• Tidak ada hasil yang ditemukan

Journal of Educational Social Studies

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Journal of Educational Social Studies"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Journal of Educational Social Studies

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess

PARTISIPASI POLITIK ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN DALAM

PENGAMBILAN KEBIJAKAN

Nurhidayah

Prodi Pendidikan IPS, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendapatkan gambaran bentuk-bentuk partisi-pasi politik anggota legislatif perempuan dalam mengambil keputusan politik pada DPRD Kota Semarang, dan (2) mendapatkan gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik anggota legislatif perempuan dalam mengambil keputusan politik pada DPRD Kota Semarang. Penelitian ini dilaksana-kan dengan pendekatan kualitatif dengan fokus penelitian adalah aktifitas anggota legislatif perempuan dalam mengambil keputusan-keputusan politik pada DPRD Kota Semarang. Pengumbulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observa-si, dan studi dokumen. Objektifitas data diuji dengan teknik triangulasi metode. Sedangkan analisis data dilakukan dengan interactive analysis model. Hasil peneli-tian menunjukkan bahwa partisipasi politik perempuan belum optimal karena ben-tuk partisipasi yang dilakukan masih sangat bergantung pada apa yang diusulkan pemerintah. Inisiatif anggota legislatif perempuan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan belum banyak dilakukan karena masih sebatas semangat, tetapi belum mampu menghilangkan kendala-kendala yang menghambatnya.

Abstract

This study aims to: (1) map the forms of political participation of women legislative members in decision making at the Regional House of Representatives in Semarang, and (2) map the factors which influence political participation of women legislative members in decision ma-king at the Regional House of Representatives in Semarang. This study employs qualititative approach by focusing on the activities of women legislative members in decision making at the Regional House of Representatives in Semarang. Data was collected by interview, observati-on, and document study. Triangulation was used to crosscheck the data. Data was analysed by interactive analysis model. Results show that women political participation has not been maximum, because their participation is under the government control. Only a few initiative is made by the women legislative members to fight for women’s rights. It is still in the form of discourse, yet the real problems are there.

© 2012 Universitas Negeri Semarang ISSN 2252 - 6390 Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Januari 2012 Disetujui Februari 2012 Dipublikasikan Juni 2012 Keywords: Women Political participation Decision making Gender  Alamat korespondensi:

Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang 50233 E-mail: pps@unnes.ac.id

(2)

Pendahuluan

Penduduk Kota Semarang berjumlah 1.434.025 orang yang terdiri dari 711.761 orang laki-laki dan 722.264 orang perempuan. Meski-pun jumlah penduduk perempuan lebih banyak, namun perempuan yang terpilih sebagai ang-gota legislatif dalam Pemilu tahun 2009 hanya berjumlah 6 (enam) orang. Kenyataan itu tidak dapat dipisahkan dari image dan konstruksi so-sial yang berkembang dan dipahami masyarakat Semarang. Image yang berkembang dalam masya-rakat bahwa ‘perempuan tidak layak terjun dalam dunia politik’. Perempuan tidak layak memim-pin karena perempuan tidak rasional dan lebih mengandalkan emosinya. Image dan konstruksi sosial tersebut menyebabkan terjadinya ketim-pangan gender sebagaimana terlihat dari hasil pemilu tahun 2009 tidak mampu meraih kuota 30% sebagaimana diatur dalam peraturan perun-dang-undangan.

Apabila jumlah anggota legislatif perem-puan mencapai 30% dari seluruh anggota legis-latif dan berlatar belakang pendidikan tinggi, maka upaya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dapat tercapai secara optimal. Seku-rang-kurangnya, dengan jumlah anggota legis-latif perempuan yang besar akan memperkuat kedudukannya dalam memperjuangkan hak-hak kaum perempuan. Artinya, suara mereka dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada kaum perempuan di dalam sidang-sidang legislatif semakin diperhitungkan. Dengan de-mikian, harapan terwujudnya kesejahteraan dan pemberdayaan perempuan melalui penciptaan lapangan kerja yang berperspektif perempuan, peraturan-peraturan yang melindungi hak-hak perempuan, kesempatan mengakses pendidikan bagi perempuan semakin terbuka.

