• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelajaran-pelajaran dalam Kasih Semula

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelajaran-pelajaran dalam Kasih Semula"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Pelajaran-pelajaran dalam Kasih Semula

Nama, Panggilan, Pilihan dan Buah Sulung

David V Hall Jonathon Wills Richie Kaa Luke Pomery Lachlan Perrin

Panduan Pembelajaran untuk Pertemuan Muda Mudi Nasional 2018

Desember 2017

Ayat-ayat Kitab Suci dikutip dari NASB, NKJV, KJV dan LITV. Di mana ada penekanan huruf miring yang digunakan dalam ayat-ayat referensi Kitab Suci, ini telah ditambahkan dan tidak muncul dalam terjemahan asli.

Penghargaan dari para penulis:

Kami pertama-tama mau memberikan penghargaan kepada Tuhan untuk pertolongan dan kemurahan-Nya yang penuh kasih karunia kepada kami, sementara kami bersatu dengan persekutuan firman-kemurahan-Nya yang memampukan kami untuk menulis panduan pembelajaran ini. Komitmen Victor Hall dalam menuntun dan bersekutu dalam firman ini telah menolong kami untuk menulis isinya. Perhatiannya yang terus-menerus untuk memelihara diskusi firman, baik secara nasional maupun internasional, telah memastikan bahwa isi panduan ini adalah suatu firman kebenaran masa kini, yang telah memimpin dan membentuk semua orang yang mengambil bagian di dalamnya. Kami juga mengucapkan terima kasih secara khusus kepada Tim Maurice dan Peter Hay yang karena jerih lelahnya dalam persekutuan dan penyuntingan buku ini telah memungkinkan adanya publikasi ini.

Desain sampul: Dan Proud

Edisi bahasa Indonesia diterbitkan oleh

Yayasan Restorasi Persekutuan Internasional Indonesia Tahun 2018

Email: [email protected] Website: www.restoration.asia

(4)

i

Daftar Isi

Kata Pengantar ... 5

Apakah kesaksianmu? ... 5

GAMBARAN MENYELURUH - Pelajaran-pelajaran dalam kasih semula David Hall ... 11

Bertemu dalam pengudusan ... 13

Pengudusan ... 14

Panggilan dan pilihan ... 14

Memahami mina milikmu ... 17

Memultiplikasi mina milikmu ... 18

Memahami talenta ... 21

Mina dan talenta ... 22

NAMA - Pelajaran dari Kain Lachlan Perrin ... 25

Engkau memiliki nama ...27

Elohim telah menamai setiap orang ...27

Hukum ‘lain’ ...27

Bertemu dengan Tuhan ... 28

Persembahan, persekutuan dan kasih yang semula ... 29

Bapa segala roh ... 31

Kebapaan Elohim ... 31

Bapa segala roh... 31

Persembahan duniawi/kedagingan ... 32

Perbuatan-perbuatan yang berasal dari si jahat ... 32

Kebapaan iblis ... 33

Kain dan Habel ... 33

Persembahan yang berkenan ...35

Persembahan menghancurkan cara-cara yang turun-temurun ...35

Persembahan yang berkenan ... 36

Persembahan di dalam administrasi ... 37

(5)

ii

PANGGILAN - Pelajaran dari Ismael

Jonathon Wills ... 41

Cerita tentang Ismael ... 43

Dua cara meresponi panggilan ... 47

Pendahuluan ... 47

Ismael tidak memahami panggilan dan pengudusan ... 47

Ismael tidak berbicara dari roh iman ... 48

Ismael tidak berjalan dalam iman terhadap sunatnya (persekutuan baptisan) ... 48

Ismael tidak melakukan perjalanan untuk membuat persembahan ... 49

Ismael tidak bertemu dengan Tuhan dalam tempat rahasia ... 49

Menjadikan panggilanmu pasti ... 51

Memahami panggilan dan pengudusan ... 51

Berbicara dari roh iman – roh adopsi ... 51

Berjalan dalam iman dan persekutuan baptisan (sunat Kristus) ... 52

Membuat persembahan sesuai dengan pengudusan ...53

Bertemu dengan Tuhan dalam tempat rahasia ... 54

Rangkuman ... 54

PILIHAN - Pelajaran dari Esau Luke Pomery ... 57

Cerita tentang hidup Esau ... 59

Pilihan dan penentuan Elohim yang berdaulat ... 59

Penolakan Esau akan panggilan dan pilihan Elohim ... 60

Permusuhan (Kebencian) turun-temurun ... 61

Prinsip dari pilihan ... 63

Pilihan Elohim yang berdaulat ... 63

Memilih apa yang telah Elohim pilih ... 64

Bertanggung jawab untuk pilihan kita ... 64

Membuat pilihan kita pasti ... 67

Proses pengudusan ... 67

Mengejar pengudusan dan hidup damai ... 67

Berhati-hati supaya tidak jatuh dari kasih karunia Elohim ... 69

Berhati-hati supaya akar pahit tidak bertumbuh ... 69

Berhati-hati supaya kita tidak menjadi amoral dan fasik ... 70

(6)

iii

BUAH SULUNG - Pelajaran dari Yusuf

Richie Kaa ... 73

Dahan yang berbuah-buah ... 75

Anak kesayangan... 75

Panggilan Elohim ... 76

Dijual sebagai budak ... 76

Didakwa dengan keliru ... 76

Dilupakan ... 77

Berbuah-buah ... 77

Yusuf mengampuni saudara-saudaranya ... 78

Yusuf memiliki roti ... 78

Kepada mereka yang dilatih ...79

Benih ditaburkan ...79

Setiap anak yang ditaburkan ke dalam dunia ... 80

Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati ... 80

Dari budak kepada sahabat ... 80

Pemangkasan/pembersihan ... 81

Menghasilkan buah yang tetap ... 82

Memperdamaikan orang lain kepada kehendak Bapa ... 82

Pelayan-pelayan pendamaian ...83

Sedikit memilih apa yang Dia telah pilih ...83

Menerima apa yang Elohim telah pilih untuk orang lain ...83

Kesulitan (masalah) dan penganiayaan karena firman ... 84

Bersatu dengan keadaan yang berlawanan dalam kehidupan ini ... 84

Elohim yang Mahatinggi berkuasa ... 85

Engkau memiliki roti ... 86

(7)
(8)

5

Kata Pengantar

Apakah kesaksianmu?

Ketika kita memikirkan tentang kesaksian, kita sering memikirkan deskripsi hukumnya. Seseorang mungkin bersaksi di pengadilan atau menceritakan peristiwa-peristiwa dari suatu kejadian, dan kamu dapat melihat bahwa mereka kembali melihat sesuatu yang terjadi di masa lampau. Mereka mengingat sesuatu yang telah terjadi, dan mungkin menganalisa apa yang benar dan salah mengenai kejadian tersebut. Bahkan mereka mungkin mengatakan apa yang seharusnya berbeda sejak saat itu. Banyak orang Kristen percaya bahwa ‘kesaksian’ adalah seperti itu. Kadang kala, mungkin itu lebih kepada suatu penilaian akan kinerja mereka, daripada kesaksian akan iman yang bergerak maju sebagai anak Elohim. Kita dapat mengatakan bahwa kesaksian dari seorang murid terhubung dengan seruan, ‘Ya Abba, ya Bapa!’

Penting untuk mengingat dan bersyukur untuk semua yang Elohim telah lakukan untuk kita. Akan tetapi, kita dapat mengingat instruksi-instruksi dari Kitab Suci yang mengingatkan kita untuk melihat ke depan. ‘Sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai.’1

Inilah prinsipnya. Kita memang terlibat dalam peristiwa-peristiwa yang berdampak atas kesehatan kita, emosi kita, keyakinan kita, dll. Tapi meskipun peristiwa-peristiwa itu merupakan pengujian yang kita alami, bukan artinya ini menjadi kesaksian kita. Kesaksian kita adalah pengakuan iman seorang murid. Kesaksian iman ini merupakan motivasi untuk maju menuju warisan akan kedewasaan penuh dari hidup kita sebagai anak. Paulus menyebut motivasi, atau sikap ini, roh adopsi dan roh iman, dan ini dirangkumkan dalam seruan, ‘Ya Abba, ya Bapa!’2

Dalam kitab Roma, kita membaca bahwa seruan ‘Ya Abba, ya Bapa!’ merupakan doa atau pengakuan yang mengekspresikan komitmen seorang anak Elohim untuk menerima dan hidup oleh firman yang diproklamirkan kepada mereka.3 Mereka dapat melihat gambar dari

hidup mereka sebagai anak sebagaimana yang ditetapkan oleh Bapa, dan mengakui bahwa Elohim adalah Bapa dari hidup mereka. Roh adopsi telah memotivasi seruan mereka ‘Ya Abba, ya Bapa!’4 Motivasi ini menunjukkan bahwa mereka telah menerima iman Elohim dan

1Mzm 30:5

2Rm 8:15. Gal 4:6. Mrk 14:36

3Rm 8:15 4Rm 8:15

(9)

6

sekarang maju mempersembahkan diri mereka untuk melakukan pekerjaan dari hidup mereka sebagai anak yang Elohim telah persiapkan untuk mereka lakukan dalam Kristus.

