah pertumbuhan Propinsi Jawa Timur. Hal ini bisa dimengerti karena perekonomian Jawa Timur didominasi sektor industri sedangkan perekonomian Kabupaten Ngawi didominasi sektor pertanian, dimana pada umumnya pertumbuhan sektor industri akan lebih cepat dibandingkan sektor pertanian.

(8)

Pertumbuhan ekonomi sektoral pada tahun 2008 menunjukkan tingkat yang bervariasi, seperti tahun-tahun sebelumnya yaitu pertanian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, pengangkutan, keuangan dan jasa-jasa.

Sedangkan sektor yang mengalami perlambatan yaitu pertambangan, kontruksi dan perdagangan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor listrik, gas dan air bersih 9,14 persen yang didorong oleh tingginya pertumbuhan subsektor listrik.

Pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun. Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah.

Tabel 5.5

PDRB per Kapita dan Pendapatan Regional per Kapita Kabupaten Ngawi Tahun 2004 – 2008

Tahun PDRB

Per Kapita

Pendapatan Regional per Kapita 2004 3.763.627,67 3.658.246,09 2005 4.389.458,28 4.266.553,45 2006 5.064.009,90 4.922.217,62 2007 5.712.943,11 5.552.980,71 2008 6.514.764,01 6.332.350,61 2009 7.236.141,77 7.033.529,80

Sumber : BPS Kabupaten Ngawi

PDRB per kapita dan Pendapatan regional perkapita Kabupaten Ngawi tahun 2008 masing-masing Rp. 6.514.764,01 dan Rp. 6.332.350,61. Dari tabel di atas terlihat bahwa pendapatan regional per kapita lebih rendah daripada PDRB per Kapita karena sudah dihilangkan faktor bruto yang meliputi penyusutan pajak tidak langsung neto.

Berangkat dari kondisi tersebut Pemerintah Kabupaten Ngawi bersama-sama dengan elemen masyarkat berkomitmen mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan dinamis.

(9)

Untuk melaksanakan Misi ke- 4 Pembaharuan tata kelola pemerintahan daerah dan desa serta pelayanan publik yang baik, bersih dan akuntabel, ditetapkan tujuan :

V.3.5 Terwujudnya tata kelola kepemerintahan daerah yang baik, bersih dan akuntabel

Tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) sering diartikan dengan terpenuhinya prinsip-prinsip, partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi hukum, transparansi, kepedulian kepada stakeholders, berorientasi pada konsensus, kesetaraan, efektivitas dan efisiensi, akuntabilitas, dan visi strategis.

Ada beberapa karakteristik dan nilai yang melekat dalam praktik good governance. Pertama, memberi ruang kepada aktor lembaga non-pemerintah untuk berperan serta secara optimal dalam kegiatan pemerintahan, sehingga memungkinkan adanya sinergi antara aktor/lembaga pemerintah dan non-pemerintah, yakni masyarakat sipil dan mekanisme pasar. Kedua, nilai-nilai efisiensi, keadilan, responsivitas yang melekat pada praktik good governance membuat pemerintah dapat lebih efektif bekerja mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dan ketiga, praktik pemerintahan yang bersih dan bebas dari praktik KKN, serta berorientasi pada kepentingan publik. Karena itu, praktik good governance harus mampu mewujudkan transparansi, penegakan hukum, dan akuntabilitas publik.

Terwujudnya akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan secara baik dan benar memerlukan adanya pengawasan, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Pengawasan merupakan proses kegiatan untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai rencana, kebijakan, instruksi dan ketentuan yang telah ditetapkan dan berlaku.

Untuk menilai keberhasilan tujuan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan dinamis tersebut diukur dengan indikator sebagai berikut :

Target No Indikator Kinerja Satuan

2010 2011 2012 2013 2014 2015 a. Pertumbuhan Ekonomi % 5.93 6.21 6.49 6.76 7.04 7.32 b. Pendapatan Perkapita Rupiah 7.658.300,81 8.273.585,39 8.920.939,91 9.568.294,43 10.215.648,94 10.863.003,46 c. Tingkat Pengangguran Terbuka % 3.98 3.47 2.96 2.45 1.94 1.43

(10)

Agar dapat secara efektif mencapai tujuannya, pengawasan tidak dilakukan hanya pada saat akhir proses manajemen saja melainkan berada pada setiap tingkat atau tahapan proses manajemen. Dengan demikian, pengawasan akan memberikan nilai tambah bagi peningkatan kinerja instansi pemerintahan.

Untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan ini diukur dengan indikator sebagai berikut : Target No Indikator Kinerja Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 a. Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat 72 73,5 75 76,5 78 80

Untuk melaksanakan Misi ke- 5 Meningkatkan kualitas infrastruktur sesuai dengan daya

dukung lingkungan dan fungsi ruang ditetapkan 2 tujuan :

V.3.6 Terwujudnya infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengembangan wilayah.

Penyediaan infrastruktur yang memadai sangat penting dalam mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya masyarakat terutama sebagai modal dasar dalam memfasilitasi interaksi dan komunikasi di antara kelompok masyarakat, serta mengikat dan menghubungkan antarwilayah. Pengembangan sarana dan prasarana wilayah seperti jalan, jembatan, prasarana dan sarana dasar permukiman yang merupakan modal esensial masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sosial-ekonominya. Pengembangan sarana dan prasarana sumber daya air ditujukan untuk mendukung pertanian dan penyediaan air untuk berbagai keperluan masyarakat, seperti air minum, pembangkit tenaga listrik dan pengendalian banjir yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, diperlukan pula pengembangan sarana dan prasarana komunikasi dan informatika yang ditujukan untuk menjamin kelancaran arus informasi baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan, perekonomian, maupun sosial.

Sarana dan prasarana memiliki peran penting dalam mendukung daya saing ekonomi terutama dalam penyediaan jaringan distribusi, sumber energi, dan input produksi lainnya.

(11)

Jaringan transportasi serta jaringan komunikasi dan informatika merupakan fasilitas yang menghubungkan sumber-sumber produksi, pasar dan para konsumen, yang secara sosial juga merupakan bagian dari ruang publik yang dapat digunakan untuk melakukan sosialisasi antarkelompok masyarakat guna mengartikulasikan diri dan membangun ikatan sosial-budaya.

Fungsi sarana dan prasarana sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi ditunjukkan pada peran transportasi yang dapat memungkinkan orang, barang, dan jasa diangkut dari satu tempat ke tempat lain, serta peran jaringan komunikasi dan informatika yang memungkinkan pertukaran informasi secara cepat (real time) menembus batas ruang dan waktu. Peranannya sangat penting, baik dalam proses produksi maupun dalam menunjang distribusi komoditi ekonomi.

Telekomunikasi, listrik, dan airpun merupakan elemen sangat penting dalam proses produksi dari sektor-sektor ekonomi, seperti perdagangan, industri, dan pertanian.

Untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan ini diukur dengan indikator sebagai berikut : Target No Indikator Kinerja Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 a. Ketersediaan infrastruktur wilayah yang memadai % 55 60 65 69 74 79,97

V.3.7 Terwujudnya sinkronisasi pengembangan wilayah, konservasi sumber daya alam dan

lingkungan hidup.

Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, secara alamiah akan membawa dampak pada pemenuhan kebutuhan akan ketersediaan lahan, ketersediaan infrastruktur dan ketersediaan utilitas. Sementara ketersediaan sumber daya alam bersifat statis dan tetap bahkan perlu adanya upaya konservasi.

Terjadinya bencana akhir-akhir ini seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kemacetan dal lain-lain banyak disebabkan oleh kemampuan daya dukung dan daya tampung lahan tidak terpenuhi

Untuk menjamin sinkronisasi antara pemenuhan kebutuhan akibat pertambahan penduduk dengan ketersediaan sumber daya alam yang statis, maka diperlukan perencanaan wilayah yang mengakomodasikan antara daya dukung lahan dan daya tampungnya.

(12)

Menempatkan ketersediaan sumber daya alam dan lingkungan hidup sebagai orientasi pembangunan berkelanjutan merupakan keinginan pembangunan wilayah.

Untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan ini diukur dengan indikator sebagai berikut : Target No Indikator Kinerja Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 a. Kepatuhan terhadap perda tata ruang % 50 60 70 80 90 100 b. Penurunan Lahan Kritis ha 20.102,69 19.302,69 16.802,69 12.102, 69 9.602,69 8.802,69

Untuk melaksanakan Misi ke- 6, Meningkatkan budaya yang berlandaskan kearifan dan keagamaan dalam suasana yang kondusif, ditetapkan 2 tujuan :

V.3.8 Terwujudnya seni dan budaya khas Ngawi yang dikenal masyarakat luas.

