• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN INTERIOR TERMINAL PENUMPANG TANJUNG PERAK BERTEMA SURABAYA KOTA PAHLAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DESAIN INTERIOR TERMINAL PENUMPANG TANJUNG PERAK BERTEMA SURABAYA KOTA PAHLAWAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak— Sebagai pintu gerbang masuk dan keluar Surabaya, terminal penumpang pelabuhan tanjung perak memiliki peran yang sangat penting bagi Surabaya. Tanjung perak adalah salah satu ikon Surabaya yang hampir setiap hari dipadati ratusan penumpang. Oleh karena itu, dibutuhkan desain interior terminal penumpang pelabuhan tanjung perak yang lebih baik demi kenyamanan penumpang sekaligus memaksimalkan potensi budaya yang dimiliki.

Dari kondisi lapangan saat ini dijumpai banyak perilaku penumpang yang membuat terminal penumpang tanjung perak tampak kumuh dan tak tertib. Hal ini dikarenakan fasilitas yang tersedia kurang sesuai dengan karakter penumpang maupun transportasi laut. Selain itu, potensi terminal penumpang sebagai tempat promosi mengenai Surabaya tampak kurang dioptimalkan.

Selain studi pustaka juga dilakukan pengumpulan data lapangan melalui observasi kondisi eksisting, wawancara kepada pihak PT Pelindo III sebagai pihak pengelola, dan kuesioner terhadap para penumpang. Dari analisa data tersebut ditemukan masalah desain yang diselesesaikan dengan konsep desain. Dengan tema Surabaya Kota pahlawan dan Rumusan konsep desain tersebut kemudian diimplementasikan dalam wujud desain interior terminal penumpang pelabuhan tanjung perak Surabaya.

Melalui riset ini, telah didapatkan desain interior yang dianggap paling optimal yang diharapkan dapat menjadi salah satu masukan guna menyelesaikan masalah pada terminal penumpang pelabuhan tanjung perak Surabaya.

Kata kunci: terminal penumpang, perilaku penumpang, potensi budaya

I. PENDAHULUAN

elabuhan tanjung perak adalah salah satu pelabuhan tertua di Indonesia, dan juga merupakan salah satu pintu gerbang untuk memasuki wilayah Jawa Timur. Dahulu, kapal-kapal samudera membongkar dan memuat barang-barangnya melalui tongkang-tongkang dan perahu-perahu yang dapat mencapai Jembatan Merah (pelabuhan pertama pada waktu itu) yang berada di jantung kota Surabaya melalui Sungai Kalimas. Akan tetapi, karena terbatasnya fasilitas di dermaga Jembatan Merah, maka pada tahun 1875, Ir. W. de Jongth menyusun suatu rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Perak agar dapat memberikan kesempatan kepada kapal-kapal samudera membongkar dan memuat secara langsung

tanpa bantuan tongkang-tongkang dan perahu-perahu. Akan tetapi, karena biaya yang dibutuhkan untuk membangun pelabuhan tersebut, maka pembangunan dilaksanakan mulai tahun 1910.

Sedangkan kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur. Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah.

Dalam perkembangannya, pelabuhan tanjung perak menjadi salah satu ikon kota Surabaya. Namun ironisnya apa yang terlihat saat ini kurang mencerminkan hal tersebut. Sebab banyak aktivitas penumpang yang kurang tertib dalam terminal penumpang. Duduk-duduk di lantai sambil bersandar pada dinding, tidur di atas kursi tunggu, hingga tidur di atas lantai sudah merupakan pemandangan biasa. Perilaku para penumpang tersebut terjadi karena fasilitas yang disediakan untuk menunggu kedatangan kapal kurang sesuai dengan karakter para penumpang dan transportasi laut (kapal). Kedatangan kapal seringkali terlambat untuk jangka waktu yang relatif lama, namun hanya terdapat kursi tunggu stainless steel biasa bagi para penumpang. Hal tersebut membuat para penumpang tak nyaman jika harus duduk menunggu di atas kursi tersebut dalam jangka waktu yang lama sehingga mereka cenderung lebih suka menunggu secara ‘lesehan’ di atas lantai. Bahkan kursi tunggu dijadikan tempat tidur bagi sebagian penumpang.

