• Tidak ada hasil yang ditemukan

portofolio morbili widhy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "portofolio morbili widhy"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Nama Peserta : dr. Widhy Surya Primasari Nama Wahana : RSU SK Lerik Kota Kupang Topik : Kasus medis; Morbili

Tanggal (kasus) : 10 Mei 2016 Presenter : dr. Widhy Surya Primasari

Nama Pasien : An. M No. RM : 764219

Tanggal Presentasi : Mei 2016 Pendamping : dr. Aisah Tempat Presentasi : Poli Anak RSU SK Lerik Kota Kupang Obyektif Presentasi :

 Keilmuan   Ketrampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka  Diagnostik   Manajemen  Masalah  Istimewa

 Neonatus  Bayi  Anak   Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil  Deskripsi :

Anak, 5 tahun; Muncul ruam-ruam merah di seluruh tubuh yang didahului batuk berdahak dan demam 3 hari sebelum masuk rumah sakit.

 Tujuan :

menegakkan diagnosis dan tata laksana Morbili

Bahan bahasan  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus   Audit Cara membahas  Diskusi   Presentasi

dan diskusi

 E-mail  Pos

Data pasien : Nama : An. M No CM : 764219

Nama RS : RSU SK Lerik Kota Kupang Telp :

Data utama untuk bahan diskusi : 1. Diagnosis/ Gambaran klinis :

Ruam-ruam merah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit disertai batuk berdahak. Muntah dan tidak mau makan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

2. Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat penyakit serupa (disangkal). 3. Riwayat keluarga :

Saudara sepupu yang merupakan teman bermain menderita penyakit yang sama, sudah berobat ke dokter dan dikatakan campak.

4. Riwayat pekerjaan :

-5. Lain-lain:

-Subjektif

Anak laki-laki usia 5 tahun datang dengan keluhan ruam-ruam merah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit disertai rasa gatal di kulit yang terdapat ruam tersebut. Ruam-ruam merah dirasakan timbul mulai dari bekang telinga, wajah kemudian timbul ke badan. Pasien mengeluh demam yang timbul 3 hari sebelum masuk RS. Demam timbul tiba-tiba, dirasakan sepanjang hari. Pasien tidak menggigil dan kejang. Ibu pasien mengukur suhu badan mencapai 38,6˚C disertai batuk berdahak. Menurut ibu pasien, pasien juga mengeluh mata merah dan

(2)

berair, pasien juga rewel saat melihat terang. Lalu ibu pasien membawa anaknya berobat ke bidan dan mendapat obat penurun panas dan batuk. Suhu badan turun tidak pernah mencapai normal.

Satu hari sebelum masuk rumah sakit, demam pasien mencapai 39,8˚C dan tidak turun setelah minum obat penurun panas. Pasien tidak menggigil dan tidak kejang. Pasien juga tidak mau makan dan minum karena merasa mual. Setiap ibu pasien mencoba memberikan makanan dan minuman, pasien memuntahkannya lagi. Muntah berisi sisa makanan, dengan volume ¼ -½ gelas air mineral. Pasien selalu muntah jika diminumkan obat. BAB dan BAK normal.

Pasien mengatakan 3 hari sebelum masuk rumah sakit saudara sepupu yang merupakan teman bermain menderita penyakit yang sama. Riwayat penyakit yang sama disangkal. Riwayat alergi obat disangkal. Riwayat imunisasi lengkap.

Objektif

PEMERIKSAAN FISIK :

Keadaan umum : tampak sakit sedangKesadaran : compos mentis

Vital signs

Tekanan darah : 100/60 mmHg

Nadi : 100x/menit, regular, isi dan tegangan cukup Frekuensi napas: 24x/menit, reguler

Suhu tubuh : 38,4 ° C per aksilla

BB : 11 kg. (Weight for-age boys (z-score) : -3 (Status gizi kurang)  Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-

injeksi konjungtiva +/+, lakrimasi (+)Hidung : Nafas cuping hidung (-), secret +/+

Mulut : faring hiperemis, T1-T1, Mukosa bucal dan palatum mole terdapat bercak putih multiple (koplik spot (+) ), hiperemis..

