• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KAJIAN

FISKAL

REGIONAL

Triwulan II

(3)

DAFTAR ISI

Daftar Isi i

I. Perkembangan Dan Analisis Ekonomi Regional 1

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 1

B. Inflasi 2

C. Indikator Kesejahteraan 2

C.1. Tingkat Kemiskinan 2

C.2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 3

C.3. Indeks Pembangunan Manusia 4

II. Perkembangan Dan Analisis Pelaksanaan APBN 5

A. Pendapatan Negara 5

A.1. Penerimaan Perpajakan 5

A.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 7

A.3. Penerimaan Hibah 8

B. Belanja Negara 8

B.1. Transfer ke Daerah dan Dana Desa 8

B.2. Belanja Pemerintah Pusat 9

B.3. Belanja Bagian Anggaran BUN 10

C. Prognosis Realisasi APBN 11

III. Perkembangan Dan Analisis Pelaksanaan APBD 13

A. Pendapatan Daerah 13

A.1. Pendapatan Asli Daerah 14

A.2. Pendapatan Transfer 15

A.3. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 16

B. Belanja Daerah 16

C. Prognosis Realisasi APBD 16

IV. Perkembangan Dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan

APBD) 18

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian 18

B. Pendapatan Konsolidasian 18

B.1. Analisis Proporsi dan Perbandingan 18

B.2. Analisis Perubahan 19

B.3.Analisis Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan

Konsolidasian 20

C. Belanja Konsolidasian 20

C.1. Analisis Proporsidan Perbandingan 20

C.2. Analisis Perubahan 21

C.3. Analisis Dampak Kebijakan Fiskal kepada Indikator Ekonomi Regional 21

D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB) 22

V. Berita/Isu Fiskal Regional Terpilih 24

A. BI: Ramadhan Momentum Dorong Pertumbuhan Ekonomi NTB 24

(4)

(Sumber: BPS Prov. NTB, diolah) 8.3 8.44 3.21 3.79 -3.22 -1.51 4.22 0.58 0.11 -0.83 -4 -2 0 2 4 6 8 10 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2016 2017 2018 P e rs e n

Grafik I.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi NTB Per Triwulan 2016-2018 (y-o-y)

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat atas dasar harga berlaku pada triwulan II 2018 mencapai Rp31,70 Triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp23,08 Triliun. Kontribusi PDRB

Provinsi NTB terhadap

pembentukan PDB (Rp3.683,9

Triliun) atau sebesar 0,86 persen. Perekonomian Provinsi NTB secara kumulatif sampai dengan triwulan II 2018 mengalami kontraksi sebesar 0,37 persen disbandingkan kumulatif yang sama tahun 2017 (c on c). Melambatnya kinerja perekonomian NTB pada triwulan II 2018 ini disebabkan oleh kinerja kategori Pertambangan dan Penggalian yang mengalami kontraksi hingga mencapai 27,57 persen.

Dibandingkan dengan triwulan I 2018, pertumbuhan ekonomi NTB triwulan II 2018 tumbuh hingga 5,11 persen (q to q). Hal ini disebabkan antara lain oleh pertumbuhan komponen pengeluaran konsumsi pemerintah yang tumbuh sebesar 7,46 persen.

Sedangkan, jika dihitung tanpa pertambangan bijih logam, pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan II 2018 (y on y) tumbuh sebesar 7,32 persen. Kinerja pertumbuhan ekonomi tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun 2017 (y on y) sebesar 6,05 persen.

Pertumbuhan Ekonomi NTB triwulan II 2018, yang tercermin pada PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Tahun Dasar 2010, didominasi oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar Rp19,83 Triliun (62,56 persen), diikuti Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar Rp11,75 Triliun (37,07 persen) dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar Rp5,16 Triliun (16,30 persen). Berdasarkan PDRB menurut lapangan usaha, struktur perekonomian NTB pada triwulan II 2018 didominasi oleh kategori pertanian, kehutanan dan perikanan (24,31 persen) diikuti oleh kategori perdagangan besar dan eceran; dan reparasi mobil dan sepeda motor (14,90 persen), kategori pertambangan dan penggalian (12,67 persen). Adapun pertumbuhan di lapangan usaha yang memiliki peranan

(5)

-1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2

JAN FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUST SEP OKT NOV DES

P e r s e n 2016 2017 2018

(Sumber: BPS Prov. NTB, diolah)

Grafik I.2 Inflasi Bulanan NTB Tahun 2015-2018

dominan tersebut pada triwulan II 2018, kategori lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh sebesar 5,94 persen (y on y), kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor mengalami pertumbuhan sebesar 7,66 persen (y on y), namun kategori lapangan usaha pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi sebesar 34,20 persen (y on y). Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah Provinsi NTB untuk mengoptimalkan lapangan usaha lain yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi, seperti sektor pariwisata dan industri pengolahan.

B. Inflasi

Laju inflasi NTB selama periode triwulan II 2018 lebih terkendali dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 dan tahun 2017. Inflasi NTB selama triwulan II 2018 masih berada di bawah asumsi makro ekonomi Provinsi NTB tahun 2018 yang ditetapkan sebesar 3 - 5 persen. Pada bulan Juni 2018, NTB mengalami tekanan inflasi sebesar 0,76 persen, meningkat cukup tajam dibandingkan

bulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 0,28 persen dan berada di atas angka nasional yang tercatat

mengalami tekanan inflasi 0,59

persen. Hal ini tidak terlepas dipengaruhi oleh kenaikan harga-harga pangan dan sandang, terutama menjelang hari raya Idul Fitri.

Untuk terus menjaga laju inflasi yang rendah dan stabil, diperlukan langkah-langkah antisipatif dalam menekan kenaikan harga-harga pangan. Pemerintah daerah dapat lebih mengoptimalkan peran TPID Provinsi NTB dalam menjaga kestabilan harga di daerah terkait normalisasi harga pada komoditas bahan makanan bergejolak (volatile food) dan komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered price) dan juga peran BUMD sebagai penyangga ketahanan pangan.

C. Indikator Kesejahteraan

1. Tingkat Kemiskinan

Persentase penduduk miskin Provinsi NTB dari tahun ke tahun mengalami penurunan, sebagaimana ditunjukkan pada Grafik I.3. Persentase penduduk miskin Provinsi NTB pada Semester I (Maret) 2012 sebesar 18,63 persen

(6)

18.63 17.97 17.25 17.1 16.48 16.07 14.75 0 5 10 15 20 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Grafik I.3 Persentase Penduduk Miskin Provinsi NTB Semester I 2012-2018

% Penduduk Miskin (Sumber: BPS Prov. NTB, diolah)

(852,64 ribu orang), turun hingga mencapai angka 14,75 persen (737,46 ribu orang) pada Semester I (Maret) 2018. Jumlah penduduk miskin di NTB pada bulan Maret 2018 tersebut berkurang 56,32 ribu orang dibandingkan periode bulan Maret 2017. Penurunan angka kemiskinan pada periode Maret 2017 – Maret 2018 merupakan yang tertinggi sejak 2012, pada saat pertama kali dilakukan penghitungan angka kemiskinan dua kali dalam setahun. Bila dibandingkan antara penduduk perkotaan dengan perdesaan pada Maret 2018 persentase penduduk miskin perkotaan lebih besar dibanding penduduk miskin perdesaan yaitu 15,94 persen pada perkotaan dan 13,72 pada perdesaan dengan jumlah penduduk miskin masing-masing 370,38 ribu jiwa dan 367,08 ribu jiwa. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) pada wilayah Kota juga lebih tinggi dibanding wilayah Desa yang mencapai 3,241 pada Kota dan 2,448 pada Desa. Demikian pula dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) wilayah Kota jauh lebih tinggi yang mencapai 0,905 sedangkan wilayah Desa lebih rendah sebesar 0,601. Selain itu, tingkat ketimpangan/ Gini Rasio pada wilayah perkotaan sebesar 0,398 sedangkan wilayah perdesaan sebesar 0,333 sehingga Gini Rasio pada Provinsi NTB pada Semester I 2018 tercatat sebesar 0,372.

