• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI MALUKU UTARA

BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017

(2)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI MALUKU UTARA

BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-31-24017

(3)

VISI BANK INDONESIA

Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya

secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”

MISI BANK INDONESIA

“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang

negara Indonesia yang berkesinambungan”

TUGAS BANK INDONESIA

(Pasal 8 UU No. 23 Tahun 1999)

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,

3. Mengatur dan mengawasi bank.

Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi :

Kelompok Kajian, Statistik, Survey dan Pengawasan Bank Kantor Bank Indonesia Ternate

Jl. Jos Sudarso No. 1, Ternate Telp : (0921) 3121217

Fax : (0921) 3124017

(4)

i

KATA PENGANTAR

Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.

Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok bahasannya terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu kebijakan di daerah.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.

Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.

Ternate, Februari 2011 BANK INDONESIA TERNATE

Marlison Hakim Pemimpin

(5)

ii

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR v

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH vii

RINGKASAN EKSEKUTIF ix

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1

1.1 Gambaran Umum 1

1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 2

1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 12

BOKS 1 Sektor Unggulan Halmahera Timur dan Permasalahannya 24

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 32

2.1 Gambaran Umum 32

2.2 Inflasi Tahunan 33

2.3 Inflasi Triwulanan 34

2.4 Inflasi Bulanan 35

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 38

3.1 Gambaran Umum 38

3.2 Perkembangan Aset Bank Umum 38

3.3 Penghimpunan Dana Bank Umum 39

3.4 Penyaluran Kredit 40

3.5 Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum 42

3.6 Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum 43

3.7 Perkembangan Bank Syariah 45

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 47

4.1 Gambaran Umum 47

4.2 Pendapatan Daerah 48

4.3 Belanja Daerah 51

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 55

5.1 Transaksi Tunai 57

5.2 Transaksi Non Tunai 61

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH 65

6.1 Kondisi Umum 65

6.2 Lapangan Pekerjaan Utama 67

6.3 Status Pekerjaan Utama 68

6.4 Kesejahteraan 69

(6)

iii

7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 71

7.2 Prospek Inflasi Daerah 71

(7)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Permintaan dan Kontribusinya 2

Tabel 1.2 Konsumsi BBM Maluku Utara (Liter) 5

Tabel 1.3 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Penawaran dan Kontribusinya

13 Tabel 2.1 Inflasi Bulanan dan Kontribusi Per Kelompok pada Oktober 2010 35 Tabel 2.2 Inflasi Bulanan dan Kontribusi Per Kelompok pada November 2010 36 Tabel 2.3 Inflasi Bulanan dan Kontribusi Per Kelompok pada Desember 2010 37 Tabel 4.1 Perbandingan Pendapatan Kab/Kota di Maluku Utara

Tahun 2010

50 Tabel 4.2 Perbandingan Anggaran Belanja Provinsi di Sulampua

Tahun 2010

51 Tabel 4.3 Perbandingan Belanja Daerah Kab/Kota di malut

Tahun 2010

52

Tabel 4.4 Perkembangan Alokasi DAU di Maluku Utara 54

Tabel 4.5 Perkiraan Alokasi DBH Sumber Daya Alam Perikanan Tahun Anggaran 2011

54 Tabel 5.1 Perkembangan Pemusnahan Uang Kertas Di bank

Indonesia Ternate (Juta Rp)

60

Tabel 5.2 Perkembangan Kliring Perbankan 63

Tabel 6.1 Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi (Ribu Jiwa) 67

(8)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Perkembangan PDRB Riil Maluku Utara 1

Gambar 1.2

Perkembangan Konsumsi Riil Maluku Utara

3

Gambar 1.3 Volume Bongkar Komoditas Bahan Makanan (Ton/M3

) 4 Gambar 1.4 Volume Bongkar Komoditas Minuman Ringan

(Ton/M3 )

4 Gambar 1.5 Volume Bongkar Motor Roda Dua (Ton/M3

) 5 Gambar 1.6 Perkembangan Penyaluran Kredit Konsumsi Oleh Perbankan di Malut 5

Gambar 1.7 Perkembangan PMTB Maluku Utara 6

Gambar 1.8 Perkembangan Realisasi Pengadaan Semen Malut (Ton)

7

Gambar 1.9 Perkembangan Kredit Investasi Oleh Perbankan di Malut 7

Gambar 1.10 Perkembangan Riil Pengeluaran Pemerintah 8

Gambar 1.11 Perkembangan Ekspor Riil 10

Gambar 1.12 Ekspor Nickel Maluku Utara 10

Gambar 1.13 Volume Muat Barang Pelabuhan Ahmad Yani (Ton/M3

)

11

Gambar 1.14 Perkembangan Impor Maluku Utara 11

Gambar 1.15 Volume Bongkar Barang Pelabuhan Ahmad Yani (Ton/M3

) 12

Gambar 1.16 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian 13

Gambar 1.17 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian 14

Gambar 1.18 Produksi Tambang PT NHM 15

Gambar 1.19 Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan 16

Gambar 1.20 Perkembangan PDRB Riil Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 17 Gambar 1.21 Konsumsi Listrik dan Jumlah Pelanggan PLN Maluku Utara (MWh) 18

Gambar 1.22 Perkembangan PDRB Riil Sektor Bangunan 19

Gambar 1.23 Perkembangan PDRB Riil Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 20 Gambar 1.24 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 21 Gambar 1.25 Perkembangan PDRB Riil Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan

22

(9)

vi

Gambar 2.1 Perbandingan Inflasi Kota Ternate Terhadap Nasional 32

Gambar 2.2 Inflasi Tahunan Kota Ternate 33

Gambar 2.3 Pergerakan Inflasi Volatile Foods, Administered Prices dan Core 34

Gambar 2.4 Inflasi Triwulanan Kota Ternate 35

Gambar 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara 38

Gambar 3.2 Perkembangan DPK (Milyar Rp) 40

Gambar 3.3 Perkembangan Kredit di Maluku Utara 41

Gambar 3.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 43

Gambar 3.5 Perkembangan NPL’s Perbankan Daerah 44

Gambar 4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara 48

Gambar 4.2 Perbandingan total pendapatan Provinsi di wilayah Sulampua Tahun 2010

49

Gambar 4.3 Perkembangan APBD Kab/Kota di Maluku Utara 53

Gambar 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran di Maluku Utara 55

Gambar 5.2 Komposisi Sistem Pembayaran di Maluku Utara Tahun 2010 56 Gambar 5.3 Perkembangan Kegiatan Kas Bank Indonesia Ternate (Milyar Rupiah) 57

Gambar 5.4 Perkembangan Kegiatan Kas Keliling BI Ternate 59

Gambar 5.5 Rata-rata Harian Transaksi Kliring 62

Gambar 5.6 Perkembangan Transaksi RTGS Kota Ternate 64

Gambar 6.1 Perkembangan Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara 65 Gambar 6.2 Persebaran Penduduk Usia 15 tahun ke atas di Maluku Utara pada

Agustus 2010

66

Gambar 6.3 Persebaran Penyerapan tenaga kerja di Maluku Utara, Agustus 2010 68 Gambar 6.4 Tenaga Kerja Bedasarkan Status Pekerjaan (Ribu Jiwa) 68

(10)

vii

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI MALUKU UTARA

I. Makro Ekonomi

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4

MAKRO

Indeks Harga Konsumen (Kota Ternate) 120,38 122,53 120,99 124,11 126,78

Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 3,88 4,43 3,40 4,69 5,32

PDRB - harga konstan (Juta Rp) 2.811.445,78 731.518,44 750.181,10 775.070,57 778.354,47 - Pertanian 995.698,21 253.068,08 261.459,08 267.404,21 267.035,12 - Pertambangan & Penggalian 117.186,04 31.157,99 31.509,41 31.810,69 31.904,55 - Industri Pengolahan 352.601,54 91.087,93 91.666,20 94.244,99 94.864,30 - Listrik, Gas & Air Bersih 13.163,75 3.388,23 3.479,23 3.598,54 3.663,66 - Bangunan 50.798,65 13.295,66 13.435,66 13.757,54 13.803,56 - Perdagangan, Hotel & Restoran 733.421,84 196.370,10 201.599,70 212.706,70 213.621,31 - Pengangkutan & Komunikasi 228.831,21 59.398,63 60.818,51 62.963,06 63.482,24 - Keuangan, Persewaaan & Jasa 101.673,46 26.307,33 26.944,32 27.934,12 28.194,49 - Jasa 218.071,07 57.444,49 59.268,99 60.650,72 61.785,24

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 6,05 9,16% 8,26% 7,52% 6,99%

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 115,64 64,62 80,44 49,54 7,29

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 3.221,16 1.649,46 1.782,94 969,87 76,49

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 0,25 3,33 2,11 6,61 3,04

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 0,07 0,17 0,28 3,74 0,075

* Data ekspor-impor posisi november 2010

(11)

viii

II. Perbankan

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4

PERBANKAN Bank Umum:

Total Aset (Rp triliun) 3,04 3,08 3,17 3,46 3,43

DPK (Rp triliun) 2,67 2,69 2,74 2,86 2,75 - Tabungan 1,56 1,4 1,47 1,57 1,71 - Giro 0,51 0,68 0,66 0,65 0,41 - Deposito 0,6 0,62 0,61 0,64 0,63 Kredit (Rp triliun) 1,69 1,84 2,01 2,18 2,27 - Modal Kerja 0,55 0,58 0,62 0,71 0,80 - Konsumsi 0,98 1,08 1,21 1,30 1,29 - Investasi 0,16 0,18 0,17 0,17 0,17 LDR 63,11% 68,41% 73,31% 76,01% 82,57%

Kredit UMKM (Rp triliun)

Kredit Mikro (Rp triliun) 0,69 0,60 0,61 0,65 0,64

- Modal Kerja 0,06 0,05 0,06 0,06 0,08

- Konsumsi 0,62 0,53 0,55 0,57 0,55

- Investasi 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02

Kredit Kecil (Rp triliun) 0,54 0,72 0,83 0,95 0,98

- Modal Kerja 0,17 0,15 0,17 0,22 0,23

- Konsumsi 0,33 0,50 0,59 0,66 0,67

- Investasi 0,05 0,07 0,07 0,07 0,08

Kredit Menengah (Rp triliun) 0,38 0,41 0,46 0,50 0,53

- Modal Kerja 0,26 0,28 0,32 0,37 0,40

- Konsumsi 0,04 0,05 0,06 0,06 0,07

- Investasi 0,08 0,08 0,08 0,07 0,07

Total Kredit MKM (Rp triliun) 1,61 1,73 1,91 2,10 2,15

NPL MKM gross (%) 0,03 0,03 0,03 0,02 0,02

NPL MKM net (%) 0,02 0,01 0,01 0,02 0,01

Keterangan:

Klredit Mikro (< Rp50 juta)

Klredit Kecil (Rp50 juta < X ≤ Rp500 juta) Klredit Mikro (Rp500 juta < X ≤ Rp5 miliar)

(12)

Ringkasan Eksekutif

ix

Ringkasan Eksekutif

GAMBARAN UMUM

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku Utara atas dasar harga konstan pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp 778,35 milyar rupiah, tumbuh 6,99% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,52% (yoy).

Tingkat inflasi di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate pada periode triwulan IV-2010 meningkat. Tercatat inflasi tahunan pada triwulan laporan sebesar 5,32% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya tingkat inflasi sebesar 4,69% (yoy). Jika dihitung secara triwulanan, tingkat inflasi yang terjadi adalah 2,15% (qtq), dimana pada triwulan sebelumnya tingkat inflasi triwulanan sebesar 2,58% (qtq). Secara bulanan terjadi inflasi sebesar 1,15% (mtm), dimana pada bulan November tingkat inflasi sebesar 0,98%.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Konsumsi masyarakat masih menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada triwulan IV-2010. Peran konsumsi masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara telah meningkat sejak satu triwulan terakhir. Jika pada triwulan III-2010 konsumsi memberikan kontribusi sebesar 6,33%, maka pada triwulan IV-2010 kontribusinya adalah 6,86%. Pertumbuhan konsumsi masyarakat juga masih tinggi yaitu sebesar 9,23% (yoy), meskipun sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan sebelumnya yang sebesar 9,28% (yoy). Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan IV-2010 Pertumbuhan ekonomi

Malut sebesar 6,99% (yoy)…

(13)

Ringkasan Eksekutif

x

mengalami kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya. PMTB tercatat mengalami penurunan sebesar minus 1,01% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya PMTB tumbuh 2,47% (yoy). Pertumbuhan pengeluaran pemerintah masih melanjutkan trend perlambatan seperti pada triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan lalu pengeluaran pemerintah tumbuh 8,51% (yoy), maka pada triwulan ini pertumbuhannya sebesar 4,62% (yoy). Perkembangan ekspor bersih (selisih antara ekspor dan impor) pada triwulan IV-2010 masih melanjutkan trend kontraksi. Pada triwulan laporan tercatat ekspor bersih mengalami kontraksi sebesar minus 44,44% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya kontraksi yang terjadi adalah minus 35,22%.

Dari sisi penawaran, seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara pada triwulan IV-2010 masih menunjukan kinerja positif. Sektor yang memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode laporan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian. Disisi lain sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor listrik, gas dan air bersih.

INFLASI REGIONAL

Pada akhir tahun 2010 tercatat inflasi Kota Ternate sebesar 5,32% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 4,69% (yoy). Inflasi pada periode ini terutama bersumber dari inflasi kelompok bahan makanan, dimana inflasinya mencapai 11,43% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 11,67% (yoy).

Dibandingkan tiga bulan sebelumnya, pada triwulan IV-2010 Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 2,15% (qtq). Kelompok bahan makanan menjadi penggerak utama inflasi pada periode ini, dengan angka inflasi sebesar 4,67% (qtq). Ikan segar dan bumbu-bumbuan adalah dua subkelompok Sektor PHR dan pertanian

memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi…

Inflasi terutama digerakkan oleh kelompok bahan makanan…

(14)

Ringkasan Eksekutif

xi

yang mengalami inflasi tertinggi, dengan nilai masing-masing sebesar 13,05% (qtq) dan 8,72% (qtq). Inflasi bulanan tertinggi pada periode triwulan IV-2010 terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 1,15% (mtm).

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan IV-2010 masih tumbuh positif, namun lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset, DPK, Kredit, dan LDR tumbuh positif yang diikuti oleh penurunan NPL’s.

KEUANGAN DAERAH

Berdasarkan APBD Maluku Utara tahun 2010, pendapatan provinsi Maluku Utara diperkirakan mencapai Rp 800,84 miliar mengalami peningkatan sebesar 11,01% dari penerimaan provinsi pada tahun 2009. Pendapatan keseluruhan Kab./Kota di Maluku Utara pada tahun 2010 diperkirakan sebesar Rp 3,37 triliun dengan pendapatan tertinggi diperkirakan terjadi di Kabupaten Halmahera Selatan dengan nilai sebesar Rp 535,55 miliar atau setara dengan 15,89% dari total pendapatan seluruh Kab/Kota dan pendapatan terendah pada Kabupaten Pulau Morotai yang merupakan Kabupaten termuda di Maluku Utara dengan nilai Rp 175,71 miliar atau 5,21% dari total pendapatan seluruh Kab/Kota di Maluku Utara.

Disisi lain, total belanja Provinsi Maluku Utara pada tahun 2010 dianggarkan sebesar Rp 832,34 miliar mengalami kenaikan sebesar 10,11% dari total belanja tahun sebelumnya. Sejalan dengan pendapatannya, belanja di Kab. Halmahera Selatan dan Kab. Pulau Morotai merupakan yang tertinggi dan terendah dari seluruh Kab/Kota yang ada di Maluku Utara dengan nilai masing-masing Rp 533,99 miliar dan Rp 175,06 miliar.

Perbankan masih tumbuh positif namun melambat…

Pendapatan daerah Malut diperkirakan meningkat 11,01%...

Belanja daerah diperkirakan meningkat 10,11%...

(15)

Ringkasan Eksekutif

xii

SISTEM PEMBAYARAN

Perkembangan sistem pembayaran di Maluku Utara sedikit berbeda dibandingkan dengan pertumbuhan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar 6,99% (yoy) sementara pemanfaatan sistem pembayaran secara total (Pelayanan Kas di Bank Indonesia, Penyelenggaraan Kliring serta RTGS) di Maluku Utara secara nominal justru mengalami penurunan sebesar minus 7,34% (yoy).

TENAGA KERJA

Pada Agustus 2010, Jumlah penduduk Maluku Utara usia 15 tahun keatas berjumlah 672,36 ribu jiwa. Dari jumlah tersebut, 64,20% masuk dalam kategori angkatan kerja. Sebanyak 93,24% dari jumlah angkatan kerja yang ada merupakan penduduk yang masuk kategori bekerja sedangkan pengangguran hanya 6,76% dari jumlah angkatan kerjanya. Dengan demikian tingkat partisipasi angatan kerja pada tahun 2010 mencapai 65,11%.

PROSPEK EKONOMI REGIONAL

Pada triwulan I-2011 pertumbuhan ekonomi Maluku Utara diperkirakan berkisar pada angka 6,5% ± 1% (y-o-y). Belum berjalannya kegiatan belanja pemerintah pada awal tahun dan konsumsi masyarakat yang cenderung melambat pada awal tahun akan menjadi faktor penentu melambatnya pertumbuhan ekonomi. Dengan melihat kecenderungan perekonomian kedepan pada triwulan I-2011 inflasi diproyeksikan akan berada pada tingkat 4 ± 1% (y-o-y). Sejalan dengan kondisi ekonomi Malut yang diperkirakan tumbuh, kondisi sektor perbankan juga diperkirakan masih akan tumbuh positif.