Pada dasarnya, setiap gerakan atau perju-angan perempuan mempunyai tujuan pokok yang sama, yaitu untuk meningkatkan kedudukan wa-nita dan menghilangkan perlakukan diskrimina-tif antara kaum perempuan dan kaum laki-laki. Salah satu nilai gerakan perempuan Indonesia adalah nasionalisme. Perkembangan gerakan pe-rempuan Indonesia sebagai gerakan sosial tidak dapat dipisahkan dari keadaan masyarakatnya. Dalam prakteknya, gerakan perempuan yang ter-organisasi maupun yang tidak terter-organisasi terus mengalami perkembangan. Gerakan perempuan, baik pada masa perjuangan maupun pada masa kemerdekaan dapat digolongkan sebagai gerakan sosial.

Dalam Undang-Undang Nomor: 10 Ta-hun 2008 tentang Pemilihan Umum disebutkan

bahwa setiap partai politik harus menyediakan kuota sebesar 30% bagi perempuan yang dia-jukan sebagai calon anggota legislatif, baik di DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi, mau-pun DPR RI. Ketentuan tersebut merupakan peluang bagi kaum perempuan untuk berperan serta dalam memperjuangkan hak-hak kaum pe-rempuan. Perjuangan itu semakin efektif apabila dilakukan melalui jalur politik, di mana kebija-kan-kebijakan yang berkaitan dengan hak-hak pe-rempuan harus didasarkan kepada keputusan-ke-putusan politik. Namun, peluang tersebut belum mendapat respon positif, baik dari partai politik maupun kaum perempuan yang bersangkutan.

Partisipasi politik anggota legislatif perem-puan dalam mengambil keputusan-keputusan merupakan sebuah keniscayaan karena tidak se-tiap peluang dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal itu dapat dimaklumi karena partisipasi poli-tik kaum perempuan masih relatif terbatas seba-gai akibat keterbatasan kemampuannya. Meski-pun demikian, hak-hak politik kaum perempuan terus berkembang dan semakin banyak mendapat pengakuan secara representatif. Peluang itulah yang harus dimanfaatkan oleh kaum perempuan. Setiap perempuan harus berusaha meningkatkan kemampuannya agar dapat berperan serta dalam pemberdayaan kaum perempuan melalui jalur politik.

Politik adalah suatu proses yang dilaksana-kan bersamaan dengan penyelenggaraan negara dan sistem pemerintahan. Politik didefinisikan sebagai seni mengatur negara, hubungan antar negara, dan hak-hak warga negara dalam gatur urusan kenegaraan. Ada juga yang men-gaitkan politik sebagai aktifitas kelompok dalam masyarakat seperti partai politik (Takariawan, 2002: 47). Sesuai pengertian politik tersebut, partisipasi politik adalah hak setiap warga nega-ra, baik perempuan atau laki-laki dalam menga-tur urusan kenegaraan. Partisipasi politik sangat menjunjung kebebasan setiap warga negara se-hingga tidak membedakan gender.

Witch dalam Indradjaja (1989: 93) mengata-kan bahwa tertariknya seseorang untuk melaku-kan interaksi partisipasi ditentumelaku-kan oleh prinsip atau asas saling melengkapi (the priciple of

complemen-tary). Artinya, seseorang tertarik untuk

mengada-kan interaksi atau partisipasi bumengada-kan karena adanya kesamaan sikap, tetapi justru karena adanya perbe-daan-perbedaan yang tercipta. Adanya perbedaan, misalnya dalam merasakan kekurangan diri sendiri dibandingkan dengan orang lain, justru akan men-dorong seorang individu untuk mendapatkan yang kurang sesuai harapannya dari orang lain. Perbe-daan tujuan, pandangan, dan ketidaksesuaian antara

(3)

harapan dan kenyataan akan kepastian hukum men-jadi salah satu faktor pendukungnya.

Partisipasi politik anggota legislatif perem-puan di Kota Semarang hasil pemilu tahun 2009 dalam pengambilan kebijakan sesuai dengan pengertian partisipasi politik yang dikemukakan oleh Khamisi dalam (Ruslan, 2000; 46) bahwa partisipasi politik adalah keterlibatan individu untuk mempunyai peran dalam kehidupan po-litik melalui keterlibatan administratif untuk menggunakan hak bersuara, melibatkan dirinya diberbagai persoalan politik dengan pihak lain, ikut serta melakukan berbagai aksi dan gerakan, bergabung dengan partai-partai atau organisasi independen, ikut serta dalam kampanye peny-adaran, memberikan penypeny-adaran, memberikan pelayanan terhadap lingkungan dengan kemam-puannya sendiri.

