87
IDENTIFIKASI VANCOMYCIN RESISTANT
Staphylococcus aureus
(VRSA)
PADA MEMBRAN STETOSKOP DI RUMAH SAKIT MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
Dwi Utami Anjarwati1, Anton Budi Dharmawan1 1
Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto E-mail: dzikrarana@yahoo.com
ABSTRACT
Vancomycin-resistant Staphylococcus aureus (VRSA) was first discovered in 2002 by a clinician in the USA. Vancomycin resistance mediated by the van gene which will result in a change in the terminal S.aureus cell wall. Data on epidemiology of VRSA from RSUD Margono Soekarjo (RSMS), Purwokerto generally were not available. The purpose of the study was identify VRSA on stethoscopes membrane in RSUD Margono Soekarjo (RSMS), Purwokerto. A Laboratory observational study with cross sectional design was conducted to 69 stethoscopes membrane in RSUD Margono Soekarjo (RSMS), Purwokerto. Isolates were taken from stethoscopes membrane for Vancomycin discs testing to detect VRSA. The result showed that 10 of 64 isolates with S.aureus positive (15,6%) found on stethoscopes membrane were VRSA. In conclusion, VRSA was found on stethoscopes membrane in RSUD Margono Soekarjo (RSMS), Purwokerto.
Key words: Vancomycin-resistant Staphylococcus aureus, vancomycin, stethoscope membrane
PENDAHULUAN
Sepuluh tahun terakhir ini
Methicillin
Resistant Staphylococcus aureus menjadi
endemik hampir di setiap rumah sakit di
seluruh dunia. Hal tersebut menjadi bahan
pertimbangan dunia medis dan farmasi
dalam mencari antibiotik alternatif untuk
kasus-kasus infeksi
S.aureus.
Vancomycin
yang merupakan golongan glikopeptide
dipilih sebagai pengganti methicillin
1. Oleh
karena itu sejak tahun 1990-an terjadi
peningkatan
penggunaan
vancomysin.
Akibatnya terjadi kecenderungan penurunan
sensitivitas vancomycin terhadap
S. aureus.
Tahun
1997
untuk
pertama
kalinya
dilaporkan bahwa telah terjadi penurunan
sensitifitas vancomycin terhadap S. aureus di
Jepang. Tahun 2002, seorang klinisi dari
USA untuk pertama kalinya mengisolasi
Vancomycin
Resistant
Staphylococcus
aureus (VRSA), dan tidak lama kemudian di
Brazil dilaporkan hal yang sama
2.
Mekanisme
resistensi
terhadap
vancomycin belum sepenuhnya diketahui.
Resistensi terhadap vancomycin diperantarai
oleh gen van yang akan mengakibatkan
perubahan pada terminal dinding sel
S.
Aureus
3. Pilihan antibiotika semakin terbatas
dikarenakan terjadinya resistensi
S .aureus
terhadap beberapa antimikroba. Hal tersebut
memberikan
banyak kerugian
terhadap
pasien seperti kerugian materi karena biaya
yang
dikeluarkan
semakin
banyak,
peningkatan
waktu
perawatan,
dan
peningkatan mortalitas serta morbiditas
4.
Penelitian Cohen
et al.
5, Marie et al.
6dan Sengupta
et al.
7menyebutkan bahwa
stetoskop dapat berperan sebagai sumber
88
infeksi nosokomial karena kontaknya yang
terus-menerus dari satu pasien ke pasien yang
lainnya. Hasil penelitian Maluf
et al.
8menyebutkan bahwa bakteri yang paling
sering ditemukan pada membran stetoskop
adalah S.aureus.
Data lokal tentang VRSA di RSUD
Margono Soekarjo belum tersedia. Peneliti
menilai
hal-hal
tersebut
diatas
perlu
diperhatikan, oleh karena itu peneliti ingin
mengidentifikasi VRSA pada membran
stetoskop di RSUD Margono Soekarjo,
sehingga diperoleh data adanya VRSA di
rumah sakit tersebut
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan
adalah observasional laboratorium dengan
pendekatan cross sectional. Pengambilan
sampel
dilakukan
dengan
cara
Total
sampling terhadap semua stetoskop yang ada
(69 sampel) serta memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Spesimen diambil dari hapusan
permukaan diafragma membran stetoskop.
S.aureus pada penelitian ini dibiakkan pada
Medium Salt Agar darah (MSA-darah).
