• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaturan Serta Penataan Akses dan Benefit Sharing Penggunaan Sumber Daya Hayati Lokal Berdasarkan Nagoya Protocol dan Convention on Biodiversity Dalam Menunjang Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan dan Berkeadilan untuk Mewujudkan Kemakmuran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaturan Serta Penataan Akses dan Benefit Sharing Penggunaan Sumber Daya Hayati Lokal Berdasarkan Nagoya Protocol dan Convention on Biodiversity Dalam Menunjang Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan dan Berkeadilan untuk Mewujudkan Kemakmuran "

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

ILMU

HUKUM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN RKAT

2017

FAKULTAS

HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA

PENELITIAN

PRIORITAS

BERBASIS

ROADMAP

PENGATURAN SERTA PENATAAN

AKSES DAN

BENEFIT SHAR"VG

PENGGUNAAN

SUMBERDAYA

HAYATI

LOKAL BERDASARKAN

NAGOYA

pRorocol

DAN

coNVENTtdw

ow

BtoDtvERsrrvDALAM

MENUNJANG

PENGELOLAAN SUMBER DAYA

ALAM

YANG

BERKELANJUTAN

DAN

BERKEADILAN

UNTUK MEWUJUDKAN KEMAKMURAN RAKYAT

TIM PENGUSUL

1.

Dr. Mas Rahmah, S.H, M.H., LL.M (Ketua)

2.

Agus Widyantoro, S.H., M.H. (Anggota)

3.

lman Prihandono, S.H, M.H., LL.M, Ph.D (Anggota)

4.

Widhayani Dian Pawestri, S.H., M.H.(Anggota)

5.

Patria widianto (Anggota)

Maret

-

Oktober

2017

UNIVERSITAS

AIRLANGGA

I I I I r'

(2)

I HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN RKAT 2017 Surabaya, Ketua Peneliti 10 Oktober 2017 Mengetahui Dekan ..i Roadmap J Menunian0

Pengebtiin

ran Serta

Pengatu Penataan Akses Benefit Pen

unaan

gg

Sumber- Daya Hayati-

-tskal-

Berdasarkan- Nagoya Pr0tocOT Dan

Convention On Biodiversity Dalam Sumber AIam

Daya Yang Berkelanjutan Dan Berkeadilan Untuk

MewuJudkan Kemakmuran Rakyat tan

a.

Nama Mas S.H H., LL. N 20971 c. Fungsional Guru d. Studi llmu

e.

NomorH 081 337863

f

e-mail com tan n

a.

Nama S. H.

c.

Jabatan

Studi llmu Hukum

e.

Nomor 081 Alamat e-mail f. nda M.H,, Ph.D lman NI

c.

Jabatan Hukum

e.

NomorHP 081234519787

f.

Alamat e-mail unair.ac.id

nda ta n Nama Lengkap a. , M,H, Dian S. b. 0006 c. Fungsional Asisten d. Program Studi llmu

e.

NomorHp 081 1 Alamat e-mail t. n

d-b.

Nn4 13111

c.

Jabatan d. m llmu ukum

e.

Nomor OB f. e-mail

Biaya pen

-

Dana internalPT

Rp. 60.000.000,-Dr. Mas Rahmah. S.H.. M.H.. LL.M NtP. 1 971 09 121998022001 Skema Penelitian )

a.

Nama Fungsional Program

Studi

-angan Studi

(3)

Mengetahui WakilDekan I HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN RKAT 2017 10 Ketua Peneliti 2017

W

Pen Penelitian

map rch Group)

Serta Penataan Akses Dan

Pengg-unarn Sumber Daya Hayati Lokal BerafesaLikan Nagoia Protocol Dan

Convention On Blodivcrsi{y Dalam Me nunjang Pengelolaan Sumber

Daya Alam Yang Berkelanjutan Dan Berkead ilan Untuk Mewujudkan

Kemakm uran

a, Dr. Ra nda

s. M H M

b. N 001 097104

c. Guru

d. Studi llmu ukum e. Nomor P 081 1

f. Alamat e-mail rahma

An

a.

Nama nda NI H., c. Lektor d. H

e.

NomorH ,| Alamat e-mail

a.

Nama lman Prihandonq n

b. H, M. , LL.M, D c. Lektor d. Program u

e.

NomorHp 081234519787 f. Alamat e-mail o@ft. neliti

a.

Nama Pawestri, an b. S. , M.H. c. Jabatan Fungsional Ah d. llmu Hukum

e.

NomorHp 134 f. Alamat

a. Nama Patria nda

b. 031311.1 nto

c. Jabatan

Studi llmu Hukum

a

Nomor HP 081

Alamat e-mail com

n Dana internal (Rr(Ar)

60.000.000,-Df..MaS.Rahmah. S.H.. M.H,. LL.M NrP.1 971 091 21 998022001 I

Ir.

I t t I I I I I I t : i I ! 7 j i i i I t

(4)

i\ Mengetahui WakilDekan il HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN RKAT 2017 Ketua Peneliti 10 Oktober 20 7 Berbas ls p Pengaturan Da n

Sumber D"ya H-ayati

Penggunaan

Lokal Berdasarkan Nagoya Pt6t6col

Din

Convention On Biodiversity Dalam MenunJang Pengelotaari Sumber

Daya Alam Yang Berkelanjutan Dan Berkeadilan Untu k MewuJudkan Kemakmuran Rakyat

a. Nama Lengkap Mas S.H, an

b. ., LL.

04 c. Jabatan Guru Besar d. Studi llmu ukum e. HP 081 1 337 f. Alamat a. ntoro, S.H., H. an Lektor d. e. 08 e-mail a. Nama Lengkap .H, , LL. b. NI D

c.

Jabatan Lektor d. llmu o H 081234519787 t. e-mail unair.ac.

a.

Nama nda b. N Dian Pawest( ,M 1

c. Jabatan Fungsional Asisten

d Studi llmu

e.

NomorHp 081 1 34 f. Alamat e-mail a. A b. c. d.

-

Dana internal PT 03131 1 33008 Patria Studi Nomor Hp Alamat e-mail an aya 224646450 Hukum

np.

o6o6oooo,--ffi

@u.trll

NtP. 1 971 09

12't9g8o22oci|-i ! g i I I T 6 E t I I i i c.

(5)

Mengetahui WakilDekan ill HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN RKAT 2017 Surabaya, 10 Ketua Peneliti 2017 Skema Roadmap

Judul n

n

Serta Penataan

Akses

Nagoya

Menunj

Sumber Daya Hayati Lokal Berdasarkan

Convention On Biodivercity Dalaih ang Pengelolaan Sumber

Ya

Alam n

Daya g Berkelanjutan Dan Berkeadilan Untuk Mewujudkan Kemakmuran Rakyat

an a. S.H, M.H., Mas b. DN c. ru Besar d. Studi llmu H

e.

NomorHp 081 1 337863 Alamat e-mail f. com

a.

Nama S.H., H

b.

Nt

c.

Jabatan

d. Studi llmu Hukum

e.

NomorHP e-mail nda a. Lengkap M.H., , Ph.D Iman Prihandono, S. b. c. Lektor d, llmu Hukum

e.

NomorHp 081234519787

f

Alamat e-mail nair.ac.id

a. Lengkap Pawestri, S-H.

.H

b. 128703

c,

Jabatan Asisten Ahli

d. Studi lmu

e.

NomorHp 1134' Alamat e-mail t.

a.