Pelestarian dan pengembangan seni dan budaya daerah yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur diarahkan untuk: (1) mendorong terciptanya wadah yang terbuka dan demokratis bagi pelestarian dan pengembangan seni dan budaya daerah; (2) meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap seni budaya dan produk-produk daerah; (3) revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal sebagai salah satu dasar pengembangan etika pergaulan sosial untuk memperkuat identitas daerah; serta (4) memperkokoh ketahanan budaya daerah sehingga mampu menangkal penetrasi budaya asing yang bernilai negatif, dan memfasilitasi proses adopsi dan adaptasi budaya asing yang bernilai positif dan produktif.

Untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan ini diukur dengan indikator sebagai berikut : Target No Indikator Kinerja Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 a. Jumlah seni dan budaya asli Ngawi yang dikenal di tingkat nasional 1 1 1 1 1 1

(13)

V.3.9 Terwujudnya Kabupaten Ngawi yang kondusif, aman dan damai.

Keamanan dan ketertiban merupakan prasyarat mutlak bagi kenyamanan hidup penduduk, sekaligus menjadi landasan utama bagi pembangunan ekonomi.

Terwujudnya Kabupaten Ngawi yang aman dan damai dapat dicapai dengan meningkatkan peran serta masyarakat dan meningkatkan profesionalisme institusi yang terkait dengan masalah keamanan dalam menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, di mana gangguan keamanan dan ketertiban, serta tindak kriminal dapat dikendalikan pada tingkat yang serendah-rendahnya.

Untuk mewujudkan suasana yang kondusif, Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi juga harus mampu menciptakan suasana kehidupan intra dan antar umat yang saling menghormati dalam rangka menciptakan suasana yang aman dan damai serta menyelesaikan dan mencegah konflik antar umat beragama serta meningkatkan kualitas pelayanan kehidupan beragama bagi seluruh lapisan masyarakat agar dapat memperoleh hak-hak dasar dalam memeluk agamanya masing-masing dan beribadah sesuai agama dan kepercayaannya.

Untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan ini diukur dengan indikator sebagai berikut : Target No Indikator Kinerja Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 a. Angka kriminalitas 0,58 0,49 0,43 0,36 0,31 0,26 V.4 Sasaran

Mengacu kepada visi dan misi, dan tujuan yang telah ditetapkan dan mempertimbangkan permasalahan yang tengah dihadapi serta berupaya mengoptimalkan potensi sumber daya yang tersedia, maka sasaran yang hendak dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut:

A. Untuk melaksanakan Misi Pertama dan tujuannya, sasaran yang ingin di capai dalam misi pertama ini adalah:

1. Meningkatnya taraf hidup keluarga miskin, dalam rangka memenuhi urusan wajib ke 1, 2 dan13, serta urusan pilihan ke 2, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

(14)

a. Persentase (%) penduduk diatas garis kemiskinan dengan target 90 %

b. Jumlah Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi, dengan target 9

c. Persentase (%) Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial, dengan target 11%

d. Persentase (%) PMKS yg memperoleh bantuan sosial, dengan target 10% e. Persentase rumah layak huni untuk Gakin terbangun, dengan target 15% f. Persentase jumlah transmigran yang ditempatkan, dengan target 6,5%

g. Persentase Maskin memperoleh jamkesmas dan jamkesda, dengan target 100% h. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan dengan target 100 %

i. Cakupan Layanan Dasar Pendidikan bagi Gakin, dengan target 100 % j. Cakupan Layanan Dasar Kesehatan bagi Gakin, dengan target 100 % k. Persentase (%) Anak Gakin dapat mengakses pendidikan sesuai jenjang

pendidikannya, dengan target 100 %

l. Angka Kelangsungan Hidup Bayi, dengan target 12350 m. Cakupan Pelayanan anak balita, dengan target 90%

n. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin , dengan target 100%

o. Partisipasi masyarakat sekitar hutan, dengan target 47.072 orang

B. Untuk melaksanakan Misi Kedua dan tujuannya, sasaran yang ingin di capai dalam misi Kedua ini adalah:

1. Meningkatnya secara nyata aksesbilitas dan kualitas pelayanan pendidikan pada semua jenjang dalam rangka memenuhi urusan wajib ke 1 tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator :

a. Angka melek huruf dengan target 100 % b. Angka rata-rata lama sekolah dengan target 13 c. Angka partisipasi sekolah dengan target 115

d. Pendidikan Anaka Usia Dini (PAUD) dengan target 46,53 e. Angka Partisipasi Murni SD/Mi/Paket A dengan target 101, 20 f. Angka Partisipasi Murni SMP/MTs/Paket B dengan target 95,24