Angkatan kerja di Maluku Utara mengalami penurunan ... Pertumbuhan ekonomi diperkirakan 6,5%, sedangkan inflasi diperkirakan 4%... TPAK mencapai 65,11%...

(16)

Perkembangan Ekonomi Makro

1.1 Gambaran Umum

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku Utara atas dasar harga konstan pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp 778,35 milyar rupiah, tumbuh 6,99% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,52% (yoy).

Gambar 1.1

Perkembangan PDRB Riil Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Dari sisi permintaan (penggunaan), pertumbuhan ekonomi yang terjadi masih digerakan oleh kegiatan konsumsi masyarakat, dan pengeluaran pemerintah. Disisi lain, kinerja PMTB yang mengalami kontraksi, adalah salah satu faktor penghambat pertumbuhan.

Dari sisi penawaran (lapangan usaha), perekonomian ditopang oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor pertanian, khususnya pada subsektor perkebunan. Kenaikan harga komoditas perkebunan pada akhir tahun merupakan salah satu faktor pendorong kinerja sektor ini.

0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10% 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 PDRB (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy) Pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2010 adalah 6,99% (yoy)…

(17)

1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan

Konsumsi masyarakat masih menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada triwulan IV-2010. Terkontraksinya kinerja PMTB telah membuat kontribusi PMTB terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi nol.

Tabel 1.1

Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Permintaan dan Kontribusinya

Komponen Pertumbuhan Kontribusi

Kons. Masyarakat 9,23% 6,86% Kons. Pemerintah 4,62% 1,40% PMTB -1,01% 0,00% Ekspor 1,65% 0,65% Impor 8,03% 1,92% PDRB 6,99% 6,99%

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah A.Konsumsi

Peran konsumsi masyarakat, yang terdiri dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga swasta nirlaba, terhadap pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara telah meningkat sejak satu triwulan terakhir. Jika pada triwulan III-2010 konsumsi memberikan kontribusi sebesar 6,33%, maka pada triwulan IV-2010 kontribusinya adalah 6,86%. Pertumbuhan konsumsi masyarakat juga masih tinggi yaitu sebesar 9,23% (yoy), meskipun sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan sebelumnya yang sebesar 9,28% (yoy). Tingginya permintaan masyarakat pada saat triwulan III-2010 sebagai dampak pelaksanaan puasa dan perayaan Idul Fitri, tidak berlanjut pada triwulan IV-2010.

Pada triwulan ini pertumbuhan konsumsi lembaga swasta nirlaba meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan III-2010 pertumbuhannya sebesar 3,66% (yoy), maka pada triwulan IV-2010 ini pertumbuhannya 4,17%.

Disisi lain konsumsi rumah tangga masih tumbuh cukup tinggi, meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Konsumsi

Pertumbuhan ekonomi terutama digerakan konsumsi masyarakat... Pertumbuhan konsumsi pada triwulan IV-2010 melambat…

(18)

rumah tangga tumbuh 9,28% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan sektor ini sebesar 9,34%.

Gambar 1.2

Perkembangan Konsumsi Riil Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sebanyak 62% konsumsi rumah tangga pada periode ini digunakan untuk konsumsi makanan. Konsumsi untuk makanan tumbuh 9,46% (yoy), sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pertumbuhannya sebesar 9,52% (yoy). Disisi lain konsumsi non makanan tumbuh 9,00% (yoy), juga sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,07% (yoy). Jika pada triwulan sebelumnya aktivitas konsumsi banyak digerakan oleh aktivitas puasa dan hari raya Idul Fitri, maka pada triwulan ini faktor penggeraknya adalah perayaan natal dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pada akhir tahun.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, memang telah terlihat terjadinya peningkatan pasokan pada komoditas bahan makanan ataupun minuman ringan pada triwulan IV-2010. Peningkatan pasokan ini tergambar dari aktivitas bongkar barang di pelabuhan. ‐ 100  200  300  400  500  600  700  0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14%

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

Kons. Msy. (Milyar) Pertumb. Kons. (yoy)

Konsumsi masyarakat digerakan oleh perayaan natal dan kegiatan akhir tahun…

(19)

Berdasarkan data PT. Pelindo V cabang Ternate, aktivitas bongkar komoditas bahan makanan pada triwulan laporan mencapai 2.350 Ton/M3

, meningkat 34,29% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Gambar 1.3

Volume Bongkar Komoditas Bahan Makanan (Ton/M3 )

Sumber: Pelindo

Komoditas minuman ringan juga terlihat mengalami peningkatan yang signifikan, dimana volumenya mencapai 5.291 Ton/M3, meningkat 80,89% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Gambar 1.4

Volume Bongkar Komoditas Minuman Ringan (Ton/M3 )

Sumber: Pelindo

Sementara itu peningkatan pasokan untuk kendaraan bermotor roda dua masih tercatat cukup tinggi, dimana volumenya mencapai 1.680 Ton/M3

, meningkat 39,30% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 I II III IV I II III IV 2009 2010 0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 I II III IV I II III IV 2009 2010 Aktivitas bongkar di pelabuhan untuk bahan makanan, minuman ringan, dan kendaraan motor roda dua meningkat…

(20)

Gambar 1.5

Volume Bongkar Motor Roda Dua (Ton/M3 )

Sumber: Pelindo

Peningkatan kendaraan bermotor ini ikut didukung dengan meningkatnya pasokan bahan-bakar, diantaranya untuk premium. Setiap tahunnya konsumsi premium selalu mengalami kenaikan.

Tabel 1.2

Konsumsi BBM Maluku Utara (Liter)

Produk Avtur Premium M.Tanah M.Solar Total

2008 5.197.000 30.525.370 27.459.250 74.144.650 137.326.270

2009 7.714.720 33.918.930 27.034.200 64.479.500 133.147.350

2010 10.999.400 34.182.670 29.085.310 73.970.950 148.238.330

Sumber: Pertamina Depot Ternate

Kinerja positif konsumsi didukung pula oleh kinerja kredit konsumsi. Tercatat kredit konsumsi pertumbuhannya mencapai 31,75% (yoy), masih tumbuh tinggi meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 37,70% (yoy).

Gambar 1.6

Perkembangan Kredit Konsumsi di Malut

Sumber: LBU, diolah 0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 I II III IV I II III IV 2009 2010 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00%

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

KK (Milyar Rp) growth yoy

Pertumbuhan konsumsi didukung oleh kredit konsumsi…

(21)

B. Investasi (PMTB)

Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan IV-2010 mengalami kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya. PMTB tercatat mengalami penurunan sebesar minus 1,01% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya PMTB tumbuh 2,47% (yoy). Belum adanya investasi baru, ditambah dengan relatif lambatnya realisasi belanja pemerintah untuk pembangunan infrastruktur, merupakan faktor utama turunnya investasi.

Beberapa proyek yang mengalami gangguan diantaranya proyek jalan Daruba-Wayabula sepanjang 37 km yang ditargetkan berakhir 18 Desember 2010. Keterlambatan ini ditengarai karena pekerjaan gorong-gorong dan jembatan belum tuntas, dan hal ini juga mengakibatkan mobilisasi alat pekerjaan jalan ikut terhambat. Proyek jalan di Pulau Rao, Morotai Selatan, senilai Rp 3,1 miliar juga mengalami keterlambatan pengerjaan. Proyek pembangunan terminal Bandara Babullah senilai Rp 15 miliar yang dimulai sejak 2008 dan ditargetkan selesai pada 1 Desember 2010 pengerjaannya juga baru mencapai 40%, sedangkan anggaran yang dicairkan sudah 60%.

Gambar 1.7

Perkembangan PMTB Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

‐ 10  20  30  40  50  60  70  ‐5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40%

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

PMTB (Milyar) Pertumb. PMTB (yoy)

Kegiatan investasi mengalami kontraksi…

(22)

Sementara itu untuk mengantisipasi kebutuhan investasi pada periode kedepan, stok semen sebagai bahan baku bangunan telah ditingkatkan.

Gambar 1.8

Perkembangan Realisasi Pengadaan Semen Malut (Ton)

Sumber: Asosiasi Pengusaha Semen

Penurunan PMTB sejalan dengan pergerakan kredit investasi, yang juga mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan IV-2010. Kredit investasi tercatat mengalami pertumbuhan 9,40% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2010 yang sebesar 10,74% (yoy).