Nama b. M 03131 1 1 c. a d. I llmu Hukum P

e.

Nomor 081224646450 Alamat e-mail f. patria@gmail.com

Biaya n Dana internal

(RKAr) Rp. 60.000.

ffi

PJ4as.Rahmah. S.H.. M.H.. LL.M

(6)

RINGKASAN

lndonesia

kaya

akan sumber daya hayati

dan

menjadi salah

satu

negara

megadiversily, namun sangat disayangkan

bahwa

kekayaan sumber daya

hayati

tersebut

belum

dapat menjamin kemakmuran

rakyat

dan

belum

dapat dirnanfaatkan serta

dikelola

secara berkeadilan dan berkesinambungan. Bahkan pemanfaatan sumber daya hayati banyak disalalrgunakan oleh pihak

lain

sehingga banyak tedadi kasus

btopiracy

dart bioprospecting.

Terhadap pemanfaatan sumber daya hayati, Convention on

Biological

Diversity

(CBD)

dan

Protokol Nagoya

telah

mengatur akses

dan

pembagian

keuntungan

(access

and

benefit

sharing

-

ABS)

secara

adil

dan seimbang atas penggunaan sumber daya

hayati.

Dengan

diratifikasinya CBD

dan Protokol Nagoya,

lndonesia

harus

menerapkan prinsip-prinsip

mengenai ABS baik yang ada

di

dalam

CBD

maupun Protokol Nagoya dalam aturan hukum

nasional.

Untuk

itu,

penelitian

ini

menelaah mengenai

prinsip-prinsip

akses dan pembagian keuntungan untuk pengelolaan sumber daya hayati yang berkesinambungan dan berkeadilan.

Penelitian

ini juga

menelaatr menganalisis tantangan secara

doktrinal, normatif

dan praktikal penerapan

CBD

dan Protokol Nagoya dan kemudian

dicari

solusinya. Selanjutnya penelitian

ini

membahas mengenai model pengaturan dan penataan akses dan pembagian keuntungan

atas penggunaan sumber daya hayati.

Penelitian

ini

merupakan

penelitian

yuridis

dengan

menggunakan

metode

pendekatan peraturan

perundang-undangan

(statute approach),

pendekatan

konseptual

(conceptual approach),

dan

pendekatan

komparatif (comparative

approach).

Sedangkan

bahan

hukum yang

digunakan

meliputi

bahan

hukum

primer

dan bahan

hukum

sekunder.

Hasil dari

seluruh bahan hukuum dan

metode

pendekatan

penelitian

akan disusun secara

I

(7)

deskriftif analitik melalui

metode penafsiran dan analogi yang kemudian dipaparkan secara deskriptif unhrk menuju pada kesimpulan

yang

bersifat preskriptif.

Pada aktrirnya penelitian

ini

menghasilkan kesimpulan bahwa :

1.

Prinsip

al*es dan pembagian keuntungan (benefit

sharing)

atas penggunaan sumber daya

hayati

berdasarkan

Protokol

Nagoya

dan

Convention

on Biodiversity

(CBD)

dalam

menunjang

pengelolaan

sumber daya

alam

yang

berkelanjutan

dan berkeadilan

meliputi

sustainable use,

fair

and equitable benefit

sharing,

prinsip hak

kedaulatan negara

(Sovereign

Rights),

prinsip

persetujuan bersama

(Mutual

Agreed

Terms) dan prinsip persetujuan atas informasi awal

(Prior

Informed Consent).

2. Identifikasi

tantangan

pelaksanaan

Protokol Nagoya

dan

CBD

dapat

berupa

tantangan

yang sifatnya doktrinal (doctrinal

challenges),

normatif

(normative challenges) dan

praktikal

(practical

challenges). Tantangan

doktrinal terjadi

karena

Protokol Nagoya dan

CBD

merupakan

konvensi

atau

protokol

intemasional yang

diadopsi

dengan prinsip prinsip

yang

mungkin berbeda atau bertentangan dengan

budaya

dan

nilai

nilai

yang

ada

di

tndonesia. Sedangkan tantangan doktrinal

terutama

terjadi

karena

pengaturan

yang ada masih

sporadis

dan

belum

ada

pengaturan

lebih lanjut

atas

pelaksanaan

Protokol Nagoya dan

CBD

sehingga

menimbulkan ketidakjelasan

sekaligus

meninbulkan

tantangan

praktikal

misalnya

belum

jelas

lembaga

yang ditunjuk

untr,rk

melaksankan akses

dan

pembagian

keunhurgan sumber daya

hayati,

mekanisme akses,

prior

informed

consent (PIC),

mutual agreed term

(MTA),

termasuk sistem benefit sharing, pembagian

yangfair

and equitable kepada masyarakat

lokal

atau masyarakat asli,

dll.

3.

ModeVbentuk

penataan

akses dan pembagian keuntungan (benefit

sharing)

termasuk

model mutual agreed

terms

dan

prior

tnformed

consent

yang

adil

dan

layak

dalam

(8)

menunjang pengelolaan

sumber daya

hayati

yang

berkelanjutan

dan

berkeadilan

antara

lain

dapat meniru model Bonn Guideline on Access and Benefit Sharing-

Model

Bonn Guidelines menetapkan aturan secara

legislatif,

adminstratif dan kebijakan pada

akses

dan

pembagian keuntungan terutama

terkait

dengan

negosiasi

ketentuan

kontraktual terkait akses dan pembagian keuntungan.

Model

ini

juga menjamin adanya

program

peningkatan kemampuan

(capacity

building)

secara

efektif. Model

Bonn

Guidelinejuga mengidentifikasikan kewajiban bagi penguna sumber daya hayati untuk

mendapatkan

izin

dari

penyedia sumber daya

hayati dalam

bentuk

prior

informed consent.

Selain

ijt,

Bonn

Guideline menetapkan syarat dasar

untuk

ketentuan yang disepakati bersama

(mutually

agreed terms) dan mendefinisikan peran dan tanggung

jawab utama pengguna dan penyedia sumber daya hayati dan menekankan pentingnya

peran

dan

campur tangan

pihak yang terkait. Bonn

Guidelines

juga

mencakutp

beberapa

elemen seperti

insentif,

akuntabiliti,

beberapa

cara

untuk verifikatsi

dan penyelesaian penyelesaian sengketa. Selanjutnya,

Bonn

Guidelines

juga

menentukan beberapa

elemen dalam

Perjanjian Transfer

Material

(Material

Transfer Agreement)

dan

menyediakan

/fsr

beberapa

jenis

keuntungan yang

dapat

dibagikan

(benefit

sharing) atas penggunaan sumber daya hayati

baik

yang

keuntungan berupa uang atau non uang.

ill

(9)

KATA PENGAI\TAR

Alhamdulillah

dipanjatkan

ke hadirat Allah SAW

atas limpahan karunianya

sehingga

tim

peneliti

dapat menyelesaikan

laporan akhir Penelitian RKAT

Fakultas

Hukum

Universitas

Airlangga

yang

berjudul

"Pengaturan Serta Penataan Akses Dan

Benefit

SharingPenggunaan Sumber Daya Hayati

Lokal

Berdasarkan Naigoya

Protocol

Dan Convention On Biodiversity Dalam Menunjang Pengelolaan Sumber Daya

Alam

Yang Berkelanjutan Dan Berkeadilan Untuk Mewujudkan Kemakmuran Rakyat.'i

Dengan

selesainya

laporan

akhir

ini,

tim

Peneliti

menyampaikan ucapan

terima kasih kepada para reviewer, Rektor Universitas

Airlangga

dan Dekan Fakultas

Hukum Universitas Airlangga, yang telah memberikan kesempatan dan dukungan dana kepada

tim peneliti

untuk mengadakan penelitian

ini.

