Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7. 0
MODUL 7
ORGANISASI DAN TATA KERJA
BADAN POM
Reviewer:
Dr. Endry Boeriswati, M.Pd.
MATERI UJIAN DINAS DAN
UJIAN PENYESUAIAN KENAIKAN PANGKAT (UPKP)
APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) BADAN POM
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7. 1
Modul 7
ORGANISASI DAN TATA KERJA
BADAN POM
A. PendahuluanBadan Pengawas Obat dan Makanan atau disingkat Badan POM adalah sebuah lembaga di Indonesia yang bertugas mengawasi peredaran obat-obatan dan makanan di Indonesia. Sebagai salah satu lembaga pemerintah, Badan POM mempunyai peran panting dalam melakukan pengawasan obat dan makanan seiring dengan maraknya peredaran obat dan makanan yang tidak memenuhi standar kesehatan dan membahayakan masyarakat.
Demikian penting dan beratnya tugas yang diemban Badan POM, penguatan sistem organisasi dan tata kerja Badan POM menjadi tuntutan yang perlu mendapat perhatian. Pemahaman tentang sistem organisasi dan tata kelola Badan POM perlu dimiliki oleh para pegawai negeri sipil di lingkungan Badan POM. Oleh karena itu, pada modul ini, akan dibahas materi yang berkaitan dengan organisasi dan tata kerja Badan POM.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelajaran ini membahas organisasi dan tata kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, termasuk Unit Pelaksana Teknisnya di daerah, yaitu Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan.
C. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta diharapkan mampu memahami organisasi dan tata kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan.
D. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mempelajari modul ini, para peserta mampu:
1) menjelaskan kedudukan, tugas, fungsi dan kewenangan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
2) memahami visi, misi, tujuan dan budaya organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan.
3) menjelaskan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM).
4) memahami struktur organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan termasuk Unit Pelaksana Teknisnya di daerah, yaitu Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan serta Pos Pengawas Obat dan Makanan.
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7. 2
E. Materi Bahasan
Materi bahasan mata pelajaran ini terdiri dari 4 (empat) kegiatan belajar: 1) Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
2) Visi, Misi, Tujuan, dan Budaya Organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan.
3) Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM).
4) Struktur Organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan dan Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan serta Pos Pengawas Obat dan Makanan.
F. Uraian Materi
KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN, KEWENANGAN BADAN POM
Dasar hukum pembentukan Badan Pengawas Obat dan Makanan adalah Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013. Selanjutnya, Keputusan Presiden tersebut ditindaklanjuti dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004 serta Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.3546 Tahun 2009.
A. Kedudukan
Berdasarkan peraturan perundangan-undangan sebagaimana tersebut di atas, kedudukan Badan POM sebagai berikut:
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang dibentuk untuk melaksanakan tugas Pemerintah tertentu dari Presiden;
2. BPOM berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden;
3. Dalam melaksanakan tugasnya, BPOM dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan; dan
4. BPOM dipimpin oleh Kepala.
B. Tugas
BPOM mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7. 3
C. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, BPOM menyelenggarakan fungsi:
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan makanan;
2. Pelaksanaaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan; 3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM;
4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan; dan
5. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.
D. Kewenangan
Dalam menyelenggarakan fungsinya, BPOM mempunyai kewenangan:
1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang pengawasan obat dan makanan;
2. Perumusan kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan untuk mendukung pembangunan secara makro;
3. Penetapan sistem informasi di bidang pengawasan obat dan makanan;
4. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman pengawasan peredaran obat dan makanan;
5. Pemberian izin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan industri farmasi; dan
6. Penetapan pedoman penggunaan, konservasi, pengembangan, dan
pengawasan tanaman obat.
Kegiatan Belajar 2:
VISI, MISI, TUJUAN, DAN BUDAYA ORGANISASI
Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan, dan tantangan yang dihadapi ke depan, Badan POM sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai lembaga Pengawasan Obat dan Makanan dituntut untuk dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat obat dan makanan tersebut sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk itu, Badan POM telah menetapkan visi, misi dan tujuan serta sasarannya. Peta strategi Badan POM dapat dilihat pada Gambar 7.1.
