• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISBN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISBN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

“STRATEGI MENGEMBANGKAN KUALITAS

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS RISET”

(3)

Tim Prosiding Seminar Nasional Matematika Pendidikan Matematika Tim Reviewer :

Dr. H. Ena Suhena Praja, M.Pd Cita Dwi Rosita, M.Pd

Anggita Maharani, M.Pd Tonah, M.Si

Ika Wahyuni, S.Si., M.Pd Ferry Ferdianto, ST., M.Pd Wahyu Hartono, M.Si Laelasari, M.Pd

M. Subali Noto, S.Si., M.Pd Toto Subroto, S.Si., M.Pd M. Dadan Sundawan, M.Pd Fahrudin Muhtarulloh, S.Si., M.Sc Surya Amami P., M.Si.,

Editor :

Toto Subroto, S.Si., M.Pd

Fahrudin Muhtarulloh, S.Si., M.Sc Tri Nopriana, M.Pd

Sri Asnawati, M.Pd Penyunting:

Toto Subroto, S.Si., M.Pd ISBN: 978-602-71252-1-6

Link : http://goo.gl/6FDpE5 Penerbit:

FKIP Unswagati Press Redaksi:

Jl. Perjuangan No 1 Cirebon Kampus 2 Unswagati Cirebon Telp. (0231) 482115

Fax (0231) 487249

Email: fkipunswagatipress@unswagati.ac.id

Hak cipta dilindungi undang-undang

(4)

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN, SPASIAL DAN KONEKSI MATEMATIS MAHASISWA

CALON GURU MATEMATIKA

Muchamad Subali Noto1), Surya Amami Pramuditya2), Dina Pratiwi, D.S3)

1,2,3) Universitas Swadaya Gunung Djati, Cirebon; 2)Mahasiswa SPS Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung

1)msubalinoto@fkip-unswagati.ac.id, 2) amamisurya@ fkip-unswagati.ac.id, 3)d_2901@yahoo.com

Abstrak

Kemampuan penalaran, spasial dan koneksi matematis (PSKM) merupakan kemampuan yang harus dimiliki mahasiswa untuk belajar beberapa mata kuliah matematika tingkat lanjut. Berkaitan dengan hal tersebut, maka seorang dosen harus mengetahui kemampuan PSKM mahasiswa sehingga dapat merencanakan pembelajaran dan bahan ajar yang sesuai dengan profil kemampuan mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan PSKM mahasiswa calon guru matematika. Metode penelitian adalah penelitian deskriptif dengan subjek mahasiswa calon guru matematika tingkat satu sebanyak 201 mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan penalaran sebesar 48,86; rata-rata kemampuan spasial sebesar 50,13; rata-rata kemampuan koneksi matematis sebesar 39,07. Ini berarti ketiga kemampuan tersebut masih tergolong rendah, terutama untuk kemampuan koneksi matematis.

Kata Kunci : Kemampuan Penalaran, Spasial, Koneksi Matematis, Mahasiswa Calon Guru Matematika.

A. Pendahuluan

Pada tingkatan perguruan tinggi khususnya program studi pendidikan matematika, mahasiswa dituntut untuk belajar beberapa mata kuliah matematika tingkat lanjut seperti aljabar, teori grup, analisis real ataupun geometri. Maka beberapa kemampuan matematis sangatlah perlu dikembangkan oleh mahasiswa dan dosen. Mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan matematisnya dengan cara rutin mengerjakan soal-soal matematika yang memuat penalaran atau spasial

(5)

(misalkan geometri) yang dapat melatih kemampuan keruangan mahasiswa. Tetapi mahasiswa akan terkendala dalam belajar kalau mereka sendiri tidak mengetahui kemampuan matematisnya berada pada tingkatan apa? rendah, sedang atau tinggi. Hal ini merupakan salah satu tugas seorang pengajar, yaitu mengetahui profil kemampuan matematis mahasiswa sebelum melaksanakan pembelajaran. Profil kemampuan matematis tersebut akan menjadi gambaran umum sebagai panduan seorang pengajar dalam membuat bahan ajar dan rencana pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan matematis mahasiswa. Dalam makalah ini, kemampuan matematis yang akan dibahas adalah kemampuan penalaran, spasial dan koneksi matematis (PSKM).

Penalaran matematis sangatlah penting, karena mahasiswa juga dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan penalaran pada pola dan sifat terkait masalah matematis, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti matematis, atau menjelaskan ide, gagasan dan pernyataan matematika. Menurut Sumarmo (2010: 5-6), secara garis besar penalaran dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif diartikan sebagai penarikan kesimpulan yang bersifat umum atau khusus berdasarkan data yang teramati. Nilai kebenaran dalam penalaran induktif dapat bersifat benar atau salah. Beberapa kegiatan yang tergolong pada penalaran induktif di antaranya adalah:

a. Transduktif: menarik kesimpulan dari satu kasus atau sifat khusus yang satu diterapkan pada kasus khusus lainnya.

b. Analogi: penarikan kesimpulan berdasarkan keserupaan data atau proses. c. Generalisasi: penarikan kesimpulan umum berdasarkan sejumlah data yang

teramati.

d. Memperkirakan jawaban, solusi atau kecenderungan: interpolasi dan ekstrapolasi.

(6)

e. Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau pola yang ada.

f. Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi, dan menyusun konjektur.

Penalaran transduktif dapat digolongkan pada kemampuan berpikir matematis tingkat rendah sedangkan yang lainnya tergolong berpikir matematis tingkat tinggi. Penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan berdasarkan aturan yang disepakati. Nilai kebenaran dalam penalaran deduktif bersifat mutlak benar atau salah dan tidak keduanya bersama-sama. Penalaran deduktif dapat tergolong tingkat rendah atau tingkat tinggi. Beberapa kegiatan yang tergolong pada penalaran deduktif di antaranya adalah:

a. Melaksanakan perhitungan berdasarkan aturan atau rumus tertentu.

b. Menarik kesimpulan logis berdasarkan aturan inferensi, memeriksa validitas argumen, membuktikan, dan menyusun argumen yang valid.

c. Menyusun pembuktian langsung, pembuktian tak langsung dan pem-buktian dengan induksi matematika.

Kemampuan melaksanakan perhitungan berdasarkan aturan atau rumus tertentu pada umumnya tergolong berfikir matematis tingkat rendah, dan kemampuan lainnya tergolong berfikir matematis tingkat tinggi. Kemampuan penalaran baik penalaran induktif ataupun deduktif, sangat diperlukan dalam belajar mata kuliah terkait aljabar ataupun analisis.

Kemampuan spasial merupakan salah satu dari kemampuan dalam kecerdasan majemuk. Delapan kecerdasan otak yang dimiliki manusia, diantaranya; kecerdasan matematika/logis, kecerdasan verbal/linguistik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan musik, kecerdasan kinetik, kecerdasan natural, dan kecerdasan spasial. Perkembangan 8 kecerdasan dalam dunia kerja. Kemampuan ini juga penting dalam belajar matematika khususnya geometri.

(7)

Berkaitan dengan teori Bruner, menurut Ruseffendi (2006), dalam pembelajaran matematika perlu memperhatikan empat dalil, yaitu; penyusunan (construction), notasi (notation), pengkontrasan dan keanekaragaman (contrast and variation), dan pengaitan (connectivity). Dalil penyusunan, menjelaskan bahwa tersebut setiap orang berbeda-beda tergantung beberapa faktor seperti genetik, pola pendidikan, lingkungan sekitar, dan lain sebagainya (Sudjito, 2007). Kemampuan spasial merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari matematika akan lebih melekat apabila mahasiswa melakukan sendiri susunan representasinya. Dalil notasi, menjelaskan bahwa dalam pembelajaran perlu mempertimbangkan penggunaan notasi yang sesuai dengan perkembangan mental anak. Dalil pengkontrasan dan keanekaragaman, menjelaskan bahwa untuk menjadikan konsep menjadi lebih bermakna, perlu sajian konsep yang kontras dan aneka ragam. Sedangkan dalil pengaitan, menjelaskan bahwa proses pembelajaran perlu mempertimbangkan pemberian kesempatan mempelajari keterkaitan antar konsep, antar topik, dan antar cabang matematika.