Metode pengujian daya hambat antibiotik
yang digunakan adalah metode Diffusion test
(metoda cakram antibiotik). Penentuan zona
hambat dilakukan dengan menghitung rerata
diameter panjang dan diameter pendek zona
jernih di sekitar cakram. Uji sensitivitas
memenuhi kriteria resisten (VRSA) jika
memiliki zona hambat ≤9 mm, intermediet
10-11mm, dan sensitif jika zona hambatnya
≥12 mm ( the National Commite for
Clinical Laboratory Standart /NLCCS).
Data penelitian ini dianalisis secara deskriptif
untuk mengetahui prosentase isolat VRSA
dari isolat
S.aureus pada sampel yang
diambil.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah sampel yang diambil sebanyak
69 stetoskop. Hasil kultur yang positif
S.
aureus sebanyak 64 sampel, sedangkan pada
5 sampel S. aureus tidak tumbuh. Hasil
identifikasi pada isolat
S. aureus yang
tumbuh menunjukan pewarnaan gram (+),
dan sel berbentuk kokus berkelompok seperti
buah anggur. Isolat S. aureus yang ditanam
pada medium agar darah menghasilkan
koloni putih sampai kuning yang memiliki
zona bening di sekitar koloni, hal ini karena
S. aureus dapat melisiskan sel darah merah
mamalia.
Koloni
berwarna
kuning
menunjukkan bahwa
S. aureus dapat meragi
manitol
9,10.
Uji
sensitivitas
metoda
cakram
vancomycin dilakukan terhadap Isolat yang
positif
S. aureus. Resistensi terhadap
vancomycin
dapat
diketahui
dengan
mengukur diameter zona hambat vancomycin
terhadap pertumbuhan
S. aureus. Uji
Sensitivitas yang memenuhi kriteria VRSA
(resisten) jika memiliki zona hambat ≤9 mm
(the National Commite for Clinical
Laboratory Standart /NLCCS). Hasil uji
sensitifitas pada penelitian ini menunjukan
bahwa 10 dari 64 isolat dengan
S.aureus
positif (15,6%) merupakan VRSA. Hasil
dapat diamati pada Gambar 1 dan 2.
89
Gambaran contoh kromosom Y pada
laki-laki normal dalam beberapa ukuran
berbeda ditampilkan pada gambar 2a. Analisa
regio heterokromatin kromosom Y sampel
penelitian, menunjukkan semua kromosom Y
memiliki C-band positive (gambar 2b).
Peningkatan penggunaan vancomycin
akhir-akhir ini menyebabkan sensitifitas
antibiotik ini berkurang
11. Mekanisme
resistensi dan berkurangnya sensitivitas
S.
aureus terhadap vancomycin diperkirakan
terkait dengan perubahan dan pengaturan
ulang dinding sel bakteri. Selain itu, produksi
Penicillin Binding Protein-2 (PBP-2) yang
berlebihan juga dipertimbangkan sebagai
faktor penting untuk ekspresi resistensi
terhadap vankomisin. Resistensi terhadap
vancomycin dimediatori oleh gen van A yang
spesifik untuk glikopeptida. Adanya
Van A
mengakibatkan perubahan target terminal
D-alanil-D-alanin menjadi D-alanil-D-laktat
atau
D-alanil-D-serin,
yang menyebabkan
ikatannya dengan vancomicin menjadi buruk
karena titik kritis untuk ikatan hidrogennya
hilang.
Hal
tersebut
menyebabkan
vancomycin tidak bisa terikat, sehingga
terjadi penurunan sensitivitas
3.
Peningkatan prevalensi VRSA adalah
masalah baru dan memerlukan penyelesaian,
Timbulnya mikroorganisme yang memiliki
kecenderungan
multidrug
resistant
menyebabkan pilihan antibiotik semakin
sempit. Hal ini menyebabkan pemberantasan
penyakit infeksi semakin sulit sehingga akan
sangat merugikan pasien
10. Peningkatan
prevalensi VRSA merupakan salah satu
Gambar 1. Diagram Prosentase VRSA dari Membran stetoskop di RSUD Margono Soekarjo, Purwokerto
Gambar 2. Zona hambat Vancomicin (koleksi Lab. Mikrobiologi Kedokteran FKIK UNSOED)
90
faktor yang berpengaruh terhadap angka
kejadian infeksi nosokomial, karena
S.
aureus merupakan kuman patogen penyebab
terbesar infeksi yang di dapat dari rumah
sakit
2.
Pada penelitian ini ditemukan 15,6%
VRSA pada membran stetoskop di RSUD
Margono Soekarjo, Purwokerto. Stetoskop
merupakan alat yang sering digunakan oleh
dokter dalam memeriksa pasien. Dokter
dapat menganalisis penyakit pasien dari suara
yang terdeteksi melalui membran stetoskop
yang ditempelkan pada tubuh pasien.