Tim

Peneliti juga menyampaikan

terima kasih pada semua pihak yang telah mernberikan dukungan dan

kontribusi baik

moril

maupun

materiil

sehingga

laporan

akhir penelitian

bisa

diselesaikan sesuai dengan target yang diharapkan.

Laporan

akhir

penelitian

ini

diawati

dengan

menguraikan

tentang

latar

belakang

Indonesia

kaya

akan sumber daya

hayati dan menjadi

salah satu negara

megadiversifl,

namun

sangat disayangkan

batrwa

kekayaan sumber daya

hayati

tersebut

belum

dapat

menjamin

kemakmuran

rakyat dan belum

dapat dimanfaatkan serta

dikelola

secara berkeadilan dan berkesinambungan. Bahkan pemanfaatan sumber

daya

hayati banyak

disalahgunakan

oleh

pihak

lain

sehingga

banyak

terjadi

kasus

biopiracy

dan bioprospecting. Terhadap pemanfaatan sumber daya hayati, Convention

on Biological

Divers,4/

(CBD)

dan Protokol Nagoya telah

mengatur akses

dan pembagian keuntungan (access and benefit sharing

-

ABS)

secara

adil

dan seimbang atas penggunaan sumber daya

hayati.

Dengan

diratifikasinya CBD

dan

Protokol

(10)

Nagoya, Indonesia harus menerapkan prinsip-prinsip mengenai

ABS baik

yang ada

di

dalam

cBD

maupun Protokol Nagoya dalam

aturan

hukum

nasional'

untuk

itu'

penelitian

ini

menelaah mengenai

prinsip-prinsip

akses

dan

pembagian keuntungan

untuk

pengelolaan

sumber

daya hayati yang

berkesinambungan

dan

berkeadilan' Penelitian

ini

juga

menelaatr menganalisis tantangan secara

doktrinal' normatif

dan

praktikal

penerapan

CBD

dan

Protokol

Nagoya dan kemudian

dicari

solusinya'

Selanjutnya penelitian

ini

membahas mengenai model pengaturan dan penataan akses

dan pembagian keuntungan atas penggunaan sumber daya hayati'

Penelitian

ini

merupakan penelitian

yuridis

dengan menggunakan metode

pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach), pendekatan konseptual

(conceptual approach),

dan

pendekatan

komparatif

(comparative

approach)'

Sedangkan bahan

hukum yang

digunakan

meliputi

batran

hukum

primer

dan bahan hukum sekunder. Hasil dari seluruh bahan hukuum dan

metode

pendekatan penelitian akan disusun secara

deskriftif

analitik melalui

metode penafsiran

dan analogi

yang kemudian dipaparkan secara deskriptif untuk menuju pada kesimpulan

yang

bersifat

preskriptif.

Penelitian

ini

menghasilkan kesimpulan

bahwa

Prinsip

aftses

dan

pembagian keuntungan (beneJit

sharing)

atas penggunaan sumber

daya hayati

berdasarkan Protokol

)iagoya

dan Convention on

Biodiversity

(CBD) dalam menunjang pengelolaan sumber daya

alam

yang

berkelanjutan dan berkeadilan

meliputi

sustoinable use,

fair

and

equitable

benefit

sharing,

prinsip hak

kedaulatan negar

a

(Sovereign

Rights),

prinsip

persetujuan

bersama (Mutual Agreed Terms) dan prinsip persetujuan atas informasi awal

(Prior

Informed

Consent).

Selain

itu

peneliitan

ini

mengdentifikasi tantangan pelaksanaan Protokol Nagoya

dan

CBD

dapat berupa tantangan yang sifatnya

doktrinal (doctrinal

challenges),

normatif

(iormative

challenges)

dan praktikal

(practical

challenges). Tantangan

doktrinal

terjadi

(11)

Nagoyq

hrdonesia harus menerapkan

prinsip-prinsip

mengenai

ABS baik

yang ada

di

dalam

CBD

maupun Protokol Nagoya dalam

aturan

hukum

nasional'

Untuk itu'

penelitian

ini

menelaatr mengenai

prinsip-prinsip

akses

dan

pembagian keuntungan

untuk

pengelolaan

sumber

daya hayati yang

berkesinambungan

dan

berkeadilan' Penelitian

ini

juga

menelaah menganalisis tantangan secara

dokfiinal' normatif

dan

praktikal

penerapan

cBD

dan Protokol Nagoya dan

kemudian

dicari

solusinya'

Selanjutnya penelitian

ini

membahas mengenai model pengaturan dan penataan

akses

dan pembagian keuntungan atas penggunaan sumber daya hayati'

Penelitian

ini

merupakan

penelitian

yuridis

tlengan menggunakan metode

pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach), pendekatan konseptual

(conceptual approach),

dan

pendekatan

komparatif

(comparative

approach)'

sedangkan bahan

hukum yang

digunakan

meliputi

bahan

hukum

primer

dan batran hukum sekunder.

Hasil

dari seluruh bahan hukuum dan

metode

pendekatan

penelitian akan disusun secara

deskriftif analitik melalui

metode penafsiran

dan analogi

yang

kemudian dipaparkan secara

deskriptif untuk

menuju pada kesimpulan

yang

bersifat

preskriPtif.

Penelitian

ini

menghasilkan kesimpulan bahwa Prinsip al<ses dan pernbagian I<euntungan

(benefit sharing) atas

penggunaan

sumber daya hayati

betdasarkan

Protokol

Nagoya

dan

convention

on

Biodiversity

(cBD)

dalam

menunjang

pengelolaan sumber daya

alam

yang

berkelanjutan

dan

berkeadilan

meliputi

sustainable

use,

fair

and

equitabte benefit

sharing,

prinsip

hak

kedaulatan

negara

(sovereign

Rights),prinsip

persetujuan bersama

(Mutual Agreed

Terms) dan prinsip persetujuan atas

informasi

awal (Prior Informed Consent)'

Selain

itu

peneliitan

ini

mengdentifikasi tantangan pelaksanaan

ProtPokol Nagoya dan

CBD

dapat berupa

tantangan

yang

sifatnya

do[trinal

(doctrinal

challenges)'

normatif

(normative

(12)

challenges)

dan

praktikal

(practical

challenges). Tantangan

doktrinal

terjadi

karena

protokol

Nagoya

dan CBD

merupakan

konvensi atau

protbkol

internasional

yang

diadopsi dengan

prinsip prinsip

yang

mungkin berbeda atau bertentangan dengan

budaya

dan

nitai

nilai

yang ada

di

Indonesia. Sedangkan tantangan

doktrinal

terutama

terjadi

karena pengaturan

yang

ada masih sporadis dan

belum

ada pengaturan lebih

lanjut

atas

pelaksanaan

Protokol Nagoya

dan CBD

sehingga

menimbulkan

ketidakjelasan sekaligus meninbulkan tantangan

praktikal misalnya belum

jelas

lembaga yang

ditunjuk untuk

melaksankan akses dan pembagian keuntungan sumber

daya

hayati,

mekanisme akses,

prior

informed

consent

(PIC), mutual

agreed term

(MTA),

termasuk sistem

benefit

sharing, pembagian yang

fair

and

equttable kepada

masyarakat

lokal

atau masyarakat asli,

dll.

