• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerjasama antar guru

Kerjasama antar guru dan pengawas

Program mentoring

Kerjasama antar guru dan kepala sekolah

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

- Sebanyak 24 sekolah (75%) menyatakan bahwa sekolah mereka memiliki guru senior tempat bertanya dan berbagi. Kerjasama antar

guru dan pengawas

116 - Sebanyak 22 sekolah (69%) menyatakan bahwa para guru sering berdiskusi dengan pengawas dalam menyusun silabus dan RPP

- Sebanyak 20 sekolah (63%) menyatakan bahwa para guru sering berdiskusi dengan pengawas tentang kesulitannya dalam bekerja.

Kerjasama antar guru dengan kepala sekolah

114 Sebanyak 19 sekolah (59%) menyatakan bahwa para guru sering berdiskusi dengan kepala sekolah tentang kinerjanya.

Program mentoring.

112 Sebanyak 19 sekolah (59%) menyatakan bahwa sekolah mereka memiliki program mentoring.

2) Kreatifitas dan inovasi

Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen kreatifitas dan inovasi dapat dijabarkan dalam tabel berikut.

Tabel 4.17. Pencapaian sekolah terhadap komponen kreatifitas dan inovasi

No Nama Sekolah Sampel Nilai Capaian Nilai Rata - Rata

Persentase Capaian

1 SMAN 3 Kota Gorontalo 16 4 80%

2 SMAN 2 Kota Gorontalo 18 4,5 90%

3 SMA Muh. Kota Gorontalo 14 3,5 70%

4 SMAN 4 Kota Gorontalo 14 3,5 70%

5 SMA Prasetya Kota Gorontalo 18 4,5 90%

6 SMAN 1 Buntulia 11 2,75 55% 7 SMAN 1 Lemito 15 3,75 75% 8 SMAN 1 Randangan 14 3,5 70% 9 SMAN 1 Popayato 13 3,25 65% 10 SMAN 1 Paguat 16 4 80% 11 SMAN 1 Botumoito 16 4 80% 12 SMAN 1 Paguyaman 16 4 80% 13 SMAN 1 Tilamuta 15 3,75 75%

14 SMA Terpadu Wirabakti 17 4,25 85%

15 SMAN 1 Bulango Timur 16 4 80%

16 SMAN 1 Suwawa 17 4,25 85%

17 SMAN 1 Kabila 15 3,75 75%

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No Nama Sekolah Sampel Nilai Capaian Nilai Rata - Rata Persentase Capaian 18 SMAN 1 Bone 11 2,75 55% 19 SMAN 1 Kwandang 14 3,5 70% 20 SMAN 1 Anggrek 11 2,75 55% 21 SMAN 2 Kwandang 12 3 60% 22 SMAN 1 Atinggola 16 4 80% 23 SMAN 1 Bongomeme 17 4,25 85% 24 SMAN 1 Tolangohula 15 3,75 75%

25 SMAN 1 Telaga Biru 16 4 80%

26 SMAN 1 Telaga 16 4 80%

27 SMAN 1 Limboto Barat 13 3,25 65%

28 SMAN 1 Boliyohuto 12 3 60%

29 SMAN 2 Limboto 16 4 80%

30 SMAN 1 Limboto 16 4 80%

31 SMA Muh. Batudaa 17 4,25 85%

32 SMA Muh. Tolangohula 15 3,75 75%

Total Nilai 478 𝑥 =3,73 75%

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen kreatifitas dan inovasi mencapai 75% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3.73. Dari tabel dan grafik tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat tiga sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Buntulia, SMAN 1 Bone dan SMAN 1 Anggrek dengan pencapaian sebesar 55%, serta terdapat dua sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMAN 2 Kota Gorontalo dan SMA Prasetya Kota Gorontalo dengan pencapaian sebesar 90%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap komponen partnership, dapat dilihat pada grafik berikut.

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 4.12. Detail pencapaian komponen kreatifitas dan inovasi

Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan kreatifitas dan inovasi adalah motivasi kepala sekolah kepada para guru, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah penggunaan alat bantu pembelajaran yang bervariasi. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut.