Sesuai piramida partisipasi politik menu-rut Roth dan Wilson, jumlah partisipasi politik perempuan di kota Semarang menunjukan bah-wa sebagian besar perempuan di kota Semarang mayoritas hanya sebagai pengamat. Selanjutnya perempuan di Kota Semarang adalah hanya sebagai partisipan dan jumlahnya lebih sedikit dari perempuan yang pengamat. Jumlah partisi-pasi politik perempuan yang bisa menjadi akti-vis jumlahnya sangat minimal. Hasilnya jumlah anggota legislatif perempuan hasil pemilu tahun 2009 hanya enam orang. Artinya jumlah anggota legislatif perempuan di DPRD Kota Semarang kurang dari 30% dari jumlah seluruh anggota le-gislatif di kota Semarang.

Partisipasi politik perempuan Kota Sema-rang khususnya legislatif adalah implementasi dari adanya wacana pengarusutamaan gender (PUG). Wacana tentang sebuah bentuk perlawa-nan yang diperlukan untuk menggugah kesa-daran para pejabat pembuat kebijakan akan perlunya ”gender quality” atau kesetaraan gender dari hasil pembangunan. Ketika kebijakan yang disusun sudah berwawasan gender, maka tetap perlu dievaluasi guna mengetahui efektifitas kebijakan-kebijakan dan program pembangu-nan tersebut sehingga memberikan keuntungan bagi perempuan. Selain adanya partisipasi poli-tik anggota legislatif perempuan dalam pengam-bilan kebijakan diharapkan kesetaraan gender dapat benar-benar dirasakan kaum perempuan.

Faktor-faktor pendorong partisipasi politik anggota legislatif perempuan dalam pengambi-lan kebijakan di DPRD Kota Semarang tersebut sesuai dengan pendapat Surbakti (1992: 144) bah-wa tinggi rendahnya partisipasi bah-warga dalam pro-ses politik suatu negara setidaknya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah

kesada-ran politik dan kepercayaan terhadap pemerintah (sistem politik). Kesadaran politik ialah kesada-ran akan hak dan kewajiban sebagai warga ne-gara. Kesadaran yang menyangkut pengetahuan warga tentang lingkungan masyarakat dan poli-tik, dan kesadaran menyangkut minat dan perha-tian warga terhadap lingkungan masyarakat dan politik tempat dia hidup. Adapun yang dimaksud dengan sikap dan kepercayaan kepada pemerin-tah ialah penilaian warga terhadap pemerinpemerin-tah, apakah warga negara tersebut menilai pemerin-tah dapat dipercaya dan dapat dipengaruhi atau tidak.

Anggota legisltif perempuan hasil pemilu tahun 2009 berpartisipasi dalam politik karena adanya kesadaran akan apa yang terjadi diling-kungannya, berdasar pengalaman dan minatnya terhadap kesejahteraan perempuan di kota Sema-rang. Adanya kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah mendorong anggota legisla-tif perempuan hasil pemilu tahun 2009 untuk berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan di DPRD kota Semarang.

Usulan atau kebijakan yang diajukan ang-gota legislatif perempuan jika ingin menjadi ke-tetapan maka suara harus memenuhi kuorum. Bila di DPRD kota Semarang baru enam anggota, berarti belum mampu memenuhi kuo-ta 30 % dari jumlah seluruh anggokuo-ta legislatif di DPRD kota Semarang yang berjumlah 50 (belum memenuhi kuorum). Peningkatan kuota ang-gota legislatif perempuan di kota Semarang harus diusahakan tercapai dalam pemilu legislatif periode yang akan datang. (Sutjipto, 2005: 167).