Selain beberapa masalah yang telah disebutkan di atas, Pelabuhan Tanjung Perak sendiri juga memiliki sejumlah potensi. Hal ini berkaitan dengan beberapa peran pelabuhan, yaitu:

1. Peran ekonomis, karena pelabuhan mempunyai fungsi sebagai tempat ekspor-impor dan kegiatan ekonomi lainnya yang saling berhubungan sebab akibat.

2. Peran budaya, karena pelabuhan menjadi tempat pertemuan orang-orang dari berbagai daerah, sehingga kontak-kontak sosial budaya dapat terjadi dan berpengaruh terhadap masyarakat setempat. Selain itu pelabuhan pun dapat menjadi sarana promosi kebudayaan masyarakat setempat.

DESAIN INTERIOR TERMINAL PENUMPANG

TANJUNG PERAK BERTEMA SURABAYA KOTA

PAHLAWAN

Kresno Eka Mukti, dan Ir.Budiono, MSn.

Jurusan Desain Produk Industri, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail: budiono@prodes.its.ac.id

(2)

3. Peran politis, karena pelabuhan mempunyai nilai ekonomis dan merupakan urat nadi negara, maka harus dipertahankan.

4. Peran geografis, karena keterkaitannya dengan lokasi dan syarat-syarat dapat berlangsungnya suatu pelabuhan.

Dari keempat peran pelabuhan di atas, peran budaya memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Melalui Pelabuhan Tanjung Perak, sejarah Surabaya sebagai kota pahlawan dapat dikenalkan kepada orang-orang dari berbagai daerah yang masuk kota Surabaya.

II.URAIANPENELITIAN

Metodologi desain merupakan rangkaian aktivitas dan cara yang digunakan untuk mencapai hasil/output akhir suatu desain, sehingga cenderung bersifat umum bagi suatu desain yang sejenis. Sedangkan metode desain mencakup keseluruhan cara/prosedur yang dilakukan pada setiap tahapan proses mendesain mulai awal sampai akhir.

A. Tahap Identifikasi Objek

Tahap ini adalah tahap untuk menentukan latar belakang, judul, dan definisi judul. Pada tahap ini akan diuraikan dasar-dasar pemikiran dan landasan yang menjadi alasan untuk melakukan riset tentang desain interior terminal penumpang pada pelabuhan tanjung perak.

B. Tahap Identifikasi Masalah

Tahapan ini dilakukan untuk menelusuri dan menemukan masalah yang harus disekesaikan guna mencapai tujuan serta manfaat dari desain interior terminal penumpang pada pelabuhan tanjung perak.

C. Tahap Pengumpulan Data

Setelah melakukan tahapan identifikasi objek dan identifikasi masalah, dapat diketahui rumusan masalah yang ada sehingga diketahui pula data-data yang diperlukan pada perancangan interior terminal penumpangpada pelabuhan tanjung perak.

Pada tahap pengumpulan data, data yang dikumpulkan dibagi menjadi dua jenis yaitu survei untuk mendapatkan data primer, dan melalui tinjauan pustaka untuk mendapatkan data sekunder.

a) Survei

Survei dilakukan dengan observasi, wawancara dan kuesioner. Observasi lapangan dengan melakukan pengukuran dan pengambilan gambar-gambar eksisting. Wawancara dilakukan dengan pihak PT Pelindo III sebagai pihak pengelola, sedangkan kuesioner disebarkan kepada para penumpang.

b) Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah proses mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini melalui kajian teori beserta telaah akan penelitian terdahulu serta data sekunder lainnya yang berkaitan dengan obyek desain dari sumber pustaka buku, jurnal, dan internet.

III.KONSEPDESAIN

Konsep desain adalah hasil dari penelitian, yang dijadikan landasan dalam mendesain interior terminal penumpang pada pelabuhan tanjung perak.

A. Objek Desain

Objek desain adalah terminal penumpang pada pelabuhan tanjung perak di Surabaya.

