ffi,&tuaffiffi
tu
&n
..i
▸ Baca selengkapnya: apa makna penilaian dan evaluasi dalam ubd berdasarkan literatur
(2)Vol. XV, No. 2, Desember 2016 ISSN:1.412-3509
Mitra Bebestari
Muh.
Arif
Rahman (Unioersitas Gadialt Mndn Yogy akartn), Pui iharto (UniuersitnsG adj ah Mad n Y o gy aknr ta), Albertine
Mindero p (Uniaersitns D nrnm P ersada,
lakarta\, Nasaruddin (UfN Sunan
Antp el,Sur ab ay a), Tatan g Iskarna
(l,lniaersitas S nnnta Dhanna, Y o gy nkarta),
Muhbib
Abdul Wahab (urN SyarifHiday atullah, l akar ta), I Wayan Pastika (Uniaersitns l)daynnn, Bali), Maharsi (UIN Sunan Knlijaga, Yogyaknrta), Moch Nur
Ichwan (UfN Sunnn Kalij aga, Y ogy akarta\,
Ibnu Burdah (UrN Sunan Kaliiaga, Yogyakarta)
Ketua Penyunting
Sukamta
Anggota
Tatik Maryatut Tasnimah
Taufiq A. Dardiri
Sugeng Sugiyono
Khairon Nahdiyyin
Yulia Nasrul Latifi
Uki Sukiman Ridwan
Ening Herniti
Ubaidillah
Moh. Wakhid Hidayat
Danial Hidayatullah Umi Nurun Ni'mah
AdabiyyLf merupakan jurnal ilmiah untuk memperkaya wacana bahasa
dan sastra, serta sebagai media komunikasi ilmiah bagi para peminat dan pemerhati seputar bahasa dan sastra, baik Arab,Inggris maupun
Indonesia. jurnal ini terbit dua kali dalam
setahun-Jumal Adabiyydt telah mendapat akreditasi dari DIKTI
KEMENDIKBUD RI berdasar SK Nomor: 040/P /201,4
Alamat Redaksi
Fakultas Adab dan Ilmu BudaYa UIN Sunan Kalijaga YogYakarta
Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta 55281
DAFTAR ISI
Penyimpangan Makna dan Perubahan Konstituen
dalam Humor Cak Lontong
Muchamad
Ighfir
Sukardi, Rawuh Yuda Yuwana,Sumar1am...
110 - L35Pola Argumen Paiagraf Argurnentatif pada Artikel
Jurnal Terakreditasi Bidang Ekonomi (Perspektif
Stephen Toulmin)
Yuliana
Setyaningsih...
...... 136 - 156 Analisis Kalimat Berdasarkan Pola Kalimat Dasar dan
Kalkulus Predikat
Siti
Ainim
Liusti
...
1:57 -L75Pemakaian Bahasa Indonesia pada Masyarakat
Pesisir di Desa Puger.Wetan Kabupaten Jember
(Suatu Tinjauan Etnografi Komunikasi)
Agustina Dewi Setyari, Soepomo Poedjosoedarmo,
I
Dewa Putu Wijana...o...o.,... 176 -L96 Humor Terkait Mu'ammar Al-Qadzafi(Analisis Pragmatik)
Septian
Sapuho...
797 - 2?5Manifestasi Wujud dan Makna Pragmatik Kefatisan
Berbahasa dalam Ranah Pendidikan
MANIFESTASI WUJUD DAN
MAKNA
PRAGMATIKKEFATISAN BERBAHASA
DALAM
RANAH PENDIDIKAN1R. Kuniana Rahardi
Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra lndonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Jl. Afandi, Mrican, CT, Depok, Sleman, D.l. Yogyakarta
55281, emnil: kuniana@usd.ac.id
Abstact
This research on phatic communion is aimed at describing the forms and the pragmatic meanings
of
phatic language inlndonesian society, especially in the educational domain. Based on
its pragmatic meanings, the utterance in the educational domain
can be categorized into five pragmatic meanings, namely (a)
phatic function in utterances of acceptance, (b) phatic function in
the form of utterances of rejection, (c) phatic function in the form of utterances of invitation, (d) phatic function in . the form of
utterances of thanking,
and
(e) phatic function in the form ofutterance of greeting.
Keywords: phatic discourse, lip-seruing discourse, education domain, prngnutic context
Abstrak
Tujuan dari penelitian kefatisan berbahasa dalam bahasa
Indonesia ini adalah untuk mendeskripsikan wujud-wujud
dan makna-makna pragmatik kefatisan berbahasa yang
terdapat
dalam
tindak
berbahasawarga
masyarakat Indonesia, khususnyadi
dalam ranah
pendidikan. Berdasarkan maksud atau makna pragmatiknya, tuturandalam bahasa Indonesia pada ranah pendidikan dapat
dikeiompokkan menjadi lima makna Pragmatik kefatisan
yakni, (a) basi-basi dalam tuturan yang bermakna pragmatik
penerimaary (b) basi-basi dalam tuturan yang bermakna
pragmatik penolakan, (c) basi-basi dalam tuturan yang
bermakna pragmatik mengundang,
(d)
basi-basi dalamtuturan yang bermakna pragmatik pengucapan terima
I
Artikel jurnal ini merupakan salah satu wujud luaran penelitian yangdibiayai oleh dana hibah DPRM, KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGL DAN
PENDIDIKAN TINGGI, REPUBLIK INDONESIA, kompetensi pada tahun 20'1.6.
Manifestasi Wujud dan Makna pragmatik ...
kasih,
dan
(e) basi-basi dalam tuturan yang bermaknapragmatik penyampaian salam.
Kata kunci: kefatisan berbahasa, basa-basi berbahasa, ranah
pendidikan, konteks pragmatik
A.
PENDAHULUANPerkembangan
studi linguistik dan
pragmatik dalam
bahasa Indonesia hingga saatini
terbukti tidak
banyak mencatat ihwalphatic
communion(komuni fatis,
komunikasi
fatis,
kefatisan berbahasa). Salah satu bukulinguistik
Indonesia yang mencatatihwal
kefatisan
berbahasaadalah
buku
karya
HarimurtiKridalaksana (2008)
berjudul
Kelas Kata dalam Bahasa lndonesia. Buku-buku lain, termasuk yang secara khusus berbicara tentangkelas kata, kategori kata, atau pengelompokan kata, sama sekali
tidak mendeskripsikan tentang kefatisan berbahasa itu.
