BAB 1 BAB 1 TINJAUAN TEORI TINJAUAN TEORI KONJUNGTIVITIS KONJUNGTIVITIS 1.1
1.1 TinTinjauajauan Medisn Medis 1
1..11.1.1 PPeennggeerrttiiaann
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau pink Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau pink eye ( Darlina, Vera; 1996; 103 )
eye ( Darlina, Vera; 1996; 103 )
Konjungtivitis adalah radang konjungtiva, merupakan penyakit mata paling Konjungtivitis adalah radang konjungtiva, merupakan penyakit mata paling umum di dunia, bervariasi dari hiperemia ringan dengan berair mata sampai umum di dunia, bervariasi dari hiperemia ringan dengan berair mata sampai konjung
konjungtivitivitis berat tis berat dengan banyak sekret dengan banyak sekret purulpurulen en kental ( kental ( VaughanVaughan, , DanielDaniel;; 2000;
2000; 99 99 ))
1
1..11..22 EEttiioollooggii 1.
1. BaBaktktereri pi patatogeogenn Staf
Stafilokoilokokus, kus, strepstreptokokutokokus, s, coryncorynebacteebacterium rium diphtdiphteriae, eriae, pseudopseudomonasmonas aeruginosa, Neiseria gonorhoea, dan Haemophilus influenzae
aeruginosa, Neiseria gonorhoea, dan Haemophilus influenzae 2
2.. VViirruuss Ade
Adenovinovirusrus, , HerHerpes pes SimSimpleplek, k, HerHerpes pes ZosZosterter, , KlaKlamidmidia, ia, New New CasCastletle,, Pikorna, Enterovirus
Pikorna, Enterovirus 3.
3. ReaReaksi hiperksi hipersensensitsitiviivitas tipe tas tipe cepacepat t ataatau u lamlambat atau bat atau reareaksi antibksi antibodiodi humoral terhadap alergen
humoral terhadap alergen 4.
4. BerkuBerkurangnyrangnya sekra sekresi esi kelenjkelenjar laar lakrimakrimall
1
1..11..33 FFiissiioollooggii Mat
Mata a adaladalah ah indindera era penpengliglihathatan. an. MatMata a dibdibententuk uk untuntuk uk menmenerierimama rangsangan berkas cahaya pada retina, lantas dengan serabut nervus optikus, rangsangan berkas cahaya pada retina, lantas dengan serabut nervus optikus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. Bila sebuah bayangan tertangkap mata, maka berkas-bekas cahaya benda yang Bila sebuah bayangan tertangkap mata, maka berkas-bekas cahaya benda yang di
dililihahat t memenenembmbus us korkorneanea, , aqaqueues s huhumomor, r, lelensnsa a dadan n badbadan an vivitrtreueus s gungunaa merangsang ujung-ujung saraf dalam retina. Rangsangan yang diterima retina merangsang ujung-ujung saraf dalam retina. Rangsangan yang diterima retina bergerak melalui traktuk optius menuju otak sehingga menimbulkan lukisan bergerak melalui traktuk optius menuju otak sehingga menimbulkan lukisan
dan bentuk. dan bentuk.
1.
