Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi profil sekolah a. Akreditasi sekolah
Dari keseluruhan sampel sekolah menengah atas (SMA) yang diteliti, terdapat sebanyak 11 sekolah (34%) yang berakreditasi A, 14 sekolah (44%) yang berakreditasi B, 2 sekolah (6%) yang berakreditasi C, dan 5 sekolah (16%) yang tidak terakreditasi (TT). Tingkatan berdasarkan hasil akreditasi pada sekolah menengah atas (SMA) yang diteliti ini telah mewakili populasi sekolah menengah atas (SMA) yang ada di provinsi Gorontalo. Hasil akreditasi sekolah pada populasi SMA yang ada di provinsi Gorontalo dan sebarannya di setiap kabupaten / kota dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.1. Hasil akreditasi SMA di Provinsi Gorontalo
N o Kabupaten / Kota Jumlah Sekolah dengan Akreditasi A Jumlah Sekolah dengan Akreditasi B Jumlah Sekolah dengan Akreditasi C Jumlah Sekolah yang tidak terakreditasi (TT)
1 Kota Gorontalo 4 Sekolah 3 Sekolah - -
2 Kabupaten Pohuwato 1 sekolah 3 Sekolah 1 Sekolah 1 Sekolah
3 Kabupaten Boalemo 2 Sekolah 2 Sekolah 1 Sekolah 1 Sekolah
4 Kabupaten Bone Bolango 3 Sekolah 2 Sekolah - 2 Sekolah
4 Kabupaten Gorontalo
Utara - 4 Sekolah - 4 Sekolah
6 Kabupaten Gorontalo 4 Sekolah 5 Sekolah 1 Sekolah 3 Sekolah
Jumlah 14 Sekolah (30%) 19 Sekolah (40%) 3 Sekolah (6%) 11 Sekolah (23%)
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Adapun sebaran sekolah berdasarkan akreditasinya di setiap Kabupaten / kota dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 4.1. Grafik sebaran sekolah di Kabupaten / Kota berdasarkan pencapaian akreditasi sekolah
Dari grafik tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa daerah yang paling baik kualitas sekolahnya berdasarkan akreditasinya adalah kota Gorontalo karena semua SMA telah berakreditasi A dan B. Adapun daerah yang paling buruk kualitas sekolahnya adalah kabupaten Gorontalo Utara karena belum memiliki SMA yang berakreditasi A, dan sebagian dari SMA yang ada belum terakreditasi. Secara keseluruhan, berdasarkan tabel diatas, Populasi SMA yang ada di provinsi Gorontalo didominasi oleh sekolah yang berakreditasi B (baik) dengan jumlah persentasi sebanyak 40%. Fakta bahwa Provinsi Gorontalo masih memiliki SMA yang belum terakreditasi dengan persentasi yang cukup besar yakni sebanyak 23% (11 sekolah), juga perlu dicermati. Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat 23% SMA yang belum
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 Kota Gorontalo Kabupaten Pohuwato Kabupaten Boalemo Kabupaten Bone Bolango Kabupaten Gorontalo Utara Kabupaten Gorontalo Perbandingan Jumlah Sekolah Berdasarkan Akreditasi
A B C TT
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
memiliki kelayakan, ditinjau dari indikator penilaian badan akreditasi nasional (BAN). Keberadaan sekolah – sekolah yang belum terakreditasi ini disebabkan oleh faktor kelayakan dan kesiapan sekolah. Sekolah – sekolah tersebut belum mendapat kunjungan visitasi dari Badan Akreditasi Provinsi karena faktor kelayakan sekolah yang masih sangat kurang. Lima diantara SMA yang belum terakreditasi tersebut merupakan sekolah baru, dimana faktor kelayakannya masih sangat kurang bila ditinjau dari kelengkapan sarana dan prasarana serta jumlah guru.
b. Status sekolah
Dari keseluruhan sampel sekolah menengah atas (SMA) yang diteliti, terdapat sebanyak 27 sekolah (84%) yang berstatus sekolah negeri dan sebanyak 5 sekolah (16%) yang berstatus sekolah swasta. Status sekolah menengah atas (SMA) yang diteliti ini telah mewakili populasi sekolah menengah atas (SMA) yang ada di provinsi Gorontalo. Keseluruhan data status SMA yang ada di provinsi Gorontalo dan sebarannya di setiap kabupaten / kota dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.2. Data status SMA di setiap Kabupaten / Kota
No Kabupaten / Kota Jumlah SMA dengan status Sekolah Negeri Jumlah SMA dengan status Sekolah Swasta
1 Kota Gorontalo 4 Sekolah 3 Sekolah
2 Kabupaten Pohuwato 6 sekolah -
3 Kabupaten Boalemo 6 Sekolah -
4 Kabupaten Bone Bolango 6 Sekolah 1 Sekolah
4 Kabupaten Gorontalo
Utara 7 Sekolah 1 Sekolah
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Jumlah 40 Sekolah (85%) 7 Sekolah (15%)
Merujuk pada tabel diatas, populasi SMA yang ada di provinsi Gorontalo didominasi oleh sekolah dengan status sekolah negeri yakni sebanyak 85%. Empat diantara sekolah swasta yang ada, dikelola oleh yayasan organisasi Muhammadiyah dan tiga lainnya dikelola oleh yayasan lainnya.
c. Lokasi sekolah
Secara keseluruhan populasi sekolah menengah atas (SMA) di provinsi Gorontalo, sebagian besar berada di daerah pedesaan. Terdapat sebanyak 34 sekolah atau sebesar (73%) dari seluruh SMA di provinsi Gorontalo, yang berlokasi di daerah pedesaan, dan 13 sekolah atau sebesar (27%) dari seluruh SMA di provinsi Gorontalo, yang berlokasi di daerah perkotaan / ibukota kabupaten. Keseluruhan sekolah di daerah pedesaan tersebut berada pada rentang jarak yang jauh hingga terjauh dari daerah kota / ibukota kabupaten. Delapan diantara SMA yang ada merupakan sekolah dengan jarak terjauh dan dengan medan tempuh yang sulit. Menurut Keputusan Menteri Pendidikan No 60 Tahun 2002 tentang pedoman pendirian sekolah, pendirian sebuah SMA diutamakan untuk daerah yang APK nya rendah, daerah terpencil atau daerah di wilayah perbatasan antar negara yang memerlukan layanan pendidikan SMA, sedangkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 tentang sarana dan prasarana sekolah, menyebutkan bahwa minimum satu SMA disediakan untuk satu kecamatan. Dengan demikian, sekolah dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan seluruh peserta didik. Untuk kesesuaian kondisi dengan peraturan tersebut dapat dibandingkan dalam tabel berikut:
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.3. Daftar SMA di setiap kecamatan
No Kabupaten
/ Kota Kecamatan
Jumlah
SMA Kecamatan Terjauh
Jumlah SMA 1 Kota
Gorontalo
Kota Barat 1 SMA
Dungingi -
Kota Selatan 3 SMA
Kota Timur 1 SMA
Kota Tengah 1 SMA
Dumbo Raya -
Sipatana -
Hulontalangi -
Kota Utara 1 SMA
Lanjutan Tabel 4.3. Daftar SMA di setiap kecamatan
No Kabupaten
/ Kota Kecamatan
Jumlah
SMA Kecamatan Terjauh
Jumlah SMA 2 Kabupaten
Pohuwato
Paguat 1 SMA Popayato Timur -
Dengilo - Marisa 1 SMA Buntulia 1 SMA Duhiadaa - Patilanggio - Randangan 1 SMA Taluditi - Wonggarasi - Lemito 1 SMA Popayato Barat - Popayato 1 SMA 3 Kabupaten Boalemo
Tilamuta 1 SMA Paguyaman Pantai -
Botumoito 1 SMA Paguyaman 1 SMA Dulupi 1 SMA Mananggu 1 SMA Wonosari 1 SMA 4 Kabupaten Bone Bolango
Kabila 1 SMA Bone Raya -
Tilongkabila - Bone 1 SMA
Botupingge -
Kabila Bone -
Tapa -
Bolango Selatan -
Bulango Utara -
Bulango Timur 1 SMA
Bulango Ulu -
Suwawa 2 SMA
Suwawa Timur 1 SMA
Suwawa Selatan -
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Bonepantai 1 SMA
Bulawa -
5 Kabupaten Gorontalo Utara
Kwandang 2 SMA Ponelo Kepulauan -
Anggrek 1 SMA Gentuma Raya 1 SMA
Monano - Sumalata 1 SMA
Tomilito - Tolinggula 1 SMA
Atinggola 1 SMA Sumalata Timur -
Biawu -
6 Kabupaten Gorontalo
Limboto 2 SMA Batudaa Pantai -
Limboto Barat 1 SMA Tolangohula 2 SMA
Telaga 1 SMA Biluhu 1 SMA
Tilango -
Talaga Jaya -
Telaga Biru 1 SMA
Batudaa 1 SMA
Tabongo -
Bongomeme 1 SMA
Tibawa 1 SMA
Lanjutan Tabel 4.3. Daftar SMA di setiap kecamatan
No Kabupaten
/ Kota Kecamatan
Jumlah
SMA Kecamatan Terjauh
Jumlah SMA Pulubala - Boliyohuto 1 SMA Asparaga 1 SMA Mootilango - Bilato -
Merujuk pada Keputusan Menteri Pendidikan No 60 Tahun 2002 tentang pedoman pendirian sekolah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 tentang sarana dan prasarana sekolah, tabel diatas mengindikasikan masih kurangnya jumlah unit SMA di Provinsi Gorontalo dikarenakan masih terdapat 35 kecamatan yang belum memiliki unit SMA dan enam diantaranya merupakan kecamatan / daerah terjauh, yang seharusnya diprioritaskan untuk pembangunan unit SMA baru.
d. Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan
Secara keseluruhan, populasi sekolah menengah atas (SMA) di provinsi Gorontalo, memiliki variasi jumlah pendidik dan tenaga kependidikan yang sangat besar di
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
setiap kabupaten / kota. Keseluruhan data jumlah pendidik dan tenaga kependidikan di SMA yang ada di provinsi Gorontalo dan sebarannya di setiap kabupaten / kota dapat dilihat dalam tabel dan grafik berikut.
Tabel 4.4. Data jumlah pendidik dan tenaga kependidikan di SMA di Provinsi Gorontalo
No Kabupaten
/ Kota Nama Sekolah
Jumlah Pendidik Jumlah Tenaga Kependidikan 1 Kota Gorontalo
SMAN 3 Kota Gorontalo 80 8
SMAN 2 Kota Gorontalo 57 10
SMA Muh. Kota Gorontalo 10 4
SMAN 4 Kota Gorontalo 23 5
SMA Prasetya Kota Gorontalo 25 3
SMAN 1 Kota Gorontalo 73 10
SMA Tridharma Kota Gorontalo 16 5
Jumlah 284 orang 45 orang
2 Kabupaten
Pohuwato SMAN 1 Buntulia
26 2 SMAN 1 Lemito 22 6 SMAN 1 Randangan 39 7 SMAN 1 Popayato 23 7 SMAN 1 Paguat 28 9 SMAN 1 Marisa 38 7
Jumlah 176 orang 38 orang
3 Kabupaten Boalemo SMAN 1 Botumoito 23 4 SMAN 1 Dulupi 15 3 SMAN 1 Paguyaman 32 12 SMAN 1 Tilamuta 53 7 SMAN 1 Mananggu 13 9 SMAN 1 Wonosari 24 7
Jumlah 160 orang 42 orang
4 Kabupaten Bone Bolango
SMA Terpadu Wirabakti 25 8
SMAN 1 Bulango Timur 38 1
SMAN 1 Suwawa 34 3
SMAN 1 Kabila 54 12
SMAN 1 Bone 12 1
SMAN 1 Bonepantai 24 5
SMAN 1 Suwawa Timur 12 0
Jumlah 199 orang 30 orang
4 Kabupaten Gorontalo Utara SMAN 1 Kwandang 50 6 SMAN 1 Anggrek 27 0 SMAN 2 Kwandang 23 4 SMAN 1 Tolinggula 23 3 SMAN 1 Sumalata 23 3
SMA Islam Al Akhyar 7 1
SMAN 1 Atinggola 35 3
Jumlah 188 orang 20 orang
6 Kabupaten SMAN 1 Bongomeme 26 7
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No Kabupaten
/ Kota Nama Sekolah
Jumlah Pendidik Jumlah Tenaga Kependidikan Gorontalo SMAN 1 Tolangohula 13 0
SMAN 1 Telaga Biru 25 4
SMAN 1 Telaga 45 6
SMAN 1 Limboto Barat 15 6
SMAN 1 Tibawa 38 6 SMAN 1 Biluhu 11 0 SMAN 1 Asparaga 9 0 SMAN 1 Boliyohuto 39 0 SMAN 2 Limboto 41 6 SMAN 1 Limboto 55 5
SMA Muh. Batudaa 15 1
SMA Muh. Tolangohula 8 2
Jumlah 340 orang 43 orang
Jumlah keseluruhan 1347 orang 218 orang
Gambar 4.2. Grafik sebaran pendidik dan tenaga kependidikan di SMA di Provinsi Gorontalo
e. Jumlah siswa dan rombongan belajar.
Secara keseluruhan, populasi sekolah menengah atas (SMA) di provinsi Gorontalo, memiliki jumlah siswa dan rombongan belajar yang sangat bervariasi di setiap kabupaten / kota. Keseluruhan data jumlah siswa dan rombongan belajar di SMA
0 50 100 150 200 250 300 350 Kota Gorontalo Kabupaten Pohuwato Kabupaten Boalemo Kabupaten Bone Bolango Kabupaten Gorontalo Utara Kabupaten Gorontalo Sebaran Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
di Kabupaten / Kota Jumlah Pendidik Jumlah Tenaga Kependidik an
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang ada di provinsi Gorontalo dan sebarannya di setiap kabupaten / kota dapat dilihat dalam tabel dan grafik berikut.
