• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP PERATAAN LABA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP PERATAAN LABA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP

PERATAAN LABA

Suratminingsih

STEBIS Bina Mandiri, Cileungsi

Abstract. This study aims to examine the effect of debt to equity ratio (DER) on

income smoothing in manufacturing companies listed on the BEI subsector of the consumer goods industry and various industries with a period of four years, namely the year 2016-2019 with the method of purposive judgment sampling. The statistical analysis used in this study is descriptive statistical analysis and by using logistic regression analysis through multivariate testing. Eckel index is used to classify companies that do and do not practice income smoothing. The analysis shows that debt to equity ratio (DER) with significant value 0,005 have positive effect on income smoothing.

Keywords : Income Smoothing, firm size, NPM, and DER I. PENDAHULUAN

Dunia usaha akhir-akhir ini memiliki persaingan yang sangat ketat. Oleh karena itu, manajemen perusahaan harus selalu menampilkan performa yang terbaik bagi perusahaan yang dipimpinnya. Baik atau buruknya performa perusahaan berdampak besar pada minat investor untuk menanampak investasinya. Menyediakan laporan keuangan juga merupakan tugas penting bagi manajemen perusahaan, agar laporan keuangan tersebut dapak diakses oleh semua pihak yang berkepentingan, baik internal maupun eksternal perusahaan.

Laporan keuangan merupakan laporan yang menunjukan kondisi perusahaan pada saat ini atau dalan suatu periode tertentu (Kasmir, 2017:7). Di sisi lain, Farid dan Siswanto (1998) dalam Fahmi (2018:2) mengatakan “Laporan keuangan merupakan infomasi yang diharapkan mampu memberikan bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial”. Menurut Sulistyanto (2018:30-31) “Laporan keuangan merupakan media komunikasi utama antara manajer perusahaan dengan stakeholder. Apalagi saat ini memang belum ada media informasi lain yang dapat dipakai kedua belah pihak untuk melakukan komunikasi bisnis. Manajer menggunakan laporan keuangan untuk mempertanggungjawabkan apa yang terlah dilakukan dan dialaminya selama mengoperasikan perusahaan”.

Sementara pihak lain di luar perusahaan yaitu pemilik, calon investor, kreditur, supplier, regulator, pemerintah, dan stakeholder lain, yang mempunyai keterbatasan sumber dan akses untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan. Pihak-pihak ini hanya bisa mengandalkan informasi yang disajikan manajer jika ingin mengetahui kondisi dan kinerja perusahaan. Artinya, seberapa banyak informasi yang dapat dikuasai pihak-pihak ini sangat bergantung pada seberapa banyak informasi yang diterima dari manajer. Selain kuantitas informasi, kualitas informasi yang diterima dan dikuasai stakeholder juga sangat bergantung pada kemauan manajer perusahaan. Semakin berkualitas informasi yang diungkapkan

(2)

manajer maka semakin berkualitas pula informasi yang diterima dan dikuasai

stakeholder.

Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi perusahaan karena dalam laporan keuangan tersebut banyak mengandung informasi yang sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama informasi mengenai laba perusahaan. Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Kemudian, laporan keuangan tidak hanya sekadar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan perusahaan saat ini.

Salah satu indikator yang digunakan untuk menakar kinerja dan performa perusahaan adalah laba. Informasi akan laba bertujuan untuk menilai performa manajemen perusahaan, mengestimasi laba dalam jangka panjang, dan memperkirakan resiko investasi yang dapat muncul di kemudian hari. Kemampuan dan nilai perusahaan dalam mengelola aset-asetnya dapat digambarkan dengan cara melihat bagaimana perusahaan dalam menghasilkan laba dalam operasinya. IAI dalam PSAK No.25 (Eng Juan, 2014) tentang manfaat dari informasi laba yaitu untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.

Pentingnya informasi laba disadari oleh manajemen sehingga manajemen cenderung melakukan perilaku yang semestinya tidak dilakukan, yaitu dengan melakukan praktik perataan laba (income smoothing) untuk mengatasi berbagai konflik yang timbul antara manajemen dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (Setyaningtyas, 2014:3). Perilaku tersebut muncul karena adanya informasi yang tidak sempurna dalam konsep teori keagenan (agency

theory). Agency Theory yaitu diartikan sebagai suatu kontrak antara principal

(pemilik perusahaan - pemegang saham mayoritas perusahaannya) dengan agent (dalam hal ini adalah manajer perusahaan) untuk menjalankan aktivitas perusahaan (Budi Santoso, 2015:8-9). Konflik keagenan akan muncul apabila tiap-tiap pihak, baik principal maupun agent mempunyai kepentingan yang berbeda dan masing-masing berusaha untuk mencapai kepentingannya tersebut.

