• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PT. FLORIBUNDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VI. IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PT. FLORIBUNDA"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

VI. IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PT. FLORIBUNDA

Lingkungan bisnis perusahaan akan mempengaruhi bisnis yang dijalankan perusahaan. Perubahan lingkungan, baik lingkungan makro seperti adanya globalisasi, perkembangan teknologi, dan kepedulian masyarakat maupun lingkungan persaingan turut menentukan dalam pengambilan kebijakan. Keselarasan antara kompetensi perusahaan dengan lingkungan diperlukan dalam menjalankan kegiatan bisnis. Bentuk keselarasan tersebut akan terlihat dalam pengambilan keputusan strategis. Analisis terhadap lingkungan bisnis tanaman Pakis PT. Floribunda akan menghasilkan faktor-faktor strategis yang digunakan dalam menyusun strategi pengembangan usaha. Analisis tersebut terbagi menjadi dua aspek, yakni lingkungan bisnis internal dan eksternal. Faktor-faktor tersebut terdiri atas kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman.

6.1 Analisis Internal PT. Floribunda

Lingkungan internal merupakan lingkungan organisasi yang berada di dalam organisasi itu sendiri dan secara formal memiliki implikasi yang langsung dan khusus pada perusahaan. Kajian mengenai lingkungan internal PT. Floribunda meliputi analisis mengenai sumberdaya, kapabilitas dan kompetensi inti yang dimiliki perusahaan.

6.1.1 Sumberdaya (resource)

Sumberdaya PT. Floribunda dapat diklasifikasikn menjadi 3 jenis, yakni sumber daya terukur (tangible), sumber daya yang tidak dapat terukur (intangible), dan sumberdaya manusia (SDM).

6.1.1.1 Sumberdaya Terukur (Tangible)

Sumberdaya terukur merupakan sumberdaya yang terlihat atau berwujud serta mudah diidentifikasi dan dievaluasi. Sebagai sebuah perusahaan, PT. Floribunda memiliki sumberdaya untuk menunjang kegiatan usaha. Sumberdaya tersebut antara lain:

(2)

a. Lahan

Lahan didefinisikan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan usaha. Saat ini PT. Floribunda mengusahakan total lahan seluas 2 ha yang keseluruhannya telah dimanfaatkan. Dari total luas lahan tersebut, luasan lahan yang digunakan untuk kegiatan budidaya 82 jenis tanaman hias adalah 70 persen atau seluas 1,4 Ha. Lahan seluas 0,6 Ha atau sebesar 30 persen luas total digunakan untuk budidaya enam jenis Pakis saja. Bila dibandingkan dengan total luas lahan budidaya 76 jenis tanaman hias lain, maka tanaman Pakis mendapat proporsi yang lebih besar untuk luas lahan. Hal ini menunjukkan komitmen perusahaan dalam mengembangkan bisnis Pakis, terutama untuk meraih peluang permintaan ekspor dan potensi permintaan dalam negeri.

Lahan seluas 0,6 Ha yang digunakan untuk budidaya Pakis dirasakan tidak mendukung pengembangan bisnis perusahaan. Keterbatasan lahan merupakan salah satu penyebab terbatasnya kapasitas produksi enam jenis Pakis yang diusahakan PT. Floribunda. Selain itu, lahan juga salah satu penghambat bagi pengembangan produksi varietas Pakis potensial lainnya.

Tabel 16. Pemanfaatan Lahan Pada PT. Floribunda

No Keterangan Luas Lahan(Ha) Persentase (%)

1 Lahan Budidaya Tanaman Hias (Selain Pakis) 0,8 40

2 Lahan Budidaya Tanaman Pakis 0,6 30

3 Penyimpanan Koleksi Plasma Nutfah 0,1 5

4 Lahan Kegiatan Agrowisata 0,4 20

5 Show Room dan Administrasi 0,1 5

TOTAL 2 100

b. Sarana dan Prasarana

Untuk menunjang usaha, PT. Floribunda memiliki beberapa sarana dan prasarana. Berdasarkan fungsinya, maka sarana dan prasarana yang dimiliki PT. Floribunda dibedakan menjadi tiga jenis, antara lain sarana dan prasarana produksi, distribusi dan administrasi. Sarana dan Prasarana yang dimiliki PT. Floribunda terlihat pada Tabel 17.

(3)

Kegiatan produksi didukung oleh sarana dan prasarana yang berkondisi baik. Namun demikian, sarana dan prasarana yang ada saat ini belum menunjang bagi pengembangan usaha. Pertama, untuk meningkatkan kapasitas produksi dan memenuhi permintaan ekspor yang berjumlah besar, dibutuhkan sarana dan prasarana dengan jumlah besar. Ketidakmampuan PT. Floribunda dalam berproduksi sejumlah permintaan juga disebabkan jumlah sarana dan prasarana yang kurang menunjang. Kedua, kegiatan produksi masih menggunakan peralatan sederhana yang kurang menunjang perbanyakan bibit secara masal dan menjadi penghambat bagi PT. Floribunda mengembangkan jenis baru tanaman Pakis yang potensial diterima pasar. Ketiga, perusahaan perlu mengetahui kondisi tumbuh yang paling sesuai untuk Pakis. Pakis tumbuh opimal dengan 45 persen cahaya masuk, namun saat ini perusahaan menggunakan paranet yang menutup 60 persen cahaya masuk.

Tabel 17. Sarana dan Prasarana yang Dimiliki PT. Floribunda Tahun 2010

No Bidang Jenis

1. Produksi Spesialisasi Ruang Produksi (ruang pembuatan pupuk dan media, ruang pembibitan, ruang pembesaran (kantong 10 cm)

20 unit saung dengan paranet 60 persen

Peralatan pertanian sederhana (cangkul, arit, ember) Instalasi listik dan irigasi

2. Usaha

Non produksi Ruang pelatihan dan seminarPenginapan

Perlengkapan bisnis agrowisata (meja, kursi, white board, dan alat tulis)

Dapur

3. Distribusi 1 unit mobil dengan cold storage 4. Administrasi Bangunan kantor

Peralatan dan perlengkapan kantor Instalasi listrik, telepon dan faximile

Kegiatan administrasi dan keuangan terpusat pada kantor PT. Floribunda yang terletak di wilayah Jakarta. Pemilihan lokasi kantor dilakukan secara sengaja untuk memudahkan transaksi dan komunikasi dengan konsumen yang mayoritas berasal dari Jakarta dan daerah sekitarnya. Sarana dan Prasarana administrasi

(4)

berada pada kondisi baik dan mampu menunjang pengembangan bisnis Pakisnya. Sarana dan prasarana distribusi berada dalam kondisi baik dan mampu menunjang usaha. Mobil yang dilengkapi cool storage dapat menjaga kesegaran dan kualitas tanaman hingga sampai ke tangan konsumen.

6.1.1.2 Sumberdaya Tidak Terukur (Intangible)

Sumberdaya tidak terukur merupakan sumberdaya yang tidak terlihat dan sulit diidentifikasi atau dievaluasi. Sumberdaya tidak terukur yang dimiliki PT. Floribunda, antara lain:

a. Daya Kreatifitas Untuk Memproduksi Jenis Pakis Baru

Kreatif berkaitan dengan kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan yang berbeda dengan produk yang selama ini ada. Kemampuan dan keberanian untuk memfokuskan produksi pada tanaman lokal yang bukan merupakan tren pasar merupakan hasil daya kreatif yang dimiliki PT. Floribunda. Prinsip usaha tanaman hias yang dianut PT. Floribunda adalah menciptakan pangsa pasar baru dengan produk yang selama ini belum ada di pasar, salah satunya adalah tanaman Pakis jenis Kadaka.

b. Reputasi (Performance)

Dalam industri tanaman hias nasional, nama PT. Floribunda telah dikenal karena kemampuan dan konsistensinya. PT. Floribunda adalah salah satu pioneer pengembangan daun potong Pakis Kadaka di Indonesia. Reputasi baik yang didapatkan PT. Floribunda merupakan hasil konsistensi dalam produksi, pelayanan dan harga produk. Kegiatan produksi bertujuan mendapatkan produk yang berkualitas untuk menjaga kepercayaan konsumen. Kontinuitas produksi selalu dilakukan untuk dapat memenuhi permintaan. Perusahaan juga selalu menjaga konsistensi harga, untuk menjaga agar harga produk tidak jatuh di pasaran.

6.1.1.3 Sumberdaya Manusia (Human Resources)

Sumberdaya manusia yang dimiliki Floribunda terdiri atas tiga level. Level pertama adalah pemilik sekaligus pengelola. Pemilik adalah pemegang kekuasaan

(5)

memiliki wawasan luas dalam bidang tanaman hias dan memiliki keterampilan dalam bisnis. Pengalaman dalam memimpin juga telah teruji dengan menjadi ketua Asosiasi Pengusaha Bunga Indonesia (Asbindo).

Level kedua adalah kepala bidang fungsional, yakni orang yang mengkoordinasikan pekerjaan dan bertanggung jawab terhadap bidang tertentu. PT. Floribunda membagi fungsi manajemennya ke dalam tiga bidang, yakni produksi, keuangan dan pemasaran. Tidak ada penunjukkan secara resmi untuk jabatan kepala bidang. Pemilihan dilakukan atas dasar kepercayaan pemilik dan kecakapan yang dimiliki. Ketiadaan supervisi ataupun manajer yang secara resmi memimpin fungsi manajemen merupakan pertimbangan pemilik yang masih sanggup menangani keseluruhan bisnis dan organisasi PT. Floribunda. Struktur perusahaan seperti ini lebih menghemat biaya, terutama terkait keterbatasan modal yang dimiliki oleh pemilik.

Level terakhir adalah teknisi pelaksana kegiatan operasional. Teknisi keuangan berjumlah empat orang, dan pemasaran berjumlah empat orang. Bidang produksi membutuhkan paling banyak tenaga kerja, yakni 20 orang karyawan tetap dan enam orang tenaga kerja honorer. Tenaga kerja bidang keuangan dan pemasaran memiliki kualifikasi dalam bidang pertanian dan manajemen. Keseluruhan tenaga kerja keuangan dan pemasaran adalah lulusan perguruan tinggi. Tenaga kerja bidang produksi merupakan penduduk sekitar yang rata-rata merupakan lulusan SD dan SMP.