Tabel 4.5. Data jumlah siswa dan rombongan belajar SMA di Provinsi Gorontalo
No Kabupaten /
Kota Nama Sekolah
Jumlah Siswa Jumlah Rombel 1 Kota Gorontalo
SMAN 3 Kota Gorontalo 784 29
SMAN 2 Kota Gorontalo 930 28
SMA Muh. Kota Gorontalo 113 6
SMAN 4 Kota Gorontalo 581 20
SMA Prasetya Kota Gorontalo 403 14
SMAN 1 Kota Gorontalo 878 30
SMA Tridharma Kota Gorontalo 104 5
Jumlah 3793 siswa 132 rombel
2 Kabupaten Pohuwato SMAN 1 Buntulia 309 13 SMAN 1 Lemito 398 12 SMAN 1 Randangan 443 16 SMAN 1 Popayato 638 16 SMAN 1 Paguat 370 14 SMAN 1 Marisa 942 23
Jumlah 3100 siswa 94 rombel
3 Kabupaten Boalemo SMAN 1 Botumoito 344 11 SMAN 1 Dulupi 206 9 SMAN 1 Paguyaman 324 18 SMAN 1 Tilamuta 703 26 SMAN 1 Mananggu 190 8 SMAN 1 Wonosari 387 14
Jumlah 2154 siswa 86 rombel
4 Kabupaten Bone Bolango
SMA Terpadu Wirabakti 209 11
SMAN 1 Bulango Timur 366 15
SMAN 1 Suwawa 324 15
SMAN 1 Kabila 847 27
SMAN 1 Bone 174 6
SMAN 1 Bonepantai 390 20
SMAN 1 Suwawa Timur 128 5
Jumlah 2438 siswa 99 rombel
5 Kabupaten Gorontalo Utara SMAN 1 Kwandang 314 18 SMAN 1 Anggrek 275 9 SMAN 2 Kwandang 528 16 SMAN 1 Tolinggula 357 11 SMAN 1 Sumalata 377 12
SMA Islam Al Akhyar 100 13
SMAN 1 Atinggola 458 13
Jumlah 2409 siswa 92 rombel
6 Kabupaten Gorontalo
SMAN 1 Bongomeme 669 22
SMAN 1 Tolangohula 318 9
SMAN 1 Telaga Biru 368 13
Lanjutan Tabel 4.5. Data jumlah siswa dan rombongan belajar SMA di Provinsi Gorontalo
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No Kabupaten /
Kota Nama Sekolah
Jumlah Siswa
Jumlah Rombel
SMAN 1 Telaga 742 25
SMAN 1 Limboto Barat 292 10
SMAN 1 Tibawa 694 22 SMAN 1 Biluhu 304 12 SMAN 1 Asparaga 231 8 SMAN 1 Boliyohuto 685 24 SMAN 2 Limboto 728 26 SMAN 1 Limboto 762 27
SMA Muh. Batudaa 236 9
SMA Muh. Tolangohula 123 4
Jumlah 6152 siswa 211 rombel
Jumlah 20.046 siswa 714 rombel
Gambar 4.3. Grafik sebaran rombel SMA di Provinsi Gorontalo 0 50 100 150 200 Kota Gorontalo Kabupaten Pohuwato Kabupaten Boalemo Kabupaten Bone Bolango Kabupaten Gorontalo Utara Kabupaten Gorontalo 123 78 59 93 90 197 Sebaran Rombongan Belajar di SMA
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 4.4. Grafik sebaran siswa SMA di Provinsi Gorontalo
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 tentang sarana dan prasarana sekolah, sebuah SMA diharuskan memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar. Merujuk pada tabel dan grafik diatas, ketentuan tentang jumlah rombongan belajar ini telah terpenuhi kecuali untuk kota Gorontalo dimana tiga sekolahnya memiliki jumlah rombongan belajar yang melebihi ketentuan tersebut. Hal ini disebabkan oleh kepadatan penduduk dan jumlah lulusan SMP yang tinggi di kota Gorontalo. Untuk mengatasi hal tersebut, kota Gorontalo harus merujuk pada ketentuan selanjutnya dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 tentang sarana dan prasarana sekolah yang menyebutkan bahwa minimum satu SMA disediakan untuk satu kecamatan. Dengan demikian, sekolah dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan seluruh peserta didik. Secara keseluruhan, perbandingan jumlah pendidik, tenaga kependidikan terhadap jumlah siswa dan rombongan belajar dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 Kota Gorontalo Kabupaten Pohuwato Kabupaten Boalemo Kabupaten Bone Bolango Kabupaten Gorontalo Utara Kabupaten Gorontalo 3793 3100 2154 2438 2409 6152 Sebaran Siswa SMA di Provinsi Gorontalo
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.6. Rasio jumlah pendidik dan tenaga kependidikan terhadap jumlah siswa di SMA di Provinsi Gorontalo
No Kabupaten / Kota
Rasio Jumlah Tenaga Kependidikan Terhadap
Jumlah Siswa
Rasio Jumlah Tenaga pendidik Terhadap
Jumlah Siswa
1 Kota Gorontalo 1 : 84 1 : 13
2 Kabupaten Pohuwato 1 : 82 1 : 18
3 Kabupaten Boalemo 1 : 51 1 : 13
4 Kabupaten Bone Bolango 1 : 81 1 : 12
5 Kabupaten Gorontalo Utara 1 :120 1 : 13
6 Kabupaten Gorontalo 1 :143 1 : 18
Gambar 4.5. Grafik perbandingan jumlah pendidik, tenaga kependidikan dan rombongan belajar di SMA di Provinsi Gorontalo
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rasio jumlah guru terhadap jumlah siswa di SMA di seluruh kabupaten / kota telah sesuai dengan standar yakni maksimal 1 : 32. Jika dibandingkan, daerah yang memiliki rasio tertinggi adalah kabupaten Gorontalo dan kabupaten Pohuwato. Secara logis, dapat dikatakan bahwa hal ini sesuai dengan kondisi jumlah sekolah dan kondisi geografis, dimana kabupaten Gorontalo merupakan daerah terluas dengan jumlah sekolah dan siswa terbanyak,
0 50 100 150 200 250 300 350
Jumlah Guru Jumlah Tenaga Kependidikan Jumlah Rombel
Perbandingan Jumlah Pendidik, Tenaga Kependidikan dan
Rombel Kota Gorontalo Kabupaten Pohuwato Kabupaten Boalemo Kabupaten Bone Bolango Kabupaten Gorontalo Utara
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sedangkan kabupaten Pohuwato merupakan kabupaten terjauh yang memiliki jumlah guru yang minim. Tabel diatas juga mengindikasikan bahwa SMA di provinsi Gorontalo masih kekurangan jumlah tenaga kependidikan karena masih terdapat enam sekolah yang belum memiliki tenaga kependidikan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, sebuah SMA sekurang – kurangnya memiliki tenaga kependidikan yang terdiri dari Kepala Sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium dan tenaga kebersihan sekolah. Dalam grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah guru berbanding lurus dengan jumlah rombongan belajar di setiap kabupaten / kota dan Sebaliknya, jumlah tenaga kependidikan tidak berbanding lurus dengan jumlah rombongan belajar, terutama di Kabupaten Gorontalo yang memiliki jumlah rombel sebanyak 211 dan jumlah siswa sebanyak 6152 orang dan hanya dilayani oleh 43 orang tenaga kependidikan, sementara Kabupaten Boalemo yang hanya memiliki jumlah rombel sebanyak 86 dan jumlah siswa sebanyak 2154 orang dilayani oleh 42 orang tenaga kependidikan.
4.1.2 Gambaran kinerja Sekolah Menengah Atas (SMA) berdasarkan indikator manajemen mutu terpadu (TQM).
Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian, diperoleh sejumlah data dan informasi tentang kualitas kinerja sekolah yang diukur berdasarkan indikator manajemen mutu terpadu (TQM). Gambaran kinerja tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan data sampel yang diperoleh, secara statistik, sub variabel perencanaan di SMA di Provinsi Gorontalo dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.7. Data statistik sub variabel planning / perencanaan Statistics
Totalkeseluruhan
N Valid 32
Missing 0
Mean / rata – rata 78.9063 Median / nilai tengah 78.5000
Mode / modus 78.00
Std. Deviation / simpangan baku 8.83672 Variance / tingkat penyebaran data 78.088 Range / rentang data 36.00 Minimum / nilai terendah 60.00 Maximum / nilai tertinggi 96.00 Sum / jumlah nilai 2525.00
Sub variabel perencanaan didukung oleh tiga komponen yakni pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi, partnership dan desain mutu. Secara keseluruhan, pencapaian sub variabel perencanaan dapat digambarkan dalam grafik berikut. 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi
Partnership Desain mutu
76% 76% 77%
Persentase Pencapaian
Sub Variabel Perencanaan
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 4.6. Persentase pencapaian sub variabel perencanaan
Sesuai dengan grafik tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa desain mutu merupakan komponen yang paling baik pelaksanaannya dengan pencapaian sebesar 77%. Komponen pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi serta partnership memiliki nilai pencapaian yang sama yakni sebesar 76%. Secara keseluruhan, nilai pencapaian sub variabel perencanaan adalah sebesar 76,33%. Pencapaian sekolah terhadap sub variabel perencanaan ini secara lengkap dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi
Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi dapat dijabarkan dalam tabel berikut.