Penelitian ini berfokus pada praktik manajemen laba yang bersifat oportunistik, salah satu cara yang dapat digunakan dalam melakukan praktik manajemen laba adalah dengan menggunakan teknik perataan laba (income

smoothing). Secara umum, manajemen laba dapat didefinisikan sebagai upaya

manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan utuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Seperti halnya dengan manajemen laba, penjelasan konsep perataan laba juga menggunakakn pendekatan teori keagenan. Teori ini menyatakan bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh konflik keagenan yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmurannya (Salno dan Baridwan, 2000).

Agar kinerjanya terlihat lebih merata selama beberapa periode, manajer akan mengatur informasi sedemikian rupa sehingga labanya tidak bergerak secara

(3)

fluktuatif selama periode-periode tertentu. Ada beberapa cara yang dipakai untuk mempermainkan besar kecilnya laba, yaitu dengan mengakui dan mencatat pendapatan terlalu cepat atau sebaliknya, mengakui dan mencatat pendapatan palsu, mengakui dan mencatat biaya lebih cepat atau lebih lambat dari yang seharusnya, dan tidak mengungkapkan kewajibannya. Upaya mempermainkan besar kecilnya komponen laporan keuangan ini sulit untuk dideteksi dan diketahui oleh pemakai informasi keuangan, meskipun laporan keuangan menyertakan catatan dan menjelaskan secara rinci komponen-komponen dalam laporan itu. Alasannya, pertama, pemakai laporan keuangan tidak mempunyai kemampuan yang memadai untuk memahami catatan-catatan itu secara baik. Kedua, tidak semua metode atau prosedur yang dipakai perusahaan dapat dipahami oleh pemakai laporan (Sulistyanto, 2018:34).

Motivasi untuk melakukan perataan laba salah satunya untuk memperbaiki hubungan dengan stakeholder yang ada di perusahaan seperti kreditor, investor, dan karyawan, serta meratakan siklus bisnis dengan mempengaruhi psikologi pasar (Ghozali dan Chariri, 2014:400).

Salah satu faktor yang mendorong perusahaan untuk melakukan pemerataan laba adalah Debt to equity ratio yang merupakan bagian dari rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang (Kasmir, 2017:157-158). Menurut Setyaningrum dalam penelitiannya (2016:5), perusahaan dengan nilai DER yang tinggi membuat perusahaan berusahan untuk menampilkan informasi laba yang lebih baik agar investor masih percaya kepada perusahaan tersebut.

Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh

debt to equity ratio terhadap perataan laba oleh perusahaan. Penelitian

Setyaningrum (2016) hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa Financial leverage yang diproksikan dengan DER (debt to total equity) berpengaruh positif dan signifikan terhadap praktik perataan laba. Penelitian Setyaningtyas (2014) menyatakan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sektor industri berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Sedangkan ukuran perusahaan, rasio hutang,

leverage operasi, dan profitabilitas tidak mempengaruhi praktik perataan laba.

Penelitian Amanza (2012), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa risiko keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap tindakan perataan laba, ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap tindakan perataan laba. Sedangkan profitabilitas dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba.

1.1 Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak melebar ke masalah yang lain, maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya meneliti variabel yang sudah ditentukan yaitu rasio debt to equity ratio terhadap perataan laba. Adapun objek ini penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur sektor industri

(4)

barang konsumsi dan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan laporan keuangan yang diteliti yaitu laporan keuangan tahun 2016-2019. 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bermaksud untuk menguji faktor yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba dengan perumusan masalah yaitu: “Apakah rasio debt to equity ratio berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dan aneka industri?” 1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh debt to equity ratio terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dan aneka industri.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi pengguna laporan keuangan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai beberapa faktor yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba, sehingga pengguna laporan keuangan lebih mewaspadai laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan.

2. Bagi akademisi, untuk menambah wawasan tentang perataan laba (income

smoothing) dan menambah literatur yang ada mengenai perataan laba.