B. Konsep Awal

Konsep awal didapat melalui korelasi dari latar belakang, dan rumusan masalah yang akhirnya didapat konsep awalnya, yaitu desain interior terminal penumpang tanjung perak yang sesuai dengan karakter transportasi laut dan penumpangnya, serta memberikan suasana yang khas Surabaya

C. Tema

Seperti yang telah dijelaskan di atas, terminal penumpang tanjung perak memiliki potensi sebagai tempat promosi mengenai berbagai hal yang khas Surabaya. Dalam hal ini, tema Surabaya kota pahlawan adalah tema yang diangkat.

D. Konsep Desain

Konsep desain yang diangkat adalah desain interior yang disesuaikan dengan karakter penumpangnya, serta karakter transportasi laut. Penyesuaian yang dimaksud diaplikasikan pada tiap elemen interiornya; yaitu lantai, dinding, plafond an furnitur. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir beberapa perilaku penumpang yang dianggap kurang tertib, seperti duduk-duduk di lantai sambil bersandar pada dinding, tidur di atas kursi tunggu, hingga tidur di atas lantai.

Kemudian, seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tema yang diangkat adalah Surabaya kota pahlawan. Suasana Surabaya kota pahlawan diperoleh melalui perpaduan antara beberapa langgam, yakni modern, kolonial, dan rustic.

Pengumpulan Data & Tinjauan Pustaka

Pengolahan / Analisa Data: • Teknik analisis mendalam dan kontekstual

(Analisa secara kualitatif & kuantitatif).

Konsep Perancangan • Observasi kondisi eksisting. • Wawancara terhadap kepala SDM PT Pelindo III sebagai pengelola terminal penumpang • Menyebarkan kuesionair kepada para penumpang

Latar belakang penelitian Identifikasi masalah

Batasan masalah Rumusan masalah Tujuan Penelitian Desain

Tinjauan Pustaka : • Pelabuha n tanjung perak dan terminal penumpa ngnya • Bambu runcing • Bung Tomo • Mobil bung Tomo

(3)

Desain kolonial adalah desain yang mayoritas digunakan dalam bangunan-bangunan di Surabaya pada saat terjadinya perang 10 November, yang mana itu merupakan benang merah dengan konsep Surabaya kota pahlawan. Selain desain bergaya kolonial, konsep modern pun turut diaplikasikan. Sebab, dalam mengatasi masalah efisiensi ruang terminal penumpang yang digunakan oleh ribuan penumpang, maka dibutuhkan pula langgam yang mengedepankan unsur sederhana, fungsional, yang termasuk karakter dari langgam modern ini. Kemudian sebagai pelengkap, sentuhan rustic pun turut diberikan untuk membangun suasana perang 10 November 1945.

E. Aplikasi Desain

1. Konsep Bentuk

Bentukan yang digunakan dalam konsep desain ini rata-rata terdiri dari 2 macam, yaitu tajam dan melengkung. Bentukan tajam berasal dari beberapa latar belakang, yaitu:

1. Berasal dari bentuk bambu runcing yang tajam. Bambu runcing telah melekat dalam perjuangan arek-arek Suroboyo dalam perang 10 november.

2. Sebagai solusi untuk meminimalisir para penumpang yang ingin duduk sambil bersandar pada dinding dan kolom.

Sedangkan bentukan lengkung diambil dari salah satu bentukan fasad jendela yang sering digunakan pada bangunan kolonial.

2. Konsep Warna

Sesuai dengan karakter langgam kolonial, warna yang digunakan pada konsep desain ini didominasi oleh warna putih. Secara simbolik, warna putih menggambarkan kesucian. Sedangkan secara psikologis, warna putih menimbulkan kesan luas. Suatu kesan yang sangat diperlukan, mengingat terminal penumpang tanjung perak setiap harinya rata-rata dipenuhi oleh 1000 orang penumpang.

Selain itu terdapat beberapa warna utama lain yang digunakan, seperti coklat sebagai warna dari material bermotif kayu, dan warna merah sebagai aksentuasi.