Tabel 4.8. Pencapaian sekolah terhadap komponen pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi
No Nama Sekolah Sampel Nilai Capaian
Nilai Rata – Rata
Persentase Capaian
1 SMAN 3 Kota Gorontalo 36 4,00 80%
2 SMAN 2 Kota Gorontalo 36 4,00 80%
3 SMA Muh. Kota Gorontalo 32 3,56 71%
4 SMAN 4 Kota Gorontalo 37 4,11 82%
5 SMA Prasetya Kota Gorontalo 39 4,33 87%
6 SMAN 1 Buntulia 30 3,33 67% 7 SMAN 1 Lemito 41 4,56 91% 8 SMAN 1 Randangan 35 3,89 78% 9 SMAN 1 Popayato 27 3,00 60% 10 SMAN 1 Paguat 32 3,56 71% 11 SMAN 1 Botumoito 32 3,56 71% 12 SMAN 1 Paguyaman 36 4,00 80% 13 SMAN 1 Tilamuta 34 3,78 76%
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi mencapai 76% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3.80. Dari tabel dan grafik tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat dua sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMA 1 Popayato dan SMA 1 Bone dengan pencapaian sebesar 60%, serta terdapat satu sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMAN 1 Atinggola
15 SMAN 1 Bulango Timur 33 3,67 73%
16 SMAN 1 Suwawa 34 3,78 76% 17 SMAN 1 Kabila 32 3,56 71% 18 SMAN 1 Bone 27 3,00 60% 19 SMAN 1 Kwandang 38 4,22 84% 20 SMAN 1 Anggrek 28 3,11 62% 21 SMAN 2 Kwandang 31 3,44 69% 22 SMAN 1 Atinggola 42 4,67 93% 23 SMAN 1 Bongomeme 37 4,11 82% 24 SMAN 1 Tolangohula 41 4,56 91%
25 SMAN 1 Telaga Biru 35 3,89 78%
26 SMAN 1 Telaga 34 3,78 76%
27 SMAN 1 Limboto Barat 34 3,78 76%
28 SMAN 1 Boliyohuto 30 3,33 67%
29 SMAN 2 Limboto 31 3,44 69%
30 SMAN 1 Limboto 35 3,89 78%
31 SMA Muh. Batudaa 35 3,89 78%
32 SMA Muh. Tolangohula 37 4,11 82%
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dengan pencapaian sebesar 93%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap komponen pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi, dapat dilihat pada grafik berikut.
Grafik 4.7. Detail Pencapaian komponen pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategis adalah kesesuaian visi dan misi dengan rencana kerja sekolah, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah penyusunan rencana kerja sekolah. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut.
Tabel 4.9. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi
Elemen dalam Komponen Pengembangan dan Penyebaran Kebijakan
dan Strategi
Pencapai
-an nilai Keterangan Pencapaian
Kesesuaian visi dan misi 137 Sebanyak 31 sekolah (97%) menyatakan bahwa
137 130 135 77 126 133 106 131 120
Detail Pencapaian komponen pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi
Kesesuaian visi dan misi dengan RKS
Pengembangan misi menjadi tujuan terukur
Pengembangan misi ke dalam RKS Penyusunan RKS Kelengkapan RKS Tindak lanjut RKS Pemanfaatan RKS Orientasi RKS terhadap kualitas Detail RKS
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Elemen dalam Komponen Pengembangan dan Penyebaran Kebijakan
dan Strategi
Pencapai
-an nilai Keterangan Pencapaian
dengan rencana kerja sekolah
rencana kerja sekolahnya telah sesuai dengan visi dan misi sekolah.
Pengembangan misi ke dalam rencana kerja sekolah
135 Sebanyak 28 sekolah (87%) menyatakan bahwa visi dan misi sekolah benar – benar dijadikan pijakan dalam penyusunan RKS.
Tindak lanjut rencana kerja sekolah
133 Sebanyak 27 sekolah (84%) menyatakan bahwa penyusunan RKS ditindak lanjuti dengan pembentukan tim kerja.
Orientasi RKS terhadap kualitas
131 Sebanyak 30 sekolah (94%) menyatakan bahwa RKS telah disusun dengan berorientasi kualitas. Pengembangan misi
menjadi tujuan yang terukur
130 Sebanyak 29 sekolah (90%) menyatakan bahwa misi sekolah telah dikembangkan menjadi tujuan – tujuan yang lebih terukur.
Kelengkapan rencana kerja sekolah
126 Sebanyak 26 sekolah (81%) menyatakan bahwa rencana kerja sekolahnya lengkap.
Detail rencana kerja sekolah
120 Sebanyak 23 sekolah (72%) menyatakan bahwa rencana kerja sekolahnya dilengkapi dengan detail tentang prosedur dan cara kerjanya.
Pemanfaatan rencana kerja sekolah
106 Sebanyak 16 sekolah (50%) menyatakan bahwa rencana kerja sekolah sekedar dijadikan dokumentasi sekolah.
Penyusunan rencana kerja sekolah
77 Sebanyak 21 sekolah (45%) menyatakan bahwa sekolah menyusun rencana kerjanya hanya dengan mengadaptasi rencana kerja sekolah lainnya atau mengulang dari rencana kerja tahun sebelumnya.
2) Partnership
Lanjutan Tabel 4.9. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen partnership dapat dijabarkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.10. Pencapaian sekolah terhadap komponen partnership
No Nama Sekolah Sampel Nilai
Capaian Nilai Rata – Rata
Persentase Capaian
1 SMAN 3 Kota Gorontalo 11 1,57 79%
2 SMAN 2 Kota Gorontalo 11 1,57 79%
3 SMA Muh. Kota Gorontalo 8 1,14 57%
4 SMAN 4 Kota Gorontalo 10 1,43 71%
5 SMA Prasetya Kota Gorontalo 11 1,57 79%
6 SMAN 1 Buntulia 9 1,29 64% 7 SMAN 1 Lemito 13 1,86 93% 8 SMAN 1 Randangan 11 1,57 79% 9 SMAN 1 Popayato 10 1,43 71% 10 SMAN 1 Paguat 10 1,43 71% 11 SMAN 1 Botumoito 8 1,14 57% 12 SMAN 1 Paguyaman 11 1,57 79% 13 SMAN 1 Tilamuta 13 1,86 93%
14 SMA Terpadu Wirabakti 11 1,57 79%
15 SMAN 1 Bulango Timur 13 1,86 93%
16 SMAN 1 Suwawa 11 1,57 79% 17 SMAN 1 Kabila 10 1,43 71% 18 SMAN 1 Bone 8 1,14 57% 19 SMAN 1 Kwandang 9 1,29 64% 20 SMAN 1 Anggrek 9 1,29 64% 21 SMAN 2 Kwandang 11 1,57 79% 22 SMAN 1 Atinggola 10 1,43 71% 23 SMAN 1 Bongomeme 12 1,71 86% 24 SMAN 1 Tolangohula 12 1,71 86%
25 SMAN 1 Telaga Biru 11 1,57 79%
26 SMAN 1 Telaga 11 1,57 79%
27 SMAN 1 Limboto Barat 11 1,57 79%
28 SMAN 1 Boliyohuto 11 1,57 79%
29 SMAN 2 Limboto 10 1,43 71%
30 SMAN 1 Limboto 13 1,86 93%
31 SMA Muh. Batudaa 12 1,71 86%
32 SMA Muh. Tolangohula 10 1,43 71%
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen partnership mencapai 76% dengan nilai rata – rata skor jawaban 1.52. Dari tabel dan grafik tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat tiga sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMA Muh. Kota Gorontalo, SMAN 1 Botumoito dan SMAN 1 Bone dengan pencapaian sebesar 57%, serta terdapat empat sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMAN 1 Lemito, SMAN 1 Tilamuta, SMAN 1 Bulango Timur dan SMAN 1 Limboto dengan pencapaian sebesar 93%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap komponen partnership, dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 4.8. Detail pencapaian komponen partnership
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan partnership adalah kegiatan yang berhubungan dengan orang tua siswa, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya
34 64 52 39 56 36 60
Detail Pencapaian Komponen Partnership
Kerjasama dengan WI LPMP Kegiatan yang berhubungan dengan orang tua siswa
Kerjasama dengan institusi/organisasi lain
Kerjasama dengan dunia usaha/industri Kerjasama dengan PT lokal
Kerjasama dengan PT luar daerah Kerjasama dengan SMA lain
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
adalah kerjasama dengan LPMP terutama dengan tenaga widyaiswara. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut.
Tabel 4.11. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen partnership
Elemen dalam Komponen Partnership
Pencapai
-an nilai Keterangan Pencapaian
Kegiatan yang berhubungan dengan orang tua siswa
64 Semua sekolah menyatakan bahwa sekolah membuat perencanaan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan orang tua siswa.