Dalam pada
itu,
buku-buku pragmatikbaik
yang ditulis pakar asing maupun pakar Indonesia jugatidak
banyak yang mendeskripsikan ihwal kefatisan berbahasaitu
dalam saiah satu bab atau sub-babnya. Padahal,ihwal
kefatisan berbahasa jelassekali merupakan fenomena pragmatik, seperti halnya implikatur,
tindak tutur,
deiksis,'dan kesantunan berbahasa (Rahardi, 2005; 2015a). Kelangkaanstudi
tentang
kefatisandalam
berbahasaIndonesia
seperti.yu
sejalan dengan kelangkaanstudi
tentang ketidaksantunan berbahasa sebagai f enomena pragmatik.Dalam hal publikasi jurnal, peneliti bersama tim juga sudah
memublikasikan artikel itmiah tentang kefatisan berbahasa dalam
iurnal
nasional
terakreditasi AdabbiyafUIN
Sunan
KalijagaYogyakarta Vol. XIIL No. 2, Edisi Desember 20'1-,4, SK Akreditasi
DIKTI No.:
040/P/2014.
Sebelumnya,penulis
jrgu
sudahmemublikasikan
hasil
pemikirarmyatentang
partikel-partikelfatis
dalam wacana padajurnal
Orientasi Baru,Vol.
23,No.
1,April
20'J,4, Fakultas Filsafatdan
Teologt, Universitas SanataR. Kunjana Rahardi
Dengan mendasarkan
pada
paparan
latar
belakang didepan, rumusan masalah penelitian tentang kefatisan berbahasa
dalam bahasa Indonesia pada ranah pendidikan yang hendak
dikaji
secaralinguistik dan
pragmatik
ini
adalahwujud
clan makna pragmatik kefatisan berbahasa apa sajakah yang terdapatdalam tindak
berbahasa masyarakat Indonesiadalam
ranahpendidikan. Kebermanfaatan penelitian tentang kefatisan dalam
berbahasa
ini
dipilah menjadi tiga hal, yakni (a) kebermanfaatandalam kaitan dengan perkembangan
ilmu
bahasa atau linguistiksebagai
salah
satu
bagian
integral
dari
IPTEKS,
(b)kebermanfaatan praktis dalam kaitan dengan optimalisasi fungsi hakiki bahasa sebagai sarana untuk mengukuhkan kerja sama dan
kebersamaan dengan sesama manusia, dan (c) dokumentasi salah
satu dimensi kekayaan sosial-budaya masyarakat Indonesia.
Data penelitian
ini
diperolehdari
tuturan
natural warga masyarakat dalam ranah pendidikan, khususnya yang diambildari
sekolah-sekolah dan beberapa perguruantinggi
di
DaerahIstimewa Yogyakarta. Dengan demikian, perlu ditegaskan bahwa data penelitian
ini
adalah bahasa natural manusia (natural human language)y*g
dituturkan secara langsung dalam konteks waktudan tempat
di
sekitar pelaksanaan penelitian. Dengan perkataanlain, data penelitian
ini
adalah tuturan-tuturan yangdi
dalamnyaterdapat manifestasi
wujud-wujud
kefatisan berbahasa dalam ranah pendidikan yang dituturkan olah siswa, mahasiswa, guru,dan
dosen,pada
sekolah-sekolahdan
perguruan-perguruantinggi
di
Daerah Istimewa Yogyakartayang
dijadikan sumberdata lokasional penelitian ini.
Selanjutnya, perlu ditegaskan bahwa metode pengumpulan
data yang
digunakan
dalam
penelitian tentang
kefatisanberbahasa dalam ranah pendidikan
ini
adalah metode simak danmetode cakap (Sudaryanto, 2015). Kedua metode pengumpulan
data yang disebutkan di depan itu sudah sangat lazim diterapkan
di
dalam penelitian kebahasaan ataulinguistik, baik
linguistikdalam
pengertian
struktural
maupun
linguistik
dalamperkembangan
situasional
maupun
sosio-kultural,
sepertiN,l.rrriicstersi \{ujuti clan N{akna pragmatik ...
pragmatik,
sosiopragmatik,dan
cabang-cabang antardisiplinlainnYa.
Kedua metode pengumpulan data penelitian
itu
diterapkan dengan teknik-teknik dasar maupun teknik-teknik lanjutannya. Beberapateknik
yang
akan banyak digunakandalam
rangka pelaksanaan kedua metodedi
atas adalahteknik
catat, teknikrekam,
dan
teknik
pancing
(Sudaryanto,
2015).
Sepertidisampaikan
di
bagian depan, teknik-teknik pengumpulan datadi
atas akan diterapkan sesuai dengan peruntukannya, terutamadisesuaikan
dengan kejatian
atau
identitas
objek
sasaranpenelitiaru:Iya.
Data yang disajikan dengan menerapkan metode dan teknik
pengumpulan data yang tepat seperti digambarkan
di
depan,selanjutnya dianalisis dengan menerapkan metode
dan
teknikanalisis
yang benar
dan
tepat
pula.
Metode
analisis yangditerapkan untuk menganalisis data penelitian
ini
ada dua, yaknimetode
analisis padan
dan
metode analisis
distribusional(Mahsun, 2007; Sudaryanto, 2015). Metode analisis distribusional
digunakan
untuk
memerikan dimensi-dimensilinguistik
daripenelitian
tentang
kefatisan berbahasadalam
penelitian
ini.Adapun metode anaiisis padan digunakan
untuk
menjangkauperian dalam
dimensi-dimensi
pragmatik
dari
penelitiankefatisan
berbahasaini.
Dimensi
linguistik
dan
dimensi pragmatik, kedua-duanya harus dijangkau dalam pelaksanaanpenelitian ini, mengingat fokus pemerian objek sasaran penelitian
ini adalah dimensi linguistik dan dimensi pragmatik. Selanjutnya,
metode padan
yang
digunakan
untuk
menganalisis data penelitiantentang
kefatisan berbahasaini
diperinci
denganteknik-teknik dasar maupun teknik-teknik laniutannya.