Dalam upaya untuk mencapai masyarakat NTB yang lebih sejahtera,

pemerintah terus melaksanakan berbagai program penanggulangan

kemiskinan antara lain melalui pemenuhan kebutuhan dasar warga secara layak, meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat miskin, penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat serta melaksanakan percepatan pembangunan daerah tertinggal antara lain melalui penyaluran Dana Desa yang pada tahun 2018 dimanfaatkan melalui skema padat karya tunai merupakan terobosan baru untuk mempercepat upaya pengentasan kemiskinan melalui penyediaan lapangan kerja dan untuk meningkatkan daya beli masyarakat.

2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi NTB pada Februari 2018 mencapai 3,38 persen, lebih rendah dibandingkan dengan TPT pada Februari 2017 yaitu sebesar 3,86 persen. Pada triwulan II 2018, sektor yang paling banyak

(7)

4.98 5.69 3.66 3.94 3.86 3.32 3.38 0 1 2 3 4 5 6

Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb

2015 2016 2017 2018 P e rs e n

Grafik I.4 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi NTB (2015-2018) 50 55 60 65 70 75 80 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Grafik I.5 Indeks Pembangunan Manusia Bali - Nusra (2010-2017)

NUSA TENGGARA BARAT BALI NUSA TENGGARA TIMUR NASIONAL

(Sumber: BPS Prov. NTB, diolah) (Sumber: BPS Prov. NTB, diolah)

menyerap tenaga kerja di Provinsi NTB adalah Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yaitu sebesar 24,31 persen, disusul Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 14,90 persen dan sektor Pertambangan dan Penggalian 12,67 persen.

Tingkat pengangguran tersebut menempatkan NTB pada posisi ke-10 dari 34 provinsi di Indonesia sebagai provinsi dengan angka pengangguran terendah. Angka tersebut jauh lebih rendah dari rata-rata nasional sebesar 5,13 persen. Capaian tersebut tidak terlepas dari keberhasilan Pemerintah Provinsi NTB dalam mendorong potensi lokal sebagai penggerak perekonomian NTB.

3. Indeks Pembangunan Manusia

Dari tahun ke tahun, Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTB menunjukkan tren peningkatan,

dimana pada tahun 2010

sebesar 61,16 dan di tahun

2017 sebesar 66,58 atau

tumbuh sebesar 1,17 persen

dalam kategori sedang.

Pertumbuhan IPM Provinsi NTB

tahun 2017 lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan nasional sebesar 0,90 dan merupakan laju pertumbuhan terbaik ke-3 se-Indonesia. Rata-rata pertumbuhan IPM Provinsi NTB per tahun sebesar 1,22 persen (2010-2017).

Keberhasilan tersebut, merupakan hasil dari kinerja Pemerintah Provinsi NTB yang mengembangkan berbagai inovasi untuk membawa NTB mampu bersaing dengan daerah lain. Di sektor pendidikan dan kesehatan yang menjadi alat ukur dalam menghitung IPM, telah digerakkan program 3 A, yaitu Angka Kematian Ibu Nol (AKINO), Angka Buta Aksara Nol (ABSANO), dan Angka Drop Out Nol (ADONO), dan merupakan daerah pertama di Indonesia yang mengalokasikan 20 persen dana APBD untuk pendidikan.

(8)

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

Realisasi Belanja Negara sampai dengan triwulan II 2018 di wilayah Nusa

Tenggara Barat (NTB)

mencapai 45,27 persen (Rp10,67 triliun) atau 2,3 persen lebih rendah dari capaian triwulan II 2017.

Adapun realisasi

Pendapatan Negara

mencapai Rp1,55 triliun atau menurun sebesar

5,96 persen bila

dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya pada periode yang sama.

A. Pendapatan Negara

Realisasi Pendapatan Negara di wilayah NTB sampai dengan triwulan II 2018 telah mencapai 44,96 persen dari target yang ditetapkan Tahun 2018. Penerimaan perpajakan masih menjadi unsur yang dominan dalam perolehan Pendapatan Negara, dimana hingga triwulan II 2018 penerimaan perpajakan mencapai Rp1,36 triliun. Sedangkan, penerimaan dari non perpajakan atau PNBP mencapai Rp200 miliar atau telah mencapai 79,55 persen dari target yang telah ditetapkan.

1. Penerimaan Perpajakan

Pendapatan dari penerimaan perpajakan sampai dengan triwulan II 2018 mengalami penurunan sebesar

14,45 persen (Rp223,55 miliar) dari perolehan tahun lalu pada periode yang sama sebesar Rp1,55 triliun. Penyumbang

terbesar dari penurunan

tersebut berasal dari

penerimaan Pajak

Perdagangan Internasional yang turun hingga 39,88 persen. Kontribusi penerimaan perpajakan sampai dengan triwulan II 2018 masih didominasi oleh

(9)

Pajak Penghasilan (49,33 persen) dan Pajak Pertambahan Nilai (22,61 persen). Komposisi penerimaan perpajakan sebagai berikut:

a) Pajak Penghasilan (PPh)

Pada periode triwulan II 2018 realisasi PPh di Provinsi NTB mengalami tren yang menurun, dimana bulan April 2018 terealisasi sebesar Rp140,76 miliar dan bulan Juni 2018 sebesar

Rp126,94 miliar. Namun,

capaian triwulan II 2018 masih lebih baik dibandingkan periode

yang sama tahun 2017.

Sedangkan, secara akumulasi perolehan Pajak Penghasilan sampai dengan triwulan II 2018 sebesar Rp693,66 miliar, lebih rendah dari capaian pada periode yang sama tahun 2017 yang mencapai Rp720,58 miliar. Dilihat dari grafik di atas, hal tersebut disebabkan kebijakan program tax amnesty yang berakhir pada bulan Maret 2017, dengan capaian yang sangat tinggi (Rp196,33 miliar).

b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai sampai dengan triwulan II 2018 mencapai Rp294,70 miliar atau meningkat 21,16 persen dari periode yang sama tahun yang lalu. Penerimaan tertinggi terjadi pada bulan April 2018 sebesar Rp61,36 miliar.

c) Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah (PPnBM)

Total penerimaan PPnBM

sampai dengan triwulan II 2018

mencapai Rp660,01 juta.

Capaian tersebut mengalami

penurunan sebesar 35,87

persen dari tahun 2017 pada periode yang sama (Rp1,03 miliar). Pada periode triwulan II 2018, capaian tertinggi di bulan Mei 2018

(10)

sebesar Rp239,64 juta, dan terendah di bulan April 2018 sebesar Rp93,07 juta.

d) Penerimaan Cukai

Realisasi penerimaan Cukai

sampai dengan triwulan II 2018 sebesar Rp8,10 miliar.

Capaian tersebut 67,80 persen lebih tinggi dari penerimaan pada periode yang sama tahun 2017. Penerimaan cukai tertinggi terjadi pada bulan April 2018 sebesar Rp1,70 miliar.

e) Pajak Perdagangan Internasional

Realisasi pendapatan pajak

perdagangan internasional

sampai dengan triwulan II 2018

sebesar Rp334,32 miliar.

Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan periode triwulan II tahun 2017 yang mencapai Rp556,23 miliar.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak sampai dengan triwulan II 2018

sebesar Rp200 miliar

meningkat 6 persen dari

penerimaan PNBP triwulan II

2017 (Rp188,63 miliar).

Berdasarkan jenis PNBP,

penerimaan PNBP sampai

dengan triwulan II 2018 berasal

dari penerimaan PNBP

Fungsional K/L sebesar Rp86,65 miliar, penerimaan PNBP Umum K/L sebesar Rp24,43 miliar, dan pendapatan BLU.

(11)

DANA TRANSFER ALOKASI REALISASI SISA % REALISASI DBH 1.113.482.669.000 402.139.838.650 711.342.830.350 36,12% DAU 8.564.172.174.000 4.994.129.695.450 3.570.042.478.550 58,31% DAK FISIK 1.931.542.346.000 384.322.179.021 1.547.220.166.979 19,90% DID 305.250.000.000 152.625.000.000 152.625.000.000 50,00% DAK NON FISIK 2.460.103.504.000 1.329.590.203.942 1.130.513.300.058 54,05% DANA DESA 980.805.722.000 588.087.120.921 392.718.601.079 59,96% TOTAL 15.355.356.415.000 7.850.894.037.984 7.504.462.377.016 51,13%

Alokasi dan Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa Lingkup Prov. NTB s.d. Triwulan II 2018 Penerimaan PNBP yang berkontribusi signifikan di Provinsi NTB s.d. triwulan II 2018 berasal dari

Pendapatan BLU Jasa Pelayanan Pendidikan

sebesar Rp77,67

miliar dan Penerimaan kembali belanja modal TAYL sebesar Rp19,49 miliar sebagaimana ditunjukkan dalam grafik di atas.

3. Penerimaan Hibah

Sampai dengan triwulan II 2018, tidak terdapat realisasi penerimaan hibah di wilayah Provinsi NTB.

B. Belanja Negara

Berdasarkan grafik di samping, terjadi pergerakan penambahan

pagu belanja Kementerian

Negara/ Lembaga lingkup

Provinsi NTB. Pagu Belanja di bulan April sebesar Rp8,026

Triliun, bertambah menjadi

Rp8,147 Triliun di bulan Juni 2018. Pergerakan pagu K/L selain disebabkan oleh adanya revisi anggaran oleh Satker di triwulan II 2018, juga dipengaruhi oleh terbitnya beberapa DIPA baru pada bulan Mei dan Juni 2018. Adapun belanja negara lingkup Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat dibagi menjadi tiga channel yaitu:

1. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa

(12)

(Sumber: SIMTRADA & OMSPAN, diolah) -5.00% 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00%

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Trend Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa Lingkup Prov. NTB s.d. Triwulan II 2018

Dana Desa DBH DAU DID DAK Non Fisik DAK Fisik

Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) untuk wilayah se-Provinsi NTB sebesar Rp15,35 Triliun. Dibandingkan dengan alokasi pagu TKDD tahun 2017, sampai dengan triwulan II 2018 alokasi pagu TKDD mengalami kenaikan sebesar Rp100,38 Juta atau sebesar 0,66 persen. Pengurangan alokasi terjadi pada transfer DBH dan alokasi DAU. Namun, terdapat penambahan alokasi pada transfer DAK Fisik, DID, DAK non Fisik dan Dana Desa .

Sampai dengan triwulan II 2018, realisasi Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa lingkup Provinsi NTB mencapai Rp7,85 Triliun atau 51,13 persen dari total alokasi pagu Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa. Realisasi Dana Desa telah disalurkan sebesar Rp588,08 miliar (penyaluran Dana Desa Tahap I dan Tahap II). Sementara itu, realisasi penyaluran DAK Fisik sebesar 19,90 persen (penyaluran DAK Fisik Sekaligus dan DAK Fisik Bertahap tahap 1).

2. Belanja Pemerintah Pusat

Sampai dengan triwulan II 2018, realisasi Belanja Pemerintah Pusat lingkup Provinsi NTB sebesar 34,61 persen (Rp2,82 triliun). Realisasi belanja pegawai sampai dengan triwulan II

sebesar 45,04 persen

(Rp1,26 triliun), realisasi

belanja barang sebesar

35,60 persen (Rp1,21 triliun), dan realisasi belanja modal sebesar 17,84 persen (Rp345,98 miliar), dan realisasi belanja bantuan sosial sebesar 34,08 persen (Rp6,18 miliar). Capaian sampai dengan triwulan II 2018 tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2016 (40,36 persen) dan tahun 2017 (37,67 persen).

Selain itu, pengelolaan BLU di Provinsi NTB terdiri dari 2 jenis layanan, yaitu layanan pendidikan dan layanan kesehatan. Dari sektor pendidikan jumlah dana yang dikelola sebesar Rp458,43 miliar, sedangkan dari sektor kesehatan jumlah dana yang dikelola sebesar Rp35,62 miliar. Pendapatan BLU dari

(13)

(Sumber: SIKP, diolah) 0.01% 10.86% 15.61% 18.82% 13.08% 5.82% 13.45% 2.61% 3.99% 13.54% 2.22% 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00% 14.00% 16.00% 18.00% 20.00% 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 M il ia r ru p ia h

Grafik Realisasi Kredit Program Wilayah Provinsi NTB s.d Triwulan II 2018

Realisasi % Realisasi

layanan pendidikan sampai dengan triwulan II 2018 sebesar Rp77,66 miliar. Sementara itu, pendapatan BLU dari layanan kesehatan sampai dengan triwulan II 2018 sebesar Rp8,02 miliar.

3. Belanja Bagian Anggaran BUN

Belanja BA BUN meliputi belanja berbagai subsidi, investasi, pinjaman, penjaminan risiko, yang dialokasikan dan dibayarkan melalui bagian anggaran Bendahara Umum Negara.

a. Kredit Program

Realisasi penyaluran Kredit

Program berupa Kredit

Usaha Rakyat (KUR) dan

pembiayaan Ultra Mikro

(UMi) di wilayah Provinsi

NTB sampai dengan

triwulan II 2018 sebesar Rp846,18 miliar. Menurut wilayahnya, daerah yang paling tinggi realisasinya adalah Kabupaten Lombok Timur sebesar Rp159,22 miliar atau 18,82 persen dari total realisasi. Sedangkan, daerah dengan realisasi penyaluran terendah adalah Provinsi NTB sebesar Rp65 juta atau 0,01 persen dan Kota Bima sebesar Rp18,71 miliar atau 2,22 persen dari total realisasi. Berdasarkan lembaga penyalur, sampai dengan triwulan II 2018, Bank BRI telah merealisasikan penyaluran KUR sebesar Rp533,97 miliar atau 63,10 persen dari total penyaluran KUR di Provinsi NTB. Sedangkan penyaluran Kredit Ultra Mikro (UMi) di wilayah Provinsi NTB sampai dengan triwulan II 2018 sebesar Rp11,31 miliar kepada 1.579 debitur.

b. Penerusan Pinjaman dan Pemberian Pinjaman

Salah satu manajemen investasi yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah

penerusan pinjaman

pemerintah pusat

(Subsidiary Loan

(14)

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Terdapat 5 (lima) PDAM di wilayah Provinsi NTB yang menerima penerusan pinjaman dengan nilai sebesar Rp23.08 Milliar. Masih terdapat sisa hak tagih pemerintah kepada PDAM Kabupaten Lombok Timur sampai dengan triwulan II 2018 sebesar Rp57,44 juta. Selain itu, Menteri Keuangan juga telah menyetujui penyelesaian piutang negara pada Koperasi Angkutan Penyeberangan dan Pelayaran (KAPP) Nusa Wangi Provinsi NTB sebesar Rp1,30 miliar (skema RDI) melalui mekanisme penjadwalan kembali selama 9 tahun. Sampai dengan 30 Juni 2018, sisa hak tagih pemerintah adalah sebesar Rp1,18 miliar.

