• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PUPUK ORGANIK ASAL LIMBAH TERNAK TERHADAP RESPON TUMBUH RUMPUT GADJAH MINI (Pennisetum pupureum cv moot) PADA LAHAN KERING SULAWESI TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PUPUK ORGANIK ASAL LIMBAH TERNAK TERHADAP RESPON TUMBUH RUMPUT GADJAH MINI (Pennisetum pupureum cv moot) PADA LAHAN KERING SULAWESI TENGAH"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PUPUK ORGANIK ASAL LIMBAH TERNAK TERHADAP RESPON TUMBUH RUMPUT GADJAH MINI (Pennisetum pupureum cv moot)

PADA LAHAN KERING SULAWESI TENGAH

Effect of using organic fertlizer (manure from livestock activity) to growth response of Elephant Grass (Pennisetum purpureum cv Moot) in dry land in Central Sulawesi

Andi Baso Lompengeng Ishak 1, Mardiana Dewi 1, Arif Cahyono 1 dan Aslan Lasenggo 1. 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah.

Jl Lasoso No 62. Sigi, Biromaru Sulawesi Tengah. 94364 Email : lompengengishak_genetika@yahoo.co.id

ABSTRACK

Study was conducted in Agro Scinece Park Sidondo, Assesment Institute of Agricultural Technology of Central Sulawesi. The aim this study to perform effect of organic fertilizer from livestock waste to growth response Elephant grass (Pennisetum pupureum cv Moot). In grass field, level of organic fertelizer were perform in fouth treatment : PO = control (non organic fertilizer); P1 =1000 kg organic fertilizer per hectar; P2 = 1500 kg organic fertilizer per hectar; P3 = 2000 kg organic fertilizer per hectar. Variable were observed plant height (cm), canopy height (cm), number of tiller and biomass production per hectar. The results evidenced an agronomic opportunity to use organic fertilizer for forage feeding production reducing the ecological damage caused by the waste product. The results of this study indicate that fertilizer treatment significantly (P> 0.5) at plant height P3 = 2 000 kg / ha compared to other treatments (P0, P1 and P2). Canopy height, number of tillers and biomass production was also significantly in treatment P3 (2000kg / ha).

Key words : Organic fertilizer, Elephant grass (Pennisetum purpureum cv Moot)

ABSTRAK

Suatu penelitian yang dilakukan di Taman Sains Pertanian Sidondo Balai Pengkajian Pertanian Sulawesi Tengah. Peneltian ini bertujuan untuk melihat respon pertumbuhan terhadap pemupukan organik rumput gadjah mini (Pennisetum purpureum cv Moot) di lahan kering Sulawesi Tengah, Tingkat perlakuan pemupukan pada plot 20 X 10 meter dengan 5 ulangan : PO = tidak ada pemupukan /ha, P1= 1000 kg pupuk organik padat / ha, P2 = 1500 kg pupuk organik padat / ha , P3 = 2000 kg pupuk organik padat /ha. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), tinggi kanopi (cm), jumlah anakan (per rumpun) dan produksi hijauan segar (kg/ha). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan berpengaruh nyata (P > 0,5) pada rata-rata tinggi tanaman P3 = 2000 kg/ha dibanding perlakuan lain (P0, P1, dan P2). Tinggi kanopi, jumlah anakan dan produksi biomassa juga berpengaruh nyata pada perlakuan P3 (2000kg/ha).

Kata kunci : Pupuk organik, rumput gadjah mini (Pennisetum purpureum cv Moot) PENDAHULUAN

Populasi sapi potong Sulawesi Tengah 250.921 ekor : 2011; 230.682 ekor : 2012; 249.980 ekor ; 2013; 262.854 ekor : 2014; 272.470 ekor : 2015, dengan pertumbuhan 3,53 % (Dirjennak & Keswan, 2016). Populasi sapi tersebut 98 % berada di tingkat petani dan umumnya

(2)

dipelihara dengan sistem ekstensif. Pada pemeliharaan ekstensif kendala utama petani adalah kontiniutas ketersediaan hijauan sepanjang tahun baik dari segi kualitas maupun kuantitas, karena hanya mengadalkan rumput alam dari padang penggembalaan yang potensinya menurun 30 % per tahun (Kasryno dan Syafaat, 2000), disela tanaman tahunan/perkebunan (Kaligis, 2012) dan di lahan persawahan yang sementara tidak ditanami. Sumber pakan lain pada pemeliharaan ekstensif adalah limbah pertanian tanaman pangan seperti jerami. Kedua sumber hijauan tersebut mempunyai kandungan nutrisi yang rendah sehingga hanya mampu memenuhi hidup pokok (Syamsu dan Ahmad 2001).

Upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut adalah introduksi rumput unggul yang adaptif spesifik lokasi. Salah satu kendala pengembangan rumput di Sulawesi Tengah karena 70% adalah lahan kering yang mengarah ke sub optimal. Lahan kering pada dasarnya merupakan lahan-lahan yang secara alami mempunyai satu atau lebih kendala sehingga butuh upaya ekstra agar dapat dijadikan lahan budidaya yang produktif untuk tanaman, ternak. Lakitan (2013) dan Gofar et al, (2013) melaporkan bahwa beberapa kendalah tersebut dapat berupa : 1) kesulitan dalam menyediakan air yang cukup untuk mendukung usaha tani yang produktif dan menguntungkan ; 2) sifat kemasaman tanah yang tinggi (pH rendah) sehingga butuh upaya untuk menetralisir kemasaman tanah tersebut ; 3) terdapat lapisan pirit dangkal yang menjadi ancaman karena dapat meracuni sistem perakaran tanaman ; 4) sangat miskin unsur hara sehingga membutuhkan dosis pemupukan yang lebih tinggi ; cenderung bertopografi miring.

Introduksi rumput pada lahan kering memerlukan pengaturan pola ruang tanam dan kebijakan dalam memilih jenis rumput yang adaptif yaitu mempunyai kemampuan bertahan dalam kondisi kering. Pennisetum purpureum cv Moot atau rumput gadjah mini / rumput odot merupakan salah satu jenis rumput yang adaptif pada lahan kering namun memerlukan pemupukan organik yang berasal dari limbah ternak (Lasamadi et al, 2013), tahan terhadap pengembalaan sedang sampai berat (Rodrigues et al, 1983 dan Clavero, 2010). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa rumput gadjah mini sangat baik untuk sapi dan domba (Kozloski et al, 2003; Kozlozki et al, 2005). Hasil penelitian Ishak et al, (2014) melaporkan bahwa pemberian 40 % rumput gadjah mini pada ransum basal sapi Bali dara memberikan respon pertambahan berat badan harian 0,5 kg/ekor/hari.

MATERI DAN METODE Waktu dan tempat

Penelitian dilakukan di kebun rumput Taman Sains Teknologi Sidondo, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah. Dilaksanakan pada bulan Maret – Agustus 2016.

Materi dan metode Materi

Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah pools rumput gadjah mini (Pennisetum purpureum cv Moot), pupuk kandang, tali ajir, timbangan, dan alat ukur.

Metode

Seluas 0,5 ha kebun rumput digunakan dengan luasan plot percobaan 20 X 10 meter dengan empat perlakuan pemupukan dengan lima ulangan menggunakan rancangan acak lengkap sebagai berikut : PO = tidak ada pemupukan /ha, P1= 1000 kg pupuk organik padat/ha, P2 = 1500 kg pupuk organik padat/ha , P3 = 2000 kg pupuk organik padat/ha. Pembuatan pupuk organik padat dilakukan dengan metode fermentasi dengan mencampur 80 % feses sapi, 10 % abu sekam, 8 % sisa pakan (jerami kering dan rumput) 2 % Probiotik

(3)

pengurai (Probion). Setelah tercampur dibiarkan selama 14 hari kemudian dilakukan pembalikan sebanyak tiga kali dengan interval waktu yang sama. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), tinggi kanopi (cm), jumlah anakan (per rumpun) dan produksi hijauan segar (kg/ha)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan hijauan pakan ternak di sistem pemeliharaan ekstensif mutlak dilakukan untuk memenuhi kontinuitas hijauan sepanjang tahun baik dari segi jumlah maupun kualitas, sehingga diperlukan kebijakan dalam memilih rumput yang akan diintroduksi terutama pada adaptif lahan kering. Di Sulawesi Tengah ± 70 % adalah lahan kering sehingga uji adaptasi rumput yang akan menjadi rumput utama ditingkat petani dipilih rumput Gadjah mini. Tudsri et al, (2002) melaporkan bahwa rumput Gadjah mini (Pennisetum pupureum cv Moot) dan rumput Panicum (Panicum maximum sp) mempunyai toleransi terhadap kekeringan dibandingkan dengan Brachiaria (Brachiaria mutika). Selanjutnya Stur et al, (2002) melaporkan bahwa dari beberapa jenis rumput dan legum yang diintroduksi di Asia Tenggara, tingkat adopsi petani lebih tinggi untuk mengembangkan rumput Gadjah mini dibandingkan yang lain. Respons pertumbuhan rumput Gadjah mini terhadap tingkat pemupukan menggunakan pupuk organik sisajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Respons pertumbuhan rumput Gadjah mini terhadap tingkat pemupukan menggunakan pupuk organik (Pennisetum pupureum cv Moot) pada lahan kering di Sulawesi Tengah.