Kitab Suci merujuk kepada contoh lain dari seruan, ‘Ya Abba, ya Bapa!’5 Seruan ini bukan

berasal dari kita, melainkan dari Roh Anak yang ada dalam kita. Ketika seseorang menerima benih yang tidak fana dari Elohim, mereka dilahirkan dari atas. Kemudian Bapa mengirimkan Roh Anak untuk berdiam dalam hati mereka. Anak bersukacita bersama-sama dengan saudara-saudara-Nya, dan terus berseru ‘Ya Abba, ya Bapa!’ di dalam anak Elohim yang telah dilahirkan kembali. Dia menyembah Bapa di dalam kita, dan memberi kesaksian bahwa Elohim adalah Bapa dari roh kita. Roh Anak bersukacita bersama dengan kita, sementara kita juga maju dengan ucapan syukur untuk mewarisi kepenuhan dari hidup kita sebagai anak. Rasul Paulus mengingatkan jemaat Tesalonika bahwa mereka seharusnya ‘tidak memadamkan Roh [roh adopsi]’.6 Instruksi-instruksinya dalam pasal ini menyoroti budaya

seseorang yang dimotivasi oleh roh adopsi. Mereka harus maju di tengah-tengah orang-orang yang berjaga-jaga atas jiwa mereka, untuk mendengar nama mereka dipanggil dan pekerjaan mereka didefinisikan. Tema yang sama ini dikomunikasikan dalam surat Paulus kepada Filemon.7 Pengudusan kita adalah kehendak Elohim untuk kehidupan kita.8 Ini artinya, dalam

roh adopsi, kita akan termotivasi setiap hari untuk memberikan diri kita kepada persekutuan supaya kita dapat mengenal dan dikenal Elohim dan saudara-saudara kita.9 Dalam

persekutuan ini, pengudusan kita menjadi jelas bagi kita. Kita dapat mendengar firman yang memberikan kita pengertian akan siapa kita, dan pekerjaan dari hidup kita sebagai anak yang perlu kita lakukan. Kita dapat melihat sekarang bahwa penting untuk kita terus mendengarkan Roh Kudus sementara Dia menolong kita dengan roh iman untuk maju dalam hidup kita sebagai anak dan menangkap kerajaan Elohim.10

Ketika injil tentang anak diproklamirkan kepada orang yang tidak percaya oleh utusan-murid, pengasihan (kasih karunia) dan permohonan dari Elohim, datang kepada mereka. Kasih karunia Elohim tersedia untuk memberikan kepada mereka kapasitas untuk mendengar firman pada saat firman itu disampaikan kepada mereka. Mereka juga menerima kapasitas dari Elohim untuk meresponi firman ketika firman itu memanggil mereka kepada hidup mereka sebagai anak. Jika mereka tidak menolak kasih karunia Elohim, mereka akan menyadari bahwa mereka miskin atau bangkrut dalam roh. Identitas mereka rusak, dan mereka tidak memiliki kapasitas untuk memperbaiki dosa dalam kehidupan mereka, yang merupakan akibat dari terpisahnya mereka dari Elohim. Tanpa mereka menerima pertolongan, mereka akan kehilangan semua pengharapan. Mereka memerlukan pemberian atau karunia iman jika mereka mau berlanjut dalam hidup mereka sebagai anak.

Adalah mungkin bagi pendengar untuk menolak kasih karunia Elohim yang datang kepada mereka dalam firman. Pernahkah kamu memikirkan, kelihatan seperti apakah hal ini? Secara

5Gal 4:6 61Tes 5:19 7Flm 1:6 81Tes 4:3 9Rm 12:1‑2

10 Mat 11:12 The Pulpit Commentary mengatakan bahwa

Yesus sedang menggambarkan ‘tenaga yang dengannya beberapa jiwa mendesak, dan mendorong perlunya tenaga seperti itu supaya keselamatan diperoleh.’

(10)

7

singkat, kita dapat menarik beberapa profil dari kitab Kisah Para Rasul yang menggambarkan penolakan terhadap berita injil.

1. Agamawi dan terhilang. Meskipun dia percaya, Agripa menolak panggilan Bapa untuk

menjadi anak-Nya.11 Kita dapat mendefinisikan respon ini sebagai ‘superioritas

kepandaian’. Pendengar adalah hakim dari firman ketika firman itu datang, dan mereka tidak akan menerima firman jika itu tidak sesuai dengan motivasi mereka sendiri. Agripa seperti ini ketika Paulus memberitakan firman kepadanya. Pada dasarnya, pengakuannya adalah, ‘Aku diinsafkan bahwa kamu mungkin benar, tapi aku tidak mau melakukan apapun tentang hal itu sekarang. Aku memiliki agendaku sendiri.’

2. Rasa takut dan keuntungan pribadi. Ketika wali negeri Roma, Feliks, mendengar injil yang

diberitakan Paulus, dia menjadi takut ketika Roh menginsafkan dia mengenai kebenaran, penguasaan diri, dan penghakiman yang akan datang. Responnya adalah menarik diri dan mengontrol interaksi mereka sampai waktu yang tepat, dengan diam-diam berharap mendapatkan keuntungan dari penawanan Paulus.12

3. Dakwaan mengolok-olok. Pengganti Feliks, Festus, hadir ketika Paulus bersama dengan

Agripa. Festus mengolok-olok utusan, Paulus, mendakwa/menuduh dia sebagai orang gila, dan tidak mau menerima penginsafan apapun dari firman.13

4. Kemarahan yang menyebabkan pembunuhan. Kitab Kisah Para Rasul mencatat respon

orang-orang Yahudi terhadap injil yang diproklamirkan Stefanus kepada mereka. Meskipun hati mereka tertusuk ketika mereka diinsafkan, mereka memilih untuk menolak kasih karunia Elohim. Mereka menutup telinga mereka untuk menolak firman, dan memberikan diri mereka kepada kemarahan yang menyebabkan pembunuhan. Mereka mengupayakan cara yang paling cepat untuk membinasakan utusan serta menghentikan utusan dan penginsafannya.14

Merupakan hal yang sangat serius untuk memikirkan bahwa kita semua dapat meresponi seperti itu jika kita tidak terus bertekun dalam roh adopsi untuk berseru, ‘Ya Abba, ya Bapa!’ Jika pendengar memilih untuk tidak menolak kasih karunia Elohim, mereka akan mulai memahami bahwa mereka miskin atau bangkrut dalam roh. Seperti yang kami katakan sebelumnya, identitas mereka rusak dan sama seperti Abraham, mereka menyadari bahwa mereka tidak memiliki kapasitas untuk mencapai janji hidup sebagai anak dengan kuasa atau kekuatan daging mereka sendiri. Mereka akan mulai meratapi dosa mereka dan berseru dalam permohonan untuk pengampunan. Mereka juga berseru meminta pertolongan untuk mempercayai hidup mereka sebagai anak yang injil tawarkan kepada mereka.15

Mendengarkan sakit bersalin dari permohonan mereka, Bapa akan mengampuni mereka. Dia memberikan iman Elohim kepada mereka. Ini adalah iman yang sama yang Abraham terima ketika Firman Yahweh datang kepadanya dan berkata, ‘Janganlah takut, Abram, Akulah perisai [iman]-mu; [Akulah] upahmu yang sangat besar.’16 Ini artinya pendengar telah

menerima perisai iman Elohim, dan telah dibebaskan dari rasa takut akan kegagalan atau

11Anak yang ‘hilang’ adalah seseorang yang menolak

firman Bapa mengenai ketaatan hidup mereka sebagai anak. Kis 26:27-28. 12Kis 24:25 13Kis 26:24 14Kis 7:54‑60 15Mat 5:3‑4 16Kej 15:1. Ef 6:16 Kata Pengantar

(11)

8

kematian, untuk mempercayai apa yang Elohim percaya tentang mereka.17 Mereka telah

dilahirkan sebagai anak Elohim dan dapat percaya untuk menerima warisan penuh mereka sebagai anak Elohim.

Anak Elohim Sendiri memberi kesaksian bahwa Dia dijadikan murid, demikian, ‘Tuhan Elohim telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. Tuhan Elohim telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang.’18

Unsur-unsur yang sama dari budaya pemuridan sekarang dapat menjadi aktif dalam kesaksian pendengar. Yaitu:

1. Mereka telah dilahirkan sebagai anak Elohim dan dapat percaya untuk menerima warisan penuh mereka sebagai anak Elohim. Mereka telah menerima telinga seorang murid, sehingga mereka dapat mendengar firman dan menerima iman Elohim yang datang melalui pendengaran.19 Inilah roh iman yang Paulus bicarakan.20

2. Dalam roh iman ini, mereka dimampukan untuk percaya dan mengaku dengan mulut seorang murid bahwa mereka adalah anak Elohim, sedang dilahirkan dari atas dengan hidup Elohim sendiri.21 Kesaksian mereka sekarang mengekspresikan iman anak Elohim

untuk menerima warisan penuh dari hidup mereka sebagai anak dalam Kristus. Mereka terus maju dalam roh adopsi.