II. STUDI PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

Menurut Budi Santoso (2015:5) agency adalah keterikatan hubungan antara dua pihak yang mana pihak satu sering disebut dengan agent, yaitu pihak yang diberikan kewenangan untuk melakukan perbuatan untuk dan atas nama serta di bawah pengawasan pihak lain, yaitu principal. Principal adalah pihak yang memberikan kewenangan pada agen untuk melakukan tindakan tertentu serta melakukan pengawasan agen, sedangkan pihak yang melakukan transaksi dengan agen disebut dengan third party.

Teori Keagenan (Agency Theory) menurut Budi Santoso (2015:8) yaitu dapat diartikan sebagai suatu kontrak antara principal (pemilik perusahaan – pemegang saham mayoritas utamanya) dengan agen (dalam hal ini adalah manajer perusahaan) untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Principal, sebagai pemilik perusahaan, berkewajiban menyediakan fasilitas dan dana untuk kebutuhan operasi perusahaan, sedangkan agen sebagai pengelola perusahaan berkewajiban mengelola perusahaan yang dipercayakan oleh pemegang perusahaan padanya, untuk kemakmuran dan keuntungan pemegang saham, melalui peningkatan nilai perusahaan. Untuk itu, agen, dalam hal ini manajer perusahaan, akan memberi gaji, bonus, dan berbagai kompensasi lainnya. Dalam situasi seperti ini, dapat terjadi manajer yang ditunjuk untuk menjalankan operasional perusahaan tidak menjalankannya dengan baik, atau bertindak untuk kepentingannya sendiri.

Hubungan antara pemegang saham dengan manajemen dalam suatu perusahaan sebagaimana tersebut di atas, sering juga disebut dengan istilah agency

(5)

(agen) dalam kaitannya mewakili kepentingan prinsipal. Dalam situasi seperti ini, tidak jarang terjadi perbedaan kepentingan antara prinsipal degan agen yang mewakili kepentingan prinsipalnya. Konflik kepentingan tersebut disebut dengan

agency problem. Dengan demikian, agency problem adalah kemungkinan

terjadinya konflik kepentingan antara pemegang saham (stakeholder) dengan manajemen dalam suatu perusahaan (Ross Westerfield Jordan, 2003) dalam Budi Santoso (2015:9).

Dalam Rahmawati (2012:147-148) teori keagenan menyatakan bahwa praktik manajemen laba dan perataan laba dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara agen (manajemen) dengan principal (pemilik) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Signalling theory membahas, sebagaimana seharusnya sinyal-sinyal keberhasilsan atau kegagalan manajemen disampaikan kepada pemilik. Penyampaian laporan keuangan dapat dianggap merupakan sinyal apakah agen telah berbuat sesuai dengan kontrak. Dalam hubungan keagenan, manajer memiliki asimteri informasi terhadap pihak eksternal perusahaan seperti investor dan kreditor. Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan yang relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan pihak eksternal. Kondisi ini memberikan kesempatan kepada manajer untuk menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan kemakmurannya. Dalam Rahmawati (2012:3-4), ada dua tipe asimetri informasi yaitu:

1. Adverse Selection

Adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan/akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi potensial, memiliki nformasi lebih atas pihak-pihak lain. Terjadi karena beberapa orang, seperti para manajer perusahaan dan para pihak dalam (insiders) lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada investor luar. Beberapa cara yang dapat digunakan para manajer dan pihak dalam lainnya dalam memanfaatkan kelebihan informasi atas beban pihak-pihak luar seperti pembiasan atau pengelolaan informasi yang disampaikan kepada para investor.

2. Moral Hazard

Adalah jenis asimetri informasi dalam mana sau pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usahah atau transaksi usaha potensial, dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. Masalah ini terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar. Menurut Ghozali dan Chariri (2014:375), pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan aktiva sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Jadi dalam hal ini laba hanya merupakan angka artikulasi dan tidak didefinisikan

(6)

tersendiri secara ekonomik seperti halnya aktiva atau hutang. Namun demikian, IAI memiliki pengertian sendiri mengenai income. IAI justru tidak menterjemahkan income dengan istiah laba, tetapi dengan istilah penghasilan. Dalam konsep dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, (IAI, 1994) dalam Ghozali dan Chariri (2014:376) mengartikan income (penghasilan) sebagai berikut: “Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. (paragraf 70)”. Selanjutnya dalam paragraf 74 disebutkan bahwa: “Definisi penghasilan meliputi baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain)”.