Leher : limfonodi terabaThoraks :

Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-) Palpasi : P/ taktil fremitus kanan = kiri

C/ ictus cordis di SIC V 2 jari lateral LMCS Perkusi : P/ sonor di seluruh lapang paru

C/ batas jantung-paru melebar ke caudolateral Auskultasi : P/ vesikuler +/+, Ronki , Wheezing C/ S1-2 reguler, Murmur (-) gallop (-)  Abdomen

Inspeksi : tampak datar

Auskultasi : bising usus (+) normal

Perkusi : timpani diseluruh lapang abdomen Palpasi : supel, NT (-), lien dan hepar tidak teraba  Ekstremitas

(3)

- - + + Capillary refill <1 detik

UKK:

Makula dan papula yang menyebar universal mulai dari regio fascialis, thorax, abdomen, extremitas dextra et sinistra, superior et inferior.

PEMERIKSAAN PENUNJANG : Laboratorium (10/5/2016) Hemoglobin : 11,3 g/dl (N) Leukosit : 3,8/ul (N) Eritrosit : 5,74 x106/ul (N) Trombosit : 281.000/ul (N) Hematokrit : 37.8 mg/dl (N) ASSESMENT

1. Pasien didiagnosis Morbili ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Dari anamnesis didapatkan adanya bintik-bintik merah dirasakan timbul mulai dari leher dan wajah, lalu timbul ke badan, kemudian ekstremitas. Demam tinggi sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit disertai batuk berdahak dan pilek, sariawan di mulut, diare, dan mata berair. Pasien mengatakan 1 minggu sebelum masuk rumah sakit teman-teman di sekolah pasien menderita penyakit yang sama dan sudah berobat ke dokter dan dinyatakan menderita campak.

2. Pemeriksaan fisik : pada saat dilakukan pemeriksaan didapatkan suhu tubuh pasien pada saat diperiksa 38.4 oC. Adanya koplik spot pada mukosa buccal dan mukosa palatum mole. Demam disertai batuk dan pilek.

Plan

Diagnosis : 1. Morbili 2. Low Intake 3. Status gizi kurang

Pengobatan : Penatalaksanaan awal adalah memperbaiki keadaan umum, rawat inap, isolasi Medikamentosa :

- IVFD D5 ¼ 20 tetes per menit

- Paracetamol 3x1 cth

- Pulvis Batuk Pilek 3x1 (Ambroxol 8 mg, efedrin 1/3 tab, dexamethason 1/3 tab)

- Vitamin A 1x200.000 IU

- Diit makanan lunak

Pendidikan :Menjelaskan tentang penyakit Morbili beserta upaya pencegahan dan pengobatan Morbili

(4)

mengetahui perkembangan pasien. Daftar Pustaka :

DaftarPustaka

1. Yanagi Y, Makoto T ,Shinji O.Measles virus:cellular receptors,tropism and pathogenesis: Journal of General Virology 2006;87:2767-9. Diakses dari: http://jgv.sgmjournals.org/ cgi/ reprint/87/ 10/2767

2. Word Health Organization. Manual far the laboratory diagnosis of measles virus infection. Geneva 2000.h.7-11. Diakses dari : http://www.spc.int/phs/ pphsn/Outbreak/ Measles.htm

3. Soedarman SSp, Hendry G, Sri RSH, Hindra IS. Dalam buku ajar infeksi dan pediatri tropis :Edisi kedua. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2008.h.109-121 4. Pusponegoro HP, Sri Rezeki, Dody F, Bambang T, Antonius H, M soleh, dkk.Standar

pelayanan medis kesehatan anak. Edidi pertama. Jakarta. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004. h.95-8

5. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu keshatan anak Nelson. Edisi 15. Jakarta. EGC. 1999. h.1068-71

6. Pacific Public Health Surveillance Network Reference Guide. Acute fever and rush Surveillance for measles and rubella elimination. Draft 3:February 2006. Diakses dari :

http://www.spc.int/phs/pphsn/Publications/Guidelines/AFR/Draft-PPHSN-AFR-Guidelines-.pdf

7. Sub Direktorat Surveilans Epidemiologi. Campak. Departemen Kesehatan.2008. Diakses dari : http://www.surveilans.org/general.php?tpl=en&id=9

8. HA Central Commite on Infectious Diseases and Infection Control Branch. Guidline on management of measles infection.Centre for health protection issue.Februari 2008.H.1-12

9. Handayani S.Infeksi campak, karakteristik dan respon imunitas yang ditimbulkan.Cermin Dunia kedokteran. No:148.Jakarta .200.

