• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 KONSEP DESAIN Teori Film Animasi Dokumenter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 KONSEP DESAIN Teori Film Animasi Dokumenter"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 4 KONSEP DESAIN

4.1 Landasan Teori

4.1.1 Teori Film Animasi Dokumenter

Sebuah film dokumenter berfungsi untuk menyampaikan serta menampilkan suatu kebenaran yang ada bersumber dari footage dari masa kini sampai masa lalu untuk suatu subyek tertentu, serta peristiwa sejarah dan peristiwa kekinian, profil pesohor maupun seni- budaya, seperti salah satu definisi tentang dokumenter yang pernah dituturkan oleh Steve Blandford, Barry Keith Grant dan Jim Hillier dalam buku The Film Studies Dictionary:“Pembuatan film yang subyeknya adalah masyarakat, peristiwa atau suatu situasiyang benar-benar terjadi di dunia realita dan di luar dunia sinema”.

Dokumenter, dokumentasi, dan jurnalistik memiliki kemiripan dalam hal objek, yang berarti segala hal yang menjadi pembahasan, perekaman, dan pengamatannya bersifat faktual dan aktual. Namun ada beberapa hal yang membedakan dokumenter dengan dokumentasi maupun jurnalistik.

1. Film dokumenter menggunakan perekaman gambar dan suara yang aktual dan faktual, serta memilik tujuan dan ideologi layaknya jurnalistik. Namun yang membedakan dokumenter dari dokumentasi serta jurnalistik adalah story telling atau penceritaan yang terdapat di dalamnya

2 Film dokumentasi dibuat hanya dengan perekaman gambar dan suara yang faktual dan aktual, tanpa ada penceritaan dan embel-embel tertentu, serta biasanya hanya melalui proses cutting untuk memperpendek durasi tanpa ada proses editing.

(2)

3. Jurnalistik televisi menggunakan perekaman gambar dan suara yang aktual dan faktual dalam tayangannya serta sudah melalui proses editing untuk disesuaikan dengan pemberitaan di naskahnya, sehingga memiliki tujuan dan ideologi tertentu.

Dokumenter animasi merupakan salah satu genre film tersendiri, dimana penjabaran-penjabaran fakta dalam dokumenter ditampilkan dalam bentuk visualisasi animasi. Seorang Kees Driessen pernah menuturkan “When you think of documentaries, you think of realism, reality, of going outside and capturing what’s going on in the world. Animation preeminently falls under the domain of fantasy, of imagination, of staying inside and painstakingly inventing a world, frame by frame. But just as there are different forms of documentaries, animation is more than just talking mice. Just as the boundary between documentary and feature film is not always so clear-cut, there is also an overlap between documentary and animation.” Dalam kutipan tersebut kurang lebih ia menjelaskan bahwa dokumenter biasanya bercerita dengan mengungkapkan realita dan keadaan yang benar-benar terjadi, sedangkan jika berbicara tentang animasi maka lebih berhubungan dengan fantasi dan imajinasi, namun keduanya dinilai masih bisa saling melengkapi.

Gaya bertutur dalam film dokumenter memiliki beragam variasi bentuk, seperti laporan perjalanan yang berisi pengalaman selama melakukan perjalanan jauh, ilmu pengetahuan yang berisi tentang informasi mengenai suatu teori, system, berdasarkan disiplin ilmu tertentu, investigasi yang biasanya berisi tentang rekonstruksi dari suatu kejadian tertentu, serta masih banyak lainnya. Namun gaya bertutur yang penulis akan gunakan dalam film yang akan dibuat nanti adalah berbentuk potret/biografi, dalam bentuk ini akan merepresentasikan kisah pengalaman hidup ataupun karir seorang tokoh terkenal ataupun anggota masyarakat biasa yang mempunyai kisah hidup yang danggap hebat ataupun menarik ataupun juga menyedihkan.

(3)

4.1.2 Teori Sinematografi

Di dalam buku karya Joseph V. Mascelli, A.S.C. yang berjudul “The Five C’s of Cinematography” dijelaskan bahwa perhatian audiens selama suatu adegan berlangsung bisa tertuju terhadap suatu pusat dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Posisi, Gerakan, Action, dan Suara

Sebuah karakter bisa mendapatkan perhatian dari penonton jika diposisikan di bagian yang paling dominan dari sebuah komposisi, menggerakkan ke posisi terbaik ketika adegan berlangsung, menaruhnya terpencil dari karakter atau elemen-elemen lain, menempatkan di tempat yang kontrasnya lebih baik dengan background, serta gerak mendadak dari suatu pemain sebelumnya pasif.