Kerjasama dengan SMA lain
60 Sebanyak 28 sekolah (86%) menyatakan bahwa sekolahnya mengadakan kerjasama dengan SMA lain. Kerjasama dengan
perguruan tinggi lokal
56 Sebanyak 24 sekolah (75%) menyatakan bahwa sekolahnya mengadakan kerjasama dengan perguruan tinggi lokal.
Kerjasama dengan organisasi / institusi lainnya
52 Sebanyak 20 sekolah (63%) menyatakan bahwa sekolahnya mengadakan kerjasama dengan organisai/institusi lainnya.
Kerjasama dengan dunia usaha / dunia industri
39 Sebanyak 25 sekolah (78%) menyatakan bahwa sekolah tidak mengadakan kerjasama dengan dunia usaha/dunia industri.
Kerjasama dengan perguruan tinggi di luar daerah
36 Sebanyak 28 sekolah (86%) menyatakan bahwa sekolah tidak mengadakan kerjasama dengan perguruan tinggi di luar daerah.
Kerjasama dengan LPMP
34 Sebanyak 30 sekolah (94%) menyatakan bahwa sekolah tidak mengadakan kerjasama dengan LPMP terutama dengan tenaga widyaiswara.
3) Desain Mutu
Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen desain mutu dapat dijabarkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.12. Pencapaian sekolah terhadap komponen desain mutu
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No Nama Sekolah Sampel Nilai Capaian Nilai Rata - Rata
Persentase Capaian
1 SMAN 3 Kota Gorontalo 41 4,10 82%
2 SMAN 2 Kota Gorontalo 39 3,90 78%
3 SMA Muh. Kota Gorontalo 39 3,90 78%
4 SMAN 4 Kota Gorontalo 35 3,50 70%
5 SMA Prasetya Kota Gorontalo 45 4,50 90%
6 SMAN 1 Buntulia 28 2,80 56% 7 SMAN 1 Lemito 47 4,70 94% 8 SMAN 1 Randangan 38 3,80 76% 9 SMAN 1 Popayato 28 2,80 56% 10 SMAN 1 Paguat 41 4,10 82% 11 SMAN 1 Botumoito 41 4,10 82% 12 SMAN 1 Paguyaman 39 3,90 78% 13 SMAN 1 Tilamuta 37 3,70 74%
14 SMA Terpadu Wirabakti 40 4,00 80%
15 SMAN 1 Bulango Timur 44 4,40 88%
16 SMAN 1 Suwawa 38 3,80 76% 17 SMAN 1 Kabila 41 4,10 82% 18 SMAN 1 Bone 30 3,00 60% 19 SMAN 1 Kwandang 38 3,80 76% 20 SMAN 1 Anggrek 30 3,00 60% 21 SMAN 2 Kwandang 38 3,80 76% 22 SMAN 1 Atinggola 46 4,60 92% 23 SMAN 1 Bongomeme 44 4,40 88% 24 SMAN 1 Tolangohula 38 3,80 76%
25 SMAN 1 Telaga Biru 38 3,80 76%
26 SMAN 1 Telaga 41 4,10 82%
27 SMAN 1 Limboto Barat 31 3,10 62%
28 SMAN 1 Boliyohuto 37 3,70 74%
29 SMAN 2 Limboto 43 4,30 86%
30 SMAN 1 Limboto 41 4,10 82%
31 SMA Muh. Batudaa 43 4,30 86%
32 SMA Muh. Tolangohula 32 3,20 64%
Total Nilai 1231 𝑥 =3,85 77%
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen desain mutu mencapai 77% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3.87. Dari tabel dan grafik tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat satu sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Popayato dengan pencapaian sebesar 56%, serta terdapat satu sekolah dengan pencapaian
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tertinggi yakni SMAN 1 Lemito dengan pencapaian sebesar 94%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap komponen partnership, dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 4.9. Detail pencapaian komponen desain mutu
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan desain mutu adalah pemeriksaan kesiapan silabus dan RPP yang dilakukan oleh kepala sekolah, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah penyusunan SOP (Standard Operating
Procedure) kegiatan. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut.
Tabel 4.13. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen desain mutu
Elemen dalam Komponen Desain Mutu
Pencapai
-an nilai Keterangan Pencapaian
Pemeriksaan kesiapan silabus dan RPP
137 Sebanyak 30 sekolah (94%) menyatakan bahwa kepala sekolah memeriksa kesiapan silabus dan RPP secara periodik.
Kelengkapan RPP 134 Sebanyak 30 sekolah (94%) menyatakan bahwa para guru menyusun silabus secara lengkap.
Penyusunan silabus 132 - Sebanyak 26 sekolah (81%) menyatakan bahwa
132 134 118 137 128 113 111 111 115
Detail Pencapaian Komponen Desain Mutu
Penyusunan Silabus Kelengkapan RPPPenyediaan layanan bimbingan dan konseling bagi siswa
Pemeriksaan kesiapan silabus dan RPP Penyusunan rencana penilaian hasil belajar siswa
Penyusunan SOP perencanaan Penyusunan SOP monitoring dan supervisi
Penyusunan SOP administrasi Penyusunan SOP evaluasi kerja
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Elemen dalam Komponen Desain Mutu
Pencapai
-an nilai Keterangan Pencapaian
para guru memperbaharui silabus secara periodik. - Sebanyak 8 sekolah (25%) menyatakan bahwa para
guru menyalin silabus dari guru yang lain. Perencanaan penilaian
hasil belajar siswa
128 Sebanyak 28 sekolah (88%) para guru menyusun perencanaan penilaian hasil belajar siswa.
Penyediaan layanan bimbingan dan konseling bagi siswa
118 Sebanyak 11 sekolah (34%) menyatakan bahwa sekolah tidak menyediakan layanan bimbingan dan konseling bagi siswa.
Penyusunan SOP kegiatan evaluasi kerja
115 Sebanyak 11 sekolah (34%) menyatakan bahwa sekolah tidak menyusun SOP (Standard Operating
Procedure) kegiatan evaluasi kerja
Penyusunan SOP kegiatan perencanaan
113 Sebanyak 10 sekolah (31%) menyatakan bahwa sekolah tidak menyusun SOP (Standard Operating
Procedure) kegiatan perencanaan.
Penyusunan SOP kegiatan administrasi
111 Sebanyak 14 sekolah (44%) menyatakan bahwa sekolah tidak menyusun SOP (Standard Operating
Procedure) kegiatan administrasi.
Penyusunan SOP kegiatan monitoring dan supervisi
111 Sebanyak 13 sekolah (41%) menyatakan bahwa sekolah tidak menyusun SOP (Standard Operating
Procedure) kegiatan monitoring dan supervisi.
b. Sub Variabel People / Karyawan
Berdasarkan data sampel yang diperoleh, secara statistik, nilai sub variabel Karyawan di SMA di Provinsi Gorontalo dapat dijelaskan secara berikut :
Tabel 4.14. Data statistik sub variabel people / karyawan Statistics
Total
N Valid 32
Missing 0
Mean / rata – rata 79.28 Median / nilai tengah 81.50
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Mode / modus 82
Std. Deviation / simpangan baku 10.161 Variance / tingkat penyebaran data 103.241 Range / rentang data 45 Minimum / nilai terendah 55 Maximum / nilai tertinggi 100
Sum 2537
Sub variabel karyawan ini didukung oleh tiga komponen yakni team work, kreatifitas dan inovasi dan pengembangan kapasitas guru. Secara keseluruhan, pencapaian sub variabel karyawan dapat digambarkan dalam grafik berikut.
