• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Konjungtivitis

N/A
N/A
Omar Bin Basit

Academic year: 2024

Membagikan "Askep Konjungtivitis"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan Sistem Penginderaan Konjungtivitis di Rs Sari Mutiara Lubuk Pakam

D I S U S U N Oleh : Kelompok 4

1. Misnah Zuhrah (200204034) 2. Oktristita Selvin Laia (200204037) 3. Nurhandayani Ndruru (200204036) 4. Meliana Dewi Pakpahan (200204033)

5. Ona Riska (200204038)

6. Mukhlis Laia  (200204035)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

MEDAN

2023

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Mata dapat terkena berbagai kondisi diataranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada system organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan (Budiarti,2023)

Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya penyakit biasa cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup. Padahal bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi seperti glaucoma, katarak, maupun ablasi retina (Ardhiyanti,2023).

Konjungtivitis merupakan penyakit mata paling umum didunia. Penyakit konjungtivitis ini berada pada peringkat nomor tiga terbesar di dunia setelah penyakit katarak dan glaukoma, khusus konjungtivitis penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai berat dengan sekret purulen kental. Konjungtivitis atau radang konjungtiva adalah radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata yang dibedakan kedalam bentuk akut dan kronis (Maulana, Huzna, & Himayani, 2023). Konjungtivitis (pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia, alergi, iritasi dari bahan-bahan kimia seperti terkena serpihan kaca yang debunya beterbangan sehingga mengenai mata kita dan

(3)

menyebabkan iritasi sedangkan konjungtivitis yang disebabkan oleh mikroorganisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara (Tanaya,2023)

Konjungtivitis keberadaannya dirasa cukup mengganggu karena penderita akan mengalami beberapa gejala umum seperti mata terasa perih, berair, terasa ada yang mengganjal disertai dengan adanya sekret atau kotoran pada mata. Penyebab umumnya eksogen tetapi bisa juga penyebab endogen.

Penyebab paling umum adalah Streptococcus pneumonia pada iklim sedang dan Haemophilus aegyptius pada iklim panas. Konjungtivitis yang disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus Aegyptius disertai juga dengan perdarahan sub konjungtiva, penyakit ini ditandai dengan timbulnya hiperemi konjungtiva secara akut, dan jumlah eksudat mukopurulen sedang Konjungtivitis atau mata merah bisa menyerang siapa saja dan sangat mudah menular, penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan tangan seperti bersalaman dengan seorang penderita konjungtivitis atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita, lalu orang yang sehat tersebut menggosok tangannya ke mata dan hal ini bisa menyebabkan penularan secara cepat sehingga dapat meningkatkan jumlah penderita penyakit konjungtivitis (Dewi, Sangging, & Himayani, 2023) Penyakit Konjungtivitis semakin meningkat. Berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat menyatakan bahwa pada tahun 2008, menunjukkan peningkatan penderita yang lebih besar yaitu sekitar 135 per 10.000 penderita baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa dan juga lanjut usia. Berdasarkan Bank Data Departemen Kesehatan Indonesia. jumlah pasien rawat inap konjungtivitis di seluruh rumah sakit pemerintah tercatat sebesar 12,6% dan pasien rawat jalan konjungtivitis sebesar 28,3%.

Di Indonesia pada tahun 2022 diketahui dari 185.863 kunjungan ke poli mata. Konjungtivitis juga termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan terbanyak pada tahun 2015 (KEMENKES RI, 2022). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, melaporkan jumlah penderita

(4)

konjungtivitis pada tahun 2015 tercatat ada sebanyak 820 kasus konjungtivitis dan terjadi peningkatan konjungtivitis pada bulan Januari - Agustus 2022 mencapai 960 kasus pada tiga rumah sakit di wilayah kerja dinas kesehatan Kota Medan.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di bagian Rekam medik di Rs Sari Mutiara Lubuk Pakam tahun 2023 ditemukan penderita konjungtivitis rawat jalan sebanyak 25 orang dimana Konjungtivitis merupakan kasus nomor 2 tertinggi setelah penyakit Hipertensi.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil judul kasus

“Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan Sistem Penginderaan Konjungtivitis di Rs Sari Mutiara Lubuk Pakam”

1.2. Tujuan Penulis 1.2.1. Tujuan Umum

Untuk menggambarkan secara nyata pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan Sistem Penginderaan Konjungtivitis di Rs Sari Lubuk Pakam.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Dapat menggambarkan pengkajian pada pasien dengan Masalah Gangguan Sistem Penginderaan Konjungtivitis

2. Dapat menggambarkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Masalah Gangguan Sistem Penginderaan Konjungtivitis

3. Dapat menggambarkan perencanaan tindakan pada pasien dengan Masalah Gangguan Sistem Penginderaan Konjungtivitis

4. Dapat menggambarkan pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan Masalah Gangguan Sistem Penginderaan Konjungtivitis.