C. Prognosis Realisasi APBN

Defisit anggaran sepanjang semester II 2018 diperkirakan sebesar Rp203,7 triliun atau 1,38 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB). Defisit APBN tetap dijaga pada kisaran 2,19 persen dari PDB atau lebih kecil sesuai UU APBN untuk mendorong pencapaian pendapatan Negara, memperbaiki kualitas belanja, serta pengelolaan utang secara hati-hati, transparan, dan akuntabel. Selain itu, momentum pertumbuhan ekonomi terus berlanjut dengan konsumsi, investasi, dan ekspor yang masih terus terjaga.

Pemerintah optimis dalam menghadapai semester II 2018. Faktor-faktor seperti kenaikan harga komoditas, harga minyak dunia dan batu bara yang naik memiliki dampak yang cukup signifikan, terutama kaitannya dengan kenaikan penerimaan di migas dan penerimaan pajak. Selain itu, kebijakan perpajakan yang efektif terkait peningkatan kepatuhan wajib pajak sebagai perluasan basis pajak dari tax amnesty, dan pemberlakuan diharapkan dapat meningkatkan sektor penerimaan perpajakan.

Pertumbuhan ekonomi

diharapakan tetap terjaga

sesuai target pertumbuhan

ekonomi tahun 2018 sebesar 5,4 persen. Kinerja ekonomi selama semester II optimis akan lebih positif, dimana

pemerintah antara lain

mengeluarkan anggaran untuk pembayaran gaji ke-13 kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dengan demikian, hal itu mendorong pertumbuhan konsumsi. Selain

(15)

itu, direalisasikannya pembayaran atas pelaksanaan kontrak yang sebagian besar akan selesai pengerjaannya di periode semester II 2018.

Dari sisi penerimaan, realisasi

Penerimaan Negara sampai

dengan triwulan II 2018 baru

mencapai 89,81 persen

dibandingkan realisasi pada

periode yang sama tahun 2017.

Hal-hal yang mempengaruhi

belum tercapainya target

Penerimaan Negara di wilayah Provinsi NTB antara lain disebabkan oleh rendahnya penerimaan dari pajak perdagangan internasional dimana kontribusi kinerja ekspor dari sektor pertambangan masih minim. Mengacu pada tren Realisasi Penerimaan Negara tahun 2015 sampai dengan 2017, maka realisasi penerimaan Negara lingkup Provinsi NTB triwulan III dan IV 2018 diperkirakan akan mencapai Rp2,55 triliun. Berdasarkan prognosis tersebut, maka realisasi Penerimaan Negara sampai dengan triwulan IV 2018 diperkirakan sebesar Rp4,11 triliun.

Sementara itu,

Realisasi Belanja Negara triwulan III dan IV tahun 2018 diperkirakan sebesar Rp4,59 triliun yang dihitung berdasarkan tren Belanja Negara periode yang sama tahun 2017. Dalam pola realisasi belanja tahun sebelumnya, terdapat alokasi anggaran yang tidak terserap terutama berasal dari sisa lelang dan efisiensi pelaksanaan kegiatan. Pembayaran gaji ketiga belas ASN/TNI/POLRI yang dibayarkan pada bulan Juli 2018 akan mendongkrak realisasi Belanja Pegawai Pemerintah Pusat. Perkiraan Realisasi Belanja Negara triwulan III 2018 tidak memperhitungkan perkiraan realisasi Belanja DAK Fisik dan Dana Desa, karena diasumsikan dapat terealisasi dengan mempertimbangkan kinerja penyerapan sampai dengan triwulan II 2018. Berdasarkan prognosis tersebut, maka realisasi Belanja Negara sampai dengan akhir 2018 diperkirakan sebesar Rp7,41 triliun.

(16)

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai salah satu instrumen yang digunakan sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi daerah juga berperan sebagai pendorong dan penentu tercapainya target dan sasaran makro ekonomi daerah dalam upaya menurunkan angka kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan ekonomi masyarakat.

Tabel III.1 Realisasi APBD Triwulan II Tahun 2017 dan 2018

(dalam miliar Rp)

URAIAN

2017 2018

PAGU REALISASI PERSEN PAGU REALISASI PERSEN A. PENDAPATAN 18,845.81 9,503.23 50.43 20,233.07 9,400.33 46.46

PAD 3,025.73 1,345.96 44.48 3,567 1,444 40.49

Dana Transfer 15,450.14 7,977.66 51.63 15,685.04 7,771.96 49.55

Lain-lain Pendapatan Yang

Sah 369.95 179.61 48.55 980.85 184.04 18.76

B. BELANJA 19,464.53 6,788.83 34.88 21,021.89 7,429.39 35.34

Belanja Operasional 14,388.22 5,393.58 37.49 15,233.37 5,837.48 38.32

Belanja Modal 4,034.69 847.04 20.99 3,995.44 949.68 23.77

Belanja Tak Terduga 34.33 6.06 17.64 35.87 6.14 17.12

Belanja Transfer 1,007.29 542.15 53.82 1,757.22 636.10 36.20

C. PEMBIAYAAN 404 330 81.68 -18.688 -27.631 147.85

Penerimaan Pembiayaan 550.00 353.00 64.18 81.66 0.72 0.88

Pengeluaran Pembiayaan 146.00 23.00 15.75 100.35 28.35 28.25

SURPLUS TRIWULAN II -618.72 2,714.40 -788.83 1,970.94

Realisasi belanja APBD seluruh Kabupaten/ Kota/ Provinsi sampai dengan triwulan II 2018 di Provinsi NTB sebesar Rp7,43 triliun atau 35,34 persen dari total pagu sebesar Rp21,02 triliun. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017, terdapat sedikit peningkatan sebesar 0,46 persen dimana realisasi belanja sebesar Rp6,79 triliun atau 34,88 persen dari total pagu sebesar Rp19,46 triliun. Namun, realisasi belanja modal masih sangat rendah, hanya sebesar 23,77 persen dari pagu sebesar Rp3,99 triliun atau12,78 dari keseluruhan belanja.

A. Pendapatan Daerah

Sampai dengan triwulan II 2018 Pendapatan Pemerintah Daerah di Provinsi NTB sebesar Rp9,40 triliun atau 46,46 persen. Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2017 sebesar 50,43 persen. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

(17)

40.12 47.31 39.13 44.54 44.09 34.83 34.00 52.08 33.52 47.55 57.00 -10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 -10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

Grafik III.2 Penerimaan Retribusi Daerah Triwulan II Tahun 2018

Pagu Realisasi Persen

40.12% 47.31% 39.13% 44.54% 44.09% 34.83% 34.00% 52.08% 33.52% 47.55% 57.00% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% -200.00 400.00 600.00 800.00 1,000.00 1,200.00 1,400.00

Grafik III.1 Penerimaan Pajak Daerah Triwulan II Tahun 2018

Pagu Realisasi Persen

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Realisasi PAD Pemda se Provinsi NTB triwulan II 2018 sebesar Rp482,48 miliar atau 13,53 persen. Capaian tersebut mengalami pertumbuhan minus 5,74 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2017.

a) Penerimaan Pajak Daerah

Penerimaan pajak daerah

secara agregat sampai dengan triwulan II 2018 mencapai Rp761,63 miliar atau 40,78 persen dari target yang telah

ditetapkan. Capaian

penerimaan pajak daerah

tersebut mengalami

pertumbuhan sebesar -3,91 persen dibandingkan dengan periode yang samaTahun 2017.

