• Tidak ada hasil yang ditemukan

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI HALAL. Kom ite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI HALAL. Kom ite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

SYARAT DAN ATURAN

AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI HALAL

-

Kom ite Akreditasi Nasional

National Accre ditation Body of Indonesia

Gedung 1 Badan Pengkajian dan Penerapan T eknologi (BPPT) Lt. 14 Jl. MH Thamrin N o.8, Jakarta 10340 – Indonesia

Tel. : 62 21 3927422 Fax. : 62 21 3927528 Email : sertifi kasi@bs n.go.id

Websit e : htt p://www.kan.or.id

(2)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

2 dari 60

LEMBA R PERSET UJUA N

Diperiksa oleh :

Direktur Akreditasi Lembaga Sertifikasi

Disetujui oleh :

Sekretaris Jenderal KAN

(3)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

3 dari 60

DA FTAR ISI DAFTAR ISI ... 3 PENDA HULUAN... 5 1 LINGKUP ... 6 2.ACUA N NORMATIF ... 6

3 ISTILA H DAN DEFINISI ... 7

4 PRINSIP... 8

5 PERSYARATAN UMUM... 11

5.1 UMUM ... 11

5.2 MANAJEMEN KETIDAKBERPIHAKAN... 12

5.3 LIABILITAS DAN KEUA NGAN ... 15

5.4 PELAKSANAAN ... 15

6 PERSYARATAN STRUKTUR ... 15

6.1 STRUKTUR ORGA NISASI DAN MA NAJEMEN PUNCAK ... 15

6.2 KOMITE KETIDAKBERPIHAKA N ... 16

7 PERSYARATAN SUMBER DAYA ... 17

7.1 KOMPETENSI MANAJEMEN DAN PERSONEL ... 17

7.2 PERSONEL YA NG TERLIBAT DALAM SERTIFIKASI ... 18

7.3 PENGGUNAAN AUDITOR TEKNIS DAN TENAGA AHLI DAN TENAGA AHLI ISLAM EKSTERNAL ... 23

7.4 REKAMA N PERSONEL... 23

7.5.OUTSOURCING ... 23

8 PERSYARATAN INFORMASI... 26

8.1 INFORMASI YANG DAPAT DIAKSES PUBLIK ... 26

8.2 DOKUMEN SERTIFIKAT HALAL ... 26

8.3 DIREKTORI KLIEN TERSERTIFIKASI... 27

8.4 REFERENSI SERTIFIKASI HALAL DAN PENGGUNAAN LOGO ATAU TANDA HALAL ... 27

(4)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

4 dari 60

8.6 PERTUKARA N INFORMASI ANTARA LEMBAGA S ERTIFIKASI HALAL HALAL

DAN KLIEN TERSERTIFIKASI... 29

9 PERSYARATAN PROSES... 30

9.1 PERSYARATAN UMUM ... 30

9.2 AUDIT DA N SERTIFIKASI AWAL ... 38

9.3 SURVAILEN ... 43

9.4 RESERTIFIKASI ... 45

9.5 AUDIT KHUSUS... 46

9.6 PEMBEKUAN, PENCABUTA N ATAU PENGURA NGAN LINGKUP ... 46

9.7 BANDING ... 47

9.8 KELUHAN... 48

9.9 REKA MAN PEMOHON DAN KLIEN ... 49

10 PERSYARATAN SYSTEM MANAJEMEN BAGI LEMBAGA S ERTIFIKASI HALAL .... 50

10.1 UMUM ... 50

10.2 SISTEM MANAJEMEN UMUM... 50

LAMPIRAN A. RUANG LINGKUP... 54

LAMPIRAN B. WAKTU AUDIT... 58

(5)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

5 dari 60

PENDA HUL UA N

Dokumen ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai persyaratan bagi lembaga sertifikasi halal yang melaksanakan sertifikasi halal terhadap organisasi/perusahaan berdasarkan standar halal yang menginginkan untuk diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Persyaratan akreditasi bagi Lembaga sertifikasi halal adalah dokumen ini. Dokumen ini berdasarkan pada standar SNI ISO IEC 17021, SNI ISO IEC 17065 dan ISO TS 22003. Persyaratan dokumen ini diadopsi dari dokumen OIC SMIIC 2:2011, Guideline for bodies

providing halal certification dengan modifikasi disesuaikan ketentuan nasional dan ref erensi

standar yang mutakhir.

Lembaga sertifikasi halal diakreditasi untuk dinilai kompetensinya dalam melaksanakan penilaian kesesuaian sistem halal sehingga hasilnya dapat diterima secara nasional, regional maupun tingkat internasional. Pelaksanaan rantai penilaian kesesuaian sistem halal digambarkan sebagai ber ikut;

Badan Akreditasi Lembaga sertifikasi halal Organisasi/ industri perusahaan

Badan akreditasi menerapkan ISO IEC 17011 dan persyaratan tambahan khusus untuk akreditasi halal (OIC SMIIC 3)

Lembaga sertifikasi halal menerapkan SNI ISO IEC 17021, SNI ISO IEC 17065, ISO TS 22003 dan persyaratan khusus untuk lembaga sertifikasi halal (OIC SMIIC 2) dan DPLS 21

Organisasi/industri/perusahaan

menerapkan standar halal ( HAS 23000). Regulator dapat menetapkan aturan tambahan halal bagi produk, jasa atau pemasok

.

(6)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

6 dari 60

PERSYA RATA N L EMBAGA SERTIFIKASI HALAL

1 Lingkup

1.1 dokumen ini menetapkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh lembaga sertifikasi halal dalam melakukan kegiatan sertifikasi halal.

1.2 Siste m sertifikasi halal yang digunakan oleh lembaga sertifikasi halal dapat mencakup satu atau lebih hal ber ikut, yang dapat digabungkan dengan pemeriksaan produksi atau pemeriksaan sistem manajemen industri/perusahaan seperti sistem manajemen keamanan pangan (FSMS) dan / atau keduanya, seperti yang dijelaskan dalam PSN 305 : 2006 : a) pengujian atau pemeriksaan t ipe ;

b) pengujian atau inspe ksi dari sampel yang diambil dari pasar atau pabrik atau kombinasi keduanya;

c) pengujian atau inspeksi setiap produk atau produk tertentu baik baru maupun yang siap untuk digunakan ;

d) pengujian atau inspeksi batch

1.3 Dokumen ini mencakup prinsip dan persyaratan untuk kompetensi, konsistensi dan ketidakberpihakan bagi lembaga yang melaksanakan kegiatan audit dan sertifikasi produk/jasa/proses dan atau sistem jaminan halal.

1.4 Sertifikasi produk/jasa/proses dan atau sistem jaminan halal (dalam dokumen ini disebut sertifikasi halal) merupakan kegiatan penilaian kesesuaian pihak ketiga. Lembaga yang melaksanakan kegiatan ini selanjutnya disebut sebagai lembaga sertifikasi halal.

2. Acuan Norm atif

Dokumen ref erensi berikut ini diperlukan dala m penerapan dokumen ini. Untuk acuan yang bertanggal hanya edisi tersebut yang berlaku sedangkan acuan yang tidak bertanggal edisi termutakhir yang berlaku.

 ISO/IEC 17000,Penilaian Kesesuaian- kosakata dan prinsip umum,

 SNI ISO/IEC 17065, Penilaian kesesuaian – Persyaratan untuk lembaga sertifikasi halal produk, proses dan jasa,

 SNI ISO/IEC 17021, Conformity assessment - Require ments f or bodies providing audit and certification of management systems”

 SNI ISO/IEC 17025, General requirements for the competence of testing and calibration laboratories,

 SNI ISO/IEC 17020, General criteria for the operation of various types of bodies perf orming inspection,

(7)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

7 dari 60

 SNI ISO IEC 17067, Penilaian kesesuaian-fundamental sertifikasi produk dan panduan

skema sertifikasi produk

 PSN 305, Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk

 ISO/TS 22003, Food saf ety management systems - Requirements f or bodies providing audit and certification of food safety management systems.

 SNI ISO 9000:2008, Sistem manajemen mutu - dasar-dasar dan kosakata  SNI ISO 19011:2012, Panduan audit sistem manajemen

 SNI ISO 22000, Sistem manajemen keamanan pangan- Persyaratan bagi organisasi dalam rantai pangan.

 HAS 23000, Persyaratan sertifikasi halal.

3 Istilah dan definisi 3.1 Sertifik asi Halal

Kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi halal . 3.2 Lem baga sertifikasi halal

Badan hukum yang sesuai dengan hak hukumnya untuk melakukan sertifikasi kepada organisasi yang menerapkan standar produk/proses/jasa/sistem jaminan halal.

3.2 Otoritas kom peten untuk halal

Lembaga pemerintah yang melakukan pengembangan, pengaw asan dan pembinaan terhadap penerapan standar halal.

3.3 Kontr ak/perjanjian lisensi tanda halal

Per janjian yang ditandatangani antara pemohon dan pemilik tanda halal, yang mengatur tentang ketentuan penggunaan tanda halal yang digunakan pada produk, proses, jasa atau sistem jaminan halal.

3.4 Auditor halal

Seorang yang beragama Islam yang memiliki kompetensi melakukan audit persyaratan dan prosedur halal khususnya terkait dengan teknologi proses atau bidang teknis yang secara formal ditugaskan oleh lembaga sertifikasi halal.

3.5 Te naga ahli

Orang yang memiliki kompetensi teknis khususnya teknologi proses atau bidang teknis yang secara formal ditugaskan oleh lembaga sertifikasi halal.

3.6 Tenaga ahli Islam

Seorang yang beragama Islam dengan pengetahuan yang mendalam dan komprehensif tentang aturan Islam di subjek halal yang memiliki kompetensi yang telah diakui dan ditugaskan oleh lembaga sertifikasi halal.