(15)

g. Angka Partisipasi Murni SMA/SMK/MA/Paket C dengan target 77,54 h. Angka Putus Sekolah SD/MI dengan target 0,0

i. Angka Putus Sekolah SMP/MTs dengan target 0,01 j. Angka Putus Sekolah SMA/SMK/MA dengan target 0,02 k. Angka Kelulusan SD/MI dengan target 100 %

l. Angka Kelulusan SMP/MTs dengan target 100 % m. Angka Kelulusan SMA/SMK/MA dengan target 100 % n. Guru yg memenuhi kualifikasi S1/DIV dengat target 62,39 %

o. Rasio ketersediaan Sekolah/penduduk usia sekolah Dikdas & Dikmen dengan target 132,71

p. Rasio Guru/murid dengan target 218,89

q. Rasio Guru/murid per kelas rata-rata dengan target 0,010

r. Angka melanjutkan SMP/MTs ke SMA/SMK/MA dengan target 100%

2. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak, remaja, dan lanjut usia serta kesehatan reproduksi dalam rangka memenuhi urusan wajib ke 2 (Kesehatan). Tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator

a. Cakupan kunjungan Ibu hamil dengan target 95 %

b. Cakupan Komplikasi Kebidanan yg ditangani dengan target 80 %

c. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yg memiliki komp. Kebidanan dengan target 90 %

d. Cakupan pelayanan nifas dengan target 90 %

e. Cakupan neonatus dg komplikasi yang ditangani dengan target 80 %

f. Cakupan kunjungan bayi dengan target 90 %

g. Cakupan desa/kel.Universal Child Immunization dengan target 100%

h. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pd anak usia 6-24 bulan keluarga miskin dengan target

100 %

i. Cakupan peserta KB aktif dengan target 75 % j. Penemuan penderita AFP dengan target 100 %

k. Penemuan dan penanganan penderita pneumonia balita dengan target 100 %

(16)

l. Penemuan dan penanganan penderita pasien baru TB BTA positif dengan target 85 %

m. Penemuan dan Penanganan DBD dengan target 100 % n. Penanganan penderita diare dengan target 100 %

o. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yg harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kabupaten dengan target 100 %

p. Cakupan desa/kel.mengalami KLB yg dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam dengan target 100 %

q. Cakupan desa siaga aktif dengan target 80 %

C. Untuk melaksanakan Misi Ke tiga dan tujuannya, sasaran yang ingin di capai dalam misi ke tiga tersebut diatas ditetapkan 9 sasaran yaitu:

Meningkatnya iklim investasi yang kondusif, sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke 16, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

a. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA), dengan target 2 Investor b. Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA), target 200 Milyar c. Rasio daya serap tenaga kerja, dengan target 4500 Orang

d. Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN, dengan target 100 Milyar e. Jumlah investor (Non PMDN/PMA), dengan target 600 investor

f. Jumlah nilai investasi (Non PMDN/PMA) Rupiah, dengan target 200 Milyar 2. Meningkatnya produktifitas dan kualitas koperasi dan usaha kecill menengah

(KUKM), sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke 15, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

a. Persentase koperasi aktif, dengan target 86,84%

b. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM, dengan target 25 Unit c. Jumlah BPR/LKM, dengan target 18 Unit

d. Jumlah Usaha Mikro dan Kecil, dengan target 34.802 Unit

3. Meningkatnya ketahanan pangan daerah, sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke 21, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

(17)

a. Regulasi ketahanan pangan, dengan target ada setiap tahunnya b. Ketersediaan pangan utama:

1) Pola Pangan Harapan, dengan target 93,7 2) Padi-padian, dengan target 25

3) Umbi-umbian, dengan target 2,3 4) Pangan hewani, dengan target 19,5 5) Minyak dan lemak, dengan target 4,0 6) Buah/Biji berminyak, dengan target 1,0 7) Kacang-kacangan, dengan target 10,0 8) Gula, dengan target 1,9

9) Sayur dan Buah, dengan target 30 10) Lain-lain, dengan target 0,0

4. Meningkatnya produksi dan produktifitas pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan, sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan pilihan ke 1 dan urusan pilihan ke 5, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

a. Rasio jaringan irigasi, dengan target 7 Km/Ha

b. Persentase penduduk yang memiliki lahan, dengan target 13,01

c. Produktivitas padi dan bahan pangan utama lokal lainnya per hektar (Rata -rata Ku/Ha) :

1) Padi, dengan target 65,50 2) Jagung, dengan target 43,00 3) Kedelai, dengan target 18,70 4) Ubi Kayu, dengan target 196,50 5) Ubi Jalar, dengan target 150,00 6) Kacang Tanah, dengan target 18,65 7) Kacang Hijau, dengan target 13,50

d. Produksi padi dan bahan pangan utama lokal lainnya per hektar (Ton) : 1) Padi, dengan target 675.960