Tabel 4.18. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen kreatifitas dan inovasi

Elemen dalam Komponen Kreatifitas dan Inovasi

Pencapaian nilai

Keterangan Motivasi kepala sekolah

kepada para guru

134 Sebanyak 25 sekolah (78%) menyatakan bahwa kepala sekolah sering memberikan motivasi kepada para guru untuk lebih kreatif dan inovatif.

Metode Pembelajaran yang bervariasi

121 Sebanyak 23 sekolah (72%) menyatakan bahwa para guru sering menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Pemanfaatan teknologi 113 Sebanyak 18 sekolah (56%) menyatakan

bahwa para guru sering memanfaatkan teknologi dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.

Alat bantu Pembelajaran 110 Sebanyak 16 sekolah (50%) menyatakan

121

110 113

134

Detail Pencapaian Komponen Kreatifitas dan Inovasi Metode pembelajaran yang bervariasi

Alat bantu pembelajaran yang bervariasi

Pemanfaatan teknologi

Motivasi Kepsek kepada para guru

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang bervariasi bahwa para guru sering menggunakan alat bantu pembelajaran yang bervariasi.

3) Pengembangan kapasitas guru

Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen pengembangan kapasitas guru dapat dijabarkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.19. Pencapaian sekolah terhadap komponen pengembangan kapasitas guru

No Nama Sekolah Sampel Nilai Capaian Nilai Rata – Rata

Persentase Capaian

1 SMAN 3 Kota Gorontalo 40 4,44 89%

2 SMAN 2 Kota Gorontalo 37 4,11 82%

3 SMA Muh. Kota Gorontalo 27 3,00 60%

4 SMAN 4 Kota Gorontalo 35 3,89 78%

5 SMA Prasetya Kota Gorontalo 37 4,11 82%

6 SMAN 1 Buntulia 32 3,56 71% 7 SMAN 1 Lemito 40 4,44 89% 8 SMAN 1 Randangan 38 4,22 84% 9 SMAN 1 Popayato 34 3,78 76% 10 SMAN 1 Paguat 35 3,89 78% 11 SMAN 1 Botumoito 39 4,33 87% 12 SMAN 1 Paguyaman 34 3,78 76% 13 SMAN 1 Tilamuta 34 3,78 76%

14 SMA Terpadu Wirabakti 35 3,89 78%

15 SMAN 1 Bulango Timur 40 4,44 89%

16 SMAN 1 Suwawa 34 3,78 76% 17 SMAN 1 Kabila 32 3,56 71% 18 SMAN 1 Bone 26 2,89 58% 19 SMAN 1 Kwandang 30 3,33 67% 20 SMAN 1 Anggrek 22 2,44 49% 21 SMAN 2 Kwandang 28 3,11 62% 22 SMAN 1 Atinggola 39 4,33 87% 23 SMAN 1 Bongomeme 39 4,33 87% 24 SMAN 1 Tolangohula 36 4,00 80%

25 SMAN 1 Telaga Biru 34 3,78 76%

26 SMAN 1 Telaga 38 4,22 84%

27 SMAN 1 Limboto Barat 30 3,33 67%

28 SMAN 1 Boliyohuto 30 3,33 67%

29 SMAN 2 Limboto 34 3,78 76%

30 SMAN 1 Limboto 36 4,00 80%

31 SMA Muh. Batudaa 34 3,78 76%

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No Nama Sekolah Sampel Nilai Capaian Nilai Rata – Rata

Persentase Capaian

Total Nilai 1094 𝑥 3,80 76%

Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen pengembangan kapasitas guru mencapai 76% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3.82. Dari tabel dan grafik tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat satu sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Anggrek dengan pencapaian sebesar 49%, serta terdapat tiga sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMAN 3 Kota Gorontalo, SMAN 1 Lemito, SMAN 1 Bulango Timur dengan pencapaian sebesar 89%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap komponen partnership, dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 4.13. Detail pencapaian komponen pengembangan kapasitas guru

Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan pengembangan kapasitas guru adalah fasilitasi kepala sekolah untuk kegiatan MGMP, sedangkan elemen yang paling buruk

133 134 131 127 120 92

Detail Pencapaian Komponen Pengembangan Kapasitas Guru

Keterlibatan guru dalam MGMP

Fasilitasi kepsek untuk kegiatan MGMP Motivasi kepsek kepada para guru

Kesempatan guru mengikuti diklat

Anggaran sekolah untuk pengembangan kapasitas guru

In House Training dan seminar

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pelaksanaannya adalah pelaksanaan in house training dan seminar. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut.

