• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusun: Penanggungjawab:MUHDI. KetuaTim:Mushlih. Kontrtibutor:A.MarzukiIF.Pasuhuk N.DalapangIS.Siregar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyusun: Penanggungjawab:MUHDI. KetuaTim:Mushlih. Kontrtibutor:A.MarzukiIF.Pasuhuk N.DalapangIS.Siregar"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Penyusun:

Penanggungjawab:MUHDI Ketua Tim:Mushlih

Kontrtibutor:A.MarzukiIF.Pasuhuk N.Dalapang IS.Siregar

(2)

i

KATA PENGANTAR

The worst is over, dampak terburuk dari Covid-19 yang terjadi di kuartal kedua

sudah kita lewati dan sekarang kita di dalam tahap pemulihan” (Sri Mulyani Indrawati).

Pernyataan Menteri Keuangan tersebut menggambarkan kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang saat ini menunjukan berbagai perbaikan pada Q3 2020. Sebagaimana diketahui, pertumbuhan ekonomi secara nasional pada Q1 2020 adalah 2,97% dan pada Q2 2020 adalah -5,32%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pandemic Covid-19 memberikan dampak yang cukup signifikan pada kontraksi pertumbuhan ekonomi secara nasional. Pertumbuhan negatif tersebut disebabkan oleh dua perspektif: 1). Perspektif konsumsi: tingkat konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang menurun, 2). Perspektif produksi: terjadi penurunan pada sector lapangan usaha, sektor transportasi dan pergudangan, dan sektor industri pengolahan. Namun demikian, seiring dengan pelaksanaan The New Normal dan upaya pemerintah dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) telah memberikan kontribusi pada perbaikan ekonomi secara umum di Q3 2020 sebesar -3,49%. Kondisi perekonomian masih mengalami kontraksi, namun demikian terdapat perbaikan dibandingkan dengan pertumbuhan pada Q2 2020. Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi pada Q4 2020 diharapkan dapat tumbuh positif dengan konsekuensi adanya dorongan yang lebih optimal dari sisi fiskal.

Untuk perekonomian di Sulawesi Utara pada dasarnya tidak berbeda dengan kondisi perekonomian secara nasional. Pada Q1 2020 mengalami pertumbuhan ekonomi 4,27%, Q2 2020 pertumbuhan ekonomi -3,89% dan pada Q3 2020 pertumbuhan ekonomi -1,83%. Perbaikan kondisi ekonomi di Q3 2020 diharapkan dapat dilanjutkan pada Q4 2020 dengan melakukan upaya pendisiplinan implementasi protokol kesehatan dan upaya Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) secara intensif. Dalam upaya Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di Sulut telah dilakukan kegiatan antara lain: 1). Realokasi dan refocusing belanja pemerintah pusat/daerah, 2). Penempatan uang negara di BPD SulutGo, 3). Subsidi bunga/margin Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Non-KUR, dan lain-lain.

Kajian Fiskal Regional ini diharapkan dapat memberikan deskripsi dalam pencapaian tujuan penyelenggaraan APBN/APBD terkait dengan pencapaian fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi. Deskripsi tersebut diharapkan dapat memberikan perspektif pemahaman dan sumber informasi bagi penjelasan ekonomi makro regional dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan telah diselesaikannya Kajian

(3)

ii

Fiskal Regional (KFR) Triwulan III 2020 ini, kami mengharapkan terjadi diskusi publik dalam melakukan akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional. Informasi dan analisis yang disampaikan pada KFR Triwulan III 2020 ini dimaksudkan untuk memberikan inspirasi bagi pembuat kebijakan/publik untuk mengambil langkah-langkah yang efektif dan efisien dalam kerangka kebijakan fiskal. Pengambilan kebijakan yang agile (cekatan) dan responsif terhadap disruption diperlukan untuk menghadapi kondisi ketidaknormalan tersebut. Pandemi Covid-19 telah memberikan pembelajaran kepada segenap organ pemerintah dan masyarakat untuk bersinergi dalam menghadapi permasalahan kesehatan, ekonomi, stabilitas keuangan dan sosial. Demikian, selanjutnya kami mengharapkan saran konstruktif untuk perbaikan Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2020 ini.

Manado, 10 November 2020 Kepala Kanwil DJPb Prov. Sulut,

(4)

iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i Daftar Isi iii Tim Penyusun iv Ringkasan Eksekutif v

BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 1 A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 1

B. Inflasi 3

C. Indikator Kesejahteraan 3

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN 6

A. Pendapatan Negara 6

B. Belanja Negara 11

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD 18

A. Pendapatan Daerah 19

B. Belanja Daerah 22

C. Prognosis Realisasi APBD sampai dengan Triwulan IV 24

BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

26 A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian 26

B. Pendapatan Konsolidasian 26

C. Belanja Konsolidasian 28

D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

31

BAB V ISU REGIONAL: DAMPAK KORONA TERHADAP PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA

33

(5)

iv

TIM PENYUSUN

PENGARAH/PENANGGUNGJAWAB:

KAKANWIL DJPB PROVINSI SULUT,

MUHDI

KETUA TIM:

KEPALA BIDANG PPA II,

MUSHLIH

KONTRIBUTOR:

ALI MARZUKI

FRANGKY PASUHUK

NOPRID DALAPANG

STEPHEN IGNATIUS

LAYOUT DESIGN:

FRANGKY PASUHUK

ALAMAT:

KANTOR WILAYAH DJPB PROV SULUT

GKN MANADO LANTAI 3

(6)

v

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pembatasan aktivitas masyarakat sebagai salah satu bentuk penanganan dampak pandemi Covid-19 berimbas terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang tercermin di kuartal ketiga tahun 2020, dimana PDRB terkontraksi hingga -1,83%. Indikator ekonomi lainnya juga menunjukkan laporan yang negatif dimana terjadi deflasi tahun kalender tercatat hingga 1,01%, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) naik menjadi 7,37% dan kemiskinan meningkat 7,62%. Penutupan penerbangan internasional bandara Sam Ratulangi guna antisipasi penyebaran Covid-19 berdampak pada sektor pariwisata Sulawesi Utara yang pada akhirnya berimbas pada sektor transportasi dan sektor akomodasi, makanan dan minuman secara signifikan. Sektor pertanian dan perkebunan dan sektor industri pengolahan yang didukung oleh produksi kelapa/kopra dan produk turunannya merupakan komoditas utama Sulawesi Utara dalam menahan perlambatan perekonomian.

Selanjutnya dari sisi pemerintahan, realisasi pendapatan negara baru tercapai 64% dari target dengan nilai sebesar Rp3,55 triliun, dimana 74% bersumber dari perpajakan. Sedangkan realisasi belanja pemerintah pusat mencapai 62,5% dengan nilai Rp4,97 triliun. Penurunan kegiatan perkantoran dengan ditiadakannya kegiatan yang bersifat pengumpulan orang banyak seperti sosialisasi, rapat, workshop serta dengan adanya work from home berdampak signifikan terhadap penurunan realisasi belanja barang. Realisasi belanja modal juga turut mengalami penurunan dengan adanya perubahan pagu (realokasi dan refocusing anggaran) dan pembatasan aktivitas (physical dan social distancing). Realisasi Transfer Daerah dan Dana Desa juga terdampak pada perubahan pagu TKDD pada APBN di awal bulan April sebagai bagian realokasi dan refocusing anggaran tersebut, dan realisasinya sudah mencapai 83%.

Pandemi Covid-19 juga berdampak pada realisasi penerimaan daerah, dimana PAD Sulawesi Utara sampai dengan Q3 2020 mencapai Rp1,42 triliun, turun hingga 10,8% dibanding periode yang sama tahun 2019. Pajak Hotel dan Rumah Makan mengalami penurunan sebagai akibat berkurangnya kunjungan wisatawan. Sementara itu, untuk belanja daerah (di luar transfer pemerintah daerah) mencapai Rp8,7 triliun, mengalami kenaikan 1% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Adanya WFH dan pembatasan kegiatan perkantoran juga berpengaruh signifikan terhadap realisasi belanja barang konsolidasian. Selanjutnya, untuk realisasi DAK Fisik sudah mencapai 95,47% terdiri dari DAK Fisik Reguler dan DAK Fisik

(7)

vi

Cadangan. Realisasi tersebut mengalami peningkatan sebesar 64% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perbedaan yang signifikan tersebut disebabkan oleh perubahan regulasi dalam percepatan penyaluran anggaran. Peran fiskal dalam penanganan Covid-19 sangat penting. Sejak awal pandemi, pemerintah melalui berbagai kebijakan dan payung hukum berupaya mengoptimalkan kondisi fiskal dengan melakukan refocusing dan realokasi APBN sebagai langkah penanganan Covid-19 sekaligus meredam dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah daerah juga telah melakukan

refocusing dan realokasi APBD guna penangan Covid-19 di daerah. Pemerintah

daerah di Sulawesi Utara telah mengalokasikan total sebesar Rp1,8 triliun dalam penyesuain APBD. Perlu kerjasama dan sinergi yang baik antar pemerintah pusat dan daerah agar penanggulangan pandemi cepat teratasi dan resesi ekonomi dapat diredam.