Tentu saja, perjalanan dilahirkan dari Roh baru saja dimulai. Dengan menerima iman Abraham, mereka menjadi anak Abraham, dan pewaris dari janji hidup sebagai anak.22 Bapa

telah memperhitungkan kebenaran kepada mereka dan menganggap mereka sebagai anak dalam rumah-Nya, tapi mereka belum dewasa sampai kepada hidup sebagai anak sepenuhnya yang Elohim telah tentukan sejak semula untuk mereka. Meskipun demikian, mereka telah menerima iman Elohim untuk mempercayai, dan menangkap, warisan penuh mereka. Inilah adopsi. Orang-orang yang menerima adopsi karena mempercayai Elohim diberkati bersama dengan Abraham, yang beriman itu.23

Sepanjang perjalanan Kekristenan kita, kita perlu untuk terus memperhatikan ketika Roh Kudus menggerakkan roh iman yang kita telah terima, dan yang membuat kita berseru ‘Ya Abba, ya Bapa!’ Pada saat yang sama, Roh Kristus di dalam kita terus berseru, ‘Ya Abba, ya Bapa!’ memberi kesaksian dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Elohim. Dalam suratnya kepada orang-orang Kristen di Roma, Paulus mengatakan bahwa kita memiliki buah sulung dari Roh, tapi masih tetap mengerang di dalam diri kita, dengan tekun menantikan adopsi, penebusan tubuh kita.24 Ini artinya ada lebih lagi yang perlu kita tangkap sehubungan

dengan hidup kita sebagai anak.

Kita terus berseru oleh roh adopsi, karena kita belum mencapai kepenuhan dari kedewasaan kita sebagai anak-anak Elohim. Kita telah menerima Roh Anak yang memberi kesaksian di

17Ef 6:16 18Yes 50:4‑5 19Yes 50:4. Ef 6:16 20Rm 10:17 21Yes 50:5. Ef 6:16 22Gal 3:7. Rm 4:11 23Gal 3:6‑9 24Rm 8:22

(12)

9

dalam kita bahwa kita adalah anak. Akan tetapi, kodrat ilahi itu belum menjadi sifat dasar kita. Kita terus berseru supaya Kristus akan dibentuk di dalam kita melalui proses sakit bersalin.25 Melalui baptisan, kita disatukan dengan persekutuan penderitaan Kristus dan

memiliki partisipasi yang terus-menerus dalam sakit bersalin-Nya.

Roh Kudus menyatukan kita kepada sakit bersalin ini.26 Dia menolong kita dalam

permohonan kita ketika kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa. Dalam segala keadaan kita, Dia memimpin kita ke dalam kebenaran akan hidup kita sebagai anak, dan menolong kita ketika kita berdoa membangun diri kita dalam iman kita yang paling suci.27

Karena iman kita untuk hidup sebagai anak dan kesaksian Roh Kudus bersama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Elohim, kita yakin bahwa kita sedang mewarisi hidup kita sebagai anak. Kita tahu bahwa panggilan kita sebagai anak adalah aman, dan bahwa warisan kita adalah pasti, karena kita terus bertekun dalam adopsi untuk menjadikan pilihan kita pasti. Dalam persekutuan sakit bersalin ini, dosa dan kesalahan kita diambil dari kita dan ditransfer kepada Kristus. Pada saat yang sama, hidup-Nya ditransfer kepada kita supaya hidup-Nya itu dapat dibentuk di dalam kita. Ini adalah proses yang kita sebut sebagai ‘transfer persembahan’.

Ketika kita terus-menerus menerima firman Elohim yang disampaikan kepada kita melalui para utusan-Nya, kita juga akan terus menerima iman Elohim dan bertumbuh dari iman kepada iman.28 Marilah kita memperhatikan sebentar bagaimana hal ini bekerja. Dengan

setiap firman yang disampaikan kepada kita oleh Elohim melalui para utusan-Nya, iman juga datang kepada kita bersama dengan firman itu. Kita perhatikan bahwa iman bukan hanya sekedar suatu ambisi atau mengharapkan sesuatu terjadi di masa yang akan datang. Iman secara terus-menerus datang melalui pendengaran. Dan mendengarkan adalah kapasitas yang diberikan kepada kita oleh Elohim ketika Dia memberikan kita telinga seorang murid.

Sementara kita bertumbuh dari iman kepada iman, kita menerima akses yang semakin meningkat kepada kasih karunia Elohim, yang di dalamnya kita berdiri.29 Kasih karunia

kehidupan ini dinyatakan sebagai sifat dasar dari hidup-Nya sebagai anak. Ini dinyatakan melalui persembahan. Kita melihat bahwa iman memberikan kita kapasitas untuk bersatu dengan persembahan ini, supaya hidup yang dimultiplikasi melalui persembahan menjadi milik kita. Dia dinyatakan sebagai Firman dalam daging, penuh kasih karunia dan kebenaran. Ketika kita meresponi firman dari iman kepada iman, kita sedang diubahkan dari kemuliaan kepada kemuliaan, ke dalam gambar hidup Kristus sebagai anak.

Penting untuk kita merangkul pengertian-pengertian ini dan mengaplikasikannya pada budaya kita, setiap hari. Ini karena kita tidak dapat hidup dengan cara lain apapun selain dari firman Elohim.30 Bahkan, ini adalah budaya yang terus-menerus dari anak-anak Elohim yang

maju ke dalam langit yang baru dan bumi yang baru.

25Gal 4:19 26Rm 8:22,26 27Rm 8:22,26,28. Yud 1:20 28Rm 10:17. Rm 5:1‑2 29Yoh 1:14. 2Kor 3:18 30Mat 4:4 Kata Pengantar

(13)
(14)

11

GAMBARAN MENYELURUH

Pelajaran-pelajaran dalam kasih semula

(15)
(16)

13

Bertemu dalam pengudusan

Mungkin tantangan terbesar yang dihadapi oleh gereja mula-mula adalah tantangan untuk terus bertekun dalam kasih yang semula. ‘Kasih yang semula’ merupakan istilah yang Yesus gunakan untuk berbicara kepada gereja Efesus. Dia juga menasihati setiap orang Kristen untuk mendengar berita yang sama ini.1 Pemikiran yang serius bagi setiap murid dalam setiap gereja

saat ini adalah dimana Yesus mengatakan, ‘Namun demikian Aku mencela engkau (terj. Bhs. Ing.

I have this against you’ artinya ‘Aku menentang engkau dalam hal ini’), karena engkau telah

meninggalkan kasihmu yang semula’.2 Dia dengan kuat menunjukkan bahwa setiap orang

perlu dipulihkan dan bertumbuh kepada kedewasaan dalam kasih yang semula.

Yesus melanjutkan untuk berbicara kepada gereja-gereja, demikian, ‘Sebab itu ingatlah betapa dalamnya (terj. Bhs. Ing. ‘from where’ artinya ‘dari mana’) engkau [semua] telah jatuh! Bertobatlah

dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan (terj. Bhs. Ing. ‘first works’ artinya ‘pekerjaan

yang semula’).’3 Dia menunjukkan bahwa kita telah jatuh, atau meninggalkan, suatu tempat

atau suatu konteks. Yesus menyebut konteks ini ‘kasih yang semula’.4

Ketika Paulus menuliskan kepada orang-orang Kristen di Efesus, dia menyebut konteks kasih yang semula ini ‘tempat sorgawi’.5 Dia selanjutnya menjelaskan bahwa, ketika anak-anak

Elohim diam bersama dalam Kristus, mereka dapat melakukan pekerjaan baik dari hidup sebagai anak yang Elohim telah namai untuk mereka.6 Tempat sorgawi merupakan konteks di

mana kita memiliki persekutuan dengan Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan dengan anak-anak

Elohim yang lain.

Kita dapat mengamati titik puncak dari persekutuan kita ketika kita berkumpul bersama di meja perjamuan kudus. Di sana kita dapat makan daging Kristus dan minum darah-Nya, menerima hidup yang kekal, dan bersukacita dalam janji akan kebangkitan. Yesus mengatakan, ‘Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia’.7 Inilah konteks dari kasih semula, yang di dalamnya kita harus hidup.

Untuk memahami bagaimana ini bekerja, kita perlu melihat dengan saksama apa artinya berkumpul bersama dalam kasih yang semula. Kita perlu melihat pada bagaimana kita berpartisipasi bersama sebagai jemaat orang-orang percaya di meja perjamuan kudus. Penting juga untuk melihat pada bagaimana kita mempersembahkan diri kita untuk persekutuan dalam keluarga kita, dan bagaimana kita melayani hidup Elohim sebagai anggota-anggota tubuh Kristus. 1Why 2:7 2Why 2:4 3Why 2:5 4Why 2:4 5Ef 2:5‑6 6Ef 2:10. Mzm 139:16 7Yoh 6:54‑56

(17)

14

Unsur-unsur kasih semula merupakan fondasi-fondasi yang sangat penting untuk kehidupan orang Kristen. Jika kapasitas-kapasitas ini aktif dalam manusia rohani, mereka dapat menilai segala sesuatu, namun mereka tidak dinilai oleh siapapun.8

Pengudusan

Ketika kita memikirkan tentang identitas orang lain, kita menghargai roh mereka, sebagaimana juga kemampuan-kemampuan alamiah yang mereka miliki sejak lahir. Setiap orang dilahirkan dengan identitas dan kemampuan; inilah manusia alamiah mereka. Ketika

seseorang meresponi firman yang diproklamirkan kepada mereka, identitas mereka mulai diregenerasi dan dibaharui oleh Roh Kudus.9 Mereka mulai menjadi rohani. Roh mereka

dilahirkan kembali oleh firman Bapa ketika mereka menerima nama mereka sebagai anak Elohim, dan Roh Anak sebagai hidup mereka. Kemudian, melalui baptisan, mereka disatukan kepada persekutuan persembahan Kristus. Setelah dilahirkan dari atas, seseorang menerima otoritas untuk mengekspresikan nama mereka sebagai anak Elohim. Yesus merujuk kepada otoritas ini sebagai ‘mina’.10 Kapasitas-kapasitas rohani juga ditambahkan kepada mereka

supaya mereka dapat menyelesaikan pekerjaan yang Elohim telah persiapkan untuk mereka. Yesus merujuk kepada ini sebagai ‘talenta’.11

