• Tidak ada hasil yang ditemukan

International Conference on Global Education VII Humanising Technology For IR 4.0

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "International Conference on Global Education VII Humanising Technology For IR 4.0"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TANTANGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Sufyarma Marsidin

E-mail : sufyarma1954@gmail.com Irsyad

E-mail irsyad1122@gmail.com Universitas Negeri Padang

ABSTRAK

Kepala sekolah adalah orang sentral yang ada di sekolah dan keberhasilan sebuah sekolah/lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran kepemimpinan kepala sekolah. Karena kepala sekolah sebagai pemimpin di lembaganya, maka kepala sekolah harus mampu membawa lembaga ke arah tercapainya tujuan yang telah di tentukan. Untuk itu Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin di era revolusi 4.0 ini harus memiliki minimal kemampuan (1) Kecakapan Berpikir Kritis (Critical Thinking Skill), (2) Kecakapan Berkomunikasi (Communication Skills), (3) Kreatifitasdan Inovasi (Creativity and Innovation), dan (4) Kolaborasi (Collaboration). Di samping kemampuan di atas, khusus dalam pelaksanaan pembelajaran sudah saatnya kepala sekolah mendorong para pendidik menggunakan pola blended learning serta Digital Literacy,, Emotional Intelligence, Entrepreneurship, Global Citizenship , Problem Solving, dan Team-working.

Kata kunci : Kepemimpinan, era revolusi industry 4.0

ABSTRACT

The principal is a central person in the school and the success of the school very determined by the role of leadership of the school principal. Because the principal is a leader in his institution, the principal must be able to bring the institution towards achieving the goals set. For this reason, the Principal as a leader in the revolution 4.0 era must have the minimum capability (1) Critical Thinking Skills, (2) Communication Skills, (3) Creativity and Innovation, and (4) Collaboration. In addition to the above capabilities, specifically in the implementation of learning, it is time for school principals to encourage educators to use the blended learning pattern as well as Digital Literacy, Emotional Intelligence, Entrepreneurship, Global Citizenship, Problem Solving, and Team-working.

Keywords: Leadership, era of industrial revolution 4.0

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepala sekolah adalah orang sentral yang ada di sekolah dan keberhasilan sebuah sekolah/lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran kepemimpinan kepala sekolah. Karena kepala sekolah sebagai pemimpin di lembaganya, maka kepala sekolah harus mampu membawa lembaga ke arah tercapainya tujuan yang telah di tentukan. Kepala sekolah adalah pioneer dan harus mampu melihat adanya suasana serta perubahan terhadap regulasi pendidikan dan kehidupan di era yang berkembang pesat saat ini, yang sering kita sebut dengan era globalisasi.

Kepala sekolah adalah tenaga fungsional guru yang ditugasi untuk memimpin dan memenej suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat

(2)

dimana terjadi interaksi antara pendidik yang melaksanakan proses pembelajaran dan peserta didik yang menerima pelajaran. Kata kepala secara eksplisit dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi, yang harus mampu memberdayakan suber daya yang ada guna menunjang tercapainya pengelolaan sekolah yang efektif dan efisien. Untuk hal itu, maka yang menjadi fokus adalah perbaikan proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai hasil pendidikan yang berkualitas.

Untuk menciptakan sekolah yang efektif dan efisien, kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di tingkat sekolah dan ujung tombak utama dalam mengelola pendidikan diharapkan mampu memegang tugas dan bertanggung jawab memegang peran aktif dalam memajukan sekolah / lembaga pendidikan.

Kepala sekolah dalam kepemimpinannya memerlukan pengetahuan dan ketrampilan konseptual, kemampuan untuk melihat organisasi secara keseluruhan termasuk kesanggupan melihat dengan jelas peranan organisasi dalam situasi pembangunan yang menyeluruh. Pemahaman tentang fungsi organisasi bergantung satu sama lain dan perubahan pada setiap bagian mempengaruhi semua bagian yang lainnya. Artinya adalah kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja. Akan tetapi semua kegiatan, keadaan lingkungan sekolah dengan situasi dan kondisinya serta hubungan dengan masyarakat sekitarnya merupakan tanggung jawab sebagai kepala sekolah