Terbukanya kesempatan perempuan untuk masuk dalam politik adalah peluang emas bagi perempuan untuk memperjuangkan hak-hak pe-rempuan sebagai warga negara yang memiliki kedudukan sama dengan para lelaki. Berdasar-kan gambaran di atas, maka tulisan ini dimak-sudkan untuk mengungkapkan partisipasi politik perempuan sebagai anggota legislatif dalam pen-gambilan kebijakan yang berpihak pada kaum perempuan.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan pertim-bangan penelitian yang menggunakan pendeka-tan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenome-naBerbagai aktifitas yang dilakukan seseorang berkaitan dengan hak, tugas, wewenang, kesa-daran, pilihan, tanggungjawab didasarkan pada

(4)

konsep-konsep yang diakui kebenarannya. Pene-litian ini diharapkan mampu menghasilkan atau menemukan simpulan yang rasional, objektif, dan memenuhi standar etik. Berbagai aktifitas anggota legislatif perempuan tidak selamanya se-suai dengan hak-hak, wewenang, dan tanggung jawabnya karena perempuan cenderung emosio-nal.

Untuk mengkaji persoalan-persoalan di atas, maka fokus penelitian ini adalah seluruh ak-tifitas anggota legislatif perempuan dalam men-gambil berbagai keputusan politik yang ber-kai-tan dengan perjuangan dan pengakuan hak-hak perempuan pada DPRD Kota Semarang. Fokus penelitian ini mencakup berbagai aspek kajian, yaitu bentuk-bentuk partisipasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik anggota legislatif perempuan pada DPRD Kota Sema-rang dalam mengambil keputusan-keputusan po-litik.

Persoalan di atas dikaji berdasarkan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari objek penelitian (informan, proses, perilaku, dan aktifitas) yang berkaitan dengan partisipasi po-litik anggota legislatif perempuan dalam men-gambil keputusan-keputusan politik. Pengum-pulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumen. Wawancara dilakukan dengan beberapa anggo-ta legislatif, baik perempuan maupun laki-laki yang dipandang memahami partisipasi politik anggota legislatif perempuan. Observasi dilaku-kan dengan pengamtan terhadap semua aktifitas dan perilaku anggota legislatif perempuan dalam pengambilan keputusan politik pada DPRD Kota Semarang. Sedangkan studi dokumen dilaksana-kan dengan mengkaji beberapa dokumen yang berkaitan dengan peran serta anggota legislatif perempuan dalam pengambilan keputusan poli-tik pada DPRD Kota Semarang.

Untuk menguji objektifitas data dilaku-kan dengan teknik triangulasi. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah triangulasi metode. Teknik ini dilaksanakan dengan cara mengecek balik antara data yang diperoleh melalui wawan-cara, observasi, maupun studi dokumen. Den-gan demikian, objektifitas data penelitian dapat ditetapkan. Dalam teknik analisis ini terdapat 3 (tiga) komponen utama, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification yang di-lakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas.

Hasil dan Pembahasan

Jumlah perempuan di Kota Semarang yang memasuki wilayah publik terus meningkat, baik di bidang legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Bahkan, di bidang eksekutif, 2 (dua) kandidat calon Walikota dan Wakil Walikota Semarang pada Pemilukada tahun 2010 adalah perempu-an, yaitu Harini dan Dasih. Di bidang legislatif ada 6 (enam) anggota legislatif perempuan hasil Pemilu tahun 2009 yang duduk sebagai anggota DPRD Kota Semarang. Sebuah tantangan se-kaligus peluang bagi peningkatan pemberdayaan perempuan dalam wilayah publik (bidang politik) khususnya DPRD Kota Semarang.

Peningkatan jumlah perempuan dalam wi-layah publik, terutama sebagai anggota DPRD seharusnya meningkatkan keputusan-keputusan politik yang berpihak kepada perempuan. Ar-tinya, kebijakan-kebijakan yang diambil peme-rintah dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan perempuan semakin efektif. Namun dalam kenyataannya, persoalan-persoalan yang dihadapi perempuan belum dapat diselesaikan sesuai dengan prinsip-prinsip keadi-lan. Pendek kata, persoalan-persoalan yang ber-kaitan dengan hak-hak perempuan belum dapat diselesaikan berdasarkan prinsip kesetaraan gen-der. Kekerasan dalam rumah tangga, perlindun-gan buruh wanita, hak cuti melahirkan, pemer-kosaan, pelecehan seksual, dan berbagai perilaku diskriminatif terhadap perempuan masih sangat dominan dalam mewarnai kehidupan masyara-kat.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketa-hui bahwa pengakuan terhadap hak-hak politik perempuan makin luas dan meningkat. Namun, pengakuan terhadap hak-hak politik perempuan belum dapat menjamin sistem pemerintahan/sis-tem politik yang demokratis, di mana asas repre-sentasi dan akuntabilitas partisipasi politik perem-puan diberi makna yang sesungguhnya. Artinya, keterwakilan perempuan dalam lembaga legisla-tif tidak serta merta dapat mendorong lahirnya berbagai kebijakan yang memiliki sensivitas gen-der dapat diwujudkan secara nyata. Perempuan sebagai warga negara seharusnya dapat berparti-sipasi secara mandiri dalam proses politik yang demokratis karena politik merupakan hak setiap warga negara tanpa membedakan gender.