3. Konsep Material

Material-material yang digunakan dalam konsep ini merupakan perpaduan antara material alami, rustic, dan modern. Material-material alami yang dimaksud seperti batu kali, dan kayu (serta vinyl bermotif kayu). Kemudian material rustic melalui penggunaan lantai yang didominasi dengan material granito (material menyerupai granit produksi manufaktur), dan dinding bata ekspos. Sedangkan material modern berasal dari stainless steel, kaca, dan finishing glossy terhadap furnitur dari multiplek.

Penggunaan material alami dan rustic bertujuan untuk lebih memperkuat suasana perang 10 November.

4. Konsep Furnitur

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa desain interior ruang tunggu ini diharapkan dapat meminimalisir kebiasaan buruk para penumpang. Namun di sisi lain penumpang juga dapat tetap merasa nyaman.

Sebelumnya juga telah dijelaskan tentang aplikasi pada lantai, dinding, dan kolom untuk meminimalisir kebiasaan buruk penumpang. Oleh karena itu, sebagai penyeimbangnya, furnitur yang digunakan harus dapat menunjang kenyamanan penumpang. Selain itu, berkaitan dengan lamanya penumpang menunggu, dan karakteristik para penumpangnya, furnitur tersebut harus dinamis, yang penggunanya dapat menunggu dalam berbagai posisi. Sebab, ketika menunggu kedatangan kapal berlama-lama, orang cenderung akan berpindah posisi setiap saat, dengan posisi yang paling nyaman bagi mereka, Kemudian furnitur tersebut juga harus dapat dipisah-pisah, sehingga mampu mengakomodasi jumlah dan aktivitas

Gambar 1. Monumen bambu runcing di Surabaya (Sumber:http://www.eastjava.com/tourism/surabaya/ina/

bamboo-monument.html)

Gambar 2 Aplikasi bentukan tajam pada dinding (Sumber:penulis) Bentuk runcing pada ujung bambu Aplikasi bentuk runcing pada ujung bambu, yang juga bertujuan untuk meminimalisir para penumpang yang ingin duduk di lantai sambil bersandar pada dinding

Bentuk

lengkungan yang menjadi ciri khas bangunan kolonial di Surabaya.

Gambar 4 Beberapa warna utama yang digunakan (Sumber:Penulis)

Gambar 5 Beberapa material yang digunakan (Sumber:Penulis)

Gambar 3 Bangunan kolonial yang fasad jendelanya memiliki bentuk lengkungan

(4)

penumpang, serta layout ruangnya. Atas dasar kebutuhan tersebut, maka untuk ruangan ini digunakanlah konsep furnitur “lesehan modular chair”, yaitu furnitur berupa sofa yang dapat dibuat lesehan, serta dapat mengakomodasi berbagai posisi. Selain itu, furnitur tersebut terdiri dari 5 modul yang dapat diubah-ubah kombinasi serta posisinya.

5. Konsep Pencahayaan

Sistem pencahayaan pada umumnya dibedakan menjadi 2, yaitu sistem pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami berasal dari sinar matahari, sedangkan pencahayaan buatan berasal dari sumber cahaya buatan.

Dalam konsep desain ini, kedua sistem pencahayaan tersebut sama-sama digunakan. Saat siang hari, pencahayaan alami akan terasa melalui sinar matahari yang melewati jendela-jendela yang terdapat salam ruangan. Pada sekeliling bangunan terminal penumpang ini memang direncanakan

terdapat jendela dimana-mana supaya memaksimalkan pencahayaan alami pada siang hari. Selain itu, penumpang pun dapat menikmati pemandangan di luar terminal penumpang, yang dikelilingi oleh daratan dan lautan pada dua sisi yang berbeda. Hal ini diharapkan menjadi sebuah hiburan tersendiri bagi para penumpang.

6. Konsep Penghawaan

Sedangkan proses penghawaan yang digunakan dalam terminal penumpang ini adalah sistem penghawaan buatan. Penghawaan buatan tersebut melalui ac sentral. Pada AC jenis ini, udara dari ruangan didinginkan pada cooling plant diluar ruangan tersebut kemudian udara yang telah dingin dialirkan kembali kedalam ruangan.