Stetoskop sering berpindah dari dokter yang
satu ke dokter yang lainnya. Alat ini juga
digunakan untuk memeriksa pasien yang satu
ke pasien yang lainnya. Kontak langsung
antara
stetoskop
dengan
kulit
pasien
mengakibatkan
stetoskop
mudah
terkontaminasi mikroba
5,6,7. Pasien dapat
terkontaminasi mikroba pada stetoskop
dalam waktu 4-5 menit. Stetoskop berpotensi
sebagai media transmisi mikroorganisme
patogen
seperti
coagulase
negative
staphylococci,
Staphylococcus
aureus,
Corynebacterium
spp.,
Bacillus
spp.,
Neisseria spp.,
alphahemolytic, streptococci,
Micrococcus luteus, Enterococcus spp.,
Candida spp.,
Gram negative organisms and
Aspergillus spp
serta patogen multidrug
resistant seperti MRSA dan VRSA
6,12. Oleh
karena
itu,
stetoskop
harus
dijaga
sterilitasnya, agar tidak menjadi sumber
penularan penyakit dalam hal iniinfeksi
nosokomial
13.
Keterbatasan
penelitian
adalah
tersedianya sarana prasarana yang masih
minimal, sehingga uji sensitivitas antibiotik
yang digunakan adalah metoda cakram yang
sangat sederhana. Penelitian lain perlu
dilakukan dengan spesimen yang diambil
dari pasien maupun petugas di rumah sakit
serta menggunakan metoda yang lebih
sensitif dan spesifik.
KESIMPULAN
Vancomycin-resistant
Staphylococcus
aureus
(VRSA) ditemukan pada 10 dari 64
isolat (15,6%) dari membran stetoskop di
Rumah Sakit Margono Soekarjo, Purwokerto.
DAFTAR PUSTAKA
1. Goodman and Gilman 2004, The Pharmacological Basis of Terapeuticts, 10th Ed, Mc Graw Hill, London, pp.1189-1201 ;1262-4
2. Hare, Kt, Malay, RS 2006, BMC Infection Diseases: Emergence of Vancomycin Resistent Staphylococcus aureus (VRSA) from a Tertiary Care Hospital from Northern Part of India, Biomedical Central, vol.156, no.6, pp.1-6.
3. Hiramatsu K, 2001. Vancomycin-resistant Staphylococcus aureus: a new model of antibiotic resistance. Lancet Infect Dis. 2001 Oct;1(3):147-55
4. Dwiprahasto I, 2005, Kebijakan untuk Meminimalkan terjadinya Resistensi Bakteri di ICU, Jurnal Menejemen Pelayanan Kesehatan, Vol.8, no.4, pp.177-81.
5. Cohen, HA, Amir, J, Matalon, A, Mayar, R, Beni, S & Barzilai, A 1997, Stethoscopes and Otoscopes a Potential Vector of infection, 14 (6) Oxford University Press, pp.446-9 . 6. Marie, F, Purino, A, DY, EER & Coronel,
RF 2000, sthetoscope : A Potential Source of Nosocomial Infection, Phil J Microbiol Infect Dis, vol.29, no.2, pp.9-13.
7. Sengupta, A, Sirkar, A & Shivananda, PG 2000,’Stethoscopes and Nosocomial Infection’, Indian Journal of Pediatrics, vol.67, no.3, pp.197-9.
91
8. Maluf, MEZ, Andrea, FM, Marcos, AB &Soraya, AP 2002,Stethoscope: A friend or an Anemy ?, Sao Paulo Medical Journal, vol.120, no.1, pp.13-5
9. Jawetz, E, Melnick, JL & Adelberg, EA 1996, Mikrobiologi Kedokteran, 20th Ed, EGC, Jakarta, pp.211-3.
10. Yuliati, 2005, Deteksi Gen MecA pada methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dengan Teknik PCR (Polymerase chain Reaction), BioMed thesis, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
11. Hermawan, G, 2007, Resistensi Antimikroba, Symposium of Indonesia Antimicrobial Resistance Watch (IARW), vol.7, no.1, 7 Augt, www.farmacia.co.uk 12. Pimentel, JD, 2006, Friend or Foe (Mite):
Contamination of Stethoscopes: Australian Infection Control. 11: 20-1.
13. Suharto & Robert, U 1993, Infeksi Nosokomial, dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta, pp. 57-8.