Setiap warga negara berhak untuk ikut dalam proses politik khususnya penyelengga-raan pemerintahan. UUD 1945 menetapkan setiap warga negara berhak dan ikut

(5)

berpar-tisipasi dalam politik, baik laki-laki maupun perempuan. Politik bukanlah otonomi laki-laki ataupun perempuan saja. Partisipasi politik adalah realisasi hak masing-masing individu warga negara untuk menunjang pembangunan. Walaupun partisipasi politik tersebut mempu-nyai latar belakang masing-masing. Sehingga partisipasi politik anggota legislatif perempu-an hasil pemilu tahun 2009 di kota Semarperempu-ang dalam pengambilan kebijakan adalah sebuah ke-niscayaan. Sebagaimana dikatakan oleh Ibu Utti Indrawati, S.IP bahwa ”saya ikut pemilu dan gabung dengan partai politik kemudian ikut ber-partisipasi dalam pengambilan kebijakan di kota Semarang karena saya ingin menggunakan hak saya sebagai warga negara agar bisa membuat dan memperjuangkan nasib warga Semarang khususnya perempuan”.

Alasan yang sama pun diungkapkan oleh Ibu Anna Endrawati bahwa ”saya ingin berparti-sipasi politik aktif dalam pengambilan kebijakan di kota Semarang dan mengoptimalkan hak dan potensi saya karena saya ingin mempengaruhi kebijakan pemerintah”. Kedua ungkapan Utti Indrawati dan Anna Endrawati dibenarkan oleh keempat angota legislatif perempuan lainnya, yaitu Arining Indharti Adhi, Hanik Khoiru Soli-kah, Sri Rahayu, dan Suciati

Kehadiran enam anggota legislatif pe-rempuan kota Semarang hasil pemilu tahun 2009 dalam legislatif DPRD kota Semarang adalah sebagai bagian daripada partisipasi politik. Hal ini terkait fungsi DPRD kota Semarang sebagai sarana lembaga legislatif yang merupakan lem-baga perwakilan rakyat daerah yang terletak di daerah. Lembaga yang mempunyai tugas dan we-wenang legislasi. Lembaga yang mempunyai ke-wenangan untuk menyusun dan membuat kebija-kan di tingkat kota Semarang. Lembaga legislatif daerah kota Semarang atau DPRD kota Semarang terletak di jalan Pemuda kota Semarang. Parti-sipasi politik anggota legislatif perempuan di kota Semarang hasil pemilu tahun 2009 adalah salah satu wujud adanya hasrat perempuan di kota Semarang untuk berpartisipasi dalam politik. Enam anggota legislatif perempuan hasil pemilu tahun 2009 terus berusaha untuk mempengaruhi dan melakukan partisipasi politik sesuai hak dan wewenangnya di DPRD kota Semarang.

Tugas DPRD Kota Semarang sebagai se-buah lembaga perwakilan rakyat di kota Se-marang adalah menghasilkan kebijakan publik yang benar dan tepat sasaran, maka di DPRD diperlukan peran serta semua anggota dewan baik laki-laki ataupun perempuan. Sehingga anggota legislatif perempuan Kota Semarang

memanfaatkan tugas legislatif di DPRD me-lalui partisipasi politik yang maksimal. Seperti diungkapkan oleh Anna Endrawati, S.IP bahwa “hak legislatif kami selaku dewan kami lakukan melalui usulan atau pendapat dalam rapat atau sidang”. Partisipasi politik anggota legislatif pe-rempuan hasil pemilu tahun 2009 di kota Sema-rang dalam pengambilan kebijakan sebagaimana yang diungkapkan oleh Anna Endrawati, S.IP adalah salah satu bentuk partisipasi politik yang diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah se-laku pembuat dan pelaksana keputusan politik.

