Prof
KHDTK Hambala
il
Sumba Timur
KHDTK Hambala
Sumba Timur
Balai Penelitian Kehutanan Kupang Jl. Alfons Nisnoni No. 7B Kupang, NTT Telp. +62(0380) 823357
Fax. +62(0380) 831068 email : Aisuli@yahoo.com website : forsitkupang.org
KEMENTERIAN KEHUTANAN
PROFIL
KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS (KHDTK) HUTAN PENELITIAN WAINGAPU-HAMBALA, SUMBA TIMUR
A. Sejarah Pengelolaan
Didirikan pada tahun 1990, terletak di Kelurahan Hambala Kecamatan Waingapu Kota Kabupaten Sumba Timur sebagai stasiun penelitian rehabilitasi savanna kering dengan luas saat itu 558,17 ha. Pada tahun 1993 ditunjuk sebagai wanariset savanna kering melalui SK Menteri Kahutanan Nomor : 417/Kpts-II/1993 tanggal 11 Agustus 1993 tentang Penunjukan Sebagian Kawasan Hutan Produksi Konversi Kawasan Hutan Praipahamandas (RTK 46) yang Terletak di Kabupaten DATI II Sumba Timur Propinsi DATI I Nusa Tenggara Timur seluas 509,42 ha menjadi Hutan Penelitian (Wanariset) Savana Kering dengan luas 558,17 ha. Tahun 2004 ditunjuk kembali menjadi hutan penelitian dengan perubahan status menjadi Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Penelitian Waingapu-Hambala, melalui SK Menteri Kehutanan Nomor : 136/Menhut-II/2004 tanggal 4 Mei 2004 tentang Perubahan Keputusan Menhut No. 417/Kpts-II/1993 tanggal 11 Agustus 1993 tentang Penunjukan Sebagian Kawasan Hutan Produksi
Konversi Kawasan Hutan Praipahamandas (RTK 46) yang Terletak di Kabupaten DATI II Sumba Timur Propinsi DATI I Nusa Tenggara Timur seluas 509,42 ha menjadi Hutan Penelitian (Wanariset) Savana Kering, menjadi Penunjukan Kawasan Hutan Produksi yang datap Dikonversi seluas ± 509,42 ha di Kawasan Hutan Praipahamandas RTK 46 Kabupaten Sumba Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) untuk Hutan Penelitian Waingapu (Hambala).
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Waingapu-Hambala terletak pada Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi (HPK) Praipahamandas RTK 46. Kegiatan utama di hutan penelitian ini adalah penelitian rehabilitasi dan konservasi tanah dan air serta penelitian silvikultur tanaman terutama di lahan kritis savana kering Pulau Sumba.
B. Kondisi Fisik Wilayah
KHDTK Hutan Penelitian Waingapu-Hambala terletak pada wilayah administrasi pemerintahan Kelurahan Hambala Kecamatan Waingapu Kota Kabupaten Sumba Timur. Terletak
bujur 9°30’22,043” - 9°30’38,822” BT. Lokasi hutan penelitian berada di di pinggir daerah pengembangan kawasan perkotaan (KM 8-10) yang pada masa mendatang diperkirakan akan banyak terjadi tumpang tindih kepentingan bagi pembangunan daerah. Sebelah selatan berbatasan langsung dengan jalan trans Pulau Sumba, sebelah utara dengan Kelurahan Hambala, sebelah Timur dengan kelurahan Hambala dan sebelah barat berbatasan langsung dengan kawasan hutan.
Kondisi fisik tanah didominasi oleh tanah mediteran formasi batu karang yang mempunyai solum tanah kurang dari 20 cm. Topografi bergelombang dengan dominasi savanna di bagian puncak dan tegakan alami di bagian cekungan. Ketinggian tempat ± 150 m dpl dengan iklim : curah hujan rata-rata 866,26 mm/tahun, jumlah hari hujan 90 hari/tahun. Temperatur maksimal 28,44 º C, minimum 22,73 º C dengan kelembaban nisbi rata-rata 77,17 %.
