• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMAHAMI IDENTITAS SUBKULTUR STREET PUNK MELALUI FASHION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEMAHAMI IDENTITAS SUBKULTUR STREET PUNK MELALUI FASHION"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MEMAHAMI IDENTITAS SUBKULTUR STREET PUNK

MELALUI FASHION

TESIS

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata II (S2) Magister Ilmu Komunikasi

Konsentrasi Ilmu Komunikasi Strategis

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

Oleh:

DOMINIKUS ISAK PETRUS BEREK NIM. 14030112410002

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO (UNDIP)

SEMARANG

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar tertentu di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari, terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi atau hukuman apapun sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Semarang, 28 Mei 2015

Yang Menyatakan

Dominikus Isak Petrus Berek NIM. 14030112410002

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Disetujui untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang pada Hari Kamis, 28 Mei 2015.

PENULIS

Nama : Dominikus Isak Petrus Berek NIM : 14030112410002

Konsentrasi : Komunikasi Strategis

Judul Tesis : Memahami Identitas Subkultur Street Punk Melalui Fashion

DEWAN PENGUJI Dr. Dwi Purbaningrum (________________) Ketua Sidang Dr. Adi Nugroho (________________) NIP. 196510171993111003 Penguji PEMBIMBING Dr. Turnomo Rahardjo NIP. 196010301987031001 HALAMAN PENGESAHAN

(4)

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada Hari Kamis, 28 Mei 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat dan ketentuan untuk disahkan sebagai persyaratan penyelesaikan Pendidikan Strata II (S2) dengan gelar Magister Ilmu Komunikasi (M.I.Kom) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang.

PENULIS

Nama : Dominikus Isak Petrus Berek NIM : 14030112410002

Konsentrasi : Komunikasi Strategis

Judul : Memahami Identitas Subkultur Street Punk Melalui Fashion

DEWAN PENGUJI Dr. Dwi Purbaningrum (________________) Ketua Sidang Dr. Adi Nugroho (________________) NIP. 196510171993111003 Penguji Dr. Turnomo Rahardjo (________________) NIP. 196010301987031001 Pembimbing

KETUA PROGRAM STUDI

Dr. Turnomo Rahardjo

(5)

MOTTO

Manusia memuaskan kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara.

Pertama, melakukan penelitian terhadap lingkungannya dan mengatur hasil

penelitian tersebut secara rasional (sains). Kedua, mengatur ulang

lingkungan terdekatnya dengan tujuan membuat sesuatu yang baru (seni).

(Pavel Semenov)

(6)

PERSEMBAHAN

Ketulusan hati dan arahan ibu menghadirkan doa untukku,

petuah bapak menjadi tuntunan yang memberkahi jalanku. Setiap

bait doa yang kalian panjatkan kepada-Nya, telah merangkul

diriku menuju hari depan yang lebih cerah.

Tanpa mengurangi rasa hormat dan dengan penuh kerendahan

hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Tuhan, kupersembahkan

karya ilmiah ini untuk yang termulia, kedua orang tuaku tercinta

(Miguel Suarez & Olguita Isaac).

(7)

KATA PENGANTAR

Meneliti tentang fashion, bagaikan berpapasan langsung dengan sesuatu yang sangat erat dengan diri kita, fashion memang sudah menjadi bagian penting bagi penampilan keseharian setiap orang. Lebih lanjut, sebagai kajian budaya dan komunikasi, fashion sesungguhnya berucap banyak hal tentang identitas pemakainya. Orang sering membuat kesimpulan tentang siapa dia sebagian juga lewat apa yang dia pakai. Apakah kesimpulan tersebut akurat atau tidak, tak ayal ia akan mempengaruhi pemikiran orang terhadap pemakainya. Demikian pula sebagai bentuk komunikasi, fashion menyampaikan pesan artifaktual yang bersifat nonverbal.

Pentingnya fashion dalam proses komunikasi telah mendapatkan sorotan dari pelbagai penulis, studi tentang fashion pun sudah banyak dilakukan dengan pelbagai perspektif, ada yang menyoroti peran dan makna fashion dalam tindakan sosial. Misal, Nordholt (1997:1) yang berasumsi bahwa pentingnya pakaian dalam konteks sosial menjadi jelas jika kita mencoba membayangkan bagaimana sebuah jalan atau rumah akan terlihat bila orang-orang di dalamnya tanpa busana, mereka akan kehilangan penampilan akrab mereka dan akibatnya identitas mereka. Dengan kata lain, fashion bisa dimetaforakan sebagai “kulit sosial dan budaya” (our social and cultural skin).

