• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PENDAPATAN DAERAH PROVINSI RIAU. Drs.H.INDRA PUTRAYANA, M.Si Pembina Utama Muda NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PENDAPATAN DAERAH PROVINSI RIAU. Drs.H.INDRA PUTRAYANA, M.Si Pembina Utama Muda NIP"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Berkat Rahmat dari Allah SWT, Penyusunan Dokumen Revisi Rencana Strategis (Renstra) Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau Tahun 2014-2018 tahun Anggaran 2017 ini telah disusun sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010. Dokumen Renstra merupakan Kewajiban dari setiap SKPD sebagai mana dinyatakan dalam peraturan pemerintah No. 8 Tahun 2008 bahwasannya setiap SKPD diwajibkan menyusun Rencana Strategis yang Substansi di dalamnya berisikan Dokumen Perencanaan dalam 5 (Lima) tahun kedepan.

Penyusunan Revisi Dokumen Rencana Strategis (Renstra ) Badan Pendapatan Provinsi Riau 2014-2018 merupakan dokumen perencanaan yang menjabarkan lebih rinci substansi yang dimuat dalam RPJMD Provinsi Riau yang dapat disebut juga sebagai Dokumen taktis strategis yang dalam penyusunannya juga menganalisa Isu isu Strategis yang sedang berkembang dan menganalisa pencapaian dan kendala yang dihadapi kinerja Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau dalam kurun waktu 2009-2013 lalu.

Substansi dari Revisi Rencana Strategis (Renstra) Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau ini adalah memuat Visi, Misi, Tujuan dan Strategi, Kebijakan, Program, dan Kegiatan Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau sesuai dengan tugas dan fungsinya yang diatur dalam Peraturan Daerah.

Dokumen Revisi Rencana Strategis Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau ini bertujuan sebagai penuntun Pimpinan dan Staf Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau dalam pencapaian Kinerja Strategis dalam mencapai tujuan Jangka Panjang dengan harapan agar Dokumen ini juga berfungsi untuk meningkatkan kinerja dan memperkuat peranan dan fungsi Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau sebagai instansi pengelola Pendapatan Daerah yang berguna untuk membiayai pembangunan daerah Provinsi Riau kedepannya.

KEPALA BADAN PENDAPATAN DAERAH PROVINSI RIAU

Drs.H.INDRA PUTRAYANA, M.Si Pembina Utama Muda

(2)

Kata Pengantar ... i Daftar Isi ... ii Daftar Tabel ... iv BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Landasan Hukum ...5

1.3 Maksud dan Tujuan ... 7

1.4 Sistimatika Penulisan ...8

BAB. II GAMBARAN UMUM BADAN PENDAPATAN PROVINSI RIAU 2.1 Tugas Pokok dan Fusngsi dan Struktur Organisasi... 16

2.2 Sumber Daya ... 15

2.3 Kinerja Pelayanan ... 17

2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan ... 20

BAB. III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan OPD... 24

3.2 Telaahan Visi,Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih ... 26

III.2.1 Visi ... 27

III.2.2 Misi ...28

3.3 Telaahan Renstra K/L ... 29

3.4 Penentuan Isu-Isu Strategis ... 33

3.4.1 Masih Lemahnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan kurangnya pengawasan untuk menindak lanjuti pajak yang masih terhutang ... 33

3.4.2 Optimalisasi dan Perluasan Sumber-Sumber Pendapatan Daerah ... 33

3.4.3 Peningkatan Kualitas Pelayanan Masyarakat ... 34

3.4.4 Ketidak pastian kebijakan Pemerintah Pusat ... 35

3.4.5 Penataan Kelembagaan dan Profesionalisme ... 36

3.4.6 BAB. IV . Visi,Misi,Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan 4.1 Visi dan Misi ... 37

4.2 Tujuan Dan Sasaran Jangka Menengah Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau... 39

4.3 Strategi dan Kebijakan Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau ... I BAB V. Rencana Program Dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif 5.1 Rencana Program Dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif ... 3

(3)
(4)

Tabel 2.1 Kondisi SDM Badan Pendapatan Daerah Prov Riau... 16

Tabel 2.2 Jumlah Kendaraan Bermotor di Prov Riau ... 17

Tabel 2.3 Penerimaan Realisasi PAD dari Pajak Daerah Tahun 2008-2012... 17

Tabel 2.4 Matriks Sasaran Renstra Periode 2009-2013 ... 18

Tabel 2.5 Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Riau Tahun Anggaran 2009-2013... 19

Tabel 3.1 Faktor pendorong dan penghambat secara internal kelembagaan Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau ... 25

Tabel 3.2 Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau Terhadap Pencapaian Visi, Misi dan Program Gubernur dan Wakil Gubernur Riau Tahun 2014-2019 ... 28

Tabel 3.3 Tujuan Dan sasaran yang akan di Capai Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau dalam jangka waktu pelaksanaan Renstra ... 32

Tabel 4.2 Proyeksi Penerimaan Daerah Provinsi Riau Tahun 2017-2019... I Tabel 4.1 Target dan Realisasi Dinas Pendapatan Prov Riau Th.Anggaran 2016 ... 50

(5)

I.1. Latar Belakang

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa perencanaan pembangunan daerah disusun secara berjangka meliputi rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) Daerah untuk jangka waktu 20 tahun, rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) Daerah dan Rencana Strategis (Renstra) SKPD untuk jangka waktu 5 tahun, dan rencana pembangunan tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pembangunan (RKP) Daerah dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD)

Berdasarkan hal tersebut diatas Rencana Startegis Badan Pendapatan Provinsi Riau merupakan Dokumen Perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun,dari 2014 sampai dengan tahun 2018 Dokumen ini disusun berdasarkan : 1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan , Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Terkait Dengan Perubahan Sistematika RPJMD dan Pencapaian Target Tahunan.

2. RPJMD Provinsi Riau tahun 2014-2019.

3. Rencana Strategis Dinas Pendapatan Provinsi Riau tahun 2009-2013 (Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau Tahun 2009-2013).

4. Mengoptimalkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagaimana ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang pedoman penyusunan dan penerapan standar pelayanan minimal serta pencapaian Millenium

(6)

ayat (3) peraturan Menteri Dalam Negeri 54 tahun 2010 tentang pelaksanaan peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008.

5. Terjadinya Perubahan cukup signifikan dari target pendapatan dan belanja pada anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Provinsi Riau tahun 2014 untuk pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Riau.

Salah satu dampak reformasi dalam bidang politik adalah mendorong

terbangunnya otonomi daerah yang mengkristal dalam sistem demokratis dan berkeadilan, memberikan kewenangan yang lebih luas bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya yang berkeadilan, dengan dukungan harmonisasi sistem pendanaan melalui perimbangan keuangan Pusat dan Daerah, dengan mempertimbangkan peran daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dinamika penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan daerah yang semakin kuat dan tinggi sesuai dengan semangat otonomi daerah, menuntut kemampuan Pemerintah Daerah untuk dapat mengelola pemerintahan dan pembangunan termasuk dalam hal menyediakan dan mengelola pembiayaan dalam jumlah memadai baik yang berasal dari pendapatan asli daerah maupun dari pendapatan lainnya sebagaimana yang telah diatur dan ditetapkan oleh undang-undang. Hal tersebut lebih diperkuat lagi dengan semakin tidak menentunya kebijakan Pemerintah Pusat dalam mengalokasikan dana-dana yang diperuntukkan bagi pengelolaan pemerintahan dan pembangunan di Provinsi Riau.

Stigma yang terlanjurkan diberikan terhadap Provinsi Riau sebagai “Provinsi Kaya” telah berdampak yang kurang menguntungkan bagi daerah sendiri karena sikap pemerintah pusat yang selalu mengurangi dan berupaya mengeliminasikan berbagai bentuk “kucuran” dana yang berasal dari APBN misalnya dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) yang semakin berkurang bahkan cenderung hilang, dan Dana Perimbangan khususnya yang berasal dari Dana Bagi Hasil (DBH) yang tidak ada kepastian besarannya karena kurang transparannya dalam penghitungan potensi sumber daya alam yang dieksplorasi

(7)

dan eksploitasi oleh pusat, maupun dalam bentuk alokasi pembiayaan pembangunan melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang cendrung semakin menurun. Pada hal jika dihitung secara totalitas antara jumlah APBD Provinsi Riau yang sumber dananya berasal dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan (DAU dan DBH) dan jumlah besarnya jumlah DIPA, jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan biaya pembangunan dan pengelolaan pemerintahan (APBN + ABPD) provinsi lainnya dengan problematika pembangunan tidak sebesar yang dihadapi oleh Provinsi Riau, seperti masalah kemiskinan, rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan infrastruktur jauh sehingga potensi daerah sulit dikembangkan karena masih cukup banyak daerah yang sulit dan terpencil.