5. Dapat menggambarkan evaluasi pada pasien yang mengalami masalah Gangguan Sistem Penginderaan Konjungtivitis

(5)

6. Dapat menggambarkan saran dan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi dalam pelayanan tindakan Asuhan Keperawatan pada pasien yang mengalami masalah Gangguan Sistem Penginderaan Konjungtivitis.

(6)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Dasar 2.1.1 Defenisi

Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Mata dapat terkena berbagai kondisi diataranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada system organ tubuh lain.

Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan. (Rohaya, &

Putri,.2023)

Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, local akibat kompetisi metabolism, toksin, replikasi intraseluler/respon antigen antibody. Inflamasi dan infeksi dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan terhitung lebih dari setengah kelainan mata. Kelainan-kelainan umum yang terjadi pada mata orang dewasa meliputi (Astari, Susilaningsih, & Fitria, 2022) :

1. Radang/inflamasi pada kelopak mata, konjungtiva, kornea, koroid, badan ciriary dan iris.

2. Katarak, kekeruhan lensa.

3. Glaucoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (TIO).

4. Retina robek/lepas.

Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah. (Dewi, Suryaningsih, &

Reganata, 2023). Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva

(7)

atau mata merah atau pink eye (Putra,., Marisdayana, & Wuni 2022)..

sedangkan menurut Hanie, (2023) konjungtivitis adalah peradangan pada selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dari kelopak mata peradangan tersebut menyebabkan berbagai macam gejala salah satunya yaitu mata merah.

2.1.2. Etiologi

Penyebab dari konjungtivitis bermacam-macam yaitu bisa disebabkan karena bakteri, virus, infeksi klamidia, konjungtivitis alergi.

Konjungtivitis bakteri biasanya disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophillus Sedangkan, konjungtivitis virus paling sering disebabkan oleh adenovirus dan penyebab yang lain yaitu organisme Coxsackie dan Pikornavirus namun sangat jarang. Penyebab konjungtivis lainnya yaitu infeksi klamidia, yang disebabkan oleh organisme Chlamydia trachomatis (James dkk, 2015). Konjungtivitis yang disebabkan oleh alergi diperantai oleh IgE terhadap allergen yang umumnya disebabkan oleh bahan kimia (Ilyas, 2018).

Berdasarkan penyebabnya konjungtivitis dibagi menjadi empat yaitu konjungtivitis yang diakibatkan karena bakteri, virus, allergen dan jamur ( Ilyas dkk, 2020).

a. Konjungtivitis bakteri

Konjungtivitis bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophillus ( James dkk, 2015).

b. Konjungtivitis Virus

Konjungtivitis virus merupakan penyakit umum yang disebabkan oleh berbagai jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri

(8)

c. Konjungtivitis alergi

Konjungtivitis alergi merupakan bentuk alergi pada mata yang peling sering dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun (Cuvillo dkk, 2019).

d. Konjungtivitis Jamur

Konjungtivitis jamur biasanya disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih yang dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. Selain candida sp, penyakit ini juga bisa disebabkan oleh Sporothtrix schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang

2.1.3. Patofisiologi

Mikroorganisme (virus,bakteri,jamur), bahan alergen iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna.karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembulu darah disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtivita dan skelera yang merah, edema, rasa nyeri dan adanya sekret mukopurulen (Silverman, 2019).

Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh masyarakat, ada yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung dari factor penyebab konjungtivitis dan factor berat ringannya penyakit yang diderita oleh pasien. Pada konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak mendapat penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada kornea mata atau komplikasi lain yang sifatnya local atau sistemik.

(9)

Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan factor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsure berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasul lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel).

Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur. Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hoperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hyperemia dan menambah jumlah air mata.

Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh mata konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada formiks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hiperteropi papilla yang sering disertai sensai benda asing dan sensasi tergores, panas atau gatal. Sensasi ini

(10)

merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemi dan menambah jumlah air mata (More 2009).

2.1.4. Tanda Dan Gejala

Gejala subjektif meliputi rasa gatal, ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak

(11)

semacam membrane atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin.

Adapun manifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut:

a. Konjungtivitis Alergi

- Edema berat sampai ringan pada konjungtivitas - Rasa seperti terbakar

- Injekstion vaskuler pada konjungtivitas - Air mata sering keluar sendiri

- Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat

b. Konjungtivitis Bakteri - Pelebaran pembuluh darah - Edema konjungtiva sedang - Air mata keluar terus

- Adanya secret atau kotoran pada mata

- Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan

c. Konjungtivitis Viral - Fotofobia

- Rasa seperti ada benda asing didalam mata - Keluar air mata banyak

- Nyeri prorbital

- Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea - Kemerahan konjungtiva

- Ditemukan sedikit eksudat

d. Konjungtivitis Bakteri hiperakut

- Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif - Mata merah

- Iritasi

- Nyeri palpasi

- Biasanya terdapat kemosis

- Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri

(12)

e. Konjungtivitis Blenore

- Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO - Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm - Memberikan secret purulen padat secret yang kental

- Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari

- Perdarahan subkonjungtita dan kemotik. (Ilyas, Sidarta dkk. 2019)

2.1.5. Pentalaksanaan

Secara umum pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan sulfonamide (sulfacetamide 15%) atau antibiotic (gentamycin 0,3%), chloramphenicol 0,5%. Konjungtivitis akibat alergi dapat diobati dengan antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%) atau dengan kortikosteroid (dexamentosone 0,1%). Umumnya konjungtivitis dapat sembuhmtanpa pengobatan dalam waktu 10-14 hari, dan dengan pengobatan, sembuh dalam waktu 1-3 hari. Adapun penatalaksanaan konjungtivitis sesuai dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut:

a. Konjungtivitis Bakteri

Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotic tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin selama 3-5 hari. kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata disertai antibiotic spectrum obat salep luas tiap jam mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali sehari.

b. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut

Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topical dan sistemik. Secret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau dengan garam fisiologik setiap ¼ jam.

Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam.

(13)

c. Konjungtivitis Alergi

Penatalaksanaan keperawatan berupa kompres dingin dan menghindarkan penyebab pencetus penyakit. Dokter biasanya memberikan obat antihistamin atau bahan vasokonstkiktor dan pemberian astringen, sodium kromolin, steroid topical dosis rendah. Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak dikelopak mata dengan mengusap pelan-pelan dengan salin (gram fisiologi). Pemakaian pelindung seluloid pada mata yang sakit tidak dianjurkan karena akan memberikan lingkungan yang baik bagi mikroorganisme.

d. Konjungtivitis Viral

Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian antihistamin/dekongestan topical. Kompres hangat atau dingin dapat membantu memperbaiki gejala.

e. Konjungtivitis blenore

pemberian penisilin topical mata dibersihkan dari secret.

Pencegahan merupakan cara yang lebih aman yaitu dengan membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan memberikan salep kloramfenikol. Pengobatan dokter biasnay disesuaikan dengan diagnosis. Pengobatan konjungtivitis blenore : Penisilin topical tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat diberikan setiap setengah jam pada 6 jam pertama disusul dengan setiap jam sampai terlihat tanda-tanda perbaikan. Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila tidak maka pemberian obat tidak akan efektif. Kadang-kadang perlu diberikan bersama-sama dengan tetrasiklin infeksi chlamdya yang banyak terjadi.

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan.

2.2.1. Pengkajian

Menurut Doengoes (2019), pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu mengumpulkan data,

(14)

mengelompokkan data dan menganalisa data. Hal-hal yang perlu dikaji dalam penanganan asuhan keperawatan penderita gangguan sistem Pendengaran ”Konjungtivitis” antara lain adalah :

1. Identitas pasien

2. Riwayat kesehatan pasien : a. Riwayat kesehatan dahulu b. Riwayat kesehatan sekarang 3. Riwayat kesehatan keluarga 4. Pola aktifitas sehari-hari (ADL) :

a. Pola Nutrisi b. Pola Eliminasi c. Pola Istirahat Tidur d. Pola Aktifitas

e. Aspek Boi-Psiko-Sosial dan Spiritual 5. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan Umum b. Kesadaran 6. Faktor Psikologis

a. Toleransi/Kemampuan memahami tindakan 2.2.2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual atau potensial pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan potensial pasien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis pasien masa lalu dan konsultasi dengan profesional lain. (Nurarif .A.H, 2015)

Diagnosa keperawatan pada dasarnya adalah mendiagnosa respon manusia terhadap stressor. Stressor yang ada bisa menyebabkan banyak respon yang bisa di karakteristikan sebagai respon adatif atau respon maladatif. Respon maladatif pada akhirnya akan memunculkan masalah kesehatan (NANDA,

(15)

NIC & NOC : 2017) Untuk mendapatkan diagnosa yang aktual di perlukan data yang aktual pula. Apabila diagnosa aktual di dapatkan maka perawat perlu mempertimbangkan pada kondisi lebih lanjut. Tetapi jika diagnosa aktual tidak muncul maka perlu mengkaji lebih lanjut tentang diagnosa resiko terkait dengan masalah tertentu yang terdapat pada pasien (NANDA, NIC & NOC : 2017).

Secara teoritis diagnosa keperawatan yang akan muncul pada pasien yang menderita konjungtivitis adalah:

1. Gangguan konsep diri (body image menurun) b.d adanya perubahan pada kelopak mata

2. Nyeri akut b/d iritasi pada mata 3. Ansitas b/d kurangnya pengetahuan

2.2.3. Fokus intervensi

Intervensi keperawatan menurut Doctherman & Bulecheck (2018) adalah semua treatment yang di dasarkan pada penilaian klinik dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan pasien / klien. Intervensi keperawatan juga di rujuk kepada istilah tindakan keperawatan,aktivitas, dan strategi. Tetapi dalam NIC, istilah intervensi dan aktifitas mempunyai arti yang spesifik (Wilkinson, 2017). Di bawah ini adalah beberapa intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan pada kasus Gastritis (NANDA, NIC &

NOC : 2010).

2.2.4. Implementasi

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/

pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan intervensi keperawatan.

(16)

Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Wijayaningsih, 2018).

a. Tindakan Keperawatan Mandiri

Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan mendiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres hangat saat klien demam.

b. Tindakan Keperawatan Kolaboratif

Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan untuk mengatasi masalah klien.

2.2.5. Evaluasi

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan.

Evaluasi terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan klien.

Penekanannya adalah pada hasil klien. Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnose keperawatan (Wijayaningsih, 2018).

Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP, yaitu:

S : Data subyektif merupakan masalah yang diutarakan klien

O : Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa keperawatan.

A : Analisis dan diagnosa.

P : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan datang dari intervensi.

(17)

BAB 3

TINJAUAN KASUS 3.1. Pengkajian

Nama : Tn. M

Tempat tanggal lahir: 13 Februari 1981 Umur : 42 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wira Swasta Alamat : Lubuk Pakam Warga Negara : Indonesia

Tanggal Berobat Jalan Puskesmas : 16 September 2023 No Registrasi : 132005

Bahasa yang digunakan: Bahasa Indonesia Penanggung Jawab :

Nama : Ny. P

Umur : 34 Tahun

Alamat : Lubuk Pakam Hubungan dengan klien: istri

3.1.1. Keluhan Utama

Pasien datang berobat jalan ke Poli pada tanggal 16 September 2023 dengan keluhan kelopak mata bengkak, nyeri, mata merah dan gatal- gatal

.

3.1.2. Riwayat Kesehatan Sekarang a. Provocative/Palliative

1. Apa Penyebabnya

Penyebabnya adalah Virus dan Bakteri 2. Hal hal yang memperbaiki keadaan

(18)

Pasien langsung di bawa oleh keluarga ke Puskesmas setempat yaitu Puskesmas Pancur batu

b. Quantity/Quality 1. Bagaimana dirasakan

Pasien merasakan nyeri dan gatal gatal di sekitar mata 2. Bagaimana di lihat

Pasien di lihat merasa kesakitan di daerah mata c. Region

1. Dimana Lokasinya Di sekitar mata

2. Severitiy (mengganggu aktivitas)

Pasien sangat terganggu dengan penyakit yang di deritanya sekarang

3. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya) Nyeri datang setiap saat

4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Sebelumya klien tidak mengalami masalah kesehatan yang serius

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga tidak ada yang menderita Konjungtivitas 6. Keadaan Lingkungan

Pasien bertempat tinggal di lingkungan bersih, ventilasi rumah baik

3.1.3. Kebiasaan Sehari-Hari A. Biologis

No Pola Sebelum Masuk

Rumah Sakit

Sesudah Berobat jalan di Puskesmas 1 Nutrisi

Pola makan

Makanan yang

3x sehari, habis 1 porsi

Nasi putih

3x sehari, habis ½ porsi

Nasi putih

(19)

disukai Makanan pantangan Jenis diet Nafsu makan

Tidak ada

MB Biasa

Tidak ada -

Kurang selera

2 Minuman

Jenis minuman Frekuensinya Banyaknya

Air putih 10 gelas / hari 1500 cc / hari

Air putih 10 gelas / hari 1500 cc / hari 3 Tidur

Kebiasaan tidur malam

Kebiasaan tidur siang

Kesulitan tidur

6 jam / hari

1 jam / hari

Tidak ada kesulitan

6 jam / hari

1 jam / hari

Tidak ada kesulitan 4 Eliminasi

BAB Frekuensi Konsistensi Warna BAK Frekuensi Banyaknya Warna Kelainan Bau

1 x / hari = 600 cc Lembek

Kuning

6x / hari 2000 cc / hari Kuning Tidak ada Khas

1x / hari = 400 cc Lembek

Kuning

5x / hari 2000 cc / hari Kuning Tidak ada Khas

(20)

5 Aktivitas Bekerja di

Jumlah jam kerja

Os pernah bekerja sebagai supir angkot 12 jam, yaitu dari jam 07.00 WIB sampai 23.00 malam

6 Personal hygiene Kebiasaan mandi

Gosok gigi Potong kuku Cuci rambut

2x / hari

2x / hari 1x seminggu Setiap kali mandi

2x / hari dibantu oleh keluarga

2x / hari 1x seminggu 1x / hari 7 Rekreasi

Tempat hiburan Olah raga

Os sering keluar malam (café)

Tidak ada

Tidak ada Tidak ada

3.1.4. Riwayat keluarga Genogram

Keterangan:

= laki-laki

= perempuan

= laki-laki yang meninggal

= perempuan yang meninggal

= pasien

(21)

= tinggal satu rumah

3.1.5. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan Umum : Kesadaran pasien Kompos mentis Suhu : 36.5 ºC

Nadi : 84 /menit TD : 120/80 mmHg RR : 25 /menit BB : 62 kg Tinggi badan : 170 cm

B. Pemeriksaan Kepala

Bentuk : Bulat dan Simetris

Ubun ubun : Tidak terdapat penonjolan Kulit kepala : bersih tidak terdapat luka

C. Mata :

Kelengkapan dan kesimetrisan : Kedua mata lengkap simetris kiri dan kanan,tampak merunduk

Konjungtivita dan sklera : adanya bengkak dan kemerahan Pupil : bereaksi terhadap cahaya dan bulat isokor

D. Pemeriksaan Neurologi : GCS 15, E. 4. M.6. V. 5 Status Mental : Koperative

E. Pola Kebiasaan Sehari-hari Waktu tidur : 7 Jam /Hari

Masalah Tidur : Nyeri disekitar mata

Hal-hal yang mempermudah tidur : Ruangan dalam keadaan tenang Hal hal yang mempermudah bangun : Nyeri

(22)

F. Pola Eliminasi

BAB : 1 Kali dalam Sehari Karakteristik : Lunak

Pendarahan : Tidak ada

BAK : 4 Kali dalam Sehari Karakter urine : Kuning

G. Kebersihan diri: pasien tidak bersih dan kurang rapi H. Diagnosa Medis : Konjungtivitis

3.2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 Data subjektif:

Klien mengatakan nyeri pada matanya dengan skala 3

Data objektif:

Nampak klien meringis sambil mengelus2 matanya

Infeksi

Adanya peradangan konjungtiva

Bengkak dan kemerahan

Nyeri

Nyeri akut

2 Data subjektif:

Klien mengatakan cemas dengan penyakitnya dan mengatakan kwatir rekan- rekanya akan tertular

Data objektif:

Nampak wajah pasien tampak tegang dan cemas

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit

Ansitas

Ansitas

3 Data subjektif:

Klien Mengatakan malu karena

Mata Berair Gangguan konsep diri (body image

(23)

kelopak matanya bengkak dan merah

Data objektif:

Klien tampak merunduk dan malu

Klien merunduk malu

Gangguan konsep diri (body image

menurun)

menurun)

3.3. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada mata dan ditandai dengan skala nyeri 3, klien mengatakan nyeri pada mata, klien meringis kesakitan sambil mengelus matanya.

2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan Klien mengatakan kwatir rekan-rekanya akan tertular dan klien cemas dengan penyakit yang dideritanya.

3. Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan adanya perubahan pada kelopak mata ditandai dengan mata berair dan klien merunduk malu.

.

(24)

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pembahasan

Selama melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan Sistem Penginderaan Konjungtivitis di Rs Sari Mutiara Lubuk Pakam yang dimulai sejak tanggal 16 sampai 18 September 2023. Penulis berusaha untuk menggunakan metode proses keperawatan secara komperehensip mulai dari tahap pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan. Pada pembahasan ini penulis akan membahas beberapa kesenjangan yang ditemukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.M dengan cara membandingkan antara teori dengan kasus.

4.1.1. Tahap pengkajian

Pada pengkajian tanggal 16 September 2023 keluhan yang muncul dari responden Tn.M adalah kelopak mata bengkak, nyeri, mata merah dan gatal-gatal, Klien mengatakan cemas dengan penyakitnya dan mengatakan kwatir rekan-rekanya akan tertular. Salah satu tanda dan gejala Konjungtivitis menurut (Anas 2017) meliputi rasa gatal, ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin. Pada responden keluhan yang muncul dengan teori terdapat kesesuaian dan di dalam melaksanakan pengkajian yang meliputi pengumpulan data, pengelompokan untuk seterusnya di analisa. Penulis tidak mengalami hambatan dalam pengumpulan data baik secara obyektif maupun subyektif yang meliputi bio, psiko, social dan spritual serta lingkungan baik individu maupun keluarga.

(25)

4.1.2. Diagnosa Keperawatan

Setelah data dikumpulkan, kemudian di kelompokkan dan di analisa sehingga muncul masalah keperawatan yang dijadikan suatu diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan masalah spesifik yang berkaitan dengan masalah keadaan kesehatan seseorang.

Pada teori ditemukan diagnosa keperewatan sebagai berikut a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada mata

b. Ansitas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan c. Gangguan konsep diri (body image menurun)

Didalam kasus penulis menemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut :

a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada mata dan ditandai dengan klien meringis sambil mengelus2 matanya

b. Ansitas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan Klien mengatakan kwatir rekan-rekanya akan tertular dan klien cemas dengan penyakit yang dideritanya

c. Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan adanya perubahan pada kelopak mata ditandai dengan merah dan gatal, penglihatan kabur

Diagnosa teori semua muncul pada kasus dengan judul Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan Sistem Penginderaan Konjungtivitis di Puskesmas Pancur Batu Medan Tahun 2019.

4.1.3. Tahap Intervensi

Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasikan (Nasrul Effendi, 2018).

1. Nyeri akut b/d iritasi pada mata

Intervensi dilapangan pada diagnosa Nyeri akut dilakukan pada saat klien datang berobat jalan ke puskesmas. Dimana tindakan

(26)

yang di lakukan yaitu mengkaji tingkat nyeri klien, memeriksa TTV klien, memberikan tehnik raksasi napas dalam, berkolasborasi dengan dokter pemberian obat analgetik.

Menurut teori intvensi yang dilakukan pada diagnosa Nyeri akut b/d iritasi pada mata yaitu mengkaji tingkat nyeri klien, memeriksa TTV klien, memberikan tehnik raksasi napas dalam, berkolasborasi dengan dokter pemberian obat analgetik.

Berdasarkan intervensi dari teori dan studi lapangan adalah sama dikarenakan intervensi sudah mencangkup sumber daya dan dana yang dimiliki klien serta aspek pengetahuan, sikap dan psikomotor pada klien. Intervensi yang disebutkan dalam teori sudah sesuai dengan kondisi yang terjadi di studi llapangan sehingga intervensi dapat digunakan untuk diagnosa tersebut.

2. Ansitas berhububungan dengan kurangnya pengetahuan

Intervensi dilapangan pada diagnosa Ansitas dilakukan pada saat klien datang berobat jalan ke puskesmas. Dimana tindakan yang di lakukan yaitu. Mengajari klien tehnik tarik nafas dalam, meminimalkan perasaan ke khawatiran, ketakutan, firasat serta perasaan yang tidak menentu yang berhubungan dengan sumber bahaya yang diantisifasi yang tidak jelas, peningkatan koping dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang konjungtivitis dan penanganannya dimana membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor, menumbuhkan harapan dengan mempasilitasi pengembangan cara pandang yang positif dalam situasi tertentu.

Berdasarkan intervensi dari teori dan studi lapangan adalah sama dikarenakan intervensi sudah mencangkup sumber daya dan dana yang dimiliki klien serta aspek pengetahuan, sikap dan psikomotor pada klien. Intervensi yang disebutkan dalam teori sudah sesuai

(27)

dengan kondisi yang terjadi di studi llapangan sehingga intervensi dapat digunakan untuk diagnosa tersebut.

3. Gangguan konsep diri

Intervensi dilapangan pada diagnosa Gangguan konsep diri dilakukan pada saat klien datang berobat jalan ke puskesmas.

Dimana tindakan yang di lakukan yaitu ajak klien mendiskusikan keadaan atau perasaan yang dialaminya, catat jika ada tingkah laku yang menyimpang, jelaskan perubahan yang terjadi berhubungan dengan penyakit yang dialami, Berikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan tindakan yang dilakukan.

Menurut teori intervensi yang dilakukan pada diagnosa Gangguan konsep diri ajak klien mendiskusikan keadaan atau perasaan yang dialaminya, catat jika ada tingkah laku yang menyimpang, jelaskan perubahan yang terjadi berhubungan dengan penyakit yang dialami, Berikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan tindakan yang dilakukan.

Berdasarkan intervensi dari teori dan studi lapangan adalah sama dikarenakan intervensi sudah mencangkup sumber daya dan dana yang dimiliki klien serta aspek pengetahuan, sikap dan psikomotor pada klien. Intervensi yang disebutkan dalam teori sudah sesuai dengan kondisi yang terjadi di studi llapangan sehingga intervensi dapat digunakan untuk diagnosa tersebut.

4.1.4. Tahap Implementasi

Pada tahap ini penulis hampir tidak menemukan hambatan karena adanya kerja sama dari pasien dan keluarga serta Petugas Kesehatan Puskesmas sehingga rencana yang telah dibuat dapat dilaksanakan dengan baik. Hal yang mendukung adalah keluarga mempunyai motivasi yang baik untuk mengatasi masalah, mau bekerja sama dengan penulis untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

(28)

4.1.5. Tahap Evaluasi

Tahap ini merupakan akhir dari proses keperawatan, untuk menilai apakah tujuan telah tercapai, evaluasi formatif dilakukan mulai hari pertama setelah pelaksanaan tindakan, sampai dua kali setelah folow up.

Evaluasi dilakukan oleh penulis dengan cara observasi, wawancara dengan Tn.M dan keluarga. Dari hasil evaluasi akhir kedua dengan diagnosa keperwatan yang ada pada Tn.M dan keluarga. Dari hasil evaluasi pada Tn.M dapat teratasi sebagian pada hari ke 3 penulis melakukan asuhan keperawatan. Hal ini berkat adanya kerja sama dari Tn.M dan keluarga Juga berbagai pihak yang membantu penulis dalam melakukan asuhan kerawatan.

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Selama melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan Sistem Penginderaan Konjungtivitis di Rs Lubuk Pakam yang dimulai maka penulis menyimpulkan bahwa :

1. Tahap pengkajian penulis tidak menemukan masalah dalam hal ini karena adanya kerja sama keluarga dan pasien melengkapi data-data yang dikaji.

2. Berdasarkan masalah yang diperoleh, penulis menemukan tiga masalah diagnosa keperawatan yang semuanuya merupakan diagnosa aktual.

3. Pada taham perencanaan dilakukan berdarsarkan prioritas masalah yang ditemukan yang disesuaikan denga kebutuhan maslow.

4. Dalam tahap pelaksanaan dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang sudah dirumuskan, penghambatnnya adalah Penglihatan Kabur, klien nampak meringis sambil mengelus2 matanya, faktor pendukungnya adalah keluarga memberi motivasi yang kuat kepada pasien secara berkesinambungan.

5. Untuk tahap evaluasi semua diagnosa keperawatan hanya teratasi sebagian, karena keterbatasan waktu pelaksanaannya.

5.2. Saran

1. Bagi pasien

Diharapkan kepada pasien agar tetap datang/kontrol untuk perkembangan penyembuhan sehingga dapat pengobatan untuk mempercepat proses penyembuhan.

2. Bagi masyarakat

Diharapkan dengan adanya karya tulis ilmiah ini dapat memberi pengetahuan kepada masyarkat tentang penyakit Konjungtivitis.

3. Bagi institusi pelayanan kesehatan

(30)

Diharapkan institusi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik lagi sesuai dengan SOP dan memberikan asuhan keperawatan dalam menangani Konjungtivitis.

4. Bagi institusi pendidikan kesehatan

Diharapkan dapat menambah buku literatur/ buku panduan untuk asuhan keperawatan keluarga yang menderita Konjungtivitis agar dapat digunakan oleh mahasiswa lainnya untuk melakukan asuhan keperawatan secara maksimal.

(31)

Daftar Pustaka

Astari, D. W., Susilaningsih, F. S., & Fitria, N. (2022). Hubungan Antara Pengetahuan, Motivasi, dan Supervisi dengan Kinerja Infection Prevention Control Link Nurse (IPCLN) dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Selama Pandemik COVID-19 di Rumah Sakit Mata Cicendo. The Journal of Hospital Accreditation4(1), 8-12.

Budiarti, I. S. (2023). Indra Penglihatan; Mata. Bumi Aksara.

Ardhiyanti, L. P. (2023). Health Education dan Early Detection Kesehatan Mata Pada Santri di Pondok Pesantren Al-Hidayah Bogor. Jurnal Pemberdayaan Komunitas MH Thamrin5(1), 158-164.

Maulana, R. F., Huzna, N. C., & Himayani, R. (2023). Konjungtivitis dan COVID-19. Medical Profession Journal of Lampung13(3), 226-230.

Tanaya, L. B. (2023). Karakteristik Konjungtivitis Di Puskesmas Besikama Kabupaten Malaka–Nusa Tenggara Timur Maret 2019–Mei 2020. Jurnal Locus Penelitian dan Pengabdian2(3), 218-223.

Dewi, R. P., Sangging, P. R. A., & Himayani, R. (2023). Konjungtivitis: Etiologi, Klasifikasi, Manifestasi Klinis, Komplikasi, dan Tatalaksana. Jurnal Agromedicine10(1), 133-138.

Rohaya, S., & Putri, N. A. (2023). Penatalaksanaan Konjungtivitis Vernal pada Anak. GALENICAL: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh2(3), 89-103.

Dewi, K. L. M., Suryaningsih, N. P. A., & Reganata, G. P. (2023). PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT DESA SUWUG TERHADAP TANAMAN KITOLOD SEBAGAI OBAT KONJUNGTIVITIS (STUDI KUALITATIF). Journal Transformation of Mandalika4(7), 24-31.

Putra, F. I., Marisdayana, R., & Wuni, C. (2022). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Konjungtivitis pada Pekerja Bengkel Las di Kecamatan Kotabaru Jambi Tahun 2021. GALENICAL: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh1(4), 84-94.

Hanie, S. (2023). 7 Penyebab Mata Merah Dan Cara Mengatasinya. Artikel ARO Gapopin.

Doenges, Marlyn E 2018 . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta EGC

(32)

Gordon,et.al, 2018, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2010-2012, Philadelpia,USA

Ilyas, 2015, Buku Ilmu Penyakit Dalam Ed.4. Jakarta:EGC.205

Suriadi,Yuliani R,2021,Asuhan Keperawatan, CV sagung Seto,Jakarta

Wilkinson,Judith M.2016. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta: EGC

Nisa, 2017. Pengoabatan Pada Konjungtivitis.Jakarta EGC

James, 2016. Buku Ilmu Penyakit dalam Ed.5. Jakarta.EGC

More.2019.Buku penyakit Konjungtivitis saat ini.Surabaya

Referensi

Dokumen terkait

Diagnosa yang muncul antara lain Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan bronkospasme, Gangguan bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan respons

5.3 Diagnosa keperawatan : gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya cedera Tujuan keperawatan : rasa nyaman terpenuhi setelah diberikan perawatan dan pengobatan

Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka

\.. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan penglihatan terganggu ditandai dengan klien mengatakan sulit melihat di mata kiri, mata kiri di tutup perban,

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat ditandai dengan adanya rasa mual setiap kali makan minum dan nafsu makan

Gangguan perubahan pola aktivitas berhubungan dengan nyeri daerah luka operasi ditandai dengan klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas, klien tampak lemah, klien

Diagnosa yang muncul antara lain Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan bronkospasme, Gangguan bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan respons

PAL Surabaya, sebanyak 38% dari 42 responden mengalami CVS, gejala yang dialami berupa sakit kepala, pusing, susah tidur, mata merah, iritasi, gangguan konsentrasi, penglihatan kabur