Gambar 1.9

Perkembangan Kredit Investasi di Malut

Sumber: LBU, diolah

Untuk periode kedepan investasi diperkirakan mengalami kenaikan dengan berjalannya beberapa proyek. PLN misalnya, membangun PLTU di Kelurahan Rum Balibunga Tidore Utara, dalam waktu dekat

‐ 5.000  10.000  15.000  20.000  25.000  30.000  35.000  40.000  IV I II III IV 2009 2010 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00%

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

KI (Milyar Rp) growth yoy

Persediaan semen telah ditambah… Kredit investasi melambat… PLN akan membangun PLTU dan PLTS…

(23)

akan dibangun juga PLTU di Dusun Pasigau Desa Aketobatu Kecamatan Oba Tengah Kota Tidore Kepulauan. Selain itu di Morotai PLN berencana membangun PLTS.

Pada tahun 2011 PDAM juga akan menambah pompa air di beberapa titik. Anggaran pengadaan pompa-pompa baru tersebut adalah melalui APBN yang disalurkan lewat provinsi.

PT Antam akan menginvestasikan USD 1,7 miliar untuk membangun pabrik pengolahan nikel di Tanjung Buli Halmahera Timur. Untuk tahun 2011 memang baru akan memasuki tahap pembebasan lahan, namun ditargetkan pabrik akan selesai 2014.

C. Pengeluaran Pemerintah

Pertumbuhan pengeluaran pemerintah masih melanjutkan trend perlambatan seperti pada triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan lalu pengeluaran pemerintah tumbuh 8,51% (yoy), maka pada triwulan ini pertumbuhannya sebesar 4,62% (yoy).

Gambar 1.10

Perkembangan Riil Pengeluaran Pemerintah

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Terjadinya defisit di sebagian wilayah kabupaten/kota diduga sebagai faktor utama melambatnya pengeluaran pemerintah. Hingga Oktober 2010 realisasi pendapatan asli daerah (PAD) Kota Ternate

‐ 50  100  150  200  250  0% 5% 10% 15% 20% 25%

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

Kons. Pem. (Milyar) Pertumb. Kons. Pem. (yoy)

Antam akan melakukan investasi pembangunan pabrik… Pengeluaran pemerintah melambat…

(24)

baru mencapai 63,38% atau sekitar Rp17,053 miliar. Sementara itu realisasi total pendapatan daerah mencapai 83,07% atau sekitar Rp386,67 miliar. Belum optimalnya penerimaan daerah akan berdampak juga terhadap belanja daerah. Tahun 2010, defisit APBD induk Halmahera Tengah mencapai Rp 37 miliar. Jika tidak dikurangi SILPA sebesar Rp 28 milar, total defisit mencapai 65 miliar dari total APBD 373,992 miliar. Defisit ini akan terbawa ke anggaran 2011.

D.Kegiatan Ekspor dan Impor

Perkembangan ekspor bersih (selisih antara ekspor dan impor) pada triwulan IV-2010 masih melanjutkan trend kontraksi, yang telah dimulai pada beberapa triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan pertama tahun 2010 kontraksi ekspor telah berkurang kedalamannya, maka pada triwulan-triwulan berikutnya kontraksi ekspor bersih semakin dalam. Pada triwulan laporan tercatat ekspor bersih mengalami kontraksi sebesar minus 44,44% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya kontraksi yang terjadi adalah minus 35,22%. Masih tingginya pertumbuhan impor, belum mampu diimbagi oleh kinerja ekspor, yang kinerjanya terus melambat, sehingga ekspor bersih terus menurun.

Ekspor tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 1,65% (yoy), dimana pada triwulan III-2010 pertumbuhannya adalah 4,69% (yoy). Baik ekspor luar negeri maupun ekspor antar pulau keduanya melambat.

Ekspor bersih masih mengalami kontraksi…

(25)

Gambar 1.11 Perkembangan Ekspor Riil

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Gambar 1.12

Ekspor Nickel Maluku Utara

Sumber: Bank Mandiri

Berdasarkan data ekspor nickel Maluku Utara, memang pada triwulan IV-2010 ekspor nickel mengalami perlambatan. Jika pada triwulan sebelumnya pertumbuhan ekspor nickel mencapai 25,43% (yoy), maka pada triwulan laporan pertumbuhannya hanya 5,97%.

Kondisi perlambatan ekspor antar pulau tergambar dari menurunnya aktivitas muat barang di pelabuhan. Data Pelindo menunjukan bahwa pada triwulan IV-2010 jumlah barang yang dimuat memang menurun, baik itu dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, ataupun dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

‐ 50  100  150  200  250  300  ‐30% ‐25% ‐20% ‐15% ‐10% ‐5% 0% 5% 10% 15%

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

Ekspor (Milyar) Pertumb. Ekspor (yoy)

0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 800.000 900.000 ‐100% ‐50% 0% 50% 100% 150% 200% 250%

III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

Volume (M/Tons) Growth Volume (yoy)

(26)

Gambar 1.13

Volume Muat Barang Pelabuhan Ahmad Yani (Ton/M3 )

Sumber: Pelindo

Seperti halnya pada kondisi ekspor, impor yang terdiri atas impor luar negeri dan impor antar pulau masih mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi meskipun lebih rendah jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan III-2010 tercatat pertumbuhan impor adalah 10,60% (yoy), maka pada triwulan IV-2010 pertumbuhannya sebesar 8,03%.

Gambar 1.14

Perkembangan Impor Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Baik impor luar negeri maupun impor antar pulau keduanya mengalami perlambatan. Tercatat pertumbuhan impor luar negeri sebesar 1,04% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya tercatat pertumbuhan impor sebesar 1,87% (yoy).

‐ 10.000  20.000  30.000  40.000  50.000  60.000  70.000  80.000  I II III IV I II III IV 2009 2010 ‐ 50  100  150  200  250  0% 5% 10% 15% 20% 25%

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

(27)

Impor antar pulau mengalami pertumbuhan 8,25% (yoy), dimana pada triwulan III-2010 pertumbuhannya mencapai 10,89% (yoy). Perlambatan aktivitas impor antar pulau ini dapat dicermati melalui aktivitas bongkar barang. Jika pada triwulan III-2010 pertumbuhan aktivitas bongkar barang mencapai 21,69% (yoy), maka pada triwulan IV-2010 pertumbuhannya hanya 19,97% (yoy) dengan volume mencapai 97.005 Ton/M3

.

Gambar 1.15

Volume Bongkar Barang Pelabuhan Ahmad Yani (Ton/M3 )

Sumber: Pelindo

1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran

Dari sisi penawaran, seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara pada triwulan IV-2010 masih menunjukan kinerja positif. Sektor yang memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode laporan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian. Disisi lain sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor listrik, gas dan air bersih.

0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 I II III IV I II III IV 2009 2010 Seluruh sektor ekonomi tumbuh positif…

(28)

Tabel 1.3

Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Penawaran dan Kontribusinya

Sektor Ekonomi Pertumbuhan Kontribusi

Pertanian 6,74% 2,32%

Pertambangan & Penggalian 1,61% 0,07%

Industri Pengolahan 3,83% 0,48%

Listrik, Gas & Air Bersih 10,58% 0,05%

Bangunan 3,62% 0,07%

Perdagangan, Hotel & Restoran 9,74% 2,61% Pengangkutan & Komunikasi 6,95% 0,57% Keuangan, Persewaan & Js. Prsh. 6,86% 0,25%

Jasa-jasa 7,36% 0,58%

PDRB 6,99% 6,99%

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

A.Pertanian

Sektor pertanian menunjukan peningkatan kinerja pada triwulan IV-2010. Jika pada triwulan sebelumnya pertumbuhan sektor ini sebesar 4,50% (yoy), maka pada triwulan laporan pertumbuhannya mencapai 6,74% (yoy). Seluruh subsektor yang ada menunjukan peningkatan kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan pertumbuhan tertinggi pada subsektor tanaman perkebunan. Kenaikan harga komoditas perkebunan pada triwulan laporan telah mendorong petani untuk meningkatkan produksinya.

Gambar 1.16

Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

200 210 220 230 240 250 260 270 280 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14%

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

Pertanian (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy)

Kinerja sektor pertanian meningkat… Kinerja sektor pertanian meningkat…

(29)

Subsektor tanaman bahan makanan telah mengalami peningkatan kinerja, setelah mengalami perlambatan pada dua triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat subsektor ini tumbuh 3,28% (yoy) dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan subsektor ini adalah 1,72% (yoy). Subsektor tanaman perkebunan tercatat tumbuh 9,40% (yoy), dimana sebelumnya sub sektor ini tumbuh 6,51% (yoy). Subsektor peternakan dan hasil-hasilnya tumbuh 4,81% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,83% (yoy). Subsektor kehutanan tumbuh 2,40% (yoy), dimana pada triwulan III-2010 pertumbuhanya adalah 1,53% (yoy). Subsektor perikanan tumbuh 5,94% (yoy), dimana pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya adalah 3,86% (yoy).

B. Pertambangan & Penggalian

Meskipun masih menunjukan pertumbuhan positif, kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2010 melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat sektor ini tumbuh 1,61% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan sektor ini mencapai 7,55% (yoy).