Panggilan dan pilihan

Penting untuk memahami bahwa nama, mina dan talenta seseorang diberikan kepada mereka oleh Elohim sesuai dengan panggilan mereka. Firman ‘penentuan sejak semula’ menggambarkan tujuan Elohim bagi setiap kita – bahwa kita seharusnya menjadi anak-Nya. Ketika Elohim menyatakan tujuan-Nya bagi kita, kita dapat melihat panggilan kita.12

Panggilan Elohim untuk setiap orang adalah apa yang Elohim secara berdaulat putuskan, atau pilih, untuk mereka jadi dan lakukan sebagai anak-Nya. Panggilan-Nya menyatakan kepada mereka sifat dasar dari pribadi rohani yang Dia maksudkan untuk mereka jadi. Panggilan Elohim tidak bergantung pada kapasitas-kapasitas alamiah yang berkaitan dengan identitas seseorang. Paulus menekankan bahwa unsur-unsur kompetensi alamiah yang dipercaya oleh manusia, bukanlah bagian dari pilihan atau putusan Elohim. Elohim telah memilih hal-hal yang bodoh dan yang lemah untuk memalukan yang berhikmat dan yang kuat.13 Dia

melakukan ini supaya kita akan bersukacita hanya dalam hidup-Nya, dan bukan dalam kekuatan daging kita.

Ketika nama kita dipanggil oleh firman Elohim, kita menangkap keyakinan akan nama kita dan pekerjaan ketaatan yang Elohim telah pilih untuk kita lakukan. Inilah bagaimana kita menjadikan panggilan dan pilihan kita pasti dan bagaimana kita berpartisipasi dalam penggenapan kehendak Elohim.14 Rasul Paulus menjelaskan bahwa kehendak Elohim untuk

kita adalah pengudusan kita.15 Ini artinya menjadi anak Elohim yang Dia ciptakan untuk kita

jadi. Kita dapat mengatakan bahwa pengudusan seseorang merupakan ekspresi dari panggilan mereka. Masing-masing kita perlu terus bertumbuh dalam pengertian akan pengudusan kita

81Kor 2:15 9Tit 3:5 10Luk 19:11‑27 11Mat 25:14‑30 121Kor 1:27 131Kor 1:27 142Ptr 1:10 151Tes 4:3

(18)

15

dalam hal-hal praktis. Kita perlu dengan serius mempersembahkan diri kita dalam otoritas nama kita, oleh iman, untuk bersekutu dalam tubuh Kristus, memultiplikasi hidup Elohim melalui persembahan.

(19)
(20)

17

Memahami mina milikmu

Kita mengamati pengudusan seseorang ketika mereka mengekspresikan nama mereka sebagai anak Elohim. Masing-masing kita dilahirkan sebagai anak manusia, dan diberikan nama oleh orang tua kita. Akan tetapi, ini bukanlah nama kita sebagai anak Elohim. Sebelum penciptaan langit dan bumi, Bapa, Anak dan Roh Kudus mendiskusikan dan menamai setiap orang. Nama ini mendefinisikan siapa mereka seharusnya jadi dan pekerjaan yang mereka seharusnya lakukan. Ini semua tertulis dalam kitab kehidupan. Elohim memikirkan dengan sangat hati-hati memikirkan setiap nama sehingga pemazmur menuliskan bahwa pemikiran-pemikiran-Nya untuk setiap orang adalah ‘lebih banyak daripada pasir’.1

Seseorang menerima nama mereka oleh kasih karunia Bapa. Ini terjadi ketika mereka dilahirkan dari atas, dari benih yang tidak fana, menjadi anak-anak Bapa. Semua ini terjadi melalui iman dalam firman Elohim yang hidup dan kekal.2 Ketika nama mereka diberikan

kepada mereka, nama ini menjadi milik kepunyaan pribadi mereka. Ini artinya mereka sekarang memiliki identitas mereka dan, yang penting, memiliki otoritas atau mandat untuk mengekspresikan hidup mereka sebagai anak. Otoritas ini bukanlah nama mereka, tapi ini merupakan mandat untuk melakukan pekerjaan dari hidup mereka sebagai anak. Yesus membuat perbedaan antara otoritas atau ‘mina’ ini dengan nama kita yang tertulis di sorga. Dia mengatakan kepada murid-murid-Nya, ‘Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa

(otoritas) kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan

kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena

namamu ada terdaftar di sorga.’3

Kita memahami dari perumpamaan-perumpamaan itu bahwa otoritas, yaitu mina, diberikan kepada kita untuk dimultiplikasi. Yesus mengajarkan ‘ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali.’4 Perhatikan bahwa

masing-masing hamba menerima jumlah otoritas yang sama sebagai satu mina, yang melaluinya mereka mengekspresikan hidup mereka sebagai anak. Dalam hal ini, kita dapat melihat bahwa Elohim mengasihi dan menghormati masing-masing anak Elohim secara sama. Upah untuk memultiplikasi mina digambarkan dalam perumpamaan sebagai otoritas atas kota-kota.5 1Mzm 139:17‑18 21Ptr 1:23 3Luk 10:19‑20 4Luk 19:12‑13 5Luk 19:17

(21)

18

Sangat serius untuk memikirkan bahwa otoritas untuk mengekspresikan identitasmu dapat diambil darimu pada saat penghakiman.6 Karena kita adalah makhluk kekal, akan sangat

menyedihkan untuk masuk ke dalam kekekalan dengan memiliki identitas kita, tapi tidak memiliki kapasitas untuk mengekspresikan nama kita. Kita harus ingat bahwa kita mulai mengerjakan otoritas dari nama kita ketika kita secara terus-menerus mempersembahkan diri kita untuk persekutuan. Dalam persekutuan, kita dapat membuktikan kehendak Elohim melalui persembahan dan bertumbuh dalam pengertian akan pengudusan dan pekerjaan kita.7

Memultiplikasi mina milikmu

Iman adalah kapasitas untuk mengerjakan otoritas dari nama seseorang dan, dengan demikian, memultiplikasi mina. Seperti yang Paulus jelaskan, ‘Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Elohim. Sebab barangsiapa berpaling kepada Elohim, ia harus percaya bahwa Elohim ada, dan bahwa Elohim memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.’8 Seseorang menyenangkan/berkenan kepada Elohim dengan menjadi pribadi

yang Dia namai untuk mereka jadi. Seperti yang telah kita perhatikan, mereka akan memiliki upah mereka dalam langit yang baru dan bumi yang baru.

Ketika seseorang menerima nama mereka dari Bapa, mereka juga menerima ‘ukuran iman’ yang memampukan mereka untuk mengerjakan otoritas nama mereka.9 Kita melihat iman

seseorang ketika mereka mempersembahkan diri mereka untuk melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan nama mereka. Setiap kali mereka menerima firman dan menaatinya, iman terus datang kepada mereka, dari ‘iman kepada iman’.10 Seperti yang rasul Yakobus berikan

kesaksian, ‘Aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku (pekerjaanku)’.11 Pekerjaan ini disebut, ‘ketaatan iman’.12

Ketika kita melakukan pekerjaan dari hidup kita sebagai anak dalam ketaatan iman, kita menunjukkan ‘kebenaran berdasarkan iman’.13 Ini dimulai dengan pengakuan iman.

Sesungguhnya, pekerjaan pertama dari kebenaran berdasarkan iman adalah berkata-kata/berbicara. Mencari persekutuan, seseorang akan berbicara dalam otoritas nama mereka,

dan bukan mencari firman alternatif untuk memberdayakan pekerjaan mereka atau memberikan mereka semacam rasa berharga atau validitas.14 Mereka dapat berbicara dalam

kebenaran berdasarkan iman karena firman yang diberitakan kepada mereka sekarang ada di dalam mereka; ada dalam mulut mereka dan dalam hati mereka.15 Dengan iman ini, anak

Elohim mempersembahkan dirinya, dalam otoritas nama mereka, untuk bersekutu dengan saudara-saudara mereka.

Seseorang menerima iman melalui pendengaran akan firman Elohim.16 Iman diberikan kepada

mereka supaya mereka dapat berdiri dalam otoritas nama mereka untuk bertemu dan berbicara dalam persekutuan dengan saudara-saudara mereka dalam Kristus. Inilah konteks yang di dalamnya mereka berkata-kata dalam roh iman.17 Mereka tidak akan berelasi dengan

orang lain untuk memperoleh peneguhan akan gambar yang mereka miliki tentang diri mereka

6Luk 19:24‑27 7Rm 12:1 8Ibr 11:6 9Rm 12:3 10Rm 1:17. Rm 10:17 11Yak 2:18 12Rm 1:5. Rm 16:26 13Rm 10:6 14Rm 10:6 15Rm 10:8 16Rm 10:8 172Kor 4:13. Mzm 116:13‑19

(22)

19

sendiri. Melainkan, mereka akan mempercayakan diri mereka kepada Bapa, dan dapat mempercayai dan secara terbuka bercakap-cakap dengan saudara-saudara dan saudari-saudari mereka dalam Kristus. Orang lain dapat memberi kesaksian terhadap iman mereka karena mereka telah mempersembahkan diri mereka untuk bersekutu sesuai dengan pengudusan mereka. Inilah persekutuan persembahan yang darinya mereka dapat melayani kasih karunia Elohim kepada yang lain. Kemampuan untuk melayani kasih karunia ini adalah melalui pemberian/karunia talenta.

