• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Metode dan Macam-Macamnya dalam Pendidikan. thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. A. Metode dan Macam-Macamnya dalam Pendidikan. thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

A. Metode dan Macam-Macamnya dalam Pendidikan 1. Metode Pendidikan

Secara etimologi, metode dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah

thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.1 Secara terminologi, para ahli mendefenisikan metode sebagai berikut, menurut Hasan Langgulung, metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan menurut Abdul Al-Rahman Ghunaimah metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.2

Berdasarkan beberapa defenisi di atas, maka metode adalah cara dan jalan yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabus mata pelajaran.

Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab I pasal I tentang SISDIKNAS, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

(2)

mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.3

Jadi, metode pendidikan adalah suatu cara yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran dengan maksud tercapainya tujuan pendidikan.

Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka metode tersebut haruslah diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka pengembangan sikap, mental, dan kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif, dan dapat dicerna dengan baik.4 Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran.

Metode pengajaran memiliki kedudukan yang amat strategis dalam mendukung keberhasilan pengajaran. Oleh sebab itu, para ahli pendidikan sepakat bahwa seorang pendidik yang ditugaskan mengajar di sekolah haruslah yang profesional, yaitu pendidik yang antara lain ditandai oleh penguasaan prima terhadap metode pengajaran. Melalui metode pengajaran dapat disampaikan secara efisien, efektif, dan terukur dengan baik, sehingga dapat dilakukan perencanaan dan perkiraan dengan tepat.5

3Undang-Undang SISDIKNAS 2003, (UU RI No. 20 Th. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika,

2003), h. 2

4 Ramayulis, op cit., h. 273 5

(3)

Metode pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut permasalahan individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri. Sehingga dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Dalam pendidikan yang diterapkan di Barat, metode pendidikan hampir sepenuhnya tergatung kepada kepentingan peserta didik, pendidik hanya bertindak sebagai motivator, stimulator, fasilitator, ataupun hanya sebagai instruktur. Sistem yang cenderung mengarah kepada peserta didik sebagai pusat pembelajaran, hal ini menyebabkan para pendidik hanya bersikap merangsang dan mengarahkan para peserta didik untuk belajar dan diberikan kebebasan, sedangkan pembentukan karakter kurang menjadi perhatian pendidik.6

Upaya pendidik dalam memilih metode yang tepat dalam mendidik peserta didiknya harus disesuaikan pula dengan tuntunan agama. Jadi dalam berhadapan dengan peserta didik Ia harus mengusahakan agar pelajaran yang diberikan kepada peserta didiknya mudah diterima, tidaklah cukup dengan bersikap lemah lembut saja, tetapi juga harus memikirkan metode yang akan digunakannya. Seperti memilih waktu yang tepat, materi yang cocok, pendekatan yang baik, efektivitas penggunaan metode dan sebagainya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk agar mempelajari berbagai metode yang digunakan dalam mengajarkan suatu mata pelajaran. Seperti bercerita, mendemonstrasikan, mencobakan,

(4)

memecahkan masalah, mendiskusikan yang digunakan oleh ahli pendidikan Islam di zaman dahulu sampai sekarang mempelajari prinsip-prinsip metodologi dalam ayat al-Qur’an dan hadis Rasulullah.7

Dengan demikian, pendidikan Islam akan mampu menciptakan peserta didik yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, bebas dari ketakutan, mandiri, bebas berekspresi, inovatif, dan bebas untuk menentukan arah kehidupannya. Oleh karena itu, menurut Abuddin Nata proses belajar-mengajar juga harus dilakukan dan diarahkan dari pasif ke aktif. Sejalan dengan pentingnya proses belajar mengajar yang aktif dan kreatif, maka berbagai metode pengajaran yang lebih melibatkan peserta didik aktif, mengubah paradigma teaching menjadi learning, sehingga proses pendidikan menjadi proses bagaimana belajar bersama antara pendidik dengan peserta didik.8

Melihat gagasan belajar mengajar atau metode pengajaran yang dikemukakan Abuddin Nata di atas, maka dapat dipahami bahwa metode pengajaran yang diinginkan adalah terbangunya suasana belajar yang harmonis dan menyenangkan, peserta didik tidak merasa tertekan dan memberi peluang peserta didik untuk melakukan pemahaman secara kritis. Dengan demikian, keberadaan paradigma pembelajaran adalah berfungsi membantu peserta didik memperoleh informasi, gagasan yang diekspresikan mereka. Karena itu, posisi seorang pendidik adalah mengajar peserta didik bagaimana cara belajar. Dalam jangka panjang

7Ibid., h. 157

8Muhammad Kholid Fathoni, Pendidikan Islam dan pendidikan Nasional, (Jakarta:

(5)

seorang pendidik dalam proses pembelajaran harus menciptakan suasana yang memungkinkan peserta didik meningkatkan kemampuan pembelajaran yang lebih bermakna dan efektif.