Tingkat kompetensi yang dimiliki tenaga kerja produksi masih rendah. Saat perekrutan, tenaga kerja belum memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup untuk bekerja. Keterampilan dan pengetahuan pekerja akan meningkat seiring pengalaman dan latihan selama kerja. Perusahaan tidak memberikan pelatihan khusus kepada karyawan baru. Bentuk pelatihan yang diberikan merupakan pelatihan tidak resmi, berupa arahan dan bimbingan dari karyawan senior kepada karyawan junior. Rendahnya tingkat kompetensi tenaga kerja level teknis produksi menjadi salah satu penyebab mengapa teknologi belum diterapkan pada perusahaan.

Tenaga kerja PT. Floribunda mendapatkan beberapa insentif. Tenaga kerja keuangan dan pemasaran mendapat gaji tetap tiap bulan, sedangkan tenaga kerja

(6)

produksi menerima gaji tiap dua minggu. Bonus diberikan pada tenaga kerja produksi yang bekerja penuh selama satu minggu, yakni berupa gaji sebesar 2 hari kerja. Selain itu, terdapat beberapa tunjangan yang diberikan pemilik terhadap tenaga kerja produksi, antara lain tunjangan berupa sembako yang diberikan tiap bulan, tunjangan pendidikan bagi karyawan yang memiliki anak usia sekolah (hanya satu orang anak yang diberikan tunjangan), tunjangan kesehatan bila karyawan sakit, tunjangan hari raya (pada saat Lebaran), dan penyelenggaraan lomba saat hari kemerdekaan Republik Indonesia yang dilaksanakan khusus bagi tenaga kerja.

Prinsip kerja yang dianut oleh PT. Floribunda adalah kekeluargaan dan keakraban. Situasi tersebut kemudian menciptakan suasana kerja yang kondusif sehingga para pekerja dapat bekerja secara optimal dan dapat mendukung pengembangan usaha. Komunikasi terjalin baik antara level pemilik, kepala bidang, dan anggotanya. Setiap dua minggu diadakan pertemuan pada lokasi bidang produksi, dan diadakan lomba-lomba pada 17 Agustus untuk mengakrabkan tiap pekerja. Komunikasi baik terkait dengan penyampaian informasi dari level atas pada tiap level di bawahnya. Saat informasi diterima dengan sempurna, maka organisasi bergerak pada arah yang disepakati bersama, sehingga dapat meminimalkan kesalahan pekerjaan.

6.1.2 Kapabilitas

Analisis kapabilitas perusahaan dilakukan dengan pendekatan fungsional, yakni analisis terhadap fungsi-fungsi manajemen utama perusahaan, antara lain produksi, pemasaran, SDM dan keuangan. Fungsi manajemen PT. Floribunda terbagi menjadi tiga bidang, yakni produksi, keuangan dan pemasaran. Pembagian tiga bidang fungsional tersebut didasarkan atas pandangan pemilik mengenai apa yang paling dibutuhkan PT. Floribunda.

6.1.2.1 Produksi

Kegiatan budidaya Pakis dilaksanakan secara sederhana tanpa menggunakan teknologi tertentu. Unsur-unsur yang terdapat dalam manajemen produksi antara lain:

(7)

a. Bahan baku dan peralatan

Budidaya tanaman Pakis membutuhkan input berupa media tanam, benih Pakis, pupuk dan obat-obatan. Selain itu diperlukan peralatan pertanian sederhana (cangkul, arit dan penyemprot obat-obatan), pot, dan kantong tanam.

1. Media tanam

Media tanam untuk budidaya tanaman Pakis merupakan campuran antara kompos bambu, humus andam, limbah jamur, sekam dan cacahan sisa tanaman Pakis. Kompos bambu, humus andam dan sekam diperoleh melalui satu pemasok langganan di wilayah Cianjur. Sedangkan limbah jamur diperoleh melalui satu pemasok langganan wilayah Cipanas. Media tanam berupa cacahan sisa tanaman Pakis dihasilkan sendiri, dari limbah panen Pakis yang tidak dijual. Cacahan tanaman Pakis terdiri atas batang dan daun Pakis. Dengan demikian seluruh bagian tanaman Pakis dapat dimanfaatkan (konsep zero waste).

Pembuatan media tanam dilakukan sendiri oleh PT. Floribunda. Bahan-bahan pembuatan media tanam dicampur dan disterilkan pada ruangan khusus yang dikerjakan oleh satu orang. Pembuatan media tanam secara mandiri akan menghemat biaya bahan baku dan menjamin media dalam keadaan baik sesuai kebutuhan produksi.

Gambar 10.Ruang Pembuatan Media

Pemasok input PT. Floribunda berjumlah banyak dan tersebar di wilayah yang berdekatan, namun demikian terdapat satu pemasok langganan untuk tiap input yang diperlukan. Selama ini kebutuhan input dapat dipenuhi melalui pemasok langganan. Bila jumlahnya kurang mencukupi, maka perusahaan dapat

(8)

beralih pemasok dengan mudah. Biaya beralih pemasok murah karena tidak ada sistem perjanjian khusus antara PT. Floribunda dan pemasok. Karena telah menjadi langganan, maka PT. Floribunda mendapat beberapa kemudahan, antara lain potongan harga untuk pembelian dan prioritas pemenuhan permintaan oleh pemasok.

2. Benih

Benih Pakis pertama didapatkan dari habitat asli tanaman melalui kegiatan observasi dari habitat asli di lapangan. Selanjutnya benih dihasilkan sendiri oleh PT. Floribunda dari indukan tanaman Pakis melalui anakan/spora, sehingga tidak ada ketergantungan terhadap pemasok. Benih yang diproduksi sendiri bertujuan mengurangi biaya pembelian benih. Selain itu, panen dilakukan secara bertahap tanpa membuat tanaman mati dan tanaman dapat terus berproduksi. Sistem tersebut membuat kebutuhan benih untuk lahan yang saat ini ada tidak terlalu besar. Dalam pengembangan usaha, benih dibutuhkan dalam jumlah besar, terutama memenuhi permintaan ekspor dan potensi permintaan dalam negeri.

Kegiatan pembenihan dilakukan dengan cara sederhana tanpa menggunakan teknologi perbanyakan benih. Ketiadaan teknologi merupakan akibat dari rendahnya SDM level pelaksana produksi serta keterbatasan modal yang dimiliki pemilik. Saat ini telah ada lembaga yang menangani kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman hias, di dekat lokasi produksi PT. Floribunda. Hal ini menjadi peluang bagi PT. Floribunda untuk menjalin kemitraan yang menguntungkan kedua belah pihak.

(9)

Teknologi pembenihan yang ada saat ini memungkinkan bagi perbanyakan benih secara masal, yakni kultur jaringan. Tanaman baru dapat dihasilkan dengan mengisolasi bagian tanaman seperti daun dan mata tunas yang ditumbuhkan dalam media buatan aseptik dan kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh sehingga dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Melalui teknik ini bibit dihasilkan dengan jumlah banyak, mutu yang seragam dalam waktu yang singkat. Teknik ini sesuai dengan kondisi PT. Floribunda yang memerlukan perbanyakan tanaman secara masal untuk meraih peluang permintaan ekspor dan potensi permintaan dalam negeri.

3. Pupuk dan Obat-obatan

Budidaya tanaman Pakis membutuhkan pupuk dan obat-obatan. Pupuk yang digunakan antara lain pupuk kompos, NPK, Uragron dan Decis. Pupuk kompos merupakan hasil produksi sendiri. Bahan baku kotoran sapi berasal dari satu pemasok langganan di wilayah Cipanas. Bahan baku lainnya, yakni cacahan bahan Pakis didapat dari kebun Floribunda sendiri.

Selain menggunakan pupuk kompos, budidaya Pakis pada PT. Floribunda juga menggunakan pupuk sintetis, yakni NPK dan obat-obatan berupa Uragron dan Decis. Pupuk sintesis dan obat-obatan merupakan tanggung jawab bagian pengadaan yang berada di daerah Jakarta. Pemasok untuk pupuk dan obat-obatan merupakan langganan dan hanya berjumlah satu pemasok, namun tidak ada perjanjian khusus dengan pemasok tersebut. Pengiriman pupuk dan obat-obatan dilakukan secara berkala setiap dua minggu sekali atau apabila bagian produksi memerlukan.

4. Pot dan Kantong

Input untuk tanaman Pakis berupa pot dan kantong juga didatangkan dari wilayah Jakarta. Pemasok untuk pot dan kantong berjumlah satu pemasok dan bersifat langganan. Pot digunakan untuk menghasilkan Pakis dalam pemanfaatannya sebagai tanaman pot. Kantong 10 cm digunakan dalam tahap pembesaran hingga umur tanaman 6 bulan. Setelah itu, tanaman Pakis untuk daun potong dipindahkan ke lahan, sedangkan tanaman Pakis untuk tanaman pot dipindahkan ke pot.

(10)

b. Tenaga Kerja

Tenaga kerja bidang produksi adalah masyarakat asli daerah Cibodas. Rata-rata pekerja telah mengenal kegiatan pertanian, mengingat mayoritas penduduk Cibodas bekerja pada sektor pertanian, khususnya pertanian sayur dan tanaman hias. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan produksi berjumlah 20 orang. Masing-masing tenaga kerja telah memiliki spesialisasi kerja yang disesuaikan dengan keahlian yang dimiliki pekerja. Spesialisasi kerja PT. Floribunda terlihat pada Tabel 18.

Adanya spesialisasi kerja dapat meningkatkan efisiensi dan meningkatkan produktivitas berkali-kali lipat. Pembagian spesialisasi pekerjaan didasari oleh kemampuan yang dimiliki masing-masing pekerja. Pada kasus PT. Floribunda, meskipun terdapat spesialisasi kerja, namun pada kenyataannya sistem kerja bersifat fleksibel. Pekerja dapat membantu pos lain bila tanggung jawabnya telah dikerjakan.

