• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci : padi gogo. Respons, kombinasi, pupuk anorganik, Centrosema pubescens

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci : padi gogo. Respons, kombinasi, pupuk anorganik, Centrosema pubescens"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP KOMBINASI PUPUK ANORGANIK DAN PUPUK HIJAU Centrosema pubescens DI POLIBAG

Raden Dedi

Fakultas Pertanian Universitas Jambi Email : radendedi@rocketmail.com

ABSTRAK

Penelitian bertujuan mengetahui respons padi gogo terhadap pemberian kombinasi pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens di polibag. Penelitian di laksanakan di lahan Teaching and Research Farm Fakultas Pertanian Universitas Jambi yang terletak di Desa Mendalo Indah Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi dengan ketinggian sekitar 35 dpl. Waktu penelitian ± 4 bulan dimulai dari bulan Mei sampai bulan Agustus 2016. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan pemberian pupuk Anorganik Urea, SP 36, KCl dan pemberian Pupuk Hijau Centrosema pubescens (P) yang terdiri dari 5 taraf perlakuan dengan 5 kali ulangan yaitu : P0 = Standar ( Urea : 1,5 g ; SP 36 : 1 g ; KCl : 0,75 g ) / Polibag, P1 = ¾ dari dosis standar ( Urea : 1,125 g ; SP 36 : 0,75 g ; KCl : 0,5625 g ) ditambah 50 g Centrosema pubescens /

polibag. P2 = ½ dari dosis standar ( Urea : 0,75 g ; SP 36 : 0,5 g ; KCl : 0,375 g ) ditambah 100 g Centrosema pubescens / polibag. P3 = ¼ dari dosis standar ( Urea : 0,375

g ; SP 36 : 0,25 g ; KCl : 0,1875 g ) ditambah 150 g Centrosema pubescens / polibag. P4 = 200 g Centrosema pubescens / polibag. Data di olah secara statistik dengan analisis ragam, kemudian jika terdapat perbedaan yang nyata di lanjutkan dengan uji Duncan dengan taraf α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan Secara umum semua perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4 memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, jumlah gabah permalai, hasil per rumpun dan berat 1000 biji tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah isi permalai. Respons padi gogo terhadap pemberian Urea : 0,75 g ; SP 36 : 0,5 g ; KCl : 0,375 g ditambah 100 g Centrosema pubescens atau perlakuan P2 memberikan pengaruh nyata terhadap semua variabel yang diamati. Centrosema pubescens layak digunakan untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan bermanfaat bagi perbaikan sifat fisik, biologis dan kimia tanah.

(2)

PENDAHULUAN

Padi (Oryza sativa L) merupakan tanaman penghasil beras yang memiliki peranan penting dalam stabilitas ekonomi, sosial dan politik bangsa Indonesia. Produksi padi nasional hingga kini masih bertumpu pada lahan sawah, oleh sebab itu produksi padi nasional belum dapat memenuhi kebutuhan pangan secara berkelanjutan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu dikembangkan keanekaragaman budidaya padi yang disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia seperti padi sawah, padi tadah hujan, padi rawa dan padi gogo. Pengembangan Padi gogo memiliki potensi untuk mendukung peningkatan produksi padi nasional, dan merupakan solusi yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan ketahanan pangan. Pemanfaatan lahan kering untuk pengembangan padi gogo terutama pada tanah Ultisol memiliki keuntungan atau nilai positif yaitu, ikut andil dalam produksi beras nasional walaupun kontribusinya belum sebesar kontribusi padi sawah dan memberikan tambahan penghasilan bagi petani setempat serta

konservasi lahan setempat ikut terjaga (Prasetyo, 2003).

Produksi padi gogo Nasional pada tahun 2017 sebesar 3.799 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau mengalami penurunan sebesar 93 juta ton (2,42%) dibandingkan tahun 2016. Penurunan produksi terjadi karena penurunan luas panen seluas 16 ribu hektar (1,41%) dan penurunan produktivitas sebesar 0,34 kuintal/hektar (1,03%). (BPS, 2017) Produksi padi gogo tahun 2017 di Provinsi Jambi sebesar 102.834 ton Gabah Kering Giling (GKG) atau turun sebesar 7,88 ton (7,12%) dibanding tahun 2016. Penurunan produksi karena rendahnya produktivitas sebesar 33 kuintal/hektar (0,96%) sedangkan luas panen mengalami penurunan seluas 2.172 hektar (7,99%). (BPS Provinsi Jambi, 2017)

Penurunan produksi selain di sebabkan menurunnya luas panen juga disebabkan berkurangnya produktivitas padi yang dipengaruhi oleh faktor iklim seperti terjadinya bencana banjir dan kekeringan sehingga mengakibatkan puso atau gagal panen. Disisi lain rendahnya produksi dan produktivitas padi juga disebabkan oleh kondisi tanah Podzolik Merah Kuning atau Ultisol dengan reaksi tanah yang masam, rendah unsur hara, miskin bahan organik, serta kandungan Al

(3)

yang tinggi dan mudah terjadinya erosi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanah dapat dilakukan dengan melakukan pemberian kapur, pemupukan, penambahan bahan organik, penerapan teknik budidaya tanaman lorong (tumpangsari), terasering dan pengaturan drainase, (Munir, 1998).