Parameter Dosis Pemupukan

P0 P1 P2 P3

Rata-rata tinggi Tanaman (cm) 75,2 a 89,7 a 100,5 a 120,8 b Rata-rata tinggi kanopi (cm) 98,7 a 100,2 a 110,3 a 135,4 b Rata-rata jumlah anakan / rumpun 13,2 a 14,5 a 15,5 a 18,7 b Produksi biomass (kg/ha)* 20.500 a 21.785 a 23.500 a 34.000 b

Ket : Subscript yang berbeda pada baris yang sama, berbeda nyata (p > 0,5)

Hasil pengamatan tinggi tanaman berpengaruh nyata pada tingkat pemupukan menggunakan pupuk organik 2000 kg/ha, sedang pada tingkat pemupukan 1000 kg/ha, 1500 kg/ha dan kontrol tidak berpengaruh nyata, demikian pula pada pengamatan tinggi kanopi tanaman, jumlah anakan dan produksi hijauan segar (biomass) berpengaruh pada tingkat penggunaan pupuk organik 2000 kg /ha dibanding perlakuan lain dan kontrol tidak berpengaruh nyata. Newton et al, (2003) melaporkan bahwa kandungan N dan P dari pupuk organik akan menambah kesuburan tanaman, disisi lain pupuk organik dapat meningkatkan kandungan mikro organisme tanah per cm3. Kandungan mikroorganisme pada satuan tertentu merupakan indikator kesuburan tanah yang berpengaruh langsung pada pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian Rodrigues et al, (1986) dan Annicchiarico et al, (2011) melaporkan bahwa kandungan N dan P yang ada pada lahan subur akibat penggunaan pupuk organik akan memperbaiki jaringan meristem tanaman. Pada penelitian tersebut hasil pengamatan tinggi tanaman rata-rata 113 cm pada 90 hari setelah tanam, jumlah anakan 14,5 15,6 per rumpun.

Perbedaan respon pertumbuhan tanaman terhadap tingkat penggunaan pupuk organik pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Adale et al, (2011) melaporkan

(4)

bahwa pupuk organik merupakan pensuplai N, meningkatkan gerak dan ketersediaan ketersediaan unsur P dan unsur mikro, meningkatkan retensi kelembaban, memperbaiki struktur tanah dengan peningkatan kegemburan, dan pengurangan berat jenis tanah.

KESIMPULAN

1. Respon rumput Gadjah mini pada penggunaan pupuk organik 2000 kg/ha berpengaruh nyata pada pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, tinggi kanopi, jumlah anakan dan produksi biomassa.

2. Pengelolaan limbah ternak menjadi pupuk organik dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan kesuburan tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Adèle, K., L. Pierre, J. C. Thouret. 2011. Environmental changes in the highlands of the western Andean Cordillera, southern Peru, during the Holocene. The Holocene, 1 –12

Annicchiarico, G., G. Caternolo, E. Rossi, dan P. Martiniello. 2011. Effect of manure vs. fertilizer inputs on productivity of forage crop models. Int. J. Environ. Res. Public Health 8 : 1893 – 1913.

Clavero, T. 2010. Tillering dynamic of dwarf elephant grass (Pennisetum pupureum cv Moot) under devoliation. Journal Forage and Grassland Management. 22 – 23.

Gofar, N., H. Widjajanti, dan Ratmini. 2013. Pengembangan Teknologi Pupuk Mikroba Multiguna untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Rawa Lebak. Laporan kemajuan tengah tahun penelitian SINas Kemenristek, PUR-PLSO, Palembang.

