• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaranexperiential Learningterhadapkemampuan Menulis Karangan Narasi Siswakelasxi Smk Tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak Tahun Pembelajaran 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaranexperiential Learningterhadapkemampuan Menulis Karangan Narasi Siswakelasxi Smk Tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak Tahun Pembelajaran 2012/2013"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

0

PENGARUH MODEL PEMBELAJARANEXPERIENTIAL

LEARNINGTERHADAPKEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWAKELASXI SMK TARBIYAH ISLAMIYAH

HAMPARAN PERAK TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013

Wita Dwi Payana

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran experiential learning terhadap kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas XI SMK Tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak Tahun Pembelajaran 2012/2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI SMK Tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak tahun pembelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 4 (empat) kelas yang berjumlah 128 orang. Dari populasi tersebut diambil sampel penelitian sebanyak 64 orang yang dibagi menjadi 32 siswa sebagai kelas kontrol dan 32 siswa sebagai kelas eksperimen. Teknik pengambilan sampel adalah secara sampel bertujuan atau purposive sample.

Metode dalam penelitian ini bersifat quasi eksperimen (eksperimen semu), hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori termasuk dalam kategori cukup dengan nilai rata-rata (mean) yang diperoleh siswa adalah 69,12, sedangkan kemampuan siswa menulis karangan narasi dengan menggunkan model pembelajaran experiantial learning termasuk dalam kategori baik dengan nilai rata-rata (mean) yang diperoleh siswa adalah 76,7. Selanjutnya pengujian hipotesis menunjukkan thitung (3,27) > ttabel (2,00) pada taraf signifikan α = 0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, berarti ada pengaruh model pembelajaran experiential learning terhadap kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas XI SMK Tarbiyah Islamiyah Tahun Pembelajaran 2012/2013.

Hal ini menunjukkan bahwa hasil pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan model pembelajaran experiential learning lebih baik dari pada hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori. Dan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran experiential learning berpengaruh positif terhadap kemampuan menulis karangan narasi. Kata Kunci: Model Pembelajaran Experiential Learning, Kemampuan Menulis, Karangan Narasi

(2)

1 PENDAHULUAN

Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Kemampuan berbahasa tersebut dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Salah satu dari ke-empat aspek berbahasa tersebut adalah keterampilan menulis.

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung (Tarigan, 2005:4).Kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata.Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik secara terus menurus dan teratur.Keterampilan menulis bukan hanya sekedar merangakai kata untuk dijadikan kalimat, merangkai kalimat untuk dijadikan paragraf dan merangkai paragraf untuk dijadikan sebuah karangan.Tetapi kegiatan menulis menuangkan perasaan, gagasan dan untuk menyampaikan pesan.Hal ini disampaikan secara logis dan sistematis serta menggunakan bahasa yang baik sehingga mudah dimengerti oleh pembaca.

Pembelajaran menulis di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat di kelas XI SMK.Materi menulis dalam kurikulum untuk siswa kelas XI SMK yaitu 2.12Menulis wacana yang bercorak naratif, deskriptif, ekspositoris, dan argumentatif.Adapun tujuan kurikulum tersebut tidak hanya sebatas siswa mengetahui apa itu menulis akan tetapi sampai pada kegiatan menulis itu sendiri. Siswa diharapkan dapat menguasai ragam keterampilan menulis yang tercakup dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.Tetapi dalam kenyataannya pembelajaran menulis di sekolah kurang diminati khususnya menulis karangan narasi, sehingga siswa tidak punya kemampuan untuk menuangkan ide-ide kreatifnya dalam tulisan yang berbentuk karangan narasi.

(3)

2

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan salah satu guru bidang studi bahasa Indonesia di SMK Tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak berkaitan dengan kemampuan menulis siswa, yang tepatnya sekolah tersebut tempat peneliti akan melakukan penelitian pada semester genap tahun pembelajaran 2012/2013 berkaitan dengan materi yaitu menulis karangan narasi, bahwasanya di sekolah tersebut juga belum pernah dilakukan penelitian dengan permasalahan yang sama dan jumlah siswa di sekolah tersebut memadai untuk dijadikan sampel penelitian, sehingga data yang diperoleh lebih sahih.

Hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa dalam pembelajaran menulis karangan narasi masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Ternyata siswa kurang berminat dalam menulis karangan narasi karena dianggap sukar. Siswa juga kesuliatan dalam menyampaikan ide-ide kreatif mereka ke dalam karangan narasi sehingga hasil yang diperoleh dalam menulis karangan narasi tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh standar KKM menulis karangan narasi yaitu 70.

Selain itu rendahnya kemampuan menulis karangan narasi dapat dibuktikan pada penelitian Deswita (2005) dengan judul “Efektivitas Pendekatan Kontekstual dalam Mengembangkan Kerangka Karangan Narasi oleh Siswa Kelas VII SMP Swasta Al-Maksum Percut Sei Tuan Tahun Pembelajaran 2004/2005”.Hasil analisis data menyatakan bahwa kemampuan siswa menulis karangan narasi masih kurang memenuhi nilai yang memuaskan, dilihat dari nilai rata-rata kemampuan menulis karangan narasi adalah 65,2.

Hal serupa juga dibuktikan oleh Anak Agung Ratna Rakasiwi dalam jurnal penelitian yang berjudul “Penggunaan Media Brosur Perjalanan Wisata sebagai Strategi untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA Saraswati Singaraja Tahun Pembelajaran 2012/2013”, dari hasil penelitian dibuktikan bahwa nilai rata-rata siswa dalam tes awal menulis karangan narasi masih tergolong rendah yaitu 60,8. Penelitian lainnya dalam jurnal yaitu “Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi dengan Menggunakan Multimedia Siswa Kelas X MAN 1 Medan Tahun Pembelajaran 2012/2013” yang dilakukan oleh Ahmad Asrul Nasution menyatakan bahwa nilai rata-rata siswa

(4)

3

sebelum mendapat perlakuan dalam menulis karangan narasi yaitu 65,66. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis karangan narasiperlu ditingkatkan lagi dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan data hasil penelitian di atas, peneliti juga menemukan masalah pada saat melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan Terpadu (PPL-T) 2012, peneliti melihat bahwa pembelajaran menulis karangan narasi di sekolah cenderung kurang menggembirakan, terbukti dari hasil tulisan yang khususnya tulisan karangan narasi. Hal ini disebabkan guru hanya menugasi siswa untuk menulis karangan narasi tanpa pengarahan bagaimana langkah-langkah menulis karangan narasi yang baik, serta kurangnya motivasi dan cara guru untuk meningkatkan kreativitas siswa. Selain itu, model pembelajaran yang dilakukan cendrung bersifat ekspositori (siswa hanya mendengarkan teori yang disampaikan oleh guru di dalam kelas).Dalam menerangkan pelajaran, guru cendrung terfokus pada ceramah dan penerapan teori-teori pelajaran yang kaku, serta kurang melibatkan siswa melakukan interaksi pengajaran. Akibatnya, siswa menjadi jenuh dan malas mengikuti proses belajar di kelas.

Berkenaan dengan itu, Sagala (2005:55) mengatakan, “Terdapat faktor yang menyebabkan perubahan pada individu ketika pembelajaran berlangsung, (1) kesulitan bahan yang dipelajari meningkat, sehingga yang belajar tidak mampu menyelesaikan sekalipun yang belajar terus menerus berusaha, (2) model belajar yang digunakan tidak memadai sehingga upaya yang dilakukan sia-sia belaka, dan (3) kejenuhan belajar yang disebabkan oleh keletihan atau kelelahan badan”.

Untuk itu dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan ide-ide mereka tersebut.Salah satu model yang tepat adalah model pembelajaran Experiential Learning(Pembelajaran Berbasis Pengalaman). Dibandingkan dengan model lain seperti model pembelajaran ekspositori, model pembelajaran Experiential Learning diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan ide-idenya dalam menulis karangan.