2. Pencahayaan, Nilai Nada, dan Warna

Secara normal, mata penonton akan lebih tertarik terhadap bagian yang mendapat cahaya lebih terang, nada yang paling cerah, atau bagian yang paling berwarna dari gambar. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk membuat tokoh utama menjadi pusat perhatian mengenakannya pakaian yang lebih cerah atau dengan pencahayaan yang lebih baik.

3. Pemfokusan Secara Selektif

Metode yang sangat efektif untuk menarik penonton ke pusat perhatian adalah dengan melakukan pengaturan fokus secara selektif dengan menampilkan subjek yang signifikan dengan fokus yang tajam dan elemen-elemen pendamping dengan fokus yang sedikit lebih lembut.

Hal-hal tersebut nantinya akan penulis terapkan dalam sebagian besar penggarapan scene dimana objek utama akan terlihat lebih dominan tanpa menghilangkan elemen-elemen pendukung sebagai penambah informasi.

(4)

4.1.3 Teori Tipografi

Dalam buku yang berjudul “Tipografi Dalam Desain Grafis” karya Danton Sihombing, MFA, yang juga dimuat dalam artikel di http://mohsanuri.wordpress.com, Legibility atau tingkat kemudahan mata mengenali suatu tulisan tanpa harus bersusah payah bisa ditentukan oleh hal-hal berikut:

1.Kerumitan desain huruf, seperti penggunaan serif, kontras stroke, dan sebagainya.

2. Penggunaan warna

3. Frekuensi pengamat menemui huruf tersebut dalam kehidupan sehari hari

Sedangkan keterbacaan suatu huruf pada saat dibaca bisa dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Jenis huruf

2. Ukuran

3.Pengaturan, termasuk di dalamnya alur, spasi, kerning, perataan, dan sebagainya

4. Kontras warna terhadap latar belakang

Hal-hal tersebut akan dijadikan penulis dalam pembuatan film dokumenter ini nantinya, karena dalam film ini akan menggunakan tipografi kinetik sebagai salah satu komponen utamanya, yaitu gerak pencampuran dan teks untuk mengekspresikan ide dengan menggunakan animasi, dalam penulisan tahun dan beberapa informasi tambahan tentang cerita di dalamnya

(5)

4.1.4 Teori Warna

Dikutip dari http://www.desainstudio.com/2010/05/5-hal-penting-terkait-warna-pada-desain.html, ada beberapa hal penting tentang warna, penulis mengambil beberapa diantaranya yang terkait dengan pembuatan film nantinya yaitu, psikologi warna dan kontras warna.

Dalam psikologi warna diterangkan bahwa warna dapat mewakili karakter dan perasaan-perasaan tertentu. Misalnya, merah memberi kesan agresif, gairah, panas dan cepat. Hitam memberi kesan misteri, kelam, dan canggih. Dengan psikologi warna kita dapat menyesuaikan dengan target yang dituju, serta memperkuat mood dan pesan dari adegan yang sedang ditayangkan.

Sedangkan kontras pada warna dapat dipengaruhi oleh warna lain disekitarnya, teorinya sederhananya adalah sebuah persegi kecil berwarna kuning diatas background berwarna hitam, maka nilai kontras akan meningkat sehingga mudah terlihat. Namun, jika background diganti dengan warna putih, maka nilai kontras akan menurun dan persegi akan sulit untuk dilihat. Sesuai dengan prinsip dalam sinematografi tadi bahwa tokoh utama akan lebih terlihat jika dibuat lebih berwarna atau dengan pencahayaan yang lebih baik dibandingkan dengan elemen-elemen di sekitarnya.

4.1.5 Metode Pipeline Film Animasi Dokumenter

Pada tahap ini akan dijabarkan dan dijelaskan secara berurutan tahapan-tahapan apa saja yang harus dilalui dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi sampai nantinya film ini layak untuk ditayangkan.

4.1.5.1 Tahap Pra Produksi

(6)

Pertama-tama akan ditentukan dulu ide cerita atau isu yang nantinya akan diangkat ke dalam film yang dibuat, berdasarkan apa yang dilihat dan didengar bukan berdasarkan khayalan. Sehingga dapat layak untuk ditayangkan.