Menurut Ghozali dan Chariri (2014:379-380) salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba (earning per share). Dengan konsep yang selama ini digunakan diharapkan para pemakai laporan dapat mengambil keputusan ekonomi yang tepat sesuai dengan kepentingannya. Meskipun konsep laba yang digunakan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan para pemakai, namun adanya berbagai konsep dan tujuan laba, mengakibatkan konsep laba tunggal tidak dapat memenuhi semua kebutuhan pihak pemakai laporan. Atas dasar kenyataan ini ada dua aternatif yang dapat digunakan yaitu memformulasikan konsep laba tunggal untuk memenuhi berbagai tujuan secara umum atau menggunakan berbagai konsep laba dan menyajikan secara jelas konsep laba tersebut secara khusus.

Tanpa memperhatikan masalah yang muncul, informasi laba sebenarnya dapat digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan. Tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Salah satu fenomena menarik dalam akuntansi yang berkaitan dengan laba adalah kejadian yang berkaitan dengan perataan laba (income smoothing). Perataan laba merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai

trend atau level laba tertentu (Belkaoui, 1993) dalam Ghozali dan Chariri

(2014:400). Menurut Beidelman (1973) dalam Ghozali dan Chariri (2014:400) perataan laba yang dilaporkan dapat didefinisikan sebagai usaha yang disengaja untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan. Dalam hal ini, perataan laba menunjukkan suatu usaha manejemen untuk mengurangi variasi abnormal laba dalam batas-batas yang diijinkan dalam praktik akuntansi dan prinsip manajemen yang wajar (sound).

Menurut Ahmed Riahi (2011:73) perataan laba (income smoothing) adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun ke tahun yang tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan. Hal ini dapat dilihat sebagai fenomena proses manipulasi profil waktu dari pendapatan atau laporan pendapatan untuk membuat laporan laba menjadi kurang bervariasi, sambil sekaligus tidak meningkatkan pendapatan yang dilaporkan pada periode tersebut.

(7)

Ada beberapa alasan yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa manajer melakukan perataan laba. Motivasi yang mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan perataan laba adalah untuk memperbaiki hubungan dengan para stakeholder perusahaan dengan mempengaruhi psikologis pasar. Perataan laba juga diharapkan memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan karena resiko perusahaan dapat dikurangi (Ghozali dan Chariri, 2004:400).

Debt to equity ratio yang merupakan bagian dari rasio solvabilitas adalah

rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untu mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang (Kasmir, 2017:257-158). Bagi bank (kreditor), semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan.

Debt to Equity Ratio untuk setiap perusahaan tentu berbeda-beda tergantung

karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang stabil. Menurut Setyaningrum dalam penelitiannya (2016:5), perusahaan dengan nilai DER yang tinggi membuat perusahaan berusaha untuk menampilkan informasi laba yang lebih baik agar investor masih percaya kepada perusahaan tersebut.

2.2 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEI) sebagai berikut:

1. Penelitian Nina Setyaningrum (2016, Universitas Muhammadiyah Surakarta) yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2011-2014”. Dengan menggunakan metode kuantitatif dan variabel penelitiannya adalah ukuran perusahaan, financial leverage, net profit margin, operating profit margin,

return on assets, pertumbuhan perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis diperoleh bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap praktik perataan laba. Financial leverage yang diproksikan dengan DER (dept to total equity) berpengaruh positif dan signifikan terhadap praktik perataan laba. ROA (return on assets) dan net

profit margin tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap praktik

perataan laba. Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan EPS (earning per

share) dan operating profit margin tidak berpengaruh dan tidak signifikan

(8)

2. Penelitian Arya Hagaganta Amanza (2012, Universitas Diponegoro) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar DI BEI 2006-2010”. Dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dan variabel penelitiannya adalah profitabilitas, risiko keuangan, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap tindakan perataan laba, ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap tindakan perataan laba. Sedangkan profitabilitas dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba.

3. Penelitian Sutri Handayani (2016, Universitas Islam Lamongan) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Studi Pada Industri Sektor Pertambangan dan Perusahaan Industri Farmasi yang Terdaftar di Bei) 2012-2015”. Dengan menggunakan metode kuantitatif dan variabel penelitiannya adalah ROA, DER, ukuran perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada industri pertambangan faktor ukuran perusahaan signifikan terhadap perataan laba, sedangkan pada industri farmasi faktor ROA dan DER yang signifikan terhadap perataan laba.