Provinsi NTB memberikan kontribusi terbesar capaian Pajak Daerah sebesar Rp510,45 miliar atau 67,02 persen dari agregat penerimaan Pajak Daerah se-Provinsi NTB. Berdasarkan tingkat persentase capaian, Kota Bima belum berhasil merealisasikan penerimaan Pajak Daerah dari target sebesar Rp11,01 miliar.

b) Penerimaan Retribusi Daerah

Penerimaan Retribusi Daerah secara agregat di Provinsi NTB sampai dengan triwulan II 2018 mencapai Rp87,98 miliar atau 34,44 persen dari target. Capaian tersebut

meningkat dibandingkan

periode yang sama Tahun 2017 sebesar 33,47 persen. Kabupaten Lombok Timur mampu memberikan kontribusi terbesar yang mencapai Rp19,80 miliar, sedangkan Kabupaten Dompu hanya merealisasikan penerimaan retribusi daerah sebesar Rp6,26 miliar atau 1,55 persen dari target sebesar 37,32 miliar.

Sumber: LRA APBD (diolah)

(18)

52.38% 47.74% 51.78% 50.05% 53.07% 48.40% 36.88% 50.59% 48.56% 47.82% 50.15% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% -500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 3,000.00 3,500.00

Grafik III.4 Transfer ke Daerah Triwulan II Tahun 2018

Pagu Realisasi Persen

0% 0% 21% 0% 22% 0% 0% 0% 0% 2% 72% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% -20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00

Grafik III.3 Penerimaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Triwulan II Tahun 2018

Pagu Realisasi Persen

c) Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan secara agregat di Provinsi

NTB sampai dengan

triwulan II 2018 sebesar Rp13,17 miliar atau 5,55 persen. Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2017 yang mencapai 5,50 persen. Kabupaten Lombok Timur memberikan kontribusi terbesar mencapai Rp5,53 miliar, kemudian Kabupaten Lombok Barat sebesar Rp3,87 miliar, dan Kota Bima merealisasikan sebesar Rp3,73 miliar dari target yang telah ditetapkan. Sedangkan Kabupaten/ Kota yang lainnya belum merealisasikannya kecuali Kabupaten Bima dan Lombok Tengah masing-masing hanya 0,02 persen.

2. Pendapatan Transfer

Realisasi Pendapatan Transfer secara agregat di Provinsi NTB sampai dengan triwulan II 2018 mencapai Rp7,86 triliun atau 49,65 persen. Capaian tersebut lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2017 sebesar 51,63 persen.

Tabel III.2 Pagu dan Realisasi Pendapatan Transfer ke Daerah Triwulan II Tahun 2017 dan 2018

(dalam miliar Rp)

PENDAPATAN TRANSFER 2017 2018

PAGU REALISASI PERSEN PAGU REALISASI PERSEN

Transfer Pemerintah Pusat - Dana

Perimbangan 13.934,57 7.249,13 52,02 14.257,18 7.090,10 49,73 Bagi Hasil Pajak 553,60 319,59 57,73 692,45 237,99 34,37 Bagi Hasil Bukan Pajak 758,89 503,00 66,28 608,90 164,20 26,97 Dana Alokasi Umum 8.729,54 4.975,71 57,00 8.564,17 4.991,88 58,29 Dana Alokasi Khusus 3.892,54 1.450,83 37,27 4.391,65 1.696,03 38,62 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 1.045,27 455,67 43,59 867,51 495,00 57,06 Transfer Pemerintah Provinsi 470,30 272,87 58,02 560,36 186,86 33,35

Bantuan Keuangan 0,00 0,00 0,00 156,55 94,09 60,11

TOTAL 15.450,14 7.977,66 51,63 15.841,59 7.866,05 49,65

Berdasarkan grafik di samping, rata-rata realisasi Dana Transfer di atas 49,65 persen, kecuali Kabupaten Sumbawa Barat yang baru mencapai 36,88 persen. Hal ini disebabkan realisasi Dana Bagi Hasil Bukan Pajak yang terealisasi

(19)

0.00% 19.63% 0.25% 0.00% 0.10% 55.98% 0.02% 41.57% 0.15% 0.00% 41.43% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% -50.00 100.00 150.00 200.00 250.00

Grafik III.5 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Triwulan II Tahun 2018

Pagu Realisasi Persen

40.95% 33.75% 38.38% 35.89% 34.47% 29.47% 30.40% 32.50% 29.82% 32.03% 31.37% 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00% 40.00% 45.00% -500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 3,000.00 3,500.00 4,000.00 4,500.00 5,000.00

Grafik III.6 Belanja Daerah Triwulan II Tahun 2018

Pagu Realisasi Persen

sampai dengan triwulan II 2018 baru mencapai 23,10 persen.

3. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah di Provinsi NTB sampai dengan triwulan II 2018 mencapai Rp184,04 miliar atau 18,76 persen. Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2017 sebesar 48,18 persen. Berdasarkan grafik di samping, kontribusi Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah tertinggi oleh Kabupaten Sumbawa sebesar Rp63,28 miliar dan yang realisasi dibawah satu persen yaitu Provinsi NTB, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima.

B. Belanja Daerah

Realisasi Belanja Daerah di

lingkup Provinsi NTB sampai dengan triwulan II 2018 adalah sebesar Rp6,79 triliun atau 35,26 persen dari total alokasi pagu Belanja sebesar Rp19,26 triliun. Capaian tersebut 1,42 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2017 sebesar 33,84 persen.

Kontribusi belanja belanja pegawai sebesar Rp3,29 triliun atau sebesar 48,42 persen dari belanja, belanja barang sebesar Rp1,40 triliun atau sebesar 20,67 persen dari belanja, belanja modal Rp0,95 triliun atau sebesar 13,98 persen dari belanja, dan belanja hibah sebesar Rp0,81 triliun atau sebesar 11,85 persen dari belanja.

C. Prognosis Realisasi APBD

Kondisi perekonomian daerah tidak lepas dari kondisi perekonomian nasional, Sejalan dengan prognosis realisasi pendapatan dan belanja APBN, dalam memperkirakan realisasi APBD juga menggunakan asumsi ekonomi makro dan kondisi perekonomian Indonesia.