Vegetasi dominan di hutan penelitian Hambala untuk formasi alamiah adalah Kesambi (Scleicera oleosa), Bidara (Zyzypus spp), Kedondong Hutan (Spondias pinata), Kalihi (Ficus pilosa), Injuwatu (Pleiogynium timorense), Kayu Merah (Pterocarpus indicus) serta Halay (Alstonia spectabilis). Sedangkan vegetasi
hasil penanaman dan demplot penelitian antara lain Cemara (Casuarina junghuhniana), Kayu Putih (Eucalyptus camadulensis), Jati (Tectona grandis), Gmelina arborea, Acacia mangium, A.
holorsericea, A. auriculiformis, E. urophylla, Kesambi (S. oleosa), Jarak Pagar (Jatropha curcas), Melaleuca cajuputi.
Gambar 1. Kondisi biofisik sebagian kawasan
C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
KHDTK Hutan Penelitian Waingapu-Hambala berbatasan langsung dengan kelompok kawasan hutan produksi dan juga bersentuhan langsung dengan masyarakat Hambala dan
Kambajawa di perbatasan luar perkembangan Kota Waingapu. Masyarakat di wilayah ini sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani-peternak dan perajin (peralatan dari besi). Secara sosial budaya, keterkaitan dan ketergantungan masyarakat sekitar kawasan dengan hutan sudah cukup baik ditunjukkan oleh interaksi yang baik antara masyarakat sekitar kawasan dengan pengelola, juga pemanfaatan kawasan untuk lumbung pakan ternak masyarakat mengingat sebagian besar kawasan berupa padang rumput. Persoalan yang sering muncul adalah adanya beberapa pemanfaatan kawasan yang kadang saling tumpang tindih sehingga seringkali dapat memicu konflik baik antar masyarakat maupun dengan pihak Pemerintah Daerah setempat. Interaksi sosial juga terjadi antara pengelola hutan penelitian dengan masyarakat, dimana masyarakat dilibatkan dalam kegiatan pengelolaan, misalnya dalam kegiatan pembuatan persemaian, pemeliharaan demplot penelitian dan pemeliharaan kawasan.
D. Sarana, Sumber Daya Manusia dan Jenis Kegiatan
Kondisi sarana KHDTK Hutan Penelitian Waingapu-Hambala disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Sarana Penelitian dan Sumber Daya Manusia
No. Jenis Jumlah Keterangan
1. Kantor 1 buah Baik
2. Mess 3 buah Baik
3. Pondok kerja 1 buah Perlu rehab
4. Persemaian 2 buah Baik
5. Green house 1 buah Baik
6. Bak Penampung air 2 buah Baik
7. Kandang Penangkaran
Burung 3 buah Baik
8. Gudang 1 buah Baik
9. Radio komunikasi 1 paket Rusak
10. Kendaraan bermotor
sepeda motor. 2 buah Baik
11. PLN 4 paket Baik
12. PDAM 4 paket Baik
13. Pengelola KHDTK 4 orang 4 PNS teknisi
Gambar 3. Kondisi fisik mess pengelola
Gambar 5. Kondisi Kandang Penangkaran Burung
Demplot penelitian yang ada di lokasi KHDTK Hutan Penelitian Waingapu-Hambala sampai tahun 2009 antara lain disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2. Kegiatan Penelitian dan Data Perkembangan Plot Coba di KHDTK Hambala
No Plot Coba Peneliti Jenis tanam Th Jumlah
1 ACIAR Trials Dedy Setiadi Acacia auriculiformis 1994 52
Acacia amplisep 4
Acacia tracycarpa 6
Sesbandia grandiflora 1
Casuarina junghuhniana 12
2 ACIAR Trials Dedy Setiadi Acacia auriculiformis 1993 68
Acacia amplisep 132
Acacia tracycarpa 17
Acacia mangium 2
Ptherocarpus indicus 3
Kabesak 7
3 ACIAR Dedy Setiadi Acacia tracycarpa 1992 17
Casuarina junghuhniana 6
Eucalyptus tereticornis 34
Eucalyptus camaldulensis 31
Sesbandia grandiflora 1
4 TERA SORB Miyura Casuarina junghuhniana 162
Ptherocarpus indicus 30
Cassia siamea 1
5 BP2KBNT Ir. I Komang Surata Casuarina junghuhniana 917
Schleicera oleosa 54
6 BP2KBNT Ir. Wayan Susila Acacia auraria 1993 285
Casuarina junghuhniana 506 Ptherocarpus indicus 43 7 BP2KBNT Ir. Harisetijono , MSc Tectonna grandis 63 8 BP2KBNT Ir. Harisetijono , MSc Tectonna grandis 75 Ptherocarpus indicus 3
Casuarina junghuhniana 53
9 Tanaman Obat Kayat, Shut Tamarindus indicus 149
Cassia siamea 11 Schleicera oleosa 8 Ta'duk 7 Paha'ura 12 Timu 18 Moringa oliefera 4 Kalambaki 8 Halai 9 Kapulut 3 Langgaha 3 Kamalapau 9 Kihi 1 Langgapa 2 Kunyit 1 Damar Putih 1 Tangguhang 16 Kaninggu 1 Ruhuraimbarak 1 Rauhalaila 1 Santalum album 4 Eugenia sp. 14 Melia azedarach 66 Kandinu miting 2 10 Rehabilitasi Lahan Meri M
Dethan SP Eucalyptus camaldulensis 2005 1545
Schleichera oleosa 1836 11 Pengemban gan jarak Ir. Ida Rachmawati Jathropa sp. 2005 630 Ricinus sp. 210 12 Kaliwu G. Njurumana, S.Hut Filicium sp. 2005 15 Gmelina arborea 432 Swietenia mahagoni 159 Schleichera oleosa 157 Pinanga ordorata 171 Casuarina junghuniana 216
13 Aplikasi mikoriza Ir. Wayan Susila Cendana 2005 352
Acacia mangium
16. Kultur jaringan Jati Gmelina 2007-2008 7 ha
17. Burung bayan Mariana T. Kayat 2005-2008
18. Kakatua Agis N. Sugiana 2005-2008
19. Tanaman pestidida Dany S. Hadi 2009
20.
Kayu Pertukanga
n Nurdini Injuwatu, kadimbil 2009-2010
21. RHL Ida R Cemara 2010-2011 2 ha
22. Tanaman campuran Cemara, Kadimbil, Injuwatu 2010 4 ha
E. Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi pada lokasi KHDTK Hutan Penelitian Waingapu-Hambala adalah sebagai berikut :
1. Pengukuhan kawasan
Sampai saat ini status kawasan masih berupa penunjukan dan belum dikukuhkan sebagai KHDTK Hutan Penelitian. Padahal pada tingkat lapangan tumpang tindih pemanfaatan dengan pihak pemerintah daerah setempat dan masyarakat sekitar menjadi sangat rentan timbulnya konflik di masa mendatang. 2. Design Layout Pengelolaan Kawasan
Vegetasi yang tumbuh di lokasi calon KHDTK Hutan Penelitian Waingapu-Hambala lebih didominasi oleh vegetasi alamiah padang savana. Hasil demplot sampai saat ini baru mencakup ± 50 ha atau baru 10% dari luas lokasi. Ke depan dalam pengelolaannya diperlukan design layout pemanfaatan kawasan yang komprehensif.
3. Tingkat Pertumbuhan Tanaman yang rendah
Tingkat pertumbuhan tanaman hasil penelitian di lapangan masih sangat rendah karena disebabkan oleh kondisi iklim dan biofisik kawasan yang sangat ekstrem. Tanaman yang memiliki cukup kemampuan untuk bertahan dan tumbuh dengan baik adalah jenis Cemara (C. junghuhniana). Oleh karena itu pemanfaatan jenis ini untuk kegiatan penelitian seyogyanya dapat menjadi pertimbangan teknis.
4. Kebakaran kawasan dan rumput
Faktor kendala yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan demplot tanaman selain karena kondisi fisik dan
iklim adalah kebakaran kawasan. Hal ini juga didukung oleh kenyataan bahwa lokasi merupakan kawasan dengan tipe savana, yang didominasi oleh rumput dan alang-alang yang memiliki kecepatan tumbuh yang sangat tinggi. Oleh karena itu setiap tahun dilakukan pemeliharan berupa pembersihan plot, penandaan tanaman, pembuatan jalan rintis/kontrol, dan pembuatan ilaran api sepanjang batas lokasi.
Gambar 12. Kegiatan pembuatan ilaran api
5. Tumpang Tindih Pemanfaatan Kawasan
Tumpang tindih pemanfaatan kawasan terutama berkaitan dengan kepentingan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Timur untuk pengembangan kota Waingapu. Juga terjadi okupasi kawasan yang diilakukan oleh masyarakat di beberapa titik kawasan. Untuk mengatasi hal ini telah dilakukan sosialisasi dan pendekatan informal kepada pemerintah daerah dan masyarakat tentang eksistensi kawasan hutan penelitian.
Gambar 12. Bangunan tempat pemakaman umum yang berada di lokasi KHDTK
6. Personil Pengelola
Saat ini jumlah personil pengelola hanya 4 (empat) orang, yang berdasarkan analisa perbandingan kebutuhan personil dengan luasan wilayah masih sangat kurang. Oleh karena itu penambahan personil teknis di lapangan merupakan kebutuhan yang cukup mendesak.
F. Perencanaan Ke Depan
KHDTK Hutan Penelitian Waingapu-Hambala berada di kawasan pengembangan kota Waingapu. Lokasi kawasan hutan penelitian ini dapat dijadikan show window bagi penelitian dan pengembangan rehabilitasi lahan kritis dan savana kering Sumba. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan pengelolaan terpadu yang diharapkan dapat mendukung eksistensinya, baik
dalam skala lokal maupun nasional. Beberapa perencanaan kegiatan ke depan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Penyempurnaan fasilitas
Penyempurnaan fasilitas meliputi fasilitas persemaian dan fasilitas pendukung lainnya seperti alat transportasi, informasi, dan fasilitas penelitian.
2. Pembuatan design layout pemanfaatan kawasan dan manajemen demplot penelitian.
Design layout pemanfaatan kawasan dan manajemen demplot penelitian dan tata kelola petak tanaman dilakukan melalui inventarisasi, pembuatan jalur, petak dan blok tanaman, pengukuran menggunakan GPS atau alat bantu lainnya, serta dokumentasi dan penyusunan dokumen demplot, petak dan blok tanaman.
3. Pemeliharaan lokasi
Pemeliharan lokasi kawasan hutan penelitian selain dilakukan pada kegiatan rutin, juga dilakukan penambahan koleksi tanaman dan pengaturan sarana pendukung lingkungan lainnya.
4. Publikasi
Untuk menunjang peran dan eksistensi KHDTK Hutan Penelitian Waingapu-Hambala diperlukan publikasi dan promosi yang tepat, misalnya melalui seminar atau bimbingan teknis kepada masyarakat atau melalui media-media publikasi (booklet, leaflet, maupun penyebaran informasi melalui media televisi atau koran). Beberapa kegiatan publikasi dan promosi yang telah dilaksanakan antara lain adalah seminar hasil penelitian, gelar
teknologi/alih teknologi pemanfaatan kutu lak dan promosi KHDTK, pendampingan teknis pengelolaan kutu lak di masyarakat, alih teknologi pengelolaan kutu lak, dan bantuan teknis peneliti atau tenaga teknis pada lembaga dan instansi terkait lainnya.
G. Humas dan Informasi
KHDTK Hutan Penelitain Waingapu-Hambala merupakan perwujudan ideal yang sesungguhnya bagi pengelolaan penelitian dan pengembangan wilayah semiarid berdasarkan kekhasan tipe savana lahan kering di Pulau Sumba. Juga terdapat kekhasan budaya masyarakat Sumba, terutama model pengelolaan dan rehabilitasi lahan kritis savanna kering oleh masyarakat.
Untuk dapat mengunjungi kawasan hutan penelitian Waingapu-Hambala dibutuhkan waktu ± 2 jam perjalanan udara dari Kupang. Rute yang dapat ditempuh melalui jalur Kupang – Maumere - Waingapu – KHDTK Hambala atau rute Denpasar – Waingapu-KHDTK Hambala selama ± 2 jam. Lokasi juga dapat ditempuh melalui jalur laut baik kapal PELNI maupun ferry dengan rute Kupang-Ende-Waingapu-KHDTK Hambala selama ±36 jam untuk kapal PELNI atau Kupang-Ende-Aimere-Waingapu-KHDTK Hambala selama ± 42 jam menggunakan kapal ferry. Sedangkan perjalanan darat dari Waingapu-Hambala dapat dilalui selama ± 15 menit dimana kondisi jalan dan alat transportasi yang ada saat ini sudah cukup bagus.
Balai Penelitian Kehutanan Kupang Jalan Untung Surapati No. 7 (B) Airnona Kupang
Telp. (0380) 823357 Fax. (0380) 831068 Email : aisuli@yahoo.com