(8)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

8 dari 60

3.7 Tanda halal

Tanda halal yang telah ditetapkan oleh pemilik tanda dan hak penggunaannya dapat di sublisensi kepada lembaga sertifikasi halal.

3.8 Pemohon

Pelaku usaha yang mengajukan per mohonan sertifikasi produk/proses/jasa/sistem jaminan halal.

3.9 Klien terser tifikasi

Pelaku usaha yang produk/proses/jasa/sistem jaminan halalnya disertifikasi oleh lembaga sertifikasi halal.

3.10 Kom isi Fatw a

Salah satu komisi MUI yang bertugas untuk menghasilkan ketetapan hukum islam tentang status hukum suatu kasus tertentu.

3.11 Keputusan Sertifik asi

Keputusan yang ditetapkan oleh lembaga sertifikasi halal yang menyatakan pemenuhan terhadap standar halal HAS 23000.

4 Prins ip 4.1 Um um

Prinsip-prinsip yang diberikan dalam pasa l 4 dari SNI ISO IEC 17021:2011 merupakan dasar untuk perf orma spesifik dan persyaratan deskriptif dalam pedoman ini. Prinsip-prinsip ini harus diterapkan sebagai pedoman bagi keputusan yang mungkin per lu dibuat untuk situasi tak terduga. Pr insip bukan merupakan persyaratan.

Prinsip ini merupakan dasar kinerja spesifik dan persyaratan deskriptif Standar ini. Standar ini tidak memberikan persyaratan spesifik untuk seluruh situasi yang mungkin terjadi. Prinsip ini seba iknya diterapkan sebagai panduan dalam pengambilan keputusan yang mungkin diperlukan pada situasi yang tidak diantisipasi. Pr insip bukan merupakan persyaratan. Tujuan sertifikasi halal adalah memberikan keyakinan kepada semua pihak bahw a suatu produk/jasa/siste m jaminan halal memenuhi persyaratan halal yang telah ditetapkan dokumen ini. Nilai dari sertifikasi adalah tingkat keyakinan publik dan kepercayaan yang dihasilkan dari ases men oleh pihak ketiga yang kompeten dan t idak berpihak (netra l). Pihak yang memiliki kepentingan dalam sertifikasi mencakup, namun tidak terbatas pada :

a) klien lembaga sertifikasi halal;

b) pelanggan organisasi yang system manajemennya telah disertifikasi; c) lembaga pe merintah yang berw enang;

d) organisasi non-pemerintah dan;

(9)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

9 dari 60

4.2. Ketidakberpihakan

4.2.1 Tidak berpihak dan dipersepsikan tidak berpihak diperlukan oleh lembaga sertifikasi halal untuk menghasilkan jasa sertifikasi yang memberikan kepercayaan.

4.2.2 Diakui bahw a sumber pendapatan lembaga sertifikasi halal berasal dari pembayaran sertifikasi kliennya, dan hal ini merupakan suatu anca man potensial terhadap ketidakberpihakan

4.2.3 Untuk mendapatkan dan memelihara kepercayaan, penting bahw a keputusan lembaga sertifikasi halal didasarkan pada bukti objektif dari kesesuaian (atau ketidaksesuaian) yang diperoleh lembaga sertifikasi halal dan keputusannya tidak dipengaruhi oleh kepentingan lain atau oleh pihak lain.

4.2.4 Ancaman terhadap ketidakberpihakan mencakup hal berikut ini:

a) Ancaman sw a-kepentingan: ancaman yang timbul dari seseorang atau lembaga yang bertindak untuk kepentingannya sendiri. Kepentingan yang terkait dengan sertifikasi yang merupakan ancaman pada ketidakberpihakan adalah sw akepentingan terhadap keuangan. b) Ancaman sw a-kajian: anca man yang timbul dari seseorang atau lembaga yang melakukan kajian terhadap pekerjaannya sendiri. Audit sistem jaminan halal klien oleh seseorang dari lembaga sertifikasi halal yang telah memberikan konsultasi sistem jaminan halal menjadi anca man dalam sw a-kajian.

c) Ancaman keakraban (atau kepercayaan): ancaman yang timbul dari seseorang atau lembaga yang terlalu akrab atau terlalu percaya dengan personel tertentu dibanding dengan pencarian bukti audit.

d) Ancaman intimidasi: anca man yang dirasakan oleh seseorang atau lembaga yang merasa dipaksa secara terbuka atau rahasia, seperti ancaman akan diganti atau dilaporkan kepada penyelia.

4.3. Kom petensi

Kompetensi personel yang didukung oleh manajemen lembaga sertifikasi halal diperlukan untuk menghasilkan jasa sertifikasi yang memberikan keyakinan.

4.4. Tanggung jawab

4.4.1 Organisasi klien memiliki tanggung jaw ab untuk memenuhi persyaratan sertifikasi. 4.4.2 Lembaga sertifikasi halal memiliki tanggung jaw ab untuk mengaudit bukti objektif yang memadai sebagai dasar pengambilan keputusan sertifikasi. Berdasarkan kesimpulan audit, lembaga sertifikasi halal membuat suatu keputusan untuk memberikan sertifikasi jika terdapat bukti kesesuaian yang memadai atau tidak memberikan sertifikasi jika tidak terdapat bukti kesesuaian yang memadai.

(10)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

10 dari 60

CATATAN Walaupun audit didasarkan pada pemilihan contoh di dalam sistem jaminan halal organisasi, namun pemastian persyaratan halal harus terpenuhi 100%.

4.4.3 Standar halal mensyaratkan organisasi untuk memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait keamanan pangan dan syariat islam. Pemeliharaan dan evaluasi pemenuhan peraturan perundangan merupakan tanggung jaw ab organisasi. Lembaga sertifikasi halal harus memverifikasi bahw a organisasi mengevaluasi pemenuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan dapat menunjukkan bahw a tindakan yang diambil dalam ketidakpemenuhan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan regulasi yang relevan.

4.5. Kete rbukaan

4.5.1 Suatu lembaga sertifikasi halal perlu menyediakan akses kepada publik atau memaparkan informasi yang sesuai dan tepat w aktu mengenai proses audit dan proses sertifikasinya, serta status sertifikasi suatu organisasi (misalnya pemberian, perluasan, pemeliharaan, pembaruan, p embekuan, pengurangan lingkup atau pencabutan sertifikasi), untuk memperoleh keyakinan atas integritas dan kredibilitas sertifikasi. Keterbukaan merupakan prinsip dalam mengakses atau memaparkan informasi yang sesuai.

4.5.2 Untuk mendapatkan atau memelihara keyakinan dalam sertifikasi, suatu lembaga sertifikasi halal sebaiknya menyediakan akses yang sesuai atau memaparkan informasi yang tidak bersifat rahasia mengenai kesimpulan audit spesifik (misalnya audit untuk menanggapi keluhan) kepada pihak tertentu yang berkepentingan.

4.6. Kerahasiaan

Untuk mendapatkan akses khusus terhadap informasi yang diper lukan oleh lembaga sertifikasi halal dalam mengaudit kesesuaian terhadap persyaratan sertifikasi secara memadai, lembaga sertifikasi halal harus menjaga kerahasiaan seluruh informasi kepemilikan klien.

4.7. Daya tanggap terhadap keluhan

Pihak yang berkepentingan terhadap sertifikasi berharap keluhan d iselidiki dan jika keluhan benar, sebaiknya pihak tersebut memperoleh kepastian bahw a keluhan ditangani dengan benar dan diselesaikan secara layak. Cepat-tanggap yang efektif terhadap keluhan merupakan sarana perlindungan yang efektif bagi lembaga sertifikasi, kliennya dan pengguna sertifikasi lainnya terhadap kesalahan, kelalaian atau perilaku yang tidak w ajar. Kepercayaan dalam kegiatan sertifikasi akan terpelihara apabila keluhan diproses secara benar.

(11)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

11 dari 60

CATATAN Keseimbangan antara prinsip keterbukaan dan kerahasiaan, ter masuk cepattanggap terhadap keluhan, penting untuk menunjukkan integritas dan kredibilitas kepada seluruh pengguna sertifikasi.

4.8 Islami c sensiti vity / kepekaan islam

Lembaga sertifikasi halal w ajib mematuhi prinsip-prinsip dasar Islam atau hukum Islam. 4.9 kom itmen terhadap nilai islam

Lembaga sertifikasi halal dan seluruh personelnya harus memiliki komitmen terhadap seluruh nilai islam terutama yang terkait dengan halal.

5 Persyaratan umum 5.1 um um

5.1.1 Tanggung jaw ab legal dan Islam

Lembaga sertifikasi halal harus berupa badan hukum, atau bagian tertentu dar i badan hukum, sehingga lembaga sertifikasi halal memiliki tanggung jaw ab secara hukum atas seluruh kegiatan sertifikasinya.

Lembaga sertifikasi halal harus merupakan entitas muslim dan harus memiliki kompetensi terhadap produk / jasa atau sistem jaminan halal bagi umat Islam dan mengambil semua langkah yang relevan untuk memastikan tanggung jaw ab Islam telah dia mati dalam semua kegiatan. Lembaga sertifikasi halal harus memiliki tanggung jaw ab untuk sesuai terhadap semua persyaratan Islam.

5.1.2 Perjanjian sertifikasi halal

5.1.2.1 Lembaga sertifikasi halal harus memiliki perjanjian yang ber kekuatan hukum untuk menyed iakan kegiatan sertifikasi kepada kliennya. Sebagai tambahan bila lembaga sertifikasi halal memiliki beberapa kantor atau klien memiliki beberapa lokasi, lembaga sertifikasi halal tersebut harus menjamin adanya perjanjian berkekuatan hukum antara lembaga sertifikasi halal yang memberikan jasa sertifikasi dan yang menerbitkan sertifikat dengan seluruh lokasi yang tercakup dalam lingkup sertifikasi.

5.1.2.2 Untuk lingkup produk/proses halal Lembaga sertifikasi halal harus menja min perjanjian sertifikasi yang mew ajibkan klien memenuhi setidaknya, sebagai berikut :

a) klien selalu memenuhi persyaratan sertifikasi halal ter masuk menerapkan perubahan yang sesuai bila perubahan tersebut telah dikomunikasikan oleh lembaga sertifikasi halal b) jika sertifikasi berlaku untuk produksi yang sedang berlangsung, produk yang disertifikasi

secara terus menerus memenuhi persyaratan halal produk c) klien membuat seluruh pengaturan yang diperlukan untuk :

(12)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

12 dari 60

1. pelaksanaan evaluasi dan survailen termasuk ketentuan untuk memeriksa dokumentasi dan rekaman, dan akses terhadap peralatan, lokasi, w ilayah, personil, dan subkontraktor klien yang relevan;

2. penyelidikan pengaduan;

3. partisipasi pengamat, jika diperlukan;

d) klien membuat pernyataan terkait sertifikasi halal sesuai dengan ruang lingkup sertifikasi: e) klien tidak menggunakan sertifikasi halalnya sedemikian rupa sehingga mengakibatkan reputasi lembaga sertifikasi halal menjadi buruk dan tidak membuat pernyataan terkait sertifikasi produk/jasa atau siste m jaminan halal yang dianggap oleh lembaga sertifikasi sebagai menyesatkan atau tidak sah;

5.1.2.3 Dalam hal lingkup produk/proses halal persyaratan lembaga sertifikasi halal harus mempersyaratkan pengendalian penggunaan lisensi, sertifikat dan tanda kesesuaian halal. 5.1.2.3.1 Lembaga sertifikasi halal harus melakukan pengendalian seperti ditetapkan oleh skema sertifikasi atas kepemilikan, penggunaan dan memperlihatkan lisensi, sertifikat, tanda halal, dan setiap mekanisme lain untuk menunjukkan produk/jasa/sistem jaminan halal telah disertifikasi.

5.1.2.3.2 Referensi yang salah terhadap skema sertifikasi atau penyalahgunaan lisensi, sertifikat, tanda, atau mekanis me lain untuk menunjukkan produk/jasa/sistem jaminan telah disertifikasi, yang ditemukan pada doku mentasi atau publikasi lainnya harus ditangani dengan tindakan yang sesuai.

5.1.3 Tanggung jaw ab terhadap keputusan sertifikasi halal

Lembaga sertifikasi halal bertanggung jaw ab atas keputusan yang berkaitan dengan sertifikasi mencakup pember ian, pemeliharaan, pembaharuan, perluasan, pengurangan, pembekuan dan pencabutan sertifikasi.

5.2 Manajemen ketidakberpihakan

5.2.1 Manajemen puncak lembaga sertifikasi halal harus memiliki komitmen terhadap ketidakberpihakan dalam kegiatan sertifikasi sistem jaminan halal. Lembaga sertifikasi halal harus membuat pernyataan yang dapat diakses publik yang menunjukkan ketidakberpihakannya dalam melaksanakan kegiatan sertifikasi sistem jaminan halal, mengelola konflik kepentingan dan menjamin objektivitas kegiatan sertifikasi halal.

5.2.2 Lembaga sertifikasi halal harus mengidentifikasi, menganalis dan mendokumentasikan kemungkinan konflik kepentingan yang timbul dari ketentuan sertifikasi ter masuk setiap konflik yang timbul dari hubungan kerjanya. Memiliki hubungan kerja bukan berarti lembaga sertifikasi memiliki konflik kepentingan. Namun demikian jika ada hubungan yang menciptakan anca man terhadapketidakberpihakan, lembaga sertifikasi halal harus mendokumentasikan dan dapat memperagakan cara mengeliminasi atau memperkecil ancaman tersebut. Informasi ini harus tersedia bagi komite yang ditentukan dalam sub pasal

(13)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

13 dari 60

teridentifikasi apakah konflik kepentingan tersebut timbul dar i dalam lembaga sertifikasi halal atau dari kegiatan orang lain, lembaga lain atau organisasi lain.

CATATAN Hubungan yang mengancam ketidakberpihakan lembaga sertifikasi halal dapat disebabkan oleh kepe milikan, penentu kebijakan, manajemen, personel, sumberdaya milik bersama, keuangan, kontrak, pemasaran dan pembayaran komisi penjualan atau insentif lainnya dari klien baru, dan sebagainya.

5.2.3 Bila hubungan menunjukkan suatu anca man terhadap ketidakberpihakan yang tidak dapat diterima (seperti anak perusahaan yang sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh lembaga sertifikasi halal yang meminta sertifikasi ke perusahaan induknya) maka sertifikasi tidak boleh diberikan.

5.2.4 Lembaga sertifikasi halal dan setiap bagian dari badan hukum yang sama tidak boleh menaw arkan atau menyediakan konsultasi siste m jaminan halal.

5.2.5 Lembaga sertifikasi halal dan setiap bagian dari badan hukum yang sama tidak boleh menaw arkan atau menyediakan audit internal kepada klien yang disertifikasinya. Lembaga sertifikasi halal tidak boleh mensertifikasi sistem jaminan halal klien apabila lembaga sertifikasi halal melakukan audit internal terhadap klien dalam selang w aktu dua tahun terakhir.

CATATAN Lihat CATATAN sub pasal 5.2.2

5.2.6 Lembaga sertifikasi halal tidak boleh mensertifikasi halal pada klien yang telah menerima konsultasi halal atau audit internal, jika hubungan antara organisasi konsultan dengan lembaga sertifikasi halal menunjukkan anca man yang mempengaruhi ketidakberpihakan lembaga sertifikasi halal.

CATATAN 1 Diperbolehkan untuk menetapkan dua tahun sebagai periode minimal dari akhir konsultasi sistem jaminan halal untuk mengurangi anca man yang mempengaruhi terhadap ketidakberpihakan.

5.2.7 Kegiatan lembaga sertifikasi halal tidak boleh dipasarkan atau ditaw arkan secara bersamaan dengan kegiatan organisasi yang menyediakan konsultasi halal dan sistem manajemen. Lembaga sertifikasi halal harus mengambil tindakan untuk memperbaiki klaim yang tidak sesuai dari setiap organisasi konsultan yang menyatakan atau menunjukkan bahw a sertifikasi akan lebih sederhana, lebih mudah, lebih cepat atau lebih murah jika lembaga sertifikasi halal tersebut digunakan. Lembaga sertifikasi halal tidak boleh menyatakan atau menunjukkan bahw a sertifikasi akan lebih sederhana, lebih mudah, lebih cepat atau lebih murah jika organisasi konsu ltan tertentu digunakan.

5.2.8 Untuk menjamin bahw a tidak ada konflik kepentingan, personel yang telah memberikan konsultasi sistem jaminan halal termasu k mere ka yang bertindak dalam kapasitas manajerial, tidak boleh digunakan oleh lembaga sertifikasi halal untuk berperan serta dalam audit atau kegiatan sertifikasi lainnya, jika mereka telah terlibat dalam konsultasi

(14)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

14 dari 60

sistem jaminan halal terhadap klien yang sedang ditangani dalam dua tahun setelah berakhirnya konsultasi tersebut.

5.2.9 Lembaga sertifikasi halal harus mengambil tindakan untuk menanggapi setiap ancaman terhadap ketidakberpihakan yang timbul dari tindakan orang lain, lembaga lain atau organisasi lain.

5.2.10 Seluruh personel lembaga sertifikasi halal, baik internal maupun eksternal, atau komite yang dapat mempengaruh i kegiatan sertifikasi harus bertindak secara tidak berpihak dan tidak diizinkan memberi tekanan komersial, keuangan atau tekanan lainnya yang mengkompro mikan ketidakberpihakan.

5.2.11 Lembaga sertifikasi halal harus mensyaratkan personel, baik internal maupun eksternal, untuk mengungkapkan seluruh situasi yang mungkin menimbulkan konflik kepentingan pada personel atau lembaga sertifikasi halal tersebut. Lembaga sertifikasi halal harus menggunakan informasi ini sebagai masukan untuk mengidentifikasi anca man terhadap ketidakberpihakan yang timbul akibat kegiatan personel atau organisasi yang mempekerjakan mereka dan tidak boleh menggunakan personel internal atau eksternal tersebut, kecuali mere ka dapat menunjukkan bahw a tidak ada konflik kepentingan.

5.2.12 Lembaga sertifikasi halal dan bagian hukum yang sama tidak memberikan konsultasi sistem jaminan halal.

5.2.13 Istilah konsultasi yang dimaksud disesuaikan dengan standar halal yaitu konsu ltasi -sistem jaminan halal.

5.2.14 Kondis i non-diskrim inasi

5.2.14.1 Kebijakan dan prosedur yang dioperasikan oleh lembaga sertifikasi halal dan pengadministrasiannya harus tidak diskriminasi. Prosedur harus tidak digunakan untuk menghalangi atau menghambat akses pe mohon kecuali yang diatur dalam dokumen ini. 5.2.14.2 Lembaga sertifikasi halal harus membuat jasanya dapat diakses oleh seluruh pemohon yang kegiatannya termasuk dalam ruang lingkup operasinya.

5.2.14.3 Akses terhadap proses sertifikasi harus tidak didasarkan pada ukuran klien atau keanggotaan dari asosiasi atau kelompok, dan akses terhadap proses sertifikasi juga harus tidak didasarkan pada jumlah sertifikasi yang telah diterbitkan. Akses terhadap proses sertifikasi harus tidak dipengaruhi kondisi keuangan atau kondisi lain.