2. Riset

Setelah topik utama didapatkan, maka pengumpulan data-data tentang topik yang terkait akan dilakukan. Data-data yang didapatkan dapat berasal dari berbagai sumber seperti, artikel internet, buku, wawancara, statistik, dll, dan semuanya harus sesuai dengan keadaan dan kejadian sebenarnya karena dokumenter mengetengahkan fakta yang ada.

3. Treatment

Menentukan arah cerita serta mood visual yang akan dibangun pada tiap bagian/segmennya agar informasi yang disampaikan secara keseluruhan bisa lebih tertata dan mudah untuk dicerna.

4. Penulisan Naskah

Membuat naskah narasi tentang keseluruhan cerita yang berfungsi sebagai pengiring dan penjelas visualisasi yang akan ditampilan nanti.

5. Storyboard

Memberikan gambaran awal secara visual untuk menggambarkan adegan scene per scene yang bisa juga untuk dijadikan pedoman pada saat eksekusi nantinya.

6. Visual Element Production

Membuat sketsa karakter ataupun elemen-elemen yang nantinya akan muncul dalam film yang dibuat.

(7)

4.1.5.2 Tahap Produksi

1. Character Design and Visual Element Production

Membuat karakter yang berhubungan dengan cerita dan nantinya akan dimasukan kedalam film dokumenter animasi. Pembuatan setting, perancangan judul, teks dan mood. Dalam film dokumenter animasi ini pengerjaan akan menggunakan ilustrasi yang dikerjakan menggunakan bantuan software Adobe Ilustrator.

2. Voice Over

Proses perekaman suara narataor yang akan digunakan dalam film dokumenter animasi.

3. Animasi tahap awal

Membuat animasi dari gerakan-gerakan karakter yang digunakan serta elemen visual yang mendukung dalam film.

4.1.5.3 Tahap Pasca Produksi 1. Editing dan Compositing

Dalam tahap ini hasil scene per scene tadi akan melalui proses editing dan dicompose. Proses tersebut dilakukan dengan bantuan software Adobe After Effect dan Adobe Premier Pro

2. Sound Editing dan Background Music

Semua hasil penggabungan visual tadi yang sudah dirender akan digabungkan dengan voice over yang telah direkam sebelumnya serta ditambahkan musik untuk menguatkan suasana cerita yang dibangun.

3. Final Render

Render terakhir keseluruhan dari seluruh proses yang nantinya untuk ditayangkan.

(8)

4.2. Strategi Kreatif

4.2.1. Strategi Komunikasi

Melihat tema Children Trafficking yang akan diangkat merupakan tema sosial dan keamanan, yang harus dilakukan adalah dengan membuat strategi komunikasi dengan semenarik mungkin agar tema sosial dan keamanan ini dapat dinikmati oleh para audiensnya, dan tujuan film dokumenter ini dapat tercapai.

4.2.1.1. Fakta Kunci

1. Indonesia adalah negara yang menjadi sumber besar pemasok tenaga kerja luar negeri dan negara yang memeiliki tingkat perdagangan manusia yang tinggi. 43 sampai 50 persen dari 6,5-9 juta pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negri yaitu sekitar 3-4,5 juta pekerja menjadi korban indikasi perdagangan manusia

2. Tingginya angka kemiskinan dan rendahnya pendidikan adalah pemicu utama terjadinya perdagangan manusia di Indonesia.

3. 30% dari total jumlah pekerja seks di Indonesia adalah anak-anak yang berusia dibawah umur 18 tahun dan 25% dari total pembantu rumah tangga dibawah umur 15 tahun.

4. Arus Informasi tentang perdangan manusia di Indonesia masih sangat sedikit karena tidak ada riset yang sistematis, sifat perdagangan yang ilegal dan yang dilakukan secara rahasia dan tidak ada dokumentasi statistik, terutama dalam sektor-sektor informal sperti pekerjaan pembantu rumah tangga dan pekerja seks.

5. Upaya-upaya pemerintah masih minim dalam memerangi perdagangan anak, karena undang-undang yang ada masih belom spesifik melindungi korban-korban perdagangan.