1.1.1.44 PaPattofofiisisiolologogii
Infeksi bakteri, virus, jamur Infeksi bakteri, virus, jamur
Radang konjungtiva (konjungtivitis) Radang konjungtiva (konjungtivitis)
Rasa tidak enak Rasa tidak enak
(ngeres) (ngeres)
K
Koottoorraan n ppuurruulleenn LLaakkrriimmaassii
K
Keellooppaak k bbeennggkkaakk KKeemmeerraahhaann
Fotofobia Fotofobia
Kemunduran visus Kemunduran visus
Penurunan ketajaman penglihatan Penurunan ketajaman penglihatan
Keterangan : Keterangan :
Infeksi bakteri, virus, jamur, alergi dan sebagainya dapat menyebabkan Infeksi bakteri, virus, jamur, alergi dan sebagainya dapat menyebabkan rad
radang ang padpada a konjkonjungtungtiva iva (ko(konjunjungtngtiviivititis) s) sehsehingingga ga akan akan menmenimbimbulkulkan an rasrasaa tidak enak
tidak enak (nger(ngeres) pada es) pada mata. Kotoran sepertmata. Kotoran seperti i air yang air yang mukopumukopurulentrulenta a dandan mata akan mengeluarkan air mata (lakrimasi). Hal ini menyebabkan kelopak mata akan mengeluarkan air mata (lakrimasi). Hal ini menyebabkan kelopak mata menjadi bengkak dan
mata menjadi bengkak dan kemerkemerahan sehingga timbul rasa ahan sehingga timbul rasa nyerinyeri. . Di sampingDi samping itu terjadi fotofobia oleh karena pembengkakan kelopak mata akibat iritasi akan itu terjadi fotofobia oleh karena pembengkakan kelopak mata akibat iritasi akan terjadi penurunan ketajaman penglihatan sehingga akan berakibat ansietas pada terjadi penurunan ketajaman penglihatan sehingga akan berakibat ansietas pada pen
penderderitaita, , gangangguagguan n daldalam am penpenerierimaamaan n sensensorsori i perpersepseptuatual. l. SelSelain ain ititu u tidtidak ak tahunya dalam perawatan kebersihan dapat memacu penyebaran penyakit akibat tahunya dalam perawatan kebersihan dapat memacu penyebaran penyakit akibat kurang pengetahuan yang dimilikinya.
kurang pengetahuan yang dimilikinya.
1
1..11.5.5 KKllaassiiffiikakassii 1.
1. KonKonjunjungtigtivitvitis is AleAlergirgi
Konjungtivitis alergi adalah suatu konjungtivitis yang disebabkan oleh Konjungtivitis alergi adalah suatu konjungtivitis yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap setiap bahan yang dapat bersifat alergen reaksi hipersensitivitas terhadap setiap bahan yang dapat bersifat alergen (debu, tepung sari, obat, dan lain-lain)
(debu, tepung sari, obat, dan lain-lain)
Konjungtivitis alergi dapat timbul sebagai akibat reaksi terhadap alergen Konjungtivitis alergi dapat timbul sebagai akibat reaksi terhadap alergen yang lokal maupun sistemik.
yang lokal maupun sistemik. 2.
2. KonKonjunjungtigtivitvitis Adenis Adenoviovirusrus
Nyeri Nyeri Kurang Kurang pengetahuan pengetahuan Gangguan Gangguan sensori sensori perseptual perseptual Ansietas Ansietas Risiko Risiko tinggi tinggi cedera cedera
Konjungtivitis adenovirus adalah suatu konjungtivitis yang disebabkan oleh adenovirus jenis tertentu. Misal : Keratokonjungtivitis epidemi, demam faringo konjungtiva
3. Konjungtivitis angular
Konjungtivitis angular adalah suatu radang konjungtiva yang mengenai konjungtiva bulbi di fisura palpebra pada kantus internus dan eksternus Disebabkan oleh Moraxella (diplobasi), mungkin juga disebabkan oleh stafilokokus
4. Konjungtivitis Atopi
Konjungtivitis atopi adalah suatu peradangan konjungtiva yang dapat ditemukan pada orang-orang yang mempunyai stigma atopi seperti dermatitis atopi dan asma bronkial
5. Konjungtivitis Difteri
Konjungtivitis difteri adalah radang konjungtiva yang disebabkan Korinebakteium difteri dan disertai gambaran khas berupa pembentukan membran pada konjungtiva tarsal
6. Konjungtivitis Folikular
Konjungtivitis folikular adalah peradangan konjungtiva yang disertai pembentukan folikel
7. Konjungtivitis Gonore