4. Penelitian Ina Setyaningtyas (2014, Universitas Diponegoro) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income

Smoothing). Dengan menggunakan metode kuantitatif dan variabel

penelitiannya adalah Ukuran perusahaan, rasio hutang, sektor industri,

leverage operasi, profitabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor

industri berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Sedangkan ukuran perusahaan, rasio hutang, leverage operasi, dan profitabilitas tidak mempengaruhi praktik perataan laba.

5. Penelitian Dina Rahmawati (2012, Universitas Diponegoro) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income

Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar DI BEI 2007-2010.

Dengan menggunakan metode kuantitatif dan variabel penelitiannya adalah ukuran perusahaan, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio. Hasil penelitianya adalah pada analisis multivariate terhadap ketiga variabel independen, ternyata hanya variabel ukuran perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Sedangkan variabel net profit

margin dan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik

perataan laba.

6. Penelitian I Nyoman Ayu Suryandari (2012, Universitas Mahasaraswati Denpasar) dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Income

Smoothing”. Dengan metode penelitian kuantitatif dan variabel penelitiannya

adalah ukuran perusahaan, Return On Asset, Net Profit Margin, Total Debt to

Total Asset, dan Debt to Equity Ratio. Hasil analisis menunjukkan bahwa

hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap

income smoothing, sedangkan Return on Asset, Net Profit Margin, Total Debt to Total Asset, dan Debt to Equity Ratio tidak mempengaruhi praktik income smoothing.

(9)

7. Penelitian Diastiti Okkarisma Dewi (2010, Universitas Diponegoro) dengan judul Pengaruh Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan Dan Financial Leverage Terhadap Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan metode kuantitatif dan variabel penelitiannya adalah jenis usaha, ukuran perusahaan, financial leverage. Hasil penelitian bahwa jenis usaha dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. Financial leverage pada perusahaan manufaktur berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba.

8. Penelitian Andhika Fajar Iskandar dan Ketut Alit Suardana (2016, Universitas Udayana) dengan judul Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return On Asset, dan

Winner/Loser Stock Terhadap Praktik Perataan Laba. Dengan menggunakan

metode kuantitatif dan variabel penelitiannya adalah ukuran perusahaan,

return on asset, winner/loser stock. Hasil penelitian menunjukkan variabel

ukuran perusahaan dan return on asset berpengaruh terhadap praktik perataan laba, sedangkan variabel winner/loser stock tidak berpengaruh pada praktik perataan laba.

9. Penelitian Ni Putu Santi Dewantari dan I Dewa Nyoman Badera (2015, Universitas Udayana) dengan judul Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dan Financial Leverage Sebagai Prediktor Perataan Laba. Dengan menggunakan metode kuantitatif dan variabel penelitiannya adalah

good corporate governance, ukuran Perusahaan, financial leverage. Hasil

penelitian menunjukkan good corporate governance dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada probabilitas perataan laba, sedangkan financial

leverage berpengaruh negatif dan signifikan pada probabilitas praktik

perataaan laba.

10. Penelitian Kartika Shintia Dewi (2012, Universitas Diponegoro) dengan judul Analisis Pengaruh ROA, NPM, DER, Dan SIZE Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi kasus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2010). Dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dan variabel penelitiannya adalah ROA, NPM, DER, dan size perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NPM dan size perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perataan laba. Sedangkan ROA dan DER tidak berpengaruh terhadap perataan laba.

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Penelitian

Dan jenis data yang Peneliti pilih dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif, yaitu berupa laporan keuangan dari perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dan aneka industri tahun 2016-2019 yang terdapat di BEI (Bursa Efek Indonesia). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder yaitu data yang sudah tersedia berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dan aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2019 yang diperoleh dari situs resmi BEI.

(10)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2017:39). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tindakan perataan laba yang diukur dengan skala nominal. Tindakan perataan laba diuji dengan Indeks Eckel (1981). Kelompok perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba diberi nilai 1, sedangkan kelompok perusahaan yang tidak melakukan perataan laba diberi nilai 0.

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2017:39). Adapun variabel independen dari penelitian ini adalah debt to equity ratio. DER adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancer dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untu mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang (Kasmir, 2017:257-158). Dalam penelitian Setyaningrum (2016) financial leverage yang diproksikan dengan DER (debt to total equity) berpengaruh positif dan signifikan terhadap praktik perataan laba.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan data yang diperlukan yaitu data sekunder, maka metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik dokumentasi yang berdasarkan laporan keuangan periode 2016, 2017, 2018, 2019 yang dipublikasikan oleh BEI, mengambil dari artikel, jurnal, penelitian terdahulu, mempelajari buku-buku pustaka yang mendukung penelitian terdahulu dan proses penelitian serta publikasi-publikasi dalam berita bisnis, publikasi emiten dan sumber-sumber lain yang relevan.

