• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diyan Setiyasih ¹, Amin Samiasih,SKp,M.Si.Med ², Ns.Pawestri,S.Kep,M.Kes ³. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Diyan Setiyasih ¹, Amin Samiasih,SKp,M.Si.Med ², Ns.Pawestri,S.Kep,M.Kes ³. Abstrak"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN BERAT BADAN PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) BERDASARKAN RUTE PEMBERIAN DIET DI RUANG PERAWATAN BAYI RESIKO TINGGI (PBRT) RS DR.KARIADI SEMARANG

Diyan Setiyasih ¹, Amin Samiasih,SKp,M.Si.Med ², Ns.Pawestri,S.Kep,M.Kes ³ Abstrak

Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Hal terpenting untuk meningkatkan harapan hidup bayi salah satunya dengan pemberian diet yang tepat untuk mencapai berat badan ideal bayi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan berat badan pada bayi BBLR berdasarkan rute pemberian diet di ruang PBRT RS Dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi komparatif dan metode pendekatan crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi BBLR di ruang PBRT Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang dalam kurun waktu 3 bulan terakhir yaitu berjumlah 34 orang dan sampel yang diambil yaitu berjumlah 32 orang berdasarkan teknik Consecutive Sampling. Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah berat badan bayi BBLR berdasarkan rute pemberian diet. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis statistik non parametrik Mann Whitney. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh gambaran berat badan bayi yang diberikan diet personde didapatkan rata-rata lebih rendah dari pada berat badan bayi yang diberikan diet peroral yaitu sebesar 1880,62 gram, sedangkan rata-rata berat badan bayi yang diberikan diet peroral adalah sebesar 2061,25 gram. Hasil uji statistik perbedaan diperoleh hasil tidak adanya perbedaan yang signifikan atau bermakna antara berat badan pada bayi BBLR yang diberikan diet personde dengan yang diberikan diet peroral yaitu dengan nilai p value = 0,207 > α = 0,05. Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara berat badan pada bayi BBLR yang diberikan diet personde dengan yang diberikan diet peroral. Untuk itu diharapkan perawat bisa bekerjasama dengan ahli gizi untuk menentukan jenis nutrisi yang sesuai untuk bayi BBLR.

(2)

Abstract

Baby low birth weight is one of risk factor that contributed mortality of baby especially in perinatal periode. Baby low birth weight is the first factor that increase in mortality, morbidity, and neonates disability, baby and children. Also give effect in the future live. The something important that increase live of baby hope is giving diit to get ideal baby weight. The goal this research is to know the weight different on baby low birth weight according nutrition giving route in PBRT Ward RSUP Dr. Kariadi Semarang. This research is cualitatif with comparative desaign study and crossectional method. Population in this research are all baby low birth weight in the PBRT ward RSUP Dr. Kariadi Semarang along 3 month later is that 34 person, and sampling in this research are 32 person according consecutive sampling. The variable in this research is low birth baby weight according diit giving route. Statistic analised use Mann Whitney test. Result this research weight that giving nutrition via NGT mean are 1880,62 gr and that giving via oral mean are 2061,25 gr. Result the different weigth that giving nutrition via NGT and via oral there are not significant different with p value = 0,207 > α = 0,05. So can be conclutioned that there are not significant different weight between giving nutrition via NGT and via oral. Therefore the nurse can connection with nutritionist to get give good nutrition for baby low birth weight.

Key word : Weight on low birth baby weight, nutrition giving route.

Pendahuluan

Di Indonesia kejadian bayi dengan berat lahir rendah belum dapat ditentukan secara pasti, namun di Jawa Barat khususnya di rumah sakit Cipto Mangunkusumo angka BBLR berkisar antara 22-24% dari semua bayi yang dilahirkan pada 1 tahun (Sitohang, 2004). Berdasarkan data dari BKKBN tahun 2003 menunjukkan bahwa angka kelahiran bayi dengan berat lahir rendah di Jawa Tengah mencapai angka sekitar 28-36% dari seluruh jumlah kelahiran per tahun. Sedangkan menurut data Kesehatan Ibu dan Anak tahun 2006 di wilayah Semarang menunjukkan bahwa angka kelahiran bayi dengan berat lahir rendah mencapai 23% dari seluruh jumlah kelahiran pada satu tahun.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 3 bulan terakhir yaitu pada bulan Juli-September tahun 2011 di RSUP dr. Kariadi angka kelahiran bayi sejumlah 232 bayi, sedangkan bayi mengalami berat badan lahir rendah mencapai 34 bayi (14,65%). Angka kelahiran bayi pada tahun yang sama mencapai 771 bayi, yang pulang membaik setelah perawatan mencapai 603 bayi, sedangkan yang meninggal ada 168 bayi.Dari jumlah yang meninggal ini yang disebabkan BBLR ada 32 bayi. Masih tingginya angka kematian pada BBLR ini terutama terjadi pada bayi yang berat lahirnya masih dibawah 1000 gr.

(3)

Hal terpenting untuk meningkatkan harapan hidup bayi salah satunya dengan pemberian diet yang tepat untuk mencapai berat badan ideal bayi. Pada bayi berat lahir rendah sering mempunyai masalah pemberian minum. Tetapi seiring dengan bertambahnya umur atau pertumbuhan bayi, kemampuan minum akan membaik. Bayi kecil membutuhkan volume makanan dan cairan yang berbeda sesuai dengan kondisi dan berat badan mereka (Gomella TL, 2009).

Berdasarkan hasil observasi di RSUP Dr.Kariadi ditemukan bahwa bayi dengan berat lahir rendah sering mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi dikarenakan reflek isap pada bayi masih lemah, koordinasi yang belum baik antara reflek isap dan telan, otot dinding perut masih lemah, otot saluran pencernaan masih lemah, dan malas minum yang bisa menyebabkan berat badan tidak bertambah untuk waktu cukup lama. Sehingga dibutuhkan kejelian dari perawat perinatologi untuk bisa memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut dengan salah satu alternatif cara pemberian nutrisi pada bayi kecil. Rute pemberian nutrisi atau diet pada BBLR bisa melalui oral atau intragastrik.

Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan berat badan pada bayi BBLR sebelum dan sesudah diberikan diet per sonde , mendiskripsikan berat badan pada bayi BBLR sebelum dan sesudah diberikan diet per oral , dan menganalisis perbedaan berat badan pada bayi BBLR berdasarkan rute pemberian diet di ruang perawatan bayi resiko tinggi (PBRT) RS Dr. Kariadi Semarang. Sedangkan manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi terutama dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bayi yang tepat dalam meningkatkan pencapaian berat badan ideal bayi.

Metodologi

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain studi komparatif. Metode pendekatan yang digunakan adalah metode cross-sectional.Pada design ini sampel penelitian dilakukan penimbangan berat badan berdasarkan rute pemberian diet, Sampel adalah semua bayi BBLR yang dirawat diruang perinatologi RS Dr Kariadi Semarang sejumlah 32 bayi (16 bayi yang diberikan diet per sonde, 16 bayi diberikan diet per oral). Cara mengukur dengan dilakukan penimbangan berat badan pada bayi BBLR sebelum

(4)

perlakuan dan ditimbang ulang 5 hari setelah perlakuan. Proses penelitian berlangsung dari bulan Desember 2011 sampai Februari 2012.

Hasil Penelitian

a. Rute Pemberian Diet Responden Tabel 4.2

Distribusi frekuensi responden berdasarkan rute pemberian diet di Ruang PBRT RSUP Dr. Kariadi Semarang, 2012 (n1=n2=16)

Rute pemberian diet Jumlah Presentase (%)

NGT (Sonde) Oral 16 16 50,0% 50,0% Jumlah 32 100 %

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa dari 32 responden, 16 orang (50,0%) diantaranya dilakukan pemberian diet personde melalui selang NGT, sedangkan 16 orang (50,0%) yang lain dilakukan pemberian diet peroral.

b. Berat Badan Responden Sebelum Diberikan Diet Tabel 4.3

Hasil analisis statistik deskriptif responden berdasarkan berat badan sebelum diberikan diet di Ruang PBRT RSUP Dr. Kariadi Semarang, 2012 (n1=n2=16)

N Mean Median Modus Std.

deviasi BB sebelum

diberikan diet

32 1919,06 1935 2300 400,80

Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui bahwa dari 32 responden didapatkan rata-rata berat badan sebelum diberikan diet adalah sebesar 1919,06 gram. Nilai tengah berat badan responden setelah di urutkan sebelum diberikan diet adalah sebesar 1935 gram. Berat badan responden yang terbanyak yaitu sebesar 2300 gram, sedangkan standar deviasi atau simpangan baku berat badan responden sebelum diberikan diet adalah sebesar 400,800 gram.

c. Berat Badan Responden Setelah Diberikan Diet Tabel 4.4

(5)

Hasil analisis statistik deskriptif responden berdasarkan berat badan setelahdiberikan diet di Ruang PBRT RSUP Dr. Kariadi Semarang, 2012 (n1=n2=16)

N Mean Median Modus Std.

Deviasi BB setelah diberikan

diet

32 1970,94 1890 1570 391,00

Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui bahwa dari 32 responden didapatkan rata-rata berat badan setelah diberikan diet adalah sebesar 1970,94 gram. Nilai tengah berat badan responden setelah di urutkan setelah diberikan diet adalah sebesar 1890 gram. Berat badan responden yang terbanyak yaitu sebesar 1570 gram, sedangkan standar deviasi atau simpangan baku berat badan responden setelah diberikan diet adalah sebesar 391,007 gram.

2. Hasil Analisis Univariat

a. Berat Badan Responden Berdasarkan Rute Diet Personde Tabel 4.5

Hasil analisis statistik deskriptif responden berdasarkan berat badan pada rute diet personde di Ruang PBRT RSUP Dr. Kariadi Semarang, 2012 (n1=n2=16)

Berat badan N Mean Median Modus Std.

deviasi Sebelum Sesudah 16 16 1860,62 1880,62 1800 1775 1570 1570 373,10 365,39

Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui bahwa dari 16 responden didapatkan rata berat badan sebelum perlakuan adalah sebesar 1860,62 gram, sedangkan rata-rata berat badan setelah perlakuan yaitu sebesar 1880,62 gram. Nilai tengah berat badan responden setelah di urutkan sebelum perlakuan adalah sebesar 1800 gram, sedangkan nilai tengah berat badan responden setelah perlakuan yaitu sebesar 1775 gram. Berat badan responden yang terbanyak baik sebelum dan setelah perlakuan yaitu sebesar 1570 gram, sedangkan standar deviasi atau simpangan baku berat badan responden sebelum perlakuan adalah 373,104 gram, dan setelah perlakuan sebesar 365,394 gram.

(6)

Tabel 4.6

Hasil analisis statistik deskriptif responden berdasarkan berat badan pada rute diet peroral di Ruang PBRT RSUP Dr. Kariadi Semarang, 2012 (n1=n2=16)

Berat badan N Mean Median Modus Std.

Deviasi Sebelum Sesudah 16 16 1977,50 2061,25 2050 2165 2300 1400 430,69 406,26

Berdasarkan tabel 4.6 di atas diketahui bahwa dari 16 responden didapatkan rata berat badan sebelum perlakuan adalah sebesar 1977,50 gram, sedangkan rata-rata berat badan setelah perlakuan yaitu sebesar 2061,25 gram. Nilai tengah berat badan responden setelah di urutkan sebelum perlakuan adalah sebesar 2050 gram, sedangkan nilai tengah berat badan responden setelah perlakuan yaitu sebesar 2165 gram. Berat badan responden yang terbanyak sebelum perlakuan adalah sebesar 2300 gram dan setelah perlakuan yaitu sebesar 1400 gram, sedangkan standar deviasi atau simpangan baku berat badan responden sebelum perlakuan adalah 430,697 gram, dan setelah perlakuan sebesar 406,266 gram.

3. Hasil Analisis Bivariat

a. Perbedaan berat badan pada bayi BBLR berdasarkan antara setelah pemberian diet lewat sonde dengan lewat oral

Tabel 4.7

Tabel hasil uji Mann Whitney perbedaan berat badan pada bayi BBLR berdasarkan rute pemberian diet di Ruang PBRT RSUP Dr. Kariadi Semarang,

2012 (n1=n2=16)

Variabel n Mean Std.

Deviasi

P value

BB pada pemberian diet peroral BB pada pemberian diet

personde 16 16 2061,25 1880,62 406,266 365,394 0,207

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, didapatkan bahwa rata-rata berat badan pada bayi BBLR yang diberikan diet peroral lebih baik yaitu sebesar 2061,25 gram dan standar deviasi 406,266 dibandingkan dengan bayi BBLR yang diberikan diet

(7)

personde yaitu dengan rata-rata sebesar 1880,62 gram dan standar deviasi 365,394. Sedangkan hasil uji statistik Mann Whitney untuk perbedaan berat badan pada bayi BBLR yang diberikan diet personde dengan yang diberikan diet peroral didapatkan P-value = 0,207 >  = 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara berat badan pada bayi BBLR yang diberikan diet personde dengan yang diberikan diet peroral.

Pembahasan

1. Berat badan pada bayi BBLR sebelum dan sesudah diberikan diet personde

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bayi BBLR yang diberikan diet personde mengalami peningkatan berat badan setelah diberikan diet yaitu sebesar 20,0 gram, hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan dari rata-rata berat badan sebelum diberikan diet adalah sebesar 1860,62 gram, dan setelah diberikan diet personde sebesar 1880,62 gram. Hasil tersebut diperoleh dengan cara membandingkan hasil penimbangan berat badan pada bayi BBL setelah lima hari diberikan diet personde dikurangi dengan berat badan sebelum diberikan perlakuan. Menurut peneliti hasil tersebut dimungkinkan karena bayi secara rutin mendapatkan asupan nutrisi. Pemberian nutrisi yang mempunyai kandungan nutrien atau gizi yang diperlukan tubuh akan diabsorbsi oleh tubuh dan dapat meningkatkan berat badan pada seseorang. Semakin baik status nutrisi yang diberikan maka akan membantu dalam proses tumbuh kembang dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap suatu penyakit (Saifuddin, 2002).

2. Berat badan pada bayi BBLR sebelum dan sesudah diberikan diet peroral

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bayi BBLR yang diberikan diet peroral mengalami peningkatan berat badan setelah diberikan diet yaitu sebesar 83,75 gram, hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan dari rata-rata berat badan sebelum diberikan diet adalah sebesar 1977,50 gram, dan setelah diberikan diet peroral sebesar 2061,25 gram. Hasil tersebut diperoleh dengan cara membandingkan hasil penimbangan berat badan pada bayi BBL setelah lima hari diberikan diet peroral dikurangi dengan berat badan sebelum diberikan perlakuan. Menurut peneliti hasil tersebut dimungkinkan karena bayi mendapatkan asupan nutrisi dari ASI yang diberikan oleh ibu. ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi baru lahir sampai dengan usia enam bulan. Hal tersebut dikarenakan ASI mempunyai kandungan semua nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi, dengan demikian kebutuhan nutrisi bayi akan

(8)

terpenuhi hanya dengan pemberian ASI yang diberikan secara peroral tanpa perlu makanan tambahan. Selain itu ASI juga mengandung antibodi yang sangat berguna untuk memperkuat daya tahan tubuh bayi terhadap penyakit, jika fisik bayi sehat maka akan membantu dalam proses pertumbuhan dalam hal ini adalah peningkatan berat badan. Selain ASI, untuk pemberian diet peroral terkadang ibu juga memberikan makanan tambahan lain seperti susu formula sehingga intake nutrisi pada bayi BBLR lebih adekuat daripada pada bayi yang diberikan diet personde (Ngastiyah, 2005). Hasil penelitian ini sependapat dengan peneltian yang dilakukan oleh Afifah (2010), tentang perbedaan berat badan sebelum dan sesudah diberikan makanan tambahan peroral pada bayi dengan berat lahir rendah. Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan pada berat badan bayi BBLR setelah diberikan makanan tambahan peroral.

3. Perbedaan berat badan pada bayi BBLRberdasarkan rute pemberian diet

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Mann Whitney didapatkan nilai p-value = 0,207 > 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan (bermakna) antara berat badan pada bayi BBLR yang diberikan diet personde dengan yang diberikan diet peroral di ruang perawatan bayi resiko tinggi (PBRT) RS Dr. Kariadi Semarang. Hal ini bisa diartikan antara pemberian diet per oral ataupun personde pada bayi BBLR tidak mempengaruhi peningkatan berat badan bayi karena tujuannya diet bisa masuk ke lambung bayi. Hasil penelitian ini dimungkinkan karena bayi masih beradaptasi dengan nutrisi yang diberikan. Perubahan pada sistem pencernaan pada bayi yang belum sempurna juga merupakan suatu faktor yang menyebabkan nutrisi yang diberikan tidak dapat diabsorbsi dengan baik oleh organ pencernaan bayi, sehingga walau bayi diberikan diet personde maupun peroral hasilnya akan tidak jauh berbeda (Ngastiyah, 2005).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Firman (2009), yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara berat badan pada bayi BBLR yang diberikan ASI dengan bayi yang diberikan susu formula, yang dibuktikan dengan nilai p value = 0,723 > 0,05. Hal ini didukung dengan pendapat Poets (2004), yang menyatakan bahwa sebagian bayi dengan berat lahir rendah menderita gangguan nutrisi disebabkan sistem organ gastrointestinal yang belum berkembang dengan baik, sehingga penyerapan nutrisi yang diberikan tidak dapat

(9)

maksimal. Bahkan pada minggu pertama awal kelahiran bayi akan mengalami penurunan berat badan karena organ pencernaan belum beradaptasi dengan baik. Pemilihan pemberian nutrisi pada bayi-bayi ini perlu dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya.

Pada beberapa bayi memerlukan pemberian nutrisi khusus yang diberikan secara intravena karena bayi belum mampu mendapatkan nutrisi per oral maupun enteral (personde).

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini hanya didasarkan pada rute pemberian diet dan tidak memperhatikan besarnya jumlah nutrisi yang diberikan pada masing-masing bayi. Penelitian ini hanya terbatas pada bayi yang diberikan diet personde dan peroral, sehingga belum dapat mewakili faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat badan pada bayi

BBLR.Pengambilan sampel bayi pada penelitian ini hanya berdasarkan berat badan lahir rendah.

Kesimpulan dan Saran

Gambaran berat badan bayi yang diberikan diet peroral didapatkan rata-rata berat badan sebelum perlakuan adalah sebesar 1977,50 gram, namun setelah diberikan intervensi rata-rata berat badan bayi relatif lebih tinggi yaitu sebesar 2061,25 gram. Hasil uji statistik perbedaan diperoleh hasil tidak adanya perbedaan yang signifikan atau bermakna antara berat badan pada bayi BBLR yang diberikan diet personde dengan yang diberikan diet peroral yaitu dengan nilai p value = 0,207 > α = 0,05.

Mengingat hasil penelitian ini sangat bermakna terhadap perubahan berat badan dan status nutrisi pada bayi berat lahir rendah (BBLR), sehingga peneliti menyarankan agar rumah sakit agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada bayi dengan berat lahir rendah, yaitu dengan memberikan dan mensosialisasikan alternatif rute pemberian diet dan nutrisi sesuai yang dibutuhkan bayi sehingga dapat membantu pemenuhan kebutuhan nutrisi dan peningkatan berat badan bayi. Perawat atau petugas kesehatan diharapkan dapat bekerjasama dengan ahli gizi untuk menentukan jenis nutrisi yang sesuai untuk bayi BBLR, serta mengadakan kegiatan penyuluhan tentang efektifitas pemberian diet yang baik bagi bayi BBLR sehingga pengetahuan masyarakat dapat meningkat dan bayi dapat terpenuhi kebutuhan nutrisinya dengan baik. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar

(10)

melakukan penelitian lebih lanjut dengan menambah variabel yang mempengaruhi berat badan pada bayi BBLR seperti pengetahuan ibu tentang nutrisi, intensitas pemberian ASI, jenis kelamin, berat lahir bayi, atau dengan menggunakan metode penelitian yang lain misalnya dengan metode penelitian kualitatif.

(11)

KEPUSTAKAAN

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta .

FKUI. ( 1995). Ilmu Kesehatan Anak Edisi I. Jakarta : Info Media Gomella,TL.(2009). Neonatology : Management, Prosedures,on.Call

Problems,Diseases, and drugs. United States of America : Mcgraw-Hill

Companies.

Indrasanto, E. Dr. Dkk ( 2008). Paket pelatihan : Pelayanan Obstetri dan Neonatal

Emergensi Komprehensif (PONEK ). Health Servis Program : JNPK-KR,

IDAI, POGI, USAID.

Long, B.C. (1996)). Perawatan medikal bedah. Bandung :Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam, (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan,

pedoman skripsi, tesis dan instrumen peneliti. Jakarta : Salemba Medika.

Pantiawati, Ika (2010). Bayi dengan BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika

Potter, Patricia A. and Perry, Anne G. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan,

konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC.

Proverawati, A dan Cahyo Ismawati (2010). Berat badan lahir rendah . Yogyakarta : Nuha Medika

Pusponegoro, H. Dkk. ( 2005 ). Standar pelayanan medis kesehatan anak. Badan Penerbit IDAI.

Sholeh, Kosim dan rekan (2005). Buku panduan manajemen masalah bayi baru lahir

untuk dokter, bidan, dan perawat di rumah sakit. Semarang: IDAI ( UKK

Perinatologi ) MNH – JHPIEGO Departement Kesehatan RI. Sunandi, IKG. (1998). Diit pada anak sakit. Jakarta : EGC

(12)

Referensi

Dokumen terkait

1 Menerapkan algoritme genetika untuk mengoptimumkan fuzzy decision tree (FDT) sehingga diperoleh genetically optimized fuzzy decision tree (G-DT) pada data diabetes,

Berdasarkan penelitian identifikasi yang dilaksanakan sebelumnya maka dapat diuraikan sebagai berikut Tipe ini merupakan candi dengan landasan berupa kaki candi

diperlukan fosfolipid lain (mis. fosfatidilgliserol) dan juga memerlukan protein surfaktan untuk mencapai air liquid-interface dan untuk penyebarannya

Karena persamaan gaya tidak dapat diimplementasikan secara eksplisit pada biped robot, maka untuk menghasilkan gerakan langkah biped robot yang terbaik maka dilakukan

(h.119- h.123) WHO selama ini dikenal sebagai suatu organisasi global dengan misi kemanusiaan dan bertugas mensejahterakan umat manusia di penjuru dunia, ternyata

Reformasi Birokrasi di lingkungan Departemen Keuangan pada tahun 2006 menjadikan fungsi pengurusan piutang negara dan pelayanan lelang digabungkan dengan fungsi pengelolaan

Institut Teknologi Bandung sebagai perguruan tinggi nasional yang memiliki sumber daya dan pengalaman dalam teknologi pembangkit dan rekayasa energi nuklir memiliki kewajiban

Jalan tol (di Indonesia disebut juga sebagai jalan bebas hambatan) adalah suatu jalan yang Jalan tol (di Indonesia disebut juga sebagai jalan bebas hambatan) adalah suatu jalan