Hal ini telah berhasil dibuktikan oleh Ai Sri Rahayu dalam jurnal penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis dengan Menggunakan Model Pembelajaran The Expereintial Approach/Experiential Learning Siswa SMA Negeri di Kabupaten Cianjur Tahun Ajaran 2007/2008”,

(5)

4

nilai rata-rata tes akhir menulis cerpen setelah mendapat perlakuan dengan model

Experiential Learning adalah 82,2.

Selain itu Elfriati Siregar dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Experiential LearningTerhadap Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Prayatna Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010”. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan rata-rata pada siklus akhir pembelajaran yaitu sebesar 79,5. Model pembelajaran Experiential

Learningtelah berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi.Oleh

karena itu, untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi, penulis tertarik untuk menerapkan model pembelajaran tersebut.

Mengacu kepada hal tersebut, guru dituntut untuk mencari model pembelajaran yang tepat, guna merangsang dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi. Model pembelajaran Experiential Learning

diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan ide-idenya dalam menulis karangan narasi. Model pembelajaran Experiential Learning merupakan model pembelajaran yang proses pembelajarannya diarahkan untuk mengaktifkan pembelajaran dalam membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap melalui pengalamannya secara langsung.

Model pembelajaran Experiential Learning secara sederhana dapat diartikan sebagai pembelajaran melalui pengalaman, dalam pengertian siswa diarahkan untuk belajar melalui proses mengalami sendiri topik yang sedang dipelajarinya. Dengan pembelajaran model ini membuat siswa belajar secara aktif dan dengan personalisasi yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk tulisan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Learning terhadap Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas XI SMK Tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak Tahun Pembelajaran 2012/2013”.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.Metode eksperimen digunakan dengan maksud melihat akibat dari

(6)

5

suatu perlakuan.Metode ini digunakan untuk melihat pengaruh model pembelajaran experiential learning terhadap kemampuan menulis karangan narasi.

Penelitian ini dilakukan di SMK Tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak.Pertimbangan memilih lokasi ini karena keadaan dan situasi sekolah dan jumlah siswa mendukung untuk diadakan penelitian. Pada sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai peningkatan kemampuan menulis karangan narasi dengan menggunakan model pembelajaran experiential learning. Sekolah tersebut juga memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung diadakannya penelitian.Penelitian diadakan pada semester genap tahun pembelajaran 2012/2013.Populasi siswa mencapai 128 orang yang tersebar ke dalam 4 kelas.Berdasarkan populasi tersebut, diambil sampel sebanyak 64 orang siswa. Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel adalah teknik bertujuan atau

purposive sample, maka setiap siswa memiliki hak yang sama untuk dijadikan sampel penelitian.

Jenis desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian yang digunakan adalah post test only control design group. Dikuatkan pendapat Arikunto (2006:12) yang mengemukakan bahwa post test only control design

groupyaitu eksperimen yang dilaksanakan dengan memberi perlakuan yang

berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelompok eksperimen yang berjumlah 32 orang diberi pengajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan model pembelajaran Experiential Learning.Kelompok kontrol yang berjumlah 32 orang diberi pengajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori, kemudian diadakan post test untuk kedua kelompok tersebut.

Data yang terkumpul setelah penelitian selanjutnya akan dianalisis guna mencari hasil yang maksimal. Langkah-langkah analisis tersebut dilakukan dengan menstabulasi skor kelas eksperimen dan kelas kontrol, mencari mean kelas eksperimen dan kelas kontrol, dan menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji “t” setelah menguji normalitas dan homogenitas data penelitian.

(7)

6 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah melaksanakan prosedur penelitian diperoleh hasil penelitian yaitu, kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi yang menggunakan model pembelajaran ekspositori menunjukan hasil dalam kategori cukup dengan nilai rata-rata adalah 69,12, dengan nilai tertinggi 90 dan terendah 55.

Kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi yang menggunakan model pembelajaran experiential learning menunjukan hasil dalam kategori baik dengan nilai rata-rata adalah 76,75, dengan nilai tertinggi 95 dan terendah 60.

Terlihat dari temuan penelitian bahwa hasil pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori tergolong dalam kategori cukup dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 69,12, yang mendapat nilai sangat baik sebanyak 3 orang atau 9,375%, baik sebanyak 14 orang atau 43,75%, dan cukup sebanyak 15 orang atau 46,875%.