Kemampuan mengkaitkan antar konsep, antar topik dan antar cabang matematika disebut kemampuan koneksi matematis. Menurut Fisher, Daniels, & Anghileri (Suhendar, 2007) membuat koneksi merupakan cara untuk menciptakan pemahaman dan sebaliknya memahami sesuatu berarti membuat koneksi. Untuk memahami suatu objek secara mendalam seseorang harus mengetahui: (1) obyek itu sendiri; (2) relasinya dengan obyek lain yang sejenis; (3) relasi dengan obyek lain yang tak sejenis; (4) relasi dual dengan obyek-obyek lainnya yang sejenis; dan (5) relasi dengan obyek dalam teori lainnya (Suhendar, 2007).

Koneksi matematis berarti kegiatan menghubungkan antar konsep matematika; menghubungkan konsep matematika dengan konsep pelajaran lainnya; menerapkan pemikiran dan pemodelan matematika untuk menyelesaikan masalah yang muncul dalam disiplin ilmu lainnya seperti seni, musik, psikologi, sains, dan bisnis; bahkan

(8)

juga merupakan kegiatan menghubungkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari. NCTM mempopulerkan koneksi matematis yang dalam bahasa asalnya yakni bahasa Inggris disebut mathematical connection dan menjadikannya sebagai satu dari enam standar kurikulumnya.

Koneksi matematis merupakan salah satu hal penting dalam berpikir matematis dan dapat membangun pemahaman matematis. Tanpa koneksi, siswa harus mempelajari dan mengingat terlalu banyak konsep dan keterampilan. Dengan koneksi, siswa dapat membangun pemahaman baru dari pengetahuan sebelumnya (NCTM, 2000). Lebih jauh, Hodgson (1995: 13) mengklaim bahwa kemampuan untuk menggunakan koneksi akan memperkuat kemampuan siswa sebagai pemecah masalah. Sedangkan alat yang fleksibel agar siswa dapat memecahkan masalah adalah siswa dapat mengaplikasikan dan menterjemahkan di antara representasi-representasi yang berbeda dari situasi masalah atau konsep yang sama.

Pernyataan Hodgson di atas mendukung pendapat Baroody (1993: 107) yang mengungkapkan bahwa representasi ide atau masalah dapat membantu siswa dalam memperjelas pemaknaan konsep dan memfasilitasi penemuan strategi penyelesaian. Hal ini disebabkan ketika siswa merepresentasikan ide, gagasan, atau konsep matematik, siswa melakukan analisis yang melibatkan proses fikirnya secara aktif untuk menangkap dan mengklarifikasikan konsep-konsep kunci sehingga siswa dapat memilih dan memilah strategi penyelesaiannya.

Hubungan antara representasi matematik dengan koneksi sebagai alat penyelesaian masalah dapat diurutkan dalam dua tahap yaitu: 1) koneksi pemodelan antara situasi masalah atau konsep dan representasi-representasi matematiknya; 2) koneksi matematik antara dua representasi yang ekuivalen dan antara proses-prosesnya yang berkorespondensi dalam masing-masing representasi untuk menghasilkan solusi.

Coxford (1995) mengatakan bahwa aspek proses matematis dari koneksi matematis meliputi representasi, aplikasi, pemecahan masalah dan penalaran.

(9)

Representasi merupakan proses matematis yang sangat penting. Secara umum diawali dengan representasi konkrit kemudian diteruskan dengan membuat penggambaran dan representasi abstrak. Untuk memperoleh pemahaman mendalam mengenai suatu konsep, siswa membutuhkan membuat koneksi diantara representasi-representasi.

Menurut Sumarmo (2010) dalam belajar matematika siswa dituntut memahami koneksi antara ide-ide matematis dan antar matematika dan bidang studi lainnya karena topik-topik dalam matematika banyak memiliki relevansi dan manfaat dengan bidang lain, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Jika siswa sudah mampu melakukan koneksi antara beberapa ide matematis, maka siswa akan memahami setiap materi matematika dengan lebih dalam dan baik. Selain itu melalui koneksi konsep pemikiran dan wawasan siswa akan semakin terbuka dan luas terhadap matematika karena siswa akan memandang matematika sebagai suatu bagian yang terintegrasi bukan sebagai sekumpulan topik yang terpisah-pisah, serta mengakui adanya keterkaitan atau hubungan dan aplikasi di dalam kehidupan atau lingkungan sekitar siswa.

Tanpa adanya kemampuan koneksi, siswa harus belajar lebih banyak, mengingat dan mengulangi pembelajaran. Sehingga pembelajaran akan terus berulang dan berulang. Ketika mempelajari konsep baru maka konsep sebelumnya akan terisolasi sehingga pembelajaran tidak akan berjalan sengan optimal. Ketika ide-ide matematika setiap hari dikoneksikan pada pengalamannya, baik di dalam maupun di luar sekolah, maka anak-anak akan menjadi sadar tentang kegunaan dan manfaat dari matematika (Lasmanawati, 2011: 17). Dapat diartikan juga bahwa mahasiswa yang memiliki kemampuan koneksi yang baik akan mudah dalam mempelajari banyaknya materi pembelajaran, dengan cara menghubungkan materi tersebut satu sama lain.

(10)

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana gambaran atau profil kemampuan penalaran, spasial dan koneksi matematis mahasiswa calon guru matematika?

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau mengambarkan kemampuan PSKM mahasiswa calon guru matematika. Subjek penelitian adalah seluruh mahasiswa calon guru matematika tingkat satu Universitas Swadaya Gunung Djati Cirebon sebanyak 201 mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes penalaran, spasial dan koneksi matematis. Instrumen terdiri dari tes soal penalaran, spasial dan koneksi matematis masing-masing 15 soal dengan jumlah soal seluruhnya adalah 45 soal. Pengolahan data dengan statistika deskripsi.

C. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan data kemampuan penalaran, spasial dan koneksi matematis diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 1 menunjukan hasil kemampuan penalaran mahasiswa (KPM). Tabel 1. Statistics KPM N Valid 201 Missing 0 Mean 48.8556 Median 46.6700 Mode 40.00

Berdasarkan tabel 1 output di atas, terlihat bahwa hasil rata-rata (mean) dan median hampir sama nilainya. Rata-rata KPM mencapai 48,86. Hal ini menunjukkan rata-rata KPM yang kurang optimal, karena masih dibawah 50. Artinya untuk KPM

(11)

masih harus ditingkatkan lagi. Terlihat dari nilai modusnya 40.00. Nilai tersebut masih dibawah rata-rata, artinya KPM mahasiswa Unswagati cenderung ke kiri. Nilai median = 46.67, artinya ada 50% (100 mahasiswa) mendapatkan nilai dibawah 46.67. Hal ini menunjukan bahwa KPM masih rendah atau kurang optimal, ini juga diperkuat dengan nilai modusnya yang masih dibawah rata-rata.

Tabel 2. Nilai Maks dan Min KPM

N Valid 201 Missing 0 Std. Deviation 14.98379 Minimum .00 Maximum 86.67 Percentiles 15 33.3300 25 40.0000 50 46.6700 75 60.0000

Berdasarkan tabel 2, diperoleh bahwa standar deviasi 14,98. Artinya penyebaran data KPM kurang lebih 14,98 dari rata-rata. Nilai minimum = 0 dan nilai maksimum 86,67, artinya ada mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal-soal penalaran dengan benar. Persentil 15 diperoleh nilai 33,33 dan persentil 25 diperoleh nilai 40.00, artinya ada sekitar 25% (50 mahasiswa) yang KPMnya dibawah rata-rata dan 15% nya dibawah 33.33. Tetapi dari keseluruhan mahasiswa, ada mahasiswa yang mendapat nilai 86,67. Terlihat juga pada persentil 75 diperoleh nilai KPM adalah 60, artinya 25% mahasiswa atau 50 mahasiswa dijamin mendapatkan nilai KPM diatas rata-rata.

Tabel 3 di bawah ini menunjukan hasil kemampuan spasial mahasiswa (KSM).

(12)

Tabel 3. Statistics KSM N Valid 201 Missing 0 Mean 50.1342 Median 53.8500 Mode 38.46

Berdasarkan tabel 3 output di atas, terlihat bahwa hasil rata-rata (mean) dan median juga hampir sama nilainya. Tetapi rata KSM lebih besar daripada rata-rata KPM, yaitu mencapai 50,13. Hal ini menunjukkan rata-rata-rata-rata KSM yang cukup baik, karena sudah mencapai diatas 50. Terlihat dari nilai modusnya 38.00. Nilai tersebut masih dibawah rata-rata, artinya KSM mahasiswa Unswagati juga cenderung ke kiri. Nilai median = 53,85, artinya ada 50% (100 mahasiswa) mendapatkan nilai diatas 50. Hal ini menunjukan bahwa KSM sudah cukup baik, karena walapun modulnya masih dibawah rata-rata, tetapi dari keseluruhan mahasiswa dijamin 50% nya sudah mendapat diatas rata-rata nilai KSM.