Gambar 1.17

Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

0 5 10 15 20 25 30 35 40 ‐20% ‐15% ‐10% ‐5% 0% 5% 10% 15%

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

Pertambangan & Penggalian (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy)

Kinerja sektor pertambangan dan penggalian melambat…

(30)

Dua subsektor yang ada yaitu, subsektor pertambangan tanpa migas dan subsektor penggalian keduanya mengalami perlambatan pertumbuhan. Subsektor pertambangan tanpa migas mengalami perlambatan yang signifikan, dimana pada triwulan III-2010 sektor ini tumbuh 7,46% (yoy), sedangkan pada triwulan IV-2010 pertumbuhannya sebesar 1,30% (yoy). Perlambatan pertumbuhan pada subsektor ini diantaranya dikonfirmasi oleh produksi tambang PT. Nusa Halmahera Minerals, seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.17. Adapun subsektor penggalian pertumbuhannya sebesar 3,86% (yoy), dimana pertumbuhannya pada triwulan III-2010 adalah 8,20% (yoy).

Gambar 1.18 Produksi Tambang PT NHM

Sumber: Departemen ESDM, diolah

* Data triwulan IV berdasarkan posisi November

C. Industri Pengolahan

Perkembangan sektor industri pengolahan masih menunjukan trend perlambatan, seperti pada awal tahun 2010. Pada triwulan laporan tercatat sektor ini tumbuh 3,83%, dimana pada triwulan sebelumnya sektor ini tumbuh 4,33% (yoy).

‐40% ‐30% ‐20% ‐10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

Dore bullion (Kg) Gold (Kg) Silver (Kg) g_total (y‐o‐y)

Kinerja sektor industri pengolahan melambat…

(31)

Gambar 1.19

Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Subsektor makanan, minuman dan tembakau merupakan subsektor yang pertumbuhannya tertinggi, sebesar 6,15% (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu 3,60% (yoy). Peningkatan aktivitas ini terutama dipicu oleh permintaan masyarakat dalam merayakan Natal dan kegiatan-kegiatan akhir tahun.

Subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya masih tumbuh secara positif, meskipun melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan sektor ini tumbuh 2,98%, dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan sektor ini 4,61% (yoy).

D.Listrik, Gas & Air Bersih

Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan IV-2010 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan sektor ini tumbuh hingga 10,58% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan sektor ini sebesar 7,82% (yoy).

Subsektor listrik merupakan subsektor yang paling tinggi pertumbuhannya hingga mencapai 12,89% (yoy). Pada triwulan

70 75 80 85 90 95 100 ‐15% ‐10% ‐5% 0% 5% 10% 15%

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

Industri Pengolahan (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy)

Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih

(32)

sebelumnya subsektor ini juga mencatatkan pertumbuhan yang tinggi yaitu sebesar 10,78% (yoy).

Gambar 1.20

Perkembangan PDRB Riil Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Kinerja positif subsektor listrik memang tergambar dari perkembangan konsumsi listrik dan jumlah pelanggan. Daya listrik terpasang meningkat 33,72% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, kemudian daya mampu meningkat 56,49% (yoy) selama setahun terakhir, sedangkan beban puncak juga meningkat sebesar 15,96% (yoy). Jumlah pelanggan juga telah mengalami peningkatan 8,52% (yoy), dari sejumlah 102.165 pelanggan pada triwulan IV-2009, menjadi sebanyak 110.873 pelanggan pada triwulan IV-2010 yang terutama didorong oleh peningkatan pelanggan rumah tangga. Pelanggan listrik memang masih didominasi oleh golongan rumah tangga yaitu sebanyak 95%, sedangkan pelanggan golongan pemerintah dan bisnis masing-masing hanya sebanyak 1% dan 4%.

2,9 3,0 3,1 3,2 3,3 3,4 3,5 3,6 3,7 3,8 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12%

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

Listrik, Gas & Air Bersih (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy)

(33)

Gambar 1.21

Konsumsi Listrik dan Jumlah Pelanggan PLN Maluku Utara

Kinerja sektor listrik kedepan dipastikan akan meningkat. Pada tahun 2011 PLN telah berkomitmen untuk menyelesaikan program pembangunan PLTS di Morotai dengan daya 600kWp dengan batas waktu operasi pada 30 Juni 2011. Selain itu untuk mewujudkan rasio elektrifikasi 60% di Maluku dan Maluku Utara, telah dilakukan inventarisasi kebutuhan investasi yang nilainya diperkirakan lebih dari Rp. 224 miliar. Untuk Maluku Utara sendiri diperkirakan kebutuhan investasinya mencapai lebih dari Rp. 87 miliar, diluar anggaran tambahan yang disediakan untuk kedua provinsi yang nilainya mencapai lebih dari Rp. 50 miliar.

Disisi lain kinerja subsektor air bersih pada triwulan laporan juga mencatatkan pertumbuhan yang baik hingga mencapai 8,04% (yoy),

0,000 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 90,000 100,000 I II III IV I II III IV 2009 2010

Daya Terpasang Daya Mampu Beban Puncak

0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 I II III IV I II III IV 2009 2010

Rumah Tangga Bisnis

(34)

lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,58% (yoy).

E. Bangunan

Kinerja sektor bangunan pada triwulan IV-2010 masih melanjutkan trend perlambatan, yang sudah dimulai pada triwulan II-2010. Pada triwulan laporan sektor ini hanya tumbuh 3,62% (yoy), dimana pada triwulan III-2010 sektor ini tumbuh 6,30% (yoy), sedangkan pada triwulan II-2010 pertumbuhannya sebesar 7,77% (yoy). Melambatnya kinerja sektor bangunan sejalan dengan penurunan investasi.

Gambar 1.22

Perkembangan PDRB Riil Sektor Bangunan

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah F. Perdagangan, Hotel & Restoran

Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran masih menunjukan pertumbuhan yang cukup tinggi meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat sektor ini mengalami pertumbuhan 9,74% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan yang terjadi adalah 12,79% (yoy).

0 2 4 6 8 10 12 14 16 0% 5% 10% 15% 20% 25%

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

Bangunan (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy)

Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran melambat…

(35)

Subsektor perdagangan besar dan eceran, yang merupakan subsektor dominan, tumbuh 9,76% (yoy), lebih lambat dibandingkan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 12,86% (yoy).

Subsektor hotel juga melambat pertumbuhannya, dari 10,08% (yoy) pada triwulan III-2010 menjadi 9,39% (yoy) pada triwulan IV-2010. Disisi lain subsektor restoran tumbuh 7,75% (yoy), dimana pertumbuhannya pada triwulan III-2010 adalah 7,98% (yoy).

Gambar 1.23

Perkembangan PDRB Riil Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah G.Pengangkutan & Komunikasi

Perkembangan sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2010 masih relatif baik, namun dengan kecenderungan melambat. Pada triwulan laporan tercatat sektor ini tumbuh 6,95% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan yang terjadi adalah 7,736% (yoy). 0 50 100 150 200 250 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18%

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

Perdagangan, Hotel & Restoran (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy)

Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi melambat…

(36)

Gambar 1.24

Perkembangan PDRB Riil Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Kinerja subsektor pengangkutan pada triwulan IV-2010, yang merupakan subsektor terbesar, cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan subsektor ini secara keseluruhan tumbuh 7,07% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan yang terjadi adalah 7,48% (yoy).

Perlambatan ini disebabkan karena perlambatan pada angkutan jalan raya dan angkutan udara. Angkutan jalan raya tumbuh 4,76% (yoy), dimana pada triwulan III-2010 pertumbuhannya adalah 5,50% (yoy). Subsektor angkutan udara tumbuh 9,51% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan yang terjadi adalah 11,07% (yoy). Adapun kinerja angkutan lain, yaitu angkutan laut; angkutan sungai, danau dan penyebrangan; dan jasa penunjang angkutan seluruhnya mengalami peningkatan kinerja, dengan angka pertumbuhan masing-masing sebesar 7,35% (yoy); 9,19% (yoy); dan 7,17% (yoy).

Sementara itu subsektor komunikasi tumbuh 6,72% (yoy), lebih lambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 8,22%. Pertumbuhan ini digerakan oleh menigkatnya kinerja pos dan telekomunikasi.

0 10 20 30 40 50 60 70 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18%

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

Pengangkutan & Komunikasi (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy)

(37)

H.Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 6,86% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,32% (yoy). Perlambatan ini disebabkan karena melambatnya pertumbuhan seluruh subsektor yang ada, kecuali subsektor sewa bangunan.

Gambar 1.25

Perkembangan PDRB Riil Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Subsektor bank tumbuh 8,58% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan yang terjadi adalah 13,73% (yoy). Subsektor lembaga keuangan tanpa bank tumbuh 7,15% (yoy), dimana pada triwulan III-2010 sektor ini tumbuh 11,08% (yoy). Subsektor sewa bangunan sedikit mengalami peningkatan kinerja, dari 6,31% (yoy) pada triwulan III-2010 menjadi 6,39% (yoy) pada triwulan IV-2010. Adapun subsektor jasa perusahaan tumbuh 4,67% (yoy), dimana pertumbuhannya pada triwulan III-2010 adalah 6,21% (yoy).