Konjungtivitis gonore adalah suatu radang konjungtiva akut dan hebat dengan sekret purulen yang disebabkan oleh kuman Neiseria Gonorhoea 8. Konjungtivitis Katarak
Konjungtivitis katarak adalah infeksi konjugtiva dengan gejala khas berupa peradangan katarak pada membran mukosa konjungtiva
9. Konjungtivitis Digneus
Konjungtivitis digneus adalah peradangan konjungtiva yang menahun, sering berulang-ulang
1.1.6 Manifestasi Klinis
1. Hiperemi konjungtiva bulbi ( infeksi konjungtiva ) 2. Lakrimasi
3. Eksudat
4. Pseudoptosis akibat kelopak membengkak
5. Kemosisi, hipertrofi papil, folikel, membran psedomembran, granulasi fikteri
7. Adenopati pseurikular
8. Pada konjungtivitis virus berupa terbentuknya folikel pada konjungtiva
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sediaan langsung dengna pewarnaan gram atau Giemsa 2. Kultur virus
3. Sel inklusi intranuklear
1.1.8 Penatalaksanaan
1. Tetes mata antibiotika siang hari, malam, salep 2. Penggunaan handuk sendiri-sendiri
3. Menggunakan tissue bukan sapu tangan dan dibuang setelah pemakaian satu kali
4. Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak di kelopak mata dengan mengusap pelan-pelan dengan salin
5. Fotofobia dapat diatasi dengan memakai kaca mata gelap
6. Pemakaian topeng seluloid pada mata yang sakit tidak dianjurkan, karena akan memberikan lingkugan yang baik untuk perbanyakan mikroorganisme
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan 1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Anamnesa
1. Tanyakan adanya riwayat penyakit mata, pembedahan atau trauma mata
2. Tanyakan penggunaan obat tetes; jenis, jumlah, frekuensi dan lama penggunaan
3. Tanyakan adanya kotoran mata, nyeri pada daerah mata, nyeri kepala 4. Tanyakan adanya riwayat konjungtivitis sebelumnya; sifatnya, ada hubungan dengan alergi, musim/cuaca
5. Tanyakn tempat tinggal, jumlah penghuni dalam satu rumah dan adanya yang menderita dari salah satu keluarga
1. Aktivitas/istirahat
Tanda : perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
2. Makanan/cairan Tanda : anoreksia 3. Neurosensori
Tanda : Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap, penglihatan perifer, fotofobia, konjungtiva dan sklera merah, peningkatan air mata
4. Nyeri/kenyamanan
Tanda : ketidaknyamanan ringan/mata berair, nyeri tiba-tiba/tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala, rasa tidak enak/ngeres
1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan
1.2.2.1 Nyeri ( akut/kronis ) berhubungan dengan peradangan pada konjungtiva, ketegangan, vasospasme
a. Batasan Karakteristik 1. Data Subjektif
Komunikasi ( verbal atau kode ) dari pemberi gambaran nyeri 2. Data Objektif
Perilaku melindungi, protektif Memfokuskan pada diri sendiri
Penyempitan fokus ( perubahan persepsi waktu, menarik diri dari kontak sosial, kerusakan proses pikir )
Perilaku distraksi ( merintih, menangis, mondar-mandir, mencari orang lain dan/atau aktivitas, gelisah )
Wajah tampak menahan nyeri ( mata tak bersemangat, "tampak terpukul", gerakan terfiksasi atau menyebar, meringis )
Perubahan pada tonus otot (dapat berkisar dari malas, sampai kaku) Respons autonomik tidak terlihat pada nyeri stabil kronis (diaforesis, perubahan tekanan darah dan nadi, pupil, dilatasi, peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan)
b. Tujuan :
Nyeri klien berkurang atau hilang
1. Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang 2. Klien tidak menyeringai kesakitan
3. TTV normal d. Intervensi :
1. Mengobservasi tingkat nyeri klien
R : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
2. Menjelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
R : Dengan menjelaskan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