Tabel 4.20. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen pengembangan kapasitas guru

Elemen dalam Komponen Pengembangan Kapasitas Guru

Pencapai

-an nilai Keterangan Pencapaian Fasilitasi kepala

sekolah untuk kegiatan MGMP

134 Sebanyak 29 sekolah (91%) menyatakan bahwa kepala sekolah sering memfasilitasi kegiatan – kegiatan MGMP.

Keterlibatan guru dalam MGMP

133 - Sebanyak 29 sekolah (91%) menyatakan bahwa para guru sering memanfaatkan MGMP untuk memudahkan penyusunan silabus dan RPP.

- Sebanyak 29 sekolah (91%) menyatakan bahwa para guru terlibat secara aktif dalam kegiatan MGMP. - Sebanyak 30 sekolah (94%) menyatakan bahwa

MGMP membantu pengembangan kapasitas guru. Motivasi kepala

sekolah kepada para guru.

131 Sebanyak 26 sekolah (81%) menyatakan bahwa kepala sekolah sering memotivasi para guru untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya.

Kesempatan guru mengikuti diklat.

127 Sebanyak 28 sekolah (88%) menyatakan bahwa kepala sekolah memberikan kesempatan yang sama pada semua guru untuk mengikuti diklat di lembaga lain.

Anggaran sekolah untuk pengembangan kapasitas guru

120 Sebanyak 20 sekolah (63%) menyatakan bahwa sekolah menyediakan anggaran untuk pengembangan kapasitas guru.

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

In House Training dan

seminar.

92 - Sebanyak 17 sekolah (53%) menyatakan bahwa sekolah sering mengadakan In House Training. - Hanya terdapat 3 sekolah (9%) sekolah menyatakan

bahwa sekolah sering mengadakan seminar.

c. Sub Variabel Process / Proses Kerja.

Berdasarkan data sampel yang diperoleh, secara statistik, sub variabel proses kerja di SMA di Provinsi Gorontalo dapat dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 4.21. Data statistik sub variabel proses kerja Statistics

N Valid 32

Missing 0

Mean / rata – rata 100.25 Median / nilai tengah 103.00

Mode / modus 106

Std. Deviation / simpangan baku 11.162 Variance / tingkat penyebaran data 124.581 Range / rentang data 49 Minimum / nilai terendah 73 Maximum / nilai tertinggi 122 Sum / jumlah nilai 3208

Sub variabel proses kerja didukung oleh dua komponen yakni manajemen proses dan sistim manajemen mutu. Secara keseluruhan, pencapaian sub variabel proses kerja dapat digambarkan dalam grafik berikut.

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 4.14. Persentase pencapaian sub variabel proses kerja

Sesuai dengan grafik tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa sistim manajemen mutu merupakan komponen yang paling baik pelaksanaannya dengan pencapaian sebesar 77% sedangkan komponen penjaminan mutu mencapai 70%. Secara keseluruhan, nilai pencapaian sub variabel proses kerja adalah sebesar 73,5%. Pencapaian sekolah terhadap sub variabel proses kerja ini secara lengkap dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Penjaminan mutu.

Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen penjaminan mutu dapat dijabarkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.22. Pencapaian sekolah terhadap komponen penjaminan mutu

No Nama Sekolah Sampel Nilai

Capaian Nilai Rata - Rata

Persentase Capaian

1 SMAN 3 Kota Gorontalo 65 3,82 76%

2 SMAN 2 Kota Gorontalo 62 3,65 73%

3 SMA Muh. Kota Gorontalo 57 3,35 67%

4 SMAN 4 Kota Gorontalo 61 3,59 72%

5 SMA Prasetya Kota Gorontalo 68 4,00 80%

6 SMAN 1 Buntulia 46 2,71 54% 0% 20% 40% 60% 80% 100%

Penjaminan Mutu Sistim Manajemen Mutu

70% 77%

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No Nama Sekolah Sampel Nilai

Capaian Nilai Rata - Rata

Persentase Capaian 7 SMAN 1 Lemito 61 3,59 72% 8 SMAN 1 Randangan 58 3,41 68% 9 SMAN 1 Popayato 52 3,06 61% 10 SMAN 1 Paguat 60 3,53 71% 11 SMAN 1 Botumoito 58 3,41 68% 12 SMAN 1 Paguyaman 60 3,53 71% 13 SMAN 1 Tilamuta 61 3,59 72%

14 SMA Terpadu Wirabakti 68 4,00 80%

15 SMAN 1 Bulango Timur 69 4,06 81%

16 SMAN 1 Suwawa 66 3,88 78% 17 SMAN 1 Kabila 61 3,59 72% 18 SMAN 1 Bone 47 2,76 55% 19 SMAN 1 Kwandang 57 3,35 67% 20 SMAN 1 Anggrek 48 2,82 56% 21 SMAN 2 Kwandang 60 3,53 71% 22 SMAN 1 Atinggola 65 3,82 76% 23 SMAN 1 Bongomeme 76 4,47 89% 24 SMAN 1 Tolangohula 59 3,47 69%

25 SMAN 1 Telaga Biru 54 3,18 64%

26 SMAN 1 Telaga 60 3,53 71%

27 SMAN 1 Limboto Barat 54 3,18 64%

28 SMAN 1 Boliyohuto 56 3,29 66%

29 SMAN 2 Limboto 63 3,71 74%

30 SMAN 1 Limboto 59 3,47 69%

31 SMA Muh. Batudaa 62 3,65 73%

32 SMA Muh. Tolangohula 49 2,88 58%

Total Nilai 1902 3,50 69,93%

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen penjaminan mutu mencapai 70% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3,5. Dari tabel tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat dua sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Buntulia dan SMAN 1 Buntulia dengan pencapaian sebesar 54%, serta terdapat satu sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMAN 1 Bongomeme dengan pencapaian sebesar 89%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap komponen penjaminan mutu, dapat dilihat pada grafik berikut.

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Grafik 4.15. Detail Pencapaian komponen penjaminan mutu

Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan penjaminan mutu adalah memastikan kesiapan peserta didik yang dilakukan oleh guru, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah kesiapan buku ajar. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut.

Tabel 4.23. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen penjaminan mutu

Elemen dalam Komponen Penjaminan

Mutu

Pencapai

-an nilai Keterangan Pencapaian Kesiapan

peserta didik

124 Sebanyak 24 sekolah (75%) menyatakan bahwa para guru sering memastikan kesiapan peserta didik sebelum memulai kegiatan belajar mengajar.

Monitoring dan supervisi

120 - Sebanyak 22 sekolah (69%) menyatakan bahwa pengawas sekolah sering melakukan monitoring dan supervisi.

- Sebanyak 23 sekolah (72%) menyatakan bahwa kepala sekolah sering melakukan monitoring dan supervisi.

- Sebanyak 20 sekolah (63%) menyatakan bahwa para guru menerima catatan supervisinya dari pengawas.

Kesiapan guru 115 - Sebanyak 26 sekolah (81%) menyatakan bahwa kepala sekolah dan pengawas memiliki data / peta kompetensi dan kinerja guru. 120,0 115 97 83 124

Detail Pencapaian Komponen Penjaminan Mutu

Monitoring dan supervisi Kesiapan guru

Kesiapan sarana prasarana Kesiapan buku ajar Kesiapan peserta didik

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Elemen dalam Komponen Penjaminan

Mutu

Pencapai

-an nilai Keterangan Pencapaian

- Sebanyak 30 guru (94%) yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka tahu kekurangan kompetensi mereka.