Tabel 4. Nilai Maks dan Min KSM

N Valid 201 Missing 0 Std. Deviation 17.13341 Minimum .00 Maximum 92.31 Percentiles 15 30.7700 25 38.4600 50 53.8500 75 61.5400

Berdasarkan tabel 4, diperoleh bahwa standar deviasi 17,13. Artinya penyebaran data KSM kurang lebih 17,13 dari rata-rata. Nilai minimum = 0 dan nilai maksimum 92,31, artinya ada mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal-soal spasial dengan benar. Persentil 15 diperoleh nilai 30,77 dan persentil 25 diperoleh

(13)

nilai 38.46, artinya ada sekitar 25% (50 mahasiswa) yang KSMnya dibawah rata-rata dan 15% nya dibawah 30,77. Tetapi dari keseluruhan mahasiswa, ada mahasiswa yang mendapat nilai 92,31. Terlihat juga pada persentil 75 diperoleh nilai KSM adalah 61,54 artinya 25% mahasiswa atau 50 mahasiswa dijamin mendapatkan nilai KSM diatas rata-rata.

Tabel 5 di bawah ini menunjukan hasil kemampuan koneksi mahasiswa (KKnM). Tabel 5. Statistics KKnM N Valid 201 Missing 0 Mean 39.0711 Median 40.0000 Mode 40.00

Berdasarkan tabel 5 output di atas, terlihat bahwa hasil rata-rata (mean) dan median juga hampir sama nilainya dan rata-rata KKnM lebih kecil daripada rata-rata KPM maupun KSM, yaitu mencapai 39,07. Hal ini menunjukkan rata-rata KKnM masih sangat rendah atau sangat belum optimal, karena masih dibawah 50 (bahkan dibawah 40). Terlihat dari nilai modusnya 40.00. Nilai tersebut hampir sama dengan rata-rata dan median, artinya KKnM mahasiswa Unswagati sebaran datanya normal. Nilai median = 40,00, artinya ada 50% (100 mahasiswa) mendapatkan nilai dibawah 40. Hal ini menunjukan bahwa KKnM masih rendah.

(14)

Tabel 6. Nilai Maks dan Min KKnM N Valid 201 Missing 0 Std. Deviation 17.80185 Minimum .00 Maximum 93.33 Percentiles 15 20.0000 25 26.6700 50 40.0000 75 53.3300

Berdasarkan tabel 6, diperoleh bahwa standar deviasi 17,80. Artinya penyebaran data KKnM kurang lebih 17,80 dari rata-rata. Nilai minimum = 0 dan nilai maksimum 93,33, artinya ada mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal-soal koneksi dengan benar. Persentil 15 diperoleh nilai 20,00 dan persentil 25 diperoleh nilai 26.67, artinya ada sekitar 25% (50 mahasiswa) yang KKnMnya dibawah rata-rata dan 15% nya dibawah 20,00. Tetapi dari keseluruhan mahasiswa, ada mahasiswa yang mendapat nilai 93,33. Artinya perolehan nilai maksimum untuk KKnM paling tinggi dibandingkan nilai maksimum dari KPM maupun KSM. Terlihat juga pada persentil 75 diperoleh nilai KKnM adalah 53,33 artinya 25% mahasiswa atau 50 mahasiswa dijamin mendapatkan nilai KKnM jauh diatas rata-rata.

Berikut adalah tabel distribusi frekuensi kemampuan matematis (KPM, KSM, dan KKnM) serta histogramnya.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematis

Frekuensi Nilai KPM KSM KKnM 0-19 2 3 16 20-39 35 75 80 40-59 108 53 74 60-79 48 63 25 80-99 8 7 6

(15)

Dari tabel distribusi frekuensi di atas, disajikan poligon nilai kemampuan matematis mahasiswa sebagai berikut.