Sumber: LRA APBD (diolah) Sumber: LRA APBD (diolah)

(20)

Pada tahun anggaran 2018, Pemerintah Provinsi NTB akan melaksanakan urusan pemerintahan konkuren sesuai dengan kewenangan pemerintah provinsi sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Belanja daerah tersebut diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan minimal serta berpedoman pada standar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tabel III.3 Prognosis Realisasi APBD

(dalam miliar rupiah)

Uraian Pagu Realisasi s.d Triwulan II

Perkiraan Realisasi s.d Triwulan III Rp % Rp % Pendapatan Daerah 20,389.62 9.494,43 46,57 13,661.05 67,00 Belanja Daerah 19,264.97 6.793,39 35,26 10,692.06 55,50 Surplus/Defisit (632,28) 2.065,04 2,968.99

Sumber: LRA APBD Kab/Kota/Provinsi di NTB (diolah)

Realisasi pendapatan daerah sampai dengan triwulan II 2018 mencapai 46,57 persen. Pemerintah Provinsi NTB terus bekerja keras mengejar target dari sektor PAD. Obyek pajak daerah yang berpotensi memberikan kontribusi yang cukup tinggi adalah pajak hotel, restoran, hiburan, parkir, air bawah tanah, sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), pajak reklame, dan pajak penerang jalan serta Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Dengan memperhatikan tren pada triwulan III 2017, dimana penerimaan pendapatan daerah mencapai 66,60 persen dari target, maka realisasi pendapatan daerah sampai dengan triwulan III 2018 diperkirakan akan mencapai Rp13,66 triliun.

Sedangkan, realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan II 2018 mencapai 35,26 persen. Optimisme penyerapan belanja selama triwulan III dan memperhatikan tren belanja tahun 2017 yang mencapai 55,28 persen, maka sampai dengan triwulan III 2018, realisasi belanja daerah diperkirakan mencapai Rp10,69 triliun.

(21)

IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

Tabel IV.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian

Tingkat Wilayah Provinsi NTB s.d. Triwulan II Tahun 2018

Dalam Miliar Rupiah

Uraian

2018 2017

Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi

Pendapatan Negara 1.559,25 9.312,93 3.021,29 -7,76% 3.275,62

Pendapatan Perpajakan 1.359,31 761,63 2.120,93 -6,72% 2.273,63

Pendapatan Bukan Pajak 199,94 845,22 882,65 -9,67% 977,12

Hibah - - 17,71 -28,79% 24,86 Transfer - - - Belanja Negara 10.670,75 7.231,93 10.051,78 7,98% 9.573,42 Belanja Pemerintah 2.819,86 6.547,17 9.367,03 0,84% 9.572,02 Transfer *) 7.850,89 684,75 684,75 48916,05% 1,39 Surplus/(Defisit) -9.111,50 2.081,00 -7.030,50 16,17% (6.297,80) Pembiayaan - 712,47 712,47 -12,46% 813,91

Penerimaan Pembiayaan Daerah - 740,82 740,82 -15,05% 872,10

Pengeluaran Pembiayaan Daerah - 28,35 28,35 -51,28% 58,19

Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan

Anggaran -9.111,50 2.793,48 -5.548,86 20,42% (5.483,89)

Catatan:

*) Seluruh Pengeluaran Transfer pemerintah pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer pemerintah daerah.

B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Realisasi Pendapatan Konsolidasian pada triwulan II 2018 sebesar Rp3,02 triliun, mengalami penurunan sebesar 7,76 persen jika dibandingkan dengan pendapatan konsolidasian triwulan II 2017, dimana

ada penurunan disemua jenis

pendapatan. Penurunan paling besar

adalah pendapatan pajak sebesar

Rp0,15 triliun, yang disebabkan adanya

penurunan penerimaan pendapatan

ekspor khusus dibidang pertambangan. Realisasi Pendapatan Konsolidasian triwulan II tahun 2018 sebagian besar berasal dari Pendapatan Pajak sebesar 70,20 persen (Rp2,12 triliun), Pendapatan Bukan Pajak sebesar 29,21 persen (Rp0,88 triliun) dan Pendapatan Hibah sebesar 0,59 persen (Rp0,017 triliun) dengan pendapatan transfer (nihil) karena dilakukan eliminasi dengan belanja transfernya.

(22)

Berdasarkan grafik di samping, Pendapatan Pemerintah Daerah

berkontribusi sebesar Rp1,61

triliun atau 50,75 persen terhadap

pendapatan konsolidasian,

sedangkan sisanya Rp1,56 triliun atau 49,25 persen berasal dari pendapatan pemerintah pusat. Dari total Pendapatan Perpajakan, penerimaan Pemerintah Pusat menyumbang sebesar Rp1,36 triliun atau 64,09 persen, sementara sisanya merupakan Pendapatan Perpajakan Pemerintah Daerah sebesar Rp0,76 triliun atau 35,91 persen.

Sementara itu, komposisi dari Pendapatan PNBP didominasi oleh pendapatan Pemerintah Daerah yaitu sebesar Rp0,85 triliun atau 80,87 persen, sedangkan sisanya sebesar Rp0,20 atau 19,31 persen diperoleh dari penerimaan Pemerintah Pusat.

Pendapatan Hibah hanya dimiliki Pemerintah Daerah sebesar Rp0,2 triliun sedangkan pendapatan transfer nihil baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

2. Analisis Perubahan

Pendapatan Perpajakan Konsolidasian triwulan II 2018 sebesar Rp2,11 triliun terdiri dari Pendapatan

Pajak Dalam Negeri

Pemerintah Pusat sebesar Rp1,02 triliun atau 57,30

persen, lebih besar

dibanding Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pemerintah

Daerah sebesar Rp0,76

triliun atau 42,70 persen. Sementara itu, seluruh Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional sebesar Rp0,33 triliun disumbangkan oleh Pemerintah Pusat, karena Pajak Perdagangan Internasional menjadi penerimaan Pajak Pusat atau yang dikelola Pemerintah Pusat sehingga Pemerintah Daerah tidak memiliki pendapatan pajak jenis ini.

(23)

3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan Konsolidasian

Sampai dengan triwulan II 2018, realisasi PDRB Provinsi NTB PDRB Menurut

Pengeluaran Atas Dasar

Harga Berlaku sebesar

Rp31,07 triliun atau dengan laju pertumbuhan sebesar 5 persen dibanding tahun 2017 periode yang sama (y on y).

Jika dibandingkan dengan

triwulan I 2018, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB pada triwulan II 2018 (q to q) tumbuh mencapai 5,11 persen. Sementara itu, pada periode yang sama, pendapatan yang diterima pemerintah pusat dan pemerintah daerah konsolidasian adalah sebesar Rp3,02 triliun atau turun sebesar 7,76 persen. Adanya selisih angka pertumbuhan ekonomi dan kenaikan pendapatan tersebut mengindikasikan masih terdapat potensi penerimaan sebagai akibat pertumbuhan ekonomi yang belum dioptimalkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

C. BELANJA KONSOLIDASIAN

Analisis terhadap Belanja Pemerintahan Umum (General Government Spending) atau Belanja Konsolidasian Tingkat Wilayah dapat dilakukan atas:

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Belanja Konsolidasian triwulan II 2018 sebesar Rp10,34 triliun yang terdiri dari

konsolidasi Belanja

Pemerintah Pusat sebesar Rp2,82 triliun atau 30,04

persen dan belanja

pemerintah daerah sebesar Rp7,23 triliun atau 69,96

persen dimana Belanja

transfer Pemerintah Pusat dieliminsi sebesar Rp7,85 triliun.

Dari grafik di atas, dapat diketahui bahwa Belanja Pegawai Pemerintah Pusat sebesar Rp1,26 triliun atau 28,47 persen lebih kecil dibanding Belanja Pegawai Pemerintah Daerah sebesar Rp3,23 triliun. Belanja Barang Pemerintah Pusat sebesar Rp1,21 triliun atau 47,45 persen, lebih rendah dibanding Belanja barang

(24)

Pemerintah Daerah sebesar Rp1,34 triliun. Belanja Modal Pemerintah Pusat sebesar Rp0,35 triliun atau 26,92 persen, lebih kecil dibanding Belanja Modal Pemerintah Daerah sebesar Rp0,95 triliun. Belanja Pembayaran Bunga Utang, Subsidi Belanja Hibah dan Belanja Lain-lain Pemerintah Pusat nihil sedangkan Pemerintah Daerah memiliki belanja Pembayaran Bunga Utang sebesar Rp2,19 Miliar, Hibah sebesar Rp1 triliun, Belanja Bantuan Sosial Rp22,85 miliar dan Belanja Lain-lain sebesar Rp 6,14 triliun.