Selanjutnya

penelitini

ini

menformulasikan ModeVbenhrk penatdan al<ses dan pembagian lreuntungan (benefit

sharing)

termasuk model mutual agreed

terms

dan

prior

informed

consent yang

adil

dan

layak

dalam

menunjang pengelolaan

sumber daya

hayati

yang

berkelanjutan

dan

berkeadilan

antara

lain

dengan

meniru model Bonn Guideline

on

Access

and

Benefit

Sharing.

Model Bonn Guidelines menetapkan aturan secara

legislatif,

adminstratif dan kebijakan pada akses

dan

pembagian keuntungan terutama

terkait

dengan negosiasi ketentuan

kontraktual

terkait

akses dan pembagian keuntungan.

Model ini juga

menjamin adanya

program

peningkatan kemampuan

(capacity

building)

secara

efektif. Model

Bonn

Guidelinejuga

mengidentifikasikan kewajiban bagi penguna sumber daya hayati untuk mendapatkan

izin

dari

penyedia sumber daya

hayati dalam

bentuk

prior

informed

consent.

Selain

rtu,

Bonn

Guideline

menetapkan syarat dasar

untuk

ketentuan yang

disepakati bersama

(mutuatly

agreed terms) dan mendefinisikan peran

dan

ianggung jawab utama pengguna dan penyedia sumber daya hayati dan menekankan pentingnya

peran dan campur

tangan

pihak yang terkait. Bonn

Guidelines

juga

mencakutp

(13)

beberapa

elemen

seperti

insentif,

akuntabiliti,

beberapa

cara

untuk verifikatsi

dan

penyelesaian penyelesaian sengketa. Selanjutnya

,

Bonn

Guidelines

juga

menentukan beberapa

elemen

dalam

Perjanjian Transfer

Material

(Material

Transfer Agreement)

dan

menyediakan

/isf

beberapa

jenis

keuntungan yang

dapat

dibagikan

(benefit

sharing)ataspenggunaansumberdayahayatibaikyangkeuntunganberupauangatau

non uang.

Selanjutny4timpenelitimenyadaribahwahasilpenelitianyangdituangkan

dalam laporan

akhir

ini

tidak

sesempuma

seperti diharapkan'

untuk

itu

peneliti

mengharapkan

kdtik

dan saran demi penyempurnaan

laporan

akhir penelitian

ini'

Surabaya

Oktober 2017

Tim

Peneliti

(14)

DAT"TAR

ISI

HALAMAN

SAMPUL

}IALAMAN

PENGESAHAN

RINGKASAN

KATA PENGA}ITAR

DAFTAR ISI

BAB

I

BAB

II

BAB

III

BAB

TV

BAB

V

PENDAHULUAN

l.

Latar belakang ..'

2.

Rumusan Masalah....

3.

Tujuann Penelitian

4.

Keaslian Penelitian ...

5.

Manfaat Penelitian...

6.

Rencana Luaran...

TINJAUAN

PUSTAKA

1.

Kedaulatan atas Sumber Daya Hayati

2.

Akses dan Pembagian Keuntungan."

3.

Pengelolaan

Sumber

Daya

Hayati

yang Berkesinambungan...

Diversity

(cBD)...

2.'Tantangan

Pelaksanaan

Protokol

NagoYa

dan

cBD...

3.

Model

Penataan

Akses

dan

Pembagian

Keuntungan yang laYak dan adil

KESIMPULAN

DAN

SARAN

HASIL DAN

PEMBAHASAN

1. Prinsip Akses

dan Pembagian Keuntungan Atas Penggunaan Sumber

Daya Hayati

Berdasarkan

Protokol Nagoya

dan

Convention

on

Bio

Halaman

iv

13 16 17 27 31

i

I

7

I

8 9

I

I

METODE PENELITIAN

...

20 22

DAFTAR PUSTAKA

vilt

(15)

BAB

I

PENDAIIULUAI\

I.l.

Latar

Belakang

Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) t dan

The

World

Conservation

Monitoring

Center, Indonesia merupakan negara yang

memiliki tingkat

sumber daya

hayati tertinggi

ke-2

di

dunia

setelah

Brazil.

Dengan sumber daya

hayati

yang

dimilikinya,

Indonesia merupakan salah satu

dari

17 negara megadiversity.

Bagi

Indonesia, sumber daya hayati sangat penting karena

memiliki

keterkaitan dengan aspek kehidupan manusia yaitu aspek ketatranan

pmgm,

pelestarian lingkungan

dan

pembangunan berkelanjutan

serta

pembangunan

ekonomi.2

Keanekaragaman

hayati

juga

merupakan

sumber

dari ilmu

p"ng"tutr*

dan

teknologi

untuk

pengembangan

tehnologi

dan

budaya bangsa.3 Selain

itu,

sumber daya hayati

juga

memiliki

potensi untuk dapat meningkatkan taraf kesejahterauul masyarakat.

Sumber daya

hayati yang

dimiliki

Indonesia

seharusnya

digunakan

atau dimanfaatkan

untuk

kesejatrtbraan masyarakat, sebagaimana amanat

dari

Pasal 33 ayat

(3)

UtlD

1945, batrwa

*Bumi

dan

air

dan kekayaan alam yang terkandung

di

dalamnya

dikuasai

oleh

negara

dan

dipergunakan

untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat".

Penguasaan atas sumber daya hayati dilakukan sebagai salah satu pengelolaan sumber

I

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). 2003. Wilayah Kritis Keanekaragaman

Hayati

di

Indonesia. Instrumen

Bagi

Pengambil Kebijakan.

Ministry

of

National Development

PlanningNational Development Planning Agency. Jakarta, h. I 9.

'

E.

Lubis,

Perlindungan dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Berdasarkan Penerapan Konsep Sovereign Right dan Hak Kektyaan Intelektual, Alumni, Bandung, 2009, h.l

3

M.R

Ayu,

K.Alexander, W.Puspitasari,

W.,

Hukum Sumber Daya Genetik, Pengetahuan Tradisional dan Elapresi Budaya Tradisional di Indonesia, Alumni, Bandung., 2014, h. I

(16)

2

daya alam yang berkelanjutan dan berkeadilan unttrk mewujudkan kemakmuran rakyat'

untuk

itu, dalam penelitian

ini

akan dibahas mengenai penge

Namun pemanfaatan sumber daya hayati banyak disalahgunakan dan belum sepenuhnya memberikan manfaat

bagi

lndonesia sebagai negara

pemilik

sumber

daya

hayati.

Terdapat

banyak

pelanggaran

yang dilakukan oleh

pihak lain terkait

dengan pemanfaatan sumber daya genetika tanpa

izin

dari negala

pemiliki

sumber daya genetika

tersebut,

yang biasa dikenal

bio

piracy.

Satatr

satu contoh kasus

yang

dihadapi

lndonesia adalah kasus

"shiseido"

tahun 1990 an, dimana perusahaan transnasional dari

Jepang yaitu Shiseido

mendaftarkan

paten

dari

11 senyawa tanaman

obat

tradisionar Lndonesia yang telah

dikembangkan

oleh

Indonesia

dari

generasi

ke

generasi' Paten

ini

kemudian ditentang

oleh pAI.{

lndonesia

dar

yayasan

Tani

Indonesia

(BioTani

Foundation)

antara

lain

dengan alasan

bahwa

Paten tersebut dapat mengancam

petani

Indonesia

yang

telah

mengembangkan tanaman obat tradisional secara

bertahln-tahun'

karena dapat dianggap

paten

Shiseido dan harus membayar

untuk

sesuatu yang

telah

dikembangkan selama

berabad-abad.

Akibat

tentangan

dan

kampanye tersebut,

tanggal

24

Jartruatr 2002

akhirnya Shiseido

menarik

paten tersebut dari Kantor Paten Eropa'

a

contoh

kasus

lain terkait

dengan pelanggaran pemanfaatan sumber daya

genetika

adalah

pemanfaatan

virus

flu

burung

(H5Nl

)

yang

merupakan bahan

pembuatan

antivirus untuk

penyakit

flu burung.

Pada kasus

virus

flu

burung'

terdapat dua kepentingan yang saling berbenturan,

menurut

negara

berkembang

pemanfaatan

virus

tersebut dapat

juga

dianggap sebagai bio

piracy,

namun

menurut

negara maju

untuk- alasan kesehatan masyarakat ada

kewajiban

untuk

membagi

virus

agar dapat

a

Damos Dumali Agusman, *GRTKF :The Core Concepts and Objectives

notertion -IndonesiiPerspectives", WIP O

-iptk-dkik-09 -topic

l'

h'9 dan 12'

(17)

3

ditemukan obat baru.s

Oleh

karena

itu,

berdasarkan

kewajiban untuk

membagi

virus

yang dibutuhkan dunia, pada awalnya Indonesia memberikan contoh virus

H5NI

secara gratis kepada WHO Collaboroting Center

(WHO-CC).

Namun

kemudian WHO

malatr membagi

virus

tersebut

ke

perusatraan farmasi dan para

peneliti

yang

lain tidak

dapat mengakses data sequencing

DNA

H5NI

di

WHO

Collaborating

Center

(WHO-CC).

Ketika

kemudian

perusahaan

farmasi berhasil

menemukan

vaksin pandemik,

dan kemudian produk

vaksin

(dai

specimen yaigdiseratrkan tndonesia)

dijual kembali

ke

Indonesia dengan harga pasar yang mahal dan

tidak

terjangkau, Indonesia kemudian

menghentikan pengiriman contoh sampel tersebut karena dianggap tidak adil. Dari kasus

virus

flu

burung

tersebut,

Indonesia kemudian

mulai

mengkampanyekan akses pada

sumber daya genetika secara

lebih

terbuka

adil

dan

layak

(open,

fair

and

equitable access)

batrkan

Indonesia

juga

mengkampanyekan

doktrin baru

"viral

soverignty"

(Kedaulatan atas

vinrs)

bahwa :

viruses

formed

part

of

the biological

patrimony

of

the nations

in

which

they were

found,

which

held exclusive

rights

to

them.

This

idea attracted support

amongst developing

countries,

in

part

because

this

argument strengthened

the developing countries'

position relative

to

the

pharmaceutical

companies that

proviie

d vaccines.6

Terkait dengan pemanfaatan sumber daya hayati atau sumber daya genetika, Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB)

sendiri mengeluarkan Convention

on Biological

Diversity

(CBD) yang telah diratifikasi oleh

Indonesia

melalui

Undang-undang

Nomor

5

'tahun

1994 Tentang Pengesahan United Nations Convention on

Biological

Diversity

(Konvensi Sumber daya hayatD.

CBD

rnempunyai tiga tujuan utama

yaitu

:

konservasi

keanekaragaman

hayati

(the

conservation

of

biological

diversity), penggunaan keanekaragaman

hayati yang

berkelanjutan

(the

sustainable use

of

its

5

Shawn Smallman, "Biopiracy and vaccines: Indonesia and the World Health Organization's new Pandemic lnfluenza Plan", trnternational Studies Portland State University , h.23.

u

(18)

4

components),

dan

pembagian keuntungan secara

adil

dan

iayak

atas penggunaan

keanekaragaman

hayati

(the

fair

and equitable

sharing

of

benefits arising

from

its

utilization).1

Berdasarkan

tujuan utama

CBD

tersebut,

penelitian akan

menelaatt relevansi

antara

fujuan tersebut dengan

aspek

pengaturan serta penataan akses dan

benefit

sharingpenggunaan sumber daya hayati

lokal

dalam menunjang pengelolaan

sumber

daya

alam

yang

berkelanjutan

dan

berkeadilan

untuk

mewujudkan

kemakmuran rakYat.

CBD mengakui hak kedaulatan masing masing negara atas sumber daya alam yang

dimillikinya

termasuk kewenangan negara trntuk menentukan akses atas sumber

daya genetika

(Article

15.1

cBD).

Berdasarkan

cBD,

akses

atas sumber

daya

genetika tersebut

harus

disetujui

bersama dalam

mutual

agreed

termss

dan harus

telalr mendapatkan persetujuan awal

(Prior

Informed

Consent)e

dari

negara

pemilik

sumber daya genetika

tersebut.

Oleh karena

itu,

apabila ada negara atau

pihak lain

akan memanfaatkan sumber daya genetika yang

dimiliki

oleh negara tertentu, pihak

tersebut harus mendapatkan

izin

untuk

mengakses sumber daya genetika tersebut

yang dituangkan dalam mutual agreed terms dan harus mendapatkan persetujuan dari negara

pemilik

sumber daya genetika. Selanjutnya

CBD mengakui bahwa

dalam

mengakses

sumber

daya

genetika harus didasarkan pada akses

yang

adit

dan seimbang (access

on

a

fair

and equitable

basis)

dan

diikuti dengan

pembagian

keuntungan yang adil dan seimbang

(Art' l9'2

of CBD)'

Namun

pembagian keuntungan yang

adil

dan

seimbang

atas pemanfaatan sumber daya

genetika

tidak

diatur

secara

detail

kerangka kerjanya sehingga tidak

'Article

I

CBD

t Article 15.4 CBD e

(19)

5

efektif

dalam implementasinya.ro Protokol

Nagoya

menjabarkan

lebih

lanjut

salatr

satu

tujuan

dari CBD yaitu

pembagian keuntungan

yang adil

dan

seimbang atas

pemanfaatan

keanekaragaman

hayati.,

sebagaimana

diatur

di

dalam

Artiele

I

Protokol Nagoya :

The objective

of

this Protocol is the

fair

and equitable sharing

of

the benefits

arising

from

the utilizatiori

of

genetic resources,

including

by

appropriate

access

to

genetic

resources

and

by

appropriate transfer

of

relevant technologies,

taking

into

account

all

rights over

those

resources

and

to

technologies,

and

by

appropriate

funding,

thereby

contributing

to

the conseryation of biological diversity and the sustainable use

of

its components.

Protokol

Nagoya

menjadi sarana dalam pelaksanaan occess

and

beneit

sharing

bagi

negara

pemilik

sumber daya

hayati. Protokol Nagoya telah

diratifikasi

oleh

Indonesia

melalui

Llndang-Undang

Nomor

1l

Tahun 2013

Tentang

"Pengesahan Nagoya Protocol On Access To Genetic Resources

And

The Fair And Equitable Sharing

7

Of

Benefits

Arising

From Their

Utilization

To The Convention On

Biological Diversity

(Protokol Nagoya Tentang Akses Pada Sumber

Daya

Genetik

Dan

Pembagian

Keuntungan

Yang

Adil

Dan

Seimbang

Yang

Timbul

Dari

Pemanfaatannya Atas Konvensi Sumber daya hayati".

Sebagai pelaksanaan

dari

CBD, protokol

Nagoya

menetapkan

akses dan pembagian keuntungan atas pemanfaatan sumber daya hayati yang didasarkan

padafair

and

equitable,

termasuk menetapkan bahwa pembagian keuntungan harus difujukan

untuk

mendukung konservasi

dan

penggunaan

sumber

daya hayati

tersebut

secara

berkelanjutan.ll Protokol

Nagoya

juga mengatur

mekanisme pembagian keuntungan

berikut

persyaratan

bahkan

menetapkan adanya

Global Multilateral

Benefit-Sharing

It(

Koutouki, "The Nagoya Protocol: Status of Indigenous and Local Communities", Makalah,20l l,

(20)

6

Mechanism.l2 Protokol Nagoya

juga

menetapkan kelembagan

terkait

dengan akses dan pembagian keuntungan seperti

National

Focal

Point

(sebagaimana diatur

di Article

13)

dan

Clearing

House

(sebagaimana diamanatkan

oleh

Article

14) untuk

akses dan pembagian keuntungan atas penggunaan sumber daya hayati.

Berdasarkan kerangka

dasar

mengenai

akses

dan

pembagian

keuntungan

sebagaimana

diatur oleh

Protokol Nagoya, penelitian

ini

akan menganalisis apakah kerangka tersebut dapat dengand mudah diadopsi

dalam

perlu

diteliti

dengan

meneliti

mengenai tantangan

yang dihadapi

Indonesia

dalam tatatan

doktrinal, normatif

dan

praktikal dalam penataan . pelaksanaan Protokol Nagoya dan

CBD baik

secara

doktrinal

(doctrinal

challenges),

normatif

(normative

challenges)

dan

praktikal

(practical challenges)

dan

solusinya

untuk

mendukung

pengelolaan

sumber

daya

alam

yang berkelanj utan dan berkeadilan.

Hal yang penting yang harus diperhatikan datam Protokol Nagoya adalah negara

perlu untuk menetapkan sarana yang sifatnya

legislatif, administratif

dan dalam tataran

kebijakan

untuk mengatur penataan akses dan pembagian keuntungan atas penggun&n

sumber daya

hayati,

termasuk

juga ketika

menetapkan

prior

informed concern

dan

mutually agreed

terms.t3

Hal

ini

yang menjadi problem utama

di

Indonesia karena

meskipun sudah meratifikasi

CBD

maupun Protokol Nagoya, Indonesia

belum

mempunyai

undang-undang

mengenai Perlindungan Sumber

Daya Hayati

maupun undang-undang mengenai Pengetahuan

Tradisional

dan Ekspresi Budaya,

baru

dalam bentuk rancangan undang-undang. Selain itu, menurut Kementerian Lingkungan Hidup,

pemerintah

baru

melakukan

penataan

akses

dan

belum

menetapkan

pembagian

keuntungan

atas

penggunzuul

sumber

daya

hayati.

Pemerintah

hanya

menetapkan persyaratan

untuk

memperoleh

izin

mengambil sampel sumber daya

hayati

Indonesia

12

Article l0 Protokol Nagoya.

13

(21)

7

dan belum menetapkan batrwa pihak

lain

atau

peneliti

yang mengambil sample sumber daya hayati hanrs membayar sejumlah uang kepada pemerintatr.la

Mengingat

belum

undang-undang yang mengatur secara

spesifft

perlindungan

sumber daya

hayati dan

penataan

yang

komprehensif atas pemanfaatan sumber daya

hayati, di

dalam penelitian

ini

perlu dianalisa mengenai model pengaturan dan penataan

alrses dan pembagian keuntungan (beneJit

sharing),

terma'suk

model

mutual

agreed

terms

yang

adil

dan

layak

dalam

menunjang pengelolaan sumber daya

hayati

yang berkelanjutan dan berkeadilan.

I.2.

Rumusan

Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian

ini

akan melalcukan

kajian

atas rumusan masalah

berilut

:

a)

Prinsip

akses dan pembagian keuntungan

ftenefit

sharing)

atas penggunaan sumber

daya

hayati

berdasarkan

Protokol

Nagoya

dan Convention

on Biodiversity

(CBD)

dalarn

menrrnjang

pengelolaan

sumber

daya

alam

yang

berkelanjutan

dan

berkeadilan untuk mewujudkan kemakmuran rakyat'

b)

Tantangan pelaksanaan

Protokol

Nagoya dan

cBD

baik

secara

dokrinal

(doctrinal

challenges),

normatif

(normative challenges)dan

praktikal

(practical challenges) dan

solusinya untuk mendukung pengelolaan sumber daya

alam

yang berkelanjutan dan

berkeadilan.

c)

Model

atau

bentuk

pengaturan

dan

penataan

alaes

dan

pembagian

keuntungan (bene/it

sharing)

termasuk

model mutual agreed

terms

dan

prior

informed consent

ra Disampaikan pada diskusi "sharing Benefit, Doing Research Togethef" 16

diselenggarakanbteh DAAD di German Embassy Jakarta'

(22)

8

yang

adil

dan

laYak

dalam berkelanjutan dan berkeadilan'

menunjang pengelolaan

sumber daya

hayati

yang

I.3.

Tuiuan

Penelitian

Berdasarkan

latar

betakang sebagaimana

diuraikan

sebelumnya,

penelitian

ini

memiliki

tujuan yang

meliputi

untuk menganalisis dan menemukan :

a.

prinsip

akses dan pembagian kBuntungan (benefit

sharing)

atas penggunaan sumber

daya

hayati

berdasarkan

Protokol

Nagoya

dan

convention on Biodiversity (cBD)

dalam

menunjang

pengelolaan

sumber

daya

alam berkeadilanuntukmewujudkankemakmuranrakyat.

yang

berkelanjutan

dan

b.

Identifikasi

tantangan pelaksanaan Protokol Nagoya dan

CBD baik

secara doktrinal

(doctrinal

challenges),

normatif

(normative challenges)

dan praktikal (nractic{

challenges)

dan formulasi

solusinya

untuk

mendukung

pengelolaan

sumber daya

alam

yang berkelanjutan dan berkeadilan'

c.

Model

atau

bentuk

penataan

akses

dan pembagian

keuntungan

(benefit

sharing)

termasuk

model mutual agreed

terms

dan

prior

informed consent

yang

adil

dan

layak

dalam

menunjang

pengelolaan sumber daya

hayati

yang berkelanjutan dan berkeadilan.

I.4.

Keaslian

Penelitian

peneritian

ini

berum pernah dilakukan oleh

tim

peneliti

seberumnya.

penelitian

dengan

topik

yang

relatif

sama

dilakukan oleh

beberapa

peneliti

dengan

kajian

yang

berbeda.

contohnya

penelitian

dengan

judul

"Penerapan

Akses

Dan

Pembagian

Keuntungan

yang

Adil

dan

Seimbang

Dalam

upaya

Perlindungan Sumber

Daya

Genetika

(sDG)

Berdasarkan Nagoya Protocol" dilakukan

oleh

Raden

Tryniana Hafsari

(23)

9

dengan

kajian

pada bagaimana Nagoya

Protocol

mengatur akses dan

benefit

sharing

serta kesiapan Indonesia melaksanakan pengaturan Nagoya Protocol'

Secara berbeda Denny

Hartati

meneliti tentang

"Kajian

Hukum Mengenai Akses

dan Pembagian Keuntungan pada Pemanfaatan Sumber

Daya

Genetik

Kelautan

dan Perikanan"dengan pad

a

i

a. akses dan pembagian keuntungan

b.

pemanfaatan Sumber daya

genetik

SDG) bidang kelautan dan perikanan, c. pengaturan hukum intemasional mengenai ABS.

yulia

dari

Fakultas

Hukum

Universitas Malikussateh

Lhokseumaweh Aceh

menelaah

tentang

"

Prinsip

akses

dan

benefit sharing

ABS)

dalam

Instrumen

Internasional

untgk

Melindungi

Keanekaragaman

Hayati dan

penerapannya

di

lndonesia"

dengan

kajian

penelitian pada bagaimana

posisi

ABS

pada masing-masing penaguran dalam instrumen

internasional.

t

penelitian yang

dilakukan

oleh Makiha

Dzakiyah-Chairunnisa

menganalisis

mengenai

"Implementasi

Prior

Informed Consent dan Access to Benefit Sharing dalam

Upaya Optimalisasi Bioprospeksi

Sumber

Daya

Genetika Kawasan

Laut

Indonesia'"

Dalam penelitian

ini

ditelaatr tentang

:

a).

implementasi

Prior

Informed

Consent dan

Access

to

Benefit Sharing

sebagai

bentuk perlindungan

Sumber

Daya

Genetika di

Kawasan

Laut

Indonesia;

b)

dampak

dari

implementasi

Prior

Informed

Consent dan

Access to Benefit

Sharingbagi

Bioprospeksi sumber daya genetika di kawasan laut. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian

ini memiliki

kajian yang berbeda dengan penelitian-penelitian tersebut. Oleh karena

itu

originalitas dari penelitian

ini

dapat dipertanggungi awabkan.

I.5.

Manfaat

Penelitian

(24)

i

10

a)

Penelitian

ini

diharapkan memberikan sumbangan bagi pengembangan

ilmu

hukum

khususnya

di

bidang

Hukum

Internasional,

Hukum Bisnis

dan

Hak

Kekayan tntelektual.

b)

Penelitian

ini

diharapkan menghasilkan

temuan

mengenai

prinsip

yang

harus

dikembangkan

dalam

membuat

pengaturan serta penataan akses

dan

benefit sharing penggunaan sumber daya hayati

lokal

berdasarkan nagoya

protocol

dan

convention on

biodiversity

dalam menunjang pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berkeadilan untuk mewujudkan kemakmuran rakyat.

b.

Manfaat

Prakfis

a)

Penelitian

ini

diharapkan menghasilkan

temuan mengenai

solusi

belum

ada

penataan

dan

pengaturan mengenai akses

dan

benefit

sharing

atas penggunaan sumber

day4

termasuk solusi atas tantangan

doktrinal, nomtatif

dan

praktikal

atas

adopsi prinsip-prinsip

CBD

dan Protokol Nagoya

dalam

melindungi

sumber daya hayati.

b)

Hasil

penelitian

diharapkan

dapat dimanfaatkan

oleh

pemerintah

karena

diharapkan menghasilkan temuan mengenai pengaturan dan penataan akses dan benefit sharing penggunaan sumber daya hayati

lokal

berdasarkan nagoya protocol

dan convention on

biodiversity

dalam menunjang pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berkeadilan untuk mewujudkan kemakmuran rakyat.

c)

Hasil

penelitian

ini

diharapkan dimanfaatkan

oleh

mahasiswa dan pelaku bidang

hukum

invetatasi,

khususnya

di

bidang

investasi kemaritiman karena

hasil

penelitian

ini

akan

dipublikasikan

dalam bentuk buku, publikasi

ilmiah

dan didiseminasikan melalui seminar.

(25)

LL

I.6.

Rencana

Luaran

RENCANA

MEDIA

PUBLIKASI

RENCA}IA JUDUL

JUMLAH

LUARAN

NO.

Buku Laporan

Akhir

Penataan

Akses

Dan

Daya Hayati

Lokal

Berdasarkan

NagoYa

Protocol

Dan

Convention

On

Biodiversity

Dalam Menunjang

Pengelolaan

Surnber

Daya

Alam

Yang

Berkelanjutan

Dan

Berkeadilan

Unftrk Mewujudkan Kemakmuran RakYat. Dan Pengaturan Benefit Penggunaan Sharing Sumber 20 Laporan

Akhir

International Journal of

Biodiversity

The

Adoption

of

Access

and Benefit

Sharing

under

Nagoya

Protocol

and CBD

:

Challenges

and

Solution

in

Supporting Sustainable

Utilization

of

Biodiversity

in

Indonesia

I

Mimbar Hukum

2.

Penataan Akses dan Pembagian Keuntungan atas pemanfaatan sumber daya genetika berdasarkan CBD dan Protokol Nagoya 2 2. International The Principle

of

2 semmar

l.

Artikel llmiah

Makalah 3.

(26)

t2

Conference on BiodiversitY,

University

of

Mulawarman,5-6

Juli 2017. Sharing

in

suPPorting Access and Benefit

Seminar

APHK

dan

APHKI

Bentuk

atau

mutually agreed

terms

dan

prior

informed

consent

dalam

penggunaan

sumber daya hayati

Model

Skripsi Keunfungan atas Pemanfaatan Sumber Hayati Perikanan Akses dan Pembagian

Daya 1 4 Tugas

akhir

mahasiswa

Airlangga

University Press Skema Akses dan

Pembagian Keuntungan atas pemanfaatan sumber daya Hayati 1 Buku teks i 3

(27)

KESIMPULAN DAN

SARAN

l.

Prinsip

akses dan pembagian keuntungan

(benefit

sharing) atas penggunaan sumber daya

hayati

berdasarkan

Protokol Nagoya dan Convention

on Biodiversity

(CBD)

dalam menunjang pengelolaan sumber daya

alam

yang berkelanjutan dan berkeadilan

meliputi

sustainable use,

fair

and equitable

benefit

sharing,

prinsip hak

kedaulatan negara (Sovereign

Rights), prinsip

persetujuan bersama

(Mutual Agreed Terms)

dan

prinsip persetujuan atas informasi awal (Prior Informed Consent).

2.

Identifikasi

tantangan pelaksanaan Protokol Nagoya dan

CBD

dapat berupa tantangan

yang sifatnya

dokginal

(doctrinal

challenges),

normatif

(normative

challenges) dan

praktikal (practical

challenges). Tantangan

ddktrinal terjadi

karena

Protokol

Nagoya

dan

CBD

merupakan

konvensi atau

protokol

internasional

yang

diadopsi

dengan

prinsip prinsip

yang

mungkin berbeda atau bertentangan dengan

budaya

dan

nilai nilai

yang ada

di

Indonesia.

Sedangkan

tantangan

dokhinal

terutama

terjadi

karena

pengaturan

yang

ada

masih

sporadis

dan

belum

ada

pengaturan

lebih lanjut

atas

pelaksanaan

Protokol Nagoya

dan CBD

sehingga

menimbulkan

ketidakjelasan

sekaligus meninbulkan tantangan praktikal misalnya belum jelas lembaga yang

ditunjuk

untuk melaksankan akses dan pembagian keuntungan sumber daya hayati, mekanisme akses,

prior

informed

consent

(PIC),

mutual agreed

term (MTA),

termasuk sistem

benefit

sharing,

pembagian

yang

fair

and equitable

kepada masyarakat

lokal

atau masyarakat asli,

dll.

3.

ModeVbentuk penataan akses dan pembagian keuntungan (benefit

sharing)

termasuk

model

mutual

agreed

terms

dan

prior

informed

consent

yang

adil

dan

layak

dalam

menunjang pengelolaan

sumber daya

hayati

yang

berkelanjutan

dan

berkeadilan

(28)

43

antara

lain

dapat meniru model Bonn Guideline on Access and Benefit

Sharing' Model

Bonn Guidelines mertetapkan aturan secara

legislatif,

adminstratif dan kebijakan pada

akses

dan

pembagian keuntungan

terutama

terkait

dengan

negosiasiasi ketentuan konhaktual terkait akses dan pembagian keuntungan.

Model ini juga

menjamin adanya

program peningkatan kemampuan

secara

efektif

Model Bonn

Guideline

juga

mengidentifikasikan kewajiban bagi

penguna

sumber daya hayati

untuk

mendapatkan

izin

dari penyedia sumber daya genetika dalam

bentuk prior

informed

consent. Bonn

Guideline

juga

menetapkan syarat dasar

untuk

ketentuan

yang

disepakati bersama

(mutually

agreed

terms) dan

mendefinisikan

peran

dan

tanggung

jawab

utama

pengguna dan penyedia sumber daya

hayati dan

menekankan pentingnya peran dan

campnr tangan

pihak

yang terkait. Bonn

Guidelinesjuga

mencakutp beberapa elemen

seperti

inientif,

akuntabiliti,

beberapa

cala untuk

verifikatsi

dan

penyelesaian

penyelesaian

sengketa.

Bonn

Guidelines menentukan beberapa elemen

untuk

memasukkan Perjanjian Transfer Material

(Material

Transfer

Agreement)

dan

menyediakan daftar beberapajenis keuntungan yang dapat dibagikan atas penggunaan sumber daya genetika baik yang bersifat keuntungan berupa uang atau non uang'

(29)

DAFTAR BACAAN

Buku

Adolf,

Huala Hulrum Ekonomi Int ernas ional, Raj aGrafindo Persad

u

2003'

Ayu, M.R,

.Alexander,

w.Puspitasari,

w.,

Hukum sumber

Daya

Genetih

Pengetahuan Tradisional dan i,pspresi'Budaya Tra'disional di Indonesia,

Alumni, Bandung.,2014'

Badan

Perencanaan Pembangunan

Nasional

(BAPPENAS)'

2003:

Wilayah

Kritis

Keanekoragaman

Hayatitrt

Indonesia. Instrumen Bagi Pengambil Kebiiakan.

Ministry

ofNational

Development PlanningA.{ational Development Planning Agency. Jakarta'

Bryman,

Alan

"structured

Interwiewing",

Social

Research

Methods'

Oxford

University

Press,2004.

Butt, Simon,

.,Intellectual Property

in

Indonesia:

A

Problematic Legal Transplant'" dalam

T'

Lindsey,

ed.,

Indonesia: Law

And

sociefy,

Federation Press,

2008; sydney

Law

School

Research

Paper

No.

ogt34.

Available

at

SSRN: https;//qsrn.com/abstracr I 40 I 093 .

Gamer, Byan

A.,

Black's Law

Dictionary

Nine Edition, West Publishing Co, St' Paul'

Minn'

2004.

Hemoko, Agus yudh a Hukum

Perjanjian

:

Asas Proprosionalitas dalam Kontrak Komersial'

Laks Bang Mediatama Yogyakart a,

2049'

Lubis,

E.

Perlindungan

dan Pemanfaatan sumber

Dryo

Genetik. Berdasarkan Penerapan

Konsep Soverei"gn Right dan

Hik

Kekayaan Intelektual'

Alumni,

Bandung,

7009'

Rawls,

John, ,4 Theory of Justice,Harvard University Press, Massachusetts' 1971' Wacks, Raymond, Jurisprudence, Blackstone Press

Limited,

London, 1995'

ArtikeUMakah

Agusman, Damos

Dumali, "GRTKF

:The Core Concepts and Objectives

What The

are

and Why Need Protection -Indonesia Perspective

s",

WlPO-iptk-dkk-09-topicl

Dutfield, Graham,

"Thinking

Aloud

on Disclosure

of Origin",

QUNO Occasional Paper

/8,

Oktober 2005 .

Koutouki, K.,

o'The

Nagoya Protocol:

Status

of

Indigenous and

Local

Communities"'

Makalah,20ll.

44

(30)

s

Paternoshe,

Rodolphe,

"The Nagoya

Abs

Protocol:

A

Legally

Sound Framework

for

an

Effective

Regime?",

Intemational

and

European Environmental

Law,

Utecht

University

,2011.

Rahmah,

Mas, "sharing Benefit, Doing

Research

rogether",

16

Maret

2007

yang

diselenggarakan oleh

DAAD

di German Embassy Jakarta.

Resoultion on Permanent Sovereignty over

Natural

Resources,

UN GA

Res. 2158

(XXI),

25 November 1966.

Secretariat

of

Convention on

Biological Diversity, "The

Nagoya Protocol on Access and Benefit Sharing", https://www.cbd.int/abs/doc/protocol/factsheets/nagoya-en.pdf

Smallrnan, Shawn,

"Biopiracy

and

vaccines: Indonesia

and

the

World

Health

Organization's

new

Pandemic

Influenza

Plan",

Makalah,

International

Studies Portland State University

Disertasi/Tesis

Hofbauer, Jane

A,

"The

Principle

of

Permanent Sovereignty over

Nafural

Resources and Its Modern

Implications",

Tesis, Faculty of Law,

University

of Iceland,

August

2OOg.

Ramelan,

Eman,

"Asas

Pemisahan

Horizontal dalam

Hukum

Tanah

Indonesia,',

pidato,

Disampaikan pada Pengukuhan

Jabakn Guru Besar dalam Bidang

Ilmu

Hukum

Agraria pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya,

l3

Desember 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “Perbandingan Aktivitas Antioksidan Berbagai Bentuk Sediaan (Ekstrak, Filtrat, Sari, Infus, dan Dekok) Pada Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) ”

Pengembangan perangkat menggunakan model pengembangan 4D (Define, Design, Develop, dan Disseminate) dan diujicobakan pada mahasiswa semester II program studi

Menurut Gotlin (2002) sel mesenkim ini berperan penting dalam tulang rawan hialin dikarenakan dapat menumbuhkan jaringan ikat dewasa melalui sifat dari sel

Indikator otonomi (IO1)yang merupakan rasio total PAD terhadap total pendapatan masing-masing pemerintah kabupaten/kota dan indikator otonomi(IO2)yang merupakan rasio

Hasil penelitian ini juga dapat menjadi salah satu pertimbangan pihak pemkab dalam pengembangan situs yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga pengembangan situs tidak

[r]

Daftar lampiran ... Latar Belakang ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Hipotesis Tindakan ... Definisi Istilah ... Penegasan Operasional

Penelitian yang dilakukan Fajriati (2013) mengenai hubungan dukungan sosial dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker yang akan menjalani kemoterapi di RS Roemani