2. Macam-Macam Metode Pendidikan

Berbicara tentang macam-macam metode pendidikan, berarti berbicara tentang berapa jumlah metode pendidikan. Masing-masing sumber mengatakan jumlah metode pendidikan itu berbeda-beda. Menurut Prof. Dr. H. Ramayulis, ada sepuluh macam metode Pendidikan yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam, diataranya metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas, metode domonstrasi, metode eksperimen, metode kerja kelompok, metode kisah, metode amsal, dan metode targhib dan tarhib.9 Namun dalam hal ini, penulis akan menguraikan macam-macam metode pendidikan yang penulis kutip dari buku karangan Abuddin Nata dengan judul perspektif Islam tentang strategi pembelajaran, macam-macam metode tersebut, diantaranya:

a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh pendidik dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung dihadapan peserta didik.10 Ceramah dimulai dengan menjelaskan tujuan yang ingin dicapai, menyiapkan garis-garis besar yang akan dibicarakan, serta menghubungkan antara materi yang akan

(6)

disajikan dengan bahan yang telah disajikan.11 Metode ceramah termasuk yang paling banyak digunakan, karena biasanya cukup mudah dilakukan dan memungkinkan banyaknya materi yang dapat disampaikan, adanya kesempatan bagi pendidik untuk menekankan bagian yang penting, dan pengaturan kelas dapat dilakukan dengan cara sederhana.

Kekurangan metode ceramah ini antara lain cenderung membuat peserta didik kurang kreatif, materi yang disampaikan hanya mengandalkan ingatan pendidik, kemungkinan adanya materi pelajaran yang tidak dapat diterima sepenuhnya oleh peserta didik, kesulitan dalam mengetahui tentang seberapa banyak materi yang dapat diterima oleh peserta didik. Untuk itu sebaiknya ceramah ini dilakukan dengan persiapan yang matang, pendidik yang benar-benar menguasai materi pelajaran dengan baik, dilengkapi dengan penggunaan media pengajaran serta mengkombinasikannya dengan metode tanya jawab, penugasan dan sebagainya.12 Melalui ceramah ini target pengajaran lebih banyak pada aspek kognitif.

Mengajar melalui metode ceramah ini dari dahulu sampai sekarang masih berjalan dan paling banyak digunakan oleh pendidik. Namun usaha-usaha peningkatan teknik mengajar tersebut berjalan terus, dan para ahli menemukan beberapa kelemahannya, yaitu:

11Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

2011), h. 289

12

(7)

1). Dalam pengajaran yang dilakukan dengan metode ceramah, perhatian hanya terpusat pada pendidik, dan pendidik dianggap selalu benar oleh peserta didik. Disini terlihat pendidik lebih aktif dari pada peserta didik.

2). Peserta didik diharuskan mengikuti apa kemauan pendidik, meskipun ada peserta didik yang kritis, namun semua jalan fikiran pendidik dianggap benar oleh peserta didik.13

Jadi dalam penggunaan metode ceramah ini, ada beberapa kelemahannya, agar tujuan pembelajaran tetap tercapai maka keprofesionalan seorang guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang sangat dibutuhkan dalam hal ini.

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab ialah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan, yang dikemukakan pendidik yang harus dijawab oleh peserta didik. Dalam praktiknya, metode tanya jawab ini dimulai dengan mempersiapkan pertanyaan yang diangkat dari bahan pelajaran yang akan diajarkan, mengajukan pertanyaan, menilai proses tanya jawab yang berlangsung, dan diakhiri dengan tindak lanjut.

Berbagai pertanyaan yang dituangkan dalam bahan tanya jawab tersebut dapat dirumuskan dengan fokus pada ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan aspek-aspek lainnya yang terdapat

(8)

dalam ranah kognitif.14 Metode tanya jawab banyak digunakan karena dapat menarik perhatian, merangsang daya pikir, membangun keberanian, melatih kemampuan berbicara dan berfikir secara teratur, serta sebagai alat untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik secara objektif. Namun demikian, metode tanya jawab ini sering menimbulkan rasa takut pada peserta didik, sulitnya membuat pertanyaan yang sesuai dengan kemampuan peserta didik, banyak membuang-buang waktu, tidak tersedianya waktu yang cukup untuk memberikan kesempatan kepada semua siswanya untuk bertanya15.

Untuk menghindari sesuatu yang dapat terjadi dalam metode tanya jawab terutama yang bersifat negatif, maka perlu memperhatikan hal-hal berikut:16

1). Pertanyaan harus singkat, jelas, dan memancing peserta didik untuk berfikir.

2). Sesuai dengan kecerdasan dan kemampuan peserta didik yang menerima pertanyaan.

3). Memerlukan jawaban dalam bentuk kalimat atau uraian, kecuali yang bersifat objektif tes, yang dapat menggunakan ya atau tidak.

Jadi, metode tanya jawab merupakan metode mengajar yang bisa digunakan oleh pendidik di kelas maupun di luar kelas. Yang mana dalam menggunakan metode ini seorang pendidik menggunakan

14Abuddin Nata, op cit., h. 182 15Abuddin Nata, op cit., h. 183

16Hafni Ladjid, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Padang: IAIN Press, 1999),

(9)

pertanyaan yang diajukan kepeda peserta didik untuk mengetahui sejauh mana pemehaman peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan. Dengan menggunakan metode ini peserta didik akan lebih aktif dalam proses pembelajaran, karena dapat merangsang daya pikir peserta didik, dan juga dapat membangun keberanaian dalam mengemukakan pendapat, serta melatih kemampuan berbicara peserta didik.

c. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi ialah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik yang sebenarnya maupun tiruannya.17 Metode demonstrasi ini banyak digunakan dalam rangka mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses pengaturan dan pembuatan sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, serta membandingkan suatu cara dengan cara lain. Metode demonstrasi dilaksanakan dengan pertimbangan adanya tingkat perkembangan berfikir yang berbeda-beda yang dimulai dari yang konkrit kepada yang abstrak.