Sikap yang kurang berpihak dalam pengalokasian anggaran pembangunan, kurang proporsionalnya dalam pembagian Dana Alokasi Umum (DAU) dan tidak transparannya dalam pembagian Dana Alokasi Khusus (DAK) akibat tertutupnya akses informasi untuk memperoleh kondisi yang objektif dan nyata terhadap tingkat produksi sumber daya alam yang dikelola oleh Pemerintah Pusat (lifting minyak dan gas bumi), telah mendorong pemerintah bersama-sama dengan seluruh komponen masyarakat berjuang untuk menuntut agar pengalokasian dana-dana yang telah ditarik ke pusat agar dapat dikembalikan secara proprosional oleh Pemerintah Pusat kepada Provinsi Riau sebagai “penyumbang devisa terbesar” bagi keuangan Negara dengan pertimbangan-pertimbangan yang obyektif sesuai dengan besaran sumber daya alam yang telah diserahkan oleh Pemerintah Pusat.

Berdasarkan kondisi obyektif yang pada saat sekarang sedang dialami oleh pemerintah dan masyarakat Provinsi Riau guna menjawab tuntutan terhadap pembiayaan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan yang semakin meningkat sejalan dengan semakin tingginya tuntutan terhadap upaya mengatasi problematika pembangunan, maka hal tersebut harus dapat disikapi secara arif, bijaksana, taktis dan strategis melalui penyusunan konsep dokumen Rencana Strategis yang bersifat komprehensif. Sehingga upaya masyarakat bersama

(8)

dalam bentuk gambaran keadaan masa depan yang diinginkan, yang selanjutnya dikenal dengan ” Visi Riau 2020”, yaitu mewujudkan Propinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan melayu dalam lingkungan yang agamis, sejahtera lahir dan bathin, di Asia Tenggara Tahun 2020, akan dapat diwujudkan.

Provinsi Riau yang bersifat taktis strategis yang wajib disusun oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagaimana yang ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pada Pasal 151 Ayat 1 bahwa "Satuan Kerja Perangkat Daerah menyusun rencana strategis yang selanjutnya disebut Renstra SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya, berpedoman pada RPJM Daerah dan bersifat indikatif". Dalam uraian lain, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 pada Pasal 1 Ayat 7 menetapkan ketentuan umum mengenai " Renstra SKPD sebagai dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun".

Sedangan penyusunan Renstra yang merupakan penjabaran dari dokumen RPJMD Provinsi Riau Tahun 2014 – 2018 adalah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 pasal 12 ayat (1) bahwa Kepala SKPD menyusun Rancangan Renstra-SKPD sesuai dengan Kepala SKPD menyusun Rancangan Renstra-SKPD sesuai dengan rancangan awal RPJMD. Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pendapatan Provinsi Riau tahun 2014 – 2018 ini adalah dokumen perencanaan bagi Dinas Pendapatan Daerah, namun dengan beralihnya Dinas Pendapatan menjadi Badan Pendapatan Daerah serta keluarnya Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 04 Tahun 2016 tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Riau dan Peraturan Gubernur Riau nomor 93 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau, maka perlu perbaikan kembali Restra ini dengan mengikuti dari revisi RPJMD Provinsi Riau.

(9)

Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan RENSTRA ini adalah;

Pertama, fokus pada upaya mengidentifikasi dan menangani isu-isu strategis

yang berkembang dengan sasaran yang dinamis dan berkelanjutan dalam hal yang berkaitan dengan penerimaan keuangan daerah Riau; Kedua, lebih berorientasi pada langkah-langkah program yang bersifat teknis, sistematik dan akuntabel untuk merespon isu-isu strategis yang berkembang terhadap upaya penyediaan dana yang memadai untuk kebutuhan pembangunan guna mewujudkan Visi Riau 2020.

I.2. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tk.I Sumatera Barat, Jambi dan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646);

2. Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah;

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

(10)

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82)

9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 10. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional 2005-2010.

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

12. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 10 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Riau (Lembaran Daerah Provinsi Tingkat I Riau Tahun 1994 Nomor 7);

13. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Riau (Lembaran Daerah Provinsi Riau Tahun 2003 Nomor 4);

14. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan daerah Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau Tahun 2009-2013.

15. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 07 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Riau Tahun 2014-2019. 16. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 04 Tahun 2016 tentang

Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Riau.

17. Peraturan Gubernur Riau nomor 93 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau,

(11)

I.3. Maksud dan Tujuan

Dalam suatu organisasi konsep dasar manajemen sangat diperlukan dalam pengelolaan Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian),Pengarahan dan Pengimplementasian (Directing/Leading), Pengawasan dan Pengendalian (Controlling). Kegiatan yang dilakukan dalam fungsi perencanaan guna mencapai tujuan dalam suatu Organisasi adalah Menetapkan tujuan,Melakukan perumusan strategi untuk mencapai tujuan, Menentukan sumber - sumber daya yang diperlukan, Menetapkan standar indikator keberhasilan dalam mencapai tujuan dalam suatu organisasi.

Untuk itu Rencana Strategis (Renstra) Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau digunakan sebagai acuan untuk menilai kinerja Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau selama kurun waktu 5 (lima) tahun, yakni tahun 2014 – 2018 yang setiap tahunnya akan dijabarkan dalam bentuk Rencana Kerja (RENJA) Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau yang dijadikan dasar bagi pembuatan Rencana Kerja Anggaran (RKA) Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Riau.

Dalam Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah asas umum pelaksanaan APBD adalah sebagai berikut:

 Tidak diperkenankan melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk tujuan yang tidak tersedia anggarannya dan /atau yang tidak cukup/tersedia anggarannya dalam APBD.

 Belanja harus didasarkan pada prinsip hemat,tidak mewah, efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

Untuk mewujudkan Rencana Strategis 2014-2018 , Selama kurun waktu periode Renstra 2009-2013 Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau telah melakukan tindakan tindakan kegiatan dalam fungsi pengawasan dan pengendalian yaitu :

(12)

 Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan.

 Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target.

Hal ini dilakukan agar fungsi Perencanaan dapat berjalan sebagaimana mestinya, proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan yang akan dicapai oleh Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau.

I.4. Sistematika Penulisan

Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau Tahun 2014 – 2018 disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Bab II : Gambaran Pelayanan SKPD

Bab III : Isu Isu Startegis Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Bab IV : Visi,Misi,Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan

Bab V : Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif

Bab VI : Indikator Kinerja Badan Pendapatan Daerah Yang Mengacu

(13)

2.1. Tugas Pokok dan Fungsi dan Struktur Organisasi

Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau di bentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2016 tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Riau , sedangkan tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau,diatur dalam Peraturan Gubernur Riau Nomor : 93 Tahun 2016, adapun tugas pokok Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau adalah tugas membantu Gubernur melaksanakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah pada bidang Pendapatan Daerah, dan fungsi penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan tugas dukungan teknis, pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis, pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang urusan Pemerintahan Daerah, dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur terkait dengan tugas dan fungsi pada Badan Pendapatan Daerah.