Bentuk partisipasi politik anggota legisla-tif perempuan kota Semarang hasil pemilu tahun 2009 dalam pengambilan kebijakan baru terbatas usulan dan pendapat disebabkan minimnya jum-lah anggota legislatif perempuan hasil pemilu tahun 2009. Jumlah anggota legislatif perem-puan di DPRD kota Semarang kurang meme-nuhi kuota 30% dari jumlah seluruh anggota DPRD yang berjumlah 50 orang. Namun, enam anggota legislatif perempuan hasil pemi-lu tahun 2009 tersebut tetap harus berpartisipasi secara optimal. Sehingga diharapkan kebijakan daerah yang dihasilkan berperspektif perem-puan. Walaupun dari enam anggota legislatif perempuan tersebut berasal dari partai ber-beda, yaitu: empat orang anggota legisla-tif perempuan berasal dari partai Demokrat. Keempat anggota legislatif perempuan tersebut adalah: Utti Indrawati, S.IP; Dra. Sri Rahayu; Anna Endrawati, S.IP, M.Si; Suciati. Selain itu, satu orang dari partai PDIP, yaitu Hanik Khoiru Sholikah, A.Md dan satu orang dari partai Han-ura, yaitu Arining Indarti Adhi.

Peraturan tata tertib anggota Dewan ta-hun 2009-2014 memberikan kesempatan pada anggota legislatif perempuan dan laki-laki di DPRD Kota Semarang untuk mengajukan ran-cangan peraturan daerah. Kesempatan tersebut digunakan oleh anggota legislatif perempuan di DPRD kota Semarang hasil pemilu ta-hun 2009 untuk ikut serta dalam pengambilan kebijakan yang berprespektif perempuan di DPRD kota Semarang.

Berbagai peluang partisipasi politik perem-puan sebagai anggota legislatif pada DPRD Kota Semarang telah dimanfaatkan, terutama dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan perjuangan hak-hak perempuan dalam berbagai bidang kehidupan. Di samping itu, para anggota legislatif perempuan telah berusaha untuk me-laksanakan prinsip-prinsip pengarusu-tamaan gender (PUG) sehingga berbagai perilaku diskri-minatif terhadap perempuan dapat dihilangkan. Anggota legislatif perempuan hasil pemilu

(6)

ta-hun 2009 di DPRD Kota Semarang menyalur-kan apresiasinya dengan melalui usulan pendapat, atau turut serta dalam pengambi-lan keputusan.

Faktor-faktor pendorong anggota legisla-tif perempuan hasil pemilu tahun 2009 di DPRD kota Semarang dalam pengambilan kebijakan adalah sebagai berikut:

Keenam anggota legislatif perempuan di DPRD Kota Semarang ingin mengusulkan adanya kebijakan yang berperspektif perempuan.

Anggota legislatif perempuan hasil pemilu tahun 2009 di Kota Semarang bermaksud me-ningkatkan kesejahteraan perempuan di Kota Semarang.

Anggota legislatif perempuan hasil pemilu tahun 2009 ingin meningkatkan bentuk partisi-pasi politik mereka dalam legislatif melalui pen-gambilan kebijakan di DPRD Kota Semarang. Anggota legislatif perempuan hasil pemi-lu tahun 2009 ingin menunjukan kepada anggo-ta legislatif laki-laki di DPRD Koanggo-ta Semarang bahwa perempuan bisa dan mampu membuat atau mengusulkan kebijakan untuk kepentingan perempuan.

Untuk menunjukan eksistensi mereka di DPRD kota Semarang bahwa mereka mampu meningkatkan kesejahteraan perempuan di kota Semarang.

Faktor-faktor pendorong partisipasi politik anggota legislatif perempuan dalam peng-ambi-lan kebiajakan di DPRD Kota Semarang tersebut sangat mempengaruhi partisipasi politik anggota legislatif perempuan hasil pemilu tahun 2009 da-lam pengambilan kebijakan di kota Semarang. Motivasi keenam anggota legislatif perempuan hasil pemilu tahun 2009 muncul karena adanya kesadaran dan keinginan untuk mempengaruhi pemerintah dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pengakuan terhadap hak-hak perempuan.