Objek penelitian adalah seluruh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industry barang konsumsi dan aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode purposive judgement sampling yaitu sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria (Wiratna, 2016:7). Adapun pemilihan sampel yang dibutuhkan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan yang memiliki data keuangan lengkap sesuai yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian.

2. Perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai dengan 31 Desember 2019, menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember untuk periode 2016, 2017, 2018, dan 2019 serta mempunyai laporan keuangan lengkap sesuai dengan data yang diperlukan dalam variabel penelitian. 3. Perusahaan yang laporan keuangannya dari tahun 2016-2019 tidak

mengalami kerugian. Hal ini karena penelitian ini bertujuan untuk melihat praktik perataan laba.

4. Perusahaan yang tidak melakukan akuisisi atau merger selama periode pengamatan. Bila perusahaan melakukan akuisisi dan merger selama periode pengamatan akan mengakibatkan variabel-variabel dalam penelitian mengalami perubahan yang tidak sebanding dengan periode sebelumnya.

(11)

Sedangkan bila perusahaan dilikuidasi maka hasil penelitian tidak akan berguna karena perusahaan tersebut di masa mendatang tidak lagi beroperasi. 5. Perusahaan yang menggunakan Rupiah sebagai mata uang pelaporan

keuangannya.

6. Perusahaan yang tidak mengalami delisting (keluar dari BEI) selama masa pengamatan penelitian.

3.4 Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis ata kuantitatif dengan menggunakan program SPSS 21 sebagai alat untuk menguji data. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendapatkan informasi yang relevan yang terkandung dalam data tersebut dan menggunakan hasilnya untuk memecahkan suatu masalah.

Metode statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian ini adalah statistik deskriptif (seperti mean dan deviasi standar) yang berguna untuk mengetahui karakteristik dari perusahaan yang dijadikan sampel serta statistik inferensi yaitu berupa pengujian multivariate dengan menggunakan binary logistic

regression dengan metode enter melalui program SPSS Statistic 21.

Penelitian ini menggunakan analisis logistic regression. Dalam Wiratna (2016:00) model statistik ini sesuai digunakan dalam penelitian ini sebab variabel dependennya adalah data kategorikal (misal dalam penelitian ini variabel dependen atau Y diproksikan dengan kode 1 untuk perusahaan yan melakukakan perataan laba, dan kode 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan perataan laba). Ghozali (2018:325) mengatakan pengujian multivariate dengan binary logistic regression tidak memerlukan uji normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model, artinya variabel penjelas tidak harus memiliki distribusi normal, linear, maupun memiliki varian yang sama dalam setiap grup. Jadi logistic regression umumnya dipakai jika asumsi multivariate normal distribution tidak terpenuhi.

IV. HASIL

4.1 Statistik Deskriptif

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa jumlah data (N) sebanyak 156, hasil uji statistik deskriptifnya adalah nilai mean (rata-rata) ukuran perusahaan (size) = 24,1525623 dengan standar deviasi = 5,427443840. Nilai terendah dari 156 sampel adalah 13,38968 dan nilai tertingginya sebesar 30,52948. Standar deviasi sebesar 5,42743840 menunjukkan variasi yang cukup besar karena nilanya lebih dari 20% dari mean (lebih dari 4,83501). Hal ini berarti rata-rata nilai total asset/aktiva perusahaan sampel sebesar 24,1525623 (log jutaan rupiah) dengan ukuran penyebaran yang di bawah nilai rata-rata yaitu sebesar 5,42743840 dari 156 kasus yang terjadi.

Hasil uji statistik deskriptif terhadap variabel debt to equity ratio (DER) menunjukkan nila rata-rata sebesar 2,3982113 menunjukkan rata-rata kewajiban yang dipenuhi perusahaan melalui modal yang digunakan untuk membayar utang dan perusahaan manufaktur sector barang konsumsi dan aneka industri menggunakan utang sebagai komponen utama dalam pembiayaan usahanya. Ukuran penyebaran sampel DER relatif besar dengan rentang nilai minimum

(12)

sebesar 0,37121 dan nilai maksimum sebesar 13,13627 atau selisih sebesar 12,66606. Standar deviasi sebesar 2,11943097 menunjukkan variasi yang cukup besar karena nilainya lebih dari 20% nilai rata-rata.