Tabel 18.Tenaga Kerja Bidang Produksi PT. Floribunda (Orang)

No Spesialisasi Kerja Bidang Produksi Jumlah Pekerja (Orang)

1. Pembibitan dan Ruang Koleksi 3

2. Perbanyakan Tanaman 2

3. Penjaga Show Area 2

4. Pengatur Taman 2

5. Penanggung Jawab Villa 2

6. Pemotongan dan Panen 8

7. Pembakaran dan Sterilisasi Media 1

c. Proses Produksi

Proses produksi Pakis Kadaka membutuhkan waktu 6-7 bulan hingga tanaman siap dipanen. Waktu tanam yang lama menyebabkan pentingnya kuantitas dan perawatan secara berkala untuk menjaga pasokan dan kualitas. Ada beberapa cara yang digunakan untuk menjaga pasokan. Pertama, panen dibatasi hanya 3-4 daun per minggu, sedangkan sisanya dibiarkan tumbuh. Tiap rumpun Pakis terdiri atas 20 daun. Daun yang belum siap panen akan terus berproduksi

(11)

minggu terdapat tiga kali waktu panen, yakni Selasa, Kamis, dan Minggu. Tahapan dalam budidaya Pakis Kadaka terlihat dalam Tabel 19.

Tanaman Pakis dapat terus tumbuh dan dipanen. Meskipun demikian, media tanam perlu diganti setiap 3-6 bulan sekali, hal ini untuk menjaga tanaman dapat tumbuh optimal sehingga menghasilkan kualitas yang baik. Pakis Kadaka ditaman pada jarak tanam 30-40 cm. Pada tiap bedengan lahan seluas 1,2 m terdapat 9 tanaman Pakis. Tiap bedengan menghasilkan 18 tangkai Pakis per minggu. Dengan demikian, total kapasitas produksi dari lahan seluas 6000 m2 yang ditanami Pakis akan menghasilkan 9000 tangkai (900 ikat) tanaman per minggu.

Tabel 19.Tahapan Siklus Produksi Tanaman Pakis Kadaka (Bulan)

Tahap Siklus Produksi Waktu yang Dibutuhkan

(Bulan) 1. Penyemaian spora hingga menjadi tanaman

muda

1 2. Pertumbuhan tanaman muda hingga siap

dipindahkan pada kantong ukuran 10 cm 1 3. Pertumbuhan pada kantong 10 cm hingga

tanaman dipindahkan ke lahan

1 4. Pemindahan tanaman ke lahan hingga

tanaman siap panen

6

5. Panen

-Tanaman Pakis merupakan jenis tanaman perenial, dengan kata lain tanaman dapat terus tumbuh dan dipanen tiap waktu tanpa harus mematikan tanaman. Risiko produksi rendah, karena kondisi tanah, iklim dan air hampir sesuai standar, kecuali penggunaan paranet yang yang membiarkan 40 persen cahaya masuk, sementara literatur menyebutkan cahaya masuk 45 persen. Perusahaan juga dapat memproduksi benih secara mandiri, meskipun jumlahnya terbatas karena teknologi sederhana sehingga tidak ada ketergantungan benih terhadap pemasok. Hama dan penyakit jarang menyerang tanaman karena pertahanan alami Pakis yang berdaun tebal dan adaptif terhadap lingkungan.

(12)

d. Standar Mutu

Gradingdan Sortasi dilakukan dengan standar kualitas. Produk yang dijual harus memiliki kualitas yang sama. Produk dijual berdasarkan ukuran yang seragam, Tingkat ketegaran dan kesegaran daun potong juga lebih tahan lama. Susunan daun terlihat kompak dan serasi. Selain itu, daun Pakis berwarna cerah dan tidak terdapat noda akibat hama ataupun penyakit yang menyerang tanaman. Trade off yang terjadi adalah bahwa harga produk yang ditetapkan lebih mahal bila dibandingkan produk substitusi Pakis Kadaka.

PT. Floribunda menerapkan konsistensi dalam penetapan harga untuk menjaga harga produk agar tidak jatuh. Hal ini berbeda dengan pesaing yang menurunkan harga produknya saat tanaman hampir layu namun belum laku terjual. Pemilik PT. Floribunda mengaku hanya akan memproduksi tanaman yang belum/jarang ada di pasaran. Hal ini adalah salah satu siasat Floribunda untuk menghindari persaingan dengan produsen lain. Salah satunya adalah dengan menjual tanaman Pakis daun potong jenis Kadaka. Karena jarang ada di pasaran, harga ditentukan oleh keunikan tanaman, sehingga harganya tinggi. Keunikan yang dimaksud adalah dari bentuk serta motif yang terdapat pada daun yang tidak dimiliki daun potong jenis lain. Selain itu permintaan untuk keenam jenis Pakis Kadaka hanya dapat dipenuhi oleh PT. Floribunda, sehingga harga tanaman dapat ditentukan perusahaan.

6.1.2.2 Pemasaran

Pemasaran (marketing) merupakan sebuah konsep ilmu dalam strategi bisnis yang bertujuan untuk mencapai kepuasan berkelanjutan bagi stakeholder. Aspek pemasaran untuk usaha Pakis mengenal empat aspek yang perlu dikaji, antara lain produk, harga, tempat, dan promosi.

a. Produk

Sebagai produsen tanaman hias, PT. Floribunda memiliki ratusan koleksi tanaman hias. Varietas tanaman hias yang dikomersialkan adalah 82 jenis yang terdiri atas 56 jenis tanaman hias daun dan 25 jenis tanaman hias bunga. Koleksi tanaman Pakis berjumlah lebih kurang 20 jenis yang dikumpulkan dari berbagai

(13)

wilayah Indonesia. Dari 20 koleksi tanaman Pakis, hanya 6 jenis yang dimanfaatkan sebagai daun potong.

Daun potong digunakan sebagai pelengkap maupun inti elemen rangkaian bunga. Permintaan daun potong terus meningkat seiring perubahan tren rangkaian bunga yang berubah. Daun kini tak hanya dipandang sebagai pelengkap rangkaian. Daun yang berwarna-warni juga telah digunakan sebagai pengganti warna bunga.

Gambar 12.Pakis yang Diproduksi PT. Floribunda Kadaka Keriting (Microsorum Puntatum) Kadaka Udang (Drynaria Ridigula) Kadaka Ular (Microsorum Musifolium) Kadaka Tegak (Microsorum Scolopendrium) Kadaka Silver (Phlebodium Pseudoaureum) Kadaka Prisklet (Asplenium Nidus Plicatum)

(14)

Tanaman Pakis daun potong dijual per ikat, dimana satu ikat terdiri atas 10 tangkai daun. Jenis tanaman Pakis daun potong yang diproduksi antara lain: 1. Kadaka Keriting (Microsorum Puntatum)

2. Kadaka Tegak (Microsorum Scolopendrium) 3. Kadaka Silver (Phlebodium Pseudoaureum) 4. Kadaka Ular (Microsorum Musifolium) 5. Kadaka Udang (Drynaria Ridigula)

6. Kadaka Prisklet (Asplenium Nidus Plicatum)

Tiap jenis daun potong yang dijual dikelompokkan ke dalam kategori ukuran yang sama. Daun dengan ukuran S memiliki tinggi 30-35 cm. Daun yang dikategorikan berukuran M memiliki tinggi 36-45 cm. Ukuran L merupakan ukuran terbesar dengan tinggi 46-60 cm. Tiap ukuran tanaman dibedakan atas harga yang ditetapkan. Seluruh jenis produk Pakis dan ukurannya memiliki standar kualitas yang sama. Gradingdan sortasi dilakukan atas dasar ukuran, dan bukan berdasarkan kualitas.

b. Harga

Harga tiap jenis Pakis Kadaka berbeda, tergantung dari lama waktu jenis tersebut ada di pasar. Kadaka tegak yang cukup lama ada di pasar dan telah memiliki pesaing yakni PT Kebun Ciputri dijual dengan harga yang lebih murah dibanding harga Pakis Kadaka yang lain. Kadaka Ular dijual dengan harga paling mahal dari Pakis lain yang diproduksi PT. Floribunda. Hal ini disebabkan produk tersebut masih baru sehingga belum banyak ada di pasaran. Selain itu permintaan untuk produk ini tinggi, dan masih belum dapat dipenuhi PT. Floribunda. Saat ini belum ada standar harga pasar untuk enam jenis Pakis Kadaka yang diproduksi PT. Floribunda. Penetapan harga ditentukan oleh pemilik berdasarkan nilai produk tersebut di mata konsumen.

(15)

Tabel 20.Harga Daun Potong Pakis Kadaka PT. Floribunda (Rp)

Produk Ukuran S Ukuran M Ukuran LHarga Per Ikat Produk (Rp) Kadaka Keriting (Microsorum Puntatum) 12.500 15.000 17.500 Kadaka Tegak (Microsorum Scolopendrium) 7.500 10.000 12.500 Kadaka Silver (Phlebodium Pseudoaureum) 12.500 15.000 17.500

Kadaka Ular (Microsorum Musifolium) 22.500 25.000 17.500 Kadaka Udang (Drynaria Ridigula) 17.500 20.000 22.500 Kadaka Prisklet (Asplenium Nidus Plicatum) 17.500 20.000 22.500

c. Distribusi

Permintaan daun potong Pakis yang diproduksi PT. Floribunda datang dari dalam negeri dan mancanegara. Namun, keterbatasan kapasitas produksi membuat PT. Floribunda saat ini hanya mampu memenuhi sebagian dari permintaan Pakis dari dalam negeri. Perusahaan mendistribusikan sendiri produknya ke tangan konsumen. Kegiatan penjualan dilakukan secara langsung tanpa melalui distributor. Cara ini dipandang lebih efisien oleh perusahaan dan dapat menjaga harga produknya di pasar.

Konsumen PT. Floribunda yang ada saat ini terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok yang rutin membeli Pakis Kadaka, dengan frekuensi pembelian tiap minggu 1-3 kali pembelian dan rutin tiap minggunya. Konsumen ini terdiri atas 17 pelanggan atau 77,2 persen dari total pembeli yang terdiri atas floris, perangkai bunga, hotel maupun tempat pelatihan merangkai bunga. Rata-rata konsumen melakukan pembelian secara rutin. Namun demikian, juga terdapat beberapa konsumen yang tidak rutin melakukan pembelian. Konsumen berasal dari daerah Jakarta dan Bandung. Pengiriman barang untuk konsumen di daerah Jakarta dilakukan sendiri oleh PT. Floribunda, sedangkan untuk konsumen di daerah Bandung, pengiriman dilakukan melalui jasa pengiriman paket.

Sebanyak 17 pelanggan PT. Floribunda memenuhi kriteria sebagai pelanggan loyal. Pelanggan tersebut melakukan pembelian secara teratur, minimal sekali tiap minggunya, dan berulang tiap waktu. Konsumen ini menyadari daya tarik yang dimiliki Pakis Kadaka dibandingkan daun potong jenis lain, sehingga

(16)

timbul loyalitas pelanggan terhadap PT. Floribunda. Jumlah pembelian konsumen loyal adalah 94,5 persen dari total penjualan atau rata-rata senilai Rp 32.640.000,00 per bulan pada periode April-Juni 2010. Adanya pelanggan loyal dapat menurunkan biaya dalam mempertahankan pelanggan atau meraih pelanggan baru. Selain itu, perusahaan mendapat peluang yang lebih tinggi untuk kepastian penjualan dan meraih konsumen baru berdasarkan informasi positif yang disebarkan pelanggan loyal. Daftar konsumen serta jumlah pembelian Pakis Kadaka terlihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Daftar Konsumen dan Jumlah Pembelian Pakis Kadaka PT. Floribunda Selama Periode April-Juni 2010

No Pembeli Kapasitas Frekuensi Pembelian Per Bulan Total Pembelian Per Bulan (Rp) Persen Pembelian (%)

1 Floe Perangkai bunga 12 3.600.000 10,4

2 Kemang Orchid Perangkai bunga 12 5.400.000 15,6

3 Alamanda Floris 12 1.920.000 5,56

4 Puksia Perangkai bunga 12 1.920.000 5,56

5 Ira Sukses Perangkai bunga 12 3.600.000 10,4

6 Pondok Lily Floris 8 1.600.000 4,63

7 Eldadi Floris 4 2.000.000 5,79

8 Lima Benua Floris 12 1.920.000 5,56

9 Trisadika Perangkai bunga 12 480.000 1,39

10 Yansi Floris 8 1.200.000 3,47

11 Sekar Asri

(Cipete) Floris 4 600.000 1,74

12 Sekar Asri

(Barito) Floris 12 1.200.000 3,47

13 Sagita Flora Floris 4 600.000 1,74

14 Cineraria (Lotus) Floris 12 2.400.000 6,95

15 Daman Floris Floris 12 1.200.000 3,47

16 Newline Kursus Merangkai

Bunga 12 1.800.000 5,21

17 Blossom Hotel 12 1.200.000 3,47

18 Ny. Teted Perangkai bunga 1 200.000 0,58

19 Ny. Tanti Perangkai bunga 3 600.000 1,74

20 Ny. Maya Perangkai bunga 2 400.000 1,16

21 Ny. Santi Perangkai bunga 2 300.000 0,87

(17)

Proses pengiriman dilakukan sendiri oleh perusahaan. Sarana yang digunakan adalah mobil pengangkut dan cold storage yang akan membawa produk menuju konsumen. Sebelum dikirim, daun potong Pakis Kadaka mengalami tindakan pengawetan, yakni dengan menyemprotkan campuran 10 liter air, satu sendok makan gula dan satu sendok makan pemutih pakaian. Hal ini akan menjaga kesegaran tanaman selama perjalanan.

d. Promosi

Kegiatan promosi tanaman Pakis bertujuan mengenalkan tanaman Pakis jenis baru pada konsumen. Salah satu caranya adalah dengan mengikuti pameran tanaman hias di berbagai daerah dan negara. Selain itu, guna mengenalkan produk Pakis Kadaka, PT. Floribunda menyebarkan brosur mengenai tanaman hias Pakis yang diroduksi ke konsumen potensial, yakni hotel, event organizer, floris dll.

Tabel 22.Penjualan Pakis Kadaka PT. Floribunda (Ikat)

Tahun Bulan Jenis Tanaman Kadaka Udang Kadaka Ular2) Kadaka Tegak Kadaka Keriting Kadaka Silver Kadaka Prisklet3) 2009 Juni 460 - 700 1810 260 -2009 Juli 150 - 1060 950 100 -2009 Agust 1250 - 150 4300 460 -2009 Sep 420 - 310 916 220 -2009 Okt 551 - 431 2611 164 -2009 Nov 61 - 402 2041 212 -2009 Des 50 - 460 700 430 -2010 Jan 130 - 560 910 210 -2010 Feb 564 - 440 1330 474 80 2010 Mar 540 30 110 590 100 150 2010 Apr1) 200 - 200 - - 50 Keterangan :

1. Data Penjualan Bulan April Sampai dengan Tanggal 4 April 2. Kadaka Ular Mulai dikomersialkan bulan Maret 2010 3. Kadaka Prisklet mulai dikomersialkan bulan Februari 2010

Sebagai tanaman hias yang masih baru di pasar tanaman hias nasional dan internasional, kegiatan promosi sangat menentukan kesuksesan. Sayangnya, kegiatan promosi masih kurang efektif. Brosur dan kegiatan mengikuti pameran belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Ketidakefektifan promosi

(18)

terlihat dari jumlah penjualan perusahaan yang tidak meningkat. Hal ini menjadi kelemahan perusahaan yang perlu diperbaiki, terutama terkait dengan tujuan meraih peluang permintaan yang ada. Minimnya kegiatan publikasi juga menjadi penghambat bagi perusahaan untuk mencapai visi, yakni menjadi perusahaan tanaman hias tropis terdepan di Indonesia.

e. Segmenting, Targeting, PositioningPT. Floribunda

Pasar PT. Floribunda mencakup pasar domestik dan ekspor. Permintaan Pakis Kadaka untuk ekspor telah ada, namun belum dapat dipenuhi. Selain permasalahan kapasitas produksi, PT. Floribunda juga menghadapi ancaman berupa penguasaan paten Pakis oleh negara lain, dan rumitnya persyaratan ekspor mulai dari kualifikasi produk ekspor hingga masalah perizinan yang rumit. Permintaan di pasar domestik saat ini lebih rendah daripada permintaan ekspor. Meskipun demikian, pasar domestik masih menyimpan potensi, terutama terkait dengan pelanggan loyal dan konsumen Pakis potensial. Untuk menciptakan permintaan dalam negeri, diperlukan perbaikan sistem promosi perusahaan, dan kegiatan penelitian serta pengembangan untuk menciptakan jenis Pakis baru. Pasar yang menjadi prioritas dalam jangka waktu dekat adalah pasar domestik. Setelah perusahaan mapan dan mampu, maka PT. Floribunda juga akan berfokus pada pemenuhan permintaan ekspor.

1. Segmentasi

Segmentasi PT. Floribunda adalah konsumen tanaman tropis nasional dan internasional, khususnya Pakis dalam pemanfaatannya sebagai daun potong. Segmentasi ini dipilih berdasarkan cakupan wilayah konsumen.

2. Targeting

Target konsumen tanaman Pakis untuk pemanfaatan sebagai daun potong PT. Floribunda adalah pembeli dengan jumlah pembelian besar, yakni keperluan ekspor, pihak hotel, floris dan perangkai bunga. Daun potong digunakan sebagai unsur dalam rangkaian. Selain itu, daun potong juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan ruangan.

(19)

3. Positioning

PT. Floribunda memposisikan dirinya sebagai perusahaan penghasil tanaman hias tropis, khususnya Pakis berbasis sumberdaya genetik nasional yang selalu memproduksi jenis baru untuk menciptakan pasar dan mengatasi kejenuhan terhadap produk yang telah ada.

f. Penentuan gradingdan sortasi

Grading dan sortasi dilakukan berdasarkan ukuran produk. Produk yang dijual memiliki variasi berdasarkan ukuran, yakni ukuran S, M, dan L. Perusahaan menetapkan manajemen mutu untuk menciptakan produk yang berkualitas dan seragam mutunya, sehingga perusahaan tidak menetapkan grading berdasarkan kualitas. Tiap ukuran produk dibedakan berdasarkan harga. Untuk tanaman Pakis, harga yang ditetapkan berbeda, yaitu dengan selisih Rp 2.500,00 pada tiap ukuran.

6.1.2.3 Keuangan dan Akuntansi a. Modal

Modal yang digunakan sepenuhnya merupakan dana pribadi dan bukan merupakan pinjaman pada lembaga keuangan. Suku bunga pinjaman saat ini dirasakan sangat memberatkan sehingga pemilik memutuskan tidak melakukan pinjaman untuk mengembangkan usahanya. Modal tersebut digunakan untuk beberapa keperluan. Pertama, keperluan investasi awal berupa lahan, bangunan, perlengkapan dan peralatan. Sebagian penerimaan yang didapat tiap bulannya dikeluarkan kembali tiap kali masa produksi, meliputi bahan baku dan gaji karyawan. Pemilik juga mengeluarkan biaya untuk regulasi dan perpajakan.

b. Sistem administrasi dan pembukuan perusahaan

Perusahaan memiliki sistem pembukuan dan keuangan pada masing-masing bagian. Tahap pertama pembukuan dilakukan pada bidang produksi. Pembukuan yang dilakukan antara lain stok tanaman, jumlah penjualan dan pembuatan bon penjualan. Pembukuan tersebut kemudian diserahkan ke bagian keuangan perusahaan yang akan merekapitulasi data penjualan serta mengukur posisi kemampulabaan PT. Floribunda saat ini.

(20)

c. Kemampulabaan usaha tanaman Pakis

Kajian kelayakan ekonomi yang telah dilakukan PT. Floribunda menunjukkan posisi laba positif untuk usaha daun potong Pakis Kadaka. Tiap m2 lahan yang ditanami Pakis menghasilkan 20 daun potong per bulan. Luas lahan efektif yang ditanami tanaman Pakis pada PT. Floribunda adalah 0,5 ha atau 5000 m2, sehingga tiap bulannya tanaman Pakis yang dapat dipanen adalah 100.000 tangkai. Tanaman Pakis dijual dalam bentuk ikatan, dimana satu ikat tanaman terdiri atas 10 tangkai daun potong dengan harga rata-rata tiap ikat Rp 17.500,00. Penerimaan perusahaan untuk lahan seluas 5000 m2adalah Rp 175.000.000,00 per bulan. Laba bersih berjumlah 20 persen dari total penerimaan atau senilai Rp 35.000.000,00 per bulan. Berdasarkan kajian kelayakan finansial tersebut, maka usaha tanaman Pakis PT. Floribunda layak dijalankan, karena menghasilkan laba positif tiap tahunnya.