Setelah peneliti melakukan penelitian me-lalui wawancara, diskusi, angket dan dokumen-tasi diketahui beberapa faktor pendukung dan penghambat partisipasi politik anggota legislatif perempuan dalam pengambilan kebijakan di kota Semarang. Faktor-faktor penghambat partisipasi politik anggota legislatif perempuan hasil pemi-lu tahun 2009 dalam pengambilan kebijakan di DPRD Kota Semarang adalah sebagai berikut; Sistem Politik dan Birokrasi, faktor psikologis, Faktor Kekurangpahaman Anggota Legislatif Laki-Laki tentang Wacana Pengarusutamaan Gender, kuota kurang dari 30%, sistem sosial budaya, kekurangpahaman Anggota Legislatif Perempuan Hasil Pemilu tahun 2009 tentang

Tugas Kedewanan dan Agenda Perempuan di DPRD.

Adapun faktor-faktor pendorong perem-puan anggota legislatif di Kota Semarang hasil pemilu tahun 2009 dalam pengambilan kebija-kan di DPRD Kota Semarang sebenarnya sudah mendukung program pengarusutamaan gender (PUG). Latar belakang anggota legislatif pe-rempuan di Kota Semarang hasil pemilu tahun 2009 berpartisipasi politik khususnya dalam pen-gambilan kebijakan di Kota Semarang adalah se-bagai berikut:

Adanya kesadaran anggota legislatif pe-rempuan hasil pemilu tahun 2009 di Kota Sema-rang untuk meningkatkan kesejahteraan masya-rakat.

Faktor pendidikan dan pengetahuan da-lam politik anggota legislatif perempuan di Kota Semarang sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi anggota dewan. Sebagai contoh latar be-lakang pendidikan Anna Endrawati, S.I.P, M, Si adalah Ilmu Politik dan pernah menjadi dosen Ilmu Politik sebelum terpilih sebagai anggota le-gislatif perempuan.

Simpulan

Berdasarkan temuan penelitian dan hasil pembahasan, maka dapat ditarik beberapa sim-pulan sebagai berikut:

Semangat para anggota legislatif perempu-an dalam memperjuperempu-angkperempu-an hak-hak perempuperempu-an sangat tinggi, meskipun belum dapat direalisasi-kan secara nyata. Artinya, partisipasi politik pe-rempuan sebagai anggota legislatif belum dapat dilaksanakan secara optimal. Kenyataan itu itu disebabkan oleh bentuk partisipasi politik perem-puan masih sangat bergantung pada agenda ra-pat yang telah ditetapkan oleh Sekretariat DPRD Kota Semarang.

Bentuk partisipasi politik perempuan san-gat bergantung pada kebijakan-kebijakan yang diajukan pemerintah (eksekutif) sehingga hak ini-siatif para anggota legislatif hampir tidak pernah dimanfaatkan. Lebih-lebih, bagi para anggota le-gislatif perempuan yang sangat terbatas jumlah dan kemampuannya.

Berbagai faktor yang mempengaruhi parti-sipasi politik perempuan, di antaranya wawasan dan pengalaman perempuan dalam bidang politik masih sangat terbatas, kepentingan partai politik jauh lebih dominan dibandingkan dengan kepen-tingan masyarakat atau kelompok masyarakat, para anggota legislatif cenderung kurang mampu melaksanakan kepentingan para kontituennya, tata tertib DPRD Kota Semarang kurang

(7)

membe-rikan kebebasan kepada para anggotanya untuk menyampaikan pendapatnya.

Bertitik tolak dari simpulan di atas, maka melalui tulisan ini disampaikan beberapa saran sebagai berikut:

Kaum perempuan harus meningkatkan wawasan dan pengetahuannya di bidang politik dan pemerintahan agar mampu dan dapat melak-sanakan partisipasi politik secara cerdas sesuai dengan kepentingan, hak, wewenang, dan tang-gung jawabnya dalam memajukan hidup dan ke-hidupan kaum perempuan.

Kaum perempuan sebagai anggota legisla-tif seharusnya memahami prinsip-prinsip penga-rusatamaan gender (PUG) atau kesetaraan gen-der, sekaligus memiliki kesiapan dan kesediaan waktu dan tenaga untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan sesuai dengan nilai-nilai moral maupun bangsa yang bermartabat dan ber-keadaban.