(9)

4.2.1.2. Masalah Yang Dikomunikasikan

Masalah yang dikomunikasikan dalam tayangan dokumenter ini adalah penjabaran tentang data-data perdagangan anak yang terjadi di Indonesia, yang masih minimalis dan khalayak umum jarang mendapatkan informasi tersebut. Penjabaran melingkupi angka-angka perdagangan anak, bagaimana pola perdagangan tersebut diterapkan, dan siapa saja yang terlibat di dalamnya.

4.2.1.3. Tujuan Komunikasi

1. Menginformasikan audiens tentang data-data perdagngan manusia terutama anak-anak yang terjadi di Indonesia

2. Membuka wawasan audiens mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perdagangan anak.

3. Memberikan refrensi kepada audiens untuk menerapkan counter-trafficking dan memberikan awareness kepada audiens yang masih sedikit mengetahuin tentang perdagangan anak.

4.2.1.4. Profil Target Audiens 4.2.1.4.1. Target Primer 1. Demografi

a. Usia 25-45 tahun

b. Laki-laki dan perempuan c. Warga Negara Indonesia

d. Tingkat pendidikan Strata 1 ke atas e. Status ekonomi dari menengah ke atas

2. Geografi

Masyarakat yang tinggal di pedasaan yang minim informasi.

(10)

3. Psikografi

a. Memiliki ketertarikan terhadap isu sosial yang terjadi di masyarakat

b. Tertarik mendapatkan informasi baru yang masih sedikit ulasannya.

4.2.1.5. Keywords

Human Trafficking, Indonesia, Children, infographic, animasi, perdagangan, anak, dokumenter, sosial, masyarakat, informasi, Indonesia

4.2.1.6. Judul

Judul yang akan penulis gunakan dalam film animasi dokumenter ini adalah, Children Trafficking dengan sub judul Perdagangan Anak di Indonesia, Sedangkan untuk judul skripsinya sendiri adalah ”Perancangan Komunikasi Visual Animasi Dokumenter Children Trafficking”. Melalui judul ini, penulis mengasosiasikan perdagangan anak adalah isu sosial yang penting untuk diinformasikan kepada masyarakat, untuk mencegah dan melawan perdagngan anak tersebut.

4.2.1.7. Sinopsis Cerita

Angka Perdagangan Manusia di Indonesia sangat tinggi karena Indonesia sendiri adalah salah satu negara besar pemasok pekerja migran. Migrasi dan perdagangan sering kali dibedakan antara satu dengan yang lainnya berdasarkan konsep bahwa migrasi mempunyai karakter dilakukan dengan kehendak sendiri sedangkan perdagangan dilakukan dengan tekanan, penipuan atau paksaan. Namun dalam perekonomian global dewasa ini, migrasi dan perdagangan terjadi sebagai

(11)

satu kesatuan. Perempuan dan anak-anak mungkin pada awalnya memang bermigrasi karena dijanjikan pekerjaan bergaji besar namun kemudian mereka dipaksa untuk bekerja dalam kondisi yang eksploitatif, seperti menjadi buruh di pabrik, di perkebunan, menjadi pembantu rumah tangga, atau pekerja seks. Karena banyaknya perempuan dan anak Indonesia yang bermigrasi untuk mencari pekerjaan, kerentanan tersendiri buruh migran terhadap perdagangan ini patut mendapat perhatian besar.

4.2.1.8. Pendekatan Rasional Dan Emosional 4.2.1.8.1. Pendekatan Rasional

Dengan memaparkan data-data serta fakta-fakta yang ada dengan animasi, penulis akan menyampaikan stastistik nperdagngan anak yang terjadi di Indonesia serta memaparkan informasi tentang siapa pelaku yang terlibat serta bagaimana pola yang diterapkan oleh para pelaku perdagangan anak tersebut.

4.2.1.8.2. Pendekatan Emosional

Melalui animasi yang dirancang oleh penulis, memaparkan data-data yang memprihatinkan tentang perdagangan yang terjadi di Indonesia dan pola-pola yang ekspoitatif yang didapatkaa oleh anak-anak yang menjadi koban trafficking agar memcancing perasaan penonton yang menyaksikannya

(12)

4.2.1.9. Treatment

Dalam film animasi dokumenter ini, penulis akan menggunakan alur penceritaan maju (linier). Dan untuk memudahkan audiens memahami secara utuh informasi yang disampaikan, maka penulis membaginya kedalam beberapa segmen berikut ini.

1. Bagian pertama : (opening) Tinjauan Umum

Pada segemen awal ini, akan diberikan informasi umum tentang perdagngan manusia yang terjadi di Indonesia, seperti faktor dan pemicu perdagngan manusia tersebut.

2. Data-data Update 2011-2012

Menginformasikan data-data terbaru yang didapatkan tentang perdagngan anak.

3. Pelaku yang terlibat

Memaparkan siapa saja pelaku yang terlibat dalam perdagngan anak yang terjadi di Indonesia.

4. Pola yang diterapkan para pelaku Trafficking

Disini akan diceritakan bagaimana cara pelaku dalam merekrut, mengirim dan bertransaksi dengan pelaku lainnya.

5. Counter Trafficking

Memaparkan informasi tentang dokumentasi upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan pemerintah, lsm dan masayrakat Indonesia dalam menanggulangi perdagngan anak.

(13)

4.2.2. Perancangan Visual

4.2.2.1. Pemilihan Gaya Gambar

Dalam penggambaran illustrasi dan gambar-gambar yang ada di film ini penulis memilih gaya gambar semi-realis, dengan acuan gaya yang biasa digunakan oleh art director Sara Mai Olsen art director dari film pendek Under The Fold

Gambar 3.1 Contoh Gaya Gambar Sara Mai Olsen Sumber: vimeo.com

4.2.2.2. Pemilihan Warna

Penulis ingin memberikan nuansa yang kelam namun mampu atraktif bila diapdukan dengan font-font maupun elemen grafis yang lebih cerah, seperti yang biasa dilakukan oleh Production House Visual.ly

(14)

Gambar 4.1. Contoh Mood Warna Visual.ly Sumber: Vimeo.com

4.2.2.3. Pemilihan Typeface

Font-font yang penulis gunakan akan berkisar dengan font serif dan san-serif, dikarenakan target audiens yang dituju, mengahruskan penulis menggunakan font-font yang simpel dan tegas agar mudah dibaca dan dimengerti audiens dan masih diselingi oleh beberapa font dekoratif agar tidak menjenuhkan serta menyesuaikan dengan konsep yang ada.

(15)

Gambar 4.2. Typeface Sumber : google.com

4.2.2.4. Perancangan Motion Style

Dalam film ini Penulis akan menggunakan teknik motion graphic yang biasa digunakan dalam sebuah video infografis. Dalam teknik ini pergerakan kamera tidak terlalu dititik beratkan karena dibantu oleh pergerakan elemen visual lainnya. Elemen-elemen visual di dalam video ini bersifat 2 dimensi dan 3 dimensi dimana penulis ingin mendapatkan kesan kedalaman gambar, dan didukung oleh narator yang mengiringi video serta musik dan sound effect

Gambar

Gambar 3.1 Contoh Gaya Gambar Sara Mai Olsen  Sumber: vimeo.com
Gambar 4.1. Contoh Mood Warna Visual.ly  Sumber: Vimeo.com

Referensi

Dokumen terkait

atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Media Pembelajaran Flashcard Terhadap Kemampuan Menulis

Hasil penelitian ini adalah personal financial need yang diukur dengan kepemilikan orang dalam berpengaruh positif pada fraudulent financial statement.. Artinya semakin

Kemudian menurut Rini (dalam Anthony, 1992: 22 terjemahan Rita Wiryadi) karakteristik orang yang percaya diri secara proporsional diantaranya adalah: percaya

PAGnet mempertemukan petugas kesehatan masyarakat di pintu masuk dengan mitra untuk mengkoordinasikan kegiatan kesehatan masyarakat di pelabuhan, bandara dan lintas darat

Berdasarkan hasil dari keseluruhan subjek penelitian sebagian besar subjek yang orang tuanya bercerai tiga dari empat subjek mampu menerima kenyataan yang

• Untuk kepentingan nasional, pemerintah dapat menetapkan kebijakan pengutamaan minerba DN dengan mengendalikan produksi dan ekspor. • Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan

Hal tersebut didorong oleh terbitnya dua buah buku pada tahun 1860 yakni buku Max Havelaar tulisan Edward Douwes Dekker dengan nama samarannya Multatuli, dan buku

Siswa diberikan soal oleh guru yaitu menjumlahkan 2 bilangan bulat positif dengan lantai garis bilangan siswa.. Siswa diberikan soal oleh guru yaitu menjumlahkan 2