Selain itu, metode demonstrasi ini didasarkan pada asumsi bahwa mengerjakan dan melihat langsung lebih baik dari pada hanya

(10)

sekedar mendengar, adanya perbedaan pada sifat pelajaran yang antara lain adanya pelajaran yang mengharuskan peragaan, serta adanya perbedaan tipe belajar peserta didik. Tipe belajar itu, ada yang tipe visual, auditif, motorik, dan campuran. Dengan metode demonstrasi ini pengajaran menjadi semakin jelas, mudah diingat dan dipahami, proses belajar lebih menarik, didorong kreativitas peserta didik, dan sebagainya. Namun demikian, metode ini memiliki kekurangan, antara lain memerlukan keterampilan guru secara khusus, keterbatasan peralatan, tempat, waktu, dan biaya yang terbatas, serta adanya persiapan yang lebih matang dan terencana. Untuk itu, pelaksanaan metode demonstrasi ini harus dimulai dengan perencanaan dan persiapan yang matang, pelaksanaannya yang sistematis, konsisten dan sungguh-sungguh, serta adanya tindak lanjut dan evaluasi atas pelaksanaan demonstrasi.18

d. Metode Karyawisata

Metode karyawisata adalah cara penyajian pelajaran, dengan membawa siswa keluar untuk mempelajari berbagai sumber belajar yang terdapat di luar kelas.19 Metode karyawisata ini sering dinilai sebagai bentuk pengajaran yang modern, yaitu bahwa pengajaran bukan hanya berlangsung di ruang kelas, melainkan juga di luar kelas. Pelaksaan karyawisata ini didasarkan pada pandangan, bahwa pendidikan yang terdapat di sekolah tidak dapat dilepaskan dari

18Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, 1985

19Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 2008),

(11)

berbagai kemajuan yang terdapat dimasyarakat. Dengan karyawisata ini, para peserta didik mendapatkan wawasan dan pengalaman yang luas dan selajutnya dapat digunakan untuk memperkaya pengajaran yang terdapat di sekolah.

Karyawisata dinilai sebagai metode pengajaran yang memiliki banyak kelebihan, yang antara lain menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran menjadikan apa yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan, dapat merangsang kreativitas anak didik, memperluas informasi sebagai bahan pengajaran, serta mendorong siswa untuk mencari dan mengolah sendiri bahan pengajaran. Karyawisata juga dapat membuat siswa lebih senang dan menyegarkan kembali dari kejenuhan yang terjadi sebagai akibat belajar terus-menerus di dalam kelas.20 Sedangkan kekurangannya antara lain memerlukan waktu yang panjang, memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang, koordinasi yang terkadang tumpang-tindih, sering lebih didominasi oleh unsur kreasinya, kesulitan dalam mengatur para siswa dalam perjalanan, pemondokan dan sebagaianya, serta memerlukan tanggung jawab, biaya, dan perhatian yang lebih besar.21

Guna terlaksananya kegiatan karyawisata yang baik ini memerlukan tahapan antara lain perencanaan, pelaksanaan, tindak lanjut, dan evaluasi yang harus dijabarkan secara detail dan terperinci.

(12)

Dari segi pelaksanaannya karyawisata terkadang memerlukan waktu yang singkat (1sampai 2 hari), dan terkadang pula memerlukan waktu yang panjang (5 sampai 6 hari, bahkan sampai 2 minggu), hal ini tergantung kepada kebutuhannya.22

e. Metode Penugasan

Metode penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Penugasan yang diberikan tersebut sebagai bentuk latihan agar suatu saat para peserta didik dapat malaksanakan tugas yang sesungguhnya di masyarakat. Tugas-tugas tersebut antara lain membuat laporan, ringkasan beberapa halaman dari topik pembahasan, membuat makalah, menjawab pertanyaan, mengadakan observasi, atau wawancara, mengadakan latihan, mendemonstrasikan sesuatu, atau menyelesaikan pekerjaan tertentu.23

Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk memberikan tugas antara lain memberikan penjelasan tentang tugas-tugas yang harus dikerjakan, menjelaskan tugas yang harus dikerjakan secara kelompok atau perorangan, seorang pendidik hendaknya memberikan bimbingan dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut, karena boleh jadi terdapat peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas tersebut, serta memberikan dorongan serta semangat agar para peserta didik dapat menyelesaikan tugas-tugas tersebut dengan baik.