Pamela L. Pediatric Measles.Department of Medicine, Division of Emergency Medicine, University of California at Los Angeles School of Medicine.2007

Hasil Pembelajaran : 1. Definisi Morbili 2. Etiologi Morbili 3. Patologi Morbili 4. Patogenesis Morbili 5. Manifestasi Klinis

(5)

6. Diagnosis Morbili

7. Diagnosis Banding Morbili 8. Penyulit Morbili

9. Pengobatan Morbili 10. Pencegahan Morbili 11. Prognosis Morbili

1. Definisi Morbili

Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3 stadium yaitu (1)Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah pajanan pertama terhadap virus dan dapat disertai gejala minimal maupun tidak bergejala, (2)Stadium prodromal yang menunjukkan gejala demam, konjungtivitis, pilek, dan batuk yang meningkat serta ditemukannya enantem pada mukosa (bercak Koplik), dan (3)Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarnya ruam makulopapular yang didahului dengan meningkatnya suhu badan

2. Etiologi Morbili

Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus Morbili virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan virus Parainfluenza dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak selama masa prodromal hingga beberapa saat setelah ruam muncul. Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu dalam temperatur 35˚C, beberapa hari pada suhu 0˚C, dan tidak aktif pada pH rendah.

3. Patologi Morbili

Lesi pada campak terutama terdapat pada kulit., membran mukosa nasofaring, bronkus, saluran pencernaan, dan konjungtiva. Di sekitar kapiler terdapat eksudat serosa dan proliferasi dari sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear. Karakteristik patologi dari Campak ialah terdapatnya distribusi yang luas dari sel raksasa berinti banyak yang merupakan hasil dari penggabungan sel. Dua tipe utama dari sel raksasa yang muncul adalah (1) sel Warthin-Findkeley yang ditemukan pada sistem retikuloendotel (adenoid, tonsil, appendiks, limpa dan timus) dan (2) sel epitel raksasa yang muncul terutama pada epitel saluran nafas. Lesi di daerah kulit terutama terdapat di sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Terdapat reaksi radang umum pada daerah bukal dan mukosa faring yang meluas hingga ke jaringan limfoid dan

(6)

membran mukosa trakeibronkial. Pneumonitis intersisial karena virus campak menyebabkan terbentuknya sel raksasa dari Hecht. Bronkopneumonia yang terjadi mungkin disebabkan infeksi sekunder oleh bakteri. Pada kasus encefalomyelitis terdapat demyelinisasi vaskuler dari area di otak dan medula spinalis. Terdapat degenerasi dari korteks dan subsdtansia alba dengan inclusion body intranuklear dan intrasitoplasmik pada subacute sclerosing panencephalitis.

4. Patogenesis Morbili

Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama infeksi virus campak adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus pertama pada saluran nafas sangat minimal. Kejadian yang lebih penting adalah penyebaran pertama virus campak ke jaringan limfatik regional yang menyebabkan terjadinya viremia primer. Setelah viremia primer, terjadi multiplikasi ekstensif dari virus campak yang terjadi pada jaringan limfatik regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Multiplikasi virus campak juga terjadi di lokasi pertama infeksi. Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang ekstensif dan menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum.

Kulit, konjungtiva, dan saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi organ lainnya dapat terinfeksi pula. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan virus dalam darah, saluran nafas, dan organ lain mencapai puncaknya dan kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2 hingga 3 hari. Selama infeksi virus campak akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel, monosit, dan makrofag Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media, dan lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak.

(7)

5. Manifestasi Klinis Morbili Stadium Inkubasi

Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari). Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala sakit.

Stadium Prodromal

Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal yang berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala klinik khas berupa batuk, pilek dan konjungtivitis, juga demam. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis melintang kemerahan yang terdapat pada konjungtuva dapat menjadi penunjang diagnosis pada stadium prodromal. Garis tersebut akan menghilang bila seluruh bagian konjungtiva telah terkena radang Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada hari ke-10±1 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran pasir dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik. Tersering ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi geraham bawah tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum, juga di bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 – 2 hari sebelum timbulnya ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding posterior

(8)

faring biasanya menjadi hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.

Stadium Erupsi

Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu pada saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5˚C. Ruam pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki, ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan urutan munculnya

Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak berwarna kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa penyembuhan maka muncullah deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi. Beratnya penyakit berbanding lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada infeksi campak yang berat, ruam dapat muncul hingga menutupi seluruh bagian kulit, termasuk telapak tangan dan kaki. Wajah penderita juga menjadi bengkak sehingga sulit dikenali. 6. Diagnosis Morbili

Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat ditemukan sel raksasa berinti banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi dari virus campak dapat dilihat dengan pemeriksaan Hemagglutination-inhibition (HI), complement fixation (CF), neutralization, immune precipitation, hemolysin inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent antibody (FA). Pemeriksaan HI dilakukan dengan menggunakan dua sampel yaitu serum akut pada masa prodromal dan serum sekunder pada 7 – 10 hari setelah pengambilan sampel serum akut. Hasil dikatakan positif bila terdapat peningkatan titer sebanyak 4x atau lebih.