Ishak, A. B. L., M. Sariubang, A. Ella, A. Nurhayu. 2014. Pengaruh penambahan rumput gadjah mini (Pennisetum pupureum cv Moot) pada ransum basal jerami fermentasi terhadap pertambahan berat badan sapi Bali dara. Laporan Kajian Integrasi Sapi Potong Pada Sistem Pertanian Bio Industri. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. (Tidak dipulikasi)

Kaligis, A. D., dan S. D. Anis. 2012. Long term evaluation of some species of tropical pasture under different grazing regime in coconut based farming. Journal of Seria Zootehnie, 57 : 304 – 307.

Kasryno, F., N. Syafa'at. 2000. Strategi Pembangunan Pertanian yang Berorientasi Pemerataan di Tingkat Petani, Sektoral dan Wilayah. Prosiding Perspektif Pembangunan Pertanian dan Pedesaan dalam Era Otonomi Daerah (Penyunting: I.W. RUSASTRA et al.). Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.

Kozloski, G. V., J. Perottoni, M. L. S. Ciocca, J. B. T. Rocha, A. G. Raizer, L. M. B. Sanchez. 2003. Potential nutritional assessment of dwarf elephant grass (Pennisetum purpureum Schum. cv. Mott) by chemical composition, digestion and net portal flux of oxygen in cattle. Animal Feed Science and Technology. 104(1) : 29 – 40.

Kozloski, G. V., J. Perottoni, L. M. B. Sanchez. 2005. Influence of regrowth age on the nutritive value of dwarf elephant grass hay (Pennisetum purpureum Schum. cv. Mott) consumed by lambs. Animal Feed Science and Technology. 119(1–2) : 1–11.

Lakitan, B. 2013. Connecting all the dots: Identifying the “Actor Level” challenges in establishing effective innovation system in Indonesia. Technology in Society 35: 41-54.

(5)

Newton, G. L., J. K. Bernard, R. K. Hubband, J. R. Allison, R. R. Lowrence, G. J. Gascho, R. N. Gates, G. Vellidis. 2003. Managing manure nutrients through multi-crop forage production. Journal. Dairy Sci., 86: 2243 – 2252.

Syamsu, J. A. dan M. Achmad. 2002. Keunggulan kompetitif wilayah berdasarkan sumberdaya pakan untuk pengembangan ternak ruminansia di Sulawesi Selatan. Jurnal Agribisnis, 6(2):

Lasamadi, R. D., S. S. Malalantang, Rustandi, S. D. Anis. 2013. Pertumbuhan dan perkembangan rumput Gadjah Dwarf (Pennisetum purpureum cv Moot) yang diberi pupuk organik hasil fermentasi EM4. Jurnal Zootek, 32(5): 158 – 171.

Stur, W. W., P. M. Horne, F. A. Gabunda, P. Phengsavanh, and P. C. Kerridge. 2002. Forage options for smallholder crop animal systems in Southeast Asia: working with farmersto find solutions. Agricultural Systems, 71: 75 – 98.

Gambar

Tabel  1.  Respons  pertumbuhan  rumput  Gadjah  mini  terhadap  tingkat  pemupukan  menggunakan pupuk organik (Pennisetum pupureum cv Moot) pada lahan kering di  Sulawesi Tengah

Referensi

Dokumen terkait

Masalah-masalah yang dapat dengan tepat dimodelkan dengan menggunakan pendekatan System Dynamics adalah masalah-masalah yang paling sedikitnya mempunyai sifat dinamis, dalam arti

Hubungan rasio panjang tegangan tekan dan tinggi efektif dengan beban Hasil pengujian laboratorium untuk pengaruh rasio panjang blok tegangan tekan dan tinggi efektif

Untuk melihat apakah ada perbedaan efek antiinflamasi eugenol dengan efek antiinflamasi ekstrak jahe merah pada konsentrasi 1% dan 2% pada gigi yang

Setiap rumah puskesmas harus menyediakan septic tank yang memenuhi syarat kesehatan. Saluran air limbah harus kedap air, bersih dari sampah dan dilengkapi penutup

Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu daun sa- lam segar dari tanaman salam ( Eugenia polyantha Wight) dengan kriteria tertentu yaitu warna hijau (nilai L* antara 36,2

Kecanggihan teknologi saat ini sangat mendukung kegiatan sociopreuneur teh bunga telang, oleh sebabnya Roemah jelita sebagai pelaku sociopreneur juga telah

Kami telah mereviu Laporan Keuangan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk Tahun Anggaran 2011 berupa Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan Catatan atas Laporan

Oleh karena itu, perancangan film ini hendak membuat film pendek bergenre drama olahraga dengan penggunaan teknik super slow motion berjudul ASA.. Film pendek