(8)

1

Tabel 1.1 Kinerja Indikator Makro Ekonomi & Pembangunan Prov. Sulut Q3 Tahun 2020

Indikator Target

KUA-PPAS 2020

Target APBN-P 2020

Realisasi Q3

2020 Realisasi

Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,2 -0,4-2,3 -1,83 Belum Tercapai

Inflasi (%, tahun kalender) 5 2-4 -1.01 Belum Tercapai

Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 6,63 4,8-5,1 7,37 Belum Tercapai

Kemiskinan (%) 7,3 8,5-9 7,62 Belum Tercapai

Sumber: KUA-PPAS Sulut, UU APBN, BPS

BAB I

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

Dampak pandemi Covid-19 terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara semakin menunjukkan tren positif pada Q3 tahun 2020 ini. Provinsi Sulawesi Utara mampu mempertahankan kinerja positif pertumbuhan ekonominya pada Q3, dan menunjukkan angka laju pertumbuhan ekonomi hingga minus 1,83 persen. Berbagai indikator perekonomian pun menunjukkan peningkatan kinerja. Bermacam upaya pemerintah telah dilakukan guna menggerakkan roda perekonomian. Perlu usaha ekstra dari pemerintah baik pusat maupun daerah untuk menetapkan dan mengimplementasikan kebijakan guna meningkatkan daya beli masyarakat sekaligus memastikan perekonomian terus bertumbuh di tengah masa pandemi.

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pada Q3 2020, perekonomian Provinsi Sulawesi Utara mengalami peningkatan yakni minus 1,83 persen (yoy). Dampak pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sejak periode Maret

terhadap perekonomian Provinsi Sulawesi Utara, tercermin pada data PDRB Q3 yang dikeluarkan oleh BPS Sulut. Angka pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara masih di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang minus 3,49 persen (yoy).

Grafik 1.1 Perkembangan PE Sulut dan Nasional (%)

(9)

2

Distribusi 5 (lima) struktur ekonomi Provinsi Sulawesi Utara dari sisi penawaran (PDRB ADHB) mengalami perubahan di Q3. Posisi sektor Transportasi dan Pergudangan digeser oleh Administrasi Pemerintahan. Hal tersebut disebabkan adanya pembatasan penerbangan internasional di Bandara Sam Ratulangi untuk mengantisipasi penyebaran virus Covid-19. Dari kelima

Tabel 1.2 PDRB Sulut Q3 2020

Sumber: BPS, diolah sektor utama tersebut, hanya sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan serta sektor Industri Pengolahan yang menunjukkan performa positif. Kedua sektor tersebut ditopang oleh sumber lapangan usaha yang sama yaitu perkebunan kelapa sebagai bahan industri pengolahan kopra. Ditinjau dari sisi penawaran, Covid-19 masih berdampak negatif pada beberapa sektor, dan yang paling berat adalah sektor yang berhubungan dengan pariwisata seperti transportasi, akomodasi, makanan dan minuman, serta jasa lainnya seperti tempat hiburan dan pusat perbelanjaan. Bahkan sektor yang terdampak positif, seperti Informasi dan Telekomunikasi (dengan adanya WFH dan SFH) serta Jasa Keuangan belum mampu menopang penurunan sektor lainnya. Penurunan perekonomian Sulut untuk Q3 masih diredam pertumbuhan positif sektor Pertanian dan Industri Pengolahan yang termasuk sektor dengan porsi terbesar. Pada sisi Permintaan, wabah corona berimbas pada 2 (dua) komponen PDRB. Konsumsi Ekspor Barang dan Jasa serta Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) masih mengalami penurunan terdalam sebagai akibat masih terbatasnya arus pengiriman barang ke luar negeri dan ditutupnya beberapa pertokoan dan pusat perbelanjaan sebagi antisipasi penyebaran pandemi. Konsumsi pemerintah juga dinilai kurang berkontribusi sebagai variabel penahan laju penurunan ekonomi.

Perekonomian Sulawesi Utara masih berpotensi mengalami perlambatan jika melihat perkembangan pandemi Covid-19 di Sulawesi Utara yang masih belum menunjukkan penurunan. Namun demikian, dengan dilonggarkannya kebijakan social distancing dan penerbangan, kondisi perekonomian Sulawesi Utara diharapkan mampu bangkit secara perlahan. Beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah 1). Realisasi belanja pemerintah pusat dan daerah perlu didorong dan diakselerasi agar mampu berperan sebagai pendorong perekonomian regional, 2). Sektor Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan khususnya perkebunan kelapa yang terbukti mampu

(10)

3

tumbuh disaat sektor usaha lainnya mengalami kelesuan, serta mampu menopang sektor Industri Pengolahan serta ekspor Sulawesi Utara, perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah. Tumbuhnya sektor tersebut juga secara positif akan membuka lapangan kerja informal baru/ alternatif bagi korban PHK dari sektor lapangan usaha lainnya, 3). Proyek-proyek pemerintah yang tertunda di semester I akibat kebijakan social distancing, dapat segera dimulai kembali dan diakselerasi. Selain itu perlu dilakukan perubahan sistem pelaksanaan proyek menjadi sistem padat karya agar dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja serta meningkatkan penghasilan masyarakat sekaligus mempertahankan daya beli. Belanja pemerintah akan menjadi sektor yang paling bisa diharapkan sekaligus dikendalikan melalui penyerapan anggaran hingga kebijakan bantuan sosial seperti Kartu Pra-Kerja, BOS, KPH hingga percepatan BLT dari Dana Desa diharapkan mampu menjaga daya beli masyarakat.

B. Inflasi

Sampai dengan akhir Q3 2020 tingkat inflasi Sulawesi Utara mengalami deflasi tahun kalender hingga 1,01 persen. Inflasi Sulut pada bulan September 2020 tercatat sebesar 0,31 persen lebih rendah dibanding inflasi nasional sebesar minus 0,05 persen serta jauh dari sasaran Kebijakan Umum Anggaran Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) tahun 2020 sebesar 5 persen.

Kontribusi deflasi terbesar terutama dari sektor Transportasi yang mencapai 2,30 persen akibat belum maksimalnya operasional kegiatan di Bandara Sam Ratulangi dikarenakan antisipasi penyebaran wabah Covid-19. Berdasarkan kontribusi timbulnya deflasi pada Q3 dipengaruhi pada kelompok pengeluaran utama yaitu Makanan, Minuman, dan Tembakau. Hal ini

menggambarkan bahwa deflasi yang terjadi pada Q3, masih disebabkan karena masyarakat masih menahan diri untuk tidak bepergian dan meningkatkan konsumsi produk dimaksud karena adanya protocol kesehatan berupa social distancing. Dengan demikian, salah satu langkah pengendalian inflasi di Sulut ke depan saat terdapat pelonggaran kebijakan social distancing adalah menjaga pasokan komoditas yang maksud dalam kategori volatile foods, terutama cabe rawit dan lemon yang merupakan

Grafik 1.2 Perbandingan Inflasi Bulanan Sulut-Nasional tahun 2020

(11)

4

produk-produk yang mendorong timbulnya inflasi. Dengan pasokan yang memadai diharapkan mampu menghambat kenaikan harga secara cepat (hiperinflasi).

C. Indikator Kesejahteraan

Kondisi ketenagakerjaan dari sisi Tingkat Pengangguran Terbuka Sulawesi Utara pada periode laporan Agustus 2020 menunjukkan peningkatan. Sebagaimana data BPS, Tingkat Pengangguran Terbuka Sulut pada periode ini naik 1,36 persen dibandingkan periode Agustus tahun 2019 menjadi 7,37 persen. Dengan capaian tersebut target Pemprov Sulut belum mampu untuk menurunkan pengangguran dibawah 6,63 persen. Diharapkan

Pemprov Sulut mampu menekan tingkat pengangguran hingga akhir tahun ini.

Secara umum, penambahan TPT lebih karena bertambahnya jumlah usia kerja (15 tahun) serta banyak lulusan SMA sederajat yang belum terserap lapangan pekerjaan.

Pemerintah daerah perlu keseriusan dalam mengurangi

pengangguran dengan mendukung UMKM dan industri kreatif agar dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja.

Data TPT pada triwulan ketiga diprediksi akan meningkat seiring dengan adanya pandemi Covid-19 dan akan berimbas pada sektor informal yang mencapai 686 ribu orang (60,46%). Disnaker Sulut menyatakan bahwa data per 26 Mei 2020, terdapat 1.464 tenaga kerja di PHK dan 6.952 dirumahkan oleh pengusaha. Sedangkan data penerima Kartu Pra-Kerja yang telah terdaftar sebanyak 36.006 orang.

Jumlah penduduk miskin di Sulut naik sebanyak 3.770 jiwa dibandingkan periode September 2019. Kenaikan

tersebut terjadi di perkotaan sebanyak 3.900 jiwa, sedangkan jumlah penduduk miskin di pedesaan mengalami penurunan sebanyak 130 jiwa. Kenaikan penduduk miskin di perkotaan diduga sebagai akibat

Grafik 1.4 Profil Tingkat Kemiskinan Sulut dan Nasional (%)

Sumber: BPS Sulut, diolah Grafik 1.3 Perkembangan TPT Sulut dan Nasional

(%)

(12)

5

pandemi Covid-19 yang mengubah perilaku, aktivitas ekonomi dan penurunan pendapatan. Dana Desa perlahan mampu menunjukkan dampak positif tehadap kesejahteraan penduduk desa yang ditunjukkan dengan penurunan jumlah penduduk miskin.