Kaum perempuan sebagai anggota legis-latif harus meningkatkan kompetensinya agar mampu merubahan budaya birokrasi yang ku-rang menghargai potensi dan kemampuan pe-rempuan.

Memperkuat jaringan komunikasi antar anggota legislatif dengan organisasi perempuan non legislatif, sehingga ada koordinasi dan kesa-maan agenda kerja perempuan dan diharapkan mampu menghasilkan kebijakan daerah yang berperspektif perempuan.

Meningkatkan peran partai politik dalam melaksanakan pendidikan politik bagi perempu-an, agar mereka memperoleh pemahaman yang tepat tentang hak dan kewajiban politik setiap warga negara pada umumnya, kaum perempuan pada khususnya.

Daftar Pustaka

Abdurrahman, Dudung. 2007. Metodologi Penelitian Se-jarah. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.

Astuti, Tri Marhaeni P. 2007. Kesenjangan Gender dalam Bidang Hukum, Politik dan Pemerintahan dalam Buku Ajar Antropologi Gender. Fakultas Ilmu Sosial UNNES Semarang (tidak terbit). Bappeda Kota Semarang dan Badan Pusat Statistik

Kota Semarang. 2006. Indikator Pemberdayaan Gender Kota Semarang Tahun 2006. Semarang: Bappeda Kota Semarang dan Badan Pusat Statistik Kota Semarang.

Cantor, Dorothy W. (dkk). 1998. Woman in Power: Kiprah Perempuan dalam dunia Politik. Jakarta: Pustaka Gramedia Utama.

Harun, Rochayat dan Soemarmo. 2006. Komunikasi Politik Sebagai Suatu Pengantar. Bandung: Man-jar Maju.

Kementrian Pemberdayaan Perempuan. 2010. Peran Organisasi Masyarakat Kaukus Perempuan politik Sebagai wadah konsolidasi dan Komunikasi Antar Perempuan dalam Politik. Jakarta: Sekretariat Kementrian Pemberdayaan Perempuan. KPU Kota Semarang. 2009. Rekapitulasi Hasil Pemilu

tahun 2009. Semarang: KPU Kota Semarang. KPU Kota Semarang. 2009. Sosialisasi hasil Pemilu

ta-hun 2009. Semarang: KPU Kota Semarang. Mangesti, Maria Tri. 2009. Politik Perempuan dan

Perem-puan Politik. Semarang: KPPI Kota Semarang. Pembayun, Ellys Lestari. 2009. Perempuan Vs

Perem-puan: Realitas Gender, Tayangan Gosip, dan Dunia Maya. Bandung: Penerbit Nuansa.

Rahardjo, Yuliftita. 1992. Pengantar Penelitian Berperspe-ktif Perempuan. Jakarta: PTI-LIPI.

Soetjipto, Ani W. 1997. Berbagai Hambatan Partisipasi Wanita dalam Politik: dalam perempuan dan pem-berdayaan. Program Studi Kajian Wanita. Ja-karta: Program pascasarjana UI. Hal 233-244.

Referensi

Dokumen terkait

itu masjid berfungsi sebagai lembaga pendidikan Islam yang sangat

merupakan Gereja besar hadir dengan pemahaman tentang Minum Roh Kudus yang belum. dikenal oleh Gereja

atau sama dengan 15 hanya 22 siswa saja, sehingga masih dinilai belum mencapai indikator. Data frekuensi nilai penguasaan teknik dasar lempar cakram kelas XI IPS 2 SMAN 3

Pengumpulan data dilakukan di rumah dan di sekolah seusai kegiatan belajar mengajar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Hal tersebut

Sikap konsumen terhadap suatu inovasi produk yang dilakukan oleh perusahaan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan oleh sebuah perusahaan dalam menciptakan loyalitas merek dari

Banyak cara yang diambil untuk mengurangin kekhawatiran akan keamanan rumahnya, misalnya dengan memelihara hewan peliharaan sebagai penjaga rumah, mempekerjakan orang sebagai

Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan..

MINAT SISWA SMAN 1 SUMATERA BARAT TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA Sekolah adalah salah satu tempat untuk menimba ilmu bagi siswa, baik itu berupa pengetahuan maupun keagamaan.. Di