Gambar 1. Poligon nilai Kemampuan Matematis Mahasiswa D. Kesimpulan dan Saran

Hasil menunjukkan bahwa ketiga kemampuan matematis yaitu KPM, KSM, dan KKnM diperoleh masih belum optimal atau masih rendah. Tetapi terlihat bahwa kemampuan KSM mempunyai nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dua kemampuan yang lain. Sedangkan KKnM adalah kemampuan yang paling rendah. Dengan demikian, perlu adanya usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan ketiga kemampuan ini. Penulis dapat menyarankan, ada beberapa cara untuk mengembangkan dan meningkatkan ketiga kemampuan tersebut, yaitu (1) dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan-kemampuan tersebut. Model yang dipilih tidak berarti memilih hanya satu model pembelajaran saja yang secara keseluruhan berkaitan dengan ketiga kemampuan tersebut. Tetapi bisa juga dengan memilih tiga model pembelajaran berbeda yang masing-masing berkaitan kemampuan matematis tersebut sehingga dapat

0 20 40 60 80 100 120 0-19 20-39 40-59 60-79 80-99 KPM KSM KKnM

(16)

meningkatkan ketiga kemampuan matematis. (2) dengan mengembangkan suatu bahan ajar dengan aktivitas ketiga kemampuan matematis, dapat secara terpisah ataupun bersama-sama. Pengembangan bahan ajar harus didasarkan kepada gambaran ketiga kemampuan tersebut.

E. Daftar Pustaka

Baroody, A.J. (1993). Problem Solving, Reasoning, and Communicating. K-8: Helping Children Think Mathematically. New York: Mac Millan Publishing Company.

Coxford, A.F. (1995). The Case for Connections. Dalam P.A. House dan A.F Coxford (Eds). Yearbook Connecting Mathematics Across The Curriculum. Reston, VA: The National Council of Teachers of Mathematics.

Hodgson, T.R. (1995). Connections as Problem-Solving Tools. Dalam P.A. House dan A.F Coxford (Eds). Yearbook Connecting Mathematics Across The Curriculum. Reston, VA: The National Council of Teachers of Mathematics. Lasmanawati, A. (2011). Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Proses

Berpikir Reflektif Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis Siswa. Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan.

NCTM (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston: Virginia. Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Suhendar. (2007). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Matematika Siswa SMP yang Berkemampuan Rendah Melalui Pendekatan Konstektual dengan Pemberian Tugas Tambahan. Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan. Sudjito, G. Y. (2007). Perbedaan Kemampuan Spasial Yang Mendapat Pendidikan

Musik Klasik; Tidak Mendapat Pendidikan Musik Klasik. Unika Atma Jaya, Jakarta.

Gambar

Tabel 2. Nilai Maks dan Min KPM
Tabel 3. Statistics KSM  N  Valid  201  Missing  0  Mean  50.1342  Median  53.8500  Mode  38.46
Tabel  5  di  bawah  ini  menunjukan  hasil  kemampuan  koneksi  mahasiswa  (KKnM).  Tabel 5
Tabel 6. Nilai Maks dan Min KKnM  N  Valid  201  Missing  0  Std. Deviation  17.80185  Minimum  .00  Maximum  93.33  Percentiles  15  20.0000  25  26.6700  50  40.0000  75  53.3300
+2

Referensi

Dokumen terkait

Bertitik tolak pada uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti apa yang melandasi petani dalam proses pengambilan keputusan penentu usahatani Padi Pandan

Mekanisme simpan pinjam di koperasi Mas Sinar Kelurahan Calaca berbeda dengan sistem yang ada di koperasi lain, bahkan di pandang menyulitkan masyarakat utamanya dalam

Sedangkan jumlah kelopak sisa pada perlakuan L0 (tanpa pemberian limbah padat kelapa sawit) paling rendah dari perlakuan lainnya, diduga karena tidak terpenuhinya

Pupuk hayati VP3 (dengan bahan pembawa vermiwash ) bersama kompos pada penelitian sebelumnya (Riska, 2018) memberikan pengaruh hasil yang optimal terhadap produksi tanaman

Dari beberapa paparan tentang persamaan zakat dan pajak tersebut di atas, maka penulis mengambil hipotesa bahwa secara etimologis zakat adalah juga pajak, karena di

Menganalisa tujuan dari komunikasi pemasaran terhadap produk atau jasa yang akan ditawarkan, dengan berdasarkan atas pengidentifikasian peluang- peluang tersebut dan

Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya (Tyastuti, 2017). Seorang

Negara memiliki peran sebagai pihak yang memberikan perlindungan bagi wartawan dalam situasi internal disturbances and tension lewat hukum nasional dan pelaksanaan