IV. DESAIN AKHIR

A. Ruang Terpilih 1 – Lobby

Gambar 8 Layout lobby (Sumber: Penulis)

Lobby adalah area pertama yang dimasuki oleh penumpang setelah melewati pemeriksaan pada security check. Lobby tersebut terdiri dari area check in, jalur sirkulasi penumpang

Gambar 6 Pencahayaan alami dan buatan dalam ruang tunggu (Sumber:Penulis)

Gambar 7 Contoh sistem penghawaan ac sentral (Sumber: http://www.thisoldhouse.com)

Tabel 1 Konsep dan desain Furnitur “Lesehan Modular Chair” (Sumber: Penulis)

(5)

dan karyawan, seating area, serta 10 November alleyway. Disini, lobby merupakan area pusat yang memiliki akses menuju berbagai ruangan lain. Namun, yang bisa diakses oleh penumpang hanyalah seating area serta jalur menuju ruang tunggu 1a melalui 10 November Alleyway. Sedangkan ruang-ruang lain yang juga berhubungan secara langsung dengan lobby, seperti bagasi untuk barang, serta area kedatangan penumpang hanya dapat diakses oleh karyawan.pengunjung yang datang dikarenakan penataan counter yang langsung berhadapan dengan entrance.

Selain itu, desain lantai dalam lobby ini pun erat hubungannya dengan tema Surabaya kota pahlawan. Penggunaan lantai granito dan batu kali dimaksudkan untuk membangun suasana rustic, yang mana ditemui saat perang 10 november berlangsung. Selain itu, terdapat desain lantai granito yang disusun dengan pola tertentu sebagai penunjuk arah para penumpang. Jadi, dimaksudkan supaya susunan lantai tersebut cukup informatif bagi penumpang yang akan menuju ruang tunggu.

B. Ruang Terpilih 2 – Ruang Tunggu 1

Seperti yang telah diungkapkan di atas, bahwa permasalahan-permasalahan seputar ketertiban penumpang yang muncul pada terminal penumpang tanjung perak salah satunya disebabkan oleh fasilitas yang tersedia untuk menunggu kedatangan kapal kurang sesuai dengan karakter para penumpang, serta karakter transportasi laut itu sendiri. Penumpang harus menunggu lama (asumsi lebih dari 2 jam) untuk kedatangan kapal, namun hanya mendapatkan fasilitas berupa kursi tunggu dari stainless steel seperti yang terdapat pada public space pada umumnya. Maka wajar jika para

penumpang yang rata-rata berasal dari golongan ekonomi menengah kebawah akhirnya lebih senang duduk dan tidur di atas lantai, bersandar pada dinding dan kolom, serta tiduran di atas kursi tunggu. Atas dasar permasalahan-permasalahan tersebutlah ruang tunggu 1 dirancang.

Konsep desain ruang tunggu 1 ini adalah desain ruang tunggu yang diharapkan mampu meminimalisir kebiasaan buruk para penumpang (duduk dan tidur di atas lantai, bersandar pada dinding dan kolom, serta tiduran di atas kursi tunggu) sehingga ruangan dapat tampak relatif lebih tertib dan rapi, namun disisi lain juga tetap memperhatikan kenyamanan penumpang dala menunggu kedatangan kapal selama berjam-jam. Selain itu, penumpang pun tetap dapat merasakan suasana Surabaya kota pahlawan.

Konsep tersebut diaplikasikan terhadap elemen-elemen interiornya yang terdiri dari lantai, dinding, plafon, furnitur serta elemen estetisnya. Seperti yang terlihat pada gambar di atas, terdapat perbedaan material lantai pada area sirkulasi dengan lantai pada area duduk. Lantai yang digunakan pada area sirkulasi yaitu lantai granito, sedangkan lantai yang digunakan pada area duduk berupa batu kali. Penggunaan material yang berbeda ini untuk beberapa alasan, yaitu:

1. Sebagai pembeda dan pembatas area. Secara psikologis, penggunaan 2 material yang berbeda akan menimbulkan persepsi bahwa area yang menggunakan material lantai granito memiliki perbedaan fungsi dengan area yang lantainya menggunakan batu kali.