Perlu
ditegaskandi
sini
bahwa
metode
padan
yangditerapkan
adalah
metode
padan
ekstralingual.]adi,
yangdipadankan
adalah
entitas-entitas
yang
berada
di
luarkebahasaan, atau yang dalam
linguistik lazim
disebut sebagaiR. Kunjana Rahirrdi
penelitian
kefatisan berbahasaclalam
ranah
pendielikan iniditerapkan dengan menggunakan teknik bagi, baik
teknik
bagiyang sifatnya langsung maupun teknik bagi yang sifatnya ticlak
langsung terhadap unsur-unsur
tuturan yang
mengandungkefatisan berbahasa sebagai objek sasaran penelitian ini.
selanjutnya sebagai kerangka teori, peneliti terinspirasi oleh gagasan phntic communion yang disampaikan oleh Malinowski.
Konsep Malinowski phatic
communionyang
selanjutnya diterjemahkan secaraharfiah
menjadi
komuniofatis,
yang kemudian dimaknai secara luas sebagai komunikasi fatis, dalamstudi linguistik dan
pragmatik
di
Indonesia ternyata belum mendapatkan perhatianyang cukup
memadaidan
signifikan. Padahal dalampraktik
berkomunikasi dan berinteraksi dengansesama, masalah kefatisan dalam berbahasa merupakan bagian
integral yang selalu akan dilakukan warga masyarakat untuk
menjalin hubungan yang baik dan kerja sama yang optimal di
antara sesama warga masyarakat ifu.
Ihwal
kefatisan berbahasadiyakini
muncul sebagai salahsatu
fenomena universaldalam
praktik
berbahasa, sekalipunmanifestasinya
berbeda-bedadalam
setiap budaya
danmasyarakat tertentu. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa
ihwal
kefatisan berbahasaitu
merupakan fenomena universal,tetapi i,rga
sekaligus merupakan fenomenapragmatik
yangbersifat khas
kultur
tertentu
atau
sifatnya
culture
specific. Kekhususan dan kekhasan dari manifestasi kefatisan berbahasainilah yang
menarik
peneliti
untuk
mengkaji
fenomenakebahasaan yang belum banyak disentuh oleh para linguis dan
ahli
pragmatik
ini.
Di
satu sisi,
fenomena kebahasaanini
merupakan sesuatu yang
tidak
pernah dapat lepasdari
praktik komunikasi dan interaksi keseharian antarsesarna, tetapidi
sisiyang laru fenomena kebahasaan
ini
dibiarkan berjatan begitu saja sebagai fenomena yang tidak banyak diteliti dan dikaji.secara spesifik, seperti telah disampaikan di bagian depan,
teori yang digunakan sebagai kerangka acuan (frame of reference)
Manifestasi Wujud dan Makna pragmatik ...
dan
sebagai
alat
analisis adalah
teori
Malinowski
yang mendefinisikan plntic conmrunion sebagai " a type of speech in whichties of union sre crented by
fi
lr'tere exclunge of word". Lebih lanjutberkenaan dengan konsep
ini, dia
menjelaskan tentangfungsi-fungsi
sosialdari
komunikasifatis, yakni
sebagai pengukuh ikatan personal dalam komunikasi itu sendiri. Pengukuhan ikatan personalitu
dilakukan dengan menggunakan pertukaran kata-kata sehingga perbincangan menjadi menyenangkandan
tidakkaku.
Cara
tersebut ternyatadilakukan
baik oleh
masyarakatprimitif
maupun masyarakat modern. Ir4ereka bercakap-cakapdalam
suasanayang
tulus
(purely sociable)dan
merekajrgu
bercakap-cakap
dengan
ringan
untuk
memantapkan ikatanpersonal
di
antarapara
peserta komunikasi. Kata-kata yang digunakan dalam komunikasifatis,
lazimnya bersifat alamiah (natural),tidak
direkayasaatau
dibuat-buat. Karena bersifat alamiah (naturally language), kata-katayang
digunakan dalampraktik
komunikasi fatis lazimnya bertalian erat dengar. aspeksosial-budaya suatu masyarakat. Artinya, kata-kata fatis itu sudah
benar-benar dikuasai
individu
dan
telah menjadi bagian yang integral dalam kehidupan bermasyarakat dan berbudaya.B.
KATEGORISASIWUJUD
DAN
MAKNA
PRAGMATIKKEFATISAN
Berdasarkan data kefatisan dalam ranah pendidikan yang dapat
dijangkau
peneliti
di
seputar
waktu
penelitian,
didapatkansejumlah data tentang manifestasi basa-basi yang dilakukan antar
guru,
antara
guru dan
karyawary
antarkaryawan. Secaraterperinci, manifestasi kefatisan berbahasa yang berwujud
basa-basi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
L.
Kefatisan BerbahasaBerwuiud
Basa-Basi yang Bermakna Pragmatik MenerimaManifestasi kefatisan dalam bentuk basa-basi berbahasa hadir
R. Kunjana Rahardi
sudnlL Bu tidnk apfi-fipa'. Bentuk 'tidnk apa-apa'sebagai respons atas
tuturan yang disampaikan
mitra
tutur
ketika hendak memintabantuan memfotokopikan dokumen tertentu
di
sekolah tersebut jelas sekaii rnerupakan manifestasi kefatisan. Tentu saja dengangagalnya kegiatan memfotokopi dokumen tersebut menjadikan
dirinya
kecewa. Kekeceweaannyatentu
saja beralasan karenapekerjaan mendesak yang bertalian dengan dokumen tersebut
menjadi tertunda, atau mungkin malah batal
untuk
dilakukandan diselesaikan pada waktu tersebut.
Akan tetapi dalam konteks persekolahan, terlebih-lebih data
tuturan
tersebut muncul dalamkaitan
denganlatar
belakang budaya Jawa yang mengedepankan keramahan dan sopan-santundalam
bertutur-sapa, kekecewaan
demikian
itu
dapatdisembunyikan
dalam
wujud
basa-basi.
Wujud
dari penyembunyian kekecewaanitu
tampak pada cuplikan tuturan yang disampaikan sang guru, yakni 'Halwhahr4 lain kali coba lagi'.Kekecewaan tidak dimanifestasikan dalam cara bersungut-sungut
atau dengan nuansa
raut
muka yang berisi kemarahan, tetapisebaliknya, justru dalam canda dan tawa.