3. Observasi adanya tanda-tanda ketidaknyamanan non verbal misalnya ; eksprsi wajah, posisi tubuh gelisah, meringis
R : Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung dialami 4. Anjurkan untuk beristirahat dalam ruangan yang tenang
R : Menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi ketidaknyamanan
5. Ajarkan klien dalam perawatan dan cara kebersihan untuk mencegah penularan penyakit seperti memakai handuk sendiri- sendiri atau barang pakai lainnya
R : Pemberian informasi sebagai pengetahuan dalam mengurangi penularan yang lebih lanjut dari penyakit tersebut
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat tetes mata
R : Sebagai terapi untuk mengurangi nyeri dan sebagai proses penyembuhan
7. Ajarkan klien untuk mengikuti terapi pengobatan yang dianjurkan oleh dokter secara benar
R : Sebagai pematuhan terhadap terapi dan pengobatan serta berpartisipasi dalam memebantu proses penyembuhan
1.2.2.2 Gangguan sensori perseptual ; penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori / status organ indra, adanya proses peradangan, adanya
sekret pada kornea
a. Batasan Karakteristik 1. Mayor ( harus terdapat )
Tidak akuratnya interpretasi terhadap stimulus lingkungan dan/atau perubahan negatif dalam jumlah atau pola dari stimulus yang masuk
2. Minor ( mungkin terdapat ) Disorientasi waktu dan tempat Disorientasi orang
Perubahan kemampuan dalam pemecahan masalah Perubahan pola komunikasi dan perilaku
Gelisah
Melaporkan halusinasi dengar dan lihat Ketakutan
Ansietas Apatis
Peka rangsang b. Tujuan :
Sensori perseptual penglihatan kembali adekuat c. Kriteria Hasil :
2. Klien menyatakan adanya penurunan gejala kelebihan beban sensori 3. Klien mampu menghilangkan faktor-faktor risiko
d. Intervensi :
1. Tentukan ketajaman penglihatan
R : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi
2. Observasi tanda-tanda dan gejala-gejala lebih lanjut (disorientasi)
R : terbangun dalam lingkungan yang tidak adekuat dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung
3. Observasi penglihatan kabur dan iritasi
R : Gangguan penglihatan / iritasi dapat terjadi secara bertahap
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan kaca mata untuk membantu mengurangi silau pada mata
R : Membantu mengurangi ketidaknyamanan pada fobia
5. Anjurkan klien membersihkan kotoran mata tiap hari seperti membasuh dengan air hangat atau saputangan
R : Membatu mengurangi ketidaknyamanan
6. Anjurkan klien tidak membaca atau memaksa memfokuskan mata
R : Menambah beban sensori pada penglihatan
7. Kolaborasi dengan dokter dalam pilihan intervensi medis R : Membantu masalah denagn tindakan medis
R : menggaruk mata dapat memperparah kondisi mata
1.2.2.3 Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, progniosisi dan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi,
keterbatasan kognitif
a. Batasan karakteristik : 1. Mayor :
Menyatakan kurangnya pengetahuan atau ketrampilan/ meminta informasi
Mengekspresikan persepsi yang tidak akurat terhadap kondisi kesehatannya
Menampilkan secara tidak tepat perilaku sehat yang diinginkan atau yang sudah ditentukan
2. Minor :
Kurang integrasi rencana tindakan ke dalam kegiatan sehari-hari Menunjukkan/ mengekspresikan gangguan psikologi
Tujuan :
Peningkatan pemahaman tentang kondisi/ prognosis dan aturan terapeutik secara optimal
Kriteria hasil : Individu akan :
Berpartisipasi dalam proses balajar
Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan b. Intervensi :
1. Evaluasi tipe/ derajat dari gangguan persepsi sensori
R : defisit mempengaruhi pilihanmetode pengajaran dan isi/ kompleksitas instruksi
2. Diskusikan keadaan pathologis yang khusus dan kekuatan pada individu
R : membantu membangun harapan yang realistis dan meningkatkan pemahanterhadap keadaan dan kebutuhan saat ini