Sebagaimana tercantum pada Peraturan Daerah Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2016 tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Riau , sedangkan tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Badan Pendapatan Daerah provinsi Riau terdiri dari Kepala Dinas, Sekretaris yang membawahi 3 (tiga) Kepala Sub.Bagian, 4 (empat ) Kepala Bidang yang masing-masing membawahi 3 (tiga ) Kepala Sub.bidang, dengan susunan sebagai berikut :

1. Kepala Badan 2. Sekretaris

a. Subbagian Kepegawaian dan Umum b. Subbagian Perencanaan Program

c. Subbagian Keuangan dan Perlengkapan dan Pengelolaan Barang Milik Daerah

Gambaran Umum

(14)

3. Bidang Pengolahan Data dan Pengembangan pendapatan a. Subbid pengembangan Sistem Informasi

b. Subbid Pengolahan Data Pendapatan c. Subbid Pengembangan Pendapatan 4. Bidang Pajak Daerah

a. Subbid Penerimaan PKB dan BBN KB b. Subbid Penerimaan Pajak Daerah Lainnya c. Subbid Verifikasi dan Pelaporan Pajak Daerah 5. Bidang Retribusi, PADL dan Dana Bagi Hasil a. Subbid Penerimaan Retribusi dan PADL b. Subbid Penerimaan Dana Bagi Hasil pajak

c. Subbid Penerimaan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 6. Bidang Pembukuan, Pengawasan dan Pembinaan a. Subbid Pembukuan dan Pelaporan

b. Subbid Tindak Lanjut Pengawasan dan Pembinaan c. Subbid Pengawasan dan Penerimaan Daerah

Struktur Organisasi Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau, dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

(15)

KEPALA BADAN SEKRETARIS KASUBAG PERENCANA PROGRAM KASUBAG KEUANGAN,PERLENGKAPAN& PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH KASUBAG KEPEGAWAIAN DAN UMUM

KABID PAJAK DAERAH KABID RETRIBUSI,PADL DAN

DBH KABID PEMBUKUAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN KABID PENGOLAHAN DATA

DAN PENGEMBANGAN PENDAPATAN KASUBID PENERIMAAN PKB DAN BBNKB KASUBBID PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI KASUBID PENERIMAAN PAJAK DAERAH LAINNYA

KASUBBID PENGOLAHAN DATA PENDAPATAN

KASUBID VERIFIKASI DAN PELAPORAN PAJAK

DAERAH

KASUBBID PENGEMBANGAN PENDAPATAN

KASUBID PENERIMAAN RETRIBUSI DAN PAD

LAINNYA

KASUBID PENERIMAAN DANA BAGI HASIL PAJAK

KASUBID PENERIMAAN DANA BAGI HASIL BUKAN PAJAK

KASUBBID PEMBUKUAN DAN PELAPORAN

KASUBBID TINDAK LANJUT PENGAWASAN DAN

PEMBINAAN

KASUBBID PENGAWASAN DAN PENERIMAAN DAERAH

(16)

Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau sebagai Badan Teknis pengelola pendapatan daerah, dalam upaya meningkatkan pelayanan langsung kepada masyarakat baik dalam pelaksanaan teknis maupun mendukung pelaksanaan tugas Badan Pendapatan Provinsi Riau mempunyai 33 unit pelaksana teknis dinas yang tersebar di seluruh kabupaten/ kota se Riau dengan nomenklatur Cabang Pelayanan Badan Pendapatan Daerah Daerah Provinsi, sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor : 61 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Teknis Dinas Pada Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau dan Peraturan Gubernur Riau Nomor 30 Tahun 2010 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja unit pelaksanaan teknis Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau. Adapun Cabang Pelayanan Badan Pendapatan Daerah Daerah Provinsi Riau tersebut terdiri dari :

1. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pekanbaru Kota 2. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pekanbaru Selatan 3. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Siak

4. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Bengkalis 5. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Duri 6. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Dumai 7. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kampar 8. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pelalawan 9. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kuansing 10. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Rokan Hulu 11. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Rokan Hilir 12. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Bagan Batu 13. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Indragiri Hulu 14. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Indragiri Hilir 15. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Meranti 16. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kubang 17. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Perawang 18. Unit Pelayanan (UP) Pekanbaru Utara 19. Unit Pelayanan (UP) Ujung Tanjung 20. Unit Pelayanan (UP) Air Molek 21. Unit Pelayanan (UP) Kota Baru 22. Unit Pelayanan (UP) Ujung Batu 23. Unit Pelayanan (UP) Pangkalan Kuras 24. Unit Pelayanan (UP) Kandis

(17)

25. Unit Pelayanan (UP) Singingi Hilir 26. Unit Pelayanan (UP) Kuantan Mudik 27. Unit Pelayanan (UP) Tapung

28. Unit Pelayanan (UP) Tambusai 29. Unit Pelayanan (UP) Kepenuhan 30. Unit Pelayanan (UP) Kateman 31. Unit Pelayanan (UP) Kampar Kiri 32. Unit Pelayanan (UP) Pekanbaru Utara 33. Unit Pelayanan (UP) Samsat Keliling

Unit Pelayanan Teknis (UPT) mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan Pendapatan Daerah yang bersifat teknis operasional di bidang pendapatan. UPT menyelenggarakan fungsi :

a. Melaksanakan pemungutan pajak Daerah di wilayah kerja masing-masing UPT. b. Melaksanakan pelayanan samsat.

c. Melaksanakan pemungutan Pendapatan Asli Daerah.

d. Melaksanakan koordinasi dengan Pemerintahan Kabupaten / Kota dan pihak terkait lainnya yang berhubungan dengan pendapatan.

e. Melaksanakan tugas-tugas ketatausahaan.

f. Menyampaikan laporan kegiatan UPT kepada Kepala Dinas setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikut.

(18)

Struktur Organisasi Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPT) Pendapatan Provinsi Riau : Peraturan Gubernur Riau

Nomor : 61

Tanggal : 12 Desember 2012

Unit Pelayanan (UP) mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang dibidang pemungutan pendapatan daerah yang mempunyai wilayah kerja di kecamatan dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pendapatan Daerah. UP menyelenggarakan fungsi :

a. Melaksanakan pemungutan di Bidang Perpajakan, Retribusi dan Pendapatan Asli Daerah Lainnya, serta pelayanan samsat dalam pengurusan Pajak Daerah (PKB,BBNKB II, ABT/AP) di wilayah kerja yang telah ditetapkan.

b. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait di kantor pembantu samsat yaitu Kepolisian Daerah dan PT. Jasa Raharja (Persero).

c. Membuat laporan penerimaan kepada Kepala Badan Pendapatan Daerah dan tembusan disampaikan kepada kepala UPT.Pendapatan serta Kas Daerah Provinsi Riau.

d. Melaksanakan tugas-tugas ketatausahaan. e. Membantu segala kegiatan UPT. Pendapatan.

KEPALA SUBBAG TATA USAHA SEKSI PENGAWASAN DAN PEMBUKUAN SEKSI PENERIMAAN PENDAPATAN DAERAH

(19)

f. Menyampaikan laporan segala kegiatan setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya kepada Kepala Badan Pendapatan Daerah dan Kas Daerah Provinsi Riau dan tembusannya disampaikan kepada Kepla UPT Pendapatan.

g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Struktur Organisasi Unit Pelayanan (UP) Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau : Peraturan Kepala Dinas Pendapatan Provinsi Riau

Nomor : 27.1 Tahun 2010

Tanggal : 19 Juli 2010

2.2. Sumber Daya

Sumber daya yang dimiliki oleh Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya mencakup :

1. Sumber Daya Aparatur

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sampai saat ini Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau memiliki sumber daya aparatur sebanyak 439 orang yang tersebar di Kantor Pusat dan 33 UPT / UP Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau.

Sumber Daya Aparatur yang dimiliki tersebut dapat digambarkan pada tabel dibawah ini :

KEPALA

KEPALA URUSAN TATA USAHA

KEPALA URUSAN PENERIMAAN PENDAPATAN DAERAH

(20)

Tabel 2.1

Kondisi SDM Badan Pendapatan Daerah Tahun 2016

No. Berdasarkan Golongan Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

Berdasarkan Jenis Kelamin 1. Eselon II = 1 orang S2 : 46 orang Pria : 254 orang 2. Eselon III = 22 orang Sarjana : 311 orang Wanita: 176 orang 3. Eselon IV = 65 orang Sarjana : 32 orang

Muda

4. Staf = 342 orang SLTA : 38 orang

5. SLTP : -

6. SD : 3 orang

Jumlah = 430 orang Jumlah = 430 orang Jumlah = 430 orang 2. Aset / Modal

Aset yang dimiliki Badan Pendapatan Provinsi Riau di Tahun 2016 antara lain berupa :

a. Tanah dan gedung bangunan beserta kelengkapan dan peralatan kantor lainnya yang mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya yang tersebar di satu Kantor Pusat dan 33 UPT / UP Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau.

b. Kendaraan, terdiri dari :

1. Kendaraan Operasional Roda 4 sebanyak 20 unit 2. Kendaraan Operasional Roda 2 sebanyak 32 unit 3. Kendaraan Khusus Samsat Keliling sebanyak 1 unit 3. Unit Pelayanan yang masih operasional

Sampai saat ini Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau dibantu oleh unit pelayanan yang terdiri dari 16 kantor cabang pelayanan Badan Pendapatan Provinsi Riau yang tersebar di 12 kabupaten / kota se Riau, dan 1 pelayanan samsat keliling.