Setiap individu menginginkan untuk dapat dipimpin oleh seorang pemimpin yang mampu membimbing dan mengarahkan untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Secara etimologi pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama (Surahman, 2015). Pemimpin menurut business dictionary.com adalah Seseorang atau sesuatu yang memegang posisi dominan atau superior dalam bidangnya, dan mampu melakukan kontrol atau pengaruh tingkat tinggi terhadap orang lain. Dalam artikel yang berjudul Defining Leadership, Bennis dan Nanus (1985) menggambarkan seorang pemimpin sebagai orang yang melakukan orang untuk bertindak, yang mengubah pengikut menjadi pemimpin, dan yang dapat mengubah pemimpin menjadi agen perubahan. Manz dan Sims (1989) mengatakan pemimpin yang paling tepat adalah seseorang yang dapat memimpin orang lain untuk memimpin diri mereka sendiri (Fairholm, 2002). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk dapat menuntun, membimbing, mengontrol, dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak menuju sebuah perubahan yang lebih baik.

Seiring perkembangan dan perubahan zaman, terjadi perubahan tingkah laku dan perilaku manusia berubah dari masa ke masa. Hal ini turut juga merubah perkembangan sistem pendidikan di dunia dan di Indonesia pada khususnya (Risdianto, 2019). Sistem pendidikan yang diinginkan adalah sistem pendidikan yang dapat membawa kearah peradaban manusia yang lebih baik. Untuk mencapai hal ini tentunya diperlukan sebuah kemampuan seorang pemimpin yang dapat mewujudkannya. Kita ketahui bahwa perkembangan pendidikan di dunia saat ini tidak lepas dari adanya perkembangan dari revolusi industri yang terjadi di dunia, karena secara tidak langsung perubahan tatanan ekonomi turut merubah tatanan pendidikan di suatu negara (Risdianto, 2019). Saat ini dunia memasuki yang namanya Revolusi Industri 4.0.

Pada era revolusi industri keempat ini atau yang sering disebut Revolusi industri 4.0 ini sering juga disebut sebagai Era Disrupsi. Pada era ini kita bisa melihat bahwa teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya di hampir lini kehidupan manusia. Pada era ini hampir seluruh model bisnis mengalami perubahan besar, dari hulu sampai hilir.

(3)

Lalu seperti apakah sosok pemimpin yang dibutuhkan di era revolusi industri 4.0 ini? Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam tulisan ini kita akan mengkaji tentang bagaimana bentuk kepemimpinan seperti apa yang seharusnya dimiliki untuk menyongsong era Revolusi Industri 4.0.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Kepemimpinan Kepala Sekolah yang diharapkan dalam dunia pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0

C. Tujuan

Menjelaskan Kemampuan kepemimpinan yang hendaknya dimiliki dalam Dunia Pendidikan di Era revolusi Industri 4.0

D. Manfaat

Menganalisis potensi tantangan dan kemampuan kepemimpinan kepala sekolah terutama di dunia pendidikan di Era Revolusi 4.0

PEMBAHASAN

Pada mulanya nama istilah industri 4.0 bermula dari sebuah proyek yang diprakarsai oleh pemerintah Jerman untuk mempromosikan komputerisasi manufaktur (Yahya, 2018). Jerman merupakan negara pertama yang membuat roadmap (grand design) tentang implementasi ekonomi digital. Istilah disrupsi dalam bahasa indonesia adalah tercabut dari akarnya. Menurut (Kasali, 2018) Disrupsi diartikan juga sebagai inovasi. Dari istilah di atas maka disrupsi bisa diartikan sebagai perubahan inovasi yang mendasar atau secara fundamental. Di era disrupsi ini terjadi perubahan yang mendasar karena terjadi perubahan yang masif pada masyarakat dibidang teknologi di setiap aspek kehidupan masyarakat. Sehingga dari penjelasan di atas sosok pemimpin yang dibutuhkan di era ini adalah pemimpin yang mampu atau cepat beradaptasi terhadap cepatnya perubahan yang terjadi. Selain itu pemimpin yang dibutuhkan di era ini adalah pemimpin yang visioner. Visioner dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) mengandung arti Berwawasan kedepan. Sehingga sosok pemimpin yang visioner adalah sosok pemimpin yang memiliki kemampuan dan wawasan untuk berpikir ke depan. Pemimpin yang visioner tentunya harus memiliki sikap optimis dan memiliki daya juang yang tinggi.

Seperti dijelaskan dalam (Ristekdikti, 2018) Ciri-ciri Era Disrupsi dapat dijelaskan adanya sebuah perubahan yang masif, cepat, dengan pola yang sulit ditebak (volatility), Perubahan yang cepat menyebabkan kitdak pastian (uncertainty), Terjadinya kompleksitas hubungan antar faktor penyebab perubahan (complexity), kekurangjelasan arah perubahan yang menyebabkan ambiguitas (ambiguity).