Masyarakat berlatar belakang budaya )awa
tentu
sangatkental dengan nuansa pertutursapaan yang demikian
ini
padasaat
bertutur
dengan menggunakan bahasa Indonesia. Denganmenjauhkan
diri
dari kemarahan yang demikianini,
keserasianhubungan antarguru,
antarkaryawan,dan
antara
guru
dan karyawary antarsiswa, antarmahasiswa, dapatterjalin
optimal. Dengan demikian,hal
ini
sejalan dengantujuan
pokok
dari pemakaian komunikasifatis,
yakni untuk
mengukuhkan danmenjaga
keserasian
hubungan
antara
komunikator
dankomunikan.
Secara lengkap,cuplikan tuturan berikut
dapatdicermati untuk memperjelas hal ini.
Penutur
: Kalau mau foto kopi bisa nggak ya Bu?Mitra tutur : Wah, Ibu cantik belum beruntung, tintanya habis e!
Penutur
,,Y#ffi,u,
tuin kali coba lagi...Ya sudah Bu, tidak apa-apa.Manifestasi Wujud dan Makna tragmatik ...
Cuplikan tuturan lain yang terjadi dalam ranah pendidikan
di sebuah sekolah
jrga
tampak pada cuplikan tuturan berikut ini.Permisi Pak Kasidi, sedang sibuk ya?
Ya lumayan, gimana Nduk?
Haduh....hehehehe. Begini Pak, saya mau merepoti mau meminta data yang kemarin itu.
Oh...tenang saja, kalau itu nggak repot asal kamu bawa flashdisk.
Asyik, saya bawa kok Pak, ini....
Tunggu sebentar ya... Ya Pak, terima kasih ya. Iya,sama-sama. Penutur Mitra tutur Penufur Mitra tutur Penutur Mitra tutur Penufur Mitra tutur
|ika
dicermati dengan seksama,di
dalam cuplikan tuturantersebut, terdapat keserasian hubungan antara penutur dan mitra
tutur dalam berkomunikasi dalam intensitas yang tinggi. Artinya,
kadar
keeratandan
kedekatan hubungan antarapenutur
danrnitra
tutur
sudah kelihatan sekali dalam pertuturan tersebut.Sebagai
contoh cuplikan yang berbunyi,
'YA lumayan, gimana Nduk?' yang disampaikan oleh seorang pegawai tata usaha yangsudah
sangat
senior,
kepada
seorangguru
muda
wanita. Sekalipun keduanya berbeda dalam pekerjaan d.an jabatan, tetapipenyebutan
'Nduk' yang
dalam
masyarakat)awa
digunakanuntuk
menyebut seorang perempuan yang dikasihi, digunakanoleh
pria
senioryang
bekerja sebagai pegawaitata
usahaitu
dengan bebas, lepas, dan tanpa keraguan.
Rasa sedikit tidak nyaman mungkin ditunjukkan oleh sang
guru wanita muda tersebut, yang meresponsnya dengan tuturan
'Haduh....hehehehe'.
Akan
tetapi, sedikit perasaantidak
nyamantersebut
kemudian
lenyap
karena
sang
guru
memilikikepentingan
untuk
segera mendapatkan dokumen dari sang tatausaha tersebut. Bentuk
tuturan
'Ya Pak,teima
kasihya'
adalahwujud basa-basi penerimaan atas pelayanan baik sang tata usaha.
Secara
linguistis,
bentuk kebahasaan tersebut merupakan ucapanterima
kasih,tetapi
secara pragmatik dapat dikatakanR. Kunjana Rahardi
penerimaan jasa baik yang disampaikan oleh pegawai tersebut.
Karena
sang
guru
mengungkapkanucapan
terima
kasih,selanjutnya respons penerimaan disampaikan oleh pegawai tata
usaha tersebut dengan mengatakan' lya, santa-santa' .
Dengan demikian, jelas bahwa dalam pertutursapaan di
dalam
konteks pendidikan, adakalanya basa-basi penerimaan direspons balik dengan basa-basi penerimaan pula. Dengansama-sama
berbasa-basidemikian
itu,
hubungan
antarkeduanyamenjadi sangat serasi, kerja sama berjalan dengan baik dan lancar,
dan tentu saja relasi di antara pihak-pihak yang bertutur tersebut
menjadi semakin
kuat
dan
kukuh.
Sejalan
dengan
yang disampaikan sejumlah pakar, bahwa manifestasituturan
yang demikianini
sangat dekat dengan tujuan pokok komunikasi fatis,yang dalam berbagai literatur linguistik istilah
ini
ditelorkan olehBranislaw Malinowsky, antropolog berkaliber dunia yang sangat ternama.
2.
Kefatisan Berbahasa Berwuiud Basa-Basi Yang Bermakna Pragmatik MengundangSalah satu manifestasi maksud atau makna pragmatik tuturan
direktif
dalam bahisa Indonesia adalah mengundang (Rahardi,2005;2015a). Dalam pertuturan antara guru dan guru, karyawan
dan
karyawan,
bahkan antara karyawan
dan guru
atau sebaliknya, aktivitas saling mengundang lewat perfuturan natural demikian itu sering sekali terjadi. Dalam cuplikan tuturan berikut, makna pragmatik undangan tersebut muncul padatuturan
'SiniPak, saya kasih sesuatu....l'
Bentuk'sini'
yang tentu saja bentuklengkapnya adalah 'ke sini' jelas sekali merupakan ajakan atau undangan untuk datang.
Dalam
futuran
tersebut, undanganitu
disampaikan olehseorang
guru
perempuan kepada seorangguru laki-laki.
sangguru
laki-laki
yang bernama 'Rahmat' diundanguntuk
datangkepada
sang
guru
perempuan tersebutkarena
akan
diberisesuatu, mungkin saja makanuul ringary atau mungkin pula yang
lainnya. undangan disampaikan dengan nuansa maksud yang
Manifestasi Wujud dan Makna pragma[k ...
spontan, ketika sesaat dia melihat ada sosok Pak Rahmat
di
situ. Kespontananitu
tampak pada cuplikantuturan
yang berbunyi'Nah...kebetulan ada Pak Rahmat'.
Dengan kespontanan
dan
keakrabanpula, Pak
Rahmat merespons undangan tersebut dengan bercanda dan mengatakan'Apo ya Bu? Mau nambahi uang jajan saya ya?'Sekilas agak aneh
tuturan
tersebut karena
wujud
candanyaberkaitan
dengan'menambah uang
jajan'.