Untuk meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara dalam tanah, penggunaan pupuk hijau sangat potensial memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Menurut Sutanto (2002), salah satu cara peningkatan kandungan bahan organik adalah dengan memanfaatkan jaringan tanaman hijau. Jenis tanaman hijau yang sering digunakan antara lain tanaman leguminose, tanaman rerumputan dan tanaman nonleguminose.

Salah satu tanaman leguminosa yang dapat digunakan adalah dari jenis Centrosema. Centrosema pubescens merupakan tumbuhan herba yang banyak dijumpai di area persawahan dan saluran irigasi yang keberadaannya masih belum di manfaatkan dengan baik. Pemberian Centrosema pubescens sebagai pupuk hijau ke dalam tanah akan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik. Centrosema pubescens dengan kandungan unsur hara N; 3,49%, P; 0,36%, K; 1,05%

(Sri Ayu Dwi Lestari, 2016) dan kelebihan dari Centrosema pubescens sebagai pupuk hijau dengan jumlah C/N Ratio 20.34 % dapat dengan mudah terdekomposisi dan cepat terurai sehingga unsur hara yang dikandung dapat tersedia bagi tanaman serta menciptakan pori-pori tanah yang lebih banyak sehingga tanah menjadi subur dan gembur. Hasil penelitian Magdalena F, Sudiarso, Titin Sumarni, (2013) menunjukkan perlakuan pupuk anorganik 75% dengan pupuk kandang 20 ton ha-1 dan pupuk anorganik 75 % dengan pupuk hijau C. juncea 20 ton ha-1 dapat mengurangi kebutuhan pupuk anorganik pada tanaman jagung.

Penggunaan pupuk anorganik sebaiknya dikombinasikan dengan pupuk organik atau pupuk hijau. Melalui sistim ini kesuburan tanah akan selalu terjaga dan daur ekologis di dalam tanah akan berjalan dengan baik. Menurut Ade Alavan, Rita Haryati, Erita Haryati (2013), pemberian campuran 50% pupuk organik dan 50% pupuk Anorganik menunjukkan pertumbuhan terbaik pada tinggi dan jumlah anakan perrumpun tanaman padi gogo.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Respons Padi Gogo (Oryza sativa L.) Terhadap Kombinasi Pupuk Anorganik

(4)

dan Pupuk Hijau ( Centrosema pubescens ) di polibag ”.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons padi gogo terhadap pemberian kombinasi pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens di polibag.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian di laksanakan di lahan Teaching and Research Farm Fakultas Pertanian Universitas Jambi yang terletak di Desa Mendalo Indah Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi dengan ketinggian sekitar 35 dpl. Waktu penelitian ± 4 bulan dimulai dari bulan Mei sampai bulan Agustus 2016.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih padi gogo varietas Situ Bagendit, Polibag, EM 4, pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, pupuk hijau Centrosema pubescens, Insektisida (curacron), dan Fungisida (antracol). Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, gembor,

parang, hand spayer, ember, jaring, mistar, label, timbangan, spidol, pena, dan buku catatan.

Metoda Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan pemberian pupuk Anorganik Urea, SP 36, KCl dan pemberian Pupuk Hijau Centrosema pubescens (P) yang terdiri dari 5 taraf perlakuan dengan 5 kali ulangan yaitu : P0 = Standar ( Urea : 1,5 g ; SP 36 : 1 g ; KCl : 0,75 g ) / Polibag. P1 = ¾ dari dosis standar ( Urea : 1,125 g ; SP 36 : 0,75 g ; KCl : 0,5625 g ) ditambah 50 g Centrosema pubescens / polibag. P2 = ½ dari dosis standar ( Urea : 0,75 g ; SP 36 : 0,5 g ; KCl : 0,375 g ) ditambah 100 g Centrosema pubescens / polibag. P3 = ¼ dari dosis standar ( Urea : 0,375 g ; SP 36 : 0,25 g ; KCl : 0,1875 g ) ditambah 150 g Centrosema pubescens / polibag. P4 = 200

g Centrosema pubescens / polibag.

Dari 5 taraf perlakuan dengan 5 kali ulangan didapat 25 satuan percobaan. Jumlah tanaman dalam satuan percobaan sebanyak 10 polibag. Jumlah seluruh tanaman adalah 5 taraf perlakuan dikali 5 ulangan dikali 10 tanaman dalam satuan percobaan sama dengan 250 tanaman.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman

Hasil analisis ragam tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi gogo. Kemudian dilanjut dengan uji (DMRT) pada taraf 5% adanya perbedaan nyata antar perlakuan, data tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 1.

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat tinggi tanaman menunjukkan perlakuan P2 mampu mencapai tinggi tanaman yaitu 96.12 cm, berdasarkan hasil uji lanjut tinggi tanaman pada perlakuan P1 yaitu 93.21 cm, berbeda nyata dengan perlakuan P0 yaitu 90.73 cm, berbeda nyata dengan perlakuan P4 yaitu 89,24 cm dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3 yaitu

90.64 cm, dan perlakuan P4 menunjukkan hasil terendah.

Pertumbuhan tinggi tanaman mulai umur 2 MST sampai keluar malai disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 Memperlihatkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman padi gogo pada pengamatan minggu pertama masih mendekati kondisi seragam, kemudian pada pengamatan minggu kedua hingga minggu ketujuh pertumbuhan tanaman padi gogo mulai terlihat berbeda, namun pada pengamatan minggu kedelapan sampai pengamatan minggu kesepuluh tidak terlihat lagi perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman padi gogo. Pertumbuhan yang terendah terlihat pada perlakuan pemberian 200 g Centrosema pubescens atau perlakuan P4 dengan tinggi tanaman 89.24 cm sedangkan pertumbuhan tinggi tanaman yang tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu 96.12 cm.

Tabel 1. Tinggi tanaman pada berbagai perlakuan pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens.

Perlakuan Pupuk Anorganik Dan Pupuk

Hijau Centrosema pubescens Tinggi Tanaman (cm)

P2 96.12 a

(6)

P0 90.73 bc

P3 90.64 bcd

P4 89.24 cd

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda di dalam kolom menunjukkan pengaruh nyata menurut uji DMRT pada taraf ɑ5%

Di bawah ini grafik tinggi tanaman pada berbagai perlakuan :

Gambar 1. Pertumbuhan tinggi tanaman pada berbagai perlakuan .

Jumlah Anakan Maksimum

Hasil analisis ragam jumlah anakan maksimum menunjukkan bahwa perlakuan pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan maksimum padi gogo. Kemudian dilanjut dengan uji (DMRT) pada taraf 5% adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan, data jumlah anakan maksimum disajikan pada Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat jumlah anakan maksimum tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yang mampu mencapai jumlah anakan maksimum 28.64 anakan, berdasarkan hasil uji lanjut jumlah anakan maksimum perlakuan P2 yaitu 27.68 anakan, P0 26.4 anakan, dan P1 26.24 anakan, memiliki perbedaan yang nyata dengan perlakuan P4 yaitu 20.32 anakan yang menunjukan hasil terendah.

0 20 40 60 80 100 120 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 Ti n gg i T an am an ( cm )

Hari Setelah Tanam ( HST )

P0 : Dosis Standar Rekomendasi

P1 : 3/4 Dari dosis standar di tambah 50 g

Centrosema pubescens P2 : 1/2 Dari dosis standar ditambah 100 g

Centrosema pubescens P3 : 1/4 Dari dosis standar ditambah Centrosema pubescens

(7)

Tabel 2. Jumlah anakan maksimum pada berbagai perlakuan pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens.

Perlakuan Pupuk Anorganik Dan Pupuk

Hijau Centrosema pubescens Jumlah Anakan Maksimum

P3 28.64 a

P2 27.68 a

P0 26.4 a

P1 26.24 a

P4 20.32 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda di dalam kolom menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf ɑ5%

Berikut ditampikan grafik jumlah anakan maksimum padi gogo pada berbagai perlakuan.

Gambar 2. Pertumbuhan jumlah anakan maksimum padi gogo pada berbagai perlakuan .

Gambar 2. Untuk melihat pertumbuhan jumlah anakan padi gogo dari minggu pertama pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan anakan padi gogo pada umur 49-63 HST terus mengalami pertambahan jumlah anakan

namun pada umur 63-77 HST pertumbuhan anakan padi gogo mulai berkurang karena tanaman mulai menghasilkan bulir sehingga fotosintat yang dihasilkan lebih difokuskan untuk bagian generatip. Jumlah pertumbuhan

0 5 10 15 20 25 30 35 49 56 63 70 77 Ju m la h A n aka n M aksi m u m

Hari Setelah Tanam (HST )

P0 : Dosis Standar Rekomendasi

P1 : 3/4 dari dosis standar ditambah 50 g

Centrosema pubescens P2 : 1/2 dari dosis standar ditambah 100 g

Centrosema pubescens P3 : 1/4 dari dosis standar ditambah 150

Centrosema pubescens P4 : 200 g Centrosema pubescens

(8)

anakan padi gogo yang terendah pada perlakuan pemberian 200 g Centrosema puibescens (P4) yaitu 20,4 anakan sedangkan pertumbuhan yang tertinggi

pada perlakuan pemberian ¼ dari dosis standar pupuk Anorganik di tambah 150 g Centrosema pubescens (P3) yaitu 28,64 anakan.

Jumlah Anakan Produktif

Hasil analisis ragam jumlah anakan produktif menunjukkan perlakuan pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif padi gogo. Kemudian dilanjut dengan uji (DMRT) pada taraf 5% adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan, data jumlah anakan produktif disajikan pada Tabel 3.

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat jumlah anakan produktif padi gogo

menunjukkan bahwa pada perlakuan P2 mampu mencapai jumlah anakan produktif 22,88 anakan berdasarkan hasil uji lanjut jumlah anakan produktif pada perlakuan P3 yaitu 22.28 anakan, berbeda nyata dengan perlakuan P0 yaitu 20.32 anakan, dan berbeda nyata dengan Perlakuan P4 yaitu 16.52 anakan, dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1 yaitu 19.32 anakan, dan perlakuan P4 dengan hasil 16.64 anakan menunjukkan hasil terendah.

Tabel 3.Jumlah anakan produktif pada berbagai perlakuan pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens.

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda di dalam kolom menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf ɑ 5%

Jumlah Gabah per Malai

Hasil analisis ragam jumlah gabah permalai menunjukkan perlakuan pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema

pubescens berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah per malai padi gogo. Kemudian dilanjut dengan uji (DMRT) pada taraf 5% adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan, data jumlah gabah Perlakuan Pupuk Anorganik Dan Pupuk Hijau

Centrosema pubescens Jumlah Anakan Produktif

P2 22.88 a

P3 22.28 ab

P0 20.32 bc

P1 19.32 cd

(9)

per malai padi gogo disajikan pada Tabel 4.

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat dari jumlah gabah per malai menunjukkan perlakuan P0 mampu mencapai jumlah

gabah per malai 117, hasil uji lanjut jumlah gabah per malai dari perlakuan P2 yaitu 116.36, P1 yaitu 115.96, perlakuan P4 yaitu 113.92, dan berbeda nyata dengan perlakuan P3 yaitu 105.24 menunjukan hasil terendah.

Tabel 4. Jumlah gabah per malai pada berbagai perlakuan pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens.

Perlakuan Pupuk Anorganik dan Pupuk

Hijau Centrosema pubescens Jumlah Gabah per Malai

P0 117 a

P2 116.36 a

P1 115.96 a

P4 113.92 a

P3 105.24 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda di dalam kolom menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf ɑ5%

Jumlah Gabah Isi per Malai

Hasil analisis ragam jumlah gabah isi per malai menunjukkan perlakuan pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah isi per malai padi gogo. Kemudian dilanjut dengan uji (DMRT) pada taraf 5% adanya perbedaan tidak nyata antar perlakuan, data jumlah gabah isi per malai disajikan pada

Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat jumlah gabah isi per malai padi gogo menunjukkan pada perlakuan P0 mampu mencapai Jumlah gabah isi per malai 108.2, berdasarkan hasil uji lanjut jumlah gabah isi per malai padi gogo pada perlakuan P2 yaitu 106.64, P1 yaitu 105.96, P4 yaitu 104.52, dan Perlakuan P3 yaitu 102.7 yang menunjukan hasil terendah.

Tabel 5. Jumlah gabai isi per malai pada berbagai perlakuan pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens.

(10)

Perlakuan Pupuk Anorganik Dan Pupuk

Hijau Centrosema pubescens Jumlah Gabah Isi per Malai

P0 108.2 a

P2 106.6 a

P1 105.9 a

P4 104.5 a

P3 102.7 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama di dalam kolom menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut uji DMRT pada taraf ɑ 5%

Hasil ( gram/rumpun )

Hasil analisis ragam hasil memperlihatkan perlakuan pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens berpengaruh nyata terhadap jumlah hasil padi gogo per rumpun. Kemudian dilanjut dengan uji (DMRT) pada taraf 5% adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan, data hasil padi gogo per rumpun disajikan pada Tabel 6.

Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat hasil per rumpun menunjukkan bahwa pada perlakuan P1 mampu mencapai hasil 43.85 g per rumpun, berdasarkan hasil uji lanjut hasil per rumpun padi gogo pada perlakuan P0 yaitu 41.00 g, tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 yaitu 40.79 g dan P4 yaitu 39.95 g, tetapi berbeda nyata dengan Perlakuan P3 yaitu 39.02 g yang menunjukkan hasil terendah.

Tabel 6. Hasil padi gogo pada berbagai perlakuan pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens.

Perlakuan Pupuk Anorganik Dan Pupuk

Hijau Centrosema pubescens Hasil per Rumpun (g)

P1 43.85 a

P0 41.00 a

P2 40.79 a

P4 39.95 a

P3 39.02 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda di dalam kolom menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf ɑ 5%

(11)

Berat 1000 Biji

Hasil analisis ragam berat 1000 biji menunjukkan perlakuan pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens berpengaruh nyata terhadap berat 1000 biji padi gogo per polibag. Kemudian dilanjut dengan uji (DMRT) pada taraf 5% adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan, data berat 1000 biji disajikan pada Tabel 7.

Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat berat 1000 biji padi gogo menunjukkan perlakuan P2 mampu mencapai 25.84 g, hasil uji lanjut berat 1000 biji padi gogo pada perlakuan P1 yaitu 25.74 g, P3 yaitu 25.52 g, berbeda nyata pada perlakuan P0 yaitu 24.42 g, dan Perlakuan P4 yaitu 23.94 g yang menunjukkan hasil terendah.

Tabel 7. Berat 1000 biji padi gogo pada berbagai perlakuan pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens.

Perlakuan Pupuk Anorganik Dan Pupuk

Hijau Centrosema pubescens Berat 1000 biji (g)

P2 25.84 a

P1 25.74 a

P3 25.52 a

P0 24.42 b

P4 23.94 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda di dalam kolom menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf ɑ 5%

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pemberian pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens dengan berbagai dosis yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap beberapa variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, jumlah gabah permalai, hasil

perumpun dan berat 1000 biji Hal ini sesuai dengan pendapat (Rohcman dan Sugiyanta, 2010) yang menyatakan bahwa kombinasi pupuk anorganik dan pupuk organik pada tanaman padi mampu meningkatkan efektivitas agronomi tanaman padi gogo bila dibandingkan dengan hanya menggunakan pupuk anorganik.

(12)

Pemupukan merupakan salah satu tindakan pemeliharaan tanaman yang bertujuan menambah ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil tanaman (Sarief, 1993). Unsur hara yang terkandung di dalam Centrosema pubescens memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo dengan kandungan unsur hara N; 3,49%, P; 0,36%, K; 1,05% (Sri Ayu Dwi Lestari, 2016) dan kelebihan dari Centrosema pubescens sebagai pupuk hijau yang mudah terdekomposisi dan cepat terurai ini dapat dilihat dari jumlah C/N Ratio Centrosema pubescens 20.34 % sehingga unsur hara yang terkandung dalam Centrosema pubescens dapat tersedia bagi tanaman padi gogo.

Tinggi tanaman padi gogo sampai umur 77 hari setelah tanam dipengaruhi oleh perlakuan sehingga pertumbuhan tinggi tanaman padi gogo berlangsung cepat mulai umur 14 hari setelah tanam sampai dengan 56 hari setelah tanam dan setelah umur 56 hari setelah tanam pertumbuhan tinggi tanaman padi gogo lebih lambat. Analisis sidik ragam pada variabel tinggi tanaman perlakuan P2 memperlihatkan nilai tertinggi yaitu 96,12 cm dan tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan P4 yaitu 89,27 cm. Kombinasi pupuk anorganik dan pupuk

hijau Centrosema pubescens menghasilkan tinggi tanaman padi gogo tertinggi hal ini karena ketersedian unsur hara yang cukup dan dapat di serap dengan cepat bagi tanaman tetapi tidak terlepas dari pengaruh Centrosema pubescens sebagai pupuk hijau yang memiliki unsur hara mikro membantu proses pertumbuhan dan penyerapan unsur hara secara optimal dan efektif serta mampu memperbaiki sifat fisik, biologis dan kimia tanah seperti memperbaiki struktur dan tekstur tanah meyebabkan tanah menjadi ringan untuk diolah dan mudah di tembus akar tanaman, memperbaiki kehidupan biologi tanah

karena ketersediaan makan

mikroorganisme lebih terjamin serta akan melepaskan hara tanaman dengan lengkap dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil sehingga pertumbuhan tanaman padi gogo baik pada fase vegetatif maupun fase generatif menjadi lebih baik, didukung dengan penelitian Putra (2012) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk baik itu jenis atau takaran pemupukan sangat mempengaruhi respons tanaman padi sehingga berdampak terhadap pertumbuhan tinggi tanaman.

Analisis sidik ragam pada variabel jumlah anakan maksimum dengan perlakuan P3 (¼ dari dosis standar pupuk anorganik ditambah 150 g Centrosema pubescens) memperlihatkan jumlah anakan

(13)

maksimum tertinggi yaitu 28,64 anakan sedangkan jumlah anakan maksimum terendah terdapat pada perlakuan pemberian 200 g Centrosema pubescens. Hal ini karena dengan pemberian pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens kedalam tanah dapat menambah ketersediaan unsur hara makro dan mikro serta memperbaiki struktur tanah menjadi gembur, meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air, menyediakan makanan dan tempat hidup bagi mikroorganisme di dalam tanah. Hatta, (2011) menjelaskan bahwa pupuk organik dan anorganik dapat menambah unsur hara dalam tanah yang akan meningkatkan pertumbuhan tanaman secara optimal. Distribusi curah hujan yang cukup sebanyak 268 mm/bulan pada fase vegetatif mendukung proses pembentukan anakan padi karena kebutuhan air pada padi dapat terpenuhi.

Analisis sidik ragam pada variabel jumlah anakan produktif pada pemberian pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif padi gogo. Nilai tertinggi pada jumlah anakan produktif terdapat pada perlakuan P2 (½ dari dosis standar pupuk anorganik ditambah 100 g Centrosema pubescens) yaitu 22,88 anakan. Jumlah anakan yang menghasilkan malai merupakan salah satu

karakter tanaman yang dapat menentukan produktifitas tanaman. Makin banyak anakan yang menghasilkan erat hubungannya dengan bertambahnya tempat kedudukan gabah. Hatta (2011) menyatakan bahwa jumlah anakan produktif berkaitan dengan hasil, jumlah anakan yang sedikit dapat menurunkan hasil.

Berdasarkan deskripsi padi gogo jumlah anakan produktif adalah 12-13 anakan, sementara dari hasil penelitian memperlihatkan jumlah anakan produktif yang di peroleh dari berbagai perlakuan adalah 16-22 anakan, ini lebih dari pernyataan dalam deskripsi padi gogo. Hal ini di karenakan unsur hara yang terkandung dalam pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens cukup tersedia bagi tanaman padi gogo untuk pertumbuhan selama fase vegetatif dan fase generatif. Selain itu juga faktor lingkungan juga mempengaruhi jumlah anakan produktif seperti tanah, pemupukan, jarak tanam, suhu dan cuaca.

Pada fase vegetatif tanaman terjadi kegiatan perpanjangan dan pembelahan sel oleh sebab itu di perlukan karbohidrat yang banyak, gula serta pemberian air yang cukup. Jumlah curah hujan yang cukup (Lampiran 12) pada fase vegetatif mendorong pembentukan anakan produktif

(14)

yang optimal. Sesuai dengan pendapat Lingga (2002) untuk mendapatkan jumlah anakan produktif (anakan yang menghasilkan malai) hal ini juga dapat ditentukan jarak tanam, cahaya, kesuburan tanah, pemupukan, suhu dan cuaca. Menurut Lingga (2002) menyatakan bahwa pupuk N berperan dalam merangsang pertumbuhan jumlah anakan produktif, unsur P berperan dalam pembentukan akar dan sistem perakaran tanaman serta unsur K berperan dalam memperkuat vigor tanaman dan mempercepat pertumbuhan jaringan meristem.

Analisis sidik ragam pada variabel jumlah gabah permalai pada perlakuan P0 (Dosis standar rekomendasi pupuk anorganik) diperoleh jumlah gabah permalai tertinggi yaitu 117 bulir dan jumlah gabah permalai terendah terdapat pada perlakuan P3 ( ¼ dari dosis standar pupuk anorganik ditambah 150 g Centrosema pubescens ) yaitu 105,24 bulir. Pemberian pupuk anorganik dan pupuk hijau berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah permalai. Hal ini di duga karena pemberian pupuk anorganik telah mampu memenuhi kebutuhan unsur hara dalam tanaman, sehingga jumlah gabah yang dihasilkan oleh tanaman cukup tinggi serta proses fotosintesis pada perlakuan P0 berjalan lebih baik. Jumlah buah dalam

satu malai tergantung pada kegiatan tanaman selama fase reproduksi, kegiatan fotosintesis selama fase ini mempengaruhi pula jumlah gabah permalai.

Jumlah gabah isi sangat di pengaruhi oleh keadaan lingkungan faktor iklim dan ketersediaan air, jika kondisi tersebut relatif sama maka yang memberikan pengaruh dominan adalah pemupukan, karena pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik atau pupuk hijau telah bisa berperan dalam pembentukan anakan dan fase reproduksi tanaman maka jumlah gabah yang didapat juga berbeda berdasarkan dosis pupuk yang diberikan.

Menurut Supardi (1992) mengatakan bahwa unsur P dapat merangsang pengisian biji pada saat fase pertumbuhan generatif. fosfat dibutuhkan tanaman untuk sintetis protein dan proses enzimatik. Pada lampiran 9 terlihat pemberian pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubesens pada masing-masing perlakuan tidak berpengaruh nyata pada jumlah gabah isi per malai hal ini di duga karena kandungan unsur hara N, P dan K pada tanah Ultisol yaitu N; 0,157% P tersedia ; 18,85 ppm dan K; 0,120% (Lampiran 13) sudah cukup untuk mendorong proses pengisian bulir padi gogo. Pada fase pembungaan dan

(15)

pengisian biji tanaman padi juga sangat membutuhkan air dalam jumlah yang cukup. Pada fase pembungan dan pengisian biji curah hujan yang turun yaitu 71.5 mm/bulan (Lampiran 12) jumlah ini belum cukup untuk memenuhi kebutuhan padi gogo akan air pada fase pengisian bulir padi sehingga dilakukan penyiraman tambahan selama fase pengisian bulir ini. Sejalan dengan pendapat Ade at al (2015) Fase pembungaan dan pengisian biji tanaman padi sangat membutuhkan air dalam jumlah yang banyak agar terhindar dari cekaman air karena hal tersebut berdampak terhadap hasil tanaman padi. Jumlah bulir pertanaman ditentukan selama fase vegetatif, jumlah gabah permalai di tentukan selama fase reproduksi serta gabah ditentukan oleh selama pemasakan dan jumlah bulir tergantung pada aktifitas tanaman selama fase reproduktif.

Analisis sidik ragam pada variabel hasil menunjukkan perlakuan P1 (¾ dari dosis standar pupuk anorganik ditambah

50 g Centrosema pubescens)

memperlihatkan hasil tertinggi yaitu 43,85 g/rumpun dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3 ( ¼ dari dosis standar pupuk anorganik ditambah 150 g Centrosema pubescens ) yaitu 34,02 g/rumpun. Hal ini dikarenakan bahan organik mampu sebagai energi dan makanan bagi

organisme yang merombak bahan organik menjadi unsur hara N, P dan K yang mudah diserap oleh tanaman .

Unsur hara N yang terkandung dalam Centrosema pubescens digunakan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman seperti menambah tinggi tanaman, jumlah anakan, menambah ukuran daun, meningkatkan jumlah gabah isi dan menyediakan bahan makanan bagi mikrobia, sedangkan unsur fosfat berperan dalam proses penyimpanan dan transper energi yang di butuhkan oleh tanaman dalam proses metabolism. Menurut Gardner (1991) menyatakan bahan tinggi rendahnya pertumbuhan dan hasil sangat di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi sifat genetik seperti umur tanaman, morfologi tanaman, daya hasil, kapasitas penyimpanan cadangan makanan, ketahanan terhadap penyakit dll. Faktor eksternal merupakan faktor lingkungan seperti iklim, tanah dan faktor biotic. Hatta (2011) menyatakan bahwa faktor lokasi, musim, varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

Produksi berat gabah kering per rumpun sangat di pengaruhi dengan jumlah gabah bernas, menurut Rohcman (2010) sebahagian besar bahan kering biji

(16)

padi berasal dari asimilasi yang di hasilkan setelah pembungaan, terjadinya proses dengan baik di perkirakan terpenuhinya unsur hara dalam media tanah tanaman untuk pertumbuhan tanaman padi baik dalam proses vegetatif maupun generatif.

Berat gabah berkaitan erat dengan jumlah anakan produksi yang tumbuh maka akan meningkatkan berat gabah kering per rumpun. Berat gabah kering sangat berkaitan dengan proses fotosintesis dengan meningkatnya fotosintesis maka meningkat pula asimilasi. Analisis sidik ragam pada variabel berat 1000 biji padi perlakuan P2 diperoleh hasil tertinggi yaitu 25,84 g dan berat 1000 biji padi yang terendah terdapat pada perlakuan pemberian 200 g Centrosema pubescens (P4) yaitu 23,94 g. meskipun dalam

deskripsi padi gogo menunjukkan berat 1000 butir gabah yaitu 27,5 g, sementara hasil penelitian diperoleh hasil tertinggi 25,84 g dan terendah 23.94 g sedikit rendah bila disesuaikan dengan deskripsi padi gogo, walaupun rendah dari deskripsi namun kombinasi pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens menunjukkan pengaruh nyata. Hal ini di duga dengan kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan pupuk hijau Centrosema pubescens mampu memberikan pengaruh terhadap berat 1000 biji padi karena pupuk hijau Centrosema pubescens mampu mendorong aktifitas mikroorganisme yang dapat melarutkan senyawa kimia menjadi tersedia bagi perakaran tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh subur dan dapat menghasilkan berat gabah yang baik pula.

KESIMPULAN

Secara umum semua perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4 memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, jumlah gabah permalai, hasil per rumpun dan berat 1000 biji tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah isi permalai. Respons padi gogo terhadap pemberian Urea : 0,75 g ; SP 36 : 0,5 g ; KCl : 0,375 g ditambah 100 g Centrosema pubescens atau perlakuan P2 memberikan

pengaruh nyata terhadap semua variabel yang diamati. Centrosema pubescens layak digunakan untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan bermanfaat bagi perbaikan sifat fisik, biologis dan kimia tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Ade Alavan, Rita Hayati, Erita Hayati, 2013. Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa, L), Jurnal Floratek 10 : 61-68

(17)

Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. 2014. Jambi Dalam Angka.

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. 2014. Berita Resmi Statistik . Badan Pusat Statistik. Jakarta. Gardner, F. P., R. B pearce., Roger. L.,

Mitchell, 1991. Fisiologi Budidaya Tanaman.

Hatta, M. 2011, Pengaruh Tife Jarak Tanam terhadap Anakan, Komponen Hasil Dan Hasil Dua Varietas Padi Gogo Metode SRI. Floratek 6(10:104-113

Lingga, P. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. Magdalena F, Sudiarso, Titin Sumarni,

(2013). Penggunaan Pupuk Kandang dan Pupuk Hijau Crotalaria Juncea L. Untuk Mengurangi Penggunaan Pupuk Anorganik Pada Tanaman Jagung (Zea Mays L.). Jurnal Produksi Tanaman Vol. 1 No. 2.

Munir, M. 1998. Tanah-tanah Utama di Indonesia. Produktivitas tanah, Klasifikasi dan pemanfaatannya. Pustaka Jaya. Jakarta.

Prasetyo, Y.T. 2003. Bertanam Padi Gogo Tanpa Olah Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Putra, S. 2012. Pengaruh Pupuk NPK Tunggal, Majemuk Dan Pupuk Daun Terhadap Peningkatan Produksi Padi GogoVarietas Situ Patenggang. Agrotrop. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. 2 (1) ;55-61

Ramadhan, F. 2014. Parameter genetik Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) Pada Kondisi Media Berbeda. Universitas Syiah kuala. Jurnal Skripsi Banda Aceh. Rachman Sutanto. 2002. Penerapan

Pertanian Organik. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 219 halaman.

Rohcman, H. F. dan Sugiyanto, 2010. Pengaruh Pupuk Organik Dan

Anorganik Terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.)

Sarief, S. 1986 Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

Sri Ayu Dwi Lestari. 2016. Pemanfaatan Paitan (Tithonia diversifolia) Sebagai Pupuk Organik Pada Tanaman Kedelai. Jurnal Iptek Tanaman Pangan Vol. 11 No. I 2016. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacangan dan Umbi. Malang.

Gambar

Gambar 2. Pertumbuhan jumlah anakan maksimum padi gogo pada berbagai perlakuan .
Tabel 3.Jumlah anakan produktif pada berbagai perlakuan pupuk anorganik dan pupuk hijau  Centrosema pubescens
Tabel 4. Jumlah gabah per malai pada berbagai perlakuan pupuk anorganik dan pupuk hijau  Centrosema pubescens
Tabel  6.  Hasil  padi  gogo  pada  berbagai  perlakuan  pupuk  anorganik  dan  pupuk  hijau  Centrosema pubescens
+2

Referensi

Dokumen terkait

“Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warganya. Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga negaranya, dan sebagai

Dari perspektif ekonomi Islam tentang strategi pemasaran yang dilakukan oleh Ibnu Affan Saving Co-Operative Ltd cabang Provinsi Yala Thailand Selatan ini, dari empat

Langkah awal dari perencanaan ini adalah menetapkan kelas yang akan dijadikan objek penelitian yaitu kelas VII, menetapkan materi pelajaran yaitu tentang badan

Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa selama kegiatan literasi (bercerita, diskusi dari dongeng), dongeng membuat anak-anak dari pedesaan maupun perkotaan

Maka tugas kita adalah mengembalikan fungsi ulama sebagai pengawal masyarakat dari penyimpangan-penyimpangan pemahaman dan akidah, serta mengembalikan lagi kepercayaan ummat yang

Pendekatan upaya kesehatan berkelanjutan upaya bidan adalah meningkatkan kualitas keselamatan ibu dan bayi terutama dengan melaksanakan pelayanan antenatal care,

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih penting bagi laki-laki maupun perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan

Majelis taklim bertujuan untuk membina dan membangun hubugan yang santun dan serasi antara masyarakat muslim Tionghoa di Padangsidimpuan dalam rangka membina