- Sebanyak 28 sekolah (88%) menyatakan bahwa para guru melakukan upaya untuk meningkatkan kompetensi dan kinerjanya.

- Sebanyak 28 guru (88%) yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka yakin telah memberikan nilai tambah bagi siswa.

- Sebanyak 20 sekolah (63%) menyatakan bahwa jumlah guru tidak sesuai dan dibawah standar yang ditetapkan.

- Sebanyak 25 sekolah (78%) menyatakan bahwa jumlah tenaga kependidikan sesuai standar yang ditetapkan

- Sebanyak 5 sekolah (16%) menyatakan bahwa penempatan kelas dan beban mengajar guru, berat.

Kesiapan sarana prasana

97 Hanya terdapat 6 sekolah (19%) yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana sekolahnya lengkap.

Kesiapan buku ajar

83 - Sebanyak 28 sekolah (88%) yang menyatakan bahwa buku ajar yang disediakan oleh sekolah kurang lengkap dan tidak lengkap.

- Sebanyak 19 sekolah (60%) menyatakan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang mamiliki buku ajar yang lengkap.

2) Sistim Manajemen Mutu

Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen sistim manajemen mutu dapat dijabarkan dalam tabel berikut.

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No Nama Sekolah Sampel Nilai

Capaian Nilai Rata - Rata

Persentase Capaian

1 SMAN 3 Kota Gorontalo 49 4,08 82%

2 SMAN 2 Kota Gorontalo 45 3,75 75%

3 SMA Muh. Kota Gorontalo 45 3,75 75%

4 SMAN 4 Kota Gorontalo 43 3,58 72%

5 SMA Prasetya Kota Gorontalo 51 4,25 85%

6 SMAN 1 Buntulia 31 2,58 52% 7 SMAN 1 Lemito 49 4,08 82% 8 SMAN 1 Randangan 42 3,50 70% 9 SMAN 1 Popayato 40 3,33 67% 10 SMAN 1 Paguat 47 3,92 78% 11 SMAN 1 Botumoito 49 4,08 82% 12 SMAN 1 Paguyaman 48 4,00 80% 13 SMAN 1 Tilamuta 43 3,58 72%

14 SMA Terpadu Wirabakti 50 4,17 83%

15 SMAN 1 Bulango Timur 53 4,42 88%

16 SMAN 1 Suwawa 49 4,08 82% 17 SMAN 1 Kabila 50 4,17 83% 18 SMAN 1 Bone 36 3,00 60% 19 SMAN 1 Kwandang 47 3,92 78% 20 SMAN 1 Anggrek 37 3,08 62% 21 SMAN 2 Kwandang 50 4,17 83% 22 SMAN 1 Atinggola 53 4,42 88% 23 SMAN 1 Bongomeme 54 4,50 90% 24 SMAN 1 Tolangohula 49 4,08 82%

25 SMAN 1 Telaga Biru 48 4,00 80%

26 SMAN 1 Telaga 44 3,67 73%

27 SMAN 1 Limboto Barat 39 3,25 65%

28 SMAN 1 Boliyohuto 39 3,25 65%

29 SMAN 2 Limboto 50 4,17 83%

30 SMAN 1 Limboto 51 4,25 85%

31 SMA Muh. Batudaa 52 4,33 87%

32 SMA Muh. Tolangohula 39 3,25 65%

Total nilai 1472 3,8 77%

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen sistim manajemen mutu mencapai 77% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3,8. Dari tabel tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat satu sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Buntulia dengan pencapaian sebesar 52% serta terdapat satu sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMAN 1 Bongomeme dengan pencapaian sebesar 90%. Secara spesifik,

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pencapaian sekolah terhadap komponen sistim manajemen mutu, dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 4.16. Detail pencapaian komponen sistim manajemen mutu

Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan sistim manajemen mutu adalah persepsi guru terhadap sikap siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah kesesuaian kegiatan dengan SOP yang telah disusun. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut.