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7. 4
Gambar 7.1. Peta Strategis Badan POM Periode 2015-2019 1. VISI
Visi dan Misi Pembangunan Nasional untuk tahun 2105-2019 telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden RI Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019). Visi pembangunan nasional untuk
tahun 2015-2019 adalah “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini
adalah melalui tujuh Misi Pembangunan yaitu:
a) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan,
b) Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara hukum,
c) Mewujudkan politik luar negeri yang bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim,
d) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera, e) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing,
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7. 5 f) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju dan kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional, dan
g) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Sejalan dengan visi dan misi pembangunan dalam RPJMN 2015-2019, Badan
POM telah menetapkan Visi Badan POM 2015-2019 adalah ”Obat dan Makanan
Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa”
Berdasarkan visi tersebut, proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel serta diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalan dengan itu, pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut:
Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan
Makanan telah melalui analisa dan kajian, sehingga risiko yang mungkin masih timbul adalah seminimal mungkin/ dapat ditoleransi/tidak membahayakan saat digunakan pada manusia. Dapat juga diartikan bahwa khasiat/manfaat Obat dan Makanan meyakinkan, keamanan memadai, dan mutunya terjamin.
Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah
memenuhi standar, baik standar nasional maupun internasional, sehingga produk lokal unggul dalam menghadapi pesaing di masa depan.
2. MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, telah ditetapkan Misi Badan POM sebagai berikut:
a) Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan pengawan komprehensif (full
spectrum) mencakup standardisasi, penilaian produk sebelum beredar, pemeriksaan
sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta penegakan hukum. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten, yaitu memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan Badan
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7. 6 yang diemban Badan POM, maka perlu disusun suatu strategi yang mampu mengawalnya.
Di satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi, sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritas dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan seharusnya didesain berdasarkan analisis risiko, untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.
Badan POM perlu melakukan mitigasi risiko di semua proses bisnis Badan POM, antara lain pada pengawasan sarana dan produk, Badan POM secara proaktif memperkuat pengawasan lebih ke hulu melalui pengawasan importir bahan baku dan produsen.
b) Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.
Dalam 5 (lima) tahun ke depan, paradigma pengawasan Obat dan Makanan
harus diubah yang sebelumnya adalah “watchdog” control menjadi pro-active control
dengan mendorong penerapan Risk Management Program oleh industri.
Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM), pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam dalam pengawasan Obat dan Makanan. Pelaku usaha harus bertanggungjawab memenuhi standar dan persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat dan Makanan sehingga menjamin Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu.
Sebagai lembaga pengawas, Badan POM harus mampu membina dan mendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu. Dengan pembinaan secara berkelanjutan, ke depan diharapkan pelaku usaha mempunyai kemandirian dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan.
Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri Obat dan Makanan terhadap Pendapatan Nasional Bruto (PDB) cukup siginifikan. Industri makanan, minuman dan tembakau memiliki kontribusi PDB non migas di tahun 2012 sebesar 36,33 persen, sementara Industri Kimia dan Farmasi sebesar 12,59 persen (sumber: Laporan Kemenperin 2004-2012). Perkembangan industri makanan, minuman dan farmasi (obat) dari tahun 2004
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7. 7 sampai dengan 2012 juga mempunyai tren yang meningkat. Hal ini tentunya merupakan suatu potensi yang luar biasa untuk industri tersebut berkembang lebih pesat.
Industri dalam negeri harus mampu bersaing baik di pasar dalam maupun luar negeri. Sebagai contoh, masih besarnya impor bahan baku obat dan besarnya pangsa pasar dalam negeri dan luar negeri menjadi tantangan industri obat untuk dapat berkembang. Demikian halnya dengan industri makanan, obat tradisional, kosmetik, suplemen kesehatan juga harus mampu bersaing. Kemajuan industri Obat dan
Makanan secara tidak langsung dipengaruhi dari sistem serta dukungan regulatory
yang mampu diberikan oleh BADAN POM. Sehingga BADAN POM berkomitmen untuk mendukung peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu Obat dan Makanan.
Masyarakat sebagai konsumen juga mempunyai peran yang sangat strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan, masyarakat diharapkan dapat memilih dan menggunakan Obat dan Makanan yang memenuhi standar, dan diberi kemudahan akses informasi dan komunikasi terkait Obat dan Makanan. Untuk itu, Badan POM melakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mendukung pengawasan melalui kegiatan Pemberdayaan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat, serta kemitraan dengan pemangku kepentingan lainnya sehingga mampu melindungi diri sendiri dan terhindar dari produk Obat dan Makanan yang mengandung bahan berbahaya dan ilegal.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Badan POM tidak dapat berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pemangku kepentingan lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat dan Makanan bersifat unik karena
tersentralisasi, yaitu dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pusat dan
diselenggarakan oleh Balai di seluruh Indonesia. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan, karena kebijakan yang diambil harus bersinergi dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7. 8
c) Meningkatkan kapasitas kelembagaan Badan POM
Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal ini membutuhkan sumber daya yang merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, menuntut Badan POM harus mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.
Di samping itu, Badan POM sebagai suatu LPNK yang dibentuk pemerintah
untuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata (techno
structure), namun juga melaksanakan fungsi pengaturan (regulating), pelaksana
(executing), dan pemberdayaan (empowering). Untuk itu, diperlukan penguatan kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.
Misi Badan POM merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan tugas
pokok dan fungsi Badan POM. Pengawasan pre- dan post-market yang berstandar
internasional diterapkan dalam rangka memperkuat badan POM menghadapi tantangan globalisasi. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten, yaitu memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan Badan POM mampu melindungi masyarakat dengan optimal.
Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap
mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi pembelajar (learning
organization). Untuk mendukung itu, Badan POM perlu untuk memperkuat koordinasi
internal dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta saling bertukar
informasi (knowledge sharing).
3. Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya, adalah:
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7. 9
a. Profesional
Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan komitmen yang tinggi.
b. Integritas
konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan
c. Kredibilitas
Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional.
d. Kerjasama Tim
Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.
e. Inovatif
Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.
f. Responsif/Cepat Tanggap
Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.
Kegitan Belajar 3:
SISTEM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (SISPOM) 1. Kerangka Konsep SISPOM
Pengawasan obat dan makanan memiliki aspek permasalahan berdimensi luas dan kompleks. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem pengawasan yang komprehensif untuk menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk obat dan makanan.
Pengawasan tersebut dimulai dari penilaian pre-market produk, sertifikasi sarana
produksi, pengawasan post-market produk dan sarana, sampling dan pengujian serta
sekaligus melakukan pengamanan pasar dalam negeri dari produk obat dan makanan yang tidak memenuhi syarat, mutu, dan ilegal/ palsu. Penegakan hukum dan
pemberdayaan masyarakat (community empowerment) juga merupakan bagian dari
pengawasan yang dilakukan Badan POM.
Untuk memenuhi pengawasan tersebut, Badan POM menerapkan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM) yang terdiri dari 3 (tiga) elemen penting yaitu (i) subsistem pengawasan produsen; (ii) subsistem pengawasan konsumen; dan (iii) sub sistem pengawasan pemerintah/Badan POM.
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7. 10
Gambar 7.2. Sistem Pengawasan Obat a. Subsistem Pengawasan oleh Produsen
Sistem pengawasan internal produsen yang berdasarkan pada cara produksi
yang baik (good manufacturing practices). Melalui proses ini diharapkan agar segala
bentuk penyimpangan standar mutu dapat terdeteksi sejak dini. Secara hukum, produsen bertanggung jawab atas pengawasan mutu dan keamanan produk yang mereka hasilkan. Segala bentuk penyimpangan dan pelanggaran dari standar yang ditetapkan dapat berdampak sanksi baik administratif maupun hukum.
b. Subsistem Pengawasan oleh Konsumen
Sistem pengawasan masyarakat yang dilakukan secara mandiri oleh konsumen. Hal ini berusaha dicapai dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai kualitas serta penggunaan produk secara benar. Pengawasan mandiri sangat penting dilakukan karena masyarakat merupakan pihak pengambil keputusan yang menentukan pembelian dan penggunaan suatu produk. Dengan tingkat kesadaran dan pengetahuan yang tinggi terhadap mutu dan kegunaan produk, masyarakat diharapkan dapat melindungi diri dari produk obat dan makanan yang tidak memenuhi syarat. Tingginya tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentunya akan mendorong produsen untuk terus menjaga dan meningkatkan kualitas produknya.
c. Subsistem Pengawasan oleh Pemerintah/BADAN POM
Sistem pengawasan pemerintah dilakukan oleh Badan POM sebagai institusi yang bertanggung jawab dalam melakukan pengaturan dan standardisasi; penilaian keamanan, khasiat dan mutu sebelum diedarkan di pasar; inspeksi berkala, pengambilan sampel dan pengujian laboratorium untuk produk obat dan makanan
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7. 11 yang sudah beredar, pengumuman publik, serta penegakan hukum. Dalam meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap keamanan, khasiat, dan mutu produk, secara berkala dilakukan kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi publik.
.
2. Prinsip Dasar SISPOM
Pelaksanaan SISPOM dimaksud diterapkan dengan prinsip dasar sebagai berikut:
a) Tindakan pengamanan cepat, tepat, akurat dan profesional;
b) Tindakan pengawasan berdasarkan tingkat risiko dan berbasis bukti-bukti ilmiah; c) Tindakan pengawasan berskala nasional/lintas provinsi dengan jaringan kerja
internasional;
d) Penegakan supremasi hukum sesuai dengan Criminal Justice System (CJS);
e) Pengujian oleh jaringan laboratorium nasional yang kuat dan terakreditasi serta berkolaborasi dengan jaringan global; dan
f) Pengembangan jaringan sistem informasi keamanan dan mutu produk.