Sementara Wilson (1985:3) memandang fashion sebagai “perpanjangan tubuh” (an extension of the body), walau bukan sungguh-sungguh bagiannya yang tidak hanya menghubungkan tubuh dengan dunia sosial, tetapi juga memisahkan keduanya. Dalam karya The Silent Language, Edward T. Hall (1990:57) juga menyinggung soal fashion sebagai perpanjangan tubuh atau tepatnya bagian tertentu tubuh, meski pandangannya sedikit instrumentalistik.

Malcolm Barnard yang juga adalah seorang dosen senior dalam bidang reproduksi budaya, filsafat dan budaya visual di Universitas Derby. dimana dalam salah karyanya yang berjudul ‘Fashion as Communication’ Barnard memberikan pernyataan bahwa,

“fashion adalah fenomena kultural, dalam artian fashion merupakan cara yang di gunakan suatu kelompok atau individu untuk mengonstruksi dan mengkomunikasikan identitasnya dan orang cenderung membuat penilaian berdasarkan atas apa yang dipakai oleh orang lain”.

(8)

Lebih lanjut, Barnard menambahkan bahwa fashion juga dapat disajikan sebagai rangkaian sesuatu yang baru, akibatnya dengan gaya yang mengejutkan menjadi umum dan dimungkinkan untuk dapat diterima. Sistem yang dianggap berlawanan, segera menguatkan kembali dan bahkan bisa menjadi sebuah kejutan dengan memandang fashion Punk yang kini dapat kita dijumpai dimana saja.

Fashion Punk mungkin bisa dipahami sebagai satu fenomena ideologis yang lebih eksplisit, ini mungkin bisa dilihat dari kalung rantai, tas gombrang dan berbagai unsur-unsur fashion Punk yang extreme dengan rancangan yang vulgar yang didokumentasikan oleh Hebdige (1979:107) sebagai satu serangan ideologis terhadap nilai-nilai estetika kelas dominan. Bila bukan serangan ideologis terhadap kelas dominan, apa mungkin rantai dan tas gombrang dipakai oleh kelas dominan sebagai fashion, seperti kita ketahui bahwa kelas dominan lebih cenderung mengenakan dekorasi dan perhiasan sebagai fashion.

Pakaian dan rancangan yang vulgar bagi kelas dominan guna mendefenisikan serangkaian tampang Punk, menjadi jelas untuk melihat Punk sebagai kebalikan dari nilai-nilai estetika yang ada pada kelas dominan. Kendati demikian, dalam proses stagnasi budaya Punk yang secara redefinisi juga dipahami sebagai gerakan counterculture telah mengalami satu bentuk kamuflase nilai dan makna di dalam orientasinya melalaui fashion. Terdapat kontradiksi ketika counterculture ini mengartikulasikan perlawanannya dalam berpenampilan, ide tentang perlawanan terhadap tatanan atau sistem sosial dominan (modernitas kapitalistik) menempuh cara yang sejalan dengan sistem itu sendiri. Punk sebagai counterculture menjadi semakin conform dengan zamannya dan tidak lagi menjadi ancaman terhadap sistem kapitalisme, justru sebaliknya mereka cenderung adalah oposisi biner atas sistem itu sendiri.

Inilah yang menarik untuk diteliti, apakah karena pengaruh sistem kapitalisme atau watak individu dalam kelompok yang bersifat pluralis dan prakmatis, ataukah suatu kesadaran lain yang terjadi jauh di atas kesadaran individu dan kelompok. Hal tersebut hanya dapat dijawab dengan melakukan penelitian yang lebih mendalam, beserta data-data yang akan dikumpulkan. Tipe-tipe identitas yang diamati dalam kehidupan sehari-hari dan untuk suatu pernyataan tertentu mungkin bisa disangkal oleh orang biasa dengan akal sehat, kemudian oleh peneliti dalam konteks penelitian ini tipe-tipe identitas itu bisa diamati dan di verifikasi dalam pengalaman subyek secara ilmiah (scientifical).

(9)

Akhir kata, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “MEMAHAMI IDENTITAS SUBKULTUR STREET PUNK MELALUI FASHION” Penulis menyadari bahwa terselesainya penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, petunjuk dan saran dari semua pihak. Untuk itu, penulis dengan segala kerendahan hati dan tanpa menguramgi rasa hormat ingin mengucapkan limpah terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.

Semarang, 28 Mei 2015 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Judul (sampul luar...……….………...……..………. i

Halaman Judul (sampul dalam).…..………..……. ii

Halaman Pernyataan Keaslian Tesis…………....………..……… iii

Halaman Persetujuan………....………. iv

Halaman Pengesahan...………..………. v

Halaman Motto...………...……..…….…………. vi

Halaman Persembahan...……….……….. vii

Halaman Kata Pengantar ...………....…. viii

Halaman Daftar Isi....….……… xi

Halaman Daftar gambar…...………….………... xiv

Halaman Daftar Lampiran.…....………... xv

Halaman Abstraksi...……….…………... xvi

Halaman Abstrac………. xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah …...………...……1

1.2. Perumusan Masalah ....…….………..………... 12 1.3. Tujuan Penelitian………... 13 1.4. Kegunaan Penelitian……….….... 14 1.4.1. Kegunaan Akademis………...… 14 1.4.2. Kegunaan Praktis………..…………... 15 1.4.3. Kegunaan Sosial……….. 15

1.5. Kerangka Pemikiran Teoritis………..…... 16

1.5.1. Penelitian Terdahulu (state of the art)………. 16

1.5.2. Benang Merah Penelitian………. 20

1.5.3. Paradigma Penelitian………...… 22

1.5.4. Dasar Pemikiran Teoritis …………...……….… 22

1.5.4.1. Fashion..………..………24

1.5.4.2. Komodifikasi Eksistensi….……… 24

1.5.4.3. Street Punk Sebagai Subkultur………...……….………27

1.5.4.4. Fenomenologi Transendental ……….……… 28

1.5.4.5. Identifikasi Identitas ………..…………... 30

1.5.4.5.1. Representasi Pemikiran (Orientasi Pemikiran) ………….………... 31

1.5.4.5.2. Motivasi Orientasi Pergerakan………...…………. 32

1.5.4.5.3. Orientasi Perasaan ………...……… 33

1.5.5. Landasan Teoritis ………..………. 34

1.5.5.1. Fenomenologi (Edmund Husserl, 1859-1938) ……….…...…...34

1.5.5.2. Fashion as Communication (Malcolm Barnard,1996) ……...……..…. 36

1.5.5.3. Identitas Budaya (Alo Liliweri,2002) ……….………37

1.6. Operasionalisasi Konsep…..……….. 39

1.7. Metoda Penelitian ……….……….... 44

(11)

1.7.2. Situs Penelitian ……….………...…………. 45

1.7.3. Subyek Penelitian ………...………..… 45

1.7.4. Teknik Penentuan Partisipan (Informan)……….. 46

1.7.5. Jenis Data……….………..………... 48

1.7.6. Sumber Data………..………...…… 48

1.7.6.1. Data Primer ……… 48

1.7.6.2. Data Sekunder ………... 48

1.7.7. Teknik Pengumpulan Data….…...……….………...… 48

1.7.7.1. Studi Pustaka.………...….……….…….………...…… 48

1.7.7.2. Studi Lapangan.……….………...………..…… 49

1.7.7.2.1. Pengamatan (observation)…...………...….………... 49

1.7.7.2.2. Wawancara Mendalam (indepth interview)…...……….. 49

1.7.7.2.3. Dokumentasi.……….………...51

1.7.7.2.4. Internet...……….……… ……….……. 51

1.7.8. Analisis dan Interprestasi Data.……...………...…52

1.7.8.1. Listing and Preliminary Grouping.……….……...….52

1.7.8.2. Reduction and Elimination.……….…52

1.7.8.3. Clustering and Thematizing the Invariant Constituents.……… 52

1.7.8.4. Final Identification of the Invariant Constituen.……… 53

1.7.8.5. Individual Textural Description.……….… 54

1.7.8.6. Individual Structural Description.……….………. 54

1.7.8.7. Textural-Structural Description.……….…… 54

1.7.9. Kualitas Data (goodness criteria).…..……….………..… 54

BAB II DESKRIPSI SUBYEK/OBYEK PENELITIAN 2.1. Sejarah Subkultur Punk .………...…. 57

2.1.1. Komunitas Street Punk .………... 58

2.1.2. Fashion Street Punk ...……….... 59

BAB III TEMUAN PENELITIAN 3.1. Deskripsi Tekstural Individu (Individual Textural Description).….….…… 69

3.1.1.Representasi Pemikiran Pelaku/Aktor Street Punk Melalui Fashion ………...……… 69

3.1.1.1. Partisipan I..………...……….. 69

3.1.1.2. Partisipan II.………….……….…………... 70

3.1.1.3. Partisipan III....………. 72

3.1.2.Motivasi Orientasi Pergerakan Pelaku/Aktor Street Punk Melalui Fashion ……….………….... 73

3.1.2.1. Partisipan I ………..………….... 73

3.1.2.2. Partisipan II ……….….….. 74

3.1.2.3. Partisipan III ………...…….……... 76

3.1.3. Orientasi Perasaan Pelaku/Aktor Street Punk Melalui Fashion...….……...77

3.1.3.1. Partisipan I ...……….………...…....77

(12)

3.1.3.3. Partisipan III ……….78

3.2. Deskripsi Struktural Individu (Individual Structural Description) …...…… 78

3.2.1. Representasi Pemikiran Pelaku/Aktor Street Punk Melalui Fashion …………...……….……….………… 79

3.2.1.1. Partisipan I ………..………...… 79

3.2.1.2. Partisipan II ………...………...….. 79

3.2.1.3. Partisipan III ………... 80

3.2.2. Motivasi Orientasi Pergerakan Pelaku/Aktor Street Punk Melalui Fashion ………...…… 80

3.2.2.1. Partisipan I……..………...……….. 81

3.2.2.2. Partisipan II.………..……... 81

3.2.2.3. Partisipan III ………... 82

3.2.3. Orientasi Perasaan Pelaku/Aktor Street Punk Melalui Fashion ……….... 83

3.2.3.1. Partisipan I ……….….… 83

3.2.3.2. Partisipan II ……….… 84

3.2.3.3. Partisipan III ………... 84

3.3. Deskripsi Tekstural-Struktural (Textural-Structural Description) ………... 85

3.3.1.Representasi Pemikiran Pelaku Aktor Street Punk Melalui Fashion ……….………...…... 85

3.3.1.1. Sintesis Makna ………...…. 85

3.3.2. Orientasi Pergerakan Pelaku/Aktor Street Punk Malalui Fashion …..……….…… 85

3.3.2.1. Sintesis Makna ………...………. 86

3.3.3. Orientasi Perasaan Pelaku/Aktor Street Punk Malalui Fashion.……….... 86

3.3.3.1. Sintesis Makna ………...…. 87

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN 4.1. Representasi Pemikiran Pelaku/Aktor Street Punk Melalui Fashion ……... 88

4.1.1. Komodifikasi (Commodification) ………..…… 88

4.1.2. Eksistensi (Existence) ……….………… 92

4.2. Orientasi Pergerakan Pelaku/Aktor Street Punk Malalui Fashion …………94

4.2.1. Gaya Berpenampilan (Stylish) ……… 94

4.2.2. Tampil Beda (Different) ………... 95

4.3. Orientasi Perasaan Pelaku/Aktor Street Punk Malalui Fashion …………... 97

4.3.1. Kesenangan (Pleasure) : Emosional (Emotional) ……….. 97

4.4. Identifikasi Identitas Melalui Sintesis Makna ………..… 98

4.4.1. Konformitas : Internalisasi ………. 99

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan …………...……….. 102

5.1.1. Rinkasan …………..……….……….…………... 102

5.1.2. Hasil………..………... 104

(13)

5.1.2.2. Orientasi Pergerakan Pelaku/Aktor Street Punk Melalui Fashion …..106

5.1.2.3. Orientasi Perasaan Pelaku/Aktor Street Punk Melalui Fashion …..…107

5.1.3. Implikasi ………....………..…. 108

5.1.3.1. Teoritis ………..………... 109

5.1.3.2. Praktis …………...……….………...….. 110

5.1.3.3. Sosial ……….……….. 111

5.2. Saran ………...…... 112

5.2.1. Bagi Komunitas Street Punk ……….…112

5.2.2. Bagi Masyarakat ………...……….... 113

5.2.3. Bagi Penelitian Selanjutnya ……….. 114

LAMPIRAN

1. Panduan Observasi (observation guide) 2. Panduan Wawancara (interview guide)

a. Panduan Pertanyaan Wawancara b. Panduan Komunikasi

c. Format Pertanyaan

3. Transkrip Wawancara (verbatim) a. Partisipan I

b. Partisipan II c. Partisipan III

4. Hasil Observasi (observation result) 5. Analisis Data

a. Deskripsi Tekstural Individual b. Deskripsi Struktural Individual

c. Komposit Deskripsi Tekstural-Struktural Individual 6. Dokumentasi

7. Bukti Riset

a. Surat Permohonan Menjadi Partisipan (informan) b. Surat Persetujuan Menjadi Partisipan (informan)

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Pemahaman Dasar (metaphysics) inquiri paradigma.………..…… 23

Gambar 1.2. Kerangka Pemikiran Teoritis...……….………...… 24

Gambar 1.3. Kerangka Konseptual.……….………. 40

Gambar 2.1. Sepatu Boot Street Punk.………..… 61

Gambar 2.2. Pakaian Street Punk.………...………..… 62

Gambar 2.3. Aksesoris dan Rajah (body tattoo).………...………...… 63

Gambar 2.4. Rambut Mohawk....……….. 65

(15)

ABSTRAK Nama : Dominikus Isak Petrus Berek

NIM : 14030112410002

Judul : Memahami Identitas Kelompok Street Punk Melalui Fashion

Di tengah perang isu negatif tentang periodisasi keberadaan budaya Punk di Semarang, banyak sekali ditemukan simpul-simpul diskursus yang bermain di dalamnya. Subkultur Punk saat ini tidak hanya dihadapkan pada kuasa kultur dominan yang tak henti-henti mencoba untuk melemahkan mereka dengan berbagai konvensi (norma maupun pasar) yang telah digariskan oleh masyarakat kontemporer, akan tetapi subkultur Punk dalam dirinya sendiri juga mengalami pelemahan dan fragmentasi. Struktur ini diimprovisasi sebagai tanggapan afektasi atas tujuan tertentu (hidden goal) terhadap suatu claim image sebagai identitas yang mewakili orientasinya melalui fashion.

Tujuan utama yang hendak dijawab melalui penelitian ini adalah peneliti berupaya memahami identitas kelompok Street Punk Semarang melalui fashion. Dalam penelitian komunikasi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi ini, peneliti menggunakan paradigma interpretif (constructivis) dengan didasarkan pada kajian fenomenologi klasik (classical phenomenology) yang juga dikenal dengan istilah fenomenologi transendental (transcendental phenomenology) dicetuskan oleh Edmun Husserl (1859-1938). Metode yang dipakai adalah metode kualitatif dengan tipe desain deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang meliputi, studi pustaka dan studi lapangan.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa minimnya pemahaman memberikan dampak yang besar dalam proses representatif, pada kasus ini ada pelbagai macam hal yang mereka (Street Punk) selaku the role models of fashion Punk sendiri bahkan tidak tau atau benar-benar memahami dengan jelas apa yang ada dalam pikiran mereka saat mereka mengenakan fashion. Akibatnya, fashion sebagai simbol identitas subkultur ini pun mengalami degradasi nilai dari nilai guna menjadi hanya sebagai nilai tanda. Nilai tanda inipun senantiasa menempatkan makna fashion Street Punk dalam orientasinya sebagai bentuk komoditas dan eksistensi. Pertama, sebagai bentuk komoditas fashion pada situasi ini oleh Street Punk sebagai subbkultur yang berorientasi pada counterculture telah bertransformasa dari simbol identitas budaya yang awalnya terbebas dari hal-hal yang sifatnya diperdagangkan tereduksi sebagai hal yang sifatnya komersil. Kedua, sebagai bentuk eksistensi fashion pada kondisi ini dijadikan acuan pembuktian diri bahwa praktik yang diakukan dapat menghasilkan klaim image sebagai identitas yang mewakilinya. Struktur ini diimprovisasikan atau dibuat-buat sebagai tanggapan afektasi (affectation) semata terhadap konsepsi ‘tampil beda’ dan ‘stylish’ yang terakomodir sedemikian rupa hanya demi kepuasan emosional (perasaan senang).

Dengan demikian, terdapat kontradiksi ketika Street Punk mengartikulasikan perlawanannya melalui fashion. Ide tentang perlawanan terhadap tatanan atau sistem sosial dominan (modernitas kapitalistik) menempuh cara yang sejalan dengan sistem itu sendiri. Street Punk sebagai subkultur menjadi semakin conform dengan zamannya dan tidak lagi menjadi ancaman terhadap sistem dominan, justru mereka adalah bagian dari sistem itu sendiri. Hasil terpenting dari rekonstruksi inipun cenderung menempatkan struktur identitas komunitas Street Punk sebagai ‘konformitas: internalisasi’. Kesimpulan ini dilakukan dengan menimbang bahwa, dalam sebuah proses pembentukan identitas dapat diperoleh melalui internalisasi yang membentuk konformitas. Sehingga, proses internalisasi ini dapat berfungsi untuk menyamakan identitas yang dimiliki oleh komunitas Street Punk dengan masyarakat dominan. Dengan kata lain, internalisasi ini dapat membuat identitas yang dimiliki oleh subkultur Street Punk berasimilasi kedalam kultur dominan.

(16)

Kata Kunci: Subkultur, Fashion, Identitas.

ABSTRACT

Name : Dominikus Isak Petrus Berek ID : 14030112410002

Title : Understanding Identity Through group Street Punk Fashion

In the midst of war negative issues about periodization existence Punk culture in Semarang, many once discovered nodes discourse play in it. Punk subculture today are not only faced with the power of the dominant culture is endlessly trying to weaken them with various conventions (norms or market) that have been outlined by contemporary society, but Punk subculture in itself is also experiencing weakness and fragmentation. This structure affectation improvised response on a specific purpose (hidden goal) against a claim of identity that represents the image as orientation through fashion.

The main objectives to be answered through this research is researcher seeks to understand the identity of the group Street Punk Semarang through fashion. In qualitative communication research with phenomenological approach, the researchers used an interpretive paradigm (constructivis) to be based on the study of classical phenomenology which is also known as transcendental phenomenology coined by Edmund Husserl (1859-1938). The method used is qualitative method with descriptive design types using data collection techniques include, library research and field study.

Results from this study showed that the lack of understanding of a large impact in the representative process, in this case there are various kinds of things that they (Street Punk) as the role models of fashion Punk themselves do not even know or truly understand clearly what is in their minds when they wore fashion. As a result, fashion subculture as a symbol of identity is also degraded the value of the value to be just as the value of the sign. Even this mark value always put fashion Street Punk meaning in its orientation as a form of commodity and existence. First, as a form of fashion commodities in this situation by Street Punk as subbkultur oriented counterculture has bertransformasa of symbols of cultural identity which was originally free from the things that are traded reduced as a matter of commercial nature. Secondly, as a form of existence of fashion in this condition as reference proving themselves that transactions are carried out practices that can lead to claims image as a representative identity. This structure of improvised or made-up in response affectation solely to the conception of 'different' and 'stylish' in such a way that accommodated just for the satisfaction of emotional (feelings of pleasure).

Thus, there is a contradiction when Street Punk articulate resistance through fashion. The idea of resistance to the dominant order or social system (capitalist modernity) take a way that is consistent with the system itself. Street Punk as a subculture becomes increasingly conform with his time and no longer a threat to the dominant system, instead they are part of the system itself. The most important result of reconstruction even this tends to put the community's identity structure Street Punk as 'conformity:internalisation'. This conclusion was made by considering that, in a process of identity formation can be obtained through the internalisation of the form of conformity. Thus, this internalization process can serve to equalize the identity of the community Street Punk with the dominant society. In other words,

(17)

this internalization can make the identity of the subculture Street Punk assimilated into the dominant culture.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perkuliahan ini dibahas mengenai hakikat dan fungsi bahasa, bahasa dalam konteks social, tata bahasa dan pragmatic, pragmatic dan tindak ujar, rétorika

Dari sisi KPAI sebagai solusi kasus pedofila anak melalui grup Facebook , menyampaikan bahwa pentingnya pengawasan dan pengawalan regulasi yang dibuat secara

O 1 : Pretest (tes awal) dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal kosakata bahasa Jerman yang dimiliki siswa sebelum diberikan perlakukan dengan permainan im

[r]

Usaha dibidang peternakan sapi potong sangat berprospek dimasa mendatang, semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat akan mendorong mereka lebih selektif dalam

Demikian undangan ini kami sampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.. PEMERINTAH KABUPATEN

(3) Mahasiswa dapat meminta bantuan PA dalam hal mendapatkan informasi tentang program pendidikan di UMM, pengarahan dalam menyusun rencana studi untuk semester yang akan

Penggunaan framework juga mempermudah pengembangan aplikasi web karena pengembang tidak perlu mengulang kode program untuk fungsi-fungsi yang sering digunakan, tetapi cukup