Akan
tetapi,
sepertiyang terjadi
padatuturan-tuturan bermakna pragmatik canda lainnya, semuanya
dapat
dikatakan
sebagai manifestasi
pelanggaran maksim-maksim dalam prinsip kerja sama Grice pada studi pragmatik.]adi,
seperti yang ditegaskanpula
dalam Rahardi (2005),hampir
semuawujud
kejenakaan adalahwujud
pelanggaranprinsip
kerja sama dalam bertutur. Jelas sekali dengan tuturanbercanda yang berbunyi'Apa ya Bu? Mau nambahi uang jajan saya ya7' pada cuplikan tuturan tersebut, relasi antarkeduanya menjadi semakin erat. Kejenakaan
dari
seorangpenutur yang
kembali direspons dengan kejenakaan oleh mitratutur
dapat dipandang merupakan petanda dari keeratan dan kedekatan relasidi
antara keduanya.Kefatisan
dalam
wujud
basa-basi undangan
yangdisampaikan
dalam cuplikan tuturan
tersebut
mempertegaspemyataan sejumlah pakar
yang
mengatakan bahwa keeratandan
kedekatanrelasi
antarsesamadapat dikukuhkan
denganwujud-wujud
komunikasi fatis. Cuplikantuturan
selengkapnyadisampaikan berikut ini untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang manifestasi kefatisan dalam berbahasa tersebut.
Penutur
: Nah...kebetulan ada Pak Rahmat. Sini Pak, sayakasih sesuatu....!
Mitra tutur : Apa ya Bu? Mau nambahi uang jajan sayaya?
Kefatisan dalan bahasa Indonesia di antara komunitas guru
di
sekolah tertentuirgu
dapat
dilihat
pada cuplikan
tuturan berikut ini.R. Kunjana Rahardi
Penutur : Halo Bu Yanti....Wah Bu Yanti kalau awal bulan
seperti ini
kelihatan cantik
sekaliya...hehehehehe. ...
Mitra tutur
:
Ah masak sih Bu? Tapi sepertinya saya paham maksud Ibu deh,....sini...sini saya kasih sesuatu.Penutur
: Lho benar-benar cantik kok bu hahahahaha. Ibu initahu saja maksudnya, saya kan jadi malu....
Dalam cuplikan tuturan
di
atas, kelihatan sekali bahwa diantara penutur dan mitra
tutur
telah terdapat relasi yang sangatdekat dan erat. Penutur adalah seorang
guru
perempuan, danmitra
tutur
jrgu
adalah seorangguru
perempuandi
dalam sekolahyang
sama. Kedekatanyang telah
berlangsung lama menjadikanhubungan
merekadekat
dan
erat
yang
dalamcuplikan tuturan
di
atas ditandai dengan kejenakaan-kejenakaanseperti pada 'Wah Bu Yanti kalau awal bulan seperti
ini
kelihatan cantik sekali ya...hehehehehe....' Kepiawaianmitra
tutur
dalammerespons kejenakaan
yang
disampaikan
penutur
dalamcuplikan
di
atas diwujudkan dalam tuturan yangberbunyi'Ah
masak sih Bu? Tapi sepertinya saya paltam maksud lbu deh, . . .sini. . .sini
sayakasih sesuatu.'
)adi, kelihatan sekali bahwa antarkeduanya sesungguhnya
sudah berhubungan dengan sangat erat dan
di
antara merekatelah terbiasa bertutur sapa dengan memerantikan
kejenakaan-kejenakaan seperti di atas itu. Letak dari kefatisan yang bermakna
pragmatik undangan terdapat pada cuplikan yang berbunyi,'Tapi sepertinya saya paham maksud lbu deh, . . ..sini. . .sini saya kasih sesuatu.'
Di
dalam cuplikan tersebut, terdapat maksud kejenakaan tetapiirrga sekaligus terdapat makna pragmatik kefatisan undangan.
Dengan perkataan lairu dapat ditegaskan bahwa kefatisan
berbahasa yang bermakna pragmatik mengundang tersebut hadir
menempel dalam tuturan tersebut. Akan tetapi, perlu ditegaskan
di sini
bahwa
manifestasi
basa-basinya
tidak
dapatdikategorisasikan sebagai basa-basi mengundang karena sejalan
dengan pandangan Rahardi et al. (2015b) yang
di
dalam bukuterbarunya menegaskan
bahwa
kefatisan berbahasaitu
tidak 236 Adnbiyyat, Vol. XV, No. 2, Desember 2016Manifestasi Wujud dan Makna pragmatik ...
dapat
dikategorisasikan berdasarkanmakna
pragmatisnya.Kefatisan berbahasa
itu
melekat pada tuturan dengan berbagaimakna
pragmatiknya,bukan hadir
sebagaikategori
makna-makna pragmatik tersebut.
3.
Kefatisan Berbahasa Berwuiud Basa-Basi yang BermaknaPragmatik Menolak
Manifestasi
komunikasi
fatis
dalam
wujud
basa-basi dalamtuturan yang
bermaknapragmatik menolak kelihatan
padacuplikan tuturan berikut, 'Ya
sebentarlagi
Bu....Sebentar sayamenyusul hehehe...'. secara sekilas,
cuplikan
futuran
tersebut memiliki makna pragmatik penerimaan, karena secara linguistik,di
dalamnya terdapat wujud penerimaan yangberbunyi'ya
nanti dulu Bu...'
atas ajakanuntuk
berangkat menuju koperasi. Akan tetapi, jika dicermati secara lebih mendalam, di dalam pengiyaanatau
penerimaan
tersebut terdapat maksud
atau
maknapragmatik penolakan. Dalam masyarakat
tutur
lawa, khususnya, yang dikenal dengan kebiasaan bertutur dalam konteks budayatinggi, maksud tuturan justru disampaikan dengan tuturan yang
bermanif estasi sebaliknya.
Dalam tuturan yang melibatk an 'high leael context' demikian
itu,
penutur dan mitratutur
harus berhati-hati dalam memaknaisebuah tuturan karena
jika
tidak hati-hati, akan kelirulah maknayang disampaikannya. Konkretnya, dalam cuplikan tuturan yang
berbunyi,
'Ya
nanti
dulu
Bu...nanti saya susul hehehehe', yar.gintinya
menerima ajakan penutur dan memberikanjanji
untukmenyusulnya ke koperasi, sesungguhnya merupakan penolakan.
|adi,
kefatisan berbahasa tersebut melekat padatuturan
yangbermakna
pragmatik
menerima,
tetapi
maksud
sebenarnyaadalah menolak.
Tuturan
yang secaralinguistik
diakhiri
dengan penanda kejenakaan'hehehehe' dapat dijadikanbukti
bahwa sesungguhya'pengiyaan' yang tampak pada
tuturan
tersebut sesungguh.yuR. Kuniana Raharcii
benar-benar
mau
menyusulnyake
koperasi,tetapi
tetap akanmeneruskan pekerjaarurya
sendiri yang belum
selesai. Untuk memberikan interpretasi yang lebih mendalam tentang maksudtuturan
tersebut
secara
lengkap,
berikut
ini
peneliti menyampaikan cuplikan tuturannya secara lengkap.Penutur
: Eh..., Bu Sud, mari ikut ke koperasi.Mitra
tutur
: Ya, nanti dulu 8u..., Nanti saya susul hehehehe...Basa-basi dalam tuturan dengan makna pragmatik menolak iuga dapat dilihat pada cuplikan tuturan berikut ini.
Hey Pak! Awas dihinggapi lalat lho hahahaha.
Melamunkan apa sih?
Ya Bu hehehehe, aka pergi ke mana ya?
Ada urusan sebentar, Mari Pak...
Ya mari. Hati-hati...
Manifestasi kefatisan berbahasa
dalam cuplikan
di
atasterletak
pada bentuk 'Ya
mar|
hati-hnti....' Secara linguistik,tuturan yang disampaikan oleh penutur yang berbunyi
'...
mariPak' adalah sebuah ajakan, sekalipun
di
dalamnya juga terdapatbasa-basi
karena .ajakan
itu
tidak
disampaikan
dengansesungguh.yu. Persis s€una dengan futuran bermakna pragmatik,
bukan ajakan seperti yang disampaikan penutur
di
atas, mitratutur
j.rgu
menyampaikantuturan yang
secara
linguistik bermakna penerimaanatau
pengiyaan,tetapi
sesungguh.yuberlawanan dengan hal tersebut.
Seperti
yang telah
disampaikanpada
bagian terdahulu,yakni
bahwa dalam budaya masyarakat yang berbudaya Jawa, khususnya, kepiawaianuntuk
berkomunikasidalam
kontekstingkat tinggi harus senantiasa dikedepankan. Sebab kalau dalam
berkomunikasi,
penutur
dan mitra
tutur
tidak
dapatmemerantikan
konteks
tingkat
tinggi
demikian
itu,kesalahpahaman akan senantiasa terjadi. A1ih-atih keserasian dan
kekukuhan relasi dalam komunikasi,
jika
konteks tingkat tinggiPenufur
Mitra tutur
Penufur
Mitra tutur
Manifestasi Wujud dan Makna pragmatik ...
demikian
itu
diabaikan,yang terjadi
justru
sebaliknya, yaknipertengkaran, perseteruan, dan seterusnya.
Jadi, bentuk 'Ya
mari, hati-hati'tidak
sertamerta
dapatdiartikan dengan menuruti ajakan
'Mai,
pak'.Itulah yang dalamperbincangan kita sekarang
ini
disebut sebagai komunikasi fatis@lntic corumunion). Bentuk'berluti-luti' dalam cuplikan tuturan di atas tidak benar-benar berisi pesan agar mitra
tutur
'berhati-luti'.Tuturan
itu
sekadar merupakan manifestasi basa-basi yangdisampaikan seseorang ketika sedang berpisah, yang satu pergi
meninggalkan yang lain.
Dengan perkataan lain, cuplikan tuturan antarguru dalam
sekolah pada cuplikan tuturan
di
atas sarat dengan nuansabasa-basi berbahasa sebagai manifestasi dari komunikasi fatis. Tujuan
pokoknya
tentu
adalahuntuk
melekatkan relasiyang
sudahdekat, erat, dan kukuh, sehingga menjadi lebih dekat, lebih erat,
dan lebih kukuh lagi.
Denganfakta
tersebut, sesungguh.yu fungsi hakiki bahasa yang sesungguhnya bukanlah semata-mataalat komunikasi. Komunikasi tidak berhenti pada komunikasi dan interaksi antara
penutur
dan mitra tutur,
atau mungkin iugadengan para pelibat
tutur
yang lainnya, tetapijauh lebih
darisemuanya itu, adalah untuk mengukuhkan relasi dan kerja sama antarumat manusia.
4.
Kefatisan BerbahasaBerwujud
Basa-Basiyang
Bermakna Pragmatik Mengucapkan Terima KasihDalam linguistik,
khususnya semantik, terdapatstudi
makna.Karena hakikatnya, semantik adalah cabang
ilmu
bahasa yang mempelajari makna bahasa.Akan
tetapi, makna bahasa yang dikaji dalam semantik terbatas pada makna yang sifatnya diadik,tidak
sampai pada makna yang sifatnyatriadik
(Rahardiet
al,2015a). Pemaknaan
yang
bersifat
diadik
tentu
tidak
dapat mendeskripsikan banyak dimensi atas datatuturarl
seperti yang disampaikan berikut ini.R. Kunjana Rahardi
Mitra tutur
Penufur
Mitra tutur
Penutur
Lho, biasanya mondar-mandir di ruang TU, kok baru kelihatan, Bu?
Baru tidak enak badan Pak!
Wah memang cuacanya sedang ndak baik. Semoga cepat sembuh ya 8u...!
Waduh, jadi malu aku diperhatikan sama pak Raji.
Iya...terima kasih ya Pak!
wujud
tuturan yang
menuniukkan
makna
pragmatikucapan
terima kasih adalah pada
ucapan
yang
berbunyi,'Iyo...terima kasih ya Pak!' pada
akhir
cuplikantuturan
di
atas.secara linguistik dan secara pragmatik, bentuk kebahasaan di atas
dapat dikatakan bermakna terima kasih karena memang terdapat
penanda-penanda berupa ungkapan yang berbunyi'terima kasih,.