3. Anjurkan pada pasien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat dll.
R : Aktivitas yang menyebabkan mata lelah / tegang dan dapat meningkatkan TIO
R : Memberikan masukan sensasi, mempertahankan rasa normalitas, melalui waktu lebih mudah bila tak mampu menggunakan penglihatan secara penuh
5. Anjurkan pasien tidur terlentang, mengatur intensitas lampu dan menggunakan kacamata gelap bila keluar/ dalam ruangan terang
R : Mencegah cedera kecelekaan pada mata
1.2.2.4 Potensial cedera / trauma berhubungna dengan ketajaman penglihatan menurun
a. Tujuan :
Tidak terjadi cedera / trauma b. Kriteria hasil :
4. Klien menyatakan tidak adanya faktor-faktor potensial yang berbahaya 5. Klien melaporkan kegiatan kegiatan yang aman di rumah
c. Intervensi :
1. Batasi aktivitas yang berlebihan seperti membaca atau melihat terlalu dekat
R : meminimalkan cedera
2. Pertahankan keamanan lingkungan seperti menghindari lantai licin
R : Mencegah terjadinya risiko cedera
3. Berikan posisi nyaman pada pasien seperti tidur terlentang R : Kenyamanan tersebut akan membuat pasien lebih aman untuk
beraktivitas
4. Anjurkan klien untuk memodifikasi lingkungan R : Menghindari terjadinya kecelakaan / trauma
BAB 2 TINJAUAN KASUS 2.1 Pengkajian 1. Identitas 1.1 Identitas Pasien Nama : Tn. H No.Reg. : 256176 Umur : 25 tahun Agama : Kristen
Jenis Kelamin : laki – laki Status Marital : kawin
Pendidikan : PT
Pekerjaan : Karyawan Swasta Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Kediri
Tanggal Pengkajian : 30 November 2011 jam 9.35 WIB Diagnosa Medis : Konjungtivitis
1.2 Identitas Penanggung Jawab Nama Penanggung : Tn. H
Hubungan dengan Pasien :
-Alamat : Kediri
No. Telp :
-Nomor Kartu Identitas :
-Jenis Kelamin : Laki - laki
Pekerjaan : Karyawan Swasta
2. Riwayat Kesehatan 2.1 Keluhan Utama
Pasien mengatakan mata kiri seperti kemasukan pasir, ngeres, bengkak, warna merah, mengganjal dan nyeri, skala nyeri 5.
Sejak kemarin pasien merasa mata kiri gatal, pada malam harinya mulai bengkak dan merah. Pagi pada tanggal 30 november 2011 pukul 09.00 wib pasien periksa ke Poliklinik mata RS Baptis Kediri, dan di Diagnosa
konjungtivitis.
2.3 Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah mengalami konjungtivitis 2 tahun yang lalu
2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti hepatitis, kusta, TBC dan penyakit keturunan seperti penyakit DM, HT, Jantung ataupun Asma Genogram : = Laki-laki = Perempuan = Pasien = Tinggal Serumah = Meninggal = Hubungan Pernikahan = Hubungan Keturunan 2.5 Riwayat Sosiokultural
Sosial : Hubungan pasien dengan keluarganya baik
Kultural : Pasien berasal dari jawa dan hidup di lingkungan jawa
2.6 Review Pola Sehat – Sakit
Pasien kadang-kadang berolahraga bila ada waktu luang, pasien selalu makan tepat waktu.
25
X X
2.7 Pola Fungsi Kesehatan Gordon
1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Di Rumah : Pasien merasa kesehatan itu penting. Pasien kadang-kadang berolahraga dan pergi ke dokter bila sakit.
Di Rumah Sakit : Pasien patuh pada instruksi dokter dan perawat serta meminum obat yang di berikan tepat waktu
2. Pola Nutrisi – Metabolik
Di Rumah : Pasien makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk dan sayur, pasien menghabiskan satu porsi penuh tiap makan. Minum air putih ± 6 - 7 gelas
Di Rumah Sakit : Selama dirawat di Poliklinik RS Baptis Kediri pasien belum makan
3. Pola Eliminasi
Di Rumah : BAB = 1 hari sekali BAK = 6-7 kali/hari
Di Rumah Sakit : BAK = belum BAK selama di rawat
BAB = pasien belum BAB selama dirawat 4. Pola Aktivitas dan Latihan
Di Rumah : Pasien bekerja sebagai karyawan di Instansi swasta.
Di Rumah Sakit : Pasien hanya bisa duduk diam saat menunggu untuk diperiksa.
5. Pola Kognitif dan Persepsi
Di Rumah : Pasien mempunyai pemikiran yang logis dan mengenal lingkungan
Di Rumah Sakit : Pasien mempunyai pemikiran yang logis dan mengetahui kondisi penyakitnya
6. Pola Persepsi – Konsep Diri
1. Citra Tubuh : Tn. H menganggap tubuhnya sehat, hanya saja matanya tersa agak nyeri
2. Ideal Diri : Tn. H menginginkan menjadi karyawan yang sejahtera dan menjadi Kepala Keluarga yang bertanggung jawab.
3. Harga Diri : Tn. H merasa bangga atas semua hal yang sudah dicapai, tentang keberhasilannya dan tentang pekerjaannya yang masih di jalani sampai sekarang.
4. Peran Diri : Tn. H adalah seorang suami yang memberi nafkah pada keluarga
8. Pola Tidur dan Istiahat
Di Rumah : Pasien tidur 8 – 10 jam sehari, tidak ada gangguan tidur Di Rumah Sakit : Pasien tidak istirahat saat di Rumah Sakit
9. Pola Peran – Hubungan
Di Rumah : Pasien berperan sebagai kepala keluarga dan ayah/suami dengan baik
Di Rumah Sakit : Selama di Rumah Sakit keputusan tetap diambil sendiri oleh Tn. A
10. Pola Seksual – Reproduksi
Di Rumah : Pasien sudah mempunyai anak, melakukan aktivitas seksual secara normal
Di Rumah Sakit : Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seksual 11. Pola Toleransi Stress – Koping
Di Rumah : Pasien dapat menyelesaikan permasalahan dengan baik
Di Rumah Sakit : Pasien terlihat tetap tenang dan dapat menyelesaikan masalah dengan baik
12. Pola Nilai – Kepercayaan
Di Rumah : Pasien beragama islam dan rajin beribadah 5 waktu sehari Di Rumah Sakit : Pasien berdoa di dalam hati
3. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum
KU baik, kesadaran komposmentis, memakai kacamata, pasien sering mengusap mata dengan tisu
2. Tanda Vital
Tensi / TD : 120 / 80 mmHg Respirasi : 20 kali / menit Nadi : 80 kali / menit
Suhu : 375C
3. Kepala
Inspeksi : Rambut warna hitam, lurus, kulit kepala bersih, tidak ada lesi Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
4. Mata
Inspeksi : Simetris, konjungtiva merah muda, kelopak mata tidak ada odema tidak terdapat lesi, sklera putih, reflek pupil terhadap cahaya baik. 5. Hidung
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan 6. Telinga
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, ada serumen, telinga kanan bengkak dan warna merah.
Pemeriksaan : Tidak ada gangguan pendengaran 7. Mulut
Inspeksi : Bersih, tidak ada pembesaran tonsil, terdapat karies gigi, mukosa bibir lembab
8. Leher
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, bersih
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid 9. Dada dan Punggung
a. Ketiak : Tidak terkaji
b. Pemeriksaan Thorax / Dada :
Inspeksi :bentuk dada normal tidak terdapat pigeon chest, barrel chest, pergerakan dada kanan dan kiri saat inspirasi dan ekspirasi bergerak bersama.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan atau massa.
Auskultasi : Tidak ada suara tambahan seperti hipersonor.
Perkusi : vesikuler, tidak ada suara tambahan seperti wheezing, rhonci
c. Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi Iktus kordis.
Palpasi : Ictus cordis pada ICS V linea midclavicula kiri. Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal tidak ada mur-mur jantung. 10. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada acites, tidak ada lesi.
Pallpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa Perkusi : Suara tympani.