(23)
(24)

21

Memahami talenta

Yesus mengajarkan bahwa kerajaan sorga ‘sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.’1

Talenta adalah pemberian dari kasih karunia yang berasal dari Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan diberikan oleh Kristus. Talenta merujuk kepada empat dimensi kasih karunia Elohim yang datang dari tangan Kristus. Keempat dimensi kasih karunia ini adalah firman, hidup, Roh dan kasih Elohim. Setiap anak Elohim menerima kasih karunia ini melalui pelayanan para utusan, yang ada dalam tangan Kristus sementara Dia berjalan di tengah-tengah gereja-gereja kaki dian-Nya.2

Kristus membagikan talenta kepada seseorang menurut kesanggupan mereka.3 Kesanggupan

atau kemampuan-kemampuan ini adalah fitur dari identitas seseorang, yang terus-menerus diregenerasi dan dibaharui oleh Roh Kudus. Sementara anak-anak bertumbuh, kesanggupan ini mulai terlihat, dan akan dikembangkan melalui pelatihan, dan diterapkannya disiplin. Akan tetapi, kesanggupan bukanlah talenta. Benar bahwa Kristus memberikan talenta kepada kita menurut kesanggupan. Tapi tidak setiap orang yang memiliki kesanggupan menerima beberapa talenta. Talenta adalah bagian dari panggilan seseorang; dan panggilan dan nama bertemu dalam persembahan. Kegagalan untuk menyadari perbedaan antara kesanggupan dengan talenta telah menjadi sumber kebingungan dalam gereja. Kebingungan ini telah menimbulkan kelancangan/kesombongan dan korupsi di dalam jemaat-jemaat Kristen. Seseorang menerima pemberian/karunia talenta dari Kristus setelah mereka dilahirkan dari Elohim, dan telah masuk ke dalam rumah Anak melalui baptisan. Yaitu, talenta diberikan kepada budak-budak kebenaran. Kehidupan mereka sebagai budak kepada Kristus menghasilkan pengudusan mereka sebagai anak Elohim.4 Ketika orang percaya berpartisipasi

dalam persembahan Kristus sebagai anggota tubuh-Nya, mereka juga memultiplikasi kasih karunia kehidupan sebagai anak Elohim. Sama seperti hamba-hamba dalam perumpamaan tersebut, setiap orang diminta untuk menginvestasikan talenta mereka dan memultiplikasinya melalui persembahan.5 Upah kekal atau kemuliaan mereka, dalam langit dan bumi yang baru,

bergantung pada sejauh mana talenta yang mereka terima pada masa ini dimultiplikasi.

1Mat 25:14‑15 2Why 1:12‑18 3Ef 4:7‑12 4Rm 6:19 5Mat 25:29

(25)

22

Mina dan talenta

Seseorang mengerjakan talenta mereka sebagai anak Elohim sesuai dengan otoritas mina. Dalam hal ini, kita perhatikan pengajaran Paulus, yang menjelaskan bahwa iman memberikan seseorang akses ke dalam kasih karunia Elohim yang di dalamnya seorang percaya berdiri dan bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Elohim.6 Ini adalah pengharapan

untuk menerima warisan penuh mereka sebagai anak Elohim.

Kita belajar dari Paulus bahwa pemberian-pemberian/karunia-karunia dan panggilan Elohim diberikan tanpa disesali.7 Akan tetapi, ini bukan berarti bahwa sekali seseorang telah

menerima pemberian/karunia dari Kristus, keselamatan atau hidup mereka sebagai anak terjamin. Yesus menjelaskan ini ketika Dia mengatakan kepada murid-murid-Nya, ‘Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"’8

Jelas, pemberian/karunia Kristus, atau talenta, dapat disalahgunakan atau salah arah supaya seseorang memperoleh validasi untuk profil yang mereka tentukan untuk diri mereka sendiri. Sebagai contoh, mereka mungkin mencari posisi otoritas atau kuasa pelayanan atas orang lain, dan menggunakan pemberian/karunia mereka untuk membenarkan gambar yang mereka proklamirkan sendiri. Hal ini bertentangan dengan panggilan mereka, dan artinya kerja keras pelayanan mereka bukanlah ekspresi dari hidup mereka sebagai anak yang dikuduskan. Kristus tidak mengenal orang-orang ini, karena pengerjaan talenta mereka tidak sesuai dengan pengudusan nama mereka, oleh iman. Melalui pengudusan, seseorang dan pemberian/karunia mereka haruslah merupakan hal yang sama. Seseorang haruslah menjadi pemberian/karunia tersebut.

Akhirnya, penilaian sesuai iman, dimotivasi oleh realitas-realitas iman, memadukan kemampuan-kemampuan dengan talenta atau kasih karunia yang Elohim berikan. Prinsip penilaian yang sesuai iman terdapat dalam perkataan Paulus. ‘Aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa (terj. Bhs. Ing. ‘to have sound [or sober] judgement’ artinya ‘memiliki penilaian yang sesuai iman’), sehingga kamu menguasai

diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Elohim kepada kamu masing-masing.’9

Seseorang yang telah menerima suatu ukuran iman, menunjukkan bahwa mereka hidup oleh iman ketika mereka mempersembahkan diri mereka untuk bersekutu, sesuai dengan pengudusan mereka. Ini adalah orang yang melihat diri mereka dan orang lain dengan penilaian yang sesuai iman. Mereka tidak berpikir lebih tinggi atau lebih rendah tentang diri mereka dari apa yang patut mereka pikirkan. Sebaliknya, oleh Roh, mereka mengusir imajinasi-imajinasi dan pemikiran-pemikiran yang tinggi yang mereka miliki tentang diri mereka sendiri. 6Rm 5:1‑2 7Rm 11:29 8Mat 7:22‑23 9Rm 12:3

(26)

23

Daripada mengejar suatu gambar alternatif tentang diri mereka sendiri atau pelayanan mereka sendiri, mereka menawan setiap pikiran tentang siapa mereka dan bagaimana mereka berfungsi, kepada ketaatan Kristus.10 ‘Penawanan kepada ketaatan Kristus’ menggambarkan

kehidupan kita sebagai budak di dalam rumah Anak. Kehidupan sebagai budak ini menghasilkan pengudusan kita sebagai anak-anak Elohim.

Kita dapat memikirkan penilaian yang sesuai iman sebagai ‘mengakui tubuh Kristus dengan benar’ dan partisipasi kita di dalam tubuh-Nya.11 Ketika kita tidak mengakui tubuh Kristus

dari dasar pengudusan, kita menjadi lemah dan sakit, dan bahkan mati sebelum waktu kita.12

Sangat luar biasa untuk kita memperhatikan bahwa Tuhan telah memberikan kepada setiap kita segala yang berguna untuk hidup dan kesalehan.13 Ini artinya Dia telah melahirkan kita

sebagai anak Elohim, dan memberikan kepada kita iman dan kasih karunia, yang diperlukan untuk memenuhi pekerjaan hidup sebagai anak yang Dia telah tentukan sejak semula untuk kita. Ini menimbulkan ucapan syukur dan keyakinan yang besar. Kesaksian kita dapat menjadi ekspresi dari anak Elohim yang bergembira dalam pencapaian hidup kita sebagai anak melalui setiap musim kehidupan. Ini karena kita sedang membuat panggilan dan pilihan kita pasti, dan karena kasih yang semula adalah konteks kehidupan kita.

102Kor 10:4‑5 11Rm 12:4‑8 121Kor 11:27‑32 132Ptr 1:3 Memahami talenta

(27)

24

Gambaran menyeluruh – Pertanyaan-pertanyaan pembelajaran

• Panggilan Elohim untuk setiap orang adalah apa yang secara berdaulat Ia putuskan, atau pilih, untuk mereka jadi dan lakukan sebagai anak-Nya. Kehendak Elohim adalah pengudusan kita; dan pengudusan seseorang adalah ekspresi panggilan mereka. Kita menjadikan panggilan dan pilihan kita pasti ketika kita benar-benar mempersembahkan diri kita dalam otoritas nama kita, oleh iman, untuk persekutuan dalam tubuh Kristus, memultiplikasi hidup Elohim melalui persembahan. Jelaskan bagaimana kamu secara praktis telah mengalami proses ini.