I. Jasa-jasa

Sektor jasa-jasa tumbuh 7,36% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2010 yang tercatat sebesar 8,33%

0 5 10 15 20 25 30 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16%

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

Keuangan, Persewaan & Js. Prsh. (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy)

Kinerja sektor jasa-jasa melambat…

(38)

(yoy). Perlambatan ini disebabkan karena melambatnya jasa pemerintahan umum maupun jasa swasta.

Gambar 1.26

Perkembangan PDRB Riil Sektor Jasa-jasa

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Jasa pemerintahan umum tumbuh 8,72% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan yang terjadi adalah 9,85% (yoy). Jasa swasta tumbuh 3,56% (yoy), dimana pertumbuhannya pada triwulan III-2010 adalah 4,18% (yoy). Perlambatan pertumbuhan pada jasa swasta disebabkan karena melambatnya kinerja jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi, serta perorangan dan rumah tangga. 0 10 20 30 40 50 60 70 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14%

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

Jasa‐jasa (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy)

(39)

24 Gambaran Umum

Secara Geografis wilayah Halmahera Timur berbatasan di sebelah utara dengan wilayah Kabupaten Halmahera Utara dan Teluk Kao, di sebelah selatan dengan wilayah Kabupaten Halmahera Tengah (Kecamatan Patani dan Kecamatan Weda) dan wilayah Kabupaten Halmahera Barat, disebelah barat Teluk Kao (Wilayah Kabupaten Halmahera Utara) dan Kota Tidore Kepulauan dan Teluk Buli, di sebelah timur Laut Halmahera serta Samudra Pasifik.

Kabupaten Halmahera Timur terletak antara 00

40’-10

4’ Lintang Utara dan antara

1260

45’-1290

30’ Bujur Timur, dengan luas daratan 6.468,30 km2

atau kurang lebih sebanyak 54 persen. Kabupaten yang terbentuk sejak tahun 2003 ini beribukota di Maba, dan sampai dengan tahun 2009 dibagi menjadi 10 kecamatan dan 73 desa. Daerah Halmahera Timur merupakan daerah pantai karena kurang lebih 80% Desa/Kelurahan berada di daerah pantai, sedangkan 20% lainnya di daerah pegunungan. Kabupaten Halmahera Timur juga memiliki 27 buah pulau, dimana pulau-pulau tersebut belum ada yang dihuni manusia.

Jumlah penduduk di Kabupaten Halmahera Timur pada tahun 2009 adalah 69.912 jiwa, dengan jumlah penduduk usia kerja adalah 40.867 jiwa, dan memiliki tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) sebesar 69,10%. Sementara itu tingkat pengangguran terbuka (TPT) adalah 4,83%. Sebanyak 70% penduduk bekerja di sektor pertanian.

Selama tahun 2009 Realisasi Total Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Timur tahun 2009 adalah sebesar 419,246 miliar rupiah atau mengalami penurunan sebesar 14,69 miliar rupiah (3,39%) dibandingkan realisasi pendapatan tahun 2008. Total pendapatan terbesar berasal dari dana perimbangan sebesar 357,723 miliar rupiah (78,18%), lalu diikuti oleh penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar 66,755 miliar rupiah (15,92%) dan pendapatan asli daerah sebesar 24,738 miliar rupiah (5,90%). Dana alokasi umum (DAU) memberikan sumbangan terbesar terhadap total pendapatan daerah yaitu sebesar 195,098 miliar rupiah (46,54%).

(40)

25

miliar rupiah (34,01%) dibandingkan realisasi total belanja tahun 2008. total belanja tersebut berasal dari belanja langsung sebesar 447,677 miliar rupiah (80,15%) dan belanja tidak langsung sebesar 110,852 miliar rupiah (19,84%). Pengeluaran terbesar daerah digunakan untuk belanja modal yaitu sebesar 317,381 miliar rupiah (56,82%).

Profil Ekonomi Unggulan

PDRB Kabupaten Halmahera Timur atas dasar harga konstan tercatat sebesar Rp 237.090,98 juta pada tahun 2009, atau tumbuh sebesar 7,98% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam perekonomian yaitu 44,25%, diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian (23,93%) serta sektor jasa-jasa (3,25%). Untuk sektor pertanian, subsektor yang dominan ialah pertanian tanaman bahan makanan, dan untuk sektor pertambangan dan penggalian, sub sektor yang dominan ialah bahan tambang non migas.

Lahan sawah di Kabupaten Halmahera Timur pada tahun 2009 seluas 14.370 hektar, dimana lahan terluas berada di Kecamatan Wasile Timur (43,02%) dan Kecamatan Wasile (42,27%). Menurut jenis pengairannya, lahan sawah di Kabupaten Haltim terdiri dari lahan sawah irigasi teknis 3.496 hektar (38,75%), irigasi setengah sederhana 3.325 hektar (35,86%) dan irigasi sederhana 2.200 hektar (24,39%). Produksi tanaman pangan terbesar di Kabupaten Halmahera Timur pada tahun 2009 adalah padi, yaitu sebesar 12.051,3 ton, kemudian jagung sebanyak 109,67 ton, ubi kayu 77,9 ton, ubi jalar 72,65 ton, kacang tanah 50,33 ton, dan kedelai 12,25 ton. Sementara itu untuk holtikultura, luas panen tanaman sayuran terbesar pada tahun 2009 adalah kacang panjang (85,05 ha), tomat (81 ha) dan kangkung (78,55 ha). Sementara itu produksi tanaman sayuran tertinggi pada tahun 2009 adalah labu siam (26,9 ton), kacang panjang (25,7 ton) dan tomat (19,25 ton). Untuk buah-buahan yang memberikan kontribusi produksi terbesar adalah pisang (242,15 ton), mangga (82,55 ton) dan semangka (40,5 ton).

Sektor pertambangan berperan cukup besar dalam perekonomian Kabupaten Halmahera Timur. Sektor ini tetap diharapkan sebagai sumber penerimaan devisa,

(41)

26

1. Nikel (Ni), terutama di sekitar Buli

2. Magnesit (Fe), di sepanjang S. Mancalele, Kec. Wasile

3. Batu gamping (Ca), di Desa Subaim, Kec. Wasile dan Desa Fayaul, Kec. Wasile

Selatan

4. Talk (Ca), di desa Fayaul sepanjang S. Mancalele, Kec. Wasile

5. Minyak Bumi di Desa Lolobata, Kec. Wasile

Dari jenis-jenis tambang tersebut, yang telah dieksploitasi baru nikel, yaitu di P. Gee (1997) dan Tanjung Buli (2001), keduanya di Kecamatan maba, serta di Mornopo, Desa Wailukum, Kecamatan Maba Selatan (2004). Lokas lainnya adalah di P. Pakal, Kecamatan Maba dan Desa Soa Sangaji, kecamatan Maba Selatan. Lokasi-lokasi tersebut berada di sekitar Teluk Buli.

Selain dua sektor unggulan diatas, Haltim masih memiliki potensi lain yang dapat dikembangkan seperti:

1. Perikanan dan Kelautan

a.Sumberdaya Ekosistem Pesisir dan Laut

Ekosistem pesisir dan laut disusun oleh beberapa tipe ekosistem yang khas seperti ekosistem hutan Mangrove, Padang Lamun, Terumbu Karang, Estuaria dan sebagainya yang masing-masing memiliki produktifitas tinggi, dan interaksi diantaranya sangat berpengaruh pada produktifitas wilayah pesisir secara keseluruhan. Data yang diperoleh dari hasil interpretasi citra Landsat 7 ETM 2004 menunjukkan bahwa ternyata Kabupaten Halmahera Timur mempunyai hamparan Mangrove yang terluas dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain di Provinsi Maluku Utara yaitu seluas 22,500 hektar, dan Kabupaten Halmahera Timur mempunyai terumbu karang yang cukup luas dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain di Maluku Utara yaitu seluas 47,008 hektar.

b.Sumberdaya Perikanan

(a) Perikanan Tangkap

Secara umum produksi dan nilai ikan di Kabupaten Halmahera Timur setiap tahun meningkat. Produksi perikanan di Kabupaten Halmahera Timur pada tahun 2007 adalah 16.380,1 ton dengan nilai Rp

(42)

27

ikan kering sebanyak 455 ton. Nelayan Halmahera Timur tidak/belum mendaratkan ikan dalam bentuk ikan asap dan pindang.