22Ibid., h. 35

23Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

(13)

Tahap terakhir dilakukan dengan memberikan pertanggungjawaban berupa laporan tertulis, laporan mendemonstrasikan, dan kemudian memberikan penilaian.24

Hal ini penting dilakukan, karena sebagai manusia yang hidup di masyarakat, ia tidak akan terlepas dari tugas-tugas yang harus dipecahkan. Keterampilan dalam melaksanakan untuk memecahkan masalah yang sesungguhnya terjadi di masyarakat. Metode pengajaran dengan penugasan memiliki kelebihan yang antara lain sebagai bentuk pengajaran modern, dapat lebih merangsang dan menumbuhkan kreativitas para peserta didik, mengembangkan kemandirian, memberikan keyakinan tentang apa yang dipelajari di kelas, membina kebiasaan peserta didik untuk selalu mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi, membuat peserta didik lebih bergairah dalam belajar, membina tanggungjawab dan disiplin para peserta didik.25

Sedangkan kelemahan metode penugasan ini antara lain kesulitan dalam mengontrol para peserta didik, apalagi yang jumlahnya banyak, pelaksanaan tugas kelompok, terkadang hanya dikerjakan oleh beberapa orang saja, sedangkan yang lainnya tidak melakukan tugas apa-apa, kesulitan dalam memberikan tugas kepada peserta didik yang berbeda-beda kemampuannya.26

(14)

f. Metode Pemecahan Masalah

Metode pemecahan masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis, dibandingkan, dan disimpulkan dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya sebagai kegiatan belajar peserta didik.27 Permasalahan tersebut dirumuskan dari pokok bahasan yang terdapat dalam mata pelajaran. Metode pemecahan masalah tersebut dapat berupa kesenjangan antara yang seharusnya dengan realita, sesuatu yang apabila dibiarkan akan menimbulkan kerugian, dan sesuatu yang membutuhkan penjelasan dengan cara melakukan penelitian secara seksama.

Metode pemecahan masalah ini memiliki kelebihan antara lain dapat membuat situasi pengajaran di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan. Khususnya yang berkaitan dengan dunia kerja, dapat membiasakan peserta didik menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, serta dapat merangsang kemampuan berfikir secara kreatif, dan menyeluruh. Sedangkan kekurangannya antara lain terkadang masalah yang diajukan topik pembahasan tidak sesuai tingkat kesulitannya dengan tingkat berfikir peserta didik, untuk mengubah kebiasaan belajar dengan cara mendengarkan, menjadi cara belajar dengan berfikir dan memecahkan masalah.28

27Ibid., h. 187

28Hafni Ladjid, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Padang: IAIN Press, 1999),

(15)

g. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah salah satu cara penyajian pelajaran dengan cara menghadapkan peserta didik kepada suatu masalah yang dapat berbentuk pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.29 Diskusi terjadi apabila ada masalah dalam bentuk kesenjangan antara yang diharapan dengan kenyataan, apabila dibiarkan akan menimbulkan kerugian yang lebih besar, serta menuntut adanya berbagai kemungkinan jawaban sebagai pemecahan serta hal-hal lainnya sebagaimana dikemukakan di atas. Sebagaimana halnya metode lainnya, metode diskusi ini memiliki kelebihan antara lain dapat merangsang kreativitas peserta didik, membiasakan peserta didik untuk bertukar pikiran, serta melatih agar terampil dalam mengemukakan pendapat, memperluas wawasan serta menghasilkan jawaban dan pemecahan yang lebih kuat.30

Sedangkan kekurangan dari metode ini yaitu, kesulitan dalam menentukan masalah yang sesuai dengan tingkat kemampuan berfikir peserta didik yang beragam, terjadinya dominasi pembicaraan oleh hanya beberapa orang saja, memerlukan waktu yang lama, kadang-kadang terjadi pembicaraan yang tidak fokus pada masalah yang dibahas, dan terkadang terdapat pula pembicaraan yang emosional dan kurang terkontrol yang berakhir dengan keributan.31

(16)

h. Metode Simulasi

Metode simulasi adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan situasi tiruan atau berpura-pura dalam proses belajar, dengan tujuan untuk memperoleh suatu pemahaman tentang hakikat suatu konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Dalam praktiknya metode simulasi dapat mengambil bentuk bermain peran, seperti seorang peserta didik perempuan bermain peran sebagai seorang ibu, atau peserta didik laki-laki bermain peran sebagai seorang ayah. Selain itu, simulasi dapat pula mengambil bentuk permainan sandiwara dengan melibatkan sejumlah orang yang masing-masing memainkan perannya sesuai skenario yang ditetapkan. Simulasi tersebut kemudian dianalisis bersama untuk deketahui pesan ajaran yang terkandung di dalamnya dan disimpulkan.32

Sebagai sebuah metode pengajaran, simulasi memiliki kelebihan antara lain dapat memupuk daya cipta, menimbulkan minat dan gairah belajar, sebagai bekal mental dan keterampilan untuk menghadapi masalah yang sebenarnya, terbiasa dalam menanggapi dan bertindak secara spontan, memupuk keberanian dan kemantapan dalam penampilan, memperkaya pengetahuan, sikap, keterampilan, dan pengalaman langsung, berkesempatan untuk menyalurkan perasaan,

32Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana

(17)

bakat dan hobi yang terpendam, serta belajar menghargai dan menerima pendapat orang lain.33

Sedangkan kekurangan metode simulasi ini antara lain pegalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya, terjadinya perubahan fungsi belajar menjadi alat hiburan ketimbang alat pengajar, terkadang menimbulkan kesan kaku, timbulnya hambatan emosional pada peserta didik seperti rasa malu, ragu-ragu, dan takut mengharuskan adanya guru yang lebih terbuka dan demokratis, menuntut imajinasi peserta didik dan guru yang memadai, serta memerlukan pengelompokkan peserta didik yang lebih fleksibel.

i. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan cara menugaskan peserta didik, untuk melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri tentang sesuatu yang dipelajari. Melalui metode eksperimen ini, peserta didik diberikan kesempatan untuk mengalami atau melakukan sendiri, mengamati proses, mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu.34

Metode eksperimen ini hendaknya diterapkan bagi pelajaran-pelajaran yang belum diterangkan atau diajarkan oleh metode lain, sehingga terasa benar fungsinya. Karena setelah diadakan percobaan,

(18)

barulah pendidik memberikan penjelasan dan bila perlu diadakan diskusi terhadap masalah-masalah yang ditemukan dalam eksperimen tersebut.35

j. Metode Penemuan

Metode penemuan adalah, cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan peserta didik dalam proses mental, dalam rangka menemukan sesuatu yang diperlukan untuk pengembangan, penyempurnaan, dan perbaikan konsep.36 Untuk dapat melaksanakan metode penemuan ini diperlukan langkah persiapan, antara lain penemuan masalah yang akan ditemukan, peralatan yang diperlukan, laboratorium, petugas pendamping, instruksi, dan sebagainya.37

Kelebihan dari metode ini, yaitu dapat memberikan kepuasan dan kebanggaan bagi pendidik dan peserta didik, karena telah menemukan sesuatu yang dapat disumbangkan bagi kepentingan masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Sedangkan kelemahan metode ini antara lain adanya kekurangsiapan pada pendidik dan peserta didik, peralatan yang terbatas, biaya yang besar, waktu yang lebih luas, serta kemampuan teknis lainnya.

k. Metode Proyek

Yaitu penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan,

35

Zakiah Daradjat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 295

36Ibid.,

37Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

(19)

sehingga pemecahannya dapat dilakukan secara keseluruhan dan bermakna. Adapun kelebihan dari metode proyek ini yakninya dapat memberikan wawasan yang luas dan medalam kepada para peserta didik tentang sesuatu masalah, mendidik berfikir sistematis dan mendetail, melatih kesabaran dalam menemukan masalah.

Sedangkan kekurangannya antara lain, adanya peserta didik yang kurang siap baik secara mental maupun teknis, banyak membutuhkan waktu, biaya, sarana dan prasarana dan sebagainya yang terkadang kurang dapat dipenuhi oleh penyelenggara pendidikan. Dengan adanya berbagai kendala ini, maka metode proyek ini sekarang jarang digunakan.38

l. Metode Perumpamaan

Metode perumpamaan yaitu, suatu cara mengajar dimana seorang pendidik menyampaikan materi pembelajaran dengan membuat contoh melalui perumpaan.39 Salah satu kelebihan dari metode ini adalah memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Jika menggunakan metode ini dalam proses pembelajaran, maka materi yang disampaikan harus pendidik umpamakan dengan hal lainnya yang semakna atau yang relevan dengan materi tersebut. Dan kelemahan dari metode ini adalah pendidik lebih aktif dibandingkan peserta didik, sehingga proses pembelajaran lebih berpusat kepada pendidik.

(20)

B. Penggunaan Metode dalam Pendidikan Islam

Setiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan. Ada metode yang tepat digunakan terhadap peserta didik yang jumlahnya besar, dan ada pula yang tepat digunakan terhadap peserta didik yang jumlahnya kecil.40 Ada yang tepat digunakan didalam kelas, ada pula yang tepat digunakan diluar kelas. Terkadang pendidik mengajar lebih banyak menggunakan metode ceramah dibanding memberi kebebasan kepada peserta didik. Ada pula suatu bahan pengajaran lebih baik disampaikan dengan kombinasi beberapa metode, dibandingkan hanya satu metode. Atas dasar itu, tugas pendidik adalah memilih metode yang tepat untuk digunakan dalam menciptakan proses belajar mengajar.

Pemilihan metode mengajar yang tepat terkait efektivitas pengajaran, dan efektivitas ini dapat dipelajari. Ketepatan penggunaan metode mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:41 1. Tujuan Pembelajaran

Faktor pertama yang hendaknya dikaji oleh pendidik, dalam rangka menetapkan metode mengajar adalah tujuan pembelajaran. Tujuan dijadikan tumpuan perhatian karena akan memberikan arah dalam memperhitungkan efetivitas suatu metode. Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran merupakan tindakan sia-sia. Setiap tujuan pembelajaran memberi petunjuk bagi penetapan metode. Petunjuk tersebut akan diperoleh apabila tujuan telah dirumuskan secara jelas,

40Ibid., h.76

41Taufik Abdillah Syukur, Pendidikan Karakter Berbasis Hadis, (Jakarta: Rajawali Pers,

(21)

sehingga memperlihatkan tingkat kemampuan yang diharapkan.42 Yang dimaksud tujuan yang jelas ialah hasil belajar yang akan dicapai, sementara yang dimaksud tingkat kemampuan ialah deskripsi tentang bentuk-bentuk hasil belajar tersebut. Dengan memanfaatkan petunjuk di atas, pendidik mencari metode yang tepat.