Auskultasi : Bising usus 6 kali/menit 11. Ekstremitas MMT Keterangan : 5 : beban maksimal 4 : beban minimal 5 5 5 5
3 : ada kontraksi, dapat melawan gravitasi
2 : ada kontraksi, ada gerakan, tidak dapat melawan gravitasi 1 : hanya ada kontraksi
0 : tidak ada kontraksi 12. Genetalia
Tidak terkaji 13. Anus
Tidak terkaji
4. Data Penunjang (Pemeriksaan Diagnostik) Tidak dilakukan pemeriksaan diagnostik 5. Data Tambahan (Penatalaksanaan)
5.1 Pelaksanaan / Therapi :
a. Polidex 2 tetes 1 kali sekali b. Amoxcicillin 500 mg QID
c. Alletral tetes mata TID di mata kiri d. Alletral salep mata 0 – 0 – 1
e. Asam Mefenamat TID
5.2 Harapan klien / keluarga sehubungan dengan penyakitnya :
Pasien berharap mata kirinya cepat sembuh sehingga dapat melakukan aktifitas seperti biasa.
Kediri, 30 November 2011 Mahasiswa
2.2 ANALISA DATA Nama : Tn. H Umur : 25 tahun No Reg: 256176 DATA ETIOLOGI Masalah Keperawatan / Kolaboratif DS : Pasien mengeluh mata kiri
terasa nyeri, skala nyeri 5 DO :
- Mata kiri pasien bengkak - Sklera dan konjungtiva
merah
- Terdapat kotoran purulen - Pasien sering mengusap
mata kiri dengan tisu - TTV : TD : 120/90mmhg N: 88x/mnt S : 368 C , P : 20x/mnt DS : Pasien mengatakan pandangan tidak jelas
dan buram DO :
- Diagnosa medis konjungtivitis
- Terdapat kotoran purulen
Infeksi bakteri, virus, jamur
Radang konjungtiva Lakrimasi Kemerahan Kotoran purulen Kelopak bengkak Fotofobia Kemunduran visus Penurunan ketajaman penglihatan Nyeri Gangguan Sensori Perseptual Nyeri Gangguan sensori perseptual
2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. H Umur : 25 tahun No Reg: 256176
No Tanggal Diagnosa Keperawatan / Kolaboratif
1.
2.
30-11-2011
30-11-2011
Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada konjungtiva ditandai dengan pasien mengeluh mata kiri terasa nyeri, skala nyeri 5, mata kiri pasien bengkak, sklera dan konjungtiva merah, terdapat kotoran purulen, pasien sering mengusap mata kiri dengan tisu, TTV : TD : 120/90mmHg, N : 88x/mnt, S : 368 C , P: 20x/mnt
Gangguan sensori perseptual berhubungan dengan adanya proses peradangan ditandai dengan pasien mengatakan pandangan tidak jelas dan buram, diagnosa medis konjungtivitis, terdapat kotoran purulen
2.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Nama : Tn. H Umur : 25 tahun No Reg: 256176 No DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVNSI RASIONAL
1 Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan
peradangan pada konjungtiva ditandai dengan pasien mengeluh mata kiri terasa nyeri, skala nyeri 5, mata kiri pasien bengkak, sklera dan
konjungtiva merah, terdapat kotoran purulen, pasien sering mengusap
mata kiri dengan tisu, TTV : TD : 120/90mmHg, N :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam nyeri hilang atau berkurang dengan kriteria
hasil:
1. Pasien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
2. Pasien tidak menyeringai kesakitan 3. TTV normal
1. Mengobservasi tingkat nyeri klien
2. Menjelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
3. Observasi adanya tanda-tanda ketidaknyamanan non verbal misalnya ; eksprsi wajah, posisi tubuh gelisah, meringis
4. Anjurkan untuk beristirahat
1. Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
2. Dengan menjelaskan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk
mengurangi nyeri
3. Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung dialami
4. Menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi
88x/mnt, S : 368 C , P: 20x/mnt
dalam ruangan yang tenang
5. Ajarkan klien dalam perawatan dan cara kebersihan untuk mencegah penularan penyakit seperti memakai handuk sendiri- sendiri atau barang pakai lainnya