Hasil pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan model pembelajaran experiential learning tergolong dalam kategori baik dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 76,75, sebanyak 8 orang atau 25% mendapat kategori sangat baik, sebanyak 20 orang atau 62,5% mendapat kategori baik, sebanyak 4 orang atau 12,5% mendapat kategori cukup.

Pada uji normalitas data kelas kontrol dapat diperoleh harga Lhitung = 0,1516, dari tabel kritis L untuk uji Lilliefors dengan N = 32 dan taraf nyata α = 0,05 di dapat Ltabel = 0,1566. Setelah dibandingkan ternyata Lhitung< Ltabel atau 0,1516 < 0,1566. Maka dapat disimpulkan bahwa data varabel X2 berdistribusi normal dan uji normalitas data kelas eksperimen dapat diperoleh harga Lhitung = 0,1379, dari tabel kritis L untuk uji Lilliefors dengan N = 32 dan taraf nyata α = 0,05 di dapat Ltabel = 0,1566. Setelah dibandingkan ternyata Lhitung< Ltabel atau 0,1379 < 0,1566. Maka dapat disimpulkan bahwa data varabel X1 berdistribusi normal.

(8)

7

Sementara itu uji homogenitas diperoleh X2 (Chi Kuadrat) hitung sebesar 4,74. Harga X2 tabel pada taraf kepercayaan 95% dengan dk 31 adalah 43,7. Ternyata X2 hitung < X2 tabel yaitu 4,74 < 43,7. Hal ini membuktikan bahwa varians populasi adalah homogen.

Berdasarkan data pada uji normalitas dan uji homogenitas yang sudah dipaparkan di atas, maka data dalam penelitian ini adalah berdistribusi normal dan varians populasi yang homogen. Selanjutnya pada pegujian hipotesis dengan menggunakan uji “t” setelah t0 diperoleh,selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel t pada taraf signifikan 5% dengan dk = (N1 + N2) – 2 = (32 + 32) – 2 = 62. Pada tabel t dengan dk = 62 diperoleh taraf signifikan 5% = 2,00. Oleh karena t0 yang diperoleh lebih besar dari ttabei, yaitu 3,27 > 2,00 maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran experiential learning berpengaruh positif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi.

PENUTUP

Berdasarkan latar belakang, hasil penelitian, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

Kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas XI SMK Tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan narasi dengan menerapkan model pembelajaran experiential learning mengalami peningkatan. Hasil post-test kelas kontrol menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai sebesar 69,12%. Artinya, siswa kelas XI SMK Tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak belum mampu dalam pembelajaran menulis karangan narasi karena nilai rata-rata tersebut masih termasuk ke dalam kategori cukup. Selain itu, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di sekolah tersebut tidak tercapai. Sedangkan hasil post-test kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai sebesar 76,75%. Artinya, siswa kelas XI SMK Tarbiyah Islamiyah Hamparan Perakmampu dalam pembelajaran menulis karangan narasi karena nilai rata-rata tersebut masih termasuk ke dalam kategori baik. Selain itu, Kriteria

(9)

8

Ketuntasan Minimal (KKM) di sekolah tersebut telah tercapai, bahkan melebihi nilai yang di tetapkan, yaitu 70. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa dalam menulis karangan narasidi kelas kontrol dan kelas eksperimen, yaitu terjadinya peningkatan nilai rata-rata hasil post-test sebesar 7,63%.

Selain itu, perilaku siswa kelas XI SMK Tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan narasi dengan menerapkan model pembelajaran experiential learningmengalami perubahan. Perubahan perilaku siswa dapat terlihat secara jelas pada saat proses pembelajaran berlangsung. Disaat pembelajaran di kelas kontrol berlangsung, kegiatan pembelajaran siswa terlihat kurang bersemangat. Sebagian siswa masih bingung untuk mengerjakan tes kemampuan menulis karangan narasi yang diberikan. Selain itu, siswa terlihat kurang konsentrasi dalam mengerjakan tes kemampuan menulis karangan narasi sehingga ada beberapa siswa yang peneliti temukan sedang bertukar pikiran dengan siswa lainnya. Hal ini dikarenakan siswa tidak tahu dan ragu-ragu untuk mengerjakan tes kemampuan menulis karangan narasi yang diberikan guru.

Sedangkan di kelas eksperimen pada post-test terjadi perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Siswa terlihat lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran yang diterapkan guru. Hal tersebut dapat diketahui dari peningkatan respon positif yang ditunjukkan siswa. Sikap siswa sebagian besar sudah mampu menyesuaikan diri dan berkonsentrasi pada pembelajaran yang diterapkan peneliti. Mereka terlihat senang terhadap pembelajaran yang mencoba mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan yang seharusnya mereka miliki. Dalam mengerjakan tes pun siswa sudah terlihat lebih semangat dan yakin akan petunjuk yang akan dibuat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis karangan narasi dengan menerapkan model pembelajaran

experiential learning dapat memicu adanya peningkatan perilaku positif siswa dan dapat mengurangi perilaku negatif siswa ke arah yang lebih baik.

(10)

9

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Arend. 2008. Learning To Teach (Belajar untuk Mengajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Gie, The Liang. 2003. Terampil Mengarang. Yogyakarta: ANDI.

Indriani, Dina. 2011. Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif. Yogyakarta: Diva Press

Keraf, Gorys. 2004. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.

Kolb, David A. 1984. Experiential Learning:Experince as The Source of Learning and Development. Western Reserve University: New Jersev.

Kosasih, E. 2004. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya.

Nasution. 2011. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Sagala, Sayful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sanjaya, Wina. 2007. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses

pendidikan. Jakarta : Prenada media group.

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : RajawaliPers. Semi, Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Jaya.

Tarigan, Henry Guntur. 2005. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Integratif. Jakarta: Kencana.

Deswita. 2005. Skripsi. Efektivitas Pendekatan Kontekstual dalam Mengembangkan Kerangka Karangan Narasi oleh Siswa Kelas VII SMP

Swasta Al-Maksun Percut Sei Tuan Tahun Pembelajaran 2004/2005.

Medan: Unimed.

Rakasiwi. A.G. Ratna. 2013. Jurnal. Penggunaan Media Brosur Perjalanan Wisata sebagai Strategi untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA Saraswati Singaraja Tahun Ajaran 2012/2013. Singaraja: Undiksha

(11)

10

Nasution, Ahmad Asrul. Jurnal. Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi dengan Menggunakan Multimedia Siswa Kelas X MAN 1 Medan

Tahun Pembelajaran 2012/2013. Medan: Unimed.

Elfriati. 2009. Skripsi. Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Learning terhadap Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP

PRAYATNA Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010. Medan: Unimed.

Rahayu, Ai Sri. 2007. Jurnal. Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis dengan Menggunakan Model Pembelajaran The Experiential Approach Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Kabupaten Cianjur Tahun Ajaran 2007/2008. Cianjur: Universitas Suryakencana.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu, peneliti bertujuan untuk mengkaji mengenai pengembangan sikap toleransi melalui pembinaan keagamaan dalam memantapkan watak kewarganegaraan (civic

PROFIL REPRESENTASI MENTAL SISWA KETIKA MEMBACA GAMBAR REPRESENTASI KONVENSI DAN ISOMORFISME SPASIAL PADA MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA.. Universitas Pendidikan

Ketika mahasiswa pribumi yang memiliki latar belakang budaya asli Indonesia dihadapkan pada realitas bahwa ia menjadi kelompok minoritas bagi Tionghoa yang juga memiliki

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis..

Sistem pengendalian jarak jauh tersebut sangat efisien digunakan untuk mengatasi gangguan pada jaringan distribusi listrik tegangan menengah 20 kV yang menggunakan jaringan

Analisa data untuk mengetahui adanya pengaruh musik pretest dan posttest menggunakan analisa Non Parametrik dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test dan untuk mengetahui

Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)..

Sahabat MQ/ Pengembalian data uji publik pemegang KMS/ dari 45 kelurahan di Yogyakarta/ yang seharusnya selesai hari ini/ ternyata mundur// Hingga saat ini/ baru sekitar 20