__________________________________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________________________________ • Seseorang menerima nama mereka oleh kasih karunia Bapa ketika mereka dilahirkan dari atas, dari benih yang tidak fana melalui firman Elohim yang hidup dan yang kekal. Ketika nama mereka diberikan kepada mereka, nama itu menjadi milik mereka. Mereka sekarang mendapatkan milik kepunyaan atau kepemilikan atas identitas mereka dan, yang penting, memiliki otoritas atau mandat untuk mengekspresikan hidup mereka sebagai anak. Otoritas ini bukan nama mereka, melainkan mandat untuk melakukan pekerjaan hidup mereka sebagai anak. Yesus merujuk kepada otoritas ini dalam perumpamaan sebagai ‘mina’. Kita mulai mengerjakan otoritas nama (mina) kita ketika kita mempersembahkan diri kita untuk persekutuan, secara terus-menerus. Dalam konteks ini, kita membuat persembahan, dapat membuktikan kehendak Elohim mengenai pekerjaan kita, dan dapat mempelajari pengudusan kita. Dapatkah kamu menjelaskan dengan kata-kata dan kesaksianmu sendiri bagaimana cara bersekutu ini bekerja untuk melakukan kehendak Elohim, pengudusan kita?

__________________________________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________________________________ • Talenta adalah kapasitas rohani yang diberikan kepada kita supaya kita dapat menyelesaikan pekerjaan yang Elohim telah persiapkan untuk kita. Ini dapat disalahgunakan atau salah arah dimana seseorang berusaha memperoleh validasi atau persetujuan untuk gambar atau profil yang mereka miliki tentang diri mereka sendiri. Hasilnya berarti tindakan-tindakan mereka bertentangan atau berlawanan dengan panggilan mereka. Kristus tidak mengenal orang-orang ini, karena pengerjaan talenta mereka tidak sesuai dengan pengudusan nama mereka, oleh iman. Dapatkah kamu menggambarkan skenario dalam gereja dimana jenis kebingungan seperti ini dapat muncul?

_____________________________________________________________

_____________________________________________________________

(28)

25

NAMA

Pelajaran dari Kain

(29)
(30)

27

Engkau memiliki nama

Elohim telah menamai setiap orang

Raja Daud kagum ketika dia memperhatikan pemikiran-pemikiran Yahweh terhadapnya. Pemikiran-pemikiran itu lebih banyak daripada pasir di bumi.1 Bahkan, sebelum dunia

diciptakan, Elohim Bapa, Elohim Anak dan Roh Kudus menuliskan pemikiran-pemikiran Mereka yang tak terhitung tentang setiap orang sebagai ‘nama’ dalam kitab kehidupan.2 Tentu

saja, nama ini bukanlah sebutan yang diberikan kepada seorang bayi oleh orang tua mereka di bumi. Sebaliknya, nama Yahweh untuk setiap orang mendefinisikan kehendak sempurna -Nya untuk hidup mereka. Tuhan memanggil setiap orang dengan nama unik mereka, dan mengundang mereka untuk merangkul tujuan-Nya untuk kehidupan mereka dengan menjadi anak Elohim.3 Dia melakukan ini dengan pemberitaan injil dan pekerjaan Roh Kudus.4 Titik

mulai untuk memenuhi kehendak Elohim adalah memahami dan menerima nama yang telah ditentukan sejak semula yang Dia tetapkan untuk kita.

Alkitab menggunakan istilah ‘pengudusan’ untuk menggambarkan seorang Kristen yang memenuhi kehendak Elohim untuk hidup mereka, sesuai dengan nama mereka.5 Seorang

Kristen mengekspresikan pengudusan mereka melalui ketaatan iman mereka, persembahan mereka dan kasih mereka untuk tubuh Kristus. Hasilnya bagi orang-orang yang hidup dalam pengudusan adalah hidup yang kekal.6

Cerita Alkitab tentang Kain dan Habel menyoroti dua respon yang berlawanan terhadap panggilan Tuhan. Saudara yang satu, Habel, menerima nama dan pengudusan hidupnya dengan ketaatan kepada firman Elohim. Di sisi lain, Kain menolak namanya, meninggalkan persekutuan dengan Elohim, dan hidup menurut keinginan dagingnya. Pelajaran yang kita pelajari dari cerita tentang Kain dan Habel berlaku untuk setiap orang. Kita dapat memikirkan Kain dan Habel sebagai dua orang dewasa muda yang menegosiasikan tradisi-tradisi dan budaya keluarga mereka, memutuskan apakah mereka akan menghormati kebapaan Elohim terhadap mereka, dan memilih apakah akan menerima atau tidak menerima nama yang Dia tetapkan untuk mereka.

Hukum ‘lain’

Ketika Adam dan Hawa bersekutu dengan Elohim di taman Eden, firman-Nya memberikan terang pada mata mereka, memampukan mereka untuk mengetahui dan berjalan/hidup dalam pekerjaan baik yang Dia telah persiapkan untuk mereka.7 Rasul Yohanes menuliskan bahwa

1Mzm 139:17‑18

2Why 13:8. Mzm 139:16

3Yes 40:26. Yes 45:4. Yoh 1:12

41Ptr 1:12

51Tes 4:3 6Rm 6:22 7Ef 2:10

(31)

28

Elohim adalah terang dan dalam [persekutuan dengan] Dia tidak ada kegelapan sama sekali.8

Ketika seseorang berjalan dalam terang persekutuan, mereka dapat mengetahui segala sesuatu dalam Elohim, dan Elohim dalam segala sesuatu. Inilah artinya berada ‘dalam Roh’.

Ketika Adam dan Hawa memakan dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, mereka mencari sumber hidup alternatif terhadap firman Elohim. Mereka ingin menjadi seperti Elohim, menghakimi/menilai yang baik dan yang jahat, dan mendefinisikan tujuan hidup mereka sendiri. Akan tetapi, pengetahuan yang dicuri itu menjadi hukum yang berlawanan di dalam mereka, hanya meyakinkan mereka bahwa keinginan-keinginan yang egois dari daging mereka adalah ‘baik’. Motivasi kedagingan ini memutuskan hubungan mereka dengan Elohim, yang adalah Roh, dan merusak kapasitas mereka untuk melihat diri mereka sendiri, satu sama lain, dan dunia di sekitar mereka, menurut terang firman Elohim. Kita membaca dalam kitab Kejadian bahwa, setelah Adam dan Hawa diusir dari taman Eden, ‘mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: "Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan Tuhan."’9 Tidak lama kemudian, dia

melahirkan adik Kain, Habel.10 Sebagai akibat dari Kejatuhan, Kain dan Habel dilahirkan

dengan hukum ‘lain’ bekerja dalam hati mereka, memotivasi mereka untuk mengejar keinginan-keinginan daging mereka. Ini terjadi pada setiap orang yang lahir sejak Kejatuhan.

Bertemu dengan Tuhan

Kita membaca dalam kitab Kejadian bahwa Habel adalah seorang gembala kambing domba, tapi Kain, sama seperti ayahnya Adam, adalah seorang petani.11 Setelah beberapa waktu

lamanya, Kain membawa persembahan dari hasil tanah itu kepada Tuhan.12 Habel, dalam

bagiannya, juga membawa anak sulung dari kambing dombanya dan lemak-lemaknya.13

Persembahan adalah cara yang melaluinya seseorang bertemu Elohim, membuktikan kehendak-Nya, dan menerima instruksi mengenai nama mereka yang telah ditentukan sejak semula.14 Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat Korintus bahwa pekerjaan masing-masing

orang dinyatakan oleh persembahan.15 Ketika kita membuat persembahan, kita mengundang

Tuhan untuk berbicara kepada kita. Firman-Nya ‘memuridkan’ kita supaya kita dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Tuhan menerima persembahan Habel karena persembahannya menunjukkan imannya dalam nama yang Elohim telah berikan kepadanya.16 Ketika Tuhan tidak mengindahkan

persembahan Kain, dia menjadi marah dan mukanya muram.17 Persembahan Kain adalah

buah/hasil pekerjaan yang dia telah pilih untuk dirinya sendiri. Menjadi petani adalah suatu proyeksi bagi Kain, karena ini adalah mandat Adam, bukan mandatnya. Suatu proyeksi adalah gambar kebenaran sendiri yang kita pegang untuk diri kita. Ini bukanlah siapa yang Elohim telah ciptakan untuk kita jadi.

Sebagai anak sulung, pekerjaan Kain seharusnya adalah keimamatan.18 Kain secara otomatis

memilih tradisi keluarga dengan mengejar mandat ayahnya untuk berkuasa atas ciptaan.19 Dia

81Yoh 1:5 9Kej 4:1 10Kej 4:2 11Kej 4:2 12Kej 4:3 13Kej 4:4 14Rm 12:1. Mal 3:10 151Kor 3:13 16Ibr 11:4 17Kej 4:5 18Bil 3:12 19Kej 1:28‑30. Kej 2:15

(32)

29

menjadi marah karena dia ingin melayani penetapannya sendiri, dan bukan melayani Elohim. Dia menuntut supaya Elohim menerima persembahan dari dasar hukum lainnya sendiri, dan menerima gambar yang dia proyeksikan. Ketika muka atau ‘wajah’ Kain muram, ini menyoroti bahwa kapasitasnya untuk bertemu, dan ditemui orang lain, terhalang oleh karena gambar yang salah/palsu yang dia pegang untuk dirinya sendiri.

Meskipun demikian, Tuhan tetap mengusahakan hubungan dengan Kain dengan menyampaikan firman-Nya kepada Kain. Yahweh mengatakan, ‘Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? (terj. Bhs. Ing. ‘If you do well, shall you not be accepted?’ artinya ‘Jika engkau berbuat baik, bukankah engkau

akan diterima?’)20’ Ini seharusnya membawakan kelegaan besar bagi Kain. Tuhan meyakinkan

dia bahwa jika dia menerima firman-Nya dan membawa persembahan sesuai dengan namanya, maka dia akan diterima oleh Elohim. Tuhan selanjutnya menolong Kain dengan menarik perhatiannya kepada adanya hukum lain yang bekerja dalam tubuhnya. Elohim mengatakan, ‘Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.’21 Hukum lain yang beroperasi di

dalam hati Kain, akan menjadi pintu masuk bagi dosa jika dia gagal sehubungan dengan pengudusan.