(b) Perikanan Budidaya

Sebagai Kabupaten kepulauan yang memiliki wilayah luas, Kabupaten Halmahera Timur memiliki potensi pengembangan budidaya tambak (air payau) dengan komoditas udang dan bandeng, dan laut (marikultur) dengan komoditas ikan kerapu, lobster, rumput laut dan mutiara. Saat ini telah teridentifikasi lahan yang cocok untuk budidaya tambak, yakni di Kecamatan Maba dengan luas sekitar 35.000 Ha dan di Kecamatan Wesilei dengan luas sekitar 15.635 Ha. Sementara itu Teluk Kao telah teridentifikasi sebagai perairan yang cocok untuk pengembangan budidaya laut/marikultur.

2. Perdagangan dan Jasa

Kegiatan perdagangan dan jasa merupakan kegiatan ekonomi yang memegang peranan penting dalam pembangunan perekonomian daerah Kabupaten Halmahera Timur. Pasar merupakan sarana perdagangan terpenting yang merupakan pusat koleksi dan distribusi barang bagi wilayah yang dilayani. Hingga tahun 2007 sarana perekonomian yang terdapat di wilayah Kabupaten Halmahera Timur masih sangat terbatas.

3. Industri

Pertumbuhan dan pembangunan kegiatan ekonomi di Kabupaten Halmahera Timur menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dengan indikasi berkembangnya sektor-sektor basis yang akan menjadi tumpuan bagi kegiatan sektor lainnya. Secara ekonomi di Kabupaten Halmahera terdapat 9 (sembilan) sektor lapangan usaha yang berkembang yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri dan pengolahan, listrik, gas dan air minum, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewahan dan jasa-jasa, serta sektor jasa.

4. Kehutanan

Di kabupaten Haltim terdapat beberapa jenis hutan yaitu, hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, hutan konversi, dan hutan lindung. Produksi kayu masih berbentuk gelondongan yang dikirim ke pabrik penggergajian di

(43)

28

5. Pariwisata

Terdapat beberapa kawasan wisata yang potensial untuk dikembangkan yaitu, Bendungan Mancalele, Pantai Wasile, Air terjun Cibcebi, air terjun Ngosngonne dan bungker peninggalan tentara jepang yang terletak di desa Foli Kecamatan Wasile Tengah.

Permasalahan Sektor Pertanian

Kabupaten Halmahera Timur (Haltim) selama ini dikenal sebagai lumbung pangan Maluku Utara. Puncaknya adalah pada tahun 2007 dimana kabupaten ini mengalami surplus produksi beras untuk penduduknya. Pencapaian tersebut tak lepas dari peran program transmigrasi di beberapa kecamatan sejak tahun 1982.

Namun akhir-akhir ini produksi beras serta tanaman pangan lainnya di kabupaten ini terus mengalami penurunan. Bahkan saat ini kabupaten ini sudah tidak mampu ber-swasembada beras lagi dan mulai mengimpor beras dari daerah lain untuk

memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Kepopuleran “Beras Gunung Wato-wato

yang selama ini menjadi brand beras produksi Haltim ini pun mulai redup. Merosotnya produksi bahan pangan di kabupaten ini disebabkan beberapa hal utama:

1. Pola tanam yang salah akibat kurangnya pengetahuan petani

Berdasarkan hasil identifikasi, saat ini rasio hasil produksi padi di kabupaten Haltim tiap hektarnya sangat rendah, yaitu sekitar 2 s/d 3 ton perhektar. Padahal apabila pola budidaya tanaman dirubah, setiap hektarnya bisa berpotensi memproduksi sekitar 6 s/d 8 ton perhektar atau bahkan lebih mengingat kondisi tanah yang subur di daerah ini. Belum lagi ditambah oleh kondisi cuaca di Haltim dimana dalam tiga dekade terakhir saja belum pernah dilanda musim kemarau sama sekali.

Menurunnya rasio produktiviitas padi perhektar ini terutama disebabkan ketidaktahuan petani setempat yang secara terus-menerus menggunakan benih yang belum pernah diperbaharui sampai saat ini. Selain kemampuan produksi menjadi terus menurun, hal ini juga menyebabkan tanaman padi lebih rentan terhadap hama dan penyakit. Untuk mengatasinya, petani kemudian menggunakan pupuk NPK dan pestisida secara tidak terkontrol. Dan kondisi ini

(44)

29

2. Rendahnya kualitas beras

Selain masalah pola tanam, petani juga menghadapi fakta rendahnya kualitas beras hasil produksi mereka. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi sepanjang tahun di daerah Haltim. Meskipun baik untuk pertumbuhan tanaman padi, curah hujan yang tinggi membuat petani kesulitan menjemur gabah mereka ketika musim panen tiba. Sehingga beras hasil produksi petani Haltim biasanya masih memiliki kandungan air yang tinggi dibanding beras dari daerah lain sehingga kualitasnya kurang kompetitif.

3. Beralihnya profesi masyarakat dari petani menjadi pekerja perusahaan tambang

Menurunnya pendapatan ini telah menyebabkan banyak petani yang beralih profesi. Hal ini menyebabkan utilisasi lahan pertanian di Haltim terus mengalami penurunan sehingga banyak lahan pertanian yang menganggur.

Mayoritas petani beralih profesi menjadi pegawai perusahaan tambang nikel yang mulai marak dibangun di Kabupaten Haltim sejak akhir tahun 2007 sampai sekarang. Padahal sebelum dibangunnya tambang-tambang tersebut seluruh penduduk khususnya di daerah Wasilei yang merupakan basis produksi padi, berprofesi sebagai petani.

4. Buruknya infrastruktur yang menyebabkan mahalnya biaya pengangkutan hasil

pertanian

Buruknya kondisi jalan yang menghubungkan Kabupaten Haltim dengan kabupaten lainnya mengakibatkan biaya angkut yang mahal apabila hasil pertanian dari kabupaten ini diangkut ke kabupaten lain. Bahkan di musim hujan, truk tidak bisa melalui jalur-jalur tersebut sehingga pengangkutan dilakukan dengan menggunakan mobil pick-up bergardan ganda yang biaya operasionalnya berlipat. Kondisi ini menyebabkan harga beras hasil produksi Haltim menjadi tidak kompetitif di luar kabupaten itu sendiri. Konsumen akhirnya lebih memilih beras dari daerah lain karena kualitasnya lebih bagus dan harganya pun kurang lebih sama.

5. Struktur pasar

Selain itu pada musim panen padi, harga beli gabah kering di kalangan petani biasanya mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini dilatarbelakangi adanya praktek monopoli oleh pengumpul. Perusda sendiri belum bisa banyak berbuat untuk mengatasi hal itu.

(45)

30 Intensification (SRI) atau Budidaya Padi Intensif

Untuk merubah pola tanam yang salah oleh petani, Dinas Pertanian Kabupaten Halmahera Timur merekrut beberapa tenaga pendamping petani yang berasal dari berbagai daerah lain di Indonesia. Para pendamping yang direkrut tersebut merupakan para petani yang telah berhasil mengaplikasikan kultur tanam

organik dengan metode System Rice Intensification (SRI) di daerahnya

masing-masing. Mereka direkrut untuk memberikan pelatihan kepada petani-petani di Haltim selama beberapa bulan dalam satu siklus tanam. Petani akan diajarkan langsung cara membuat pupuk organik sendiri, membuat pestisida organik sendiri, serta mengajarkan pola tanam SRI yang tidak banyak menggunakan air sebagai media tanam.

Selain diharapkan bisa meningkatkan produktivitas tanaman padi, metode ini juga diharapkan bisa mengembalikan kualitas tanah yang saat ini sudah tinggi kadar racunnya. Sebagai langkah awal, pada tahun 2010 Pemkab sudah mulai menyiapkan bantuan benih baru bagi petani (Varietas Cisantana). Selain itu saat ini Pemkab juga menghadapi tantangan berat untuk merubah paradigma serta memotivasi kembali masyarakat untuk kembali bertani.

Kemudian untuk mengatasi kualitas beras yang tinggi kadar airnya, Pemkab

berencana menghadirkan mesin-mesin pengering (dryer) untuk petani sehingga

beras produksi petani tidak lagi kalah bersaing dengan kualitas beras dari daerah lain. Idealnya, setiap kelompok tani bisa memiliki satu unit mesin pengering tersebut.

2. Mengatasi kurangnya SDM dengan mekanisasi pertanian

Dengan telah beralih profesinya sebagian dari populasi petani, maka untuk mensiasatinya Pemkab Haltim telah menyediakan traktor untuk disewakan kepada petani dengan harga subsidi. Namun demikian saat ini jumlah traktor masih terbatas dimana satu unit traktor harus melayani 10 kelompok tani. Jumlah traktor ini masih jauh dari mencukupi apabila dibandingkan dengan total luas lahan pertanian yang ada.

Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk mengembalikan citra Haltim sebagai lumbung pangan Maluku Utara. Masalah ini perlu mendapatkan perhatian luas karena daerah-daerah lain di Indonesia yang selama ini menjadi lumbung padi juga

(46)

31

memenuhi kebutuhan masyarakatnya sendiri. Lahan pertanian terus berkurang disisi lain jumlah penduduk terus bertambah. Wilayah Halmahera yang masih luas dan lahannya yang belum termanfaatkan secara optimal merupakan sebuah potensi PAD yang besar apabila dikelola dengan baik.