Tabel 4.25. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen sistim manajemen mutu

Elemen dalam Komponen Sistim Manajemen Mutu Pencapai

-an nilai Keterangan Pencapaian Persepsi guru

terhadap sikap siswa dalam proses

pembelajaran.

140 - Semua guru yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka suka ketika siswa banyak bertanya.

- Sebanyak 22 guru (69%) menyatakan bahwa mereka suka ketika siswa tidak sependapat dan berargumentasi.

- Sebanyak 29 guru (91%) menyatakan bahwa mereka sering mengarahkan siswa untuk berpikir dan mengkaji.

111 122 125 140 129 110 125

Detail Pencapaian Komponen Sistim Manajemen Mutu

Realisasi layanan bimbingan dan konseling bagi siswa

Penggunaan bentuk assessment yang beragam

Penerapan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan Persepsi guru

Pembinaan khusus bagi siswa Kesesuaian kegiatan dengan SOP Pengorganisasian dan pengelolaan data dan informasi

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Elemen dalam Komponen Sistim Manajemen Mutu Pencapai

-an nilai Keterangan Pencapaian Pembinaan

khusus bagi siswa.

129 Sebanyak 25 sekolah (78%) menyatakan bahwa para guru selalu melakukan pembinaan khusus bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar.

Penerapan pembelajaran yang interaktif dan

menyenangkan.

125 Sebanyak 25 sekolah (78%) menyatakan bahwa para guru menerapkan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan. Pengorganisasi -an dan pengelolaan data dan informasi.

125 - Sebanyak 27 sekolah (84%) menyatakan bahwa pengumpulan, pencatatan, pengorganisasian dan sistim dokumentasi data sekolah, baik.

- Semua sekolah (100%) menyatakan bahwa sekolah memiliki data jumlah siswa, sarana prasarana sekolah, penjadwalan kegiatan belajar mengajar, serta rencana pembiayaan dan keuangan sekolah.

- Sebanyak 31 sekolah (97%) menyatakan bahwa sekolah memiliki data hasil supervisi pengawas dan hasil evaluasi siswa.

- Sebanyak 30 sekolah (94%) menyatakan bahwa sekolah memiliki data profil seluruh guru dan staf serta rencana dan pelaksanaan perawatan sarana prasarana sekolah.

- Sebanyak 29 sekolah (91%) menyatakan bahwa sekolah memiliki data tentang latar belakang sosial dan ekonomi siswa.

- Sebanyak 26 sekolah (81%) menyatakan bahwa sekolah memiliki data portofolio seluruh guru dan staf.

Penggunaan bentuk assessment yang beragam.

122 Sebanyak 24 sekolah (75%) menyatakan bahwa para guru menggunakan bentuk assessment yang beragam.

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Elemen dalam Komponen Sistim Manajemen Mutu Pencapai

-an nilai Keterangan Pencapaian Realisasi

layanan

bimbingan dan konseling.

111 Hanya terdapat Sebanyak 18 sekolah (56%) yang menyatakan bahwa sekolah merealisasikan layanan bimbingan dan konseling bagi siswa secara maksimal.

Kesesuaian kegiatan dengan SOP.

110 Hanya terdapat Sebanyak 15 sekolah (47%) yang menyatakan bahwa sekolah menyusun SOP kegiatan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan SOP yang telah disusun.

d. Sub Variabel Performance / Pengukuran Kinerja

Berdasarkan data sampel yang diperoleh, secara statistik, sub variabel pengukuran kinerja di SMA di Provinsi Gorontalo dapat dijelaskan secara berikut :

Tabel 4.26. Data statistik sub variabel performance / pengukuran kinerja Statistics

N Valid 32

Missing 0

Mean / rata – rata 43.34 Median / nilai tengah 45.00

Mode / modus 46

Std. Deviation / simpangan baku 6.694 Variance / tingkat penyebaran data 44.814 Range / rentang data 28 Minimum / nilai terendah 27 Maximum / nilai tertinggi 55 Sum / jumlah nilai 1387

Secara keseluruhan, pencapaian sub variabel pengukuran kinerja dapat digambarkan dalam grafik berikut.