Gambar 4.10. Persentase pencapaian sub variabel people / karyawan
Sesuai dengan grafik tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan kapasitas guru merupakan komponen yang paling baik pelaksanaannya dengan pencapaian sebesar 76%. Komponen team work serta kreatifitas dan inovasi memiliki nilai pencapaian yang sama yakni sebesar 75%. Secara keseluruhan, nilai pencapaian sub variabel karyawan adalah sebesar 75,33%. Pencapaian sekolah terhadap sub variabel karyawan ini secara lengkap dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Team work 0% 20% 40% 60% 80% 100%
Team work Kreatifitas dan inovasi
Pengembangan kapasitas guru
75% 75% 76%
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen team work dapat dijabarkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.15. Pencapaian sekolah terhadap komponen team work
No Nama Sekolah Sampel Nilai Capaian Nilai Rata - Rata
Persentase Capaian
1 SMAN 3 Kota Gorontalo 29 4,14 83%
2 SMAN 2 Kota Gorontalo 24 3,43 69%
3 SMA Muh. Kota Gorontalo 25 3,57 71%
4 SMAN 4 Kota Gorontalo 26 3,71 74%
5 SMA Prasetya Kota Gorontalo 34 4,86 97%
6 SMAN 1 Buntulia 19 2,71 54% 7 SMAN 1 Lemito 23 3,29 66% 8 SMAN 1 Randangan 26 3,71 74% 9 SMAN 1 Popayato 23 3,29 66% 10 SMAN 1 Paguat 28 4,00 80% 11 SMAN 1 Botumoito 33 4,71 94% 12 SMAN 1 Paguyaman 28 4,00 80% 13 SMAN 1 Tilamuta 28 4,00 80%
14 SMA Terpadu Wirabakti 28 4,00 80%
15 SMAN 1 Bulango Timur 30 4,29 86%
16 SMAN 1 Suwawa 27 3,86 77% 17 SMAN 1 Kabila 27 3,86 77% 18 SMAN 1 Bone 16 2,29 46% 19 SMAN 1 Kwandang 24 3,43 69% 20 SMAN 1 Anggrek 19 2,71 54% 21 SMAN 2 Kwandang 24 3,43 69% 22 SMAN 1 Atinggola 30 4,29 86% 23 SMAN 1 Bongomeme 31 4,43 89% 24 SMAN 1 Tolangohula 22 3,14 63%
25 SMAN 1 Telaga Biru 28 4,00 80%
26 SMAN 1 Telaga 27 3,86 77%
27 SMAN 1 Limboto Barat 27 3,86 77%
28 SMAN 1 Boliyohuto 24 3,43 69%
29 SMAN 2 Limboto 28 4,00 80%
30 SMAN 1 Limboto 28 4,00 80%
31 SMA Muh. Batudaa 31 4,43 89%
32 SMA Muh. Tolangohula 24 3,43 69%
Total Nilai 841 𝑥 =3,75 75%
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen team work mencapai 75% dengan nilai rata – rata skor
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
jawaban 3.75. Dari tabel dan grafik tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat satu sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Bone dengan pencapaian sebesar 46%, serta terdapat satu sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMA Prasetya Kota Gorontalo dengan pencapaian sebesar 97%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap komponen partnership, dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 4.11. Detail pencapaian komponen team work
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan team work adalah kerjasama antar sesama guru, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah pelaksanaan program mentoring. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut.
Tabel 4.16. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen team work
Elemen dalam komponen team
work
Pencapai
-an nilai Keterangan Pencapaian
Kerjasama antar sesama guru
124 - Sebanyak 22 sekolah (69%) menyatakan bahwa para guru sering berdiskusi tentang penyusunan silabus dan RPP dan proses belajar mengajar di dalam kelas.
124
116 112
114
Detail Pencapaian Komponen
Team Work
Kerjasama antar guru
Kerjasama antar guru dan pengawas
Program mentoring
Kerjasama antar guru dan kepala sekolah
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
- Sebanyak 24 sekolah (75%) menyatakan bahwa sekolah mereka memiliki guru senior tempat bertanya dan berbagi. Kerjasama antar
guru dan pengawas
116 - Sebanyak 22 sekolah (69%) menyatakan bahwa para guru sering berdiskusi dengan pengawas dalam menyusun silabus dan RPP
- Sebanyak 20 sekolah (63%) menyatakan bahwa para guru sering berdiskusi dengan pengawas tentang kesulitannya dalam bekerja.
Kerjasama antar guru dengan kepala sekolah
114 Sebanyak 19 sekolah (59%) menyatakan bahwa para guru sering berdiskusi dengan kepala sekolah tentang kinerjanya.
Program mentoring.
112 Sebanyak 19 sekolah (59%) menyatakan bahwa sekolah mereka memiliki program mentoring.
2) Kreatifitas dan inovasi
Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen kreatifitas dan inovasi dapat dijabarkan dalam tabel berikut.
Tabel 4.17. Pencapaian sekolah terhadap komponen kreatifitas dan inovasi
No Nama Sekolah Sampel Nilai Capaian Nilai Rata - Rata
Persentase Capaian
1 SMAN 3 Kota Gorontalo 16 4 80%
2 SMAN 2 Kota Gorontalo 18 4,5 90%
3 SMA Muh. Kota Gorontalo 14 3,5 70%
4 SMAN 4 Kota Gorontalo 14 3,5 70%
5 SMA Prasetya Kota Gorontalo 18 4,5 90%
6 SMAN 1 Buntulia 11 2,75 55% 7 SMAN 1 Lemito 15 3,75 75% 8 SMAN 1 Randangan 14 3,5 70% 9 SMAN 1 Popayato 13 3,25 65% 10 SMAN 1 Paguat 16 4 80% 11 SMAN 1 Botumoito 16 4 80% 12 SMAN 1 Paguyaman 16 4 80% 13 SMAN 1 Tilamuta 15 3,75 75%
14 SMA Terpadu Wirabakti 17 4,25 85%
15 SMAN 1 Bulango Timur 16 4 80%
16 SMAN 1 Suwawa 17 4,25 85%
17 SMAN 1 Kabila 15 3,75 75%
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No Nama Sekolah Sampel Nilai Capaian Nilai Rata - Rata Persentase Capaian 18 SMAN 1 Bone 11 2,75 55% 19 SMAN 1 Kwandang 14 3,5 70% 20 SMAN 1 Anggrek 11 2,75 55% 21 SMAN 2 Kwandang 12 3 60% 22 SMAN 1 Atinggola 16 4 80% 23 SMAN 1 Bongomeme 17 4,25 85% 24 SMAN 1 Tolangohula 15 3,75 75%
25 SMAN 1 Telaga Biru 16 4 80%
26 SMAN 1 Telaga 16 4 80%
27 SMAN 1 Limboto Barat 13 3,25 65%
28 SMAN 1 Boliyohuto 12 3 60%
29 SMAN 2 Limboto 16 4 80%
30 SMAN 1 Limboto 16 4 80%
31 SMA Muh. Batudaa 17 4,25 85%
32 SMA Muh. Tolangohula 15 3,75 75%
Total Nilai 478 𝑥 =3,73 75%
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen kreatifitas dan inovasi mencapai 75% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3.73. Dari tabel dan grafik tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat tiga sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Buntulia, SMAN 1 Bone dan SMAN 1 Anggrek dengan pencapaian sebesar 55%, serta terdapat dua sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMAN 2 Kota Gorontalo dan SMA Prasetya Kota Gorontalo dengan pencapaian sebesar 90%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap komponen partnership, dapat dilihat pada grafik berikut.
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 4.12. Detail pencapaian komponen kreatifitas dan inovasi
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan kreatifitas dan inovasi adalah motivasi kepala sekolah kepada para guru, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah penggunaan alat bantu pembelajaran yang bervariasi. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut.
Tabel 4.18. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen kreatifitas dan inovasi
Elemen dalam Komponen Kreatifitas dan Inovasi
Pencapaian nilai
Keterangan Motivasi kepala sekolah
kepada para guru
134 Sebanyak 25 sekolah (78%) menyatakan bahwa kepala sekolah sering memberikan motivasi kepada para guru untuk lebih kreatif dan inovatif.