2. Analisis Perubahan

Realisasi Belanja Konsolidasian triwulan II 2018 sebesar Rp10,05 triliun mengalami kenaikan Rp0,48 triliun atau 7,98 persen jika dibandingkan dengan Belanja Konsolidasian triwulan II 2017 sebesar Rp9,57 triliun. Realisasi Belanja Konsolidasian terdiri dari konsolidasi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp2,82 triliun dan Belanja Pemerintah Daerah sebesar Rp7,23 triliun. Belanja Pegawai Konsolidasian triwulan II 2018 mengalami kenaikan sebesar 5,10 persen dibandingkan dengan Belanja Pegawai Konsolidasian triwulan II 2017. Belanja Barang Konsolidasian triwulan II 2018 mengalami penurunan sebesar 15,72 persen dibandingkan dengan triwulan II 2017. Belanja Modal Konsolidasian triwulan II 2018 juga mengalami penurunan sebesar 51,70 persen dibandingkan dengan triwulan II 2017.

3. Analisis Dampak kebijakan fiskal kepada indikator ekonomi regional

Jumlah Penduduk Miskin Provinsi NTB

dari 2010 sampai dengan 2018

cenderung menurun. Hal ini secara

keseluruhan menunjukkan adanya

peningkatan kesejahteraan masyarakat di Provinsi NTB sebagai dampak dari

Grafik IV.6

Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi NTB

Sumber LKPK

Grafik IV.5

(25)

kebijakan fiskal yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Inflasi dari 2014 sampai 2018 masih berada dalam hitungan satu digit. Pada bulan

Juni 2018 laju inflasi “tahun ke tahun” sebesar 2,55 persen lebih tinggi dibandingkan bulan Juni 2017 sebesar 2,18 persen (masih dibawah sasaran inflasi nasional sebesar 3,5 persen). Penyebab inflasi pada bulan Juni 2018 antara lain disebabkan adanya kenaikan harga yang ditunjukkan dengan kenaikan indeks pada Kelompok Bahan Makanan sebesar 1,69 persen; dan Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan sebesar 1,43 persen; Gini Rasio - Pada bulan Maret 2018 tingkat ketimpangan penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat yang diukur oleh Gini Ratio tercatat sebesar 0,372. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 0,001 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2017 sebesar 0,371 (Namun masih di bawah gini ratio nasional sebesar 0,389). Yang harus menjadi perhatian pemerintah adalah naiknya gini ratio penduduk Desa (0,333) jika dibandingkan bulan Maret 2017 (0,314). Laju Pertumbuhan Ekonomi Jika dilihat dari data PDRB berdasarkan pengeluaran triwulan II tahun 2018 sebesar Rp31,70 triliun dan berdasarkan harga konstan mencapai Rp23,06 triliun. Dari data yang dirilis BPS NTB (Berita Resmi Statistik) menyatakan “Ekonomi Provinsi NTB pada triwulan II-2018 secara (y on y) mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,83 persen, dengan kontraksi tertinggi terjadi pada Kategori Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar 34,20 persen. Hal ini juga tergambar dari sisi PDRB Pengeluaran dimana Komponen Ekspor Luar Negeri mengalami kontraksi paling tinggi yaitu 26,54 persen (BPS NTB,BRS tanggal 01-08-2018)”.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Meningkatnya IPM provinsi NTB dari 65,81

pada tahun 2016 menjadi 66,58 di tahun 2017 menjadikan provinsi NTB sebagai daerah ketiga dengan laju tertinggi yaitu mencapai 1,17 persen. IPM Provinsi NTB masih berada pada kategori IPM sedang.

D. ANALISIS KONTRIBUSI PEMERINTAH DALAM PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

Ringkasan Laporan Operasional sebagai salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi NTB triwulan II 2018 di bawah ini menunjukkan bahwa Surplus/Defisit dari kegiatan Operasional di wilayah Provinsi NTB dalam posisi plus Rp5,01triliun dari keseluruhan kebutuhan operasi keuangan sebesar Rp14,59 triliun, namun jika Surplus/Defisit dari kegiatan Operasional di wilayah Provinsi NTB ini dikurangi Pendapatan Dropping Dana Transfer sebesar Rp7,43 triliun ke Pemerintah Daerah maka posisi menjadi minus Rp2,42 triliun,

(26)

Posisi ini mengindikasikan masih besarnya tingkat ketergantungan keuangan pemerintah daerah di wilayah Provinsi NTB terhadap Keuangan Pemerintah Pusat. Kemampuan operasi keuangan pemerintah di Provinsi NTB baru berada pada angka 24,54 persen.

Pada Grafik IV.8 di

bawah ini, tren PDRB ADH Konstan 2010 Triwulan II menunjukkan peningkatan dimulai tahun 2014 hingga Tahun 2016 kemudian turun hingga tahun 2018 ini. Penurunan tahun 2018 triwulan II dibanding tahun 2017 dengan periode yang sama disebabkan adanya kontraksi pertumbuhan sebesar -0,83 persen.

Sumber: BPS Provinsi NTB (diolah)

Tahun 2018 triwulan II kontribusi pemerintah terhadap PDRB masih terlihat lebih tinggi jika dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut salah satunya disebabkan karena pagu/realisasi APBN Provinsi NTB tahun 2018 lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk Investasi Pemerintah dari tahun 2015 sampai tahun 2017 meningkat sedikit, dimana di tahun 2018 cenderung menurun karena belum maksimalnya realisasi belanja modal. Kontribusi konsumsi Pemerintah (Komponen G) dalam pembentukan PDRB masih sangat tinggi. Dengan demikian, hal tersebut menunjukkan tingkat sensitifitas pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi NTB terhadap kontribusi belanja Pemerintah sangat tinggi.

URAIAN Central Govern ment State Govern ments Local Govern ments

Consoli dation General Govern ment

b/ - - - - - TRANSACTIONS AFFECTING NET WORTH: - - - - -

I. Revenue ... 12,52 2,39 7,12 (7,43) 14,59 Taxes ... 1,36 0,51 0,25 - 2,12 Social contributions ... - - - - -

Grants ... - 1,73 6,16 (7,26) 0,63 Other rev enue ... 11,16 0,15 0,71 (0,17) 11,84

2 Expense ... 10,54 1,85 4,63 (7,43) 9,58

Compensation of employ ees ... 1,31 0,60 2,62 - 4,54 Use of goods and serv ices ... 1,07 0,32 1,02 - 2,41 Consumption of fix ed capital ... - - - - - Interest ... - - 0,00 - 0,00 Subsidies ... - - - - - Grants ... 7,85 0,20 0,23 (7,43) 0,85 Social benefits ... 0,01 0,01 0,02 - 0,03 Other ex pense ... 0,29 0,72 0,74 - 1,75

Gross operating balance (1-2+23+NOBz) ... 1,98 0,55 2,49 - 5,01 Net operating balance (1-2+NOBz) c/... 1,98 0,55 2,49 - 5,01 TRANSACTIONS IN NONFINANCIAL ASSETS: - - - - -