Pada Era Revolusi industri 4.0 beberapa hal terjadi menjadi tanpa batas melalui teknologi komputasi dan data yang tidak terbatas, hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh perkembangan internet dan teknologi digital yang masif sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin. Era ini juga akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia, termasuk di dalamnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta pendidikan tinggi. Dengan tantangan tantangan di atas dibutuhkan sosok pemimpin yang mampu berani dan mampu membaca peluang terhadap segala perubahan yang terjadi akibat dari revolusi industri 4.0 ini.

Diketahui bahwa fokus keahlian dan kemampuan pemimpin (kepala sekolah) bidang Pendidikan di era revolusi industri 4.0 saat ini meliputi cretivity, critical

(4)

thingking, communication dan collaboration atau yang dikenal dengan 4Cs (Direktorat Pembinaan Sma Dirjen Dikdasmen Kemdikbud, 2017).

Gambar : Ketrampilan Abad 21

Pada bagian ini akan dibahas masing--‐ masing kecakapan tersebut sebagai berikut.

1. Kecakapan Berpikir Kritis (Critical Thinking Skill)

Berpikir kritis bersifat mandiri, berdisiplin diri, dimonitor diri, memperbaiki proses berpikir sendiri. Hal itu dipandang sebagai aset penting terstandar dari cara kerja dan cara berpikir dalam praktek. Hal itu memerlukan komunikasi efektif dan pemecahan masalah dan juga komitmen untuk mengatasi sikap egosentris dan sosiosentris bawaan (Paul and Elder, 2006).

Berpikir kritis menurut Beyer (1985) adalah: Berpikir kritis adalah kemampuan 1) menentukan kredibilitas suatu sumber, 2) membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, 3) membedakan fakta dari penilaian, 4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, 5) mengidentifikasi bias yang ada, 6) mengidentifikasi sudut pandang, dan 7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.

Masih banyak para ahli yang memberikan pengertian atau definisi berpikir kritis ini, tetapi dalam bahasan ini akan disajikan hasil meramu sebagai berikut. a. Menggunakan berbagai tipe pemikiran/penalaran atau alasan, baik induktif

maupun deduktif dengan tepat dan sesuai situasi.

b. Memahami interkoneksi antara satu konsep dengan konsep yang lain dalam suatu mata pelajaran, dan keterkaitan antar konsep antara suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

c. Melakukan penilaian dan menentukan keputusan secara efektif dalam mengolah data dan menggunakan argumen.

d. Menguji hasil dan membangun koneksi antara informasi dan argumen.

e. Mengolah dan menginterpretasi informasi yang diperoleh melalui simpulan awal dan mengujinya lewat analisis terbaik.

f. Membuat solusi dari berbagai bermasalahan non--‐rutin, baik dengan cara yang umum, maupun dengan caranya sendiri.

g. Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan

h. Menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan suatu masalah.

(5)

2. Kecakapan Berkomunikasi (Communication Skills)

Komunikasi merupakan proses transmisi informasi, gagasan, emosi, serta keterampilan dengan menggunakan simbol--‐simbol, kata--‐kata, gambar, grafis, angka, dsb.

Raymond Ross (1996) mengatakan bahwa “Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol--‐simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator”.

Kecakapan komunikasi dalam proses pembelajaran antara lain sebagai berikut.

a. Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia (ICT literacy). b. Menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat

berdiskusi, di dalam dan di luar kelas, maupun tertuang pada tulisan.

c. Menggunakan bahasa lisan yang sesuai konten dan konteks pembicaraan dengan lawan bicara atau yang diajak berkomunikasi.

d. Selain itu dalam komunikasi lisan diperlukan juga sikap untuk dapat mendengarkan, dan menghargai pendapat orang lain, selain pengetahuan terkait konten dan konteks pembicaraan.

e. Menggunakan alur pikir yang logis, terstruktur sesuai dengan kaidah yang berlaku.

f. Dalam era revolusi industri 4.0 ini komunikasi tidak terbatas hanya pada satu bahasa, tetapi kemungkinan multi bahasa.