Seiring dengan tuntutan terhadap peningkatan pelayanan publik yang merata di setiap Kantor Cabang Pelayanan Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau, Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau berkeinginan untuk mewujudkan pemenuhan fasilitas publik secara bertahap dan memperbanyak jenis-jenis pelayanan tertentu yang dirasakan dapat memberikan kemudahan, kecepatan dan kenyaman publik.

(21)

2.3. Kinerja Pelayanan

Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau terus mengoptimalkan

pendapatan daerah dari sektor pajak, ini dapat terlihat dari penerimaan pajak daerah yang terus meningkat melampaui target yang telah ditentukan setiap tahunnya. Terdapat tiga jenis pajak yang terus dioptimalkan demi peningkatan Pendapatan Asli Daerah yaitu pajak kendaraan bermotor (PKB), Bea Balik Nama kendaraan bermotor (BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB). Peningkatan Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Provinsi Riau setiap tahunnya tabel Sebagai berikut :

Tabel 2.2

jumlah kendaraan bermotor di Provinsi Riau

TAHUN JUMLAH KENDARAAN

2008 1.047.796

2009 1.052.019

2010 1.209.296

2011 1.314.476

2012 1.565.053

Dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dalam setiap tahunnya tentunnya Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau juga harus meningkatkan kualitas layanan sehingga dapat meningkatkan penerimaan dapat dilihat dari tabel Penerimaan Realisasi PAD dari Pajak Daerah Tahun 2008 -2012 Sebagai berikut :

Tabel 2.3

Penerimaan Realisasi PAD dari Pajak Daerah Tahun 2008 -2012

TAHUN PKB (Rp) PA3 (Rp) BBN-KB (Rp) PBB-KB (Rp) PAJAK AIR PERMUKAAN (Rp) TOTAL PAJAK DAERAH (Rp) 2008 358,784,688,198.00 152,855,650.00 528,200,039,981.00 358,472,886,994.00 28,806,522,654.00 1,274,416,993,477.00 2009 388,754,958,134.00 187,514,486.00 358,090,557,412.00 298,920,768,704.00 26,238,725,546.33 1,072,192,524,291.35 2010 453.968.499.435.00 14,020,650.00 578,097,462,751.00 323,654,556,974.00 58.456.441.783,00 1.414.190.981.593.00 2011 547,180,491,055.00 135,685,100.00 807,819,817,824.00 375,947,396,685.00 42,538,498,482.47 1,773,621,889,146.47

(22)

2012 627.232.169.524,00 43.045.050,00 815.227.913.932,00 585,265,853,837.00 30.826.768.620,00 2.058.595.750.963,00

Berdasarkan Kinerja Sumber Daya yang dimiliki Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau dapat dilihat dari matriks sasaran renstra periode 2009 -2013 sebagai berikut :

Tabel 2.4

matriks sasaran renstra periode 2009 -2013 MATRIKS SASARAN RENSTRA PERIODE 2009-2013

TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3 TAHUN 4 TAHUN 5 2009 2010 2011 2012 2013

1. Tercapainya Target PAD 1.459.507.249.145 1.339.265.321.301 1.502.360.878.450 2.181.221.661.379 2.481.635.421.737

1. Angka Penerimaan 1.072.192.542.282 1.100.000.000.000 1.205.296.557.180 1.839.779.659.309 2.025.217.116.337 Pajak Daerah 2. Angka Penerimaan 35.404.216.363 6.897.102.135 7.296.102.101 10.651.305.400 16.818.305.400 Retribusi Daerah 3. Angka Penerimaan 101.704.377.002 108.478.459.716 131.478.459.720 139.301.339.383 139.600.000.000 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 4. Angka Lain-lain 250.206.131.497 123.889.759.449 158.289.759.449 191.489.357.287 300.000.000.000 Pendapatan Asli

Daerah yang Sah

2. Tercapainya Target 1.879.148.793.902 2.986.535.691.846 2.683.189.627.900 3.793.934763.121.64 3.797.458.032.900

Penerimaan Dana 1. Angka Dana Bagi 407.314.201.959 449.302.504.257 464.320.615.850 559.669.578.850 559.669.578.600 Perimbangan sesuai hasil pajak

dengan potensi yang 2.Angka Dana Bagi 1.299.983.635.943 2.455.995.530.689 1.744.849.388.550 2.682.593.900.521 3.032.088.796.900 dimiliki daerah hasil bukan pajak /

secara proposional SDA

3. Angka Dana Alokasi 171.850.956.000 58.869.157.000 380.051.123.500 489.179.914.000 726.630.916.000 Umum (DAU)

4. Angka Dana Alokasi 22.368.500.000 93.968.500.000 62.491.370.000 38.738.320.000 Khusus (DAK)

3. Tercapainya Target 21.044.175.000 90.350.000.000 664.273.709.000 656.627.308.000

Pendapatan daerah 1. Angka Dana Insentif

yang sah Daerah

2. Angka Dana bagi 21.044.175.000 hasil pajak dari

provinsi dan pemerintah daerah lainnya 3.Angka Dana 90.350.000.000 664.273.709.000 658.628.308.000 Penyesuaian Otonomi Khusus 4. Angka Tambahan Penyesuaian Otonomi Khusus 5. Angka Dana Percepatan Pembangunan Insfrastruktur Daerah TARGET INDIKATOR KINERJA SASARAN No.

(23)

Tabel 2.5

Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Riau Tahun anggaran 2009-2013

Tabel

Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Riau Tahun Anggaran 2009-2013

No. URAIAN 2009 % 2010 % 2011 % 2012 % 2013 % (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 PENDAPATAN 3.000.521.135.728,53 -3% 3.000.521.135.728,53 -30% 5.347.487.940.223,63 -31% 5.912.665.054.500,64 24% 3.898.424.235.659,15 -38% 1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 1.195.864.648.973,53 -6% 1.195.864.648.973,53 -11% 2.177.474.959.799,63 45% 2.181.221.661.379,00 20% 2.021.891.004.560,15 -19% 1.1 Pajak Daerah 1.070.677.644.170,75 1% 1.070.677.644.170,75 -3% 1.773.621.889.146,47 47% 1.839.779.659.309,00 22% 1.628.037.955.591,26 -20% 1.2 Retribusi Daerah 35.349.905.948,00 -9% 35.349.905.948,00. 413% 8.490.985.544,09 16% 10.651.305.400,00 62% 15.214.941.521,03 -10% 1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan 1.025.302.339,00 -99% 1.025.302.339,00 99% 131.607.412.154,54 0% 139.301.339.383,00 -11% 139.301.339.383,00 0%

Daerah yang Dipisahkan

1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 88.811.796.515,78 24% 88.811.796.515,78 -28% 263.754.672.954,53 67% 191.489.357.287,00 21% 239.336.768.064,86 -20% yang Sah

2. DANA PERIMBANGAN 1.804.656.486.755.,00 -2% 1.804.656.486.755,00 -39% 3.170.012.980.424,00 22% 3.731.443.393.121,64 27% 1.876.533.231.099,00 -50% 2.1 Bagi Hasil Pajak 332.821.894.881,00 -23% 332.821.894.800,00 -26% 465.189.185.959,00 0% 559.669.578.600,00 22% 536.785.687.292,00 -4% 2.2 Bagi Hasil Bukan Pajak / 1.299.983.635.944,00 6% 1.299.983.635.944,00 -47% 2.324.772.670.965,00 33% 2.682.593.900.521,64 35% 976.432.099.807,00 -61%

Sumber Daya Alam

2.3 Dana Alokasi Umum 171.850.956.000,00 0% 171.850.956.000,00 192% 380.051.123.500,00 0% 489.179.914.000,00 0% 976.432.099.807,00 -50% 2.4 Dana Alokasi Khusus - - 56.823.400.000,00 -40% 62.491.370.000,00 363.315.444.000,00 -100% 3. PENDAPATAN DAERAH YANG SAH - - -

-3.1 Hibah - - -

-3.2 Dana Insentif Daerah (DID) - - - 664.273.709.000,00 100% 3.3 Dana Darurat - -

-3.4 Dana Bagi Hasil Pajak dari - - - -Pemerintahan Daerah Lainnya

3.5 Dana Penyesuaian dan Otonomi - - - 305.728.981.338,00 -54%

Khusus -100%

Dana Penyesuaian - - 369.750.000,00 0% -38% 3.6 Bantuan Keuangan dari - - -

-3.7 Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya

Dana Percepatan Pembangunan - - 3.103.572.000,00 0% Insfrastruktur Daerah

J U M L A H 3.000.521.135.728,53 -3% 3.000.521.135.728,53 -30% 5.347.487.940.223,63 31% 5.912.665.054.500,00 24% 3.898.424.235.659,15 -38%

Berdasarkan pencapaian kinerja dari Tahun 2009 hingga 2013, mencerminkan bahwa kinerja Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau telah mencapai target yang di tetapkan, dan diharapkan tahun-tahun berikutnya dapat mencapai target yang diharap.