Serum IgM merupakan tes yang berguna pada saat munculnya ruam. Serum IgM akan menurun dalam waktu sekitar 9 minggu, sedangkan serum IgG akan menetap kadarnya seumur hidup. Pada pemeriksaan darah tepi, jumlah sel darah putih cenderung menurun. Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis dan didapatkan peningkatan protein, peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan kadar glukosa normal

(9)

7. Diagnosis Banding Morbili

Diagnosis banding morbili diantaranya : 1. Roseola infantum.

Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah menghilang. 2. Rubella.

Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak. Gejala yang timbul tidak seberat campak.

3. Alergi obat.

Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam muncul dan biasanya tidak disertai gejala prodromal.

4. Demam skarlatina.

Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen. Tanda patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau membranosa

Campak yang termodifikasi

Penyakit campak yang termodifikasi muncul pada orang yang hanya memiliki setengah daya tahan terhadap campak. Hal tersebut dapat diakibatkan riwayat penggunaan serum globulin maupun pada anak usia kurang dari 9 bulan karena masih terdapatnya antibodi campak transplasental dari ibu. Ditandai dengan gejala penyakit yang lebih ringan. Stadium prodromal akan menjadi lebih pendek. Batuk, pilek dan demam lebih ringan. Bercak Koplik lebih sedikit dan kurang jelas, namun dapat juga tidak muncul sama sekali. Ruam yang muncul sama dengan infeksi campak klasik, tetapi tidak bersifat konfluens. Pada beberapa orang, infeksi campak yang termodifikasi ini dapat tidak memberikan gejala apapun.

Campak atipikal

Didefinisikan sebagai sindroma klinik yang muncul pada orang yang sebelumnya telah kebal akibat terpajan pada infeksi campak alamiah. Biasanya muncul pada orang yang telah mendapat vaksin dari virus campak yang dimatikan Masa inkubasi dari campak atipikal sama seperti pada campak yang tipikal yaitu sekitar 7 hingga 14 hari. Stadium prodromal ditandai dengan demam tinggi yang mendadak (39,5˚C sampai 40,6˚C) dan biasanya sakit kepala. Bisa juga didapatkan gejala nyeri perut, mialgia, batuk non-produktif, muntah, nyeri dada dan rasa lemah. Bercak Koplik jarang ditemui. Dua atau tiga hari setelah onset penyakit muncullah ruam yang dimulai dari distal ekstremitas dan menyebar ke arah kepala. Ruam sedikit berwarna kekuningan, terlihat jelas pada pergelangan tangan dan kaki serta terdapat juga pada telapak tangan dan kaki. Ruam dapat berbentuk vesikel dan terasa gatal. Pada campak atipikal dapat muncul efusi pleura, sesak nafas, hepatosplenomegali, hiperestesia, rasa lemah maupun paresthesia. Diagnosis dari campak atipikal dapat ditegakkan melalui tes serologis. Bila sampel serum awal diambil sebelum atau pada

(10)

saat onset ruam, CF dan titer HI biasanya kurang dari 1:5. Pada hari ke-10 infeksi kedua titer akan meningkat mencapai 1:1280 atau lebih. Pada campak yang tipikal, di hari ke-10 infeksi titer jarang melebihi 1:160.

8. Penyulit Morbili

Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil. Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri. Beberapa penyulit campak adalah :

a) Bronkopneumonia

Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak. Dapat disebabkan oleh invasi langsung virus campak maupun infeksi sekunder oleh bakteri (Pneumococcus, Streptococcus, Staphylococcus, dan Haemophyllus influenza). Ditandai dengan adanya ronki basah halus, batuk, dan meningkatnya frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun, gejala pneumonia karena virus campak akan menghilang kecuali batuk yang masih akan bertahan selama beberapa lama. Bila gejala tidak berkurang, perlu dicurigai adanya infeksi sekunder oleh bakteri yang menginvasi mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus campak. Penanganan dengan antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal. b) Encephalitis

Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala encephalitis biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah onset penyakit. Biasanya gejala komplikasi neurologis dari infeksi campak akan timbul pada stadium prodromal. Tanda dari encephalitis yang dapat muncul adalah : kejang, letargi, koma, nyeri kepala, kelainan frekuensi nafas, twitching dan disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya komplikasi ini antara lain adalah adanya proses autoimun maupun akibat virus campak tersebut.

c) Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)

Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan karakteristik gejala terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang diikuti kejang. Merupakan penyulit campak onset lambat yang rata-rata baru muncul 7 tahun setelah infeksi campak pertama kali. Insidensi pada anak laki-laki 3x lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan. Terjadi pada 1/25.000 kasus dan menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal. Anak yang belum mendapat vaksinansi memiliki risiko 10x lebih tinggi untuk terkena SSPE dibandingkan dengan anak yang telah mendapat vaksinasi.

(11)

Konjungtivitis terjadi pada hampir semua kasus campak. Dapat terjadi infeksi sekunder oleh bakteri yang dapat menimbulkan hipopion, pan oftalmitis dan pada akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.

e) Otitis Media

Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi. f) Diare

Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna sehingga mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya daya tahan penderita campak.

g) Laringotrakheitis

Penyulit ini sering muncul dan kadang dapat sangat berat sehingga dibutuhkan tindakan trakeotomi.

h) Jantung

Miokarditis dan perikarditis dapat menjadi penyulit campak. Walaupun jantung seringkali terpengaruh efek dari infeksi campak, jarang terlihat gejala kliniknya. i) Black measles

Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi campak yang ditandai dengan ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik. Penderita menunjukkan gejala encephalitis atau encephalopati dan pneumonia. Terjadi perdarahan ekstensif dari mulut, hidung dan usus. Dapat pula terjadi koagulasi intravaskuler diseminata

9. Pengobatan Morbili

Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total. Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5˚C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul

10. Pencegahan Morbili

Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi campak. Imunisasi Campak di Indonesia termasuk Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan dengan ulangan saat anak berusia 6 tahun dan termasuk ke dalam program pengembangan imunisasi (PPI). Imunisasi campak dapat pula diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada usia 12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR tidak perlu mendapat imunisasi campak ulangan pada usia 6 tahun. Pencegahan

(12)

dengan cara isolasi penderita kurang bermakna karena transmisi telah terjadi sebelum penyakit disadari dan didiagnosis sebagai campak.

11. Prognosis Morbili

Campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai dengan penyulit maka prognosisnya baik.

KASUS ANAK MORBILI

Disusun oleh : dr. Widhy Surya Primasari

(13)

Pendamping : dr. Aisah

Dokter Konsulen bagian Anak: dr. Karolina Tallo Sp.A

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA RUMAH SAKIT SK LERIK

KUPANG – NUSA TENGGARA TIMUR 2016

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari Kamis, 19 Mei 2016 telah dipresentasikan kasus portofolio oleh : Nama : dr. Widhy Surya Primasari

Judul/topik : Morbili Nama Pendamping : dr. Aisah

Nama dokter konsulen: dr. Karolina Tallo Sp.A Nama wahana : RS SK Lerik Kota Kupang

(14)

Dokter Pendamping Presentan

dr. Aisah dr. Widhy Surya Primasari

NIP. 197708112010012010

Dokter Konsulen Anak

Referensi

Dokumen terkait

Untuk merespon permasalahan imunisasi pada batita sebagai bentuk tindakan preventif untuk menghindari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, Dosen

Hasil penelitian menunjukkan jika siswa kelas XII mempunyai persepsi yang baik terhadap aspek perlindungan orang utan yang sudah tidak dapat dilepasliarkan, dimana siswa

REKAPITULASI DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN BELANJA LANGSUNG MENURUT PROGRAM DAN KEGIATAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH URAIAN BERTAMBAH/(BERKURANG) KODE PROG./ KEG..

Gambaran produk yang akan dirancang yaitu merupakan sebuah produk yang dapat membantu atau memudahkan lansia pada saat melakukan kegiatan makan baik untuk membawa

354.630.000,00 JUMLAH (Rp) Negara, 03 February 2017 Pelaksana Kegiatan, I NYOMAN MUSTIKA I KETUT BUDIARTA Telah Diverifikasi Mengesahkan, I KETUT SABDA, SE.. PJ.PERBEKEL

Seiring dengan perkembangan kebutuhan tersebut, LSP UMY menfasilitasi sertifikasi kompetensi yang terlisensi BNSP dengan memperhatikan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

Perbaikan yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan tabel 5w+2h yang dapat dilihat pada Bab 4 (Tabel 4.8), perbaikan tersebut dilakukan pada

Abstrak: Manset rotator sendi bahu adalah sekelompok otot dan tendonnya yang mengelilingi dan menjaga keutuhan articulatio genohumerale dengan fungsi lain sebagai