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat tetes mata dan pengurang nyeri
7. Anjurkan klien untuk mengikuti terapi pengobatan yang dianjurkan oleh dokter secara benar
ketidaknyamanan
5. Pemberian informasi sebagai pengetahuan dalam mengurangi penularan yang lebih lanjut dari penyakit tersebut
6. Sebagai terapi untuk mengurangi nyeri dan sebagai proses penyembuhan
7. Sebagai pematuhan terhadap terapi dan pengobatan serta berpartisipasi dalam memebantu proses penyembuhan
2 Gangguan sensori perseptual berhubungan dengan adanya proses peradangan ditandai dengan pasien mengatakan pandangan tidak jelas dan buram, diagnosa medis konjungtivitis, erdapat kotoran purulen Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam sensori perseptual penglihatan kembali adekuat dengan kriteria hasil: 1. Klien mengatakan adanya penurunan gejala kelebihan beban sensori 2. Pasien mampu menghilangkan faktor – faktor risiko 1. Tentuka n ketajaman penglihatan 2. Observa
si tanda-tanda dan gejala-gejala lebih lanjut (disorientasi)
3. Observa
si pada penglihatan kabur dan iritasi
4. Anjurka
n pasien untuk menggunakan kaca mata untuk membantu mengurangi silau pada mata
5. Anjurka
n klien membersihkan kotoran mata tiap hari seperti membasuh dengan
1. Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi 2. Terbangun dalam lingkungan
yang tidak adekuat dan mengalami keterbatasan
penglihatan dapat mengakibatkan bingung
3. Gangguan penglihatan / iritasi dapat terjadi secara bertahap
4. Membantu mengurangi ketidaknyamanan pada fobia
5. Membantu mengurangi ketidaknyamanan
6. Menambah beban sensori pada penglihatan
2.5 TINDAKAN KEPERWATAN
Nama : Tn. H Umur : 25 tahun No Reg : 256176
No Tanggal/jam Tindakan keperawatan Tanda
Tangan 1. 2 30-11-2011 10.00 30-11-2011 10.10
1. Mengobservasi tingkat nyeri pasien 2. Menjelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
3. Mengobservasi adanya tanda-tanda ketidaknyamanan non verbal misalnya ; eksprsi wajah, posisi tubuh gelisah, meringis
4. Menganjurkan untuk beristirahat dalam ruangan yang tenang
5. Mengajarkan klien dalam perawatan dan cara kebersihan untuk
mencegah penularan penyakit seperti memakai handuk sendiri- sendiri atau barang pakai lainnya
6. Memberikan alletral tetes mata 2 tetes di mata kiri
7. Menganjurkan pasien untuk mengikuti terapi pengobatan yang dianjurkan oleh dokter secara benar
1. Menentukan ketajaman penglihatan
2. Mengobservasi tanda-tanda dan gejala-gejala lebih lanjut (disorientasi)
3. Observasi penglihatan kabur dan iritasi
4. Menganjurkan pasien untuk selalu menggunakan
. mengurangi silau pada mata
5. Menganjurkan
klien membersihkan kotoran mata tiap hari seperti membasuh dengan air hangat atau saputangan
6. Menganjurkan
klien tidak membaca atau memaksa memfokuskan mata
7. Memberikan
Polidex, Amoxcicillin 500 mg,
Alletral tetes mata di mata kiri, Alletral salep mata, Asam mefenamat untuk di minum di rumah
8. Menganjurkan
2.6 EVALUASI Nama : Tn. H Umur : 25 tahun No Reg: 256176 No No Diagnosa
Tanggal/jam Evaluasi Tanda
Tangan 1. 2 1. 2 30 -11-2011 10.20 30-11-2011 10.20
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 4 O:
- Wajah pasien rileks
- Skala nyeri 2 - TTV : S : 360C P : 20 x/menit N : 80 x/menit TD : 120/90 mmHg
A : Tujuan tercapai sebagian P:Intervensi dihentikan pasien pulang
S: Pasien mengatakan
pandangan sudah agak jelas dan buram berkurang
O:
- Pasien tidak menggaruk
mata
- Pasien memakai tisu
untuk mengusap mata
A: Tujuan tercapai sebagian P:Intervensi dihentikan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Boeis,Adam, 1994, Buku Ajar Penyakit THT , Jakarta: EGC.
Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik proses-proses penyakit , Jakarta: EGC.