2. Pendidik

Setiap pendidik memiliki sifat keguruan yang unik, tidak ada dua pendidik yang memiliki sifat keguruan yang sama. Metode yang sama tidak akan membuahkan hasil yang sama ditangan pendidik yang berbeda. Suatu metode, bagi sebagian pendidik, dianggap kurang baik, mungkin bagi sebagian lain justru metode dianggap yang sangat baik. Sebaliknya, suatu metode yang dianggap baikpun akan menjadi buruk bila dilakukan pendidik yang tidak menguasai teknik pelaksanaannya. Pendidik harus menyadari sepenuhnya tentang pengguasaan yang lebih baik, dalam menggunakan metode yang sesuai dengan kepribadian. Kesadaran atas penguasaan yang lebih baik, akan lebih membuahkan hasil dan memberikan kepuasan bagi dirinya43.

Dalam menetapkan metode yang akan digunakan dalam melaksanakan proses belajar mengajar, sebaiknya pendidik terlebih dahulu mempertimbangkan kepribadian dan penguasaannya terhadap suatu metode. Dialah yang mengetahui kelebihan dan kelemahan dirinya dalam menggunakan metode apapun.

(22)

3. Peserta Didik

Metode mengajar merupakan alat untuk menggerakkan peserta didik agar dapat mempelajari bahan pelajaran dan juga digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan mereka, baik secara kelompok maupun secara individual. Peserta didik memiliki latar belakang kecerdasan, bakat, minat, hobi, dan kecenderungan yang berbeda. Demikian pula, perbedaan tingkat usia menyebabkan terjadinya perbedaan sikap kejiwaan. Latar belakang keadaan peserta didik yang demikian itu harus dipertimbangkan dalam memilih metode pengajaran.

Seharusnya pendidik memaksimalkan gaya belajar yang dimiliki peserta didik dengan mempergunakan berbagai metode mengajar, sehingga setiap peserta didik tidak akan dirugikan. Dalam konteks kelas besar, sebaiknya pendidik menetapkan berbagai metode mengajar sehingga dapat mengaktifkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. Namun dalam konteks kelas kecil, harus berusaha mengembangkan metode mengajar yang sesuai dengan kepribadian dan gaya mengajar masing-masing. Selain itu, kesanggupan yang dimiliki peserta didik memiliki peran penting dalam upaya mencapai hasil optimal dari metode mengajar.44

4. Bahan Pengajaran

Dalam menetapkan metode mengajar, hendaknya pendidik memperhatikan bahan pengajaran, baik isi, sifat, maupun cakupannya.

44

(23)

Selain itu mampu menguraikan bahan pengajaran kedalam unsur-unsur secara terperinci.45 Dari unsur-unsur tersebut akan terlihat apakah bahan itu hanya bersifat fakta dan kecakapan yang hanya membutuhkan daya mental dan penguasaan secara motorik. Ataukah bahan itu mencakup berbagai hal, atau hanya beberapa hal, atau bisa jadi hanya satu hal. Pada satu sisi, ciri atau unsur yang telah diuraikan dari bahan pengajaran, akan memudahkan peserta didik untuk mempelajarinya, dan dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pendidik untuk menetapkan metode mengajar pada sisi lain.46

5. Fasilitas

Sekolah tentu saja memiliki fasilitas, hanya saja ada sekolah yang memiliki fasilitas lengkap sesuai kebutuhan proses belajar mengajar, dan ada pula sekolah yang memiliki fasilitas minim. Metode-metode yang ada, sebagian dapat digunakan dengan fasilitas minim, sementara sebagian lain membutuhkan fasilitas memadai yang tidak dapat digunakan bila tidak didukung fasilitas tertentu. Sebagai pendidik, hendaknya memperhitungkan peran fasilitas tersebut dalam menetapkan metode mengajar yang akan digunakannya.47 Oleh sebab itu, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh oleh pendidik:

a. Sebaiknya mengetahui semua fasilitas yang tersedia disekolahnya, dan mengetahui bagaimana memperoleh dan menggunakannya.

(24)

b. Pendidik yang kurang pandai menggunakan fasilitas tertentu atau tidak mampu menerapkannya dengan metode yang sesuai, meski fasilitas memadai, tentu ia akan mengalami kendala dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

6. Situasi Belajar Mengajar

Situasi belajar mengajar mencakup suasana dan keadaan kelas yang berdekatan, keadaan peserta didik seperti kondisi semangat atau lelah dalam belajar, keadaan cuaca, keadaan pendidik seperti sedang menghadapi masalah.48 Semua itu bisa menganggu proses belajar mengajar, baik di lingkungan rumah, sekolah, masyarakat, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang berbeda-beda.