Kegiatan Belajar 4: STRUKTUR ORGANISASI
Stuktur Organisasi dan Tata Kerja BPOM disusun berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004. Khusus Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar/Balai POM disusun berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Sesuai dengan struktur organisasi yang ada pada gambar di bawah ini, secara garis besar unit-unit kerja BPOM dapat dikelompokkan sebagai berikut: Sekretariat Utama, Deputi Bidang Pengawasan Teknis (I, II dan III), unit penunjang teknis (pusat-pusat) dan Inspektorat, serta UPT di daerah.
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7. 12
Gambar 7.3. Struktur Organisasi BPOM RI
Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Inspektorat
1. Biro Perencanaan dan Keuangan 2. Biro Kerjasama Luar Negeri 3. Biro Hukum dan Hubungan
Masyarakat 4. Biro Umum SekretariatUtama Pusat Penyidikan Obat dan Makanan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Pusat Riset Obat dan Makanan Pusat Informasi Obat dan Makanan Deputi I
Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Napza
1. Direktorat Penilaian Obat dan Produk Biologi
2. Direktorat Standardisasi Produk Terapetik dan PKRT 3. Direktorat Pengawasan
Produksi Produk Terapetik dan PKRT
4. Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT
5. Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
Deputi II Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan
Produk Komplemen
1. Direktorat Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik 2. Direktorat Standardisasi Obat
Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen 3. Direktorat Inspeksi dan
Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen
4. Direktorat Obat Asli Indonesia
Deputi III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan
Beahaya
1. Direktorat Penilaian Keamanan Pangan
2. Direktorat Standardisasi Produk Pangan 3. Direktorat Inspeksi dan
Sertifikasi Produk Pangan 4. Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan 5. Direktorat Pengawasan Produk
dan Bahan Beahaya
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7. 13 a. Sekretariat Utama RAKAT PERLENG BAGIAN RT KAPAN DAN TANGGA RUMAH SUBBA GIAN KAPAN A N DAN KEARSIP BA GIAN PENGEM BA NGAN PEGAWA I PERLENG SUBBA GIAN JABATAN SUBBAGIA N PERSURATAN SUBBA GIAN DIKLAT BA NGAN PENGEM SUBBAGIA N AN PEGAWA I PERENCANA SUBBAGIAN BAGAIA N ADMINISTRA SI KEPEGA WAIA N NAL FUNGSIO PEGAWAI MUTASI SUBBAGIA N SUBBAGIAN TATA USAHA SESTAMA KEPEGA TA TA USAHA SUBBAGIAN PEGAWAI RAAN KESEJAHTE SUBBAGIAN KEPALA TATA USAHA SUBBA GIAN BAGIAN TATA USAHA PIMPINAN SUBBAGIAN TATA USAHA DEPUTI MASA SUBBAGIA N PUBLIKASI DAN DOKU KONSUMEN BA GIAN HUBUNGA N MA SYA-SUBBAGIA N PEMBERI-TAAN SUBBAGIA N MEDIA MENTASI BANTUAN HUKUM SUSBBAGIAN KONSUMEN SUBBAGIAN DATA DAN EVALUA SI BAGIA N PENGADUAN KONSUMEN SUBBAGIAN LAYANAN PENGADUAN TASI UNDANGA N BAGIAN BANTUAN HUKUM SUBBAGIAN PERTIMBANG AN HUKUM SUBBAGIAN LAYA NAN SUBBAGIA N DOKUMEN UNDANGA N PERUNDANG PERUNDANG PERA TURA N PERUMUSA N SUBBAGIA N KERJA SANA BAGIAN BA GIAN PERA TURA N SEKRETARIS UTA MA BAGIAN RENSTRA DAN BAGIAN PROGRA M DAN SUBBAGIAN EVALUASI DA N INTERNA KERJA SAMA KERJA SAMA SUBBAGIAN SUBBAGIAN REGIONAL ORGA NISASI
PRODUK TE ANGGARA N
BA GIAN ORGANISASI
SUBBA GIAN SUBBAGIA N PERBENDAHA KEUA NGAN SUBBAGIAN PELAPORAN ORGANISASI RENSTRA SUBBA GIAN RAA N DAN PROGRA M SUBBAGIA N ANGGARA N SUBBAGIAN VERIFIKASI AKUNTANSI MULTILA TERA L SUBBAGIAN KERJA SAMA KERJA SAMA REGIONAL II SUBBAGIAN KEAMANAN TATA USAHA BAGIAN KERJA SAMA BILATERAL DA N MULTILA TERA L SUBBAGIAN KERJA SAMA BILATERAL SUBBAGIAN KERJA SAMA BIRO BIRO UMUM HUKUM DA N
HUBUNGAN MASY ARAKAT BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI BIRO PERENCANAA N DAN KEUANGAN BAGIAN FUNGSIONAL PANGAN KERJA SAMA NAZABA DATA DAN SIONAL SUBBAGIAN SUBBAGIAN KOMPLEMEN RAPETIK DAN KERJA SAMA BAGIAN EVA LUASI SUBBAGIAN PELAPORAN REGIONAL I WAIA N HUKUM KELOMPOK JABATA N HUKUM BIMBINGAN LAYANAN PENYULUHAN LPK SUBBAGIAN PENGADUAN
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7. 14
b. Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif
PT dan PKRT dan PKRT dan PKRT Seksi Tata Pengatur -an PT dan PKRT disasi PT Seksi Operasi -onal onal Rokok Seksi Tata Operasi Seksi Risiko PT dan Analisis Narkotika Pengaturan Penang-gulangan Produk Seksi Seksi Tata Operasi -onal DIREKTORAT
PENILAIAN OBAT DAN PRODUK BIOLOGI DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK TERAPETIK DAN PKRT an PT DIREKTORAT PENG-AWASAN DISTRIBUSI PRO-DUK TERAPETIK DAN PKRT DIREKTORAT
PENG-AWASAN PRODUKSI PRO-DUK TERAPETIK DAN PKRT
PT dan PT dan PKRT Sub Dit
an Iklan dan DIREKTORAT
WAS NARKOTIKA, PSIKO TROPIKA DAN ZAT ADIKTIF
Seksi Sub Dit Pengaw as-an Rokok Inspeksi Sertif ikasi Prekursor Seksi Pengaturan Promosi Seksi Pengaw as-an Produk Pengaw as-Sub Dit Pengaw as-an Prekur-Seksi sor dan Prekursor Seksi Pengaturan dan Sertifikasi Psikotropika dan Sertifikasi Sub Dit Pengaw as-an Psikotro-Seksi pika Inspeksi Psikotropika Inspeksi Seksi Narkotika Seksi Sub Dit Pengaw as-an Narkotika Seksi Promosi dan Penandaan PKRT Seksi Surveilan PT dan PKRT PT dan PKRT Pengaw asan Promosi Penandaan PT dan PKRT Distribusi Sub Dit Surveilan dan Ana-lisis Risiko Sub Dit Pengaw asan Sarana Seksi Sertif ikasi Sarana Seksi Pengaw asan PT dan PKRT Distribusi Distribusi PT dan an BBO Pengaw as Pengaw as -Seksi PKRT Seksi Inspeksi dan PKRT Sertifikasi Seksi Sarana Prod. PT Farmako-Seksi Sub Dit Insert Produksi PT dan an Ekspor Prod. PT dan PKRT Obat PKRT Seksi Inspeksi an Produksi Seksi Pengembang-Sarana onal Sub Dit Bimbingan Industri Farmasi Seksi Pengembang-Penilaian BA/BE Obat Tata Operasi -Seksi Standar-disasi BA/BE Seksi Obat Penerapan Seksi Sub Dit Standar-disasi dan Penilaian BA/BE Obat Standar -Produk dan Uji Klinik Ilegal Prod Terap Pengguna -an Khusus CPOB Sud Dit Standar -disasi dan Pengatur -Sub Dit Evaluasi Produk Terapetik Seksi Sub Dit Penilaian Obat Baru Seksi Evaluasi Pengguna - an Khusus Seksi Evaluasi Seksi Jalur II Sub Dit Penilaian Obat Copy dan Produk Biologi Seksi Penilaian Obat Baru Penilaian Obat Copy Seksi Penilaian Obat Baru Jalur I & III
Seksi Reevalu -asi Obat Penilaian Produk Biologi Seksi ekonomi Farmako ekonomi Seksi Pemantau-Sub Dit Harga Obat dan an dan Analisis Harga DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PRODUK
TERAPETIK DAN NARKOTIKA PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF
Sub Dit CPOB Analisis an BBO dan Insert KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL PKRT Rokok Seksi Tata Operasi -onal Analisis Seksi
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7. 15
c. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen
INDONESIA
Kelompok Jabatan DEPUTI BIDANG PENGAWASAN OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK
DAN PRODUK KOMPLEMEN
onal Pengawasan Operasi Tata Fungsional Suplemen Pengawasan Produksi Makanan Kosmetik dan Promosi
dan Suplemen Seksi Setikal setikal Seksi Makanan
Suplemen Kosmetik Keamanan Penilaian Penilaian Makanan dan Tradisional Nutra Penilaian Operasi onal Tata Operasi onal Seksi Tata Ekspor OAI OAI onal Makanan Tata Operasi Seksi OAI Teknologi Kosmetik Agro Medika OAI Ekstrak
Seksi Seksi
Mutu OAI Kosmetik
dan Suplemen dan Bahan dan Manajemen Tradisional Kosmetik Galenik OT dan Promosi
Layanan Sertifikasi Pengembangan Kemanfaatan Teknologi
Kosmetik Sarana Produksi Penandaan Penandaan Penilaian Surveilan Standardisasi
dan Sediaan
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Seksi Seksi Seksi Standardisasi Standardisasi
Makanan
dan OT OAI OAI Formulasi
Kosmetik OT dan Suplmen Kosmetik Obat Kosmetik OT dan Suplemen
dan Kosme Suplemen Makanan Makanan
Bahan Sarana Produksi Inspeksi OT Inspeksi Sertifikasi Inventarisasi Keamanan Teknologi Potensi Pasar Penilaian Keamanan OT dan
Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi
Standardisasi Standardisasi Seksi
Seksi Seksi Seksi Surveilan Standardisasi
Kosmetik
Seksi Seksi
Makanan dan OAI
OAI Industri Budidaya faatan
OAI Teknologi
Suplemen
Produk II Sertifikasi kognosi dan dan Keman
Sub Dit Sub Dit
Bimbingan Produk I Produk II Keamanan OT Produk I Produk II Sarana Produk I
Bimbingan Sub Dit Inspeksi Sub Dit Etnofarma Keamanan
Standardisasi Inspeksi
Sub Dit Sub Dit
Penilaian Surveilan Standardisasi Standardisasi
Sub Dit Sub Dit Sub Dit
MAKANAN DAN KOSMETIK DAN PRODUK KOMPLEMEN Sud Dit Sud Dit Sub Dit Sub Dit
KOSMETIK DAN PRODUK KOMPLEMEN
DIREKTORAT OBAT TRADISIONAL, SUPLEMEN OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK
DIREKTORAT INSPEKSI DAN SERTIFIKASI OBAT TRADISIONAL DIREKTORAT PENILAIAN DIREKTORAT STANDARDISASI
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7. 16
d. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya
onal Sub Dit Berbahaya Sertif ikasi Sub Dit Seksi Tata Operasi Sub Dit Sertif ikasi Pangan Produk Seksi Pangan Sub Dit Iradiasi Seksi Penilaian Produk Seksi Bhn Tambah Sub Dit Penilaian Pangan Khusus Seksi Penilaian PHRG dan Pangan Olahan Seksi Penilaian Minuman dan Bayi dan Seksi Penilaian Balita Tertentu Seksi Penilaian Makanan Diet Khusus Sub Dit Standardi sasi Bhn Baku Dan Seksi Standardi sasi Bahan Seksi Standardi sasi BTP Baku Sub Dit Standardi sasi Pangan Khusus Seksi Fungsional Seksi Standardi sasi Produk Standardi sasi PHRG
dan Iradiasi sasi Produk
Sub Dit Sub Dit Standardi sasi Pangan Olahan Sub Dit Inspeksi Produksi dan Peredar Pangan Seksi
Standardi Sertif ikasi an Produk Seksi Inspeksi Produksi Tangga Pangan Seksi Inspeksi Peredaran Sarana Produksi Sub Dit Inspeksi Produk Berlabel Halal Surveilan Keamanan Pangan Minuman Seksi Penanggu Makanan Berlabel Halal Seksi Inspeksi Surveilan dan Penang gulangan Keamanan Seksi Pangan langan Keamanan Seksi Seksi Inf ormasi Paangan onal Tata Operasi Sub Dit Penyuluhan Makanan Siap Saji Sub Dit Promosi Keamanan Pangan Pangan R T Komunikasi Keamanan Seksi si Produk dan Bhn Berbaha ya Kimia dan Seksi Non Kimia dan Industri Seksi Penyuluhan Seksi Siap Saji Rumah Penyuluhan dan Edukasi Konsumen Standarisasi Produk dan Bahan Ber Standardisa bahaya Seksi Pengamanan Produk dan Bahan Seksi Berbahaya FUNGSIONAL Penilaian Risiko Produk dan Bahan Tata Operasi onal Surveilan Produk dan Bahan Berbahaya Berbahaya Seksi Seksi Listing dan Penandaan Produk dan Seksi Bhn Berbahaya Desiminasi Inf ormasi Seksi Industri PRODUK PANGAN KELOMPOK JABATAN DIREKTORAT SURVEILAN DAN PENYULUH
AN KEAMANAN PANGAN DIREKTORAT
INSPEKSI DAN SERTIFIKASI PANGAN
Makanan DEPUTI
BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN
BAHAN BERBAHAYA DIREKTORAT PENILAIAN STANDARDISASI Bhn Tambah Seksi Penilaian Makanan DIREKTORAT PENILAIAN KEAMANAN PANGAN Makanan Sub Dit Penilaian Tata Operasi onal Fungsional Sub Dit an Pangan an Pangan Seksi Penilaian Makanan dan Bhn Tambah an Pangan Seksi Tata Pangan Seksi Kodex Pangan onal Pangan Halal Seksi Inspeksi Pangan Berlabel DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUK DAN
BAHAN BERBAHAYA Operasi Penyuluhan Institusi dan Masyarakat Penyuluhan Bahan
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7.17 e. Inspektorat SUBBAGIAN TATA USAHA FUNGSISONAL INSPEKTORAT KELOMPOK JABATAN
f. Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional
DAN BAHAN BERBAHAYA
PUSAT PENGUJIAN OBAT DAN MAKANAN NASIONAL
SUBBAGIAN TATA USAHA
PRODUK DIAGNOSTIK KEAMANAN PANGAN PSIKOTROPIKA
SEKSI SEKSI
KIMIA FISIKA OBAT,
FUNGSIONAL SEKSI KOSMETIK SEKSI ALAT KESEHATAN, NARKOTIKA DAN KELOMPOK JABATAN SEKSI SEKSI OBAT TRADISIONAL DAN PRODUK KOMPLEMEN PRODUK KOMPLEMEN CEMARAN MIKROBA VAKSIN SEKSI SEKSI TOKSIKOLOGI DAN FARMAKOLOGI SEKSI POTENSI DAN STERILITAS SEKSI NUTRISI BIDANG PRODUK BIOLOGI BIDANG
PRODUK TERAPETIK DAN BAHAN BERBAHAYA BIDANG PANGAN BIDANG MIKROBIOLOGI BIDANG OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK DAN LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI LABORATORIUM BAKU PEMBANDING LABORATORIUM KALIBRASI LABORATORIUM HEWAN
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7.18
g. Pusat Penyidikan Obat dan Makanan PUSAT PENYIDIKAN OBAT DAN MAKANAN
SUBBAGIAN TATA USAHA
BIDANG PENYIDIKAN NARKOTIKA
DAN PSIKOTROPIKA
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL BIDANG
PENYIDIKAN PRODUK TERAPETIK DAN OBAT TRADISIONAL
BIDANG PENYIDIKAN MAKANAN
h. Pusat Riset Obat dan Makanan
SUBBAGIAN TATA USAHA PUSAT RISET
OBAT DAN MAKANAN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
BIDANG BIDANG BIDANG
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7.19 i. Pusat Informasi Obat dan Makanan
APLIKASI OBAT
SUB BIDANG PENGOLAHAN DATA OBAT
SUBBIDANG BIDANG INFORMASI OBAT SUB BIDANG LAYANAN INFORMASI KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SUBBIDANG TOKSIKOVIGILANS PUSAT INFORMASI OBAT DAN MAKANAN
BIDANG INFORMASI KERACUNAN TATA USAHA SUBBIDANG LAYANAN INFORMASI KERACUNAN SUBBIDANG SISTEM PERANGKAT KERAS
DAN PERANGKAT LUNAK SUBBAGIAN
BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI
2. Struktur Organisasi Balai Besar/Balai POM
Sebagai perpanjangan tangan di daerah, Badan POM memiliki 33 (tiga puluh tiga) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang merupakan Satuan Kerja mandiri setingkat Balai Besar (eselon II) dan Balai POM (Eselon III). Penetapan Balai Besar/Balai POM tersebut berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 05018/SK/K Badan POM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14 tahun 2014.
UPT di lingkungan Badan POM ini dipimpin oleh seorang Kepala Balai Besar/Balai POM yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan POM. Dalam pelaksanaan tugasnya, secara teknis Balai Besar/Balai POM dibina oleh para Deputi dan secara administrasi dibina oleh Sekretaris Utama. UPT di lingkungan Badan POM terdiri dari :
a) 12 (dua belas) Balai Besar POM tipe A; b) 7 (tujuh) Balai Besar POM tipe B; c) 7 (tujuh)Balai POM tipe A; dan d) 7 (tujuh) Balai POM tipe B.
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7.20 Berikut rincian ke-31 Balai Besar/Balai POM berdasarkan tipe dan wilayah kerjanya:
Unit Pelaksana Teknis
Balai Besar/
Balai POM Wilayah Kerja
Balai Besar POM Tipe A
1. Banda Aceh Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam
2. Medan Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Sumatera Utara
3. Palembang Seluruh Wilayan Administratif Provinsi
Sumatera Selatan
4. Jakarta Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
DKI Jakarta
5. Bandung Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Jawa Barat
6. Semarang Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Jawa Tengah
7. Yogyakarta Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
DI Yogyakarta
8. Surabaya Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Jawa Timur
9. Denpasar Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Bali
10. Makassar Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat
11. Manado Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Sulawesi Utara dan Provinsi Maluku Utara
12. Jayapura Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Papua Balai Besar POM
Tipe B
1. Padang Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Sumatera Barat
2. Pekanbaru Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Riau
3. Bandar Lampung Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Lampung
4. Mataram Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Nusa Tenggara Barat
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7.21
Unit Pelaksana Teknis
Balai Besar/
Balai POM Wilayah Kerja
Kalimantan Barat
6. Banjarmasin Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Kalimantan Selatan
7. Samarinda Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Kalimantan Timur dan Provinsi
Kalimantan Utara
Balai POM Tipe A 1. Jambi Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Jambi
2. Bengkulu Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Bengkulu
3. Kupang Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Nusa Tenggara Timur
4. Palangkaraya Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Kalimantan Tengah
5. Kendari Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Sulawesi Tenggara
6. Palu Seluruh Wilayan Administratif Provinsi
Sulawesi Tengah
7. Ambon Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Maluku
Balai POM Tipe B 1. Batam Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Kepulauan Riau
2. Pangkal Pinang Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Bangka Belitung
3. Serang Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Banten
4. Gorontalo Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Gorontalo
5. Manokwari Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Papua Barat
6. Mamuju Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Sulawesi Barat
7. Sofifi Seluruh Wilayah Administratif Provinsi
Maluku Utara
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7.22 Saat ini, Balai Besar/Balai POM terdapat di seluruh Indonesia kecuali Provinsi Kalimantan Utara. Hingga sekarang pengawasan obat dan makanan Kalimantan Utara
merupakan wilayah kerja Balai Besar POM di Samarinda.
3. Struktur Organisasi Balai Besar POM Tipe A
Balai Besar POM Tipe A dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Struktur organisasi Balai Besar POM Tipe A sebagai berikut:
4. Struktur Organisasi Balai Besar POM Tipe B
Balai Besar POM Tipe B dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Struktur organisasi Balai Besar POM Tipe B sebagai berikut:
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7.23
5. Struktur Organisasi Balai POM Tipe A
Balai POM Tipe A dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Struktur organisasi Balai POM Tipe A sebagai berikut:
6. Struktur Organisasi Balai POM Tipe B
Balai POM Tipe B dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan 14 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7.24 Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Struktur organisasi Balai POM Tipe B sebagai berikut:
7. Struktur Organisasi Pos POM
Selain memiliki Balai Besar/Balai POM di daerah, Badan POM juga memiliki Pos POM terutama di daerah terpencil yang sulit dijangkau atau daerah terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara lain. Hingga saat ini, Badan POM memiliki 10 (sepuluh) Pos POM yang terbagi ke dalam 8 (delapan) cakupan wilayah kerja Balai Besar/Balai POM. Berikut rincian ke-10 Pos POM tersebut:
No. Pos POM Cakupan Wilayah Kerja
1 Pos POM di Ternate, Prov. Maluku
Utara
Balai Besar POM di Manado
2 Pos POM di Tahuna, Prov. Sulawesi
Utara
3 Pos POM di Entikong, Prov. Kalimantan
Barat
Balai Besar POM di Pontianak
4 Pos POM di Aruk, Prov. Kalimantan
Barat
5 Pos POM di Tarakan, Prov. Kalimantan
Utara
Balai Besar POM di Samarinda
6 Pos POM di Baubau, Prov. Sulawesi
Tenggara
Balai POM di Kendari
7 Pos POM di Bima, Prov. Nusa
Tenggara Barat
Balai Besar POM di Mataram
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM 7.25 Tenggara Timur
9 Pos POM di Ende, Prov. Nusa
Tenggara Timur