4.2 Regresi Logistik

Hasil perhitungan untuk variabel X (DER) menunjukkan bahwa nilai wald

test sebesar 7,723 dengan df1 artinya nilainya lebih besar dari nilai tabel chi-square

yaitu 3,841. Nilai probabilitasnya adalah sebesar 0,005 atau lebih kecil dari alpha 0,05 sehingga dapat disimpukan bahwa H0 ditolak dan hipotesis yang menyatakan bahwa rasio keuangan debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap praktik perataan laba diterima.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Pengujian statistik untuk hipotesis dengan menggunakan analisis regresi logistic, nilai wald test sebesar 7,723 dengan df1 artinya nilainya lebih besar dari nilai tabel chi-square yaitu 3,841. Nilai probabilitasnya adalah sebesar 0,005 atau lebih kecil dari alpha 0,05 menunjukkan bahwa rasio debt to equty ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap praktik perataan laba sehingga H3 diterima dan H0 ditolak. Arah koefisien regresi bernilai positif berarti probabilitas DER yang semakin tinggi cenderung membuat perusahaan melakukan perataan laba. Hal ini bisa disebabkan perusahaan dengan rasio DER yang tinggi membuat perusahaan untuk memberikan informasi laba terbaik guna menarik investor agar tetap percaya terhadap perusahaan tersebut sehingga perusahaan cenderung melakukan perataan laba. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nina Setyaningrum (2016), Sutri Handayani (2016), Diastiti (2010), dan penelitian Ni Putu Santi dan I Dewa Nyoman Badera (2015). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ina Setyaningtias (2014), Dina Rahmawati (2012), I Nyoman Ayu (2012), dan Kartika (2012).

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya:

a. Penggunaan model indeks Eckel (1981) yang mungkin berpengaruh terhadap simpulan penelitian yang tidak signifikan.

b. Penelitian ini hanya menguji variabel debt to equity ratio (DER) yang diujikan dengan variabel dependen perataan laba.

c. Penelitian ini hanya menggunakan rentang waktu laporan keuangan selama empat tahun yaitu tahun 2016-2019, kemungkinan terlalu singkat sehingga penelitian menjadi kurang akurat.

d. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di BEI sektor manufaktur dengan subsektor industri barang konsumsi dan aneka industri saja sehingga hasil penelitian tidak mewakili populasi dari seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI.

5.2 Saran

(13)

a. Bagi peneliti selanjutnya dengan menggunakan kasus yang sama sebaiknya menggunakan sampel perusahaan yang lebih banyak lagi agar hasil penelitiannya lebih akurat.

b. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan variabel-variabel yang lain seperti contoh struktur kepemilikan, harga saham, umur perusahaan, rencana bonus, sektor industri, dan lain sebagainya.

c. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan rentang waktu laporan keuangan yang lebih lama (lebih dari empat tahun) agar hasil penelitian lebih akurat.

d. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sektor perusahaan yang lain yang terdapat di BEI seperti sektor keuangan, pertanian, pertambangan, dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Sulistyanto, Sri. 2018. Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris. Jakarta: PT Grasindo.

Rahmawati. 2012. Teori Akuntansi Keuangan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kasmir, 2017. Analisis Laporan Keuanngan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Fahmi, Irham. 2018. Analisis Laporan Keuangan. Bandung:Alfabetta.

Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS

25. Semarang: Badan Penerbit – Undip.

Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2011. Accounting Theory Edisi 5 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2014. Teori Akuntansi International Financial

Reporting System (IFRS). Semarang: Badan Penerbit – Undip.

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2012. Accounting Theory Edisi 5 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Santoso, Budi. 2015. Keagenan (Agency). Bogor: Ghalia Indonesia.

Sudana, I Made. 2015. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Setyaningrum, Nina. 2016. Artikel Publikasi Ilmiah: Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014. Surakarta: Universitas Muhammadiyah. http://eprints.ums.ac.id/41530/1/NASKAH%2520PUBLIKASI.pdf&ved=2ah UKEwjf8J6V6JXhAhUDK48KHenpBD0QFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw

37XqODR3-xGbCmerrHv8VP7, diakses 12 Maret 2019.

Handayani, Sutri. 2016. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap

Perataan Laba (Studi Pada Industri Sektor Pertambangan dan Perusahaan Industri Farmasi yang Terdaftar di BEI). Jurnal Penelitian Ekonomi dan

Akuntansi Volume 1 No. 3. Universitas Islam Lamongan.