CATATAN Lembaga sertifikasi halal dapat menolak permohonan atau pemeliharaan kontrak sertifikasi dari klien ketika terdapat alasan mendasar atau alasan yang jelas, seperti klien berpartisipasi dalam kegiatan ilegal, memiliki sejarah berulang ketidakpatuhan terhadap persyaratan sertifikasi/produk atau isu serupa yang terkait dengan klien.

(15)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

15 dari 60

5.2.14.4 Lembaga sertifikasi halal harus membatasi persyaratan, evaluasi, tinjauan, keputusan, dan survailen (jika ada) untuk hal-hal khusus berkaitan dengan ruang lingkup sertifikasi.

5.3 Liabilitas dan keuangan

5.3.1 Lembaga sertifikasi halal harus mampu menunjukkan telah mengevaluasi resiko yang timbul dari kegiatan sertifikasinya dan memiliki pengaturan yang cukup (seperti asuransi atau cadangan) untuk menanggung pertanggunggugatan yang timbul dari operasinya dalam setiap bidang kegiatan dan area geograf i lembaga sertifikasi halal beroperasi.

5.3.2 Lembaga sertifikasi halal harus mengevaluasi keuangan dan sumber pendapatannya, serta menunjukkan kepada komite sebagaimana ditetapkan dala m sub pasal 6.2 bahw a sejak aw al dan selama berlangsungnya kegiatan tidak ada tekanan komersial, keuangan atau tekanan lainnya yang mengkompro mikan ketidakberpihakan.

5.4 Pelaksanaan

5.4.1 Lembaga sertifikasi halal untuk lingkup produk/proses halal harus mengambil seluruh tindakan untuk mengevaluasi pemenuhan terhadap standar halal sesuai dengan persyaratan sistem sertifikasi halal. Lembaga sertifikasi halal harus menetapkan skema sertifikasi halal sesuai dengan lingkup sertifikasi.

6 Persyaratan struktur

6.1 Str uktur organisasi dan m anajemen puncak

6.1.1 Lembaga sertifikasi halal harus mendokumentasikan struktur organisasinya, yang menunjukkan tugas, tanggung jaw ab dan kew enangan manajemen dan personel sertifikasi serta setiap komite. Apabila lembaga sertifikasi halal merupakan bagian dari suatu badan hukum, struktur tersebut harus mencakup garis kew enangan dan hubungan dengan bagian lainnya dalam badan hukum yang sama.

6.1.2 Lembaga sertifikasi halal harus mengidentifikasi manajemen puncak (dew an, sekelompok orang atau orang) yang memiliki kew enangan dan tanggung jaw ab menyeluruh untuk setiap hal berikut:

a) pengembangan kebijakan yang berkaitan dengan operasi lembaga; b) pengaw asan penerapan kebijakan dan prosedur;

c) pengaw asan keuangan le mbaga;

d) pengembangan jasa dan skema sertifikasi halal;

e) kinerja audit dan sertifikasi dan cepa ttanggap terhadap keluhan; f) evaluasi untuk produk/proses halal (untuk lingkup produk/proses halal) g) tinjauan untuk produk/proses halal (untuk lingkup produk/proses halal) h) keputusan sertifikasi;

i) pendelegasian w ew enang kepada komite atau individu jika dipersyaratkan, untuk melaksanakan kegiatan tertentu atas nama lembaga sertifikasi halal;

(16)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

16 dari 60

k) penyediaan su mberdaya yang memadai untuk kegiatan sertifikasi

l) sistem manajemen lembaga sertifikasi halal

6.1.3 Lembaga sertifikasi halal harus memiliki aturan resmi untuk penetapan, kerangka acuan kerja dan operasi setiap komite yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi.

6.2 Kom ite ketidakberpihakan

6.2.1 Struktur lembaga sertifikasi halal harus mengamankan ketidakberpihakan kegiatannya dan membentuk ko mite untuk:

a) membantu pengembangan kebijakan yang berkaitan dengan ketidakberpihakan kegiatan sertifikasinya,

b) melakukan langkah pencegahan terhadap setiap kecenderungan pada unit lembaga sertifikasi halal yang mengizinkan pertimbangan komersial atau pertimbangan lain, yang menghalangi tujuan penyed iaan kegiatan sertifikasi yang konsisten.

c) memberikan saran mengenai hal yang mempengaruhi kepercayaan sertifikasi, termasuk keterbukaan dan persepsi publik, dan

d) melakukan tinjauan, minimal setahun sekali, mengenai ketidakberpihakan dalam proses audit, sertifikasi dan pengambilan keputusan lembaga sertifikasi halal. Tugas atau kew ajiban lainnya dapat diberikan kepada komite sepanjang tugas atau kew ajiban tambahan ini tidak mengkompro mikan peran pentingnya dalam menjamin ketidakberpihakan.

6.2.2 Komposisi, kerangka acuan kerja, kew ajiban, kew enangan dan kompetensi anggota serta tanggung jaw ab komite harus secara formal didokumentasikan dan disahkan oleh manajemen puncak lembaga sertifikasi halal untuk menjamin:

a) keterw akilan pihak yang ber kepentingan secara seimbang seperti tidak adanya kepentingan tunggal yang mendominasi (personel internal atau eksternal lembaga sertifikasi halal dipertimbangkan sebagai satu kepentingan tunggal dan tidak mendominasi),

b) akses terhadap seluruh informasi yang diperlukan agar komite mampu memenuhi fungsinya (lihat sub pasal 5.2.2 dan 5.2.3), dan

c) bahw a jika manajemen puncak lembaga sertifikasi halal tidak menghargai saran komite, maka komite berhak melakukan tindakan secara bebas (seperti, menginformasikan kepada pihak yang berw enang, badan akreditasi, dan pemangku kepentingan). Dalam melakukan tindakan tersebut, komite harus mentaati persyaratan kerahasiaan pada sub pasal 8.5 yang berkaitan

6.2.3 Otoritas kompeten halal harus terw akili dalam komite ketidakberpihakan, dan harus berperan dalam melakukan kajian prinsip islam dalam ketidakberpihakan kegiatan sertifikasi halal yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi halal dan dala m menetapkan aturan, prosedur serta kebijakan terkait aspek Islam dalam sertifikasi halal.

(17)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

17 dari 60

7 Persyaratan Sum ber daya

7.1 Kom petensi m anajemen dan personel

Lembaga sertifikasi halal harus memiliki proses untuk memastikan personel memiliki pengetahuan yang relevan dengan kategori lampiran A dalam dokumen ini berdasarkan lingkup yang dioperasikan.

7.1.1 Pertimbangan Umum

Lembaga sertifikasi halal harus memiliki proses untuk menjamin bahw a personel memiliki pengetahuan yang sesuai dengan tipe produk/proses/sistem jaminan halal dan area geografi lembaga sertifikasi halal tersebut beroperasi.

Lembaga sertifikasi halal harus menetapkan kompetensi yang diperlukan untuk setiap area teknis (sesuai dengan skema sertifikasi spesifik), dan untuk setiap fungsi dalam kegiatan sertifikasi. Lembaga sertifikasi halal harus menentukan cara memperagakan ko mpetensi sebelum melaksanakan fungsi spesifik.

7.1.2 Pene ntuan kriteria kom petensi

Lembaga sertifikasi halal harus memiliki proses yang terdokumentasi untuk menentukan kriteria kompetensi personel yang ter libat dala m manajemen dan pelaksanaan audit, dan setiap fungsi sertifikasi. Kriteria kompetensi harus ditetapkan dengan memperhatikan persyaratan setiap jenis standar produk/proses/ sistem jaminan halal atau spesifikasi halal, untuk setiap area teknik, dan untuk setiap fungsi dalam proses sertifikasi. Keluaran proses harus berupa kriteria pengetahuan dan ketera mpilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan secara efektif tugas audit dan tugas sertifikasi serta kriteria yang harus dipenuhi untuk mencapai hasil yang diinginkan dan harus didokumentasikan.

7.1.3 Proses Evaluasi

Lembaga sertifikasi halal harus memiliki proses yang terdokumentasi untuk evaluasi kompetensi aw al dan pemantauan berkelanjutan terhadap kompetensi dan kiner ja seluruh personel yang terlibat dalam manajemen dan pelaksanaan audit dan sertifikasi yang menerapkan kriteria kompetensi yang ditetapkan. Lembaga sertifikasi halal harus memperagakan bahw a metode evaluasinya efektif. Keluaran proses ini harus mengidentifikasi personel yang memperagakan tingkat kompetensi yang disyaratkan untuk fungsi yang berbeda dari audit dan proses sertifikasi.

7.1.4 Pertimbangan lain

7.1.4.1 Dalam penentuan persyaratan kompetensi untuk personel yang melakukan sertifikasi, lembaga sertifikasi halal harus menunjukkan fungsi yang dilakukan oleh personel manajemen dan administrasi selain mereka yang secara langsung melaksanakan kegiatan audit dan sertifikasi.

7.1.4.2 Lembaga sertifikasi halal harus memiliki akses ke keahlian teknis yang diperlukan untuk memberikan saran tentang hal yang secara langsung terkait dengan sertifikasi untuk

(18)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

18 dari 60

area teknis, jenis system produk/proses/ manajemen halal dan area geografis tempat lembaga sertifikasi halal beroperasi.

7.1.5 Kontr ak dengan personil

Lembaga sertifikasi halal harus mew ajibkan personil yang terlibat dalam proses sertifikasi untuk menandatangani kontrak atau dokumen lain yang menyatakan ko mitmennya untuk:

a) mematuhi aturan yang ditetapkan oleh lembaga sertifikasi halal, ter masuk yang berkaitan dengan kerahasiaan dan bebas dari kepentingan komersial dan kepentingan lainnya;

b) menyatakan setiap hubungan sebelum dan/atau sekarang pada bag ian sendiri, atau hubungan dengan instansi asal,dengan:

1) pemasok atau perancang produk, atau 2) penyedia atau pengembang jasa, atau

3) operator atau pengembang proses pada evaluasi atau sertifikasi yang ditugaskan;

c)

menyatakan setiap situasi yang diketahui yang dapat menempatkan dirinya atau

lembaga sertifikasi halal dengan konflik kepentingan . Lembaga sertifikasi halal harus menggunakan informasi ini sebagai masukan untuk mengidentifikasi resiko terhadap ketidakberpihakan yang timbul oleh kegiatan personel tersebut atau oleh organisasi yang mempekerjakannya.

7.2 Personel yang terlibat dalam sertifikasi 7.2.1 Um um

7.2.1.2 Lembaga sertifikasi halal harus memastikan bahw a setiap personel yang terlibat dalam kegiatan audit dan sertifikasi memiliki ko mpetensi teknis, seorang beragama islam dan berkomitmen terhadap nilai islam.

7.2.1.3 Lembaga sertifikasi halal harus menetapkan kriteria minimum yang relevan untuk memastikan audit dan sertifikasi dilaksana kan secara efektif dan seragam. Kriter ia tersebut harus termasuk pelatihan persyaratan standar terkait dan dokumen yang relevan untuk sistem jaminan halal.

7.2.1.4 Personel lembaga sertifikasi halal dapat menggunakan auditor lembaga sertifikasi halal berdasarkan kontrak atau sumber daya eksternal. Lembaga sertifikasi halal harus mengelola, mengendalikan dan bertanggung jaw ab terhadap kinerja personel dan memelihara rekamannya secara komprehensif serta mengendalikan kompetensi seluruh personel yang digunakan di bagian tertentu, apakah per manen, kontrak atau yang disediakan oleh pihak eksternal.

7.2.1.5 Lembaga sertifikasi halal harus mempersyaratkan setiap personel yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi menandatangani kontrak atau dokumen lain dalam berkomitmen untuk:

a) mematuhi seluruh aturan yang ditetapkan oleh lembaga sertifikasi halal, ter masuk yang terkait dengan kerahasiaan dan ketidakberpihakan dari komersial maupun kepentingan. b) menginformasikan keter libatannya dalam kegiatan sebelum maupun saat perancangan, produksi /pelayanan/pengembangan si

(19)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

19 dari 60

stem jaminan halal dalam perusahaan yang akan disertifikasi dimana yang bersangkutan akan ditugaskan.

7.2.1.6 Lembaga sertifikasi halal harus memelihara informasi yang relevan terkait pelatihan dan pengalaman setiap personel yang terlibat dalam proses sertifikasi halal.

7.2.2 Lembaga sertifikasi halal harus memiliki sebagai bagian dari organisasinya, personel yang memiliki kompetensi yang cukup untuk mengelola tipe dan lingkup progra m audit serta pekerjaan sertifikasi lainnya yang dilakukan.

7.2.3 Lembaga sertifikasi halal harus mempeker jakan atau memiliki akses kepada auditor dalam jumlah yang cukup ter masuk ketua tim audit dan tenaga ahli teknis yang mencakup seluruh kegiatannya untuk menangani volume pekerjaan audit yang dilakukan.

7.2.4 Lembaga sertifikasi halal harus menetapkan secara jelas kew ajiban, tanggung jaw ab dan w ew enang untuk setiap personelnya.

7.2.5 Lembaga sertifikasi halal harus menetapkan proses seleksi, pelatihan, pemberian w ew enang auditor dan seleksi tenaga ahli te knis yang digunakan dala m kegiatan sertifikasi. Evaluasi kompetensi aw al seorang auditor harus mencakup kemampuan dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan selama audit, sebagaimana ditetapkan oleh evaluator yang kompeten yang mengamati auditor dalam melaksanakan audit.

7.2.6 Lembaga sertifikasi halal harus memiliki proses untuk mencapai dan memperagakan audit secara efektif, termasuk penggunaan auditor dan ketua tim audit yang memiliki keterampilan dan pengetahuan audit umum dan ketera mpilan serta pengetahuan yang tepat untuk mengaudit bidang teknis yang spesifik.

7.2.7 Lembaga sertifikasi halal harus menjamin bahw a auditor (dan, bila diperlukan, tenaga ahli teknis) memiliki pengetahuan mengenai proses audit, persyaratan sertifikasi dan persyaratan lainnya yang relevan. Lembaga sertifikasi halal harus memberikan akses kepada auditor dan tenaga ahli teknis terhadap seperangkat prosedur terdokumentasi mutakhir yang mencakup instruksi audit dan seluruh informasi yang relevan dengan kegiatan sertifikasi.

7.2.8 Lembaga sertifikasi halal harus menggunakan auditor dan tenaga ahli teknis yang memiliki kompetensi tertentu sesuai bidang kegiatan sertifikasi.

7.2.9 Lembaga sertifikasi halal harus mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan harus memberikan kese mpatan atau menyediakan akses pada pelatihan spesifik untuk menja min auditor, tenaga ahli, dan personel lainnya yang terlibat dalam kegiatan sertifikasi ko mpeten untuk melaksanakan fungsinya.

7.2.10 Kelompok atau individu yang mengambil keputusan dalam pemberian, pemeliharaan, pembaruan, perluasan, pengurangan, pembekuan atau pencabutan sertifikasi sebagaimana

(20)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

20 dari 60

ditetapkan harus memahami Standar dan persyaratan sertifikasi yang berlaku serta telah memperagakan kompetensi nya untuk mengevaluasi proses audit dan rekomendasi terkait dari tim audit.

7.2.11 Lembaga sertifikasi halal harus menjamin kinerja yang memuaskan dari seluruh personel yang terlibat dalam kegiatan audit dan sertifikasi. Lembaga sertifikasi halal harus mempunyai prosedur yang terdokumentasi dan kr iteria untuk memantau dan mengukur kinerja seluruh personel yang terlibat berdasarkan frekuensi penugasan dan tingkat resiko yang terkait dengan kegiatan mereka. Secara khusus, lembaga sertifikasi halal harus mengkaji ko mpetensi personelnya dalam hal kinerja mereka untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan.

7.2.12 Prosedur terdokumentasi untuk pemantauan auditor harus mencakup kombinasi observasi lokasi, tinjauan laporan audit dan umpan balik dari klien atau pasar, dan harus ditetapkan dalam persyaratan terdokumentasi. Pemantauan ini harus didesain sedemikian rupa untuk meminimalkan gangguan proses sertifikasi, terutama dari sudut pandang klien. 7.2.13 Lembaga sertifikasi halal secara periodik harus mengamati kinerja dari setiap auditor di lokasi. Frekuensi observasi di lokasi harus berdasarkan kebutuhan yang ditentukan dari seluruh informasi pemantauan yang tersedia.

7.2.14 Kom petens i

Lembaga sertifikasi halal harus memastikan kelompok atau personel yang member ikan keputusan sertifikasi mampu memeragakan keahlian dan pengetahuan sebagai berikut:

a) Prinsip sertifikasi halal sesuai dengan stand ar yang relevan

b) Ketentuan atau aturan islam mengenai halal dan proses sertifikasi halal c) Prinsip dan pemahaman terkini terkait system manajemen yang relevan d) Memahami prinsip analisis titik kritis kehara man

e) Tindakan korektif dan koreksi yang dilakukan terkait dengan halal dan efektifitasnya f) Regulasi atau ketentuan serta peraturan perundangan yang relevan terkait produk/jasa

halal

g) Produk, proses dan praktek h) Standar yang relevan

i) penilaian dan review laporan audit dalam hal ketepatan dan kelengkapan

j) pemahaman mengenai ketentuan dasar pangan halal khususnya penye mbelihan hew an.

7.2.15 Auditor halal 7.2.15.1 Um um

Auditor halal harus memiliki pengetahuan ketentuan islam tentang halal dan persyaratan teknis terkait sertifikasi halal .

7.2.15.2 Pendidik an

Lembaga sertifikasi harus memastikan bahw a auditor halal memiliki pengetahuan, pendidikan tinggi atau post–secondary yang mencakup lingkup kategori industri sebagaimana diberikan dalam lampiran A tabel A1.

(21)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

21 dari 60

7.2.15.3 Pelatihan audit

Lembaga sertifikasi halal harus memastikan bahw a auditornya telah mengikuti pelatihan: a) standar sertifikasi halal.

b) tehnik audit

c) standar manajemen yang relevan 7.2.15.4 Pelatihan khusus

7.2.15.4.1 Lembaga sertifikasi halal harus memastikan bahw a auditor halal telah lulus pelatihan :

a) prinsip manaje men yang relevan b) regulasi terkait sektor tertentu c) standar halal dan pedomannya.

d) Pelatihan spesifik sesuai lingkup sertifikasi

7.2.15.4.2 Pelatihan sebaiknya diakui oleh otoritas kompeten halal. Persetujuan atau sertifikasi pelatihan oleh pihak yang independen dengan keahlian relevan dapat memberikan jaminan bahw a pelatihan tersebut memenuhi kriteria standar/persyaratan halal. 7.2.15.5 Pengalaman audit

Untuk kualifikasi aw al lembaga sertifikasi halal harus memastikan bahw a dalam w aktu 3 tahun auditor halal telah melakukan audit halal minimal 6 kali audit sertifikasi aw al atau sertifikasi ulang di 6 organisasi di baw ah pimpinan ketua tim auditor yang berkompeten. 7.2.15.6 Kom petensi

7.2.15.6.1 Kompetensi auditor halal harus direkam untuk setiap kategori dan sektor sesuai lampiran A. Lembaga sertifikasi halal harus memberikan bukti evaluasi yang telah dilakukan.

7.2.15.6.2 Lembaga sertifikasi halal harus memastikan auditor mampu memeragakan pengetahuan dan keahlian sebagai berikut:

a) Prinsip, prosedur dan tehnik audit : memastikan auditor mampu menerapkan untuk audit yang berbeda dan untuk memastikan audit yang dilakukan konsisten dan sistematis. Auditor harus mampu;

- Menerapkan prinsip, prosedur dan tehnik audit

- Merencana kan dan mengatur pekerjaan secara efektif

- Melakukan audit sesuai dengan w aktu dan jadw al yang sudah ditetapkan - Memprioritaskan dan fokus terhadap hal yang signifikan

- Mengumpulkan informasi melalui w aw ancara, mendengar kan, mengamati dan mereview dokumen.

- Rekaman dan data

- Memahami kesesuaian dan konsekuensi tehnik pengambilan contoh dalam audit - Verifikasi ketepatan inf ormasi yang dikumpulkan

- Memastikan kecukupan dan kesesuaian bukti audit untuk mendukung temuan dan kesimpulan audit

- Untuk menilai faktor yang mempengaruhi keandalan temuan dan kesimpulan audit

(22)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

22 dari 60

- Menggunakan dokumen kerja dan merekam kegiatan audit

- Menyiapkan laporan audit

- Menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi

- Berkomunikasi secara efektif baik secara langsung maupun malalui interpreter

b) dokumen sertifikasi produk/jasa atau sistem manajemen / sistem jaminan halal dan ref erensi dokumen lain untuk memastikan auditor memahami lingkup dan kriteria audit

c) situasi organisasi : untuk memastikan auditor memahami konteks operasi organisasi d) peraturan perundangan dan regulasi yang berlaku terkait dengan sektor organisasi :

untuk memastikan auditor memahami pemenuhan ketentuan tersebut oleh organisasi

7.2.15.6.3 lembaga sertifikasi halal harus memastikan auditor memeragakan kemampuan untuk menerapkan terminologi, pengetahuan dan keahlian spesifik sektor untuk hal ber ikut: a) produk, proses, praktek sector spesifik (mengacu pada lampiran A)

b) persyaratan sistem manajemen / sistem jaminan halal yang relevan c) standar produk/jasa yang relevan

d) persyaratan halal yang relevan

7.2.16 Te naga ahli 7.2.16.1 Pendidik an

Persyaratan sesuai dengan pasal 7.2.15.2 dalam dokumen ini. 7.2.16.2 Pengalaman kerja

Lembaga sertifikasi halal harus memastikan tenaga ahli setidaknya memiliki pengalaman kerja 4 tahun di bidang area/ lingkup teknis.

7.2.16.3 Kom petensi

Lembaga sertifikasi halal harus memastikan bahw a tenaga ahli memiliki pengetahuan yang terkait dengan sektor dan proses organisasi yang akan diaudit.

7.2.17 Te naga ahli Islam 7.2.17.1 Pendidik an

Lembaga sertifikasi halal harus memastikan bahw a tenaga ahli islam memiliki pengetahuan dan pendidikan yang sesuai.

7.2.17.2 Pengalaman kerja

Lembaga sertifikasi halal harus memastikan bahw a tenaga ahli islam memiliki pengalaman 4 tahun kerja dalam ketentuan islan terkait sertifikasi halal.

(23)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

23 dari 60

Lembaga sertifikasi halal harus memastikan bahw a tenaga ahli islam mampu memeragakan keahliannya terkait hukum syariah islam.

7.2.18 seleksi tim audit

7.2.18.1 Lembaga sertifikasi halal harus memastikan bahw a kompetensi tim audit harus memiliki kompetensi spesifik terkait sektor yang dipersyaratkan dalam audit (lampiran A)

7.2.18.2 Tim audit harus memiliki kompetensi gabungan terkait teknis maupun keislaman sesuai dengan lingkup sertifikasi.

7.3 Penggunaan auditor halal, tenaga ahli dan tenaga ahli islam eksternal

Lembaga sertifikasi halal harus mensyaratkan auditor, tanaga ahli dan tenaga ahli islam eksternal untuk membuat perjanjian tertulis yang memuat komitmen mereka untuk mematuhi kebijakan dan prosedur yang berlaku sebagaimana ditetapkan oleh lembaga sertifikasi halal. Per janjian tersebut harus mencakup aspek yang berkaitan dengan kerahasiaan, be bas dari kepentingan komersial, dan tekanan lainnya, serta harus mensyaratkan auditor, tanaga ahli dan tenaga ahli islam eksternal untuk member itahukan lembaga sertifikasi halal setiap hubungannya saat ini dan sebelu mnya dengan organisasi yang akan mereka audit. Sebagai tambahan se mua persyaratan untuk tenaga ahli harus berlaku juga untuk tenaga ahli islam.

CATATAN Penggunaan auditor dan tenaga ahli teknis individual berdasarkan perjanjian tersebut di atas bukan merupakan outsourcing sebagaimana dijelaskan dalam sub pasal 7.5.

7.4 Rekam an personel

Lembaga sertifikasi halal harus memelihara rekaman personel yang mutakhir mencakup kualifikasi, pelatihan, pengalaman, afiliasi, status prof esional, kompetensi dan setiap jasa konsultasi yang re levan yang telah diberikan. Reka man personel ter masuk re kaman untuk personel manajemen dan personel administratif, dan personel yang melakukan kegiatan sertifikasi.

7.5. Outsourcing

7.5.1 Lembaga sertifikasi halal harus mempunyai proses penentuan dilakukannya

outsourcing (kegiatan menyerahkan kepada organisasi lain untuk melakukan sebagian

kegiatan sertifikasi atas nama lembaga sertifikasi halal). Lembaga sertifikasi halal harus memiliki perjanjian yang ber kekuatan huku m mencakup pengaturan, ter masuk kerahasiaan dan konflik kepentingan, dengan setiap lembaga yang menyed iakan jasa outsourcing. CATATAN 1 Hal ini mencakup outsourcing kepada lembaga sertifikasi halal lain. Penggunaan auditor dan tenaga ahli teknis berdasarkan kontrak dijelaskan dalam sub pasal 7.3.

(24)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

24 dari 60

CATATAN 2 Untuk tujuan Standar ini, istilah “outsourcing” dan “subkontrak” dapat diartikan sama.

7.5.2 Keputusan untuk pemberian, pemeliharaan, pembaruan, perluasan, pengurangan, pembekuan atau pencabutan sertifikat tidak boleh dioutsourcing-kan

7.5.3. Lembaga sertifikasi halal harus

a) bertanggung jaw ab atas seluruh kegiatan yang di-outsourcing-kan kepada lembaga lain, b) menja min bahw a lembaga yang dioutsource dan individu yang dipekerjakannya memenuhi persyaratan lembaga sertifikasi halal dan ketentuan yang berlaku dari Standar ini, ter masuk kompetensi, ketidakberpihakan dan kerahasiaan, dan

c) menjamin bahw a lembaga yang dioutsource dan individu yang dipekerjakannya, tidak terlibat secara langsung maupun melalui perusahaan lain dengan organisasi yang diaudit sehingga menyebabkan ketidakberpihakan dapat dikompro mikan

7.5.4 Lembaga sertifikasi halal harus mempunyai prosedur terdoku mentasi untuk mengkualifikasi dan memantau seluruh lembaga yang menyediakan jasa outsourcing yang digunakan untuk kegiatan sertifikasi, dan menjamin bahw a rekaman kompetensi auditor dan tenaga ahli teknis dipelihara

7.5.5 Jika lembaga sertifikasi halal memutuskan untuk melakukan outsource pekerjaan audit, pengujian dan inspeksi kepada pihak eksternal maka dokumen per janjian harus menca kup terkait kerahasi aan dan ketidakberpihakan terhadap konflik kepentingan.

7.5.6 Sum ber daya untuk evaluasi

Persyaratan sumber daya evaluasi pada lingkup produk/proses halal berlaku sebagai berikut

7.5.6.1 Sum ber daya internal

Bila lembaga sertifikasi halal melakukan kegiatan evaluasi baik dengan su mber daya internal atau dengan sumber daya lainnya di baw ah pengendalian langsung lembaga sertifikasi halal, harus memenuhi persyaratan yang berlaku dari standar yang re levan dan dokumen lainnya yang ditetapkan dalam skema sertifikasi. Untuk pengujian, kegiatan evaluasinya harus memenuhi persyaratan yang berlaku pada SNI ISO/IEC 17025; untuk inspeksi, kegiatan evaluasinya harus memenuhi persyaratan yang berlaku pada SNI ISO/IEC 17020; dan untuk audit system manajemen, kegiatan evaluasinya harus memenuhi persyaratan yang berlaku pada SNI ISO/IEC 17021. Persyaratan ketidakberpihakan pada evaluasi personil yang ditetapkan dalam standar yang relevan harus selalu berlaku.

7.5.6.2 Sum ber daya eksternal (alih daya)

7.5.6.2.1 Lembaga sertifikasi halal harus mensubkontra kkan kegiatan evaluasi hanya kepada lembaga yang memenuhi persyaratan berlaku pada Standar Internasional yang relevan dan doku men lainnya yang ditetapkan dalam skema sertifikasi. Untuk pengujian, kegiatan evaluasinya harus memenuhi persyaratan yang berlaku pada SNI ISO/IEC 17025; untuk inspeksi, kegiatan evaluasinya harus memenuhi persyaratan yang berlaku pada SNI

(25)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

25 dari 60

ISO/IEC 17020; dan untuk audit sistem manajemen, kegiatan evaluasinya harus memenuhi persyaratan yang berlaku pada SNI ISO/IEC 17021 dan sistem manajemen keamanan pangan ISO/TS 22003:2013. Persyaratan ketidakberpihakan pada evaluasi personil yang ditetapkan dala m standar yang relevan akan selalu berlaku.

7.5.6.2.2 Apabila kegiatan evaluasi dialihdayakan kepada bukan lembaga independen (misalnya laboratorium lembaga sertifikasi halal) harus memastikan kegiatan evaluasi dikelola dengan cara yang memberikan kepercayaan terhadap dan rekaman tersedia untuk jaminan kepercayaan.

7.5.6.2.3 Lembaga sertifikasi halal harus memiliki kontrak yang mengikat secara hukum dengan lembaga yang menyediakan jasa subkontrak, ter masuk ketentuan kerahasiaan dan konflik kepentingan .

7.5.6.2.4 Lembaga sertifikasi halal harus:

a. bertanggung jaw ab terhadap seluruh kegiatan yang disubkontrakkan kepada lembaga lain;

b. memastikan bahw a lembaga yang menyediakan jasa subkontrak, dan personil yang digunakan, tidak terlibat baik secara langsung atau melalui pihak yang member ikan pekerjaan, sede mikian rupa sehingga kredibilitas hasil dapat dikompromikan;

c. telah mendokumentasikan kebijakan, prosedur dan rekaman untuk kualifikasi, penilaian dan pemantauan terhadap seluruh lembaga penyedia jasa subkontrak yang digunakan untuk kegiatan sertifikasi;

d. memelihara daftar penyedia jasa subkontrak yang disetujui;

e. menerapkan tindakan korektif untuk setiap pelanggaran kontrak sesuai persyaratan dalam 7.5.6.2.3 atau persyaratan lainnya dalam 7.5.6.2 untuk diketahui;

f. menginformasikan kepada klien terlebih dahulu tentang kegiatan subkontrak, agar klien berkesempatan untuk mengajukan keberatan.

CATATAN Jika kualifikasi, penilaian dan pemantauan terhadap lembaga yang menyediakan jasa subkontrak dilakukan oleh organisasi lain ( misal oleh badan akreditasi, lembaga penilai kesetaraan atau pemerintah berw enang), lembaga sertifikasi halal dapat menggunakan kualifikasi dan pemantauan tersebut mempertimbangkan ketentuan bahw a:

- disediakan sesuai persyaratan skema;

- ruang lingkup berlaku untuk pekerjaan yang dilakukan;

- keabsahan terhadap pengaturan kualifikasi, penilaian dan pemantauaan diverifikasi secara berkala yang ditentukan oleh lembaga sertifikasi halal.

(26)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

26 dari 60

7.5.7 Lembaga sertifikasi halal harus,

a) bertanggung jaw ab untuk setiap pekerjaan yang dioutsource dan memelihara tanggung jaw abnya dalam pemberian, pemeliharaan, perluasan, pembekuan dan pencabutan sertifikasi halal.

b) memastikan lembaga/personel yang dioutsource kompeten dan memenuhi persyaratan dalam standar ini dan dokumen terkait yang relevan untuk pengujian, inspeksi atau kegiatan teknis, dan tidak terlibat secara langsung atau melalui personel lain terkait kegiatan pengembangan atau produksi produk/jasa halal sehingga dapat mengkrompomikan ketidakberpihakan dan

c) mendapatkan persetujuan dari pemohon terkait kegiatan outsource

8 Persyaratan inform asi

Dokumen sertifikasi harus mengidentifikasi secara rinci kegiatan atau produk yang disertifikasi merujuk pada lampiran A.

8.1 Inform asi yang dapat diakses publik

8.1.1 Lembaga sertifikasi halal harus memelihara dan membuat informasi yang menjelaskan proses audit, proses sertifikasi untuk pemberian, pemeliharaan, perluasan, pembaruan, pengurangan, pembekuan atau pencabutan sertifikasi, dan kegiatan sertifikasi, tipe sistem produk/proses/ manajemen halal dan w ilayah geografi lembaga tersebut beroperasi yang dapat diakses publik, atau menyediakan informasi tersebut atas permintaan.

8.1.2 Informasi yang disediakan oleh lembaga sertifikasi halal kepada setiap klien atau pasar, termasuk iklan, harus akurat dan tidak menyesatkan

8.1.3 Lembaga sertifikasi halal harus member ikan informasi yang dapat diakses publik mengenai sertifikasi yang diberikan, dibekukan atau dicabut.

8.1.4 Berdasarkan per mintaan setiap pihak, lembaga sertifikasi halal harus menyediakan cara untuk mengkonfirmasi keabsahan dari sertifikasi yang diberikan.

8.2 Dok umen sertifik asi halal

8.2.1 Lembaga sertifikasi halal harus memberikan dokumen sertifikasi kepada klien tersertifikasi dengan cara yang dipilihnya

8.2.2 Tanggal efektif pada dokumen sertifikasi tidak boleh ditetapkan sebelum tanggal keputusan sertifikasi

8.2.3 Dokumen sertifikasi harus mencantumkan hal berikut ini:

a) nama dan lokasi geografi tiap klien yang disertifikasi atau lokasi geografis kantor pusat dan setiap lokasi dalam lingkup sertifikasi multilokasi;

(27)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

27 dari 60

b) tanggal pemberian, perluasan atau pembaruan sertifikasi;

c) tanggal kadaluarsa atau batas w aktu sertifikasi ulang sesuai dengan siklus sertifikasi ulang;

d) kode identifikasi tertentu;

e) standar dan/atau dokumen normative lainnya, mencakup nomor penerbitan dan/atau revisi, yang digunakan untuk audit klien tersertifikasi;

f) lingkup sertifikasi berkenaan dengan produk (ter masuk jasa), proses, dan lainnya selama berlaku pada setiap lokasi;

g) nama, alamat dan tanda sertifikasi dari lembaga sertifikasi halal, tanda lainnya ( misal, simbol akreditasi) dapat digunakan dengan syarat tidak menyesatkan atau membingungkan; h) setiap informasi lainnya yang disyaratkan standar dan/atau dokumen normatif lainnya yang digunakan untuk sertifikasi;

i) dalam hal penerbitan dokumen sertifikasi yang direvisi, diperlukan cara untuk membedakan doku men yang telah direvisi dengan dokumen yang tidak berlaku

8.2.4 Penggunaan lisensi, sertifikat dan tanda kesesuaian

Lembaga sertifikasi harus pengendalian seperti ditetapkan oleh skema sertifikasi atas kepemilikan, penggunaan dan memperlihatkan lisensi, sertifikat, tanda kesesuaian, dan setiap mekanis me lain untuk menunjukkan produk telah disertifikasi.

8.2.5 Referensi yang salah terhadap skema sertifikasi atau penya lahgunaan lisensi, sertifikat, tanda, atau mekanisme lain untuk menunjukkan produk telah disertifikasi, yang ditemukan pada d okumentasi atau publikasi lainnya harus ditangani dengan tindakan yang sesuai.

8.3 Direktori klien tersertifikasi

Lembaga sertifikasi halal harus memelihara dan membuat akses publik atau menyediakan berdasarkan permintaan suatu direktori sertifikasi yang berlaku minimal memuat nama, dokumen nor matif yang sesuai, lingkup dan lokasi geograf is (misal, kota dan negara) untuk setiap klien yang disertifikasi

CATATAN Direktori tetap menjadi hak milik lembaga sertifikasi halal.

8.4 Referensi sertifik asi halal dan penggunaan logo atau tanda halal

8.4.1 Lembaga sertifikasi halal harus mempraktekkan pengendalian kepemilikan, penggunaan lisensi, sertifikat halal dan tanda kesesusaian halal.

(28)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

28 dari 60

8.4.2 Pedoman penggunaan sertifikat dan tanda halal yang diijinkan oleh lembaga sertifikasi halal diberikan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

8.4.3 Referensi yang tidak tepat dalam siste m sertifikasi halal atau penggunaan yang salah terkait lisensi, sertifikat halal atau tanda yang ditemukan dalam iklan, catalog harus diselesaikan dengan tindakan yang sesuai.

8.4.4 Pemilik sertifikat halal yang gagal dalam pembaruan sertifikat halal tidak diijinkan untuk menggunakan tanda halal pada lokasi atau produk/jasa halal yang dihasilkan atau digunakan dalam berbagai media pro mosi.

8.4.5 Tanda kesesuaian halal harus memenuhi persyaratan spesifikasi yang disetujui oleh MUI dan lembaga sertifikasi halal

8.4.6 Penggunaan tanda halal harus dicetak secara jelas di setiap produk atau setiap kotak/kemasan yang disertifikasi

8.4.7 Perusahaan diijinkan untuk mencetak w arna tanda disesuaikan dengan kemasan sepanjang tidak merubah spesifikasi tanda aslinya.

8.4.8 Tanda halal atau sertifikat halal hanya dapat ditampilkan pada restoran yang disertifikasi

8.4.9 Pemegang sertifikat tidak diijinkan untuk menggandakan sertifikat sebagian atau dengan cara apapun yang akan menghambat keterbacaan dan memodifikasi dari asli atau copy sertifikat, tidak diijinkan menerjemahkan sertifikat atau hasil uji dalam bahasa lain tanpa ada pengendalian dan sepengetahuan lembaga sertifikasi halal.

8.5 Kerahasiaan

8.5.1 Lembaga sertifikasi halal harus memiliki kebijakan dan pengaturan, melalui perjanjian yang berkekuatan hukum, untuk mengamankan kerahasiaan informasi yang diperoleh atau dibuat selama pelaksanaan kegiatan sertifikasi pada se luruh tingkatan strukturnya, termasuk komite dan lembaga eksternal atau individu yang bertindak atas namanya.

8.5.2 Lembaga sertifikasi halal harus menginformasikan klien terlebih dahulu mengenai informasi yang menjadi w ilayah publik. Seluruh informasi harus dianggap rahasia kecuali informasi yang disediakan klien untuk publik

8.5.3 Kecuali disyaratkan dalam dokumen ini, informasi mengenai klien atau individu tertentu tidak boleh dipaparkan kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis dari klien atau individu yang berkepentingan. Jika berdasarkan hukum lembaga sertifikasi halal diminta untuk memberikan informasi yang bersifat rahasia kepada pihak ketiga, klien atau individu yang berkepentingan harus diberitahukan ter lebih dahulu mengenai informasi yang diberikan kecuali yang diatur oleh hukum.

(29)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

29 dari 60

8.5.4 Informasi tentang klien dari su mber selain klien ( misalnya d ari pihak yang member ikan keluhan, regulator) harus diperlakukan sebagai rahasia, konsisten dengan kebijakan lembaga sertifikasi halal.

8.5.5 Personel, ter masuk setiap anggota komite, kontraktor, personel lembaga eksternal atau individu yang bertindak atas nama lembaga sertifikasi halal, harus menjaga kerahasiaan seluruh informasi yang diperoleh atau dibuat selama pelaksanaan kegiatan sertifikasi

8.5.6 Lembaga sertifikasi halal harus menyed iakan dan menggunakan perlengkapan serta fasilitas yang menjamin keamanan penanganan informasi yang bersifat rahasia (misalnya dokumen, rekaman).

8.6 Pertuk aran inform asi antara lembaga sertifikasi halal dan klien tersertifik asi

8.6.1. Informasi kegiatan dan persyaratan sertifikasi

Lembaga sertifikasi halal harus menyed iakan dan memutakhirkan informasi klien tentang hal berikut :

a) deskripsi rinci mengenai kegiatan sertifikasi aw al dan kelanjutannya, ter masuk permohonan, audit aw al, audit survailen, dan proses untuk pemberian, pemeliharaan,pengurangan, perluasan, pembekuan, pencabutan sertifikasi dan sertifikasi ulang;

b) persyaratan normatif untuk sertifikasi;

c) informasi mengenai biaya per mohonan, sertifikasi aw al dan kelanjutannya; d) persyaratan lembaga sertifikasi halal bagi calon klien untuk:

1) memenuhi persyaratan sertifikasi,

2) membuat seluruh pengaturan yang diperlukan untuk melaksanakan audit, ter masuk ketentuan untuk menguji dokumentasi dan akses ke seluruh proses dan bidang, rekaman dan personel untuk tujuan sertifikasi aw al, survailen, sertifikasi ulang dan penyelesaian keluhan, dan

3) membuat ketentuan, bila sesuai, untuk mengakomodasi kehadiran pengamat ( misalnya, auditor akred itasi, pengamat atau auditor magang);

e) dokumen yang menjelaskan hak dan kew ajiban klien yang disertifikasi, termasuk persyaratan, untuk membuat acuan sertifikasi guna keperluan ko munikasi.

(30)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

30 dari 60

8.6.2. Pem beritahuan perubahan oleh lem baga sertifikasi halal

Lembaga sertifikasi halal harus memberikan kepada klien yang telah disertifikasi secara tepat w aktu setiap perubahan persyaratan sertifikasi. Lembaga sertifikasi halal harus memverifikasi bahw a setiap klien yang telah disertifikasi memenuhi persyaratan baru tersebut.

CATATAN Pengaturan kontrak dengan klien yang telah disertifikasi menjadi penting untuk menjamin pelaksanaan persyaratan ini. Model perjanjian lisensi untuk penggunaan sertifikasi, termasuk aspek yang terkait dengan pemberitahuan perubahan, sejauh dapat diterapkan.

8.6.3. Pem beritahuan perubahan oleh klien

Lembaga sertifikasi halal harus memiliki pengaturan yang berkekuatan hukum untuk menjamin bahw a klien yang telah disertifikasi menginf ormasikan kepada lembaga sertifikasi halal, tanpa menunda,mengenai hal-hal yang dapat mempengaruhi kemampuan manajemen untuk memenuhi persyaratan Standar sertifikasi yang digunakan. Hal ini menca kup perubahan yang berkaitan dengan

a) hukum, ko mersial, status organisasi atau kepemilikan,

b) organisasi dan manajemen ( misal, manajerial kunci, pengambil keputusan atau staf teknis)

c) alamat penghubung dan lokasi,

d) lingkup operasi sistem jaminan halal yang disertifikasi, dan e) perubahan utama pada sistem jaminan halal.

CATATAN Suatu model perjanjian lisensi untuk pen ggunaan sertifikasi, ter masuk aspek – aspek yang terkait dengan pemberitahuan perubahan, sepanjang dapat diterapkan.

9 Persyaratan proses 9.1 Persyaratan um um

9.1.1 Lembaga sertifikasi halal harus dengan tepat menetapkan lingkup sertifikasi ter kait kategori produk/jasa halal (contoh produksi primer(bahan mentah atau produk antara), pengolahan pangan, produksi bahan kemasan, dll), kategori dan sektor sesuai lampiran A. Lembaga sertifikasi halal tidak diijinkan mengecualikan setiap proses, sektor, produk atau jasa dari lingkup sertifikasi jika proses, sektor, produk/jasa tersebut mempengaruhi persyaratan halal pada produk akhir.

9.1.2 Lembaga sertifikasi halal harus memiliki proses untuk memilih hari audit, w aktu dan situasi sehingga tim audit dapat melakukan audit operasi organisasi dengan jumlah yang mew akili untuk jalur produksi, kategori, sektor yang dicakup dalam lingkup. Jika sertifikasi halal dilakukan untuk produk, lembaga sertifikasi halal dapat melakukan review terhadap hasil analisis pengujian ter kait status halal dari produk yang dihasilkan jika diperlukan.

(31)

DPLS 21 Revisi : 1 Januari 2016

31 dari 60

9.1.3 untuk sertifikasi produk/proses halal persyaratan dalam pasal ber ikut ber laku.

9.1.3.1 Lembaga sertifikasi halal dapat mengoperasikan satu atau lebih skema sertifikasi yang meliputi kegiatan sertifikasinya.

CATATAN 1 Unsur-unsur skema tersebut dapat digabungkan dengan survailen produksi dan survailen sistem manajemen klien.

9.1.3.2 Persyaratan terhadap produk klien yang dievaluasi harus tercantum dalam standar tertentu dan dokumen nor mative lainnya.

9.1.3.4 Jika diperlukan penjelasan terkait penerapan dokumen ini untuk skema sertifikasi tertentu, penjelasan harus dirumuskan oleh personil atau komite yang relevan dan tidak memihak yang memiliki kemampuan teknis memadai, dan harus disediakan oleh lembaga sertifikasi halal sesuai per mintaan.

9.1.4 Program audit

9.1.4.1 Program audit harus mencakup dua tahap audit aw al, survailen audit jika diperlukan sesuai dengan skema sertifikasi yang ditetapkan, dan audit resertifikasi sebelum masa sertifikasi berakhir. Penentuan progra m audit dan penyesesuaian berikutnya harus mempertimbangkan ukuran organisasi, lingkup dan kompleksitas sistem jaminan halal, produk, proses dan pemeragaan tingkat efektifitas dari sistem jaminan halal dan hasil audit sebelumnya.

9.1.4.2 Apabila lembaga sertifikasi halal mempertimbangkan sertifikasi atau audit lainnya telah diberikan kepada klien, lembaga sertifikasi halal harus mengumpulkan informasi yang cukup dan dapat diverifikasi untuk menjastifikasi dan merekam setiap penyesuaian ke program audit.

9.1.5 Rencana audit 9.1.5.1 Um um

Lembaga sertifikasi halal harus memastikan bahw a rencana audit ditetapkan untuk setiap audit yang diidentifikasi dalam progra m audit untuk menjadi dasar persetujuan tentang pelaksanaan dan penjadw alan kegiatan audit. Rencana audit ini harus didasarkan pada persyaratan terdokumentasi dari lembaga sertifikasi halal

9.1.5.2 Pene ntuan sasaran, lingkup dan kriteria audit

9.1.5.2.1 Sasaran audit harus ditentukan oleh lembaga sertifikasi halal. Lingkup dan kriteria audit, ter masu k perubahan apapun harus ditetapkan oleh lembaga sertifikasi halal setelah dibahas dengan klien.

9.1.5.2.2 Sasaran audit harus menjelaskan apa yang harus dicapai dalam audit dan harus menca kup hal berikut:

Gambar

Tabe l A.1  Kate gori Produk dan Jas a  Kode
Tabe l A.2  Kate gori Produk Pangan  Kode

Referensi

Dokumen terkait

4) Memungkinkan biaya produksi yang lebih rendah. Pembuatan emulgel terdiri dari tahapan yang pendek dan sederhana sehingga memungkinkan untuk diproduksi. Tidak ada alat khusus

Teoritis testcross pada monohibrid (Tt x tt) akan menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1 batang tinggi : 1 batang pendek. Berhubungan dengan itu hasil percobaan tescross

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa dengan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika pada siswa kelas V

Solid Waste Management Improvement Bandung Municipal, West Java.. Palembang – Indralaya Toll Road,

Hubungan Koloni Pseudomonas aeruginosa dengan Persentase Take Split Thickness Skin Graft (STSG) pada Pasien Luka Bakar di RSUP H..

Gambar 2 menunjukan perbandingan rata-rata perubahan kadar air sampel dari beberapa sampel yang di campur dengan nanomaterial dan beberapa sampel yang di campur dengan semen

E-audit adalah sebuah pemeriksaan yang menggunakan sistem komputer berjaringan.E-audit diterapkan dengan menggunakan pemanfaatan teknologi informasi yang telah menjadi

Bagi pihak Pemerintah Daerah penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam mengambil tindakan yang berkaitan dengan upaya mengenai pelestarian cagar budaya