2. Area yang lantainya dari batu kali, yang permukaannya lebih kasar dan cenderung tidak rata, dan lebih kotor. Hal ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan bahwa area tersebut bukan untuk dibuat duduk-duduk, apalagi tiduran. Sedangkan area yang menggunakan lantai granito yang permukaannya lebih halus, dimaksudkan untuk mengkomunikasikan bahwa area tersebut digunakan untuk jalur sirkulasi, yang membutuhkan permukaan lantai yang halus supaya sirkulasi lancar.

Selain lantai, konsep tadi juga diaplikasikan kepada dinding dan kolom ruangan. Dinding serta kolom dipasang dengan gypsum yang didesain lancip. Hal ini dimaksudkan untuk menghalangi penumpang yang ingin duduk di lantai sambil bersandar pada dinding dan kolom. Selain itu, diantara gypsum yang dipasang tiap jarak 20cm, dinding maupun

Gambar 11 Perspektif R.Tunggu 1-View Seating Area (Sumber: Penulis)

Gambar 9 Perspektif Lobby-View Receptionist’s Counter (Sumber: Penulis)

Gambar 10 Layout R.Terpilih 2 (Sumber: Penulis)

(6)

kolom tak difinishing sehingga nampak sebagai bata ekspos. Hal ini dimaksudkan untuk membangun kesan rustic seperti kondisi perang 10 November. Selain itu, terdapat gambar besar berupa gambar pelabuhan tanjung perak yang dibom saat perang 10 November.

Penggunaan foto juga terdapat pada salah satu kolom yang dipasang gypsum dan bergambar Bung Tomo. Penggunaan ikon-ikon tersebut termasuk aplikasi semiotis untuk menggambarkan suasana Surabaya kota pahlawan saat terjadinya perang 10 November.

Desain plafon di ruangan ini juga menerapkan penggunaan material yang berbeda untuk area duduk dengan area sirkulasi. Khusus untuk area tunggu, digunakan plafon gypsum biasa yang kemudian ditempel dengan vinyl bermotif kayu. Sedangkan plafon pada jalur sirkulasi tetap menggunakan gypsum biasa yang dicat putih. Seperti yang diterapkan pada lantai, penggunaan material yang berbeda ini juga sebagai batas ruang secara psikologis sehingga penumpang diharapkan hanya menunggu kedatangan kapal pada area yang plafonnya menggunakan material vinyl bermotif kayu sehingga tidak mengganggu jalur sirkulasi.

V. KESIMPULAN DAN RINGKASAN

Melalui pembahasan mengenai desain interior terminal penumpang pada pelabuhan tanjung perak diatas, dapat disimpulkan antara lain:

Perilaku penumpang tersebut diharapkan dapat diminimalisir dengan penggunaan material batu kali untuk lantai ruang tunggu. Itu sebagai index bahwa lantai tersebut bukan area untuk diduduki.

• Pemasangan gypsum kepada dinding dan kolom, pemasangan display foto pada kolom, dan pemasangan kaca pada dinding. Kesemuanya dipasang dengan sudut kemiringan ±750 terhadap tanah / lantai. Hal ini untuk meminimalisir penumpang yang akan duduk sambil bersandar pada dinding dan kolom.

• Penggunaan furnitur dengan konsep “lesehan modular chair” dalam ruang tunggu, yang penumpang dapat menunggu senyaman berada di atas sofa, ditambah dengan berbagai posisi duduk yang dapat diakomodasi. Hal ini diharapkan dapat membuat penumpang berlama-lama menunggu kedatangan kapal dengan nyaman.

• Unsur Surabaya kota pahlawan dapat dimunculkan melalui langgam kolonial dengan sentuhan rustic.

• Penggunaan warna yang didominasi oleh warna putih dengan aksentuasi merah, Penggunaan pola conflicting diagonal untuk beberapa elemen interior, serta Penggunaan ikon-ikon berupa foto-foto yang berhubungan dengan perang 10 November dapat menggambarkan semangat perjuangan para pahlawan.