6.1.2.4 Penelitian dan pengembangan

Kegiatan penelitian dan pengembangan merupakan sebuah tindakan kreatif yang didasarkan pada sebuah dasar yang sistematis dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, termasuk pengetahuan mengenai manusia, sosial dan budaya. Pengetahuan tersebut kemudian digunakan untuk menemukan dan mengembangkan aplikasi baru. Tujuan kegiatan penelitian dan pengembangan tersebut antara lain untuk mengembangkan produk baru sebelum pesaing memikirkannya, meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan proses manufaktur atau fabrikasi untuk menurunkan biaya.

Kegiatan penelitian dan pengembangan bukan merupakan fokus PT. Floribunda. Hingga saat ini perusahaan belum melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan. Perusahaan hanya melakukan kegiatan perbanyakan produk yang telah ada dengan cara sederhana. Kekuatan perusahaan adalah kemampuan melihat potensi tanaman hias untuk dapat diterima pasar. Potensi tersebut kemudian dikembangkan menjadi sebuah bisnis.

Ketiadaan kegiatan penelitian dan pengembangan menjadi salah satu kelemahan perusahaan. Pencapaian tujuan perusahaan yakni pengembangan

(21)

pengembangan. Keterbatasan modal, dan rendahnya kualitas SDM pada tingkat pelaksana produksi menjadi salah satu penyebab mengapa perusahaan belum dapat mengembangkan kegiatan penelitian dan pengembangan.

6.1.3 Kompetensi Inti (Core Competence)

Kompetensi inti PT. Floribunda adalah pengetahuan dan keterampilan bidang tanaman hias tropis. PT. Floribunda memiliki koleksi berbagai macam plasma nutfah untuk dikembangkan. Dari kompetensi inti tersebut, PT. Floribunda mengembangkan beberapa bisnis yang berbasis tanaman hias. Bisnis pertama adalah produksi berbagai jenis tanaman hias, dan berencana memfokuskan bisnis pada tanaman Pakis. Tujuannya adalah meraih peluang ekspor dan menggali potensi permintaan dari dalam negeri. Keterbatasan modal dan lahan menjadi penghambat utama dalam meraih peluang. PT. Floribunda juga mengembangkan koleksi plasma nutfah asli Indonesia. Bisnis kedua adalah agrowisata tanaman hias, dengan kegiatan berupa pengetahuan mengenai plasma nutfah tanaman hias Indonesia, pelatihan budidaya dan pelatihan merangkai bunga.

Pengembangan kompetensi inti menjadi beberapa bisnis dimungkinkan karena PT. Floribunda memiliki wawasan dan pengetahuan yang cukup dalam bisnis. Pengembangan bisnis juga ditunjang oleh sarana dan prasarana yang dimiliki. Reputasi baik yang dimiliki PT. Floribunda juga menjadi modal dasar dalam pengembangan bisnis.

6.2 Analisis Eksternal PT. Floribunda

Lingkungan eksternal terdiri atas komponen dan variabel peluang dan ancaman yang berada di luar organisasi sehingga sulit dikendalikan oleh pengusaha. Perusahaan tidak dapat melalukan intervensi terhadap komponen eksternal. Kesuksesan jangka panjang diraih saat tindakan organisasi seirama dengan lingkungan eksternal. Strategi bisnis yang baik terlihat saat ada kesesuaian antara keinginan dan kondisi lingkungan dengan apa yang ditawarkan perusahaan, demikian juga antara kebutuhan organisasi dengan apa yang disediakan oleh lingkungan.

(22)

Ketidakpastian lingkungan merupakan ancaman bagi bisnis, khususnya PT. Floribunda karena menghambat kemampuan organisasi untuk mengembangkan rencana jangka panjang dan untuk membuat keputusan strategis untuk menjaga lingkungan internal seimbang dengan lingkungan eksternal. Kajian mengenai lingkungan eksternal dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni lingkungan makro dan industri. Lingkungan makro yang menaungi usaha antara lain kekuatan politik, ekonomi, sosial dan budaya. Lingkungan Industri yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah industri tanaman hias di Jawa Barat.

6.2.1 Lingkungan Makro

Lingkungan makro atau lingkungan jauh merupakan faktor-faktor diluar organisasi yang mempengaruhi usaha. Lingkungan makro tidak dapat dikendalikan organisasi, sehingga organisasi hanya dapat merespon apa dampak lingkungan jauh terhadap usaha dengan kekuatan yang dimilikinya.

a. Politik dan hukum

Kondisi politik domestik dan internasional secara langsung maupun tidak langsung, memiliki pengaruh terhadap kondisi ekonomi dan iklim bisnis dalam negeri, termasuk kondisi bisnis PT. Floribunda. Hal ini terutama terkait dengan situasi keamanan usaha. Labilnya kondisi politik juga akan berpengaruh pada bidang ekonomi, moneter, fiskal, perdagangan dan investasi.

Usaha tanaman hias secara umum digolongkan ke dalam kategori A, yakni pertanian, perburuan dan kehutanan. Usaha tanaman hias pertama, adalah pertanian bunga-bungaan yang khusus dipanen bunganya, termasuk pasca panen. Usaha tanaman hias kedua mencakup budidaya tanaman hias yang dipanen selain bunganya, yakni daun, batang, dan seluruh bagian tanaman tersebut. Usaha ketiga adalah usaha pembenihan hortikultura sayuran dan bunga-bungaan, mencakup bibit bunga, bibit buah-buahan dan bibit sayuran termasuk cangkokan, stek, umbi, dan akar umbi.10

Usaha tanaman hias Pakis Kadaka pada PT Florbunda digolongkan ke dalam usaha tanaman hias yang dipanen selain bunganya, yakni daun potong. Pajak yang dikenakan pada PT. Floribunda antara lain PPN (Pajak Pertambahan

(23)

Nilai), PPH (Pajak Penghasilkan), retribusi transportasi antar daerah, pajak tanah, PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), dan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak). Pajak tersebut dirasa memberatkan bagi PT. Floribunda. Nilai pajak tersebut kurang mendukung bagi tumbuhnya industri tanaman hias di Indonesia. NJOP PT. Floribunda disamakan dengan NJOP hotel, sehingga nilainya sangat besar dan memberatkan.

Kebijakan pertanian pemerintah lebih berfokus pada tanaman pangan sebagai komoditas politis. Pengembangan tanaman hias Indonesia hingga saat ini belum mendapat perhatian pemerintah.

b. Ekonomi

Kondisi pasar tanaman hias secara umum menunjukkan tren permintaan yang meningkat. Tanaman hias yang diproduksi antara lain jenis tanaman hias tropis dan subtropis. Plasma nutfah Indonesia sangat banyak, namun hanya sebagian yang dikembangkan. Sisanya masih terdapat di habitat aslinya dan belum dapat dimanfaatkan dengan baik.

Permintaan untuk tanaman Pakis terus meningkat. Permintaan tersebut datang dari dalam dan luar negeri. Adanya permintaan dan kurangnya supply dalam negeri merupakan peluang bagi perusahaan domestik. Karena keterbatasan modal dan investasi, maka potensi tersebut belum dapat diraih sepenuhnya.

Syarat-syarat bagi tanaman hias untuk diekspor berbeda tiap negara. Syarat pertama bagi penyelenggaraan kegiatan ekspor adalah produksi tanaman sesuai dengan apa yang diminta oleh negara pengimpor. Masing-masing negara memiliki persyaratan yang berbeda. Selain itu, tidak boleh ada media tanam berupa tanah yang diikutkan dalam ekspor. Tanah dikhawatirkan membawa patogen yang dapat mengancam tanaman di negara pengimpor. Alternatif yang dilakukan adalah mengirim tanaman dengan media tanam lain selain tanah, seperti sekam bakar atau cocopit.

Selain memenuhi persyaratan kualitas dan jenis tanaman, maka perusahaan pengekspor perlu mengurus izin dan legalitas. Di Indonesia sendiri, tanaman yang diekspor akan melalui masa karantina untuk menjamin tanaman bebas patogen. Tanaman yang akan diekspor juga harus memiliki sertifikat sanitary dan phytosanitary untuk menjamin tanaman bebas hama. Rumitnya

(24)

perizinan merupakan salah satu alasan masih sedikitnya perusahaan yang melakukan ekspor. Alasan pertama adalah kesulitan memenuhi kualifikasi produk yang diekspor dan permasalahan keterbatasan produksi. Setelah mengurus perizinan, maka perusahaan akan menegosiasikan masalah perkapalan dan pembayaran dengan negara pengekspor.

Menghadapi kondisi ini, maka pemilik menganggap bahwa saat ini belum tepat bagi PT. Floribunda untuk menggarap peluang ekspor. Prioritas pertama adalah menggali potensi dalam negeri untuk memperkuat posisi PT. Floribunda di dalam negeri yang akan digunakan sebagai modal meraih pasar ekspor. Peluang ekspor dapat diraih dalam jangka panjang, dimana perusahaan telah memiliki skala usaha yang cukup besar untuk mengatasi ancaman yang ada dalam pelaksanaan ekspor. Strategi yang dirumuskan bertujuan memenuhi peluang ekspor dan menggali potensi permintaan dalam negeri. Namun demikian, melihat prioritas yang ingin dicapai perusahaan dalam jangka waktu singkat adalah potensi dalam negeri, maka strategi prioritas juga akan bertujuan mengembangkan perusahaan untuk mencapai tujuan dalam negeri terlebih dahulu.

Dalam aspek ekonomi, juga terdapat ancaman kenaikan harga barang-barang berpengaruh pada usaha yang dilaksanakan PT. Floribunda. Namun demikian, dampak tersebut dirasakan tidak terlalu besar. Bahan baku yang digunakan Floribunda adalah kotoran hewan, limbah jamur dan media tanam.

Kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap kekayaan alam khas Indonesia mengakibatkan mudahnya pengakuan kepemilikan sumber daya tersebut oleh negara lain. tanpa kita sadari, banyak tanaman asli Indonesia yang telah dipatenkan oleh negara lain. Sebagai contoh, Polypodhium Silver asli dari daerah Cianjur Selatan telah dipatenkan negara Australia. Hal ini menjadi ancaman bagi pengembangan usaha tanaman hias dalam negeri. Dengan adanya paten, maka pengusaha wajib membayar royalti kepada negara pematen untuk perbanyakan tanaman hias asli Indonesia untuk tujuan ekspor.

Perekonomian Indonesia saat ini menunjukkan perkembangan yang lebih baik. Pada tahun 2009, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,0-4,5 persen atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,5-4,0 persen. Dari sisi

(25)

meningkat, keyakinan konsumen yang lebih kuat, serta faktor musiman. Kinerja investasi diperkirakan sedikit membaik, meski masih tumbuh rendah. Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekspor diperkirakan lebih tinggi sejalan dengan ekonomi negara mitra dagang yang semakin membaik, serta harga komoditas global yang meningkat (Bank Indonesia 2010). Meningkatknya perekonomian juga ditandai dengan maraknya bisnis. Perbaikan kinerja perekonomian menjadi peluang bagi bisnis daun potong tanaman Pakis Kadaka PT. Floribunda, terutama peluang munculnya bisnis yang membutuhkan tanaman hias sebagai komponen bisnisnya, misalnya bisnis hotel, real estate, dan floris.

c. Sosial

PT. Floribunda terletak di daeah Cibodas, Cianjur, Jawa Barat. Masyarakat di daerah ini mayoritas merupakan petani sayuran dan tanaman hias. Adanya bisnis tanaman hias PT. Floribunda ditanggapi baik oleh warga. PT. Floribunda memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat Cibodas. Kontribusi tersebut dilihat melalui penciptaan lapangan perkerjaan bagi masyarakat. Tenaga kerja bidang produksi yang digunakan seluruhnya merupakan penduduk asli Cibodas. Adanya lapangan pekerjaan akan mengurangi tingkat pengangguran penduduk Cibodas. Berkurangnya pengangguran juga terkait dengan peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Daerah Cibodas, Cianjur memiliki lingkungan usaha yang kondusif bagi bisnis tanaman hias, khususnya Pakis. Pemasok yang menjamin kontinuitas usaha banyak jumlahnya. Selain itu petani sekitar menanggapi positif bisnis PT. Floribunda. Di daerah Cipanas juga terdapat lembaga khusus yang menangani masalah penelitian dan pengembangan tanaman hias. Ketiga hal ini merupakan peluang bagi PT. Floribunda untuk mengembangkan usaha Pakisnya dengan menjalin sistem kemitraan.

d. Teknologi

Perubahan teknologi akan menghadirkan peluang dan sebaliknya adanya alternatif teknologi baru juga akan menghadirkan ancaman. Terdapat beberapa teknologi dalam bidang produksi yang sesuai dengan kondisi yang saat ini dialami PT. Floribunda. Teknik dan teknologi kultur jaringan dapat membantu PT. Floribunda dalam perbanyakan benih secara masal dan meningkatkan kapasitas

(26)

produksi. Terkait proses budidaya, teknologi springkle dapat mengefisienkan kerja karena dapat mengairi Pakis dalam waktu bersamaan.

Adanya perubahan teknologi dalam bidang produksi saat ini tidak memiliki banyak pengaruh karena PT. Floribunda belum berencana untuk menggunakan teknologi, terkait dengan kapasitas SDM level pelaksana produksi, dan modal yang dimiliki. Rendahnya tingkat penggunaan teknologi dapat menurunkan daya saing saat perusahaan lain menggunakan teknologi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya.

6.2.2 Lingkungan Industri

Secara luas, tanaman hias dikenal dengan sebutan florikultura. Florikultura termasuk ke dalam subsektor hortikultura. Di Indonesia, telah terdapat lembaga khusus yang menangani industri dan permasalahan florikultura, yakni Direktorat Tanaman Hias. Industri Florikultura Indonesia mengenal delapan kelompok komoditas yang dikomersialkan. Kelompok tersebut antara lain tanaman lanskap, tanaman hias pot, tanaman tahunan dan musiman, ornamen kering, tanaman air, bunga potong, daun potong, dan umbi, rimpang, bibit, pembibitan dan kultur jaringan. Jenis tanaman yang diproduksi antara lain tanaman tropis dan subtropis (Asbindo, 2010).

Industri tanaman hias bersifat high value product, artinya produk tanaman hias merupakan produk yang bernilai tinggi, dan harga produk ditetapkan berdasarkan nilai keunikan tanaman hias tersebut. Fokus produksi tanaman hias cepat berubah, karena megikuti tren dalam industri tanaman hias yang juga cepat berubah.

Seperti sebagian besar produk pertanian lain, tanaman hias juga mudah rusak (fragile), sehingga diperlukan penanganan pasca panen dan pengemasan yang baik. Varietas tanaman hias sangat beragam dan tersebar di seluruh wilayah tanah air. Tanaman hias juga bersifat rapid developing, atau cepat berubah, terutama bila dilakukan persilangan antar varietas sehingga dapat ditemui jenis baru yang belum ada di daerah manapun.

(27)

kurang sesuai dengan iklim dan kondisi dalam negeri. Namun demikian, tren tersebut mulai bergerak ke arah tanaman tropis, seiring dengan kesadaran pebisnis dan masyarakat untuk mengembangkan komoditas lokal.

Persaingan PT. Floribunda ada pada Industri tanaman hias Pakis di Jawa Barat. Kondisi persaingan dapat ditinjau dari Lima Kekuatan Persaingan Porter (1996) yang terdiri dari persaingan industri, ancaman pendatang baru, ancaman produk substitusi, kekuatan tawar pemasok dan kekuatan tawar pembeli.

a. Persaingan Industri Tanaman Hias Pakis

Produsen tanaman hias yang memproduksi Pakis jenis Kadaka selain PT. Floribunda hanya sedikit dan skala usahanya kecil. Untuk jenis Kadaka Tegak, hanya ada 1 pesaing, yakni CV Ciputri di daerah Sarongge (Cianjur). Untuk jenis Kadaka lain, PT. Floribunda belum memiliki pesaing. Meskipun demikian, mudah saja bagi pendatang baru untuk masuk ke dalam industri. Dalam hal pemilihan fokus tanaman hias yang diproduksi, PT. Floribunda sengaja memilih tanaman yang masih baru dikenal dengan tujuan menghindari persaingan.

Namun demikian, PT. Floribunda tidak hanya menghadapi persaingan secara langsung dengan produsen tanaman Pakis Kadaka. Persaingan juga terjadi dengan produsen produk substitusi tanaman Pakis Kadaka, yakni berbagai jenis daun potong yang berguna sebagai komponen dalam rangkaian bunga. Di Jawa Barat, banyak produsen yang telah memproduksi Pakis jenis Leather Leaf, antara lain PT Pakis Inti Raya (Jakarta Pusat), PT Daun Mas Asri (Kabupaten Bogor), PT Ijo Asri (Jakarta Barat), PT Tropical Greeneries (Karawang), PT Benara (Karawang), Wijaya Nursery (Bogor), PT Bina Usaha Flora (Cianjur), Pesona Daun Mas Asri (Depok), Saung Mirwan (Cibinong), dan lain-lain.

Pada daerah Cibodas, PT. Floribunda adalah satu-satunya produsen dengan skala menengah. Adapun produsen lain, adalah petani tanaman hias dengan skala kecil. Jenis tanaman yang diproduksi umumnya merupakan tanaman hias pot, dan bunga potong. Melihat kecenderungan tren yang ada, maka produksi tanaman hias Pakis jenis Kadaka akan meningkat. Petani kecil secara berangsur turut memproduksi Pakis sebagai daun potong.

Kondisi persaingan yang terjadi dengan produk substitusi Pakis Kadaka juga menjadi alasan mengapa strategi pengembangan usaha diperlukan, terutama

(28)

terkait dengan strategi yang tepat dalam menghadapi persaingan tersebut. Perusahaan dapat menerapkan strategi penetrasi pasar untuk meraih market share terbesar, atau memasarkan produk pada pasar baru melalui strategi pengembangan pasar.

b. Ancaman Produk Substitusi

Produk substitusi dari tanaman Pakis Kadaka yang diproduksi PT. Floribunda adalah berbagai jenis daun potong. Jenis yang banyak ada saat ini adalah daun potong Philodendron, Leather Leaf, Agave dan Monstera (Balai Penelitian tanaman hias, 2009). Keunggulan daun potong Pakis Kadaka yang dihasilkan PT. Floribunda terletak pada mutu dan keunikannya. Motif daun dan bentuk Pakis Kadaka tidak dimiliki daun potong jenis lain. Selain itu vase life daun potong Pakis lebih panjang dibandingkan daun potong jenis lain. Pasar daun potong untuk jenis tertentu saat ini telah menjadi lautan merah dengan banyaknya produsen yang saling bersaing merebut pasar. Sebagian besar produsen memilih strategi cost leadershipsehingga harga daun potong yang banyak di pasaran lebih murah bila dibandingkan daun potong Pakis Kadaka yang dihasilkan PT. Floribunda.

c. Kekuatan Tawar-menawar Konsumen

Konsumen tanaman Pakis PT. Floribunda adalah pihak hotel, floris dan perangkai bunga. Pembelian terbesar dilakukan oleh pihak perangkai bunga dan floris. Kekuatan tawar-menawar konsumen termasuk lemah. Hal ini dikarenakan produk Pakis Kadaka masih jarang ada di pasar. Sebagai salah satu dari sedikit produsen, maka PT. Floribunda dapat menetapkan harga tinggi sesuai dengan keunikan produk. Rendahnya tingkat persaingan yang ada saat ini bukan menjadi ancaman PT. Floribunda. Namun demikian, tidak ada penghambat bagi pendatang baru untuk masuk ke dalam industri karena produk tanaman hias Pakis Kadaka bersifat standar sehingga mudah diproduksi pesaing. Mudahnya pendatang baru untuk masuk ke Industri merupakan ancaman bagi PT. Floribunda.

Terdapat tiga jenis konsumen yang membeli tanaman Pakis Kadaka PT. Floribunda. Konsumen jenis pertama adalah konsumen yang telah loyal dan rutin membeli Pakis Kadaka PT. Floribunda. Konsumen ini berjumlah 17 floris,

(29)

Bandung. Konsumen jenis kedua adalah pihak yang membeli tanaman Pakis Kadaka, namun dengan pembelian yang tidak rutin. Konsumen ini biasanya perangkai bunga yang baru merintis bisnisnya. Konsumen jenis ketiga adalah konsumen yang baru pertama kali membeli tanaman Pakis. Belum diketahui dengan jelas apakah konsumen tersebut akan mengulangi pembelian atau tidak. Konsumen ini berpeluang menjadi konsumen loyal. Selain itu terdapat konsumen potensial yang mau dan memiliki kemampuan untuk membeli produk, namun belum melakukan pembelian.

d. Ancaman Pendatang Baru

Perusahaan baru dengan mudah dapat masuk ke dalam industri. Tidak ada hambatan dari perusahaan yang ada, maupun teknologi yang digunakan. Laba yang didapat dari industri daun potong Pakis Kadaka menjadi daya tarik bagi perusahaan baru untuk masuk industri. Masuknya pendatang baru akan meningkatkan risiko berkurangnya laba yang diperoleh perusahaan. Pendatang baru dengan teknologi yang lebih unggul juga dapat membuat PT. Floribunda yang belum menerapkan teknologi kehilangan daya saingnya dalam industri tanaman hias nasional.

Adanya pendatang baru merupakan ancaman bagi PT. Floribunda, karena perusahaan tidak memiliki kekuatan untuk dapat menghambat perusahaan baru masuk industri. Untuk mengatasi kondisi ini, PT. Floribunda berusaha menciptakan pasar baru dengan produksi produk baru yang potensial untuk dapat diterima pasar. Dengan menghasilkan produk baru, maka PT. Floribunda berkesempatan untuk menciptakan permintaan dengan kondisi hanya perusahaan tersebut yang dapat memenuhi permintaan. Pada saat tersebut, harga ditentukan perusahaan, sehingga pasar cenderung monopolistik.

e. Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok

Perusahaan membeli beberapa jenis bahan baku dari pemasok. Bahan baku tersebut meliputi media tanam, dan kotoran sapi untuk membuat pupuk kandang. Selain itu terdapat pemasok untuk pupuk sintesis dan peralatan pertanian. Pemasok tersebut merupakan pemasok langganan perusahaan. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan untuk membeli bahan baku dari pemasok lain jika pemaok langganan tidak dapat memenuhinya.

(30)

Sistem kerjasama tidak tertulis secara resmi oleh kedua belah pihak. Karena perusahaan telah menjadi pelanggan dari pemasok pada jangka waktu yang lama, maka PT. Floribunda mendapatkan potongan harga untuk setiap pembelian yang dilakukan. Pemasok tersebut tersebar di wilayah Cianjur dan Jakarta.

Kekuatan tawar menawar pemasok pada PT. Floribunda tergolong rendah. Perusahaan dapat dengan mudah berganti pemasok karena banyaknya jumlah produsen yang dapat memenuhi kebutuhan input PT. Floribunda. Selain itu tidak ada perjanjian khusus antara perusahaan dengan pemasok saat ini. Pembelian dilakukan dengan alasan langganan tanpa adanya ketentuan yang mengatur kedua belah pihak. Ditinjau dari jenis produk, maka produk yang ditawarkan pemasok bersifat standar.

6.3 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman 6.3.1 Kekuatan

1. Memiliki visi, misi dan tujuan yang spesifik sehingga dapat menjadi acuan bagi perusahaan dalam pengembangan usaha tanaman Pakis

Visi, misi serta tujuan usaha akan menjaga PT. Floribunda untuk dapat fokus menjalankan usaha tanaman hias tropis. Hasil wawancara dan observasi di lapangan menunjukkan bahwa PT. Floribunda memiliki visi, misi dan tujuan yang spesifik. Pernyataan mengenai visi dan misi tertulis jelas di ruangan kantor dan ruangan karyawan dengan tujuan agar visi dan misi tersebut dapat diketahui dan dipahami semua karyawan. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa umumnya karyawan PT. Floribunda mengetahui visi, misi dan Tujuan PT. Floribunda. Dengan memiliki visi dan misi yang jelas, maka seluruh bidang perusahaan akan menjadi satu untuk dapat mengembangkan PT. Floribunda ke tujuan yang sama, yakni pengembangan usaha tanaman Pakis. Alokasi sumberdaya, kegiatan bisnis dan pengambilan keputusan akan mengarah pada satu tujuan, yakni menciptakan PT. Floribunda sebagai perusahaan tanaman hias terdepan di Indonesia dengan memanfaatkan sumberdaya lokal, khususnya tanaman Pakis.

(31)

2. Memiliki komitmen untuk mengembangkan tanaman hias tropis asli Indonesia, khususnya tanaman Pakis

Untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan organisasi, maka dibutuhkan komitmen dari setiap individu yang tergabung dalam organisasi tersebut. Dengan adanya komitmen, maka tiap individu akan berusaha maksimal dan tetap teguh berusaha untuk mengembangkan organisasi ke arah visi. Hasil observasi menunjukkan bahwa tiap individu pada PT. Floribunda memiliki komitmen yang kuat, terlihat dari kesungguhan dan keseriusan pekerja dalam bekerja, terutama untuk mengembangkan usaha tanaman Pakisnya.

3. Memiliki kapasitas mengakses informasi, khususnya Pakis dari sumber primer dalam dan luar negeri

Kemampuan mengakses informasi merupakan unsur penting untuk mengembangkan usaha. Informasi seputar tanaman hias, khususnya Pakis akan mudah didapat PT. Floribunda karena keanggotaan berbagai organisasi tanaman hias dalam dan luar negeri. Saat ini PT. Floribunda tergabung ke dalam Asosiasi Bunga Indonesia dimana pemilik PT. Floribunda menjadi ketua asosiasi tersebut. Sebagai anggota, PT. Floribunda mampu untuk menggali informasi dari sumber primer sehingga informasi yang didapat lebih akurat. Sumber primer informasi tanaman hias tersebut mencakup lembaga pemerintah seperti Direktorat Tanaman Hias, petani tanaman hias dan pelaku bisnis lainnya.

4. Memiliki jejaring kerja (networking) yang luas

PT. Floribunda memiliki jejaring kerja (networking) yang luas sebagai hasil dari keanggotaan organisasi tanaman hias nasional dan internasional. Jejaring tersebut terjalin antara sesama pelaku bisnis tanaman hias dan antara PT. Floribunda dengan pasar tanaman hias. Jejaring kerja akan memudahkan perusahaan untuk bekerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka kemajuan bisnis. Ketersediaan jaringan pemasaran juga menjamin kemudahan distribusi serta menciptakan permintaan produk. Memiliki jaringan pasar juga memudahkan bagi produk baru seperti tanaman Pakis Kadaka untuk dapat memasuki industri tanaman hias, khususnya daun potong yang selama ini telah didominasi daun jenis lain.

(32)

5. Manajemen organisasi handal sehingga dapat mendukung pengembangan usaha tanaman Pakis PT. Floribunda

Kegiatan operasional perusahaan terbagi menjadi tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi. Perencanaan produksi terkait dengan penentuan jenis tanaman yang akan diproduksi, jumlah produksi, proses pengadaan input produksi, serta proses produksi di lapangan. Perencanaan sangat erat kaitannya dengan penyediaan input dan pengendaliannya sehingga kegiatan bisnis berjalan dengan baik sesuai dengan keinginan perusahaan.

Bagian kedua adalah pelaksanaan yang terkait dengan Standart Operating Procedure (SOP), dan konsep produksi perusahaan. Perusahaan menginginkan hasil output yang berkualitas, sehingga kegiatan produksi dilaksanakan dengan standar operasional yang sesuai. PT. Floribunda berproduksi dengan konsep zero waste dan ramah lingkungan. Kegiatan produksi dibagi ke dalam beberapa pos yang ditangani tenaga kerja yang berbeda. Pembagian kerja berdasar atas keahlian yang dimiliki pekerja. Spesialisasi kerja tersebut membuat produksi lebih efisien. Namun demikian, spesialisasi kerja tersebut bersifat fleksibel, sehingga memungkinkan pekerja membantu pekerja pada pos lain apabila tanggung jawabnya telah selesai dikerjakan.

Bagian terakhir dari proses manajemen adalah monitoring dan evaluasi yang mencakup quality control, pencatatan tiap kegiatan, dan pembuatan laporan keuangan untuk mengetahui kondisi perusahaan. Manajemen PT. Floribunda adalah sistem terintegrasi yang saling berhubungan dan menunjang usaha. Manajemen yang handal adalah kekuatan perusahaan, sehingga perusahaan dapat berkembang dan terus memperbaiki diri untuk meraih peluang.

6. Kreatif dalam menghasilkan produk berbasis tanaman hias tropis, khususnya Pakis yang belum ada di Pasar

Daya kreatif PT. Floribunda terlihat dari pemilihan jenis produk yang dihasilkan. Pakis Kadaka adalah produk yang unik dan berbasis sumber daya lokal Indonesia. Plasma nutfah Indonesia belum banyak dieksplorasi dan dikembangkan. Langkah Floribunda ini adalah terobosan untuk menciptakan pasar baru dan menghindari persaingan. Jumlah produk Pakis Kadaka di pasar tanaman hias

(33)

daya lokal juga menjadi keunikan tersendiri, dimana pengembangan jenis ini belum banyak dilakukan oleh produsen tanaman hias dalam negeri.

7. Memiliki sistem pelayanan (service) yang baik untuk memuaskan pelanggan Berdasarkan hasil wawancara dengan pelanggan PT. Floribunda, diperoleh informasi bahwa pelayanan yang dimiliki perusahaan telah mampu memuaskan pelanggan. Salah satu alasan konsumen melakukan pembelian pada PT. Floribunda selain karena kualitas produknya adalah pelayanan yang diberikan PT. Floribunda lebih baik dibandingkan pesaingnya. Perusahaan mengantarkan produk langsung ke tangan konsumen. Pelayanan ini didukung oleh alat transportasi dengan cool storage sehingga dapat menjaga kesegaran produk . Permintaan konsumen dipenuhi dalam jumlah dan waktu yang tepat sehingga menciptakan kepuasan konsumen. Pembeli juga akan mendapatkan tanaman dengan kondisi bersih dan siap pakai.

PT. Floribunda hanya menyediakan produk yang berkualitas. Adapun tanaman yang tidak memenuhi standar kualitas tidak akan lolos untuk dijual. Kualitas yang dimaksud merupakan kriteria daun potong yang baik, yakni berukuran seragam, tingkat ketegaran yang tinggi, kesegaran yang tahan lama, susunan daun yang kompak dan serasi serta mulus dan berwarna cerah. Hal ini bertujuan menjaga reputasi perusahaan sebagai produsen tanaman dengan kualitas baik.

8. Memiliki jaringan komunikasi yang baik dalam organisasi

Hasil observasi peneliti menunjukkan bahwa komunikasi tiap individu pada PT. Floribunda terjalin dengan baik. Informasi dari level manajemen puncak dapat dipahami oleh level pelaksana teknis sehingga kegiatan operasional berlangsung pada kondisi optimal. Hubungan komunikasi yang baik sangat menunjang pengembangan usaha. Kesalahpahaman terhadap informasi yang tidak sempurna dapat diminimalisir. Selain itu hubungan antara manajemen level puncak dengan bawahan terjalin baik. Untuk mempererat hubungan kekeluargaan, diadakan pertemuan rutin antara pemilik dan pekerja pada lokasi produksi. Selain itu, tiap tanggal 17 Agustus diadakan lomba-lomba khusus pegawai, seperti lomba merangkai bunga dan lomba karaoke.

(34)

9. Lingkungan kerja yang kondusif dalam mengembangkan usaha tanaman Pakis Lingkungan kerja yang kondusif akan mengoptimalkan produktivitas masing-masing tenaga kerja sehingga mendukung pengembangan usaha. PT. Floribunda memiliki lingkungan kerja yang kondusif, sebagai hasil dari hubungan tiap pegawai yang dekat satu sama lain. Lingkungan kerja yang kondusif juga berasal dari insentif yang diberikan kepada tenaga kerjanya, berupa tunjangan kesehatan, pendidikan dan sembako.

10. Reputasi yang baik sebagai produsen tanaman tropis asli Indonesia

PT. Floribunda memiliki reputasi yang baik di mata konsumen. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara dengan konsumen, baik pelanggan loyal maupun yang tidak. Reputasi terkait dengan kepercayaan konsumen, sehingga mempengaruhi keputusan pembelian. Pada industri tanaman hias, nama PT. Floribunda telah terkenal. Pertama, PT. Floribunda merupakan salah satu pioneer bisnis daun potong Pakis Kadaka di Indonesia. Strategi perusahaan untuk hanya menjual produk yang berkualitas menimbulkan kepercayaan konsumen. Konsistensi PT. Floribunda juga terlihat, dari segi kontinuitas produksi, pelayanan yang diberikan dan harga yang ditetapkan.

11. Memiliki koleksi berbagai plasma nutfah tanaman hias tropis yang potensial dikembangkan sebagai komoditas unggulan

Plasma nutfah yang dimiliki PT. Floribunda merupakan hasil eksplorasi dari berbagai daerah di Indonesia. Karena keterbatasan PT. Floribunda, tidak semua plasma nutfah tersebut dapat dikembangkan. Tiap plasma nutfah memiliki peluang untuk dikembangkan menjadi komoditas unggulan. Hal ini menjadi kekuatan PT. Floribunda yang mendukung bisnis ekowisata tanaman hias dan kejelian melihat potensi jenis baru Pakis menciptakan permintaan.

6.3.2 Kelemahan

1. Keterbatasan modal usaha

Selama ini pemilik membiayai kegiatan bisnisnya dengan uang sendiri dengan jumlah yang terbatas. Pemilik enggan untuk menambah permodalan dengan meminjam kepada lembaga keuangan. Sistem kredit yang ada saat ini

(35)

modal dapat ditingkatkan melalui investasi pihak luar. Dalam hal ini PT. Floribunda dapat memanfaatkan kekuatan memiliki jaringan kerja yang luas untuk mendapat investor dan jenis investasi yang sesuai. Investasi yang dimaksud antara lain investasi keuangan untuk meningkatkan modal, investasi lahan untuk mengatasi keterbatasan lahan dan sarana produksi, serta investasi teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan kapasitas produksi.

2. Belum menerapkan kegiatan penelitian dan pengembangan, terutama untuk tanaman Pakis Kadaka

Kegiatan penelitian dan pengembangan dibutuhkan untuk menciptakan inovasi jenis-jenis tanaman hias baru yang mampu menmbus pasar domestik dan ekspor. Inovasi juga dibutuhkan dalam menciptakan Pakis dengan kriteria ekspor, yakni tanpa spora. Sayangnya, PT. Floribunda belum mampu menjalankan kegiatan penelitian dan pengembangan. Modal dan sumber daya manusia merupakan penghambat utama kegiatan penelitian dan pengembangan. Perusahaan juga belum memanfaatkan adanya peluang kerjasama dengan pihak peneliti yang ada di daerah Cipanas. Guna mengatasi kelemahan ini, maka kemitraan dapat menjadi pilihan bagi perusahaan.

3. Kurang efektifnya kegiatan promosi untuk pasar domestik tanaman Pakis Kegiatan promosi yang dilakukan belum efektif dan belum menjangkau semua kalangan masyarakat domestik. Hal ini terlihat dari jumlah permintaan dan penjualan domestik PT. Floribunda pada bulan Juni 2009 hingga April 2010 yang fluktuatif. Selain itu belum ada kecenderungan peningkatan penjualan. Pada bulan yang diramalkan terjadi peningkatan permintaan (Desember 2009 dan Februari 2010) justru peningkatan penjualan tidak signifikan.

Tanaman Pakis Kadaka adalah tanaman jenis baru di pasar tanaman hias daun potong nasional. Guna mengenalkan jenis ini ke pasar, maka diperlukan kegiatan promosi yang efektif. Saat ini kegiatan promosi hanya melalui brosur dan pameran-pameran serta mengandalkan word of mouth dari pelanggan loyal. Kegiatan promosi bertujuan untuk mengenalkan produk baru kepada masyarakat yang kemudian akan beimbas pada perluasan daerah pemasaran. Keberhasilan promosi terlihat dari peningkatan jumlah penjualan daun potong Pakis Kadaka PT. Floribunda.

(36)

Adapun untuk ekspor, promosi PT. Floribunda tidak menjadi masalah. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya tingkat permintaan yang datang pada perusahaan, sehingga belum dapat dipenuhi. Pengembangan usaha Pakis dengan tujuan ekspor diprioritaskan setelah pasar domestik telah tergali dengan baik. Hal ini terkait dengan kapasitas dan kelemahan yang dimiliki perusahaan.

4. Terbatasnya kapasitas produksi tanaman Pakis

Keterbatasan produksi merupakan penghambat utama perusahaan untuk meraih peluang ekspor. Keterbatasan produksi diakibatkan oleh ketersediaan lahan dan sarana produksi tanaman Pakis. Lahan dan saran serta prasarana produksi dibutuhkan dalam budidaya tanaman. Lahan dan sarana serta prasarana yang dimiliki PT. Floribunda tidak mencukupi untuk dapat memenuhi seluruh permintaan ekspor. Hal ini menjadi kelemahan PT. Floribunda. Produk pertanian termasuk tanaman hias bersifat makan tempat. Lahan bagi tanaman Pakis seluas 0,6 Ha tidak mencukupi untuk produksi Pakis Kadaka dalam jumlah besar.

Kapasitas produksi terbukti juga menjadi masalah dalam pemenuhan kebutuhan domestik meski bukan prioritas faktor yang pertama untuk meraih potensi domestik. Hal ini terlihat dari jumlah permintaan domestik yang belum seluruhnya dapat dicukupi perusahaan. Selain itu, pasar domestik masih menjanjikan peluang-peluang bagi PT. Floribunda untuk meningkatkan penjualan. Masih terdapat konsumen potensial Pakis yang belum dijangkau akibat kurang efektifnya promosi Pakis di dalam negeri.

5. Rendahnya kompetensi tenaga kerja di level pelaksana

Tenaga kerja dengan tingkat kompetensi yang sesuai merupakan salah satu syarat keberhasilan suatu bisnis. Untuk meningkatkan kompetensi, diadakan pelatihan guna meningkatkan produktivitas karyawan. Tenaga kerja bidang produksi merupakan penduduk asli daerah Cibodas. Perekrutan karyawan didasarkan atas sikap dan kelakuan pekerja. Pada saat pertama kali menjadi karyawan, hanya ada sedikit saja yang paham mengenai budidaya tanaman hias. Pelatihan tidak diberikan secara khusus, namun berjalan seiring kerja dengan adanya arahan dan bimbingan pekerja senior.

Gambar

Tabel 16. Pemanfaatan Lahan Pada PT. Floribunda
Tabel 17. Sarana dan Prasarana yang Dimiliki PT. Floribunda Tahun 2010
Gambar 10. Ruang Pembuatan Media
Gambar 11. Pembenihan Melalui Spora
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa “Skripsi” yang saya buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Selanjutnya dalam tulisan ini dibicarakan juga tentang sufiks antara Bahasa Inggris maupun Bahasa Jawa Dialek Solo, dari sudut bentuk dan letak atau distribusi dalam kata

[r]

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad

Hasil pengujian aktivitas formula nano- emulsi berbahan aktif minyak serai wangi F1 (formula 1) dan dibandingkan dengan formula minyak serai wangi (bukan nano) terhadap

Judul Skripsi : Analisis Model Strategi Pemasaran Pada Usaha Sarang Burung Walet (Studi Pada Pengusaha Sarang Burung Walet di Desa Empang, Kab. Dengan ini saya

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembela- jaran ( meaningfull learning ). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara