ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. G DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN KONGENITAL DI RUANG OTOLOGI POLI KLINIK THT
RUMAH SAKIT DR HASAN SADIKIN BANDUNG
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Medikal Bedah
ISARA NUR LATIFAH
NPM. 220112160001
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
BANDUNG
1. Pengertian Tuli kongenital
Tuli kongenital merupakan ketulian yang terjadi pada seorang bayi yang disebabkan faktor – faktor mempengaruhi kehamilan maupun pada saat lahir. Ketulian ini dapat merupakan tuli sebagian ( hearing impaired ) atau tuli total ( deaf ).Etiologi
2. Etiologi
Anak lahir tuli oleh karena kegagalan dari perkembangan sistem pendengaran, akibat faktor genetik (keturunan), kerusakan dari mekanisme pendengaran semasa embrional, kehidupan janin di dalam kandungan atau selama proses kelahiran. Faktor-faktor di atas akan menyebabkan anak tuli sebelum lahir atau tuli waktu lahir, sehingga anak tersebut tidak akan pernah mendengar suara, maka ia akan acuh tak acuh terhadap sekitarnya.
Tuli kongenital ini dapat dibedakan atas :
Herediter (genetik).
Prenatal (semasa kehamilan).
Kerusakan sistem pendengaran pada janin itu dapat disebabkan : a) Keracunan.
1) Keracunan yang disebabkan pemberian obat-obatan dari dokter atau minum obat sendiri. Obat yang dapat meracuni adalah :
- streptomisin dengan derivatnya. - aminoglikosid dan derivatnya. - kinin.
- preparat salisil. - preparat Pb.
2) Keracunan waktu hamil : toksemia gravidarum atau hiperemesis gravidarum. 3) Penyakit virus dapat juga merusak perkembangan sistem pendengaran pada
janin. Jadi bila ibu hamil terserang oleh penyakit virus haruslah waspada, misalnya :
- rubella, meskipun di Indonsia belum banyak diketahui. - parotitis epidemika.
- influenza oleh karena virus. - dan penyakit virus lain.
4) Penyakit yang menahun yang diderita oleh ibu hamil dapat menyebabkan janinnya jadi tuli. Penyakit menahun adalah :
- Lues. - Diabetes. - Thyrotoxicosis
b) Selain dari penyakit-penyakit tersebut di atas, masih ada beberapa macam faktor yang dapat menyebabkan anak lahir tuli, yaitu :
- kernikterus. - prematur. - anoksia.
- narkose semasa ibu hamil oleh karena mengalami operasi. 3. Perinatal (waktu persalinan)
Pada waktu kelahiran anak tidak luput dari kemungkinan menjadi tuli, misalnya :
- Trauma waktu lahir, baik oleh karena alat-alat yang digunakan oleh penolong persalinan maupun persalinan yang sukar atau persalinan yang lama.
- Anoksia oleh karena tali pusat melingkar kepala, ataupun terjadinya obstruksi dari jalan nafas yang dapat menyebabkan kerusakan dari koklea
4. Klasifikasi
Tuli Kongenital terbagi menjadi 2 , yaitu tuli genetic dan tuli non genetic a) Tuli genetic
- Michel’s Aplasia diturunkan dengan autosomal dominan - Mondini’s Aplasia malformasi Labirin vestibular
- Scheibe’s Aplasia - Alexander’s Aplasia b) Tuli non genetic
-Rubela
-Eritroblastosis Fetalis -Kretinisme
a.
Behavioral Observation Audiometry (BOA)Tes ini berdasarkan respon aktif pasien terhadap stimulus bunyi dan merupakan proses yang disadari (voluntary response). Metoda ini dapat mengetahui seluruh sistim auditorik termasuk pusat kognitif yang lebih tinggi. Behavioral audiometry penting untuk mengetahui penilaian sistim auditorik pada bayi dan anak, dan juga bermanfat untuk penilaian habilitasi pendengaran yaitu pada pengukuran alat bantu dengar (hearing aid fitting).
b.