(24)

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan

Badan Pendapatan Daerah mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah pada bidang Pendapatan Daerah, dan fungsi penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan tugas dukungan teknis, pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis, pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang urusan Pemerintahan Daerah, dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur terkait dengan tugas dan fungsi pada Badan Pendapatan Daerah.

Untuk meningkatkan pengembangan pelayanan pada Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi, yaitu :

1. Peningkatan penerimaan pajak daerah.

Data Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2009-2013

TAHUN ANGGARAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) REALISASI (%) PERTUMBUHAN (%) 2009 1,065,150,000,000.00 1,072,192,524,291.35 100.66 - 2010 1,100,000,000,000.00 1,414,190,981,593.00 128.56 31.90 2011 1,403,231,683,052.00 1,773,621,889,146.47 126.40 25.42 2012 1,839,779,659,309.00 2,058,595,750,963.00 111.89 16.07 2013 2,025,217,116,337.46 2,110,997,529,618.00 104.24 2.55 RATA- RATA 1.486.675.691.739.69 1.685.919.735.122.36 113.40 18.98

(25)

2. Peningkatan pelayanan pajak daerah.

Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau Untuk lebih mengintensifikasikan dan Mengekstensifikasian sumber sumber penerimaan PAD dan telah membentuk 17 Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Pendapatan dan 15 Unit Pelayanan (UP) yang berkedudukan di masing masing kecamatan Kabupaten/Kota Provinsi Riau. Dengan Motto 3 S (Sapa, Senyum, santun) dan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau Telah melakukan beberapa pengembangan dan dan perubahan baik dengan memberikan pelatihan secara internal maupun eksternal, hal ini dilakuakan sebagai upaya untuk peningkatan kinerja dan motivasi dengan selalu memperhatikan efektifitas dan efisisensi sumber daya manusia agar memperoleh hasil yang maksimal.

3. Optimalisasi sumber pendapatan pajak daerah.

Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau terus brupaya meningkatkan Pendapatan daerah, Selain merupakan Ujung Tombak Badan Pendapatan Daerah Riau juga bertanggung jawab dalam mengatur Pendapatan Asli Daerah, Pemberlakuan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai pengganti Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, telah memberikan ruang untuk perluasan basis pajak bagi daerah, dalam rangka untuk meningkatkan Pendapatan asli daerah berdasarkan undang undang tersebut diatas bahwa provinsi diberi wewenang untuk memungut dan mengelola berbagai pajak diantaranya pajak kendaraan bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok. 3. Pemantapan kelembagaan.

Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau Terus Mengoptimalkan Pendapatan daerah dari Sektor Pajak. Ini dapat terlihat dari penerimaan Pajak Daerah yang terus meningkat melampaui target yang telah ditentukan setiap tahunnya, terdapat tiga jenis pajak yang terus dioptimalkan demi peningkatan Pendapatan Asli Daerah yaitu Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, (PBBKB). Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Yang diperoleh ini diharapkan dapat

(26)

5. Sistem operasional pemungutan pajak daerah.

Disamping tantangan yang dihadapi, terdapat pula beberapa peluang yang dapat mengembangkan pelayanan pada Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau, yaitu : 1. Manajemen pemerintahan yang terus berkembang seiring dengan berkembangnya tuntutan tugas, tanggungjawab dan fungsi lembaga otonom dalam lingkup Pemerintah Daerah, merupakan sesuatu yang harus disikapi oleh Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau guna meningkatkan profesionalisme, kualitas pelayanan dan kinerjanya.

2. Revisi Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah dan penetapan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 serta Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, memberikan kesempatan bagi daerah untuk memperluas sumber-sumber pendapatan daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi;

3. Undang Undang Nomor : 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

4. Pergub Riau No. 57 Tahun 2010 Tentang Tarif Mess Pemda Riau

5. Perda No. 1 Tahun 2011 Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Jiwa Tampan

6. Perda No.2 Tahun 2011 Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang

7. Perda No. 6 Tahun 2011 Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada UPT/UP Laboratorium Kesehatan dan Lingkungan

8. Perda No. 7 Tahun 2013 Tentang Retribusi Perizinan Tertentu

9. Perda No. 8 Tahun 2013 Tentang Retribusi Penjualan Produksi Usaha Penjualan.

10. Perda No. 9 Tahun 2013 Tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan daerah 11. Perda No. 13 Tahun 2013 Tentang Retribusi Pelayanan Kepelabuhan Dan

Penyeberangan di Air.

12. Pergub No. 9 Tahun 2014 Tentang Sumbangan Fihak Ketiga Kepada Pemerintah Provinsi Riau

(27)

positif menjadikan seluruh potensi sumberdaya yang potensial dapat dimanfaatkan dan dikelola secara efektif, sehingga hal dapat dijadikan sumber-sumber baru pendapatan daerah provinsi, seperti penggunaan air permukaan dan air bawah tanah, penggunaan lahan, pengelolaan sumberdaya kehutanan, sumberdaya perairan, pengunaan alat berat, dan sebagainya.

14. Kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat berupa peningkatan pendapatan sehingga meningkatkan jumlah penerimaan pajak yang berasal dari pajak penghasilan (PPh), berkembangnya sarana dan prasarana infrastruktur di berbagai bidang sehingga semakin banyak alternative pilihan bagi masyarakat guna memenuhi kebutuhannya, telah pula meningkatkan daya beli masyarakat terhadap berbagai barang dan jasa yang merupakan objek pajak/retribusi, seperti pajak penghasilan, penjualan kendaraan bermotor yang terus meningkat.

15. Kondisi geografis Provinsi Riau yang juga terdapat wilayah perairan, sehingga terdapat sekitar 35 pelabuhan umum dan pelabuhan khusus dimana hal tersebut merupakan basis kegiatan transportasi air/laut sehingga hal tersebut merupakan potensi sumber pendapatan untuk jenis penerimaan yang berasal dari kendaraan angkutan air dalam bentuk Pajak Kendaraan Angkutan Air dan dan Bea Balik Nama Kendaraan Angkutan Air. 16. Perkembangan dunia usaha yang semakin positif di Provinsi Riau, baik

milik Negara/Daerah (BUMN/D) maupun milik swasta, telah memberikan peluang untuk mengembangkan kerjasama timbal balik dalam rangka pengembangan usaha yang dikelola oleh dunia usaha yang bersangkutan maupun dalam rangka peningkatkan penerimaan daerah.

17. Investasi pemerintah Provinsi Riau di berbagai bidang, terutama yang terkait dengan penyediaan fasilitas pelayanan publik yang semakin berkualitas baik secara fisik maupun kinerjanya, seperti pelabuhan, terminal, jalan, rumah sakit, dan fasilitas lainnya, dapat merupakan potensi penerimaan daerah tanpa harus mempengaruhi/membebani sektor

(28)

o

III.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Pelayanan SKPD

Didalam Menjalankan tugas pokok dan fungsinya Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau membantu Gubernur melaksanakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah pada bidang Pendapatan Daerah, dan fungsi penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan tugas dukungan teknis, pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis, pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang urusan pemerintahan Daerah, dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur terkait dengan tugas dan fungsi pada Badan Pendapatan Daerah. Hal ini tentu tidak terlepas dari permasalahan permasalahan yang dihadapi, baik dalam peningkatan kinerja pendapatan maupun kinerja pelayanan.