(18)

3) Kedelai, dengan target 35.904 4) Ubi Kayu, dengan target 150.912 5) Ubi Jalar, dengan target 15.120 6) Kacang Tanah, dengan target 14.323 7) Kacang Hijau, dengan target 713

e. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB, dengan target Rp.2.237.730.603.936,00

f. Populasi ternak :

1) Sapi Potong, dengan target 81.698 Ekor 2) Kerbau, dengan target 1.376 Ekor 3) Kuda, dengan target 46 Ekor 4) Babi, dengan target 35 Ekor

5) Kambing, dengan target 78.432 Ekor 6) Domba, dengan target 25.032 Ekor

7) Ayam Pedaging, dengan target 164.542 Ekor 8) Ayam Petelur, dengan target 77.426 Ekor 9) Ayam Buras, dengan target 582.154 Ekor 10) Itik, dengan target 29.529 Ekor

11) Entok , dengan target 13.114 Ekor

g. Konsumsi daging Kg/kapita/Thn, dengan target 7,56 h. Konsumsi Telur Kg/kapita/Thn, dengan target 2,30

i. Jumlah Produksi komoditas perkebunan (ton) : 1) Kakao, dengan target 900

2) Tembakau, dengan target 1.680 3) Kopi, dengan target 165

4) Cengkeh, dengan target 19,20 5) Tebu, dengan target 6.000

j. Produktifitas Komoditas perkebunan (ton/ha) : 1) Kakao, dengan target 0,450

(19)

3) Kopi, dengan target 0,550 4) Cengkeh, dengan target 0,320 5) Tebu, dengan target 1,00 k. Luas Lahan Perkebunan (ha) :

1) Kakao, dengan target 2000 2) Tembakau, dengan target 1.400 3) Kopi, dengan target 300

4) Cengkeh, dengan target 60 5) Tebu, dengan target 6.000 l. Produksi perikanan (ton) :

1) Patin, dengan target 70 2) Nila, dengan target 150 3) Mas, dengan target 30 4) Gurami, dengan target 93 5) Lele, dengan target 2500 6) Lain-lain, dengan target 20

m. Konsumsi ikan Kg/kapita/Thn, dengan target 9,70

5. Meningkatnya kelestarian sumber daya hutan, sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan pilihan ke 2, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

a. Rehabilitasi lahan kritis (ha) , dengan target 800

6. Meningkatnya kualitas dan kuantitas pasar daerah, sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan pilihan ke 6, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

a. Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB, dengan target Rp 2.709.822,39

b. Eksport Bersih Perdagangan, dengan target Rp. 12.151,36

7. Meningkatnya kualitas dan kuantitas hasil Industri Kecil Menengah yang menjadi unggulan daerah, sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan pilihan ke 7, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

a. Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB, dengan target Rp.205.744.931 b. Pertumbuhan Industri :

1) Industri Kecil Formal, dengan target 328 Unit

2) Industri Kecil Non Formal, dengan target 16.299 Unit

(20)

D. Untuk melaksanakan Misi Ke-Empat dan tujuannya, sasaran yang ingin di capai dalam misi Ke Empat ini ditetapkan 10 sasaran yaitu:

1. Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah, sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke 6, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

a. Tersedianya Dokumen Perencanaan RPJPD yang telah ditetapkan dengan PERDA, dengan target ada.

b. Tersedianya Dokumen Perencanaan RPJMD yang telah ditetapkan dengan PERDA/PERKADA, dengan target ada.

c. Tersedianya Dokumen Perencanaan RKPD yang telah ditetapkan dengan PERKADA, dengan target ada setiap tahunnya.

2. Meningkatnya kualitas pelayanan Administrasi kependudukan, sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke 10, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

a. Rasio penduduk ber KTP per satuan penduduk, dengan target 100% b. Rasio bayi berakte kelahiran, dengan target 100%

c. Rasio pasangan berakte nikah , dengan target 100%

d. Penerapan KTP Nasional berbasis NIK, dengan target ada setiap tahunnya. 3. Meningkatnya efisiensi dan efektivitas kelembagaan dan ketatalaksanaan,

akuntabilitas kinerja pemerintah, dan kemandirian keuangan daerah, sasaran urusan pilihan ke 4, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

a. Jumlah kunjungan wisata, dengan target 142.500 orang

9. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja, sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan ke , tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

a. Persentase angka partisipasi angkatan kerja, dengan target 73,5% b. Persentase pencari kerja yang ditempatkan, dengan target 21,73%

(21)

tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke 20, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

a. SKPD yang mempunyai IKM, dengan target 30.

b. Urusan yang sudah diterapkan SPM nya berdasarkan pedoman yang diterbitkan oleh Pemerintah, dengan target 5.

c. Penerapan Sistim Informasi Manajemen Pemda, dengan target 12 d. Proporsi PAD dalam APBD, dengan target 5%.