Net Acquisition of Nonfinancial Assets ... 0,42 0,29 0,66 - 1,37 Fix ed assets ... 0,42 0,29 0,61 - 1,32 Change in inv entories ... - - - - - Valuables ... - - - - - Nonproduced assets ... 0,00 - 0,05 - 0,05

Net lending / borrowing (1-2+NOBz-31) ... 1,56 0,25 1,83 - 3,64 TRANSACTIONS IN FINANCIAL ASSETS AND

LIABILITIES (FINANCING):

- - - - -

Net acquisition of financial assets ... 1,56 0,25 1,82 - 3,63 Domestic ... 1,56 0,25 1,82 - 3,63 Foreign ... - - - - - Net incurrence of liabilities ... - - (0,01) - (0,01) Domestic ... - - (0,01) - (0,01) Foreign ... - - - - -

- - - - -

Vertical check: Difference between net lending/borrowing and financing (1-2-31=32-33-NLBz=0)

- - (0,00) 0,00 - PROVINSI NTB

(27)

V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH

A. BI: RAMADHAN MOMENTUM DORONG PEREKONOMIAN NTB

Rabu 23 Mei 2018 03:50 WIB

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Yudha Manggala P Putra

REPUBLIKA.CO.ID,MATARAM -- Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Barat (NTB) Achris Sarwani mengatakan bulan suci Ramadhan menjadi momentum mengerek perekonomian di NTB. Salah satunya melalui ajang khusus yang mampu menarik wisatawan.

Achris menjelaskan, perputaran ekonomi secara data secara historis selama Ramadhan dan juga Idul Fitri di NTB sangat signifikan, terutama pada sektor perdagangan meski juga memiliki risiko dalam tanda kutip memberikan tekanan inflasi akan naik.

"Intinya yang wajar saja, kita senang bahwa Ramadhan dan Idul Fitri ini menjadi mementum untuk ekonominya bergerak," kata Achris di Islamic Center NTB, Selasa (22/5).

Yang terpenting, kata dia, industri kecil dan perdagangan itu ikut bergerak naik. BI NTB berupaya menjaga pasokan supaya tidak berakibat pada inflasi. "Selama momentum ini, 0,3 persen sampai 0,5 persen menyumbang pertumbuhan," ungkap Achris.

Sementara itu Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melalui Dinas Pariwisata NTB resmi membuka Pesona Khazanah Ramadhan (PKR) 2018 di Halaman Islamic Center NTB pada Kamis (17/5) malam pekan lalu. Pembukaan PKR 2018 dilakukan usai shalat tarawih yang diimami Imam dari Mesir, Syekh Ezzat Sayyid.

PKR 2018 berlangsung sebulan penuh selama bulan suci Ramadhan di kompleks Masjid Hubbul Wathan Islamic Center (IC) NTB. Selain menarik perhatian masyarakat dari berbagai pelosok NTB, pengunjung dari sejumlah kabupaten/kota lain juga ikut berkunjung ke kompleks masjid megah yang berdiri di areal seluas 3,6 hektare.

Selah satu pemandu wisata IC NTB, Aza di sela-sela memandu rombongan wisatawan asal Belanda ke IC NTB, Ahad (20/5), menyebutkan, setiap harinya hampir sekitar 300 wisatawan datang berkunjung ke IC. Jumlah tersebut di luar kunjungan masyarakat lokal.

(28)

Aza menilai, penyelenggaraan PKR 2018, ikut membuat kunjungan wisatawan lokal meningkat drastis. Sementara, wisatawan mancanegara yang datang ke IC NTB, lanjut Aza, masih didominasi para wisatawan asal Malaysia. Selain itu juga dari Singapura, China, Timur Tengah dan Eropa. Aza melanjutkan, dengan jumlah wisatawan mancanegara dan domestik sebanyak 300 orang setiap harinya, maka per bulan wisatawan yang berkunjung ke IC NTB mampu menyentuh angka 9 ribu wisatawan.

Sumber: https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/05/23/p954xj284-bi-ramadhan-momentum-dorong-perekonomian-ntb

B. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA NTB MENINGKAT Rabu 18 April 2018 08:44 WIB

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Nusa Tenggara Barat (NTB) meningkatkan. Jika sebelumnya, IPM NTB berada di urutan 34 dari provinsi se-Indonesia, kini meningkat menjadi urutan 29. Laju IPM NTB ini merupakan terbaik ketiga se-Indonesia.

Kepala BPS NTB Endang Tri Wahyuningsih memaparkan pada 2017, IPM NTB tumbuh 1,17 persen dan mencapai angka 66,58 atau merupakan tercepat ketiga se-Indonesia."Rata-rata pertumbuhan IPB NTB per tahun dalam dalam kurun 2010-2017 sebesar 1,22 persen," kata Endang, Selasa (17/4).

Endang memaparkan, kenaikan IPM NTB tercermin dalam beberapa indikator yakni Angka Harapan Hidup (AHH) pada 2017 mencapai 65,55 tahun atau naik jika dibandingkan pada 2016 yang sebesar 65,48 tahun. Harapan Lama Sekolah (HLS) yang naik dari 13,16 tahun pada 2016 menjadi 13,46 tahun di 2017. Demikian juga dengan rata-rata lama sekolah naik dari 6,79 tahun pada 2016 menjadi 6,90 tahun pada 2017.

Sementara pengeluaran perkapita per tahun pada 2017 mencapai Rp 9,877 juta atau mengalami peningkatkan dibandingkan 2016 yang sebesar Rp 9,575 juta. "Membaiknya IPM NTB itu disebabkan banyak faktor seperti indikator AHH membaik karena pelayanan kesehatan semakin baik. Demikian juga dengan angka HLS dan rata-rata lama sekolah membaik karena pelayanan pendidikan semakin baik artinya perbaikan pelayanan dasar selama ini mulai menunjukkan hasil," ungkap Endang.

Sumber: https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/04/18/p7cy68335-indeks-pembangunan-manusia-ntb-meningkat

(29)

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KANTOR WILAYAH PROVINSI NTB

Jl. Majapahit No 10 Mataram

Telp. 0370-633669 Fax. 0370-643633 www.djpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/ntb/id

Gambar

Grafik I.2 Inflasi Bulanan NTB  Tahun 2015-2018
Grafik Realisasi Kredit Program Wilayah Provinsi NTB s.d Triwulan II 2018
Tabel III.1 Realisasi APBD Triwulan II Tahun 2017 dan 2018  (dalam miliar Rp)
Grafik III.1 Penerimaan Pajak Daerah Triwulan II Tahun 2018
+5

Referensi

Dokumen terkait

8 Jumlah lokasi penertiban parkir on street 20 lokasi 28 lokasi 20 lokasi 20 lokasi 20 lokasi 20 lokasi 128 lokasi parkir on street 9 Jumlah ruas jalan yang masih menerapkan

dengan subjek penelitian dilakukan dengan semi formal, hal ini dilakukan agar subjek tidak merasa diintrogasi dan dapat leluasa memberikan informasi dengan jujur. Adapun

kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan

Data hubungan makanan pokok dengan lama hari rawat pada Tabel 4 tersebut dapat diketahui responden dengan sisa makanan pokok >20% dengan lama rawat > 9 hari

Pada proses Open-Hearth ( dapur Siemens Martin ) digunakan campuran besi mentah (pig iron) padat atau cair dengan baja bekas (steel scrap) sebagai bahan isian (charge).. Pada

Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah : bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gramc. Dahulu neonatus dengan berat badan