Berdasarkan hal tersebut diatas dapat diindentifikasi permasalahan yang diperoleh dari peningkatan kinerja pendapatan maupun kinerja pelayanan, sebagai berikut:

1.Terbatasnya kualitas sumber daya manusia serta penempatannya yang belum sesuai dengan bidang keahlian;

2. Belum optimalnya penyediaan sarana dan prasarana pendukung bagi upaya peningkatan kualitas dan kuantitas kinerja; yang mengakibatkan ketika petugas penagihan pajak turun ke lapangan/ Daerah ( Penagihan Pajak Alat Berat dan Pajak Alat Berat) lokasi sulit dijangkau dengan sarana dan prasarana.

3. Kurangnya koordinasi dan melaksanakan hasil-hasilnya antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) penghasil, pemerintah kabupaten/kota, maupun dengan pemerintah pusat guna mengintensifkan penerimaan daerah, terutama

Isu Isu Strategis Berdasarkan

Tugas Pokok dan Fungsi

(29)

yang menyangkut data potensi penerimaan daerah;

4. Masih lemahnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan kurangnya pengawasan untuk menindak lanjuti pajak yang masih terhutang.

Berdasarkan kondisi obyektif yang dipaparkan di atas, kapasitas Badan Pendapatan Daerah sebagai lembaga Pendapatan Daerah di Provinsi Riau perlu diperkuat agar dapat memastikan berjalannya proses pendapatan daerah secara baik. Faktor pendorong dan penghambat secara internal kelembagaan Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 3.1

Faktor pendorong dan penghambat secara internal kelembagaan Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau

PERMASALAHAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENGHAMBAT PENDORONG

1. Terbatasnya kualitas sumber daya manusia, dan penempatan yang belum sesuai dengan bidang keahlian, serta rendahnya kreatifitas, inovasi, dan motivasi dalam melaksanakan Menggali Sumber-Sumber

pendapatan daerah,

Penempatan pegawai yang tidak sesuai dengan kebutuhan

a.Tingginya motivasi pegawai dalam melaksanakan tugas

b. Pemberian reward dan punishment berdasarkan kinerja.

2. Belum optimalnya penyediaan sarana dan prasarana pendukung bagi upaya peningkatan kualitas dan kuantitas kinerja; yang mengakibatkan ketika petugas penagihan pajak turun ke lapangan/ Daerah ( Penagihan Pajak Alat Berat dan Pajak Alat Berat) lokasi sulit dijangkau dengan sarana

a. Masih adanya tempat pelayanan yang tidak memadai

b. Terbatasnya sarana dan prasarana penunjang.

Diperlukan anggaran yang cukup dalam menunjang kegiatan.

(30)

3. Kurangnya koordinasi dalam melaksanakan hasil-hasilnya antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) penghasil, pemerintah

kabupaten/kota, maupun dengan pemerintah pusat guna mengintensifkan penerimaan daerah, terutama yang menyangkut data potensi penerimaan daerah;

a. Kurangnya tekhnologi yang memadai untuk pelaksanaan E-Goverment

a. Adanya sitem informasi yang baik dibidang penerimaan dan

pengelolaan data di masing-masing OPD

4. Masih lemahnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan kurangnya pengawasan untuk menindak lanjuti pajak yang masih terhutang.

a. Tidak berjalan dengan baik aturan aturan yang telah ditetapkan oleh pihak terkait.

a. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat khususnya daerah terpencil untuk adanya kesdaran dalam membayar pajak.

b. Pihak terkait melaksanakan tugas sebagaimana mestinya dalam menertibkan kendaraan bermotor c. Melakukan pengawasan plat non BM

III. 2. Telaahan Visi, Misi Dan Program Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah Terpilih

Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 36 Tahun 2001 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Riau 2005-2025 , RPJMD Provinsi Riau Merupakan tahap ketiga pembangunan secara menyeluruh di segala bidang dengan menekankan pertumbuhan perekonomian yang berdaya saing berdasarkan sumber daya manusia yang berkualitas didukung oleh system informasi yang handal.

Dengan mempertimbangkan tahapan pembangunan jangka panjang daerah, potensi,permasalahan, dan tantangan pembangunan yang dihadapi serta isu isu strategis, maka dirumuskan visi dan misi gubernur dan wakil gubernur terpilih Provinsi Riau periode 2014-2018 sbb :

(31)

III.2.1. VISI

“ Terwujudnya Provinsi Riau Yang Maju, Masyarakat Sejahtera Dan Berdaya Saing Tinggi, Menurunnya Kemiskinan, Tersediannya Lapangan Kerja Serta Pemantapan Aparatur” Makna yang terkandung dalam Visi tersebut dijabarkan sebagai berikut :

Maju : Tersedianya Sarana dan Prasarana

Pelayanan Publik yang baik dan Berkualitas serta berteknologi tinggi yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat

Sejahtera : Terciptanya kondisi masyarakat yang

makmur, aman dan nyaman serta merata dari segala aspek ekonomi, social, politik, hukum dan keamanan

Berdaya Saing : Suatu kondisi Pemerintahan dan

Masyarakat yang tangguh, unggul dan memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang terhadap dinamika perubahan dengan tetap berpegang pada nilai nilai budaya, tatanan social yang agamis

Menurunnya Kemiskinan : Suatu kondisi masyarakat yang mampu

memenuhi kebutuhan hak hak dasarnya

untuk mempertahankan dan

mengembangkan kehidupan yang layak dan bermartabat

Lapangan Kerja : Tersedianya peluang dan kesempatan bagi

angkatan kerja melalui kemitraan antara pemerintah, swata dan masyarakat

Pemantapan Aparatur : Meningkatkan Profesionalisme dan etos

(32)

III.2.2. MISI

Dalam Rangka pencapaian Visi yang telah ditetapkan dengan memperhatikan kondisi dan permasalahan yang ada, tantangan, kedepan, serta memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka ditetapkan 10 (Sepuluh) misi Pembangunan jangka menengah Daerah Provinsi Riau 2014-2018, sbb :

1. Meningkatkan Pembangunan Infrastruktur 2. Meningkatkan Pelayanan Pendidikan 3. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan 4. Menurunkan Kemiskinan

5. Mewujudkan Pemerintah yang terpercaya (Handal)

6. Pembangunan Masyarakat Yang Berbudaya, Beriman dan Bertaqwa Serta Pemantapan Stabilitas Politik

7. Memperkuat Pembangunan Pertanian dan Perkebunan

8. Meningkatkan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Serta Pariwisata

9. Meningkatkan Penyediaan Listrik dan Air Bersih 10. Meningkatkan Peran Swasta dalam Pembangunan

Tabel 3.2

Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan Badan Pendapatan Daerah Daerah Provinsi Riau Terhadap Pencapaian Visi, Misi dan Program Gubernur dan Wakil Gubernur Riau Tahun 2014-2019:

Misi dan Program Gubernur Riau

Pemasalahan Badan Pendapatan Daerah Terhadap Misi dan Program Gubernur

Riau

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHAMBAT PENDORONG (1) (2) (3) (4) Mewujudkan

Pemerintah yang terpercaya (Handal)

a. Terbatasnya kualitas sumber daya manusia, dan penempatan yang belum sesuai dengan bidang keahlian, serta rendahnya kreatifitas, inovasi, dan motivasi dalam melaksanakan Menggali Sumber-Sumber pendapatan daerah,

Penempatan pegawai yang tidak sesuai dengan kebutuhan a. Memberikan motivasi pegawai dalam melaksanakan tugas b. Pemberian penghargaan dan hukuman berdasarkan kinerja

(33)

masyarakat dalam membayar pajak dan kurangnya pengawasan untuk menindak lanjuti pajak yang masih terhutang.

dengan baik aturan aturan yang telah ditetapkan oleh pihak terkait.

kepada masyarakat khususnya daerah terpencil untuk adanya kesdaran dalam membayar pajak. b. Pihak terkait melaksanakan tugas sebagaimana mestinya dalam menertibkan kendaraan bermotor c. Melakukan pengawasan plat non BM c. Kurangnya koordinasi dalam

melaksanakan hasil-hasilnya antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) penghasil, pemerintah kabupaten/kota, maupun dengan pemerintah pusat guna mengintensifkan penerimaan daerah, terutama yang menyangkut data potensi penerimaan daerah

Kurangnya

tekhnologi yang memadai untuk pelaksanaan E-Goverment

Adanya sitem informasi yang baik dibidang penerimaan dan pengelolaan data di masing-masing OPD

d. Belum optimalnya penyediaan sarana dan prasarana pendukung bagi upaya peningkatan kualitas dan kuantitas kinerja; yang mengakibatkan ketika petugas penagihan pajak turun ke lapangan/ Daerah (Penagihan Pajak Alat Berat dan Pajak Alat Berat) lokasi sulit dijangkau dengan sarana dan prasarana.

a. Masih adanya tempat pelayanan yang tidak memadai b. Terbatasnya sarana dan prasarana penunjang. Diperlukan anggaran yang cukup dalam menunjang kegiatan.