Beberapa faktor kenaikan angka kemiskinan selain perlambatan perekonomian akibat pandemi Covid-19, juga disebabkan oleh rata-rata upah buruh per hari yang mengalami penurunan 3,58 persen berdasarkan data Disnakertrans Provinsi Sulawesi Utara. Di sisi lain, kenaikan nilai tukar petani turut membantu penurunan kemiskinan di pedesaan.

(13)

6

BAB II

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

Sampai dengan periode Q3 tahun 2020, anggaran belanja pemerintah pusat di wilayah Sulut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan anggaran belanja pada periode yang sama tahun sebelumnya. Secara rinci, pelaksanaan APBN di Sulut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Pelaksanaan APBN di Sulut

(Sumber : DITPA.KEMENKEU, SIMTRADA & GFS)

Sampai dengan akhir Q3 2020, realisasi Pendapatan Negara di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan pada realisasi belanja pegawai dan belanja barang mengalami penurunan 8,96 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan pagu yang sangat signifikan terjadi pada belanja modal yaitu mencapai hingga 50 persen dikarenakan revisi APBN yang dialihkan kedalam pos belanja khusus penangan Covid-19.

A. Pendapatan Negara

Salah satu fungsi APBN dalam kerangka ekonomi makro adalah sebagai stabilisator. Dari sisi pendapatan pemerintah dapat mempengaruhi perekonomian

(14)

7

melalui perubahan besaran pada penerimaan perpajakan. Hal ini dikarenakan, penerimaan perpajakan merupakan variabel yang mempengaruhi secara tidak langsung terhadap perkembangan variabel pembentuk agregate demand, yaitu variabel konsumsi masyarakat (C) dan investasi (I).

Pada tahun 2020, target penerimaan pajak adalah sebesar 4,5 triliun. Target tersebut mengalami kenaikan 6.67 persen dibandingkan dengan target tahun 2019 sebesar 4,2 triliun. Realisasi Penerimaan Perpajakan dan Perbandingan Realisasi terhadap Pagu Perpajakan di Sulut s.d Q3 2020 dapat dilihat pada diagram/grafik

berikut ini:

(Sumber: GFS)

1. Penerimaan Perpajakan

Penerimaan perpajakan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu Pajak Dalam Negeri dan Pajak Perdagangan Internasional. Pajak Dalam Negeri terdiri atas lima jenis pajak yaitu 1) pajak penghasilan (PPh), 2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN), 3) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), 4) Cukai dan 5) Pajak Lainnya sedangkan Pajak Perdagangan Internasional terdiri atas Bea Masuk dan Bea Keluar. Sampai dengan Q3 ini realisasi Pendapatan Perpajakan baru mencapai 2.617,06 miliar atau 57,34 persen dari target, dengan Kota Manado sebagai kontributor utama sebesar Rp1.276,88 miliar (48,79 persen).

63.64%

48.59% 97.79%

57.86%

Realisasi Penerimaan Perpajakan Sulawesi Utara s.d Tw III TA. 2020 (persen)

PPh PPN & PPn BM PBB Pajak Lainnya

2,378.54 2,057.58 73.45 54.85 1,513.77 999.73 71.83 31.73 0% 20% 40% 60% 80% 100% PPh PPN & PPn BM PBB Pajak Lainnya Pagu vs Realisasi Perpajakan Sulawesi Utara

s.d Tw III TA. 2020 (dalam miliar Rp

)

(15)

8

(Sumber: GFS) a) Pajak Penghasilan (PPh)

Sebagian besar penerimaan PPh terkonsentrasi di wilayah Kota Manado, sebagai pusat bisnis di Sulut dimana sebagian besar pengusaha terdaftar di kota ini. Sampai dengan Q3 ini realisasi Pendapatan Pajak Penghasilan telah mencapai 1.513,77 miliar atau 63,64 persen dari target 2020 sebesar 2.378,5 miliar.

b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)

Realisasi PPN dipengaruhi antara lain: kegiatan proyek pemerintah; terjaganya konsumsi Rumah Tangga dan impor serta dukungan sistem pembayaran pajak yang online dengan administrasi perpajakan. Proporsi penerimaan PPN berdasarkan wilayah tidak jauh berbeda dengan penerimaan PPh. Sampai dengan

-100.00 - 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 BOLMONG BOLSEL BOLTIM BOLMUT KEP. SITARO BITUNG KOTAMOBAGU MINAHASA MINSEL MINTRA MINUT KEP. SANGIHE KEP. TALAUD TOMOHON 4.69 2.04 8.48 -8.24 7.86 580.87 317.78 63.45 87.48 1.02 136.93 85.15 7.39 45.30

PENERIMAAN PERPAJAKAN PER KABUPATEN/KOTA DI SULUT SELAIN KOTA MANADO SD TRIWULAN III 2020 (DALAM MILIAR RP)

771.99 175.48 152.08 272.55 MANADO BITUNG MINUT KAB LAIN

PPh per Kabupaten di Sulut s.d. Triwulan III 2020 (dalam miliar)

(16)

9

periode Q3 2020, realisasi pendapatan PPN dan PPnBM baru mencapai 999,72 miliar atau 48,59 persen dari target 2020 sebesar 2.057,5 miliar.

c) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pendapatan PBB di Sulut tergolong kecil karena bukan daerah pertambangan. Dari 15 Kab/Kota, hanya 3 daerah yang memiliki realisasi penerimaan yaitu Kota Manado, Kota Bitung dan Kab. Bolaang Mongondow. Perlu re-evaluasi NJOP di beberapa daerah, karena terdapat daerah yang tergolong cukup ramai (pusat keramaian) dengan nilai transaksi penjualan tanah cukup tinggi, namun memiliki NJOP yang sangat rendah. Sampai dengan Q3 ini realisasi Pendapatan PBB telah mencapai 71,83 miliar atau 97,79 persen dari target 2020 sebesar 73,45 miliar.

d) Pajak Perdagangan Internasional (Bea Masuk & Bea Keluar) dan Pendapatan Cukai

Faktor-faktor penopang penerimaan Kepabeanan dan Cukai s.d periode Q3 tahun 2020 di Provinsi Sulawesi Utara adalah sebagai berikut:

1. Bea Masuk

- Hampir seluruh perusahaan di bidang pertambangan dan bidang lainnya untuk sementara menghentikan kegiatan importasinya, mengingat Sebagian besar komoditas berasal dari negara yang terdampak Virus COVID-19; 0 0 0 0 0 479.72 200.77 65.17 33.59 220.48 MANADO BITUNG MINSEL MINUT KAB LAIN

PPN/PPnBM per Kabupaten di Sulut s.d. Triwulan III 2020 (dalam miliar)

sumber: GFS Kanwil DJPb Sulut

89.80 -56,248.43 657.60 BOLMONG BOLMUT BITUNG MANADO

PBB per Kabupaten di Sulut s.d. Triwulan III 2020 (dalam juta)

(17)

10

- Penerimaan Bea Masuk dari sektor barang bawaan penumpang menurun, hal ini dikarenakan adanya penutupan penerbangan langsung dari luar negeri;

- Penerimaan Bea Masuk dari Pos Lalu Bea tidak terlalu dipengaruhi dampak Corona.

2. Bea Keluar

Penerimaan bea keluar di provinsi Sulawesi Utara masih bersumber pada ekspor produk Crude Palm Oil (CPO) dan produk turunannya di Bitung. Penerimaan bea keluar dari Penugasan Khusus Ekspor (PKE) diprediksi akan mengalami peningkatan dan akan melampaui target pada akhir tahun.

3. Cukai

Penerimaan Cukai di Sulawesi Utara sebagian besar berasal dari produksi Pabrik MMEA (Minuman Mengandung Etil Alkohol). Pemerintah setempat menghimbau untuk menutup tempat hiburan dalam rangka menghindari penyebaran COVID-19. Penutupan tempat hiburan tersebut mengakibatkan menurunnya permintaan konsumen MMEA sehingga perusahaan Pabrik MMEA mengurangi jumlah produksi MMEA. Hal tersebut mengakibatkan menurunnya penerimaan cukai.

Penerimaan Cukai hingga periode Q3 telah mencapai 95,72 persen yaitu 6,04 miliar dari target sebesar 6,31 miliar. Sementara itu, target penerimaan Pajak Perdagangan Internasional yang berasal dari Bea Masuk telah melampaui target 12,21 miliar atau 102,01 persen dari target 11,97 miliar, sedangkan Bea Keluar telah mencatatkan realisasi 1,81 miliar atau 95,77 persen dari target 1,89 miliar. BEA MASUK BEA KELUAR CUKAI 11.97 1.89 6.31 12.21 1.81 6.04

Bea Masuk, Bea Keluar dan Cukai Prov. Sulut s.d Triwulan III TA. 2020 (dalam miliar Rp)

Realisasi Target APBN-P

(18)

11

e) Pendapatan Pajak Lainnya

Sampai dengan Q3 2020, realisasi Pajak Lainnya mencapai 31,73 miliar atau sebesar 57,86 persen dari target 54,85 miliar. Sumber pendapatan Pajak Lainnya berasal dari pendapatan bea materai, pendapatan pajak tidak langsung lainnya dan pendapatan Bunga penagihan pajak, sehingga pos ini sebagian besar berada di Kota Manado yang disebabkan aktivitas ekonomi terbesar berpusat di Kota Manado.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan seluruh penerimaan pemerintah pusat yang bukan berasal dari penerimaan perpajakan. Sampai dengan Q3 2020, realisasi PNBP di Sulawesi Utara sudah mencapai 919,54 miliar atau 94,1 persen dari target 976,95 miliar untuk tahun 2020. Realisasi PNBP Q3 2020 mengalami pertumbuhan positif sebesar 25,10 persen dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya pada periode yang sama.

Penerimaan PNBP Prov. Sulut s.d Q3 2020 (dalam miliar Rp)

Penerimaan Q3 - 2019 Q3 -2020 GROWTH

Pagu Real % Pagu Real %

PNBP 880,12 607,51 69,03% 976,95 919,54 94,1% 25,10%

sumber: GFS Kanwil DJPb Prov. Sulut

Rincian Penerimaan Negara Bukan Pajak terdiri dari Pendapatan BLU dan PNBP Lainnya, sebagai berikut:

Rincian Penerimaan PNBP Prov. Sulut s.d Q3 2020 (dalam miliar Rp)

Penerimaan Q3 - 2019 Q3 -2020 GROWTH

Pagu Real % Pagu Real %

Pendapatan BLU 656,98 406,11 61,81% 733,26 671,24 91,5% 29,73% PNBP Lainnya 223,14 201,40 90,26% 243,69 248,30 101,9% 11,63% sumber: GFS Kanwil DJPb Prov. Sulut B. Belanja Negara

Belanja negara berperan sebagai stimulus fiskal dalam mendukung sektor riil dan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pagu belanja pemerintah setiap tahunnya, harus disertai dengan optimalisasi pelaksanaan anggaran Kementerian/Lembaga. Sebaliknya efisiensi belanja harus tetap dilakukan agar belanja negara lebih berkualitas melalui penghematan belanja barang dan belanja yang tidak prioritas, subsidi yang lebih tepat sasaran, serta mendorong

(19)

12 3,142.80 3,388.37 1,406.46 11.93 2,294.98 1,977.35 689.53 8.28 1,000.00 2,000.00 3,000.00 4,000.00 5,000.00 6,000.00

BEL PEGAWAI BEL BARANG BEL MODAL BEL BANSOS

Perbandingan Pagu terhadap Realisasi Belanja Prov. Sulut

s.d Triwulan III 2020 (dalam miliar)

PAGU REALISASI

pembangunan infrastruktur daerah melalui anggaran Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Umum (DAU).

(Sumber: DITPA.KEMENKEU) 1. Belanja Pemerintah Pusat

Penyerapan Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan tren kenaikan yang proporsional setiap bulannya dengan capaian 4.970,14 miliar atau 62,52 persen dari pagu 7.949,56 miliar sampai dengan akhir Q3 2020. Belanja Pegawai masih mendominasi realisasi belanja hingga Q3 sebesar 2.294,98 miliar atau 73,02 persen dari pagu 3.142,80 miliar, diikuti oleh Belanja Barang sebesar 58,36 persen kemudian Belanja Modal 49,03 persen. Sedangkan untuk Belanja Bantuan Sosial sampai dengan akhir Q3 2020 telah mencatatkan realisasi 69,40 persen. 166.61 225.13 231.90 239.58 358.58 234.85 240.05 356.13 242.16 60.11 166.32 173.40 225.61 186.19 305.12 306.98 249.23 304.41 2.00 22.61 111.85 64.61 115.00 67.20 97.12 92.70 116.45 0.02 1.08 0.21 1.37 1.42 4.19

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP

Tren Realisasi Belanja s.d Triwulan III

(dalam miliar)

(20)

13

(Sumber: DITPA.KEMENKEU) 2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Alokasi Pagu TKDD Sulawesi Utara tahun 2020 sebesar Rp13.382,08 miliar, menurun 7,64 persen dari pagu tahun sebelumnya. Sampai dengan akhir Q3 tahun 2020, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH) di Sulut telah mencatatkan realisasi belanja masing-masing sebesar 83,81 persen dan 69,96 persen. Sementara itu, realisasi belanja DAK Fisik telah mencatatkan realisasi sebesar Rp1.341,11 miliar atau 95,47 persen dari pagu Rp1.404,68 miliar, sedangkan DAK Non Fisik telah mencatatkan realisasi sebesar Rp1.248,24 miliar atau 75,82 persen dari pagu 1.646,23 miliar. Penyaluran Dana Desa dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) sampai dengan akhir periode Q3 2020 telah mencapai Rp964,52 miliar atau 78,72 persen dari pagu Rp1.225,24 miliar, sedangkan realisasi Dana Insentif Daerah (DID) sebesar Rp473,09 miliar atau 96,80 persen dari total pagu Rp488,74 miliar. Perbandingan Pagu dan Realisasi TKDD dapat dilihat pada grafik berikut:

(Sumber: SIMTRADA)

Terdapat penyesuaian pagu TKDD di bulan April 2020 melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 35 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Tahun Anggaran 2020 Dalam Rangka Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional (Tabel 2.1).

8,186.12 431.07 3,050.91 1,713.99 6,860.58 301.57 2,589.35 1,437.61 - 1,000.00 2,000.00 3,000.00 4,000.00 5,000.00 6,000.00 7,000.00 8,000.00 9,000.00 DAU DBH DAK DID dan DANA DESA

Perbandingan Pagu dan Realisasi TKDD Prov. Sulut s.d Tw III 2020 (dalam Miliar Rp)

(21)

14

3. Pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU)

Tabel Realisasi Satker BLU Prov. Sulut s.d Q3 TA 2020

No Satker Pagu Realisasi %

1 RSUP. Prof. DR. R.D Kandou (538815) 500.000.000.000 400.772.546.729 80,15%

2 Universitas Sam Ratulangi (677519) 148.000.000.000 150.645.213.447 101,79%

3 Rumkit Bhayangkara Manado (651732) 18.733.610.000 38.229.571.603 204,07%

4 Rumkit Tk.III R.W Monginsidi (418392) 62.354.147.000 72.285.692.830 115,93%

5 Politeknik Kesehatan Manado (632327) 16.192.162.000 10.251.333.053 63,31%

Sumber: e-rekon-lk.kemenkeu

Terdapat 5 (lima) instansi pemerintah yang berstatus BLU di Provinsi Sulawesi Utara. Secara umum, realisasi belanja keseluruhan satker BLU sudah berada pada rataan diatas 80 persen kecuali Politeknik Kesehatan Manado yang baru mencatatkan realisasi sebesar 63,31 persen.

No Satker Q3 2020

PNBP Beban Opr Surplus/defisit % 1 RSUP. Prof. DR. R.D Kandou (538815) 268,44 297,62 -29,18 -11% 2 Universitas Sam Ratulangi (677519) 174,33 144,4 29,93 17% 3 Rumkit Bhayangkara Manado (651732) 39,44 32,31 7,13 18% 4 Rumkit Tk.III R.W Monginsidi (418392) 55,31 69,7 -14,39 -26% 5 Politeknik Kesehatan Manado (632327) 18,9 39,18 -20,28 -107%

(sumber: e-rekon-lk.kemenkeu)

Dari sisi performa, hanya Unsrat dan Rumkit Bhayangkara Manado yang menunjukkan surplus. Beralihnya kegiatan belajar mengajar menjadi metode daring berimbas pada turunnya biaya operasional, sedangkan di BLU bidang kesehatan mengalami kenaikan biaya operasional sehubungan dengan pandemi Covid-19.

4. Manajemen Investasi Pusat

No Pemda Kegiatan Keterangan

1 Kota Manado Debt Swap Dikarenakan adanya pandemi Covid-19 Monev Debt Swap Q3 2020 dilakukan secara on desk dan rapat melalui aplikasi Zoom, Laporan Realisasi Dana dan Realisasi Fisik Q3 2020 disampaikan Pemkot Manado melalui media komunikasi daring. Penundaan monev Debt Swap berdasarkan sesuai surat Direktur SMI nomor: S-48/PB.4/2020 tanggal 16 Maret 2020. Monev on site

dimaksud akan dilaksanakan pada Q4

2 Kota Bitung Debt Swap Monev debt swap secara on site untuk memverifikasi kemanfaatan pembangunan infrastruktur di tahun 2019 harus ditunda sesuai surat Direktur SMI nomor: S-48/PB.4/2020 tanggal 16 Maret 2020. Monev on site

(22)

15

5. ALOKASI BELANJA NEGARA PER FUNGSI DI SULAWESI UTARA

Sumber: ditpa.kemenkeu C. Prognosis Realisasi APBN

Proyeksi realisasi APBN Semester II 2020 dilakukan secara empiris menggunakan metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) atau disebut juga metode analisis runtun waktu Box-Jenkins yang cocok untuk forecasting/ peramalan jangka pendek. Pengolahan data statistik menggunakan aplikasi

Minitab Versi 18.1, dengan Variabel yang digunakan adalah realisasi APBN

bulanan tahun 2013-2019 yang bersumber dari Aplikasi Monev PA dan OMSPAN. Untuk pendapatan (Perpajakan dan PNBP), yang digunakan adalah angka realisasi 84 bulan (n= 84 ), sedangkan Belanja Negara menggunakan data persentase realisasi bulanan (n= 84), kecuali Belanja Modal yang menggunakan data persentase realisasi bulanan periode April-Desember (n=63) mengingat

3 Kab. Kep. Sangihe Pengalihan pinjaman PDAM ke Pemda

Permohonan restrukturisasi utang dengan skema yang diatur dalam PMK-176/2016 dan telah disetujui Menteri Keuangan sesuai perubahan perjanjian nomor AMA-177/RPD-336/RDA-213/DSMI/2020 tertanggal 08, Januari 2020

ALOKASI

BELANJA NEGARA PER FUNGSI DI SULAWESI UTARA S.D TRWULAN III 2020

(23)

16

pergerakan yang signifikan atas realisasi jenis belanja barang dan modal terjadi pada periode tersebut (bulan 1-3 bersifat outlier). Proyeksi Transfer Daerah menggunakan data persentase realisasi bulanan tahun 2015 s.d. 2019 dari SIMTRADA (n=60). Hasil ringkas analissi dapat dilihat di bawah, sedangkan hasil pengolahan keseluruhan terdapat pada Lampiran I.

Berdasarkan prognosis di atas, pendapatan Sulut hingga akhir tahun diperkirakan mencapai Rp4.882,16 miliar atau turun 0,4 persen. Selain dampak akibat penurunan perekeonomian secara makro, kontraksi pendapatan negara disebabkan adanya berbagai insentif pajak yang diberikan pemerintah sebagai bagian upaya Pemulihan Ekonomi Nasional. Pertumbuhan belanja modal yang

Prognosis Pendapatan (Angka dalam miliar)

ARIMA (0,1,2)-Signifikan

Prognosis Belanja Pegawai (Angka dalam persen)

ARIMA (1,0,1) – Signifikan

Prognosis Belanja Barang (Angka dalam persen)

ARIMA (1,0,1) – Signifikan

Total Proyeksi Sem II 2020 = 81,2% dari total Pagu Belanja Barang

Prognosis Belanja Modal (Angka dalam persen)

ARIMA (1,0,1) – Signifikan

Prognosis Transfer Daerah (Angka dalam persen) ARIMA (3,0,2) – Signifikan

Total Proyeksi Semester II 2020 = 58,52% dari total Pagu Transfer

(24)

17

turun hingga 54 persen lebih disebabkan oleh turunnya pagu akibat realokasi anggaran K/L yang mencapai lebih dari 50 persen. Sedangkan belanja barang diprediksi menurun cukup tajam sebagai efisiensi akibat pembatasan aktivitas kegiataan perkantoran akibat Covid-19.

Tabel 2.3 Prognosis Realisasi APBN sampai dengan Semester II TA 2020

Uraian Target Pagu/ Tw III 2020 Realisasi (Rp) Prognosis TA 2020 (Rp) Prognosis TA 2020 (%) Prognosis Semester II 2020 (Rp) Realisasi Tahun 2019 (Rp) Growth (%) Keterangan Pendapatan 5.561,56 3.556,67 4.882,16 88% 1.325,49 4.899,40 -0,4% Kemenkeu memprediksi penurunan penerimaan sebesar 10% akibat covid Belanja

Bel Pegawai 3.142,80 2.294,98 2.933,46 93% 638,48 3.049,36 -3,8% Telah dilakukan realokasi pagu belanja oleh masing-masing K/L Bel Barang 3.388,37 1.977,35 2.741,74 81% 764,39 3.579,60 -23,4% Bel Modal 1.406,46 689,53 1.183,58 84% 494,05 2.571,57 -54,0% Transfer Daerah 13.382,08 11.189,10 12.937,78 97% 1.748,68 14.019,55 -7,7% Terdapat penyesuaian pagu transfer daerah akibat covid

(25)

18

BAB III

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN APBD

Perkembangan kinerja APBD seluruh pemda di Sulawesi Utara s.d Triwulan III 2020 menunjukkan penurunan dibanding periode yang sama tahun 2019 khususnya dari sisi PAD. Hal tersebut tidak terlepas dari imbas pandemi Covid-19 yang menghambat berbagai kegiatan perekonomian, sehingga mempengaruhi pola realisasi pendapatan maupun belanja daerah. Secara rinci, perkembangan APBD pemerintah daerah lingkup Provinsi Sulawesi Utara dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Perkembangan APBD Lingkup Prov. Sulut s.d Triwulan III TA 2020 (dalam miliar Rupiah)

Sumber : LRA Pemda, data sementara

Dampak pandemi Covid-19 terhadap realisasi belanja APBD, terlihat dari tingginya realisasi belanja hibah dan belanja tak terduga di Triwulan III TA 2020, dan rendahnya belanja barang akibat berkurangnya kegiatan operasional perkantoran yang lebih banyak dilakukan melalui sistem Work from Home (WFH). Untuk selanjutnya, perlu dilakukan percepatan realisasi belanja di triwulan III TA 2020 guna membantu mengakselerasi perekonomian yang terhambat pandemi covid-19.

(26)

19 A. Pendapatan Daerah

Realisasi pendapatan daerah hingga Triwulan III 2020 secara agregat telah mencapai 66 persen dari target. Secara proporsional, sumber penerimaan terutama yang berasal dari transfer pemerintah pusat sebesar 87 persen (Rp10.328 miliar) dan PAD sebesar 12 persen (Rp1.428,2 miliar). Hal tersebut menunjukan rendahnya tingkat kemandirian pemda di Sulawesi Utara.

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Sampai dengan Triwulan III 2020, realisasi PAD pemda lingkup Sulawesi Utara mencapai 57 persen dari

target. Dari total realisasi tersebut, kontribusi terbesar disumbang oleh Pemprov. Sulut yang mencapai 58 persen. Sementara pada tingkat kabupaten/kota, realisasi terbesar berturut-turut disumbang oleh Kota

Manado, Kab. Minahasa, Kota Kotamobagu dan Kab. Sangihe. Pajak daerah masih menjadi pemasukan terbesar untuk Kota Manado dan Kab. Minahasa, selain itu retribusi daerah menjadi penyumbang terbesar pada PAD untuk Kota Kotamobagu dan ’Lain-lain PAD yang sah’ menjadi penunjang yang cukup besar bagi PAD di Kab. Sangihe.

a. Penerimaan Pajak Daerah

Realisasi Pajak Daerah agregat sampai dengan Triwulan III 2020 lingkup Provinsi Sulut sebesar Rp976.6miliar atau sebesar 56 persen dari target. Pemprov Sulut masih menjadi penyumbang pajak terbesar dengan nilai hingga 658,9 miliar. Pada tingkat

Grafik 3.1 Perbandingan Realisasi Pajak Daerah (Rp Miliar)

Sumber: LRA Pemda (agregat), diolah

Grafik 3.2 Kontribusi Pemda thd Total Realisasi PAD Sulut s.d Triwulan III 2020

(27)

20

Kab/Kota, Pemkot Manado tercatat sebagai daerah penyumbang pajak daerah terbesar, yaitu sebesar Rp141,60 miliar. Namun angka tersebut jauh menurun dibanding periode yang sama tahun sebelumnnya yang mencapai Rp216,1 miliar dan juga baru 40% dari target yang ditetapkan di awal tahun. Dampak pandemi masih sangat mempengaruhi pajak daerah Kota Manado, mengingat penurunan drastis salah satu sumber utamanya yakni Pajak Hotel dan Pajak Restoran. Untuk persentase penerimaan, Kab. Boltim menjadi kabupaten dengan persentase realisasi penerimaan pajak yang rendah yang belum mencapai 40 persen di triwulan III ini.

b. Penerimaan Retribusi Daerah

Penerimaan Retribusi Daerah Sulut hingga Triwulan III 2020 secara agregat sebesar Rp215miliar atau 62,5

persen dari target, tumbuh sebesar 23,8 persen dibanding capaian triwulan III di tahun sebelumnya. Terdapat 2 Kabupaten yang penerimaan retribusi daerahnya sudah melebihi target,

yaitu Kab. Minahasa dan Kab. Boltim. Untuk nilai penerimaan retribusi daerah tingkat Kab/Kota, Kota Kotamobagu tercatat sebagai daerah dengan penerimaan retribusi terbesar di Triwulan ketiga pada dua tahun terakhir yang sumber utamanya berasal dari Retribusi Layanan Kesehatan yang mencapai Rp29 miliar di tahun 2020.

c. Penerimaan Hasil Kekayaan yang dipisahkan

Secara agregat, realisasi pos Penerimaan Hasil Kekayaan yang Dipisahkan di Sulut tercatat pada Triwulan III 2020 sebesar Rp58.3 miliar, atau 72 persen dari target yang telah ditetapkan. Tingginya penerimaan daerah dari pos penerimaan ini sebagian besar didapatkan

Grafik 3.3 Perbandingan Realisasi Retribusi Daerah (Rp Miliar)

Sumber: LRA Pemda (agregat), diolah

Grafik 3.4 Perbandingan Realisasi Kekayaan Yang Dipisahkan (Rp Miliar)

(28)

21

dari Bagian Laba (Dividen) yang dibagikan kepada Pemda atas penyertaan modal pada BUMD.

d. Lain-Lain PAD Yang Sah

Lain-lain PAD Yang Sah yang didapatkan pada triwulan III ini memiliki realisasi sebesar 178,3 miliar atau

56% dari target (pagu) awal tahun. Terdapat 2 Kabupaten yang sudah melebihi target, yaitu Kab. Minahasa Tenggara dan Kab. Bolmut,

selain itu Kab. Sangihe juga menunjukkan peningkatan realisasi yang lumayan besar dibandingkan pada triwulan III tahun lalu. Namun, tidak sedikit juga Pemda-pemda di lingkungan Provinsi Sulawesi Utara yang mengalami penurunan tingkat realisasi dibandingkan Triwulan III tahun lalu. Pendapatan bunga dan Pendapatan BLUD serta Lain-lain PAD yang sah lainnya menjadi tiga sumber utama dengan nilai terbesar di sektor ini.

2. Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat

Realisasi pendapatan transfer pemerintah pusat s.d Triwulan III tahun 2020 ke pemda lingkup Provinsi Sulut telah mencapai Rp10.106 miliar, atau 74 persen dari target. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, capaian realisasi pada periode laporan ini tidak ada perbedaan yang signifikan. Dari grafik yang tersedia, semua Pemda di lingkup Provinsi Sulawesi Utara, telah mencapai tingkat realisasi Transfer Pemerintah Pusat diatas 50 %, dengan satu Pemda yaitu Kota Tomohon sudah melampaui target dengan tingkat persentase realisasi 135%. Komposisi realisasi pendapatan transfer daerah sebagian besar berasal dari transfer DAU yang mencapai 70 persen, selanjutnya DAK sebesar 20 persen, Dana Penyesuaian sebesar 7 persen dan DBH sebesar 3 persen. Tingginya dana DAU sejalan dengan penguatan desentralisasi pemerintah pusat di daerah. Sementara itu, hal yang perlu mendapat perhatian adalah penggenjotan realisasi DAK Fisik lingkup Sulawesi Utara yang mencerminkan kinerja pelaksanaan kegiatan yang harus dimaksimalkan lagi. Sampai dengan akhir September 2020, dana DAK baru terealisasi sebesar Rp1,9 triliun dari pagu Rp3,5 triliun.

Grafik 3.5 Perbandingan Realisasi Lain-Lain PAD yang Sah (Rp Miliar)

(29)

22 3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

Capaian realisasi pos Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah s.d Triwulan III 2020 sebesar 8,5 persen dari target yang telah ditetapkan. Hanya beberapa pemda yang memasang target untuk pos Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.

B. Belanja Daerah

1. APBD Berdasarkan Jenis Belanja

Kinerja penyerapan anggaran daerah untuk periode sampai dengan Triwulan III 2020 tidak jauh berbeda namun sebagian besar mengalami penurunan disbanding dengan

dengan periode yang sama tahun 2019. Peningkatan yang paling besar disbanding Periode tahun lalu adalah pada Belanja Tak Terduga, yang bahkan sudah menembus tingkat persentase hingga 600% apabila dibandingkan dengan Pagu yang ada.

Realisasi belanja daerah secara keseluruhan (Pemprov dan Pemkab/Pemkot) sebesar Rp9,6 triliun atau sebesar 51 persen dari pagu.

Grafik 3.6 Perbandingan Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat s.d Triwulan III 2020

Sumber: LRA Pemda, diolah

Grafik 3.7 Proporsi Pagu Belanja dan Persenatase Realisasi s.d Triwulan III 2020

(30)

23

Ditinjau dari komposisi realisasi belanja daerah, belanja pegawai masih mendominasi belanja daerah di seluruh pemda lingkup Provinsi Sulawesi Utara. Sementara realisasi belanja modal yang paling berdampak bagi perekonomian baru terealisasi sebesar 24 persen. Pos belanja pembeda di tahun 2020 adalah belanja tak terduga yang telah terealisasi sebesar Rp250 miliar jauh melebihi pagu awal yang hanya Rp41 miliar, serta dialokasikannya Belanja lainnya sebesar Rp1,4 triliun sebagai bagian dari penanganan pandemi Covid-19. Bahkan total realisasi kedua pos tersebut dua kali lipat dari realisasi belanja modal.

2. Rasio Belanja

Salah satu arah kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan kualitas belanja dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah serta untuk menjamin ketersediaan kuantitas dan kualitas pelayanan dasar bagi masyarakat adalah dengan meningkatkan rasio belanja modal dan mengurangi rasio belanja pegawai terhadap total belanja daerah. Untuk itu dalam RPJMN tahun 2020-2024 memiliki sasaran Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan

Gotong-Royong, dan diharapkan rata-rata belanja modal seluruh pemda telah mencapai 30 persen dan rata-rata belanja pegawai mencapai 35 persen untuk kab/kota dan 13 persen untuk provinsi pada tahun 2020.

Pada APBD TA 2020, terdapat dua Pemda yang menganggarkan belanja pegawai dibawah target 35 persen RPJMN 2020-2024 yaitu Kab Bolaang Mongondow Timur dan Kab Bolaang Mongondow Utara. Sementara itu, Pemda Kab. Bolaang Mongondow Utara dan Pemda Kab. Bolaang Mongondow Timur dan Kab Minahasa Tenggara adalah pemda yang proporsi anggaran belanja modalnya di atas 30 persen. Seluruh pemda telah merealisasikan belanja pegawai hingga lebih dari 50% dan untuk belanja modal Kab. Sitaro menjadi pemda dengan tingkat realisasi paling tinggi, yaitu 40,3%.

Grafik 3.8 Rasio Belanja Pegawai dan Rasio Belanja Modal (Pagu) APDB Tahun 2020

(31)

24

Rendahnya rasio belanja modal di sebagian besar pemda di Sulawesi Utara tahun 2020 disebabkan rata-rata pemda yang sangat bergantung pada anggaran DAK Fisik untuk kegiatan belanja modal. Selain itu juga terdapat realokasi dan refocusing APBD akibat pandemi Covid-19 yang wajib dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Triwulan IV

Proyeksi realisasi APBD Semester II dilakukan secara empiris sama dengan proyeksi APBN yakni dengan menggunakan metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) dan menggunakan aplikasi Minitab Versi 18.1. Variabel yang digunakan dalam melakukan proyeksi Pendapatan dan Belanja adalah realisasi triwulanan tahun 2013-2020 yang bersumber LRA Pemda. Untuk pendapatan, yang digunakan adalah angka realisasi untuk 28 periode (n=28), sedangkan untuk Belanja (Barang dan Modal) menggunakan data persentase realisasi Triwulan III-IV (n=21). Hasil ringkas dapat dilihat di bawah, sedangkan hasil pengolahan data keseluruhan terdapat pada Lampiran II.

Prognosis Pendapatan (Angka dalam miliar)

ARIMA (0,1,1)

Total Proyeksi 2020 = Rp18.322,09

Prognosis Belanja Pegawai (Angka dalam persen)

ARIMA (0,0,2)

Total Proyeksi 2020 = 93,65% dari total Pagu Belanja Pegawai

Prognosis Belanja Barang (Angka dalam persen) ARIMA (0,0,1)

Total Proyeksi 2020 =

75,23% dari total Pagu Belanja Barang

Prognosis Belanja Modal (Angka dalam persen) ARIMA (0,0,1)

Total Proyeksi 2020 =

(32)

25

Proyeksi realisasi pendapatan Pemda sebesar Rp18.322,09 miliar, namun nilai yang digunakan dalam perhitungan adalah realisasi dengan kondisi normal. Dengan adanya

pandemi diprediksi terdapat penurunan pendapatan sebesar 20% dengan pertimbangan asumsi Kementerian Keuangan dan capaian realisasi hingga Triwulan III, sehingga angka proyeksi 2020 adalah sebesar Rp14.657,67 miliar. Belanja barang akan megalami penurunan terbesar dengan adanya efisiensi kegiatan perkantoran yang cukup besar dengan adanya WFH hingga rapat/sosialisasi yang bersifat daring serta pembatasan perjalanan dinas.

Sedangkan Belanja Modal Pemda diprediksi akan terserap sebesar 79%, dengan mempertimbangkan capaian realisasi sampai Triwulan III yang cukup rendah dengan persentase senilai 24,6%, namun nilai kontrak DAK Fisik yang merupakan sumber belanja modal terbesar pemda, tercatat mencapai 100% (data per 30 September 2020). Dengan demikian, penyerapan belanja modal berpotensi akan melonjak di kuartal akhir TA 2020.

Tabel 3.2 Prognosis Realisasi APBD Lingkup Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2020 (dalam miliar)

Uraian Pagu/ Target Realisasi Triwulan III 2020 (Rp) Prognosis TA 2020 (Rp) Prognosis TA 2020 (%) Prognosis Semester II 2020 (Rp) Realisasi Tahun 2019 (Rp) Growth (%) Keterangan Pendapatan 17.869,30 11.882,50 14.657,67 82% 2.775,17 15.992,30 -8,3% Kemenkeu memprediksi penurunan penerimaan sebesar 10% akibat covid

Belanja

Bel Pegawai 6.557,00 4.521,50 6.140,63 93,65% 1.619,13 5.873,30 4,6%

Bel Barang 4.901,70 2.166,70 3.687,55 75,23% 1.520,85 4.425,80 -16,7%

Bel Modal 3.616,80 888,70 2.858,36 79,03% 1.969,66 3.014,40 -5,2%

Telah dilakukan realokasi pagu belanja oleh

(33)

26

BAB IV

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN

ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian

Ekonomi Sulawesi Utara Triwulan III-2020 Tumbuh -1,83 persen (Y-on-Y). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Sulut Triwulan I s/d III 2020 dibandingkan dengan Triwulan I s/d III 2019 tumbuh sebesar -0,57 persen. Realisasi Pendapatan Negara dari Penerimaan Perpajakan mencatatkan kenaikan 8,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun anggaran yang lalu. Meskipun penerimaan PNBP turun -1,8 persen namun Pendapatan Negara dari Hibah meningkat 30,3 persen pada perode ini. Imbas pandemi Covid-19 sangat berpengaruh pada Realisasi Pendapatan dan Belanja Negara Konsolidasian. Realisasi Pendapatan Negara Konsolidasian masih mampu mencatatkan kenaikan meskipun hanya dalam kisaran 5 persen, sedangkan Belanja Negara Konsolidasian mengalami penurunan -3,6 persen.

Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Negara Konsolidasian

B. Pendapatan Konsolidasian

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Perpajakan masih mendominasi sumber penerimaan, baik di Pusat maupun Daerah. Sumber utama penerimaan pajak dari sektor usaha adalah sektor perdagangan, perkebunan, dan industri, serta pemerintahan, sedangkan ditinjau dari daerah, Kota Manado dan Kota Bitung sebagai pusat perdagangan dan industri merupakan sumber utama perpajakan. Sedangkan, porsi PNBP sebagian besar bersumber dari

(34)

27

penerimaan BLU sektor Kesehatan (RS Kandou, RS Bhayangkara, dan RS Monginsidi) dan sektor pendidikan (Universitas Sam Ratulangi dan Poltekkes Manado).

Demikian juga dengan porsi penerimaan daerah dimana penerimaan pajak masih dominan dibanding PNBP. Pajak kendaraan bermotor masih menjadi andalan penerimaan pajak

daerah. Sedangkan PNBP Daerah disokong dari retribusi daerah maupun hasil kekayaan daerah yang dipisahkan seperti deviden dan Jasa Giro Kas Daerah.

2. Analisis Perubahan

Pendapatan konsolidasian selain dana transfer mengalami penurunan yang bersumber baik dari pendapatan pusat maupun daerah. Penurunan pendapatan tersebut disebabkan terutama oleh pembatasan aktivitas akibat pademi corona termasuk kegiatan perekonomian yang akhirnya berimbas pada pendapatan negara (Pajak dan PNBP).

Pendapatan daerah mengalami penurunan yang lebih dalam jika dibandingkan dengan pendapatan pusat. Penurunan drastis terutama pada pajak hotel dan restoran yang hanya mencapai Rp71,22 miliar, turun 63,29% dibanding periode Triwulan III tahun 2019 yang mampu membukukan Rp194,02 miliar. Ditutupnya penerbangan internasional akibat Covid-19 sangat mempengaruhi sektor pariwisata yang berimbas pada penurunan tingkat hunian kamar hotel dan ditutupnya beberapa restoran besar yang sering dikunjungi wisatawan asing. Selain itu, terdapat inisiatif positif pemerintah daerah yang bersedia memberikan kebijakan relaksasi pajak terhadap usaha-usaha di sektor pariwisata agar mampu bertahan di masa sulit ini, meski pendapatan daerah akan mengalami penurunan. Sedangkan penurunan dari penerimaan pajak kendaraan bermotor

74.1% 62.8% 25.9% 35.1% 0.0% 2.1% Pusat Daerah

Grafik 4.1 Perbandingan Penerimaan Pusat dan Daerah Triwulan III 2020 Perpajakan PNBP Hibah Pusat Daerah Tw III 2020 3,556.67 1,554.40 Tw III 2019 2,060.94 1,202.09 Perubahan 72.58% 29.31%

Grafik 4.2 Perubahan Total Pendapatan Pusat dan Daerah selain Dana Transfer

(35)

28

menggambarkan tendensi penundaan pembayaran pajak oleh sebagian masyarakat akibat penurunan bahkan hilangnya sumber pendapatan masyarakat dengan adanya pembatasan kegiatan perekonomian.

3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan realisasi pendapatan konsolidasian

Melambatnya pertumbuhan ekonomi regional y-to-y menunjukkan korelasi positif dengan penerimaan perpajakan maupun PNBP Konsolidasian. Pendapatan konsolidasian turut mengalami penurunan dibanding periode sebelumnya. PDRB yang bersumber dari pertumbuhan sektor pertanian sebagai kontributor terbesar PDRB Sulut mampu meredam penurunan PDRB secara keseluruhan. Sektor Perdagangan besar dan eceran, transportasi dan pergudangan dan sektor akomodasi, rumah makan menjadi sektor yang paling merasakan dampak corona sekaligus berpengaruh besar terhadap penurunan pendapatan negara konsolidasian Provinsi Sulawesi

Utara. Sektor Pertanian menjadi sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 0,94 persen sedangkan Transportasi menjadi sumber kontraksi terdalam yaitu -1,47 persen. C. Belanja Konsolidasian

1. Analisa Proporsi dan Perbandingan

Proporsi realisasi belanja antara pusat dan daerah untuk Triwulan III tahun 2020 menunjukkan perbedaan yang signifikan. Belanja barang sangat dominan di pusat, sedangkan belanja daerah didominasi oleh belanja pegawai. Hal yang perlu menjadi perhatian adalah serapan belanja modal, khususnya daerah, yang sangat rendah. Terhambatnya berbagai kegiatan tender hingga pelaksanaan kegiatan akibat pembatasan aktivitas akibat pandemi corona menjadi alasan utama lambatnya realisasi belanja modal.

Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan Konsolidasi Pusat/Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi Prov. Sulut Periode Triwulan III tahun 2020 dan 2019 (dalam miliar)

Uraian Realisasi Tw III 2020 Realisasi Tw III 2019 Growth PDRB (Harga Berlaku) 33.329 33.077 0,76% Penerimaan Perpajakan 3.613,73 3.324,48 8,70% PNBP 1.464,84 1.492,39 -1,85%

(36)

29 2. Analisis Perubahan

Realisasi belanja konsolidasian Sulut Triwulan III 2020 tercatat sebesar Rp15.112,58 miliar, turun 3,6 persen dari struktur belanja dari periode yang sama tahun sebelumnya. Belanja operasional masih mendominasi komposisi belanja konsolidasian.

Terjadi penurunan porsi belanja barang konsolidasian yang cukup drastis dari 36 persen di tahun 2019 menjadi 30 persen di tahun 2020 yang disebabkan karena perkantoran yang melakukan sistem WFH akibat pandemi corona sehingga biaya operasional kantor mengalami penurunan.

46.18% 51.89% 39.78% 24.87% 13.87% 10.20% 9.43% Pusat Daerah

Grafik 4.3 Perbandingan Proporsi Realisasi Belanja Pusat dan Daerah di Prov. Sulut Triwulan III tahun 2020

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Hibah

46.7% 36.0% 14.4% 2.5% 49.8% 30.3% 11.5% 6.0% Bel. Pegawai Bel. Barang Bel. Modal Hibah Bantuan Sosial

Grafik 4.4 Komposisi Belanja Konsolidasian Prov. Sulut

sumber: GFS Sulut, diolah

2018

(37)

30 3. Analisis dampak kebijakan fiskal kepada indikator ekonomi regional

Kebijakan fiskal pemerintah terutama dari sisi belanja, diharapkan mampu berkontribusi secara optimal, tidak hanya pertumbuhan ekonomi regional, namun juga terhadap pemerataan pendapatan maupun peningkatan daya beli masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan berbagai indikator ekonomi regional.

Tabel 4.3 Korelasi antara Belanja Pemerintah terhadap beberapa Indikator Ekonomi Regional

Indikator/Variabel s.d. Tw III 2020 s.d. Tw III 2019 Growth

Belanja Pemerintah (miliar Rupiah) 15.112,58 15.683,63 -3,64%

Inflasi Tahun Kalender (per September) -0,36% 4,77% -5,13%

Jumlah Pengangguran (per Agustus) 90.248 64.107 26.141

Angkatan Kerja yang Bekerja (per Agustus) 1.225.050 1.128.677 96.373

sumber: GFS Sulut, BPS Sulut, diolah Data di atas menunjukkan bahwa penurunan realisasi belanja pemerintah di Sulut sebesar -3,64 persen, sementara pada periode yang bersamaan terjadi penurunan nilai inflasi hingga -5,13 persen. Peningkatan angka pengangguran pada bulan Agustus 2020 lebih disebabkan jumlah usia angkatan kerja yang mencapai 1.225.050 jiwa, namun tidak mampu terserap oleh lapangan kerja. Meskipun tidak terdapat penjelasan secara langsung atas dampak belanja pemerintah, namun demikian dapat disimpulkan bahwa perlambatan government spending turut mempengaruhi berbagai indikator ekonomi regional.

Deflasi yang terjadi di Sulawesi Utara sebenarnya lebih dikarenakan sisi demand

masyarakat yang menahan diri untuk tidak belanja dengan adanya pandemi Covid-19, sehingga supply barang cukup melimpah. Yang patut diwaspadai adalah, pada saat pembatasan sosial sudah dilonggarkan sehingga masyarakat dapat beraktivitas kembali secara normal namun persediaan barang kurang tersedia di pasar, maka akan berdampak pada peningkatan potensi inflasi. Hal yang harus dilakukan pemerintah daerah adalah memanfaatkan dana yang ada untuk memastikan ketersediaan supply barang dan jasa tetap terjamin. Selain itu, proyek pemerintah perlu dialihkan ke jenis kontrak padat karya agar mampu menarik lebih banyak pekerja sekaligus menekan angka pengangguran di tengah banyaknya kasus PHK akibat Covid-19.

(38)

31 D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB)

Berdasarkan data BPS, Ekonomi Sulawesi Utara Triwulan III-2020 Tumbuh -1,83 persen (Y-on-Y). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Sulut Triwulan I s/d III 2020 dibandingkan dengan Triwulan I s/d III 2019 tumbuh sebesar -0,57 persen.

Data korelasi pertumbuhan realisasi belanja pemerintah per triwulan III 2020 (y-o-y) dengan laju pertumbuhan berbagai sektor lapangan usaha di Sulut menunjukkan bahwa realisasi belanja pemerintah yang minus berkorelasi positif terhadap pertumbuhan di hampir semua sektor lapangan usaha yang juga menunjukkan penurunan. Hal tersebut mengindikasikan keterkaitan dan peran belanja pemerintah terhadap pertumbuhan berbagai sektor pada PDRB. Belanja pemerintah kurang mampu memberikan dukungan terhadap berbagai sektor lapangan usaha sekaligus meredam pelemahan perekonomian global akibat pandemi Covid-19.

Dua sektor lapangan usaha yang paling terdampak dengan pertumbuhan terkontraksi adalah sektor Akomodasi, Makanan dan Minuman mencapai -32 persen, dan Transportasi dan Pergudangan hingga -16,47 yang merupakan imbas melemahnya sektor pariwisata dengan ditutupnya penerbangan internasional Bandara Sam Ratulangi. Seharusnya inilah yang menjadi perhatian khusus pemerintah bagaimana mengalihkan sementara perekonomian sektor tersebut ke sektor lain melalui penyediaan lapangan usaha alternatif untuk pengusaha dan tenaga kerja yang terdampak.

2017 2018 2019 2020 47.43% 47.49% 48.0% 46.2% 17.06% 17.68% 18.6% 15.2% 34.34% 34.74% 34.0% 37.7% 1.16% 0.09% 0.0% 0.9%

Grafik 4.5 Distribusi G pada PDRB Triwulan III

(39)

32 Tabel 4.4 Korelasi antara Belanja Pemerintah terhadap

Pertumbuhan Sektor Lapangan Usaha (Y-on-Y)

Sektor/Variabel Growth

Belanja Pemerintah -3,64%

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,91

Pertambangan dan Penggalian -5,05

Industri Pengolahan 5,14

Pengadaan Listrik dan Gas 9,62

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 7,32

Konstruksi -6,30

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor -1,68

Transportasi dan Pergudangan -16,47

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum -32,00

Informasi dan Komunikasi 9,95

Jasa Keuangan dan Asuransi 4,11

Real Estate 2,16

Jasa Perusahaan -7,83

Adm Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib -0,10

Jasa Pendidikan 0,99

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial -1,01

Jasa lainnya -19,60

sumber: GFS Sulut, BPS Sulut, diolah

Tumbuhnya sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 4,91 persen dan sektor Industri Pengolahan hingga 5,14 persen terkait dengan komoditas utama Sulawesi Utara yakni Kopra. Pertanian Kelapa dan Pengolahan Kopra juga menjadi modal utama konsistensi ekspor Sulawesi Utara. Kedua sektor tersebut juga mampu menjaring tenaga kerja informal yang cukup besar. Dari ketiga fakta tersebut, dapat dijadikan langkah strategis selanjutnya bagi pemerintah daerah di Sulawesi Utara untuk memberikan dukungan pada kedua sektor tersebut baik dari sisi kebijakan maupun permodalan agar mampu bertahan dan bahkan tumbuh. Dengan demikian, kedua sektor tersebut mampu menjadi penahan resesi sekaligus dapat membuka lapangan kerja alternatif di tengah penuruan kinerja sektor lainnya.

(40)

33

BAB V

ISU REGIONAL: DAMPAK KORONA TERHADAP

PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA

Dampak Covid-19 selama hampir 8 (delapan) bulan terakhir di Indonesia

masih memerlukan penanganan yang komprehensif dan

extraordinary

oleh

pemerintah melalui berbagai strategi dan kebijakan yang terukur dan bersinergi,

baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dari sisi ekonomi,

pandemi Covid-19 berdampak pada dua sisi, baik konsumsi maupun produksi.

Pembatasan sosial berujung pada berhentinya aktivitas dan turunnya kinerja

perekonomian.

Perkembangan kasus pandemi COVID-19 di Sulawesi Utara

Sampai dengan tanggal 30 September 2020 tercatat sebanyak 4.487 kasus

positif di Sulawesi Utara yang sebagian besar terdapat di Kota Manado. Dengan

dibukanya sejumlah laboratorium pengujian sampel Covid-19 di Kota Manado,

yakni di Balai Teknik Kesehatan

Lingkungan

dan

Pencegahan

Penyakit (BTKLPP) di Mapanget Kota

Manado dan RSUP Prof Kandou

Manado, bertambahnya jumlah pasien

yang terkonfirmasi positif mengalami

peningkatan yang cukup signifikan.

Selain itu, dengan dilonggarkannya

pembatasan dan dibukanya beberapa

pusat perbelanjaan (

the new normal

)

menjadi

salah

satu

faktor

meningkatnya

jumlah

masyarakat

yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Pemerintah

Daerah

telah

melakukan berbagai upaya pencegahan penyebaran virus COVID-19 di Sulawesi

Utara melalui berbagai kebijakan dan aturan, diantaranya dengan meniadakan

kegiatan belajar mengajar di sekolah (

Study from Home

), mengurangi kegiatan

perkantoran (

Work From Home

), menutup tempat hiburan yang dapat

(41)

34

kegiatan keagamaan di Rumah Ibadah (meskipun kini sudah mulai ada beberapa

yang buka dengan tetap memperhatikan kapasitas jemaat).

Dampak COVID-19 terhadap perekonomian Sulawesi Utara

Gambaran perekonomian Sulawesi Utara selama sembilan bulan terakhir

tercermin dalam Indeks Harga

Konsumen (IHK) yang dirilis

oleh BPS Sulut. Dari tabel

tersebut terlihat bagaimana

perekonomian Sulawesi Utara

menurun drastis mulai bulan

Maret

2020

sejak

ditetapkannya wabah Covid-19

di

Indonesia

serta

berkurangnya

penerbangan

internasional di Bandara Sam Ratulangi Manado.Kota Manado pada September

2020 mengalami deflasi sebesar 0,36 persen karena adanya penurunan Indeks

harga Konsumen (IHK) dari 105,26 pada bulan Agustus 2020 menjadi 104,88

pada September 2020 dan secara tahun kalender sebesar 1,01 persen serta

inflasi “

year on year” sebesar -0,99 persen.

Dari sisi tenaga kerja, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi

Sulawesi Utara hingga Agustus 2020 tercatat adanya peningkatan

Pengangguran Terbuka sebesar 1,36 persen dibanding tahun sebelumnya pada

bulan yang sama dengan Tingkat Pengangguran Terbuka pada Agustus 2020

adalah 7,37 Persen, dimana terjadi

peningkatan yang cukup tinggi di daerah

perkotaan (tertinggi di Kota Manado)

dengan didominasi latar pendidikan pada

jenjang SMK. Dalam setahun terakhir,

persentase

pekerja

setengah

penganggur dan pekerja paruh waktu

naik masingmasing sebesar 4,57 persen

dan 7,46 persen, dimana struktur

lapangan pekerjaan utama berada pada

Gambar

Grafik 1.1 Perkembangan PE Sulut dan  Nasional (%)
Grafik 1.4 Profil Tingkat Kemiskinan Sulut dan  Nasional (%)
Tabel 2.1 Pelaksanaan APBN di Sulut
Tabel Realisasi Satker BLU Prov. Sulut s.d Q3 TA 2020
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai R Square sejumlah 0,884 menunjukkan pengertian bahwa tingkat kemudahan akses pengunjung dipengaruhi variabel-variabel kualitas area pedestrian di dalam Plaza Senayan

SUB SEKTOR PETERNAKAN NO KECAMATAN Mekakau Ilir Banding Agung Warkuk Ranau Selatan BPR Ranau Tengah Buay Pemaca 6 Simpang Buana Pemaca Muaradua Buay Rawan 10 Buay Sandang Aji 11

(1995) didapatkan bahwa penggantian plasma semen kerbau dengan plasma semen sapi dan diencerkan dengan pengencer laktosa cenderung memberikan hasil yang lebih baik daripada

tentang materi tentang materi percakapan percakapan • • Mendemonstra Mendemonstra sikan sikan percakapan percakapan dengan dengan • • Memberikan Memberikan  jawaban dengan

antigen# ntibodi monoklonal tidak hanya mempertahankan tubuh untuk mela!an organisme penyakit tetapi &uga dapat menarik molekul target lainnya di dalam tubuh seperti

Menurut Woodward keunikan Islam Jawa bukan karena ia mempertahankan aspek- aspek kebudayaan agama pra-Islam, tetapi karena konsep-konsep sufi menganai kewalian,

Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang diperoleh adalah komposisi ikan yang tertangkap dengan alat tangkap cantrang di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo terdiri

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana pembagian harta warisan pada masyarakat di Desa Cibuluh ditinjau dari hukum waris Islam,