Setyaningtyas, Ina. 2014. Artikel Publikasi Ilmiah: Faktor-Faktor yang

(14)

http://eprints.undip.ac.id/43049/1/08_SETYANINGTYAS.pdf&ved=2ahUK EwiRqZDv65XhAhVJpY8KHTwOAEQFjAAegQIBhAB&usg=AOvVaw3W

HfBWc9bCsPfQIE4COtpS&cshid=1553260968659, diakses 12 Maret 2019.

Amanza, Arya Hagaganta. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Praktik Perataan Laba (Income Smoothing). Semarang: Universitas

Diponegoro.

http://eprints.undip.ac.id/35703/1/Skripsi_AMANZA.pdf&ved=2ahUKEwic6 Mqr7ZXhAhUH6Y8KHSqiCXsQFjAAegQIBhAB&usg=AOvVaw1hooezaN

LPmpVvI3xoRYiq , diakses 01 Maret 2019.

Rahmawati, Dina. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap

Praktik Perataan Laba (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bei Tahun 2007—2010). Jurnal Akuntansi Volume 1, Nomor 2. Universitas

Diponegoro. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting, diakses 1 April 2019.

Suwito, Edi dan Arleen Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik

Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi. Trisakti.

Dewi, Diastiti Okkarisma. 2010. Pengaruh Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan dan

Financial Leverage Terhadap Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Publikasi. Semarang:

Universitas Diponegoro.

https://core.ac.uk/download/pdf/11722277.pdf&ved=2ahUKEwjr4, diakses 2

April 2019.

Iskandar, Andika Fajar dan Ketut Alit Suardana. 2016. Pengaruh Ukuran

Perusahaan, Return On Asset, Dan Winner/Loser Stock Terhadap Praktik Perataan Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.14.2. Bali:

Universitas Udayana.

Dewantari, Ni Putu Santi dan I Dewa Nyoman Badera. 2015. Good Corporate

Governance, Ukuran Perusahaan, Dan Financial Leverage Sebagai Prediktor Perataan Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.10.2. Bali:

Universitas Udayana.

Yadiati, Winwin dan Abdulloh Mubarok. 2017. Kualitas Pelaporan Keuangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sujarweni, V. Wiratna. 2016. Kupas Tuntas Penelitian Akuntansi dengan SPSS. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sari, Kartika. 2012. Analisis Pengaruh ROA, NPM, DER, dan Size Terhadap

Praktik Perataan Laba Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010. E-Jurnal Manajemen

Volume 1 Nomor 2. Semarang: Universitas Diponegoro.

Suryandari, Ni Nyoman Ayu. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Income Smoothing. E-Jurnal Media Komunikasi FIS Volume 11 Nomor 1,

Denpasar: Universitas Mahasaraswati.

Astari, Anak Agung Mas Ratih dan I Ketut Suryanawa. 2017. Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi Volume 20 Nomor 1.

Bali: Universitas Udayana.

(15)

https://ticmi.co.id https://idx.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Jika dilihat dari letak Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin saat ini kaitannya dengan pengembangan wilayah Kota Makassar sebagai salah satu pusat transportasi

Tujuan:Karya tulis ilmiah ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian jus semangka (cilitrus vulgaris schrad) terhadap tekanan darah pada lansia dengan

PENGADILAN TINGGI MEDAN Putusan No.43/pid.sus.anak/2016/pt.mdn Halaman 3 memeriksa penumpang dan barang bawaannyayang ada di dalam Bus, setelah supir turun saksi Joko Sugito

Di Perkotaan, variabel, yang berhubungan bermakna dengan status gizi akut pada anak balita adalah status ekonomi, pendidikan, tinggi badan orang tua, pemanfaatan pelayanan

Secara politik orang Papua asli dibeking oleh UU Otsus yang memberikan prioritas kepada orang Papua asli (putra-putri daerah asli) untuk menjadi pemimpin politik namun

Semua dirancang untuk mengumpulkan informasi yang terorganisir ke dalam bentuk yang mudah diakses dan ringkas sehingga analis dapat melihat apa yang terjadi dan

Tujuan penbuatan skripsi ini adalah untuk memperoleh data tentang bagaimana nilai nilai pendidikan islam yang terkandung dalam hadits tarbawi tentang pendidikan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan supervisi Dekan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, untuk mengetahui kinerja staf akademik