Oto Acoustic Emission (OAE)Pemeriksaan OAE merupakan pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai fungsi koklea yang objektif, otomatis (menggunakan kriteria pass/lulus dan refer/tidak lulus), tidak invasif, mudah, tidak membutuhkan waktu lama dan praktis sehingga efisien untuk program skrining pendengaran bayi baru lahir (Universal Newborn
Hearing Screening. Sedatif tidak diperlukan bila bayi dan anak kooperatif.
Pemeriksaan OAE juga dimanfaatkan untuk memonitor efek negatif dari obat ototoksik, diagnosis neuropati auditorik, membantu proses pemilihan alat bantu dengar, skrining pemaparan bising (noise induced hearing loss) dan sebagai pemeriksaan penunjang pada kasus – kasus yang berkaitan dengan gangguan koklea.
c.
Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA)Tes ini dilakukan dengan meletakkan 4-5 elektroda pada kepala anak, setelah bermacam-macam bunyi didengarkan pada anak melalui earphone kecil. Selama aktfitas listrik saraf berlangsung, stimulus bunyi diteruskan ke otak. Aktifitas listrik yang dihasilkan oleh saraf dapat direkam oleh elektroda dan ditampilkan sebagai
gelombang pada layar komputer. Dokter dapat memberikan tingkatan bunyi yang berbeda dan dapat menentukan bunyi terlemah yang dapat didengar oleh anak.
6. Penatalaksanaan
Tindakan operasi dilakukan pada tuli kongenital yang disebabkan malformasi atau infeksi berulang.
a. Cochlear implant. Alat ini dirancang untuk merangsang sel – sel pada auditory spiral
ganglion sehingga timbul sensasi pendengaran pada penderita tuli sensorineural.
Walaupun tindakan ini salah satu tindakan yang direkomendasikan, tetapi hasilnya teatap dipengaruhi oleh durasi dan severitas, progresifitas penyakit dan sistem edukasi. Pada anak pemakaian alat bantu dengar harus dipertimbangkan terlebih dahulu karena operasi ini bisa berisiko kebocoran cairan cerebrospinal dan meningitis. Cohclear implant direkomedasikan dilakukan pada saat anak berusia 1 tahun.
b. BAHA ( Bone Anchored Hearing Aids ). Operasi ini ditujukan untuk penderita tuli konduksi dan tuli campur. Implant titanium difiksir tepat di belakang telinga yang terhubung dengan abutment dan prosesor suara, sehingga suara dihantarkan lewat tulang daripada melalui telinga tengah. Keuntungannya adalah kualitas suara yang lebih baik dan kosmetik yang lebih baik. Akan tetapi terdapat resiko reaksi dari jaringan lunak dan lepasnya implant dari fiksasinya di tulang tengkorak.
Patofisiologi Tuli Sensorineural
Sensasi pendengaran dengan intensitas yang rendah MK: Hambatan Komunikasi Verbal MK: nyeri MK: Hambatan Mobilitas Kesulitan berkomuk asi terutama grup Ketidakmamp uan dalam menjalani hubungan personal yang Mk : Isolasi Sosial Perubahan status kesehatan Mk : Ansietas MK: Resiko Jatuh Tuli sensorineural koklea Tuli mendadak Pendengaran berkurang secara perlahan, progresif&simetris pada kedua telinga Perubahan struktur koklea&nervus akustik Penyebab lain: Aplasia(kongenital), labirintis(oleh infeksi viru,bakteri), intoksikasi obat (sterptomisin,kanami sin,garamisin,neomisi n,kina,asetosal,alkoh ol),trauma kapitis, trauma akustik Atrofi & degenerasi sel-selrambut getar koklea, perubahan vaskularis, jumlah&ukuran sel gangliion
saraf menurun Presbicusis Proses degenerasi tulang dalam pd lansia - Neuroma akustik - Tumor sudut pons
serebelum - Mieloma multiple - Cedera otak - Perdarahan otak - Kelainan otak Tuli Tuli sensorineural retrokoklea Lama terpapar, intensitas tinggi, frekuensi tinggi Pemaparan bising dari lingkungan Tinitus, vertigo Tuli unilateral, bilateral Tuli timbul mendadak Iskemia koklea Penyebab tertentu Kurang pendengaran, tinitus, sukar menangkap Kerusakan reseptor pendengaran Bising dg intensitas > 90dB
Identitas Pasien Dan Keluarga
a. Identitas Klien
Nama : An. G
Umur/tgl lahir : 4 Tahun / 12- Februari - 2012
No. RM :
Alamat : Pinus Regency 3 no 32 , Bandung
Agama : Islam
Pendidikan :
-Pekerjaan :
-Tgl masuk RS : 30-11-16
Tgl Pengkajian : 30-11-16
b. Identitas penanggung Jawab
Nama : Ny.E
Alamat : Pinus Regency 3 no 32 , Bandung
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub. dengan klien : Ibu pasien
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami gangguan pendengaran sejak lahir b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami gangguan pendengaran dan kesulitan berbicara pada usianya sekarang direncanakan akan dilakukan pemasangan coklea implant pada telinga kiri. c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu pasien terkena rubella pada usia kehamilan 3 bulan, dan pada usia pasien 18 minggu pasien dibawa ke RS karena terdapat cairan di telinga tengah.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
e. Riwayat ADL
Kebutuhan Sebelum dan saat di RS
1) Nutrisi Makan Minum
Klien makan 3x sehari dengan 1 porsi tiap sajinya secara mandiri
Minum 6 gelas sehari biasanya air putih 2 gelas susu 2) Eliminasi
BAK
BAB
3-4 x sehari kondisi kuning jernih 1-2 x sehari padat
3) Aktivitas Mampu melakukan aktivitas secara mandiri hanya terdapat keterbatasan saat berbicara dan mendengar 4) Istirahat dan Tidur
Tidur Malam Tidur Siang
10-12 jam sehari 4 jam tidur siang 5) Personal Hygiene
Mandi Keramas Sikat Gigi Gunting Kuku
Setiap hari mandi 2x sehari di bantu ibu 2hari sekali
2x sehari 1 minggu sekali
A. Pemeriksaan Fisik Inpeksi keseluruhan
Rambut pasien bersih, tidak ada jejas, kulit kepala bersih tidak ada rambut rontok, mata tidak anemis dan konjungtiva tidak ikterik, tidak ada pernafasan cuping hidung bernafas normal, keadaan umum compos mentis anak terlihat active dan ceria, berbicara tidak jelas, terlihat menggunakan alat bantu dengar pada kedua telinga, dan sedang dilakukan irigasi telinga oleh dokter.
1. Keadaan Umum
1. Kesadaran : Compos mentis < GCS : E = 4 M = 6 V = 5 2. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : tidak terkaji - HR : 100 x / menit - suhu : 36°C
- RR : 24 / menit 3. Antropometri
TB : ±100 cm
4. Pemeriksaaan Penunjang
Test BERA (10-11-16)
- Gangguan pendengaran tipe As pada telinga kiri - Gangguan pendengaran tipe A pada telinga kanan
5. Analisa Data 6. D af ta r Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan koklea ditandai dengan klien mengalami gangguan pendengaran, terpasang alat bantu dengar pada kedua telinga
2. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan ditandai dengan klien mengatakan khawatir atas pembedahan yang akan dilakukan pada anaknya ( pemasangan koklea implant).
No Data Etiologi Masalah
1 Ds :
- Ibu klien mengatakan anaknya mengalami gangguan pendengaran sejak lahir
DO:
- Klien mengalami kesulitan berbicara, terpasang alat bantu pendengaran pada kedua telinga
- Sedang dilakukan irigasi telinga dan direncanakan akan dilakukan pemasangan koklea implant pada telinga kiri
virus Rubella
Pada system pendenganran bayi iskemik koklea
gangguan pendengaran
gangguan komunikasi verbal
Hambatan komunikasi verbal
2 DS : klien mengatakan khawatir atas pembedahan yang akan dilakukan pada anaknya ( pemasangan koklea implant) DO: orangtua pasien bertanya terus menerus pada dokter tentang kondisi anaknya, bertanya tentang bahaya atau tidaknya pemasangan koklea implan
Kerusakan koklea Rencana pemasangan koklea
implant kecemasan Orangtua
7. Rencana Tindakan keperawatan
Nama pasien An. G Ruangan : poli THT
No. M.R : Nama Mahasiswa : Isara N. L.
No DX Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam gatal dapat berkurang Pasien mengatakan bercak berkurang dan gatal berkurang serta dapat tenang dan keadaan umum cukup baik Bercak merah berlesi dan bersisik berkurang -Lakukan latihan
komunikasi, dan stimulasi dini dengan benda-benda atau dengan menggunakan bahasa isyarat serta biasakan anak melihat artikulasi orang tua dalam berbicara.
- Perhatikan kebersihan telinga anak
- Kolaborasi dengan
- Agar stimulasi tetap diterima anak sesuai dengan perlembangan mental anak yang didasarkan atas
kemampuan penerimaan anak terhadap informasi yang diberikan
- Ganguan pendengaran sering disebabkan oleh adanya hambatan pendengaran akibat adanya kotoran ditelinga.
- Alat bantu dengar diharapkan mampu mengatasi hambatan pendengaran pada
No DX Tujuan Intervensi Rasional
rehabilitasi untuk penggunaan alat bantu dengar.
- Gunakan bahasa yang sederhana dan umum digunakan dalam komunikasi sehar-hari.
-Gunakab verifikasi bahasa sesuai dengan tingkat kematangan dan pengetahuan anak.
telinga anak.
- Untuk memudahkan pema-haman menghind ari stress dan
kebingungan anak yang akibat bahasa yang berubah-ubah. - Difersifikasi
bahasa dapat diberikan jika kemampuan mental anak sudah matang seperti setelah umur 9 tahun, karena
perkembangan selsel otak anak sudah mulai maksimal. setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam cemas ps berkurang dg: Indikator: Ps mampu: - Mengungkapkan cara mengatasi cemas - Mampu menggunakan coping -Mengungkapkan tidak ada penyebab fisik yang dapat menyebabkn cemas
1. Bina Hub. Saling Percaya 2. Jelaskan semua Prosedur 3. Hargai pengetahuan ps tentang penyakitnya 4. Bantu ps untuk mengefektifkan sumber support 5. Berikan reinfocement untuk menggunakan Sumber Coping yang efektif
1. Mempermudah Intervensi
2 . Membantu ps dlam meningkatkan pengetahuan tentang status kes dan meningkatkan kontrol kecemasan 3. Merasa dihargai 4. Dukungan akan memberikan keyakinan thdp peryataan harapan untuk sembuh/masa depan 5. Penggunaan Strategi adaptasi secara bertahap ( dari mekanisme pertahan, coping, samapi strategi penguasaan) membantu ps cepat mengadaptasi kecemsan
DAFTAR PUSTAKA
Hendarmin H, Suwento R. Gangguan pendengaran pada bayi dan anak. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007. 32-36.
Bashiruddin J, et al. Gangguan pendengaran genetik. Dalam : Jurnal Otolaringology Vol.36 No.3, Juli-September 2006
Judith M. Wilcoknson. 2016. Diagnosis keperawatan: diagnosis NANDA-I, intervensi NIC, hasil NOC
Ed.10. Jakarta: EGC
Price, Wilson. (1995). “Patofisiologi”, Edisi 4, EGC: Jakarta.
Smeltzer, Suzanne. (2002). “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”, Edisi 8, Volume 3, EGC: Jakarta