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 4.17. Persentase pencapaian sub variabel pengukuran kinerja

Sesuai dengan grafik tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi tentang EDS merupakan komponen yang paling baik pencapaiannya yakni sebesar 84% sedangkan komponen benchmarking merupakan komponen yang paling rendah pencapaiannya yakni sebesar 48%. Secara keseluruhan, berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk sub variabel pengukuran kinerja dapat dijabarkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.27. Pencapaian sekolah terhadap komponen pengukuran kinerja

No Nama Sekolah Sampel Nilai

Capaian Nilai Rata – Rata

Persentase Capaian

1 SMAN 3 Kota Gorontalo 46 3,83 77%

2 SMAN 2 Kota Gorontalo 46 3,83 77%

3 SMA Muh. Kota Gorontalo 42 3,50 70%

4 SMAN 4 Kota Gorontalo 49 4,08 82%

5 SMA Prasetya Kota Gorontalo 55 4,58 92%

6 SMAN 1 Buntulia 31 2,58 52% 0% 20% 40% 60% 80% 100% P en etap an r en ca n a p en g u k u ran k in er ja P en elu su ran k ep u asan s is w a E v alu asi Dir i Sek o lah P em ah am an ter h ad ap E DS C atata n d an d o k u m en tasi h asil E DS P em an faa tan d an tin d ak lan ju t h asil E DS P er sep si ten tan g E DS B en ch m ar k in g P er sep si ten tan g B en ch m ar k in g 68% 69% 73% 79% 73% 78% 84% 48% 72% Persentase Pencapaian Sub Variabel Pengukuran

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No Nama Sekolah Sampel Nilai

Capaian Nilai Rata – Rata

Persentase Capaian 7 SMAN 1 Lemito 46 3,83 77% 8 SMAN 1 Randangan 45 3,75 75% 9 SMAN 1 Popayato 27 2,25 45% 10 SMAN 1 Paguat 44 3,67 73% 11 SMAN 1 Botumoito 42 3,50 70% 12 SMAN 1 Paguyaman 47 3,92 78% 13 SMAN 1 Tilamuta 38 3,17 63%

14 SMA Terpadu Wirabakti 48 4,00 80%

15 SMAN 1 Bulango Timur 50 4,17 83%

16 SMAN 1 Suwawa 45 3,75 75% 17 SMAN 1 Kabila 45 3,75 75% 18 SMAN 1 Bone 30 2,50 50% 19 SMAN 1 Kwandang 41 3,42 68% 20 SMAN 1 Anggrek 30 2,50 50% 21 SMAN 2 Kwandang 37 3,08 62% 22 SMAN 1 Atinggola 52 4,33 87% 23 SMAN 1 Bongomeme 52 4,33 87% 24 SMAN 1 Tolangohula 46 3,83 77%

25 SMAN 1 Telaga Biru 47 3,92 78%

26 SMAN 1 Telaga 46 3,83 77%

27 SMAN 1 Limboto Barat 39 3,25 65%

28 SMAN 1 Boliyohuto 41 3,42 68%

29 SMAN 2 Limboto 47 3,92 78%

30 SMAN 1 Limboto 44 3,67 73%

31 SMA Muh. Batudaa 49 4,08 82%

32 SMA Muh. Tolangohula 40 3,33 67%

Total nilai 1387 3,61 72%

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap sub variabel pengukuran kinerja mencapai 72% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3.61. Dari tabel tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat satu sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Popayato dengan pencapaian sebesar 45%, serta terdapat satu sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMA Prasetya Kota Gorontalo dengan pencapaian sebesar 92%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap sub variabel pengukuran kinerja, dapat dilihat pada grafik berikut.

Fitriyani Adani, 2012

Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 4.18. Detail pencapaian sub variabel pengukuran kinerja

Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan pengukuran kinerja adalah persepsi tentang evaluasi diri sekolah, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah pelaksanaan benchmarking. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 27-50)

Dokumen terkait