C. Hadis dan Kedudukannya dalam Pendidikan 1. Pengertian Hadis

Pengertian hadis dapat ditinjau dari dua segi, dari segi etimologi

dan terminologi. Hadis secara etimologi berarti al jadid artinya sesuatu yang baru, lawan dari al-qadim (lama) yang artinya menunjukkan kepada waktu yang berdekatan atau singkat.49

Jadi hadis secara bahasa adalah suatu perkataan, perbuatan, dan persetujuan yang disandarkan kepeda nabi Muhammad SAW.50

Hadis dari segi terminologi, para ulama bervariasi dalam mengemukakan defenisinya, diantaranya:

48Taufik Abdillah Syukur, Pendidikan Karakter Berbasis Hadis, (Jakarta: Rajawali Pers,

2014), h. 92

49Munzier Suparta, Ilmu hadis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.1 50

(25)

Menurut Ibnu Hajar, yang dimaksud dengan hadis dalam pengertian syar’i adalah

Artinya: “sesuatu yang disandarkan kepada nabi”.51

Menurut Al-Sakhawi, hadis adalah

Artinya:”Perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat sampai gerak dan

diam, dalam terjaga dan tidur yang disandarkan kepada nabi”.52

Menurut Ibn Al-Suyuti, bahwa hadis adalah

Artinya:”Ilmu yang mencakup perkataan, perbuatan persetujuan dan sifat

Nabi SAW serta periwayatan, ketepatan, dan penulisan lafaz-lafaznya.53

Melalui pengertian hadis yang dikemukakan oleh para ulama, maka dapat dipahami bahwa hadis merupakan segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik itu perkataan, perbuatan, dan persetujuannya.

Hadis merupakan sinonim sunnah, namun hadis pada umumnya digunakan untuk istilah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi SAW

(26)

setelah diutus menjadi Rasul.54 Beberapa defenisi di atas memberikan pengertian, bahwa hadis mempunyai tiga komponen, yakni:

a. Hadis yang berkaitan dengan perkataan Nabi SAW disebut dengan hadis qauli, misalnya sabda Nabi berikut ini:

Artinya:“Dari Ubadah bin Shamit, bahwa Rasulullah SAW bersabda, Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Al-Fatihah al-kitab” “(HR. Muslim).55

b. Hadis yang berkaitan dengan perbuatan Nabi SAW disebut dengan hadis fi’li, misalnya shalatnya sahabat Nabi.

Artinya:“Dari Malik bin Huwairits ra. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: lakukanlah shalat sebaiamana kamu melihat aku shalat (HR. Bukhari).56

Nabi berbuat dalam posisinya sebagai Rasul merupakan contoh tauladan bagi setiap umat Islam. Demikian pula, perkataan beliau, ketika Nabi berkata sebagai pendidik selalu melalui perkataan yang baik, sehingga peserta didik dapat menerimanya dengan mudah, demikian pula dengan perbuatan beliau berbuat dengan maksimal. c. Hadis yang berkaitan dengan persetujuan atau ketetapan Nabi disebut

dengan hadis taqriri, yaitu suatu perbuatan atau perkataan diantara

54

Idri, Studi Hadis, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 1, h. 6

55Muhammad Nashiruddin Al Albani, Mukhtasar Shahih Al Imam Al Bukhari, (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2013), h. 407

56Imam Al Hafiz bin Abdillah Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Shahih Bukhari,

(27)

para sahabat yang disetujui Nabi. Misalnya pada suatu ketika Nabi bersama Khalid bin Walid berada dalam suatu jamuan , dan makanan yang dihidangkan adalah daging biawak. Nabi tidak menegur atas jamuan dari daging biawak tersebut, dan tatkala Nabi dipersilahkan untuk memakannya, beliau bersabda:

… …

“…Maafkan, berhubung binatang ini tidak ada di kampung kaumkku, maka aku tidak menyukainyai… (HR. Bukhari)”57

“…Kata Khalid “segera aku memotongnya dan memakannya, sedang Rasulullah SAW melihat padaku”. (HR. Bukhari).58

Berdasarkan uraian diatas maka pengertian hadis itu sendiri adalah segala sesuatu yang datangnya dari Nabi, baik itu perkataan, perbuatan, maupun ketetapan beliau setelah diangkat menjadi Rasul. 2. Kedudukan Hadis dalam Pendidikan

Hadis merupakan jalan atau cara yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, dalam perjalanan kehidupannya melaksanakan dakwah Islam. Contoh yang diberikan beliau dapat dibagi menjadi tiga bagian.

Pertama, hadis qauli yaitu yang berisi ucapan Nabi SAW. Kedua hadis fi’li yaitu perbuatan yang dilakukan Nabi. Ketiga hadis taqriri yaitu persetujuan Nabi atas tindakan dan peristiwa yang terjadi.59

57

Muhammad Nashiruddin Al Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 874-875

(28)

Sebagaimana yang diketahui keberadaan Nabi SAW di tengah-tengah masyarakat sebagai contoh tauladan, baik dari segi perkataan ataupun dari segi perbuatan, karena perkataan dan perbuatan Nabi itu tidak ada yang tercela. Dalam kata lain, perkataan dan perbuatan Nabi baik semua, sehingga pantas dijadikan contoh dan tauladan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Ahzab ayat 21.







Artinya:”Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. al-Ahzab:21)

Kehidupan Nabi di tengah-tengah masyarakat dapat dikategorikan kepada dua hal. Pertama sebagai manusia biasa, kedua sebagai Rasulullah. Ketika beliau berbuat sebagai manusia biasa, tidak dianjurkan untuk mentauladani beliau, lalu ketika Beliau berbuat sebagai Rasulullah semua umat Islam dituntut untuk mengikuti dan mentauladaninya.

Nabi sebagai Rasulullah SAW, berarti Nabi sebagai utusan Allah kepada semua umat untuk menyampaikan ajaran Islam. Nabi tidak hanya sebagai penyampai pesan tetapi juga sebagai pendidik ditengah-tengah umat.

Untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam mengajar para sahabatnya, Rasulullah SAW menggunakan

(29)

bermacam-macam metode. Hal itu dilakukan untuk menghindari kebosanan dan kejenuhan siswa. Di antara metode yang diterapkan Rasulullah adalah: a. Metode ceramah.

b. Metode dialog, misalnya dialog anatara Rasulullah dengan Mu’adz ibnu Jabal ketika Mu’adz akan diutus sebagai kadi di negeri Yaman. c. Metode diskusi, misalnya antara Rosulullah dan para sahabatnya

tentang hukuman yang akan diberikan kepada tawanan perang Badar. d. Metode demonstrasi, misalnya hadis Rasulullah “shalatlah kamu

sebagaimana kamu melihat aku shalat“.

Berikut dikemukakan beberapa contoh Nabi sebagai pendidik, melalui hadis beliau sendiri:

Artinya:”Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, ”barang

siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah dia menyakiti tetangganya (dalam jalur lain: maka hendaklah dia bersilaturahmi). Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari). 60

Dari hadis ini yang dapat dipahami adalah pendidikan tentang menerima tamu, berkata baik, dan tidak menyakiti tetangganya. Nabi memberi penegasan bahwa seseorang yang telah diakui imannya kepada

(30)

Allah dan kepada hari akhir, buktikanlah dengan menerima tamu secara baik, berkata sopan, serta berlaku baik dan menyenangkan tetangga.

.

Artinya:”Dari Abu Hurairah r.a, dia berkata, “seorang laki-laki datang

kepada Rasulullah SAW lalu bertanya,“wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapat perlakuan baikku? Beliau menjawab, ibumu. Orang itu bertanya lagi, kemudian siapa? Beliau menjawab, ibumu. Orang itu bertanya lagi, kemudian siapa? Beliau menjawab ibumu. Orang itu bertanya lagi, kemudian siapa? Beliau menjawab, ayahmu. (HR. Bukhari).

61

Demikian pula hadis tentang pendidikan terhadap orang tua. Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi tentang orang yang paling baik menjadi teman yang selalu didampingi, Nabi menjawab ibumu, ibumu, ibumu, dan bapakmu. Nabi mengulang-ulang ibumu sampai tiga kali kemudian baru bapakmu. Pada diri ibu terdapat perbedaan dengan bapak dari beberapa hal.

Dari segi fisik, biasanya perempuan lebih cepat menurunnya kekuatan, sedangkan laki-laki tidak seperti itu. Demikian pula dari segi lainnya, ibu lebih banyak penderitaan dengan anaknya dibanding dengan bapak. Seperti dalam keadaan hamil, melahirkan, dan menyusui. Oleh sebab itu, seorang anak dituntut lebih memperhatikan ibunya demikian pula kepada bapaknya.

61Imam Al Hafiz bin Abdillah Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Shahih Bukhari,

(31)

Ajaran agama Islam sangat berkaitan erat dengan pendidikan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa hadis memberikan motivasi dan dorongan agar seseorang lebih giat dalam menuntut ilmu. Yang pada hakikatnya didapatkan melalui proses pendidikan. Oleh karena itu, hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana cara Nabi melaksanakan proses pembelajaran, juga metode yang digunakan, sehingga dalam waktu singkat pembelajaran yang diberikan oleh Nabi mampu diserap oleh para sahabat, wibawa serta pribadi yang harus ada di dalam diri setiap pendidik telah ditunjuk oleh Nabi, sampai kepada cara Nabi menempatkan posisi peserta didiknya. Kesemua hal itu merupakan figur yang ada pada diri Rasulullah SAW dan menjadi contoh bagi seluruh aktivitas manusia sebagai uswatun hasanah yang telah dibimbing langsung oleh Allah SWT.

Referensi

Dokumen terkait

Shanti (2007), dalam proses pengambilan keputusan dalam mengkonsumsi Jeruk Lokal dan Jeruk Impor di Ritel Modern di Giant Botani Square Bogor berawal dari manfaat utama yang

Produk yang diharapkan akan dihasilkan melalui penelitian pengembangan berupa model sarana pembelajaran atletik alat lempar cakram melalui modifikasi ukuran berat,

Penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) Bappeda Kota Bogor Tahun 2010-2014 ini, telah diupayakan menampung substansi dari Rencana

Lampiran 17 Struktur File kode_pos Lampiran 18 Struktur File pemohon Lampiran 19 Struktur File jalur Lampiran 20 Struktur File kawasan Lampiran 21 Struktur File jenis_reklame

Kejadian penyakit bercak orange dan antraknosa ada pada semua lahan pengamatan, tetapi tidak saling berbeda kejadiannya antar lahan buah naga putih maupun buah naga merah.. Gejala

Terdapat tiga aturan keserasian yang digunakan dalam penelitian ini, oleh karena itu pengujian ini dilakukan untuk mengetahui aturan keserasian mana yang sangat

Definisi lain menurut Rusdji yaitu Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar Wajib Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau

Berdasarkan hal di atas, maka peneliti melanjutkan penelitian yang dilakukan oleh Kurniadin & Mardiono (2011), dengan menguji kelayakan minyak jelantah ditinjau penyerapan