III. 3. Telaahan Renstra K/L

Sebagaimana Telah diidentifikasi Renstra Badan Pendapatan Daerah yang dulunya Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau terhadap Renstra Kementrian Dalam Negeri 2010-2014 yang mempunyai visi sbb :

“ Terwujudnya system politik yang demokratis, pemerintahan yang desentralistik, Pembangunan Daerah yang berkelanjutan,serta keberdayaan

(34)

Visi tersebut mencerminkan suatu keinginan atau cita cita untuk menjadi terdepan dalam melanjutkan perjalanan organisasi sebagai motor penggerak perubahan dalam pemerintahan kea rah yang lebih baik.

Adapun Misi Kementrian Dalam Negeri yang didasari oleh isu isu strategis yg di hadapi Kementrian Dalam Negeri untuk mencapai Visi diatas yaitu Menetapkan kebijaksanaan nasional dan memfasilitasi penyelenggaraan pemerintahan dalam upaya sbb :

1. Memperkuat keutuhan NKRI serta memantapkan system politik dalam negeri yang demokratis

2. Memantapkan penyelenggaraan tugas pemerintahan umum

3. Memantapkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan yang desentralistik

4. Mengembangkan keserasian hubungan pusat- daerah antar daerah dan antar kawasan serta kemandirian daerah dalam kemandirian pembangunan secara berkelanjutan.

5. Memperkuat otonomi desa dan meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam aspek ekonomi, social dan budaya.

6. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa

Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau yang merupakan bagian dari Pemerintahan Provinsi Riau, dalam penyusunan Dokumen Renstra ini berpedoman kepada RPJMD Provinsi Riau 2014-2019, sehingga dalam menentukan Visi dan Misi, tujuan, sasaran,kebijakan strategi, dan program pembangunan dapat selaras dengan apa yang akan di capai dalam roda pemerintahan Provinsi Riau ke depannya.

Dengan menelaah penjabaran atau penerapan dari pernyataan misi Kementrian dalam negeri dengan kaitannya terhadap Renstra Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau tujuan yang ingin dicapai bersama dalam periode waktu 2014-2018 adalah salah satunya sbb :

(35)

pemerintahan umum

 Meningkatkan Akuntabilitas, transparasi dan tertib administrasi

pengelolaan keuangan daerah serta meningkatnya investasi dan kemampuan fiscal daerah.

Dengan penjabarannya sebagai berikut :

 Meningkatnya Dukungan reformasi di bidang pelayanan umum

 Terwujudnya tertib administrasi Pengelolaan keuangan yang akuntabel dan transparan, serta efisiensi pemanfaatan APBD

Selain menelaah kaitan Renstra Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau dengan Renstra Kementrian Dalam Negeri Renstra, Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau juga dirasa perlu menelaah Renstra Kementrian Departemen Dalam Negeri keterkaitannya dengan pencapaian Rencana Kerja yang akan dicapai. Visi Kementrian Departemen Keuangan adalah :

“Menjadi Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara Yang dipercaya dan akuntabel untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, Demokratis dan

Berkeadilan”

Misi Kementrian Departemen Dalam Negeri Adalah Sbb :

 Misi Fiskal Adalah mengembangan kebijakan fiscal yang sehat,

berkelanjuta, hati hati, dan bertanggung jawab

 Misi Kekayaan Negara adalah mewujudkan pengelolaan kekayaan Negara

yang optimal sesuai dengan asas fungsional, kepatian hukum,transparan, efisien dan bertanggung jawab

 Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan adalah mewujudkan industry pasar

modal dan lembaga keuangan non bank sebagai penggerak dan penguat perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing global

(36)

 Membangun dan Mengembangkan Organisasi Berlandaskan Administrasi Publik Sesuai dengan tuntutan masyarakat

 Membangun dan Mengembangkan SDM yang amanah, Profesional, Berintegritas Tingga dan Bertanggung Jawab

 Membangun dan mengembangkan Teknologi Infomasi Keuangan Yang Modern dan Terintegrasi serta sarana dan prasarana strategis lainnya.

Tabel 3.3

Tujuan Dan sasaran yang akan di Capai Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau dalam jangka waktu pelaksanaan Renstra

NO. SASARAN YG

AKAN DICAPAI PERMASALAHAN

FAKTOR PENGHAMBAT PENDORONG 1. Meningkatnya Penerimaan Pendapatan Daerah Masih rendahnya kreatifitas, inovasi, dan motivasi dalam melaksanakan Menggali Sumber Sumber pendapatan daerah, sehingga cenderung kurang seimbangnya antara pertumbahan ekonomi dan pertumbuhan pendapatan daerah;  Keterbatasan Kewenangan  Masyarakat Yang Tidak Taat Pajak  Keterbatasan Anggaran  Minimnya sarana dan Prasarana Pendukung  Pemberian Tugas Pokok dan Fungsi yg mendukung  Adanya Upaya melaksanankan pelayanan prima dalam melayani masyarakat  Menggunakan anggaran dengan skala prioritas  Adanya Bimtek/pelatiha n yg mendukung 2. Pengembangan Sistem Manajemen Penerimaan daerah dengan Belum optimalnya penyediaan prasarana dan sarana pendukung bagi

(37)

Berbasis Teknologi upaya peningkatan kualitas dan kuantitas kinerja;

III.4. Penentuan Isu-Isu Strategis

Berdasarkan identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau, terdapat sejumlah Isu Strategis sebagai 'entry point' atas kebutuhan antisipasi, penanggulangan, maupun tindaklanjut yang perlu diupayakan selama periode Tahun sebelumnya 2009 - 2013 sebagai berikut:

III.4.1. Masih Lemahnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan kurangnya pengawasan untuk menindak lanjuti pajak yang masih terhutang.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat, Bapenda Provinsi Riau juga menghadapai permasalahan terhadap masyarakat yang tidak taat pada kewajiban dalam membayar pajak karena masih ditemukan tunggakan yang cukup besar terutama pada perusahaan-perusahan yang beroperasi di Provinsi Riau. Selain itu kendaraan operasional atau peralatan berat/ besar juga tidak transparan melaporkan kewajibannya sebagai wajib pajak kepada pemerintah hal ini dirasa harus mendapat penanganan serius.

III.4.2. Optimalisasi dan Perluasan Sumber-Sumber Pendapatan Daerah

Optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah, berorientasi pada upaya mempertahankan atau meningkatkan kinerja sumber-sumber

(38)

efisien, serta memanfaatkan potensi objek pendapatan yang telah dikelola Lebih optimal agar lebih didata secara akurat . Sedangkan untuk perluasan sumber-sumber pendapatan daerah, dilakukan dengan mengembangkan sumber-sumber pendapatan daerah baru dalam rangka ekstensifikasi dan diversifikasi sumber-sumber pendapatan dengan merealisasikan berbagai jenis pendapatan yang selama ini belum direalisasikan sebagai bentuk pendapatan daerah sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah provinsi. Sehingga dengan demikian upaya penyusunan regulasi bukan hanya dalam rangka intensifikasi, tetapi juga diupayakan dalam rangka menggali sumber pendapatan daerah, dengan tetap memperhatikan azas manfaat, efektifitas, dan efisiensi yang tidak akan mengganggu kebijakan pemerintah lainnya.