4. Meningkatnya kualitas SDM Aparatur Pemerintah dan pengelolaan administrasi kepegawaian, sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke 2, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

a. Tingkat ketaatan pegawai pada peraturan kepegawaian, dengan target 80,25.

b. Persentase pelanggaran pegawai, dengan target 0%.

c. Persentase pejabat yang telah memenuhi persyaratan pendidikan pelatihan kepemimpinan, dengan target 81%.

d. Keberadaan Standar kompetensi jabatan, dengan target ada. e. Sistem Informasi Kepegawaian, dengan target ada setiap tahunnya. 5. Meningkatnya kualitas validitas dan penyediaan data statistik daerah, sasaran

tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke 23, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator

a. Buku ”kabupaten dalam angka”, dengan target ada setiap tahunnya. b. Buku ”PDRB kabupaten”, dengan target ada setiap tahunnya.

6. Meningkatnya kualitas penataan arsip daerah, sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke 24, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

a. Persentase penerapan pengelolaan arsip secara baku pada SKPD, dengan target 100%

b. Persentase SDM pengelola kearsipan yang terbina, dengan target 89%. c. Persentase peningkatan SDM pengelola kearsipan pada SKPD, dengan

target 100%

(22)

tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke-7 dan urusan wajib ke-20, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator

a. Tersedianya Web site milik pemerintah daerah, dengan target 1. b. Jumlah jaringan komunikasi, dengan target 16.

c. Rasio wartel/ warnet terhadap penduduk, dengan target 225. d. Jumlah surat kabar nasional/lokal, dengan target 46.

e. Jumlah penyiaran radio/ TV lokal, dengan target 6.

8. Meningkatnya kualitas pelayanan perpustakaan daerah, sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke 24, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

a. Jumlah perpustakaan daerah, dengan target 1.

b. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun, dengan target 76.000 orang. c. Banyaknya jenis koleksi buku, dengan target 93.250 jenis.

9. Meningkatnya peran serta perempuan dalam pembangunan keluarga yang berkualitas dan sejahtera sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke 11 dan urusan wajib ke 12, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

a. Partisipasi perempuan di lembaga pemerintahan, dengan target 0,20% b. Partisipasi perempuan di lembaga swasta, dengan target 99,80% c. Persentase KDRT, dengan target 0,80%

d. Rata-rata jumlah anak per keluarga, dengan target 1,92%

e. Persentase keikutsertaan ber KB (akseptor) , dengan target 55,00%

f. Persentase Keluarga Pra sejahtera dan keluarga sejahtera I, dengan target 52,00%

(23)

10. Meningkatnya pemerintahan desa yang mandiri dan dinamis sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke 22, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

a. Desa yang telah menyusun APBDes sebelum bulan April, dengan target 185 Desa

b. Persentase kelembagaan ekonomi desa/ kelurahan yang aktif, dengan target 5 %

c. Persentase kelembagaan ekonomi desa/kelurahan yang aktif, dengan target 10%

E. Untuk melaksanakan Misi Ke-Lima dan tujuannya, sasaran yang ingin di capai dalam misi Ke Lima ini ditetapkan 7 (tujuh) sasaran yaitu:

1. Meningkatnya kualitas dan kuantitas jalan dan jembatan yang memadai dalam mendukung pengembangan kawasan agropolitan, PHBM maupun kawasan lainnya.

Sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke – 3 Pekerjaan Umum. Adapun tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

a. Panjang Jalan Kabupaten dalam kondisi baik, dengan target 340 Km b. Proporsi Panjang Jalan dalam kondisi baik, dengan target

56,38 %

c. Jumlah Jembatan dalam kondisi baik, dengan target 365 Buah d. Proporsi Jembatan dalam kondisi baik, dengan target 100 %

e. Proporsi Utilitas Jalan dalam kondisi baik (gorong – gorong maupun trotoar), dengan target 57,50 %