3. Kreatifitasdan Inovasi (Creativity and Innovation)

Kreatifitasadalah cara-cara berpikir yang divergen, berpikir yang produktif, berdaya cipta berpikir heuristik dan berpikir lateral. Beberapa kecakapan terkait kreatifitas yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut.

a. Memiliki kemampuan dalam mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru secara lisan atau tulisan.

b. Bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda. c. Mampu mengemukakan ide-ide kreatif secara konseptual dan praktikal.

d. Menggunakan konsep-konsep atau pengetahuannya dalam situasi baru dan berbeda, baik dalam mata pelajaran terkait, antar mata pelajaran, maupun dalam persoalan kontekstual.

e. Menggunakan kegagalan sebagai wahana pembelajaran.

f. Memiliki kemampuan dalam menciptakan kebaharuan berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki.

g. Mampu beradaptasi dalam situasi baru dan memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan.

4. Kolaborasi (Collaboration)

Kolaborasi dalam proses pembelajaran merupakan suatu bentuk kerjasama dengan satu sama lain saling membantu dan melengkapi untuk melakukan tugas-tugas tertentu agar diperoleh suatu tujuan yang telah ditentukan.

Kecakapan terkait dengan kolaborasi dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut.

(6)

a. Memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok

b. Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain.

c. Memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda.

d. Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi tercapainya tujuan yangbtelah ditetapkan.

Di era disrupsi seperti saat ini, dunia pendidikan melalui kepala sekolah juga dituntut untuk mampu membekali para peserta didik dengan ketrampilan yang relevan dengan era revolusi industry 4.0. Ketrampilan ini adalah ketrampilan bagaimana peserta didik melalui kepala sekolah, mampu/bisa berfikir kritis dalam memecahkan masalah, kreatif dan inovatif serta ketrampilan komunikasi dan kolaborasi.

Selain itu ketrampilan mencari, mengelola dan menyampaikan informasi serta terampil menggunakan informasi dan teknologi. Beberapa kemampuan yang harus dimiliki di era revolusi industry 4.0 ini meliputi : Leadership, Digital Literacy, Communication, Emotional Intelligence, Entrepreneurship, Global Citizenship , Problem Solving, Team-working.

Pembelajaran di era disrupsi harus mampu membekali kemampuan „sustainable learning‟, sehingga peserta didik dapat melewati era disrupsi, dan memasuki era baru ini dengan baik.

Untuk mencapai ketrampilan era revolusi industry 4.0, trend pembelajaran dan best practices juga harus disesuikan, salah satunya adalah melalui pembelajaran terpadu atau secara blended learning. Blended learning adalah cara mengintegrasikan penggunaan teknologi dalam pembelajaran yang memungkinkan pembelajaran yang sesuai bagi masing-masing peserta dididk dalam kelas. "Blended learning memungkinkan terjadinya refleksi terhadap pembelajaran”(Wibawa, 2018). Pembelajaran blended learning di era revolusi industri 4.0 merupakan salah model pembelajaran yang dianjurkan dalam memenuhi kriteria revolusi industry 4.0, sehingga para pemimpin atau pemegang kebijakan di tingkat pendidikan juga harus mampu mensupport meningkatkan model pembelajaran ini.

Blended learning merupakan perpaduan antara pembelajara fisik di kelas dengan lingkungan virtual. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis blended learning merupakan gabungan dari literasi lama dan literasi baru (literasi manusia, literasi teknologi dan data).

Salah satu gerakan literasi baru yang dicanangkan pemerintah terfokus pada tiga literasi utama yaitu 1) literasi digital, 2) literasi teknologi, dan 3) literasi manusia (Aoun, 2018). Tiga keterampilan ini diprediksi menjadi keterampilan yang sangat dibutuhkan di masa depan atau di era industri 4.0. Literasi digital diarahkan pada tujuan peningkatan kemampuan membaca, menganalisis, dan menggunakan informasi di dunia digital (Big Data), literasi teknologi bertujuan untuk memberikan pemahaman pada cara kerja mesin dan aplikasi teknologi, dan literasi manusia diarahkan pada peningkatan kemampuan berkomunikasi dan penguasaan ilmu desain (Aoun, 2017). Literasi baru yang diberikan diharapkan menciptakan lulusan yang kompetitif dengan menyempurnakan gerakan literasi lama yang hanya fokus pada peningkatan kemampuan membaca, menulis, dan matematika. Adaptasi gerakan literasi baru dapat diintegrasi dengan melakukan penyesuaian kurikulum dan sistem pembelajaran sebagai respon terhadap era

(7)

industri 4.0 (Yahya, 2018). Melihat hal ini pemimpinpun harus memiliki 3 literasi di atas.