Akan
tetapi secara pragmatik, bisajadi
ungkapan 'terima kasih,yang disampaikan tersebut tidak menunjukkan makna pragmatik 'teima kasih'
itu,
bahkan mungkin sebaliknya, yakni sama sekali bukan maksud terima kasih.Dalam
tuturan
yang
berbeda, bisajadi
ungkapan yangsecara linguistik merupakan ungkapan terima kasih tersebut, dan
secara pragmatik juga dimungkinkan memiliki makna pragmatik
'terima
kasih', maks.udtersebut
bergradasi.Artinya,
maknapragmatik terima kasih
itu
berjenjangmulai
dari
terima kasihyang
sungguh-sungguh,terima
kasihyang
setengah-setengah,atau bahkan kadar maksud terima kasihnya sedikit sekali. Dalam
cuplikan
tuturan
di
atas, maksudterima kasih
itu
didahuluidengan tuturan yang berbunyi, 'waduh, jadi malu aku diperhakan
sama Pak Raji'.
Dalam konteks perbincangan pragmatik, sepertinya maksud
tuturan
di
atasjuga tidak
nyata-nyata sesuai dengan tulisan ortografisnya. Dengan perkataan lairydi
dalam cuplikan tuturan yang mengawali maksud terima kasih dalam cuplikan tuturan diatas,
jrgu
terlebih dahuludiawali
dengan manifestasi basa-basiyang lainnya. Maksud kefatisan kepura-puraan, atau mungkin j.rgu maksud kefatisan kejenakaan, dapai saja diinterpretasikan
N,lanifestasi Wujucl clan Makna Pragmatik ...
dari
cuplikan tuturan yang
berbunyi,
'Wnduh,jntli
malu
nkttdiperlmtikut samo Pnk ltnli ' itu.
Cuplikan
tuturan lain
.yangdapat
memperjelas maksudpragmatik pengucapan terima kasih
jrgu
dapat dicermati dalamtuturan berikut ini.
Penutur
Mitra tutur
Penutur
Mitra tutur
Penutur
Mohon maaf Pak, saya mau menganggu sebentar.
Oh ya bagaimana, Bu?
Saya mau minta lembar kunci jawaban ujian yang kemarin itu Pak.
Wah tidak dibawa Bu. Coba nanti saya tanyakan
Pak Raji.
Ya Pak. Terima kasih.
Bisa
jadi
ungkapan penutur yang berbunyi 'Ya Pak, teimakasih
sebelumnya'pada cuplikan
tuturan
di
atas
bukanlah manifestasi kefatisan yang bermakna pragmatik menyampaikan ungkapan terima kasih. Bentuk 'terima kasih', bisa jadi tidakbenar-benar
disampaikanuntuk
menyampaikanmakna
pragmatik'terima kasih'. Dalam cuplikan tuturan
di
atas, bisa jadi u^igkapanitu
justru
merupakanungkapan
kekecewaan karena'lembariawaban kunci
ujian'
tidak
dapat diterima
dari
karyawan tatausaha, sedangkan kegunaannya sudah sangat mendesak karena
harus selesai proses koreksi pada saat itu jrgu.
Dapat terjadi
pula,
ungkapan
yang
secara ortografis berbunyr 'terima kasih'itu
memiliki
kadar yang berbeda, sepertiyang
disampaikandi
bagian depan.Mungkin
terima kasihitu
hanya
setengah-setengah disampaikankarena
karyawan tata usaha tersebuttelah
menjanjikanuntuk
menanyakan kepadakaryawan lairu yakni Pak Raji. Bisa
jadi
pula sama sekali bukanungkapan
terima kasih
tetapi
merupakan kejengkelan karenaternyata lembar kunci jawaban yang seharusnya berada di kantor sekolah
itu
justru
tidak
dapat ditemukan karena tertinggaldi
rumah.
Maka
sekalilagi,
konteks berkomunikasitingkat
tinggit!
if
I
ii
R. Kunjana Rahardi
penutur dan mitra
tutur
daramlatar
berakang budaya ]awa seperti tuturan yang disampaikandi
depan
itu.
Kegagalan atas pertimbangan konteks yang berjati diri,ttighlettel, itu, akan sangat
dimungkinkan tidak mencerminkan hakikat
dari komunikasi itu sendiri. Komunikasi dan interaksi yang terjadi tidak melahirkan
kekukuhan relasi
dan
keeratan serta kedekatanpersaudaraan,
tetapi
jauh dari
itu,
bisajadi
akan
merahirkan kejengkelan_ kejengkelan dan ketidaknyamanan-ketidaknyamanan.
Berkaitan
dengan
hal
tersebut,
sidang
pembaca dipersilakan
untuk
mengkaji lebih jauh contoh tuturan dalam
cuplikan berikut ini.
Penufur
: Bu yuyun...., ini saya maumemberikan arsip. Tapi
Mitra
tutur
ll!::T:ilXi,*:r';,;tap
saya terima hehehePenutur
: Hahaha...Ibu iniuiit
sututi,,Jrir.,ukasih ya Bu...
5.
Kefatisan Berbahasa Berwujud Basa-Basiyang Bermakna Pragmatik penyampaian Salam
Pengucapan
salam
atau
penyampaiansaram
hadir
dalamberbagai bahasa. Bahkan, mungkin
sekari salam
itu
hadir
pada semua bahasa manusiadi
muka
bumi
ini.
pengucapu.,,uru*
sesungguh.yu dapat dianggap
sebagai salah satu manifestasi dari
hakikat
manusia sebagai*utrurt
sosial(homo socius). Ketika
bertemu dengan sesama manusia, umat manusia
di
muka bumi
ini
selayaknya-saling menyampaikan salam. Daram masa-masa
terakhir
ini,
kebiasaanuntuk
menyampaikan salam antara satu-dengan
yang
rainnyamurai
berkurangdan
semakin runtur,bahkan
bisa
jadi
suatu
saatakan
mJnghilang. Salam dapat diungkapkan dengan bentuk basa-basi atau berupa manifestasi
kefatisary seperti dapat
dilihat
pada
contoh cuprikan tuturan
berikut.
Penufur
Mitra tutur
Penufur
Mitra tutur
Permisi Bu, saya mengganggu nggak
ya?
Eh....ya nggak dong pak. frA"u.i p""i, nggut
mengganggu kok.
Gini Bu, saya mau ambil soal ujian. Oh iya Pak. Silakan ambil ada di situt
242
\lanilt'stasi \\,uiutl rlan lt{akn.r I)r.rgrtr.rtik ..
Jelas
sekali kelihatan bahwa
tuturan,
'perrrtisi Brt, sov{tntengganggu rrggak r1a?' pada cuplikan tuturan di atas adalah basa-basi. Tuturan tersebut jelas sekali merupakan manifestasi dari
wujucl
kefatisan berbahasa. Apakah sungguh-sungguh bahwapenutur menyampaikan 'pennisi' dalam cuplikan tuturan
di
atas merupakanfakta
yangperlu
direinterpretasikan. Ketika orang mengatakan 'selmt-sehnt ntas', misalnya saja, sungguhkah bahwapenutur
ingin
menanyakan keadaan kesehatandari
mitratuturnya? Jawabannya
tentu
saja adalah, samasekali
tidak.Tuturan
itu
hanya
digunakan
untuk
menjalin
relasi,mengukuhkan komunikasi,
dan
sama sekalitidak
ada kaitandengan keadaan kesehatan dari mitra tuturnya.
Dalam praktik berkomunikasi, hal yang demikian itu sering
kali
ditemukan,dan
sebagai masyarakatyang
hidup
dalarnkonteks
kebudayaantinggi,
kita
harus
benar-benar piawai membuat interpretasi.Banyak
dimensi
konteks
yang
dapaidigunakan
untuk
memverifikasi
apakah
tuturan
seseora.rlgsungguh-sungguh
sesuai dengan
wujud
tuturannya
secaraortografis, ataukah terdapat suatu maksud yang harus ditangkap secara
arif
dan
bijaksana serta dengan kedalaman cakrawatrapandang' world aietl''.
Dalam cuplikan tuturan berikut
ini,
semakin jelas bagi kitabahwa seseorang menyampaikan
tuturan tidak
selalu sejalandengan
fakta
alamiahnya. Karenaorang
terbiasa menyalami seseorang dengan ungkapan,'selamat pagi'maka ketika hari sudahtidak
lus
pagi, bahkan sudah
siang
sekalipurymasih
sajaungkapan 'selamAt pagi
itu
disampaikan. Dengan faktaitu,
pastiorang akan
cepat mengatakanbahwa sesungguh.y,
kebasa-basian itu muncul. Cuplikan tuturan berikut memperjelas hal ini, silakan dicermati dengan teliti.
Penutur
: Selamat pagi Bu.R. Kunjana R.rhareii
Bentuk
kebahasaan'itti
sudnh
siang'
sesungguhnyamerupakan
upaya
penyadaranakan
ketidaktepatan basa-basi yang disampaikan oleh penutur dalam cuplikan tuturandi
atas.Akan tetapi, sebelum pelurusan basa-basi
itu
disampaikan olehmitra tutur,
terlebih dahulu
basa-basi yang disampaikan oleh penuturitu
dijawab dengan nuansa kejenakaan,yakni
dengantuturan yang berbunyi,'Ya Pak, selamat pagi hehehehe.'Kadang kala
orang menjadi merasa malu karena maksud basa-basinya temyata
ditanggapi dengan secara serius oleh mitra tutur.
Sebagai contoh,
ketika
seorang dosen bertemu denganteman dosennya
di
kantor,lalu
menanyakan 'sudah selut, Pnk?'dan dijawab dengan 'sehat sekali', maka berhentilah kelanjutan
berbasa-basi
itu.
]awaban 'sehat sekali' yang artinya sehat sekaliatau sangat sehat itu sesungguhnya tidak mencerminkan keadaan
yang sesungguhnya karena pada faktanya
yang
bersangkutan masih sakit-sakitan.C.
SIMPULANMasalah
pokok
dalam penelitianini
sebagaimana disampaikandalam rumusan maisalah adalah
untuk
mendeskripsikan wujuddan
makna pragmatik
kefatisan
berbahasadalam
bahasaIndonesia pada ranah pendidikan.
Berdasarkan maksud pragmatiknya, tuturan dalam bahasa
Indonesia pada ranah pendidikan dapat dikelompokkan menjadi
lima
makna pragmatik
kefatisanyakni,
(u)
basi-basi dalamtuturan yang
bermaknapragmatik
penerimaary(b)
basi-basidalam tuturan yang bermakna pragmatik penolakan, (c) basi-basi
dalam tuturan yang bermakna pragmatik mengundang, (d)
basi-basi dalam tuturan yang bermakna pragmatik pengucapan terima
kasitu dan (e) basi-basi dalam tuturan yang bermakna pragmatik
penyampaian salam.
Manifestasi basa-basi
itu
melekatpada
tuturan-tuturanyang
mengandungmakna pragmatik
di
atasitu,
dan
tidakManifestasi Wujud dan Makna Pragmatik ...
dengan serta-merta dapat dikatakan bahwa terdapat basa-basi
dalam
tuturan-tuturan tersebut.Hal
demikian
sejalan denganpandangan pakar yang mengatakan bahwa kefatisan berbahasa
itu
tidak memiliki
rnaksud karena fungsinya adalah sekadarpemerekat dan pemerkukuh komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesis.
Jakarta: Gramedia.
Locher,
Miriam A
and Derek Bousfield. 2008. 'Impoliteness andpower
in
language' dalam lmpoliteness in Language: Studies on its Interplay with Powerin
Theory and Pracfice. New York. Mouton de Gruyter.Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahnpan, Strategi, Metode, dan T elstikny a. Jakarta : Raj a Graf ind o Persada.
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan lmperatif Bahasa
lndonesia. Jakarta: Erlangga.
Rahardi, Kunjana, Yuliana Setyaningsih, Rishe Purnama Dewi. (2015a). Pragmatik: Fenomena Ketidaksantunan Berbahasa. Yogyakarta: Keppel Press.
Rahardi, Kunjana, Yuliana Setyaningsih, Rishe Purnama Dewi. (2015b).
Kata fatis
penanda ketidaksantunan pragmatikdalam ranah keluarga . Adabiyy at, 13(2), 149 -175.
Sudaryanto. 2015. Metode
dan
Aneka Teknik analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.Terkourafi, Marina. 2008. 'Toward a unified theory of politeness, impoliteness, and rudeness.' dalam Impoliteness in Language: Studies on its Interplay with Power in Theory and Practice. New York. Mouton de Gruyter.
Watts, Richard
|,
Sachiko lde, Konrad Ehlich. 2005. Politeness inLanguage: Studies