2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur irigasi dalam mendukung produktivitas pertanian dan partisipasi masayarakat dalam pengelolaan irigasi. Sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke-3 Pekerjaan Umum. Adapun tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator :

a. Prosentase Panjang jaringan irigasi dalam kondisi baik, dengan target 92 %

(24)

b. Proporsi panjang jaringan irigasi dalam kondisi baik, dengan target 272.521 : 296.217

c. Luas baku sawah yang tercukupi air irigasi, dengan target 44.362 Ha d. Proporsi luas baku sawah yang tercukupi air irigasi, dengan target

44.362 Ha : 44 362 Ha

e. Luas Layanan Jaringan Irigasi Yang Direhabilitasi, dengan target 44.362 Ha

f. Jumlah HIPPA yang aktif dari jumlah 314 lembaga, dengan target 210 lembaga

g. Prosentase peran serta HIPPA dalam pemeliharaan jaringan irigasi, dengan target 25 %

h. Jumlah Sumur Air tanah Yang di Bangun, dengan target 140 buah i. Jumlah Embung Selesai di Bangun, dengan target 12 Buah

3. Meningkatnya kualitas dan kuantitas lingkungan permukiman yang memadai dalam mendukung program penanggulangan kemiskinan. Sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke-4 Perumahan. Adapun tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator :

a. Prosentase rumah tinggal bersanitasi, dengan target 45 % b. Rasio rumah layak huni, dengan target 46,12 %

c. Rasio permukiman layak huni, dengan target 71,50 %

d. Lingkungan permukiman kumuh, dengan target 1 Lingkungan e. Prosentase Permukiman tertata, dengan target 37,50 % f. Prosentase Rumah tangga pengguna air bersih, dengan

target 55,15 %

g. Prosentase penduduk berakses air minum, dengan target 45 % h. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk dengan target :

- Masjid = 1.450 buah - Mushola = 4.909 buah - Gereja = 77 Buah - Kuil = 1 Buah - Vihara = 2 Buah

(25)

4. Meningkatnya kualitas infrastruktur perhubungan yang memadai. Sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke-7 Perhubungan. Adapun tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator :

a. Jumlah penumpang angkutan umum, dengan target 1.125.000 orang b. Jumlah terminal bis, dengan target 6 Buah

c. Jumlah terminal kargo, dengan target 1 Buah d. Jumlah ijin trayek, dengan target 225 ijin

e. Jumlah Uji Kir angkutan umum, dengan target 6.000 Uji

f. Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan, dengan target 20 %

g. Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum per tahun, dengan target 812.100 orang/ barang

h. Jumlah orang/barang yang melalui terminal per tahun, dengan target 1.620 orang/barang

i. Rasio angkutan darat per jumlah penumpang angkutan darat, dengan target 21 %

5. Meningkatnya kualitas perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke-5 yaitu Penataan Ruang. Adapun tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator :

a. Rasio bangunan ber IMB per satuan bangunan, dengan target 100% b. Ketaatan terhadap RTRW, dengan target 100%

c. Tersedianya dokumen RTRW yang telah ditetapkan dengan PERDA yaitu 1 dokumen RTRW dengan jangka waktu 20 tahun

d. Tersedianya dokumen RDTRK yang telah ditetapkan dengan PERDA yaitu 17 dokumen RDTRK Ibu Kota Kec

e. Tersedianya Peraturan zonasi yang telah ditetapkan dengan PERDA yaitu 19 dokumen peraturan zonasi

6. Meningkatnya kualitas pengelolaan Lingkungan Hidup. Sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke- 8 Lingkungan Hidup.

(26)

Adapun tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator : a. Presentase penanganan sampah, dengan target 50 %

b. Rasio TPS persatuan penduduk, dengan target 41,40 %

c. Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL, dengan Target 20 %

d. Presentase penegakan hukum lingkungan, dengan target 20 %

e. Rasio RTH per satuan luas wilayah ber HPL/HGB, dengan target 49.50 %

f. Jumlah sumur resapan, dengan target 50 buah

7. Meningkatnya pemanfaatan energi dan pertambangan dengan memperhatikan konservasi dan daya dukung lingkungan. Sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan pilihan ke- 3 Energi dan Sumber daya mineral.

Adapun tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator : a. Rasio ketersediaan daya listrik (dengan asumsi pemakaian 900

Watt/pelanggan), dengan target 77,80 %

b. Rumah tangga yang menggunakan listrik/jumlah pelanggan, dengan target 68,50 %

c. Jumlah pertambangan tanpa ijin, dengan target menurun hingga 59 % d. Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB, dengan target

minimal sama yaitu 0,58 %

F. Untuk melaksanakan Misi Ke-Enam dan tujuannya, sasaran yang ingin di capai dalam misi Ke-Enam ini ditetapkan 3 (tiga) sasaran yaitu:

1. Meningkatnya kesenian dan budaya daerah, sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke 17, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

a. Jumlah kelompok/grup kesenian daerah, dengan target 150. b. Jumlah gedung kesenian, dengan target 1.

2. Meningkatnya keharmonisan sosial dalam taraf kehidupan intra dan antar-umat beragama, sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke 20, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

(27)

a. Jumlah kegiatan keagamaan di tingkat kabupaten, dengan target 23. b. Jumlah organisasi keagamaan, dengan target 19.

3. Meningkatnya keamanan dan ketertiban di Kabupaten Ngawi, sasaran tersebut dalam rangka memenuhi urusan wajib ke 19, tingkat keberhasilan sasaran tersebut diukur dengan indikator:

a. Rasio jumlah Polisi pamong praja per 10.000 penduduk, dengan target 1,69.

b. Jumlah linmas per jumlah 10.000 penduduk, dengan target 76. c. Rasio pos kamling per jumlah desa/kelurahan, dengan target 12.

(28)

Gambar V.1

Format RPJMD 2010-2015

Format RPJM 2010 - 2015

Visi

Misi

Tujuan

Sasaran

Kebijakan

Program

Kab

Program

SKPD

1

6

9

32

45

39

106

MISI 1

MISI 2

MISI 3

MISI 4

MISI 5

MISI 6

Menanggulangi kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan

Meningkatkan pelayanan Dasar Bidang Pendidikan dan Kesehatan yang berkualitas

serta berdaya saing

Mengembangkan iklim usaha dan ekonomi kerakyatan berbasis agraris

Pembaharuan tata kelola pemerintahan daerah dan desa serta pelayanan publik yang baik,

bersih dan akuntabel.

Meningkatkan kualitas infrastruktur sesuai dengan daya dukung lingkungan dan fungsi

ruang

Meningkatkan budaya yang berlandaskan kearifan dan keagamaan dalam suasana yang

kondusif. 2 Kebijakan, 11 Program RP 114,3 m (10%) 2 Kebijakan, 15 Program 11 Kebijakan, 24 Program 11 Kebijakan, 27 Program 16 Kebijakan, 25 Program 3 Kebijakan, 4 Program Tingkat Kemiskinan 10 % IPM 72,96%

Rata-Rata Lama Sekolah 13 Tingkat Kelulusan 100% Angka harapan hidup 70TH

Rasio Puskesmas 36

Pertumbuhan Ekonomi 7,32% Tingkat Pengangguran Terbuka

1,43%

Income Perkapita Rp10.863.003,46

Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat 80%

Ketersediaan infrastruktur wilayah 79,97%

Kepatuhan terhadap perda tata ruang 100% Penurunan Lahan Kritis 8.802,69

Ha

Jumlah seni dan budaya asli Ngawi yang dikenal di tingkat nasional 1

Angka Kriminalitas 0,26 Rp 228,7 m (20%) Rp 235,4 m (20,28%) Rp 251,6 m (22%) Rp 279,2 m (24,42%) Rp 34,3 m (3%)

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini membuat banyak investor untuk memilah dan memilih perusahaan yang tepat sebagai pijakan investasi terutama pada BEI.Penelitian ini dilakukan untuk

Setiap orang atau badan yang bergerak dalam usaha penyedotan kakus dilarang membuang sampah atau tinja hasil sedotannya ke sungai, parit, selokan atau

Berdasarkan analisis LQ maka semua subsektor pertanian di Provinsi Gorontalo merupakan komoditas unggulan dengan nilai lebih dari satu.. Subsektor peternakan ditahun 2011

Dalam rangka deskripsi untuk terapan terdapatlah tiga tahap linguistik terapan, yakni: (1) tahap deskripsi linguistik -- tentang hakikat bahasa yang akan

Dalam bab ini diterangkan mengenai harga penjualan pada Perusahaan Plastik Daya Tunggal di Kebumen, unsur-unsur pendapatan dan biaya, penggolongan biaya, pemisahan

Terkait dengan konteks kebutuhan sosial tersebut, dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis akan melihat apakah perusahaan sudah memenuhi kebutuhan sosial terhadap karyawan yang

Hamid Habbe dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh rasio kesehatan bank terhadap kinerja keuangan bank umum syariah dan bank konvensional di Indonesia, penelitian yang

Gaji atau upah yang dibayarkan kepada pekerja bagian pemasaran, tidak menjadi unsur harga pokok produk tetapi dibebankan kepada periode saat terjadinya biaya tenaga kerja