Selain itu sebagai bahan makanan pokok, beras menjadi salah satu penyumbang utama inflasi khususnya di wilayah Maluku Utara. Apabila kebutuhan beras di Maluku Utara bisa dipenuhi oleh daerah ini sendiri, maka tekanan inflasi dari faktor eksternal bisa ditekan dan ketergantungan terhadap daerah lain pun berkurang.

Permasalahan Sektor Pertambangan

Adapun beberapa permasalahan yang dihadapi dalam sektor pertambnagan adalah sebagai berikut:

1. Lokasi cadangan nikel berada di kawasan hutan lindung, yaitu di Kecamatan

Maba Selatan

2. Wilayah kegiatan pertambangan dekat ibukota Kabupaten Halmahera Timur

(Maba)

(47)

Perkembangan Inflasi Regional

2.1. Gambaran Umum

Tingkat inflasi di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate pada periode triwulan IV-2010 meningkat. Tercatat inflasi tahunan pada triwulan laporan sebesar 5,32% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya tingkat inflasi sebesar 4,69% (yoy). Jika dihitung secara triwulanan, tingkat inflasi yang terjadi adalah 2,15% (qtq), dimana pada triwulan sebelumnya tingkat inflasi triwulanan sebesar 2,58% (qtq). Secara bulanan terjadi inflasi sebesar 1,15% (mtm), dimana pada bulan November tingkat inflasi sebesar 0,98%.

Jika dibandingkan terhadap inflasi nasional, inflasi yang terjadi di Kota Ternate secara tahunan lebih rendah, namun jika dibandingkan secara triwulanan dan bulanan masih diatas nasional. Pada triwulan laporan, Inflasi tahunan nasional tercatat sebesar 6,96% (yoy), kemudian secara triwulanan adalah 1,59% (qtq) sedangkan secara bulanan adalah 0,92% (mtm).

Gambar 2.1

Perbandingan Inflasi Kota Ternate terhadap Nasional

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Inflasi pada triwulan IV-2010 sebesar 5,32% (yoy)… Inflasi tahunan Maluku Utara dibawah inflasi nasional… ‐2% 0% 2% 4% 6% 8% I II III IV I II III IV 2009 2010

yoy Ternate yoy Nasional

(48)

2.2. Inflasi Tahunan (y-o-y)

Pada akhir tahun 2010 tercatat inflasi Kota Ternate sebesar 5,32% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 4,69% (yoy). Inflasi pada periode ini terutama bersumber dari inflasi kelompok bahan makanan, dimana inflasinya mencapai 11,43% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 11,67% (yoy). Kenaikan harga bahan pangan terutama beras dan cabai keriting telah mendorong kenaikan kelompok bahan makanan, tidak hanya di daerah, tetapi juga secara nasional. Peningkatan inflasi bahan makanan, juga telah mendorong peningkatan inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Pada triwulan laporan tercatat inflasi kelompok ini sebesar 2,70% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya sebesar 2,59% (yoy). Kenaikan inflasi juga terjadi pada seluruh kelompok IHK yang ada.

Gambar 2.2

Inflasi Tahunan Kota Ternate

5,32% 11,43% 2,70% 4,76% 5,31% 0,79% 1,31% 0,09% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% UMUM Bahan Makanan   

Mkn Jadi, Minuman, Rokok & Tbk Perumahan, Listrik Air, Gas & BB Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Transpor, Komunikasi & Js Keuangan

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Dengan tingginya inflasi kelompok bahan makanan dibandingkan kelompok lainnya, tidak mengherankan apabila komponen volatile foods mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan administered prices maupun core inflation (inflasi inti). Tercatat inflasi pada

komponen volatile foods adalah 11,43% (yoy), kemudian

Kenaikan harga pangan mendorong inflasi kelompok bahan makanan… Kelompok volatile foods memiliki inflasi tertinggi yaitu 11,43% (yoy)…

(49)

administered prices mengalami inflasi 2,37% (yoy), sedangkan core inflation tercatat mengalami inflasi 3,29% (yoy).

Gambar 2.3

Pergerakan Inflasi Volatile Foods, Administered Prices dan Core

‐5% 0% 5% 10% 15% 20% Ja n ‐ 09 Fe b ‐ 09 Ma r ‐ 09 Ap r ‐ 09 Me i ‐ 09 Ju n ‐ 09 Ju l ‐ 09 Ag u st ‐ 09 Se p ‐ 09 Ok t ‐ 09 No p ‐ 09 De s ‐ 09 Ja n ‐ 10 Fe b ‐ 10 Ma r ‐ 10 Ap r ‐ 10 Me i ‐ 10 Ju n ‐ 10 Ju l ‐ 10 Ag u st ‐ 10 Se p ‐ 10 Ok t ‐ 10 No p ‐ 10 De s ‐ 10

vol adm core

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

2.3. Inflasi Triwulanan

Dibandingkan tiga bulan sebelumnya, pada triwulan IV-2010 Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 2,15% (qtq). Kelompok bahan makanan menjadi penggerak utama inflasi pada periode ini, dengan angka inflasi sebesar 4,67% (qtq). Ikan segar dan bumbu-bumbuan adalah dua subkelompok yang mengalami inflasi tertinggi, dengan nilai masing-masing sebesar 13,05% (qtq) dan 8,72% (qtq). Sementara itu terdapat dua kelompok yang mengalami deflasi pada periode ini, yaitu kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar -0,06% (qtq) dengan penggerak utama adalah subkelompok rekreasi; serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar -0,32% (qtq) dengan penggerak utama adalah subkelompok transportasi. Inflasi triwulanan sebesar 2,15% (qtq) yang utamanya bersumber dari kelompok bahan makanan…

(50)

Gambar 2.4

Inflasi Triwulanan Kota Ternate

2,15% 4,67% 0,56% 2,12% 2,70% 0,97% ‐0,06% ‐0,32% ‐1% 1% 3% 5% 7% UMUM Bahan Makanan   

Mkn Jadi, Minuman, Rokok & Tbk Perumahan, Listrik Air, Gas & BB Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Transpor, Komunikasi & Js Keuangan

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

2.4. Inflasi Bulanan

Inflasi bulanan tertinggi pada periode triwulan IV-2010 terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 1,15% (mtm).

a. Oktober

Pada Bulan Oktober inflasi Kota Ternate sebesar 0,01% (mtm). Kondisi ini terutama disebabkan oleh inflasi pada kelompok sandang dan kelompok kesehatan, yang tercatat sebesar 0,92% (mtm) dan 0,89% (mtm), serta memberikan andil pada terjadinya inflasi sebesar 0,05% dan 0,03%.

Tabel 2.1

Inflasi Bulanan dan Kontribusi Per Kelompok Oktober

Inflasi Kontribusi

Umum 0,01 0,01

Bahan Makanan -0,16 -0,05

Mkn Jadi, Minuman, Rokok & Tbk 0,04 0,01 Perumahan, Listrik Air, Gas & BB 0,09 0,03

Sandang 0,92 0,05

Kesehatan 0,89 0,03

Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga -0,12 -0,01 Transpor, Komunikasi & Js Keuangan -0,34 -0,05

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain: malalugis, minyak goreng, tude, cakalang, ekor kuning, emas perhiasan, cakalang asap, bawang merah, kembung, bawang putih,

Inflasi Oktober terutama dipicu inflasi kelompok sandang dan kesehatan

Gambar

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH   vii
Gambar 1.12  Ekspor Nickel Maluku Utara
Gambar 1.18  Produksi Tambang PT NHM
Gambar 3.2  Perkembangan DPK (Milyar Rp)  ‐10,00%‐5,00%0,00%5,00%10,00%15,00%20,00%25,00%30,00%‐500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00 3.000,00 3.500,00 
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

Struktur Aktiva, Struktur Modal, Operating Leverage berpengaruh terhadap Aliran Kas Bebas, karena setiap perusahaan akan memiliki banyak dana yang diperoleh dari

Penelitian tentang “Pengembangan Karakter Religius Siswa Melalui Kegiatan Ektrakulikuler Muhadhoroh di Pondok Modern MTs Darul Hikmah Tawangsari Tulungagung”

Oleh sebab itu, dalam konteks kaidah ini, akal publiklah yang berhak melakukan amandemen terhadap ketentuan naṣ .Jika kita kaji lebih dalam, yang menjadi pertimbangan utama

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan kasus HIV-AIDS di Kabupaten Jember

Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegahterjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, jugauntuk membunuh atau menurunkan

Sebagaimana telah penulis jelaskan bahwa Rumah Sakit Roemani didirikan tidak semata-mata hanya untuk memperoleh keuntungan saja, tetapi tujuan yang lebih utama