III.4.3. Peningkatan Kualitas Pelayanan Masyarakat

Efektifitas kebijakan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan daerah, tidak terlepas dari keterlibatan seluruh unsur dan komponen baik yang berada di pemerintahan maupun di masyarakat. Dari sisi pemerintah selaku penyelenggara pemungutan objek pendapatan daerah, maka kebijakan akan efektif apabila adanya dasar aturan yang jelas dan kuat, tersedianya aparatur yang mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara profesional, serta tersedianya prasarana dan sarana penunjang untuk melaksanakan segala tugas dan tanggungjawab yang diterimanya.

Sedangkan dari sisi masyarakat selaku subjek pendapatan daerah, efektiftas kebijakan untuk meningkatkan pendapatan apabila adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak/retribusi secara baik, benar dan tepat waktu, adanya persepsi yang tepat tentang pentingnya peranan pajak/ retribusi bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, dan adanya pelayanan serta kemudahan yang diperoleh masyarakat dari pemerintah.

Untuk Mendukung kegiatan Kerja di jajaran Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau dan untuk mengintensifikasikan sumber-sumber penerimaan

(39)

PAD, telah dibentuk 17 UPT Pendapatan dan 15 UP Pendapatan yang berkedudukan pada masing masing kecamatan Kabupaten/Kota.

Pelayanan publik dalam rangka peningkatan pendapatan daerah, dilaksanakan berbasis cost out come dan cost efectivness, ekonomis dan

equity (berkeadilan). Kualitas pelayanan pendapatan daerah memiliki 2 (dua)

fokus penanganan yang meliputi kualitas unit pelayanan dan kualitas manajemen pelayanan. Upaya untuk meningkatkan kualitas Unit pelayanan diharapkan tidak hanya terkonsentrasi pada fungsi pelayanan yang diselenggarakan UPT di setiap kabupaten/kota, namun perhatiannya perlu diseimbangkan terhadap peningkatan fungsi pelayanan pada SKPD yang memiliki potensi Pendapatan Daerah. Sedangkan peningkatan kualitas manajemen pelayanan diupayakan pada peningkatan kualitas perencanaan deengan mengadakan pelatihan pelayanan prima guna menunjang 3 S (senyum, sapa, Santun) dan mengadakan pelaksanaan (penyuluhan dan pemungutan), pengendalian dan evaluasi secara terintegrasi dan berkelanjutan. Kualitas pengelolaan keuangan daerah akan diarahkan fokusnya terhadap administrasi penganggaran, verifikasi dan pengeluaran keuangan daerah secara efektif, efisien dan akuntabel.

III.4.4. Ketidak pastian kebijakan Pemerintah Pusat

Penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata, dan

bertanggungjawab sampai setakat ini masih terbatas pada retorika politik yang implementasi masih belum sesuai dengan amanah undang-undang dan semangat perubahan yang lebih baik yang disebabkan oleh karena masih terjadinya ”mis persepsi” dan belum menjadikan sebagai suatu komitmen yang utuh dan kuat untuk dilaksanakan oleh pemerintah pusat, sehingga menjadikan penyelenggaraan otonomi daerah yang ”setengah hati”.

Hal ini tercermin dari sikap, pandangan dan kebijakan dari pemerintah pusat yang tidak konsisten, kurang transparan, tidak demokratis, kurang aspiratif dan cenderung membuat berbagai aturan dan kebijakan dengan

(40)

tampak dengan jelas dari berubah-ubahnya kebijakan yang terkait dengan keuangan daerah secara umum, sehingga mempersulit dan terkurasnya energi pemerintah daerah untuk melakukan penyesuaian terhadap kebijakan yang ”selalu baru”.

III.4.5. Penataan Kelembagaan dan Profesionalisme

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah perlu dikaji dan ditata kembali dalam rangka menciptakan organisasi yang lebih efektif, proporsional, berkinerja, dan terpadu dengan tetap berbasis pelayanan publik. Sedangkan profesionalisme berorientasi pada perlunya upaya pengembangan kemampuan institusi Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan sesuai dengan perkembangan regulasi saat ini, keberadaan maupun SOTK Dinas evaluasi program dan kegiatan yang berkelanjutan dan berbasis kinerja; peningkatan keahlian, disiplin dan etos kerja aparat; peningkatan dukungan prasarana dan sarana kerja yang memadai dan berkualitas; serta peningkatan dukungan data dan informasi pendapatan daerah secara lengkap, benar, dan mutakhir.

(41)

4.1. Visi dan Misi

Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau sebagai salah satu perangkat pemerintah daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi untuk mengelola pendapatan daerah yang sangat diperlukan bagi penyediaan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, maka visi Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau harus merupakan bagian yang strategis dan tidak terpisahkan dalam upayanya mewujudkan visi Provinsi Riau yang terdiri atas visi jangka panjang dan visi jangka menengah, yang merupakan kristalisasi dari komitmen seluruh lapisan masyarakat Provinsi Riau baik untuk pembangunan jangka panjang maupun pembangunan jangka menengah telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Riau.

Arah kebijakan Rencana Strategis Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau Tahun 2014-2018 ditujukan untuk peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan, baik yang konvensional maupun pelayanan yang berbasis teknologi juga peningkatan kuantitas dan kompetensi aparatur dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau.

Atas dasar kedua visi yang hendak diwujudkan oleh Provinsi Riau yang telah dibangun tersebut, maka sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan mempertimbangkan atas kinerja yang telah dicapai selama kurun waktu yang lalu, visi Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau yang hendak dicapai hingga akhir tahun 2018 adalah sebagai berikut :

Terwujudnya Optimalisasi Pendapatan Daerah

didukung oleh Sumber Daya Aparatur Pemerintah

Visi,Misi,Tujuan dan

Sasaran, Strategi dan

(42)

Visi tersebut di atas, memiliki makna yang substansial sebagai berikut : 1. Pendapatan daerah ; adalah seluruh penerimaan yang diperolah daerah

berdasarkan peraturan perundang-undangan, Peraturan Daerah dan ketentuan lainnya yang sah, dari hasil pengelolaan sumberdaya alam, potensi sosial dan ekonomi yang ada di masyarakat, yang dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Sehingga pendapatan daerah adalah merupakan cerminan dari kapasitas yang dimiliki oleh daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab. 2. Penyelenggaraan Pemerintah Provinsi Riau ; adalah sebagai keseluruhan dari

sistem yang telah dibangun berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sejak awal berdirinya Provinsi Riau hingga saat sekarang sebagaimana yang terakhir diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor: 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Sebagai daerah otonom, maka penyelenggaraan roda pemerintahan harus didasarkan pada kemampuan dan kapasitas keuangan daerah, khususnya yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah.

3. Handal ; memiliki makna adanya kemampuan yang optimal sesuai dengan keterampilan dan keahlian yang dimiliki dalam mewujudkan kinerja yang prima, sehingga kapasitas yang dimiliki oleh institusi yang memayunginya akan dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana yang diamanatkan dalam peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, khususnya Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Riau.

Misi Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau

Misi Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau Tahun 2014-2018 sebagai berikut: 1. Peningkatan pengelolaan Pendapatan Asli Daerah untuk mengurangi

ketergantungan Dana Perimbangan.

2. Menggali sumber-sumber Pendapatan Daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini situasi ekonomi Papua hanya didominasi oleh kaum pendatang, bukan kaum pribuminya (sumber: www.theglobejournal). Karena itu, dari sektor eknomi, perempuan Papua yang

kemampuan yang mumpuni untuk melaksanakan kebijakan prestasi kerja, 2) agar para pegawai sebagai pelaksana kebijakan bekerja dengan tanggung jawab yang penuh,

Pendirian pabrik Dimetil Eter dari dehidrasi metanol ini didasarkan akan kebutuhan aerosol yang semakin meningkat seiring dengan nilai produksi Parfum, hair

(3) Penyaluran/penyerahan bantuan sosial kepada individu dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3)

Hipotesis 2: Dengan membedakan kedua jenis ketenagakerjaan, jenis kelamin berpengaruh pada tekanan dan karakteristik peran kerja (otonomi, fleksibilitas jadwal, keterlibatan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Fund (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional

Data penelitian dianalisis berdasarkan aspek kemampuan berpikir kreatif yang mengacu pada Munandar (2009) dengan jenis penulisan berupa deskriptif kualitatif, karena

Karakterisasi material menggunakan VSM telah dilakukan untuk mengetahui sifat magnetik material seiring dengan bertambahnya nilai x yang merupakan nilai dari