Persembahan, persekutuan dan kasih yang semula

Setelah Elohim menasihati Kain untuk membuat persembahan yang berkenan, Kain mencari persekutuan dengan saudaranya. Habel memiliki karunia nubuatan dan dapat membantu Kain memahami firman Elohim, tapi Kain tidak dapat menerima saudaranya yang lebih muda. Kain memandang Habel sebagai sumber yang dapat menolong dia untuk membuat Elohim menerima keduniawiannya. Dengan kata lain, dia sama sekali tidak memperhatikan nasihat nubuatan Habel. Dia hanya bersedia untuk menerima Habel, jika Habel mendukung proyeksinya. ‘Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia.’22 Kain menolak untuk melepaskan penetapan dirinya sendiri, dan hukum

lainnya membuat dia ‘membunuh utusan’.23

Setelah pembunuhan Habel, Tuhan mengatakan kepada Kain, ‘Di mana Habel, adikmu itu?’ Dan Kain menjawab, ‘Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?’24 Tentu saja, Elohim tahu

tentang kematian Habel. Bahkan setelah Kain melakukan pembunuhan pertama dalam sejarah, Tuhan memberikan kepadanya suatu kesempatan untuk membuat respon yang menunjukkan penyesalan dan takut akan Elohim. Sayangnya, jawaban Kain menyatakan tidak adanya kasih yang semula di dalam dirinya. Dia tidak dapat memahami bahwa memperhatikan/menjaga Habel, apalagi menghargai kehidupan Habel, seharusnya lebih penting daripada nama palsu yang dia ingin proyeksikan.

Tuhan mengatakan, ‘Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah. Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi

20Kej 4:6‑7 21Kej 4:7 22Kej 4:8 23Mat 22:2‑6 24Kej 4:9

(33)

30

kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi.’25 Saat itulah Kain

berseru kepada Tuhan, ‘Hukumanku itu lebih besar daripada yang dapat kutanggung!’26 Yang

mengherankan, seruan Kain itu bukan karena terputusnya dia dari penentuan ilahi yang sejak semula, juga bukan karena hilangnya hidup Habel. Sebaliknya, Kain cemas karena penghakiman Elohim akan menghalangi kapasitasnya untuk memenuhi proyeksi palsu yang dia berhalakan.

Kain pergi dari hadapan Tuhan, dan menetap di tanah Nod, di sebelah timur Eden.27 Pada

akhirnya, penolakan Kain akan namanya, dan kepergiannya dari hadapan Elohim, berdampak atas tiga konteks hubungan. Pertama, dia memberontak terhadap kebapaan Elohim terhadap dia. Kedua, dia berhenti berpartisipasi dalam jemaat Tuhan. Dan ketiga, dia menjadi terasing dari keluarga biologisnya.

25Kej 4:10‑12 26Kej 4:13 27 Kej 4:14-16

(34)

31

Bapa segala roh

Kebapaan Elohim

Surat Yudas meneguhkan bahwa ‘jalan yang ditempuh Kain’ memimpin kepada kebutaan rohani dan kebinasaan kekal.1 Keadaan buruk Kain dimulai ketika dia menolak nama dan

pekerjaan yang Elohim telah tentukan sejak semula bagi dia. Ketika Kain pergi dari hadapan Tuhan dan menetap di tanah Nod, dia meninggalkan kebapaan Elohim, dan melanggar batas-batas penentuannya sejak semula. Alkitab menginstruksikan orang-orang percaya untuk tidak ‘memindahkan batas tanah yang lama, dan memasuki ladang anak-anak yatim’.2

Dalam dunia saat ini, nilai-nilai budaya, termasuk bentuk dari unit keluarga, pernikahan dan pola asuh, bergeser dengan cepat. Generasi muda saat ini secara bertahap sedang ditekan oleh roh dunia untuk berpindah dari ‘batasan-batasan’ yang pada umumnya diterima oleh generasi-generasi sebelumnya. Sangat serius untuk membaca perkataan Paulus kepada Timotius, ‘Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua.’3 Kata yang diterjemahkan ‘orang tua’ dalam ayat ini artinya ‘yang membuat menjadi ada’.

Elohim adalah asal mula dari semua kehidupan dan sumber dari tujuan hidup setiap manusia. Kita belajar dari contoh Kain betapa pentingnya bagi semua orang percaya (khususnya anak muda) untuk memahami dan menerima kebapaan Elohim.

Bapa segala roh

Cerita tentang Kain dan Habel menyatakan hati Elohim untuk bertemu dengan setiap orang, terlepas dari keluarga. Dia ingin memiliki hubungan dengan setiap orang seperti Bapa dengan anak. Tidak seperti Adam, yang memiliki satu Bapa, Kain memiliki baik bapa di bumi maupun Bapa sorgawi. Kain perlu membangun hubungan pribadi dengan Elohim melalui persembahan. Ini berlaku untuk anak-anak dari rumah rumah tangga perjanjian, rumah tangga-rumah tangga duniawi, dan tangga-rumah tangga-tangga-rumah tangga yang tidak percaya. Kita ingat firman dalam kitab Ibrani, ‘Dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran (disiplin), dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?’4 Apapun asuhannya (cara seseorang dibesarkan dalam keluarganya),

seorang percaya dapat mengenal Tuhan dan memastikan nama mereka yang telah ditentukan sejak semula melalui proses persembahan.

1Yud 1:10‑11 2Ams 23:10

32Tim 3:1‑2 4Ibr 12:9

(35)

32

Persembahan Kain merupakan tindakan dari ritual agama. Ini menggambarkan pilihannya yang secara otomatis kepada tradisi keluarga. Dia bukan mempersembahkan untuk membuktikan kehendak Elohim; dia mempersembahkan supaya Elohim mau menerima dan memberkati upaya kedagingannya. Dengan cara ini, Kain sama seperti banyak orang agamawi saat ini. Dia menyukai gagasan untuk diterima oleh Elohim, tapi tidak mau menyerahkan haknya untuk mendefinisikan diri sendiri. Kita membaca dalam kitab Ibrani, ‘Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Elohim korban yang lebih baik daripada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar’.5 Korban persembahan

Habel menyatakan keinginannya yang tulus untuk mengenal Tuhan dan memenuhi kehendak-Nya; sedangkan, persembahan Kain adalah duniawi dan tanpa iman. Dia berpikir bahwa dia dapat menangkap hukum Elohim mengenai persembahan, sementara pada saat yang sama, hidup oleh motivasi-motivasinya yang berpusat pada diri sendiri. Inilah yang rasul Paulus maksud ketika dia mengatakan, ‘Akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup, sebaliknya aku mati.’6

Persembahan duniawi/kedagingan

Kain sepertinya menganggap dirinya sangat berhasil ketika dia mempersembahkan hasil dari tanah. Dia telah menaklukkan tanah, yang dikutuk oleh karena Adam, dengan membawa tuaian yang berlimpah.7 Kita bisa membayangkan reaksinya ketika Elohim tidak

mengindahkan persembahannya. Kata Ibrani yang diterjemahkan ‘mengindahkan’ artinya ‘menatap’. Elohim tidak begitu melihat persembahan Kain. Akibatnya, Kain tersandung dan menjadi marah karena penolakan Elohim untuk menerima persembahannya, mengabaikan susah payah yang diperlukan untuk menghasilkannya, dan proyeksi yang dinyatakan oleh persembahan itu.

Tuhan tidak tertarik dengan persembahan Kain karena itu bukan ekspresi dari nama dan penentuannya sejak semula. Dalam Injil Matius, Yesus menyoroti bahwa skenario ini akan menjadi umum bagi orang Kristen duniawi/kedagingan. Dia memperingatkan bahwa banyak orang akan beranggapan memanggil Dia, ‘Tuhan’, tapi menolak untuk melakukan kehendak Bapa.8 Mereka akan berbicara tentang segala sesuatu yang mereka telah lakukan dalam nama

Yesus, tapi Tuhan tidak mengindahkan persembahan mereka dan, pada akhirnya, akan berkata kepada mereka, ‘Aku tidak pernah mengenal kamu!’9

Perbuatan-perbuatan yang berasal dari si jahat

Ketika Kain menolak kebapaan Elohim, dia menolak namanya sendiri. Firman Elohim memiliki kapasitas untuk membereskan hukum ‘lain’ Kain dan meregenerasi identitas kejatuhannya. Elohim Bapa mendisiplin setiap anak yang Dia akui, dengan tujuan mendewasakan identitas ilahi.10 Yahweh menasihati Kain, demikian, ‘Tetapi jika engkau tidak

berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.’11 Ketika Kain menolak untuk didisiplin oleh firman ini, hukum

lainnya membawa dia ke dalam penawanan kepada dosa. Rasul Yohanes menulis tentang

5Ibr 11:4 6Rm 7:9‑10. Kej 4:3 7Kej 3:17 8 Mat 7:21 9Mat 7:23 10Ibr 12:6 11Kej 4:7

(36)

33

orang-orang percaya yang menerima dan menaati firman Elohim, demikian, ‘Kita tahu, bahwa kita berasal dari Elohim dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.’12 Yohanes

mengatakan bahwa jika kita tidak hidup oleh iman dalam firman, kita duniawi dan berada di bawah kuasa si jahat.

Dengan memikirkan hal ini, Yohanes secara spesifik menyebut Kain sebagai orang ‘yang berasal dari si jahat’.13 Dia mengidentifikasi tindakan-tindakan dan perbuatan-perbuatan

duniawi/kedagingan Kain sebagai ‘berasal dari si jahat’. Yohanes menuliskan kepada orang-orang muda, memuji mereka karena ‘mengalahkan yang jahat’. Dia mengatakan, ‘Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Elohim diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat’.14 Kain memilih untuk tidak menaati firman

Elohim dan, selanjutnya, dia dikalahkan oleh yang jahat. Dalam suratnya, Yakobus menekankan pentingnya bagi orang percaya untuk hidup dari setiap firman yang keluar dari mulut Elohim. Seorang murid harus ‘menerima dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu’.15

Kebapaan iblis

Jika seseorang tidak menaati suara Tuhan dan, sebaliknya, memilih untuk terus dalam dosa mereka, Kitab Suci menyebut ini ‘kejahatan’. Dosa Kain menjadi ‘lebih nyata lagi kenyataannya sebagai dosa’, atau jahat, karena dia menolak perintah Elohim untuk menerima namanya dan ‘melakukan dengan baik’.16 Sebagai akibatnya, dia menjadi terperangkap dalam pelanggaran

dan memerlukan pertolongan saudaranya untuk menyelamatkan dia dari kejahatan.17

Kemarahan Kain mengakibatkan dibunuhnya Habel. Dan, ‘karena mereka [Kain] tidak merasa perlu untuk mengakui Elohim [sebagai Bapanya],’ pikirannya dipenuhi dengan ‘rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan,

perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan’.18 Yesus menggambarkan

karakteristik-karakteristik ini sebagai ‘keinginan-keinginan iblis’, yang adalah ‘pembunuh manusia sejak semula’.19 Kain memilih kebapaan iblis ketika dia menolak kebapaan Elohim. Pada awalnya,

Kain hanya pergi untuk berbicara kepada saudaranya. Ini seharusnya menjadi persekutuan yang melaluinya firman Elohim mengenai Kain diiluminasi oleh karunia nubuatan Habel. Jika Kain menerima nasihat saudaranya, dia dapat dipulihkan kepada pengudusan namanya yang Elohim berikan.

Kain dan Habel

Interaksi Kain dengan Habel menunjukkan bagaimana secara tersirat persekutuan harus memproses persembahan. Saudara-saudara kita dalam Kristus memeriksa dan mengatur persembahan kita ketika kita datang ke mezbah. Kain telah memperhatikan Habel mempersembahkan persembahan yang berkenan kepada Tuhan. Mungkin dia bertanya-tanya bagaimana Habel tahu mempersiapkan persembahannya dengan memisahkan ‘bagian-bagiannya dan lemaknya’.20 Selama pelayanan-Nya di bumi, Yesus meneguhkan bahwa Habel

121Yoh 5:19 131Yoh 3:12 141Yoh 2:13‑14 15Yak 1:21 16Rm 7:9,13 17Gal 6:1 18Rm 1:28‑29 19Yoh 8:44 20Kej 4:4. Im 8. Im 9

(37)

34

adalah seorang nabi.21 Habel memiliki kapasitas untuk mengiluminasi dan mengaplikasikan

firman Elohim supaya Kain dapat mempersiapkan persembahan yang berkenan.

Respon Kain terhadap Habel menyingkapkan bahwa proyeksi duniawi/kedagingannya lebih penting daripada kasih yang semula bagi dia. Kain marah kepada Habel, karena terang persekutuan yang diberikan melalui nasihat nubuatannya, menyingkapkan dosa Kain. Kain mungkin terkejut ketika ledakan kemarahannya mengakibatkan dibunuhnya Habel. Tekadnya untuk mengejar suatu proyeksi, merusak kapasitasnya untuk berelasi dengan saudaranya. Kita perhatikan potensi bahaya dan kekerasan ekstrim terhadap hubungan ketika kita menjalankan motivasi-motivasi dan agenda-agenda hukum lain kita sendiri.

Setelah kematian Habel, Tuhan bertanya kepada Kain, ‘Apakah yang telah kauperbuat ini?’ Kain merasa benar untuk mengatakan, ‘Apakah aku penjaga adikku?’ karena kejahatannya telah merusak kapasitasnya untuk bersekutu dalam kasih yang semula. Rasul Yohanes menuliskan, ‘Barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis ... Inilah tandanya anak-anak Elohim dan anak-anak-anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Elohim, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.’22 Tuhan berkata

kepada Kain ‘Apakah yang telah kauperbuat ini?’, karena Kain telah memberikan dirinya kepada iblis. Kain telah memilih kejahatan.

21Mat 23:34‑35 221Yoh 3:8,10

(38)

35

Persembahan yang berkenan

Persembahan menghancurkan cara-cara yang turun-temurun

Kain adalah seorang dewasa muda ketika Tuhan mengusahakan untuk membangun hubungan pribadi dengan dia, terpisah dari orang tuanya. Kita ingat bahwa Yesus menggambarkan dampak injil atas suatu rumah tangga, sebagai firman yang memotong setiap anggota keluarga kepada pengudusan individu mereka.1 Dia juga berbicara tentang harga dari pemuridan,

demikian, ‘Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.’2 Hal ini merupakan krisis utama bagi Kain karena dia ingin terus melakukan pekerjaan

ayahnya sebagai seorang petani, dan tidak menerima firman Elohim mengenai nama dan pekerjaannya sendiri.

Kegagalan Kain sehubungan dengan pengudusannya terjadi karena dia menolak namanya dan kebapaan Elohim dan, sebaliknya secara otomatis memilih tradisi keluarga. Kita mengamati adanya komitmen yang tidak dapat dihindari dari seorang murid Kristen untuk menjawab dan membuktikan, melalui persembahan, panggilan Elohim atas hidup mereka, bukannya terus menjalankan tradisi keluarga mereka. Seorang Kristen harus ‘lebih taat kepada Bapa segala roh’, namun, juga menghormati orang tua mereka di bumi.3

Ketika seseorang membuat persembahan oleh iman, mereka menunjukkan keinginan mereka untuk tunduk kepada Bapa sorgawi. Ketaatan yang terus-menerus membuat iman berdiam dalam hati orang percaya. Iman memotivasi anak Elohim untuk terus mempersembahkan diri mereka dengan melakukan pekerjaan hidup sebagai anak yang Elohim telah persiapkan untuk mereka. Seorang Kristen yang memiliki iman untuk berpartisipasi dalam proses persembahan akan memiliki pengakuan yang penuh sukacita, ‘Ya Abba, ya Bapa!’4 Roh mereka akan

memberi kesaksian dalam Roh Kudus bahwa mereka adalah anak Elohim, secara bertahap memperoleh berkat hidup sebagai anak.

Hasilnya bagi seorang Kristen yang mengesahkan nama mereka melalui persembahan, adalah pembaharuan pikiran mereka secara terus-menerus.5 Keyakinan mengenai siapa mereka

sebagai anak dalam rumah Elohim menggantikan, atau memperbaharui, aspek-aspek dan mekanisme hidup mereka yang sesuai dengan budaya-budaya kejatuhan. Dengan cara ini, proses persembahan membebaskan seorang Kristen dari ikatan cara-cara yang turun-temurun dan tradisi-tradisi keluarga yang sebaliknya akan berperang melawan pengudusan individu mereka. 1Mat 10:34‑36 2Mat 10:37 3Ibr 12:9 42Kor 4:13. Rm 8:15 5Rm 12:1

Referensi

Dokumen terkait

6. Pendidikan Ibu Balita dapat berhubungan dengan perilaku kunjungan pemeriksaan kesehatan Ibu Balita di Posyandu Mluweh Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Pekerjaan Ibu

Berdasarkan validasi yang telah dilakukan didapatkan model terbaik untuk melakukan peramalan terhadap konsentrasi O 3 adalah JST multivariate dengan arsitektur 7 20. 20

terpadu. Demikian pula sebaliknya, apabila sekolah menerapkan falsafah manajemen mutu terpadu dengan baik, akan baik pula pencapaian akreditasi sekolah. Adapun

1 Gatot Supramono, Perjanjian Utang Piutang, Ctk. 3 Pasal 1754 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.. 2 barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak

Ketimpangan relasi gender dapat dijumpai dalam salah satu program televisi adalah sinetron, dimana sinetron yang ada di layar kaca Indonesia masih banyak dijumpai

terhadap pemilihan transportasi laut. Terdapat kesenjangan aksesibilitas antar wilayah di Propinsi Papua Barat dengan besarnya perbedaan nilai IA yang diperoleh. Semakin

Kawasan Asia Tenggara pada masa protosejarah sebenarnya merupakan wilayah Kawasan Asia Tenggara pada masa protosejarah sebenarnya merupakan wilayah yang dinamis dalam perkembangan

refrigeran CFC (R-12) dan HFC (R-134a) pada saat service mesin pendingin (AC mobil) menggunakan mesin 3R, mulai dari proses recovery yaitu proses pengambilan refrigeran dari