UCAPANTERIMAKASIH

1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala petunjuk, keberuntungan-keberuntungan serta “X-Factor” yang telah diberikan selama proses pengerjaan tugas akhir ini. Tanpa itu semua mustahil saat ini penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini sebaik saat ini.

2. Kedua orang tua atas doa dan pengorbanannya yang luar biasa, yakni Ir. Ruly Krisdiana, MP dan Drs. Ec. Bambang Eko Afiatno, M.SE yang tak akan mungkin terbalaskan. Kemudian adik tercinta, Karno Dwi Joyoutomo yang telah berjuang keras membantu penulis. Beribu terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bu’u (Miswari Ismijati, SH, MH) atas dukungan moril dan materiil. Begitu pula dengan Om Didit (Ir. Tri Achmadi, Ph.D) dan keluarga atas ide terminal penumpang tanjung perak. Penulis juga berterima kasih banyak kepada Ema Hari Ervita Sari, S.E tercinta (beserta keluarga) atas doa, dukungan, serta kesabarannya.

3. Bapak Ir. Budiono, MSn. selaku dosen pembimbing yang telah sabar membimbing penulis, dan menjelaskan tiap hal dengan sejelas-jelasnya. Terima kasih banyak atas bimbingan dan kesabarannya. Semoga penulis dapat mengambil hikmah dan manfaat atas bimbingan yang diberikan.

4. Seluruh dosen Desain Interior DESPRO ITS. Terima kasih sebesar-besarnya atas ilmu dan pendidikan yang telah diberikan. Semoga akan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi penulis secara pribadi dan masyarakat secara umum. Terima kasih.

DAFTARPUSTAKA

[1] Handinoto. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda

di Surabaya 1870-1940. Yogyakarta: ANDI OFFSET

[2] Neufert, Ernest.2002. Architect Data. Great Britain : Crossby Lockwood & Son Ltd.

[3] Panero, Julius dan Martin Zelnik. 1979. Human Dimension & Interior

Space. United States: Whitney Library of Design

[4] Whiteneck and friend. 1973. Port Planning Design and Construction. United States: The American Association of Port Authorities [5] Jurnal ilmiah Foristek Vol. 1, No.1, Maret 2011, Nurhani Amin, UNTAD

[6] http://www.eastjava.com/tourism/surabaya/ina/bamboo-monument.html [7] http://yog-vacation.blogspot.com

[8] http://www.thisoldhouse.com

Gambar 12 Perspektif R.Tunggu 1-View Circulation Area 1 (Sumber: Penulis)

Referensi

Dokumen terkait

Peirce biasanya dipandang dianggap sebagai pendiri tradisi semiotika Amerika menjelaskan modelnya secara sederhana yaitu tanda sebagai sesuatu yang dikaitkan kepada

Mata pelajaran SKI di madrasah banyak membahas tentang sejarah masa lalu dalam perkembangan islam dan peserta didik terutama di tingkat MTs banyak merasa kesulitan

Informasi Tentang Pencegahan Kekambuhan Asma Bronkhial dengan Pasien Asma Bronkhial yang melakukan kunjungan kontrol Di Poli Paru RSUD Dr. 49 Tabel 4.5

Pada penelitian ini diamati bagaimana proses penyelenggaraan makanan mulai dari pembelian atau pemilihan bahan makanan, penyimpanan, pengolahan, penyajian dan higiene sanitasi, yang

Pesan t pesan yang disampaikan lewat nyayian, yang sudah dijelasakan tadi di atas bahwa setiap nyayian dalam kesenian masamper memiliki tema t tema sihingga dapat

4) Dalam perjanjian asuransi, prestasi penanggung digantungkankan pada peristiwa yang belum pasti terjadi. Untuk mencegah penanggung menambah syarat-syarat lainnya

Keberadaan Dinas Soial dan Pemberdayaan Masyarakat bukan berarti tanpa masalah, tetapi justru semakin maju suatu Daerah/Kota maka kemungkinan besar permasalahan

• Rencana Strategis : Komitmen penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) hingga 30 % pada tahun 2030 telah dituangkan dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta 2010 – 2030, dilanjutkan