Metode Pembelajaran yang bervariasi
121 Sebanyak 23 sekolah (72%) menyatakan bahwa para guru sering menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Pemanfaatan teknologi 113 Sebanyak 18 sekolah (56%) menyatakan
bahwa para guru sering memanfaatkan teknologi dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Alat bantu Pembelajaran 110 Sebanyak 16 sekolah (50%) menyatakan
121
110 113
134
Detail Pencapaian Komponen Kreatifitas dan Inovasi Metode pembelajaran yang bervariasi
Alat bantu pembelajaran yang bervariasi
Pemanfaatan teknologi
Motivasi Kepsek kepada para guru
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang bervariasi bahwa para guru sering menggunakan alat bantu pembelajaran yang bervariasi.
3) Pengembangan kapasitas guru
Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen pengembangan kapasitas guru dapat dijabarkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.19. Pencapaian sekolah terhadap komponen pengembangan kapasitas guru
No Nama Sekolah Sampel Nilai Capaian Nilai Rata – Rata
Persentase Capaian
1 SMAN 3 Kota Gorontalo 40 4,44 89%
2 SMAN 2 Kota Gorontalo 37 4,11 82%
3 SMA Muh. Kota Gorontalo 27 3,00 60%
4 SMAN 4 Kota Gorontalo 35 3,89 78%
5 SMA Prasetya Kota Gorontalo 37 4,11 82%
6 SMAN 1 Buntulia 32 3,56 71% 7 SMAN 1 Lemito 40 4,44 89% 8 SMAN 1 Randangan 38 4,22 84% 9 SMAN 1 Popayato 34 3,78 76% 10 SMAN 1 Paguat 35 3,89 78% 11 SMAN 1 Botumoito 39 4,33 87% 12 SMAN 1 Paguyaman 34 3,78 76% 13 SMAN 1 Tilamuta 34 3,78 76%
14 SMA Terpadu Wirabakti 35 3,89 78%
15 SMAN 1 Bulango Timur 40 4,44 89%
16 SMAN 1 Suwawa 34 3,78 76% 17 SMAN 1 Kabila 32 3,56 71% 18 SMAN 1 Bone 26 2,89 58% 19 SMAN 1 Kwandang 30 3,33 67% 20 SMAN 1 Anggrek 22 2,44 49% 21 SMAN 2 Kwandang 28 3,11 62% 22 SMAN 1 Atinggola 39 4,33 87% 23 SMAN 1 Bongomeme 39 4,33 87% 24 SMAN 1 Tolangohula 36 4,00 80%
25 SMAN 1 Telaga Biru 34 3,78 76%
26 SMAN 1 Telaga 38 4,22 84%
27 SMAN 1 Limboto Barat 30 3,33 67%
28 SMAN 1 Boliyohuto 30 3,33 67%
29 SMAN 2 Limboto 34 3,78 76%
30 SMAN 1 Limboto 36 4,00 80%
31 SMA Muh. Batudaa 34 3,78 76%
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No Nama Sekolah Sampel Nilai Capaian Nilai Rata – Rata
Persentase Capaian
Total Nilai 1094 𝑥 3,80 76%
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen pengembangan kapasitas guru mencapai 76% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3.82. Dari tabel dan grafik tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat satu sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Anggrek dengan pencapaian sebesar 49%, serta terdapat tiga sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMAN 3 Kota Gorontalo, SMAN 1 Lemito, SMAN 1 Bulango Timur dengan pencapaian sebesar 89%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap komponen partnership, dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 4.13. Detail pencapaian komponen pengembangan kapasitas guru
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan pengembangan kapasitas guru adalah fasilitasi kepala sekolah untuk kegiatan MGMP, sedangkan elemen yang paling buruk
133 134 131 127 120 92
Detail Pencapaian Komponen Pengembangan Kapasitas Guru
Keterlibatan guru dalam MGMP
Fasilitasi kepsek untuk kegiatan MGMP Motivasi kepsek kepada para guru
Kesempatan guru mengikuti diklat
Anggaran sekolah untuk pengembangan kapasitas guru
In House Training dan seminar
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pelaksanaannya adalah pelaksanaan in house training dan seminar. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut.
Tabel 4.20. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen pengembangan kapasitas guru
Elemen dalam Komponen Pengembangan Kapasitas Guru
Pencapai
-an nilai Keterangan Pencapaian
Fasilitasi kepala sekolah untuk kegiatan MGMP
134 Sebanyak 29 sekolah (91%) menyatakan bahwa kepala sekolah sering memfasilitasi kegiatan – kegiatan MGMP.
Keterlibatan guru dalam MGMP
133 - Sebanyak 29 sekolah (91%) menyatakan bahwa para guru sering memanfaatkan MGMP untuk memudahkan penyusunan silabus dan RPP.
- Sebanyak 29 sekolah (91%) menyatakan bahwa para guru terlibat secara aktif dalam kegiatan MGMP. - Sebanyak 30 sekolah (94%) menyatakan bahwa
MGMP membantu pengembangan kapasitas guru. Motivasi kepala
sekolah kepada para guru.
131 Sebanyak 26 sekolah (81%) menyatakan bahwa kepala sekolah sering memotivasi para guru untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya.
Kesempatan guru mengikuti diklat.
127 Sebanyak 28 sekolah (88%) menyatakan bahwa kepala sekolah memberikan kesempatan yang sama pada semua guru untuk mengikuti diklat di lembaga lain.
Anggaran sekolah untuk pengembangan kapasitas guru
120 Sebanyak 20 sekolah (63%) menyatakan bahwa sekolah menyediakan anggaran untuk pengembangan kapasitas guru.
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
In House Training dan
seminar.
92 - Sebanyak 17 sekolah (53%) menyatakan bahwa sekolah sering mengadakan In House Training. - Hanya terdapat 3 sekolah (9%) sekolah menyatakan
bahwa sekolah sering mengadakan seminar.
c. Sub Variabel Process / Proses Kerja.
Berdasarkan data sampel yang diperoleh, secara statistik, sub variabel proses kerja di SMA di Provinsi Gorontalo dapat dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 4.21. Data statistik sub variabel proses kerja Statistics
N Valid 32
Missing 0
Mean / rata – rata 100.25 Median / nilai tengah 103.00
Mode / modus 106
Std. Deviation / simpangan baku 11.162 Variance / tingkat penyebaran data 124.581 Range / rentang data 49 Minimum / nilai terendah 73 Maximum / nilai tertinggi 122 Sum / jumlah nilai 3208
Sub variabel proses kerja didukung oleh dua komponen yakni manajemen proses dan sistim manajemen mutu. Secara keseluruhan, pencapaian sub variabel proses kerja dapat digambarkan dalam grafik berikut.
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 4.14. Persentase pencapaian sub variabel proses kerja
Sesuai dengan grafik tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa sistim manajemen mutu merupakan komponen yang paling baik pelaksanaannya dengan pencapaian sebesar 77% sedangkan komponen penjaminan mutu mencapai 70%. Secara keseluruhan, nilai pencapaian sub variabel proses kerja adalah sebesar 73,5%. Pencapaian sekolah terhadap sub variabel proses kerja ini secara lengkap dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Penjaminan mutu.
Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen penjaminan mutu dapat dijabarkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.22. Pencapaian sekolah terhadap komponen penjaminan mutu
No Nama Sekolah Sampel Nilai
Capaian Nilai Rata - Rata
Persentase Capaian
1 SMAN 3 Kota Gorontalo 65 3,82 76%
2 SMAN 2 Kota Gorontalo 62 3,65 73%
3 SMA Muh. Kota Gorontalo 57 3,35 67%
4 SMAN 4 Kota Gorontalo 61 3,59 72%
5 SMA Prasetya Kota Gorontalo 68 4,00 80%
6 SMAN 1 Buntulia 46 2,71 54% 0% 20% 40% 60% 80% 100%
Penjaminan Mutu Sistim Manajemen Mutu
70% 77%
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No Nama Sekolah Sampel Nilai
Capaian Nilai Rata - Rata
Persentase Capaian 7 SMAN 1 Lemito 61 3,59 72% 8 SMAN 1 Randangan 58 3,41 68% 9 SMAN 1 Popayato 52 3,06 61% 10 SMAN 1 Paguat 60 3,53 71% 11 SMAN 1 Botumoito 58 3,41 68% 12 SMAN 1 Paguyaman 60 3,53 71% 13 SMAN 1 Tilamuta 61 3,59 72%
14 SMA Terpadu Wirabakti 68 4,00 80%
15 SMAN 1 Bulango Timur 69 4,06 81%
16 SMAN 1 Suwawa 66 3,88 78% 17 SMAN 1 Kabila 61 3,59 72% 18 SMAN 1 Bone 47 2,76 55% 19 SMAN 1 Kwandang 57 3,35 67% 20 SMAN 1 Anggrek 48 2,82 56% 21 SMAN 2 Kwandang 60 3,53 71% 22 SMAN 1 Atinggola 65 3,82 76% 23 SMAN 1 Bongomeme 76 4,47 89% 24 SMAN 1 Tolangohula 59 3,47 69%
25 SMAN 1 Telaga Biru 54 3,18 64%
26 SMAN 1 Telaga 60 3,53 71%
27 SMAN 1 Limboto Barat 54 3,18 64%
28 SMAN 1 Boliyohuto 56 3,29 66%
29 SMAN 2 Limboto 63 3,71 74%
30 SMAN 1 Limboto 59 3,47 69%
31 SMA Muh. Batudaa 62 3,65 73%
32 SMA Muh. Tolangohula 49 2,88 58%
Total Nilai 1902 3,50 69,93%
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen penjaminan mutu mencapai 70% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3,5. Dari tabel tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat dua sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Buntulia dan SMAN 1 Buntulia dengan pencapaian sebesar 54%, serta terdapat satu sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMAN 1 Bongomeme dengan pencapaian sebesar 89%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap komponen penjaminan mutu, dapat dilihat pada grafik berikut.
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Grafik 4.15. Detail Pencapaian komponen penjaminan mutu
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan penjaminan mutu adalah memastikan kesiapan peserta didik yang dilakukan oleh guru, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah kesiapan buku ajar. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut.
Tabel 4.23. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen penjaminan mutu
Elemen dalam Komponen Penjaminan
Mutu
Pencapai
-an nilai Keterangan Pencapaian
Kesiapan peserta didik
124 Sebanyak 24 sekolah (75%) menyatakan bahwa para guru sering memastikan kesiapan peserta didik sebelum memulai kegiatan belajar mengajar.
Monitoring dan supervisi
120 - Sebanyak 22 sekolah (69%) menyatakan bahwa pengawas sekolah sering melakukan monitoring dan supervisi.
- Sebanyak 23 sekolah (72%) menyatakan bahwa kepala sekolah sering melakukan monitoring dan supervisi.
- Sebanyak 20 sekolah (63%) menyatakan bahwa para guru menerima catatan supervisinya dari pengawas.
Kesiapan guru 115 - Sebanyak 26 sekolah (81%) menyatakan bahwa kepala sekolah dan pengawas memiliki data / peta kompetensi dan kinerja guru. 120,0 115 97 83 124
Detail Pencapaian Komponen Penjaminan Mutu
Monitoring dan supervisi Kesiapan guru
Kesiapan sarana prasarana Kesiapan buku ajar Kesiapan peserta didik
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Elemen dalam Komponen Penjaminan
Mutu
Pencapai
-an nilai Keterangan Pencapaian
- Sebanyak 30 guru (94%) yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka tahu kekurangan kompetensi mereka.
- Sebanyak 28 sekolah (88%) menyatakan bahwa para guru melakukan upaya untuk meningkatkan kompetensi dan kinerjanya.
- Sebanyak 28 guru (88%) yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka yakin telah memberikan nilai tambah bagi siswa.
- Sebanyak 20 sekolah (63%) menyatakan bahwa jumlah guru tidak sesuai dan dibawah standar yang ditetapkan.
- Sebanyak 25 sekolah (78%) menyatakan bahwa jumlah tenaga kependidikan sesuai standar yang ditetapkan
- Sebanyak 5 sekolah (16%) menyatakan bahwa penempatan kelas dan beban mengajar guru, berat.
Kesiapan sarana prasana
97 Hanya terdapat 6 sekolah (19%) yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana sekolahnya lengkap.
Kesiapan buku ajar
83 - Sebanyak 28 sekolah (88%) yang menyatakan bahwa buku ajar yang disediakan oleh sekolah kurang lengkap dan tidak lengkap.
- Sebanyak 19 sekolah (60%) menyatakan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang mamiliki buku ajar yang lengkap.
2) Sistim Manajemen Mutu
Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen sistim manajemen mutu dapat dijabarkan dalam tabel berikut.
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No Nama Sekolah Sampel Nilai
Capaian Nilai Rata - Rata
Persentase Capaian
1 SMAN 3 Kota Gorontalo 49 4,08 82%
2 SMAN 2 Kota Gorontalo 45 3,75 75%
3 SMA Muh. Kota Gorontalo 45 3,75 75%
4 SMAN 4 Kota Gorontalo 43 3,58 72%
5 SMA Prasetya Kota Gorontalo 51 4,25 85%
6 SMAN 1 Buntulia 31 2,58 52% 7 SMAN 1 Lemito 49 4,08 82% 8 SMAN 1 Randangan 42 3,50 70% 9 SMAN 1 Popayato 40 3,33 67% 10 SMAN 1 Paguat 47 3,92 78% 11 SMAN 1 Botumoito 49 4,08 82% 12 SMAN 1 Paguyaman 48 4,00 80% 13 SMAN 1 Tilamuta 43 3,58 72%
14 SMA Terpadu Wirabakti 50 4,17 83%
15 SMAN 1 Bulango Timur 53 4,42 88%
16 SMAN 1 Suwawa 49 4,08 82% 17 SMAN 1 Kabila 50 4,17 83% 18 SMAN 1 Bone 36 3,00 60% 19 SMAN 1 Kwandang 47 3,92 78% 20 SMAN 1 Anggrek 37 3,08 62% 21 SMAN 2 Kwandang 50 4,17 83% 22 SMAN 1 Atinggola 53 4,42 88% 23 SMAN 1 Bongomeme 54 4,50 90% 24 SMAN 1 Tolangohula 49 4,08 82%
25 SMAN 1 Telaga Biru 48 4,00 80%
26 SMAN 1 Telaga 44 3,67 73%
27 SMAN 1 Limboto Barat 39 3,25 65%
28 SMAN 1 Boliyohuto 39 3,25 65%
29 SMAN 2 Limboto 50 4,17 83%
30 SMAN 1 Limboto 51 4,25 85%
31 SMA Muh. Batudaa 52 4,33 87%
32 SMA Muh. Tolangohula 39 3,25 65%
Total nilai 1472 3,8 77%
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen sistim manajemen mutu mencapai 77% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3,8. Dari tabel tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat satu sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Buntulia dengan pencapaian sebesar 52% serta terdapat satu sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMAN 1 Bongomeme dengan pencapaian sebesar 90%. Secara spesifik,
Fitriyani Adani, 2012
Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pencapaian sekolah terhadap komponen sistim manajemen mutu, dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 4.16. Detail pencapaian komponen sistim manajemen mutu
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan sistim manajemen mutu adalah persepsi guru terhadap sikap siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah kesesuaian kegiatan dengan SOP yang telah disusun. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut.
Tabel 4.25. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen sistim manajemen mutu
Elemen dalam Komponen Sistim Manajemen Mutu Pencapai
-an nilai Keterangan Pencapaian
Persepsi guru terhadap sikap siswa dalam proses
pembelajaran.
140 - Semua guru yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka suka ketika siswa banyak bertanya.
- Sebanyak 22 guru (69%) menyatakan bahwa mereka suka ketika siswa tidak sependapat dan berargumentasi.
- Sebanyak 29 guru (91%) menyatakan bahwa mereka sering mengarahkan siswa untuk berpikir dan mengkaji.
111 122 125 140 129 110 125
Detail Pencapaian Komponen Sistim Manajemen Mutu
Realisasi layanan bimbingan dan konseling bagi siswa
Penggunaan bentuk assessment yang beragam
Penerapan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan Persepsi guru
Pembinaan khusus bagi siswa Kesesuaian kegiatan dengan SOP Pengorganisasian dan pengelolaan data dan informasi