PENUTUP

Kepemimpin yang dibutuhkan khususnya dalam dunia pendidikan di indonesia yang seharus dimiliki di era revolusi industri 4.0 adalah pertama Pemimpin harus memiliki daya juang tinggi, jujur, berani, mau menerima, mendorong, dan memotivasi tim untuk memberikan feedback terhadap kepemimpinannya demi kemajuan bersama. Kedua pemimpin juga harus kreatif, mampu membaca peluang terhadap segala perubahan yang terjadi akibat dari revolusi industri 4.0. Ketiga Pemimpin harus berpikir cepat dan tanggap terhadap segala perubahan, memiliki arah tujuan yang jelas, dan mampu mampu memberikan rasa aman, nyaman terhadap orang yang dipimpinnya. Keempat pemimpin harus mampu mengembangkan potensi potensi yang ada, memanajamen resiko. Kelima Pemimpin harus mampu memberikan keteladanan baik ahlak, sikap dan perilaku kepada yang dipimpinnya. Ke enam pemimpin harus dapat membawa siapa yang dipimpinnya menuju arah yang lebih baik. Ke tujuh mampu melakukan lompatan, berpikir jauh, visioner, tidak cukup hanya mengikuti perkembangan jaman namun mampu membawa organisasi yang dibawahinya menjadi acuan dan tuntunan bagi yang lain. Sehingga tidak akan terus tertinggal.

REFERENSI

Aoun, J. (2018). Robot-proof : higher education in the age of artificial intelligence. https://doi.org/10.1080/02607476.2018.1500792

Fairholm, M. (2002). Defining Leadership. The George Washington University. Retrieved from

https://www.researchgate.net/publication/283048404_Defining_Leadership#pf6 Kasali, R. (2018). Disruption (9th ed.). Jakarta: Gramedia.

Prasetyo, B., & Trisyanti, U. (2018). REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DAN TANTANGAN PERUBAHAN SOSIAL. In Prosiding SEMATEKSOS 3 “Strategi Pembangunan Nasional MenghadapiRevolusiIndustri 4.0.”

Risdianto, E. (2019). Analisis Pendidikan Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0. Retrieved

fromhttps://www.academia.edu/38353914/Analisis_Pendidikan_Indonesia_ di Era Revolusi Industri 4.0

RISTEKDIKTI. (2018). Pengembangan Iptek dan Pendidikan Tinggi di Era Revolusi Industri 4.0. Retrieved from https://www.ristekdikti.go.id/siaran-pers/pengembangan-iptek-dan-pendidikan-tinggi-di-era-revolusi-industri-4-0/ Surahman, A. (2015). PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN DALAM AL-QUR‟AN. Jurnal Studi Al-Qur’an. Retrieved from http://www.academia.edu/download/

53515830/ 3.PEMIMPIN_DAN_KEPEMIMPINAN_DALAM_AL-QURAN.pdf Wibawa, S. (2018). Pendidikan dalam Era Revolusi Industri 4.0. Indonesia.

Yahya, M. (2018). ERA INDUSTRI 4.0: TANTANGAN DAN PELUANG PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN INDONESIA. Makasar.

Gambar

Gambar : Ketrampilan Abad 21

Referensi

Dokumen terkait

Makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh ikan sepat siam baik yang berukuran kecil maupun besar adalah mikroalga dari Kelas Bacillariophyceae berjenis Diatoma, Melosira, dan

pri čemer pomenijo: LCC - skupna sedanja vrednost stroškov življenjskega cikla posamezne alternative I - sedanja vrednost osnovnih investicijskih stroškov 21 Repl - sedanja

Fungsi Save, adalah fungsi yang digunakan untuk menyimpan citra hasil deteksi tepi, atau dapat juga digunakan untuk menyimpan citra yang telah diolah dengan beberapa jenis operasi

Pertama, dari segi semantis, baik pada diatesis pasif bahasa Jepang maupun bahasa Indonesia, pendamping inti yang berperan penanggap adalah yang mengalami suatu peristiwa

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, aktivitas guru pada penerapan model Siklus Belajar ( Learning Cycle ) ini, menunjukkan adanya peningkatan aktivitas

Retribusi Terminal adalah pelayanan atas penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang bis umum dan mobil barang, tempat kegiatan usaha, fasilitas lainnya di

Dalam kesempatan ini juga, dengan menghayati bahwa kehidupan dan pertumbuhan jemaat di GKI Kemang Pratama adalah tanggung jawab kita bersama, marilah dalam rasa syukur

638/BPBD/2016 tanggal 26 Agustus 2016 tentang Perpanjangan Penetapan Status Siaga Darurat Penanggulangan Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi