• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep COMBUSTIO.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep COMBUSTIO.doc"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. Latar belakangLatar belakang Kuran

Kurang lebih g lebih 2,5 juta orang 2,5 juta orang terkenterkena a luka bakar di luka bakar di AmeriAmerika ka SerikSerikat setiapat setiap tah

tahunnunnya. ya. Dari Dari kelkelompompok ok ini ini 200200.00.000 0 paspasien ien memmemerlerlukaukan n rawrawat at jaljalandandanan 100.000 pasien dirawat di rumah sakit. Setiap 12.000 orang meninggal setiap 100.000 pasien dirawat di rumah sakit. Setiap 12.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan ce

tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan lukadera inhalasi yang berhubungan dengan luka  bakar. Satu juta hari kerja hilang setiap tahunnya karena luka bakar. Lebih dari  bakar. Satu juta hari kerja hilang setiap tahunnya karena luka bakar. Lebih dari separuh kasus-kasus luka bakar yang dirawat di rumah sakit seharusnya dapat separuh kasus-kasus luka bakar yang dirawat di rumah sakit seharusnya dapat dic

dicegaegah. h. PerPerawaawat t dapdapat at memmemainainkan kan perperanaanan n yanyang g aktaktif if daldalam am penpencegcegahaahann ke

kebbakakararan an ddenenggan an memengngajajararkkan an kokonsnsepep-k-koonsnsep ep penpencecegagahahan n dadann mempromosikan undang-undang tentang pengamanan kebakaran.

mempromosikan undang-undang tentang pengamanan kebakaran. The

The NatNationional al InsInstitutitute te of of BurBurn n MedMediciicinene yang yang mengumengumpulkmpulkan an data-ddata-dataata statistic dari berbagai pusat luka bakar di seluruh luka bakar diseluruh Amerika statistic dari berbagai pusat luka bakar di seluruh luka bakar diseluruh Amerika Ser

Serikaikat t menmencatcatat at bahbahwa wa sebsebagiagian an besbesar ar paspasien ien (75(75%) %) mermerupaupakan kan korkorban ban dardarii  perbuatan

 perbuatan mereka mereka sendiri. sendiri. Tersiram Tersiram air air mendidih mendidih pada pada anak-anak anak-anak yang yang baru baru belajar belajar   berjalan

 berjalan , , bermain-main bermain-main dengan dengan korek korek api api pada pada anak-anak anak-anak usia usia sekolah, sekolah, cederacedera karena arus listrik pada remaja laki-laki, dan menggunakan penggunaan obat bius, karena arus listrik pada remaja laki-laki, dan menggunakan penggunaan obat bius, alcohol sigaret pada orang dewasa semuanya ini turut memberikan kontribusinya alcohol sigaret pada orang dewasa semuanya ini turut memberikan kontribusinya  pada angka statistiknya.

 pada angka statistiknya.

Penyulit yang timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema Penyulit yang timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema  paru,

 paru, SIRS SIRS (( systemic  systemic inflammatory inflammatory response response syndromesyndrome), infeksi dan sepsis serta), infeksi dan sepsis serta  parut

 parut hipertrofik hipertrofik dan dan kontraktur. kontraktur. Prognosis Prognosis dan dan penanganan penanganan luka luka bakar bakar terutamaterutama tergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak  tergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak 

(2)
(3)

awal hingga penyembuhan. Selain itu factor letak daerah yang terbakar, usia, dan awal hingga penyembuhan. Selain itu factor letak daerah yang terbakar, usia, dan keadaa

keadaan n kesehkesehatan atan pendependerita rita juga juga turut menentukturut menentukan an kecepkecepatan atan penyepenyembuhambuhan. n. LukaLuka  bakar

 bakar pada pada daerah daerah perineum, perineum, ketiak, ketiak, leher, leher, dan dan tangan tangan sulit sulit dalan dalan perawatannya,perawatannya, antara lain karena mudah kontraktur.

antara lain karena mudah kontraktur.

Berdasarkan hal tersebut di atas

Berdasarkan hal tersebut di atas, , maka penulis tertarik untuk mengangkmaka penulis tertarik untuk mengangkatat laporan kasus tentang "Asuhan Keperawatan pada Ny. T dengan Gangguan Sistem laporan kasus tentang "Asuhan Keperawatan pada Ny. T dengan Gangguan Sistem Integumen Combustio (Luka Bakar) Grade II dengan Luas 40% Di Ruang III A Integumen Combustio (Luka Bakar) Grade II dengan Luas 40% Di Ruang III A RSUD Kota Tasikmalaya".

RSUD Kota Tasikmalaya".

B.

B. Rumusan MasalahRumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat di rumuskandi atas, maka dapat di rumuskan  permasalahan

 permasalahan yaitu yaitu Bagaimana Bagaimana Asuhan Asuhan Keperawatan Keperawatan pada pada Ny. Ny. T T dengan dengan GangguanGangguan Sistem Integumen Combustio (Luka Bakar) Grade II dengan Luas 40% Di Ruang III Sistem Integumen Combustio (Luka Bakar) Grade II dengan Luas 40% Di Ruang III A RSUD Kota Tasikmalaya?

A RSUD Kota Tasikmalaya?

C.

C. TujuanTujuan 1.

1. Tujuan UmumTujuan Umum Tuj

Tujuan uan umuumum m dardari i penpenuliulisan san laplaporaoran n stustudi di kaskasus us ini ini adaadalah lah untuntuk uk  mendapatkan gambaran nyata mengenai

mendapatkan gambaran nyata mengenai Asuhan Keperawatan pada Ny. TAsuhan Keperawatan pada Ny. T denga

dengan n GanggGangguan Sistem uan Sistem IntegIntegumen Combustio (Luka Bakar) umen Combustio (Luka Bakar) GradGrade e II II dengdenganan Luas 40% Di Ruang III A RSUD Kota Tasikmalaya.

Luas 40% Di Ruang III A RSUD Kota Tasikmalaya.

2.

(4)

Ad

Adapapun un tutujujuan an khkhuususus s pepennululisisan an LLapapooraran n inini i adadalalah ah uuntntuuk k  mendapatkan gambaran

mendapatkan gambarandan pengalaman nyata tentang :dan pengalaman nyata tentang :

a.

a. PenPengkagkajiajian data pada klin data pada klien Comen Combusbustio (Ltio (Luka Bakuka Bakar) Gradar) Grade II e II dendengangan Luas 40%.

Luas 40%.  b.

 b. Diagnosa Diagnosa keperawatan keperawatan pada pada klien klien Combustio Combustio (Luka (Luka Bakar) Bakar) Grade Grade IIII dengan Luas 40%.

dengan Luas 40%. c.

c. RRenencacana na asasuhuhan an kkepepererawawatatan an uuntntuuk k mamasisinngg-m-masasining g didiagagnonosasa keperawatan pada klien Combustio (Luka Bakar)

keperawatan pada klien Combustio (Luka Bakar) Grade II dengan LuasGrade II dengan Luas 40%.

40%. d.

d. PelakPelaksanaan tsanaan tindakindakan kepan keperawataerawatan pada kn pada klien Colien Combustmbustio (Luio (Luka Bakka Bakar)ar) Grade II dengan Luas 40%

Grade II dengan Luas 40%..

e.

e. Evaluasi asuhan keperawatan pada klien Combustio (Luka Bakar) Grade IIEvaluasi asuhan keperawatan pada klien Combustio (Luka Bakar) Grade II dengan Luas 40%.

dengan Luas 40%.

D.

D. ManfaatManfaat 1.

1. Manfaat TeoritisManfaat Teoritis

Makalah ini dapat bermanfaat

Makalah ini dapat bermanfaat bagi  bagi penulis penulis untuk untuk dapat dapat mengaplikasikanmengaplikasikan teori yang didapat di bangku kuliah sehingga mendapat gambaran nyata tentang teori yang didapat di bangku kuliah sehingga mendapat gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pada kasus Combustio (Luka Bakar) Grade II dengan Luas asuhan keperawatan pada kasus Combustio (Luka Bakar) Grade II dengan Luas 40%.

40%.

2.

2. Manfaat PraktisManfaat Praktis a.

(5)

Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus dengan klien Combustio (Luka Bakar) Grade II dengan Luas 40%.

 b. Bagi RSUD Kota Tasikmalaya

Makalah ini dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada RSUD khususnya di Ruang Perawatan IIIA terutama untuk asuhan keperawatan pada klien dengan kasus Combustio (Luka Bakar) Grade II dengan Luas 40%l.

c. Bagi STIKes BP Banjar 

Makalah ini juga dapat digunakan oleh STIKES Bana Putera, sebagai bahan kajian pustaka untuk pengembangan ilmu pengetahuan  program profesi Ners.

d. Bagi keperawatan

Makalah ini dapat di gunakan sebagai bahan acuan untuk  melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Combustio (Luka Bakar) Grade II dengan Luas 40%.

(6)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar 1. Pengertian

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhi tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah ( frost bite). Luka bakar ini dapat menyebabkan kematian , atau akibat lain yang berkaitan dengan fungsi maupun estetik  (Mansjoer, 2011)

2. Etiologi

a. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn) 1) Gas

2) Cairan

3) Bahan padat (Solid)

 b. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn) c. Luka Bakar Sengatan Listrik ( Electrical Burn) a. Luka Bakar Radiasi ( Radiasi Injury)

3. Fase Luka Bakar a. Fase Akut

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), braething 

(7)

(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway

tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama  penderiat pada fase akut.

Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.

 b. Fase Sub Akut

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:

1) Proses inflamasi dan infeksi.

2) Problem penuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.

3) Keadaan hipermetabolisme.

c. Fase Lanjut

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

(8)

a. Dalamnya Luka Bakar

Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan

Ketebalan  partial

superfisial (tingkat I)

Jilatan api, sinar  ultra violet (terbakar oleh matahari).

Kering tidak ada gelembung.

Oedem minimal atau tidak ada.

Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali  bila tekanan dilepas.

Bertambah merah.  Nyeri Lebih dalam dari ketebalan  partial (tingkat II)

-

Superfis ial

-

Dalam Kontak dengan  bahan air atau  bahan padat.

Jilatan api kepada pakaian. Jilatan langsung kimiawi.

Sinar ultra violet.

Blister besar dan lembab yang ukurannya  bertambah besar.

Pucat bial ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali.

Berbintik- bintik yang kurang jelas,  putih, coklat,  pink, daerah merah coklat. Sangat nyeri Ketebalan sepenuhnya (tingkat III) Kontak dengan  bahan cair atau  padat.

 Nyala api. Kimia.

Kontak dengan arus listrik.

Kering disertai kulit mengelupas.

Pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas. Gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar.

Tidak pucat bila ditekan.

Putih, kering, hitam, coklat tua. Hitam. Merah. Tidak sakit, sedikit sakit. Rambut mudah lepas bila dicabut.

 b. Luas Luka Bakar

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan namarule of nine atau rule of wallace yaitu:

1) Kepala dan leher : 9%

2) Lengan masing-masing 9% : 18% 3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36% 4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%

5) Genetalia/perineum : 1% àTotal: 100%

(9)
(10)

Cedera termis menyebabakan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sampai syok, yang dapat menimbulkan asidosis, nekrosis tubular 

(11)

akut, dan fungsi serebral. Kondisi-kondisi ini dapat dijumpai pada fase awal/akut/syok yang biasanya berlangsung sampai 72 jam pertama.

Dengan kehilangan kulit yang memiliki fungsi barrier (sawar), luka sangat mudah terinfeksi. Selain itu dengan kehilangan kulit luas, terjadi  penguapan cairan tubuh yang berlebihan. Pengeluaran cairan ini disertai  pengeluaran protein dan energy, sehingga terjadi gangguan metabolism.

Jaringan nekrosis yang ada melepas toksin (burn toksin, suatu lipid  protein kompleks) yang dapat menimbulkan SIRS bahkan sepsis yang menyebabkan disfungi dan kegagalan fungsi organ-organ tubuh seperti hepar  dan paru (ARDS), yang berakhir dengan kematian.

Reaksi inflamasi yang berkepanjangan akibat luka bakar  menyebabkan kerapuhan jaringan dan struktur-struktur fungsional. Kondisi menyebabkan timbulnya parut yang tidak beraturan (hipertrofik), kontraktur, deformitas sendi dan sebagainya.

6. Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar Perubahan Tingkatan hipovolemik 

( s/d 48-72 jam pertama)

Tingkatan diuretik 

(12)

Mekanisme Dampak dari Mekanisme Dampak dari Pergeseran cairan ekstraseluler  . Vaskuler ke insterstitial. Hemokonsent rasi oedem  pada lokasi luka bakar. Interstitial ke vaskuler. Hemodilusi. Fungsi renal.

Aliran darah renal  berkurang karena desakan darah turun dan CO berkurang. Oliguri. Peningkatan aliran darah renal karena desakan darah meningkat. Diuresis. Kadar  sodium/natri um.  Na+ direabsorbsi

oleh ginjal, tapi kehilangan Na+

melalui eksudat dan tertahan dalam cairan oedem. Defisit sodium. Kehilangan Na+ melalui diuresis (normal kembali setelah 1 minggu). Defisit sodium. Kadar   potassium. K + dilepas sebagai akibat cidera  jarinagn sel-sel darah merah, K +  berkurang ekskresi karena fungsi renal  berkurang. Hiperkalemi K  + bergerak  kembali ke dalam sel, K + terbuang melalui diuresis (mulai 4-5 hari setelah luka  bakar). Hipokalemi. Kadar   protein. Kehilangan protein ke dalam jaringan akibat kenaikan  permeabilitas. Hipoproteine mia. Kehilangan  protein waktu  berlangsung terus katabolisme. Hipoproteinem ia. Keseimbang an nitrogen. Katabolisme  jaringan, kehilangan protein dalam jaringan, lebih banyak   kehilangan dari masukan. Keseimbanga n nitrogen negatif. Katabolisme  jaringan, kehilangan  protein, immobilitas. Keseimbangan nitrogen negatif. Keseimbnag an asam  basa. Metabolisme anaerob karena  perfusi jarinagn  berkurang  peningkatan asam dari produk akhir, fungsi renal  berkurang

(menyebabkan

retensi produk akhir  tertahan), kehilangan Asidosis metabolik. Kehilangan sodium  bicarbonas melalui diuresis, hipermetabolis me disertai  peningkatan  produk akhir  metabolisme. Asidosis metabolik.

(13)

 bikarbonas serum. Respon stres. Terjadi karena trauma,  peningkatan  produksi cortison. Aliran darah renal  berkurang. Terjadi karena sifat cidera  berlangsung lama dan terancam  psikologi  pribadi. Stres karena luka.

Eritrosit Terjadi karena  panas, pecah menjadi fragil. Luka bakar  termal. Tidak terjadi  pada hari-hari  pertama. Hemokonsentr  asi.

Lambung. Curling ulcer (ulkus  pada gaster),  perdarahan lambung, nyeri. Rangsangan central di hipotalamus dan  peingkatan  jumlah cortison. Akut dilatasi dan paralise usus. Peningkatan  jumlah cortison. Jantung. MDF meningkat 2x lipat, merupakan glikoprotein yang toxic yang dihasilkan oleh kulit yang terbakar.

Disfungsi  jantung. Peningkatan zat MDF (miokard depresant factor) sampai 26 unit,  bertanggung  jawab terhadap syok spetic. CO menurun.

7. Indikasi Rawat Inap Luka Bakar a. Luka bakar grade II:

1) Dewasa > 20%

2) Anak/orang tua > 15%  b. Luka bakar grade III.

c. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.

8. Penatalaksanaan a. Resusitasi A, B, C.

(14)

1) Pernafasan:

a) Udara panas àmukosa rusak àoedem àobstruksi.

 b) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin à iritasi à Bronkhokontriksi àobstruksi àgagal nafas.

2) Sirkulasi:

Gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler à hipovolemi relatif à syok àATN àgagal ginjal.

 b. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka. c. Resusitasi cairan à Baxter.

Dewasa : Baxter.

RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.

Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal: RL : Dextran = 17 : 3 2 cc x BB x % LB. Kebutuhan faal: < 1 tahun : BB x 100 cc 1 – 3 tahun : BB x 75 cc 3 – 5 tahun : BB x 50 cc ½à diberikan 8 jam pertama ½à diberikan 16 jam berikutnya.

Hari kedua:

(15)

(3-x) x 80 x BB gr/hr  100

(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt. Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal. d. Monitor urine dan CVP.

e. Topikal dan tutup luka

1) Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.

2) Tulle.

3) Silver sulfa diazin tebal. 4) Tutup kassa tebal.

5) Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor. f. Obat – obatan:

1) Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak  kejadian.

2) Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.

3) Analgetik : kuat (morfin, petidine) 4) Antasida : kalau perlu

9. Perawatan

a. Nutrisi diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen yang negative pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500-3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi.

(16)

c. Antibiotic topical diganti satu kali dalam satu hari, didahului hidroterapi untuk mengangkar sisa-sisa krim antibiotic sebelumnya. Bila kondisi luka antibiotic sangat kotoratau dijumpai banyak krusta dan atau eksudat, pemberian dapat diulang 2-3 kali sehari.

d. Rehabilitasi termasuk latihan pernapasan dan pergerakan otot dan sendi.

e. Usahakan taka da gangguan dalam penyembuhan , penyembyhan dapat dicapai secepatnya dengan :

1) Perawatan luka bakar yang baik 

2) Pelatihan segera daerah-daerah luka bakar derajat 3 atau 2 dalam. Kalau memungkinkan buang kulit yang non vital dan menambalnya secepat mungkin.

f. Usahakan mempertahankan fungsi sendi-sendi. Latihan pergerakan atau bidai dalam posisi baik.

g. Aturlah proses maturasi sehingga tercapai tanpa ada proses kontraksi yang akan mengganggu fungsi. Bilamana luka bakar sembuh per  sekundam dalam 3 minggu atau lebih selalu ada kemungkinan timbul  parut hipertrofi dan kemungkinan kontraktur  pada waktu proses

maturasi. Sebaiknya dipasang perban ½ menekan, bidai yang sesuai dan anjuran untuk mengurangi edema dengan elevasi daerah yang bersangkutan.

h. Antibiotic sistemik spectrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Infeksi dapat memperburuk derajat luka bakar dan mempersulit  penyembuhan. Yang paling banyak dipakai adalah aminoglikosida

(17)

i. Suplementasi vitamin yang dapat diberikan yaitu vitamin A 10.000 unit perminggu, vitamin C 500mg dan sulfas ferosus.

10. Tindakan Bedah

Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar   pada ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian

distal akibat penyempitan dan pengerutan dari eskar. Tanda dini  penyempitan berupa nyeri, kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal  pada ujung-ujung distal. Tindakan yang dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai penjepitan bebas. Debridemen diusakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial.

11. Kemungkinan Data Fokus a. Pengkajian

1) Aktifitas/istirahat:

Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak   pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.

2) Sirkulasi:

Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar). 3) Integritas ego:

(18)

Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik  Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik  diri, marah.

diri, marah. 4)

4) ElElimimininasasi:i:

Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan ker

kerusausakan kan otootot t daldalam; am; diudiuresiresis s (set(setelaelah h kebkebocoocoran ran kapkapiler iler dandan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak  mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak  ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.

sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik. 5

5)) MMaakkaannanan//ccaiairarann::

Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah. Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah. 6

6)) NNeeuurroosesennssoorrii::

Gejala: area batas; kesemutan. Gejala: area batas; kesemutan. Tan

Tanda: da: perperubaubahan han orioriententasi; asi; afeafek, k, perperilailaku; ku; penpenuruurunan nan refrefleklekss ten

tendon don daldalam am (RT(RTD) D) padpada a cedcedera era eksekstremtremitaitas; s; aktaktifiifitas tas kejkejangang (sy

(syok ok lilistrstrikik); ); lalaserserasi asi kokornrnealeal; ; kekerurusaksakan an reretitinanal; l; pepenunururunanann ket

ketajamajaman an penpengliglihathatan an (sy(syok ok listlistrikrik); ); rupruptur tur memmembrabran n timtimpanpanik ik  (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).

(syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf). 7

7)) NyNyereri/i/kkenenyayammanananan::

Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara ek

ekststereeren n sesensnsititif if ununtutuk k didisensentutuh; h; diditetekakan; n; gegerarakakan n ududara ara dadann  perubahan

 perubahan suhu; luka suhu; luka bakar bakar ketebalan ketebalan sedang derajsedang derajat at kedua kedua sangatsangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua

(19)

tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak  tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak  nyeri.

nyeri. 8

8)) PPeerrnnaaffaassaann:: G

Geejjaalala: : tteerrkkuurruunng g ddaallaam m rruuaanng g tteertrtuuttuupp; ; ttererppajajaan n llaammaa (kemungkinan cedera inhalasi).

(kemungkinan cedera inhalasi). Ta

Tandnda: a: seserakrak; ; babatutuk k memengngiiii; ; papartirtikekel l kakarbrbon on dadalalam m spspututumum;; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.

inhalasi. Pen

Pengemgembanbangan gan tortorak ak munmungkigkin n terterbatbatas as padpada a adaadanya nya lukluka a bakbakar ar  lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik  dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik  (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).

(ronkhi). 9

9)) KKeeaammaannaann:: Tanda:

Tanda: Kul

Kulit it umuumum: m: desdestrutruksi ksi jarijaringangan n daldalam am munmungkigkin n tidtidak ak terterbukbuktiti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler  selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler   pada beberapa luka.

 pada beberapa luka. Area

Area kulkulit it tak tak terterbakbakar ar munmungkigkin n dindingingin/lem/lembabbab, , pucpucat, at, dendengangan  pengisian

 pengisian kapiler kapiler lambat lambat pada pada adanya adanya penurunan penurunan curah curah jantungjantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.

sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok. Ced

Cedera era apiapi: : terdterdapaapat t area area cedcedera era camcampurpuran an daldalam am sehsehubuubunagnagnn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bul

(20)

lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar  lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar  nasal.

nasal.

Cedera kimia: tampak luka

Cedera kimia: tampak luka bervabervariasi sesuai riasi sesuai agen penyebabagen penyebab. . KulitKulit mun

mungkigkin n cokcoklat lat kekkekuniuningangan n dendengan gan tektekstustur r seprseprti ti kulkulit it samsamak ak  hal

halus; us; leplepuh; uh; ulkulkus; us; neknekrosirosis; s; ataatau u jarjarinainagn gn parparut ut tebtebal. al. CedCederaera sec

secara ara mumum m ebebih ih dadalalam m dadari ri tatampmpakaknynya a secsecara ara peperkrkututan an dadann kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera. kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera. Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di  bawah

 bawah nekrosis. nekrosis. Penampilan Penampilan luka luka bervariasi bervariasi dapat dapat meliputi meliputi lukaluka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada  proksimal tubuh tertutup dan luka bakar

 proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengantermal sehubungan dengan  pakaian

 pakaian terbakar. terbakar. Adanya Adanya fraktur/dislokasi fraktur/dislokasi (jatuh, (jatuh, kecelakaankecelakaan sep

sepeda eda motmotor, or, konkontraktraksi si otootot t tetatetanik nik sehsehubuubungngan an dendengan gan syosyok k  listrik).

listrik). 10)

10) PemPemerieriksaksaan Diaan Diagngnostiostik k  a)

a) LELED: D: menmengkagkaji hji hemoemokonkonsensentratrasi.si.  b)

 b) Elektrolit Elektrolit serum serum mendeteksi mendeteksi ketidakseimbangan ketidakseimbangan cairan cairan dandan  biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa

 biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapatkalium terdapat  peningkatan

 peningkatan dalam dalam 24 24 jam jam pertama pertama karena karena peningkatan peningkatan kaliumkalium dapat menyebabkan henti jantung.

dapat menyebabkan henti jantung. c)

c) GasGas-ga-gas daras darah arterh arteri (GDAi (GDA) dan sin) dan sinar X dada mear X dada mengkngkaji funaji fungsigsi  pulmonal, khususnya pada

 pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.cedera inhalasi asap. d)

d) BUN dBUN dan krean kreatiatinin menin mengkngkaji fuaji fungsngsi ginji ginjal.al. e)

(21)

menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.

f) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.

g) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.

h) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

 b. Diagnose Keperawatan

Marilynn E. Doenges dalam  Nursing care plans, Guidelines for   planning and documenting patient care mengemukakan beberapa

Diagnosa keperawatan sebagai berikut :

1) Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak  dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.

2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.

3) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder  terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.

4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer  tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik.

(22)

Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.

5) Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan;  pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera contoh

debridemen luka.

6) Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.

7) Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar  dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme  protein.

8) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.

9) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).

10) Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.

11) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan  pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi

(23)

Tidak mengenal sumber informasi. c. Intervensi Keperawatan Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Resiko  bersihan jalan nafas tidak   efektif   berhubungan dengan obstruksi trakheobronkh ial; oedema mukosa; kompressi  jalan nafas . Bersihan  jalan nafas tetap efektif. Kriteria Hasil : Bunyi nafas vesikuler, RR dalam  batas normal,  bebas dispnoe/cya nosis. Kaji refleks gangguan/menelan;

 perhatikan pengaliran air  liur, ketidakmampuan menelan, serak, batuk  mengi.

Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan ;  perhatikan adanya  pucat/sianosis dan sputum mengandung karbon atau merah muda. Auskultasi paru,  perhatikan stridor,

mengi/gemericik,

 penurunan bunyi nafas,  batuk rejan.

Perhatikan adanya pucat atau warna buah ceri merah pada kulit yang cidera

Tinggikan kepala tempat tidur. Hindari  penggunaan bantal di  bawah kepala, sesuai

indikasi

Dorong batuk/latihan nafas dalam dan  perubahan posisi sering.

Hisapan (bila perlu) pada  perawatan ekstrem,  pertahankan teknik steril.

Tingkatkan istirahat

Dugaan cedera inhalasi

Takipnea, penggunaan otot bantu, sianosis dan  perubahan sputum menunjukkan terjadi distress  pernafasan/edema paru dan kebutuhan intervensi medik. Obstruksi jalan nafas/distres pernafasan dapat terjadi sangat cepat atau lambat contoh sampai 48 jam setelah terbakar.

Dugaan adanya hipoksemia atau karbon monoksida.

Meningkatkan ekspansi  paru optimal/fungsi  pernafasan.

Bilakepala/leher 

terbakar, bantal dapat menghambat pernafasan, menyebabkan nekrosis  pada kartilago telinga yang terbakar dan meningkatkan

konstriktur leher.

Meningkatkan ekspansi  paru, memobilisasi dan

drainase sekret. Membantu

mempertahankan jalan nafas bersih, tetapi harus

(24)

suara tetapi kaji kemampuan untuk bicara dan/atau menelan sekret oral secara periodik.

Selidiki perubahan  perilaku/mental contoh gelisah, agitasi, kacau mental. Awasi 24 jam keseimbngan cairan,  perhatikan variasi/perubahan. Lakukan program kolaborasi meliputi : Berikan pelembab O2

melalui cara yang tepat, contoh masker wajah Awasi/gambaran seri GDA

Kaji ulang seri rontgen

Berikan/bantu fisioterapi dada/spirometri intensif.

Siapkan/bantu intubasi atau trakeostomi sesuai indikasi.

dilakukan kewaspadaan karena edema mukosa dan inflamasi. Teknik  steril menurunkan risiko infeksi. Peningkatan sekret/penurunan kemampuan untuk   menelan menunjukkan  peningkatan edema trakeal dan dapat mengindikasikan kebutuhan untuk   intubasi. Meskipun sering  berhubungan dengan nyeri, perubahan kesadaran dapat menunjukkan terjadinya/memburukny a hipoksia.

Perpindahan cairan atau kelebihan penggantian cairan meningkatkan risiko edema paru. Catatan : Cedera inhalasi meningkatkan kebutuhan cairan sebanyak 35% atau lebih karena edema. O2 memperbaiki hipoksemia/asidosis. Pelembaban menurunkan  pengeringan saluran  pernafasan dan menurunkan viskositas sputum.

Data dasar penting untuk pengkajian lanjut status pernafasan dan  pedoman untuk   pengobatan. PaO2

kurang dari 50, PaCO2

lebih besar dari 50 dan

 penurunan pH

menunjukkan inhalasi asap dan terjadinya

(25)

 pneumonia/SDPD.

Perubahan menunjukkan atelektasis/edema paru tak dapat terjadi selama 2 – 3 hari setelah terbakar  Fisioterapi dada mengalirkan area dependen paru, sementara spirometri intensif dilakukan untuk  memperbaiki ekspansi  paru, sehingga meningkatkan fungsi  pernafasan dan menurunkan atelektasis. Intubasi/dukungan mekanikal dibutuhkan  bila jalan nafas edema atau luka bakar   mempengaruhi fungsi  paru/oksegenasi. Resiko tinggi kekurangan volume cairan  berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetaboli k, ketidak   cukupan  pemasukan. Kehilangan  perdarahan. Pasien dapat mendemostr  asikan status cairan dan  biokimia membaik. Kriteria evaluasi: tak  ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, elektrolit serum dalam  batas normal, haluaran urine di atas 30 ml/jam.

Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan kapiler dan kekuatan nadi perifer. Awasi pengeluaran urine dan berat jenisnya. Observasi warna urine dan hemates sesuai indikasi.

Perkirakan drainase luka dan kehilangan yang tampak 

Timbang berat badan setiap hari

Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar tiap hari sesuai indikasi

Selidiki perubahan mental

Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler. Penggantian cairan dititrasi untuk   meyakinkan rata-2  pengeluaran urine 30-50 cc/jam pada orang dewasa. Urine berwarna merah pada kerusakan otot masif karena adanyadarah dan keluarnya mioglobin. Peningkatan

 permeabilitas kapiler,  perpindahan protein,  proses inflamasi dan kehilangan cairan melalui evaporasi mempengaruhi volume sirkulasi dan  pengeluaran urine. Penggantian cairan tergantung pada berat

(26)

Observasi distensi abdomen,

hematomesis,feces hitam. Hemates drainase NG dan feces secara periodik. Lakukan program kolaborasi meliputi : Pasang / pertahankan kateter urine

Pasang/ pertahankan ukuran kateter IV.

Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin.

Awasi hasil pemeriksaan laboratorium ( Hb, elektrolit, natrium ).

Berikan obat sesuai idikasi :

-

Diuretika contohnya Manitol (Osmitrol)

-

Kalium

-

Antasida Pantau:

-

Tanda-tanda vital

setiap jam selama  periode darurat, setiap 2 jam selama  periode akut, dan setiap 4 jam selama  periode rehabilitasi.

-

Warna urine.

-

Masukan dan

haluaran setiap jam selama periode darurat, setiap 4 jam selama periode akut,

 badan pertama dan  perubahan selanjutnya Memperkirakan luasnya oedema/perpindahan cairan yang mempengaruhi volume sirkulasi dan  pengeluaran urine. Penyimpangan pada tingkat kesadaran dapat mengindikasikan

ketidak adequatnya volume

sirkulasi/penurunan  perfusi serebral

Stres (Curling) ulcus terjadi pada setengah dari semua pasien yang luka bakar berat(dapat terjadi pada awal minggu pertama).

Observasi ketat fungsi ginjal dan mencegah stasis atau refleks urine. Memungkinkan infus cairan cepat. Resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit dan membantu mencegah komplikasi. Mengidentifikasi kehilangan darah/kerusakan SDM dan kebutuhan  penggantian cairan dan

elektrolit. Meningkatkan

 pengeluaran urine dan membersihkan tubulus dari debris /mencegah nekrosis.

Penggantian lanjut karena kehilangan urine

(27)

setiap 8 jam selama  periode rehabilitasi.

-

Hasil-hasil JDL dan laporan elektrolit.

-

Berat badan setiap hari.

-

CVP (tekanan

vena sentral) setiap  jam bial diperlukan.

-

Status umum

setiap 8 jam.

Pada penerimaan rumah sakit, lepaskan semua  pakaian dan perhiasan

dari area luka bakar. Mulai terapi IV yang ditentukan dengan jarum lubang besar (18G), lebih disukai melalui kulit yang telah terluka bakar. Bila pasien menaglami luka bakar luas dan menunjukkan gejala-gejala syok hipovolemik,  bantu dokter dengan  pemasangan kateter vena sentral untuk pemantauan CVP.

Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, CVP < 6 mmHg,  bikarbonat serum di  bawah rentang normal, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap. Konsultasi doketr bila manifestasi kelebihan cairan terjadi.

Tes guaiak muntahan warna kopi atau feses ter  hitam. Laporkan

temuan-dalam jumlah besar  Menurunkan keasaman gastrik sedangkan inhibitor histamin menurunkan produksi asam hidroklorida untuk  menurunkan produksi asam hidroklorida untuk  menurunkan iritasi gaster.

Mengidentifikasi

 penyimpangan indikasi kemajuan atau  penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Periode darurat (awal 48  jam pasca luka bakar) adalah periode kritis yang ditandai oleh hipovolemia yang mencetuskan individu  pada perfusi ginjal dan  jarinagn tak adekuat.

Inspeksi adekuat dari luka bakar.

Penggantian cairan cepat  penting untuk mencegah gagal ginjal. Kehilangan cairan bermakna terjadi melalui jarinagn yang terbakar dengan luka  bakar luas. Pengukuran tekanan vena sentral memberikan data tentang status volume cairan intravaskular.

(28)

temuan positif.

Berikan antasida yag diresepkan atau antagonis reseptor histamin seperti simetidin

Temuan-temuan ini mennadakan

hipovolemia dan  perlunya peningkatan cairan. Pada lka bakar  luas, perpindahan cairan dari ruang intravaskular  ke ruang interstitial menimbukan

hipovolemi.

Pasien rentan pada kelebihan beban volume intravaskular selama  periode pemulihan bila  perpindahan cairan dari kompartemen interstitial  pada kompartemen

intravaskuler.

Temuan-temuan guaiak   positif ennandakan

adanya perdarahan GI. Perdarahan GI menandakan adaya stres ulkus (Curling’s).

Mencegah perdarahan GI. Luka bakar luas mencetuskan pasien  pada ulkus stres yang disebabkan peningkatan sekresi hormon-hormon adrenal dan asam HCl oleh lambung. Resiko kerusakan  pertukaran gas  berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder  terhadap luka  bakar  sirkumfisial Pasien dapat mendemonst rasikan oksigenasi adekuat. Kriteroia evaluasi: RR  12-24 x/mnt, warna kulit normal, GDA dalam renatng normal,

Pantau laporan GDA dan kadar karbon monoksida serum.

Beriakan suplemen oksigen pada tingkat yang ditentukan. Pasang atau bantu dengan selang endotrakeal dan temaptkan pasien pada ventilator mekanis sesuai  pesanan bila terjadi

Mengidentifikasi

kemajuan dan

 penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Inhalasi asap dapat merusak alveoli, mempengaruhi

 pertukaran gas pada membran kapiler   alveoli.

Suplemen oksigen meningkatkan jumlah oksigen yang tersedia

(29)

dari dada atau leher.  bunyi nafas  bersih, tak  ada kesulitan  bernafas. insufisiensi pernafasan (dibuktikan dnegna hipoksia, hiperkapnia, rales, takipnea dan  perubahan sensorium).

Anjurkan pernafasan

dalam dengan

 penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam selama tirah baring.

Pertahankan posisi semi fowler, bila hipotensi tak  ada.

Untuk luka bakar sekitar  torakal, beritahu dokter   bila terjadi dispnea

disertai dengan takipnea. Siapkan pasien untuk   pembedahan eskarotomi

sesuai pesanan.

untuk jaringan. Ventilasi mekanik diperlukan untuk pernafasan dukungan sampai pasie dapat dilakukan secara mandiri. Pernafasan dalam mengembangkan alveoli, menurunkan resiko atelektasis. Memudahkan ventilasi dengan menurunkan tekanan abdomen terhadap diafragma.

Luka bakar sekitar  torakal dapat membatasi ekspansi adda. Mengupas kulit (eskarotomi) memungkinkan ekspansi dada. Resiko tinggi infeksi  berhubungan dengan Pertahanan  primer tidak  adekuat; kerusakan  perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak  adekuat;  penurunan Hb,  penekanan respons inflamasi Pasien bebas dari infeksi. Kriteria evaluasi: tak  ada demam,  pembentuka n jaringan granulasi  baik. Pantau:

-

Penampilan luka

 bakar (area luka  bakar, sisi donor dan status balutan di atas sisi tandur bial tandur kulit dilakukan) setiap 8  jam.

-

Suhu setiap 4  jam.

-

Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan. Bersihkan area luka  bakar setiap hari dan lepaskan jarinagn nekrotik (debridemen) sesuai pesanan. Berikan mandi kolam sesuai  pesanan, implementasikan  perawatan yang Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau  penyimapngan dari hasil

yang diharapkan. Pembersihan dan  pelepasan jaringan nekrotik meningkatkan  pembentukan granulasi. Antimikroba topikal membantu mencegah infeksi. Mengikuti  prinsip aseptik 

(30)

ditentukan untuk sisi donor, yang dapat ditutup dengan balutan vaseline atau op site.

Lepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian krim baru. Gunakan sarung tangan steril dan  beriakn krim antibiotika topikal yang diresepkan  pada area luka bakar 

dengan ujung jari. Berikan krim secara menyeluruh di atas luka. Beritahu dokter bila demam drainase purulen atau bau busuk dari area luka bakar, sisi donor  atau balutan sisi tandur. Dapatkan kultur luka dan  berikan antibiotika IV

sesuai ketentuan.

Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan lakukan kewaspadaan untuk luka bakar luas yang mengenai area luas tubuh. Gunakan linen tempat tidur steril, handuk dan skort untuk   pasien. Gunakan skort

steril, sarung tangan dan  penutup kepala dengan masker bila memberikan  perawatan pada pasien. Tempatkan radio atau televisis pada ruangan

 pasien untuk 

menghilangkan kebosanan.

Bila riwayat imunisasi tak adekuat, berikan globulin imun tetanus manusia (hyper-tet) sesuai pesanan.

Mulai rujukan pada ahli diet, beriakn protein

melindungi pasien dari infeksi. Kulit yang gundul menjadi media yang baik untuk kultur   pertumbuhan baketri. Temuan-temuan ini mennadakan infeksi. Kultur membantu mengidentifikasi  patogen penyebab sehingga terapi antibiotika yang tepat dapat diresepkan. Karena balutan siis tandur hanya diganti setiap 5-10 hari, sisi ini memberiakn media kultur untuk    pertumbuhan bakteri.

Kulit adalah lapisan  pertama tubuh untuk   pertahanan terhadap

infeksi. Teknik steril dan tindakan perawatan  perlindungan

lainmelindungi pasien terhadap infeksi. Kurangnya berbagai rangsang ekstrenal dan kebebasan bergerak  mencetuskan pasien  pada kebosanan.

Melindungi terhadap tetanus.

Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang dapat mengevaluasi  paling baik status nutrisi

 pasien dan

merencanakan diet untuk emmenuhi kebuuthan nutrisi  penderita. Nutrisi

(31)

tinggi, diet tinggi kalori. Berikan suplemen nutrisi seperti ensure atau sustacal dengan atau antara makan bila masukan makanan kurang dari 50%. Anjurkan NPT atau makanan enteral bial  pasien tak dapat makan  per oral.

adekuat memabntu  penyembuhan luka dan memenuhi kebutuhan energi.  Nyeri  berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan;  pembentukan edema. Manipulasi  jaringan cidera contoh debridemen luka. Pasien dapat mendemonst rasikan hilang dari ketidaknyam anan. Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri, melaporkan  perasaan nyaman, ekspresi wajah dan  postur tubuh rileks.

Berikan anlgesik narkotik  yang diresepkan prn dan sedikitnya 30 menit sebelum prosedur    perawatan luka. Evaluasi

keefektifannya. Anjurkan analgesik IV bila luka  bakar luas.

Pertahankan pintu kamar  tertutup, tingkatkan suhu ruangan dan berikan selimut ekstra untuk  memberikan kehangatan. Berikan ayunan di atas temapt tidur bila diperlukan.

Bantu dengan

 pengubahan posisi setiap 2 jam bila diperlukan. Dapatkan bantuan tambahan sesuai kebutuhan, khususnya  bila pasien tak dapat membantu membalikkan  badan sendiri.

Analgesik narkotik  diperlukan utnuk   memblok jaras nyeri dengan nyeri berat. Absorpsi obat IM buruk   pada pasien dengan luka  bakar luas yang disebabkan oleh  perpindahan interstitial  berkenaan dnegan  peningkatan

 permeabilitas kapiler. Panas dan air hilang melalui jaringan luka  bakar, menyebabkan hipoetrmia. Tindakan eksternal ini membantu menghemat kehilangan  panas.

Menururnkan neyri dengan

mempertahankan berat  badan jauh dari linen temapat tidur terhadap luka dan menuurnkan  pemajanan ujung saraf   pada aliran udara.

Menghilangkan tekanan  pada tonjolan tulang dependen. Dukungan adekuat pada luka bakar  selama gerakan membantu meinimalkan ketidaknyamanan. Resiko tinggi kerusakan  perfusi Pasien menunjukka n sirkulasi

Untuk luka bakar yang mengitari ekstermitas atau luka bakar listrik,

Mengidentifikasi indikasi-indikasi

(32)

 jaringan,  perubahan/disf  ungsi neurovaskuler   perifer   berhubungan dengan Penurunan/int erupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka  bakar seputar  ekstremitas dengan edema. tetap adekuat. Kriteria evaluasi: warna kulit normal, menyangkal kebas dan kesemutan, nadi perifer  dapat diraba.  pantau status neurovaskular dari ekstermitas setaip 2 jam. Pertahankan ekstermitas  bengkak ditinggikan.

Beritahu dokter dengan segera bila terjadi nadi  berkurang, pengisian kapiler buruk, atau  penurunan sensasi. Siapkan untuk    pembedahan eskarotomi

sesuai pesanan.

 penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

Meningkatkan aliran  balik vena dan

menurunkan  pembengkakan.

Temuan-temuan ini menandakan keruskana sirkualsi distal. Dokter  dapat mengkaji tekanan  jaringan untuk 

emnentukan kebutuhan terhadap intervensi  bedah. Eskarotomi (mengikis pada eskar) atau fasiotomi mungkin diperlukan untuk   memperbaiki sirkulasi adekuat. Kerusakan integritas kulit  b/d kerusakan  permukaan kulit sekunder  destruksi lapisan kulit. Memumjukk  an regenerasi  jaringan Kriteria hasil: Mencapai  penyembuha n tepat waktu pada area luka  bakar.

Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka,  perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.

Lakukan perawatan luka  bakar yang tepat dan

tindakan kontrol infeksi. Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi.

Tinggikan area graft bila mungkin/tepat.

Pertahankan posisi yang diinginkan dan imobilisasi area bila diindikasikan.

Pertahankan balutan diatas area graft baru dan/atau sisi donor sesuai indikasi.

Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan  penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk  tentang sirkulasi pada aera graft.

Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan menurunkan resiko infeksi/kegagalan kulit. Kain nilon/membran silikon mengandung kolagen porcine peptida yang melekat pada  permukaan luka sampai lepasnya atau mengelupas secara spontan kulit repitelisasi. Menurunkan  pembengkakan /membatasi resiko  pemisahan graft. Gerakan jaringan dibawah graft dapat

(33)

Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan minyaki dengan krim, beberapa waktu dalam sehari, setelah balutan dilepas dan penyembuhan selesai. Lakukan program kolaborasi : - Siapkan / bantu  prosedur bedah/balutan  biologis.

mengubah posisi yang mempengaruhi

 penyembuhan optimal. Area mungkin ditutupi oleh bahan dengan  permukaan tembus  pandang tak reaktif.

Kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh memerlukan perawatan khusus untuk   mempertahankan

kelenturan.

Graft kulit diambil dari kulit orang itu sendiri/orang lain untuk   penutupan sementara  pada luka bakar luas sampai kulit orang itu siap ditanam.

BAB III

(34)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. T DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN COMBUSTIO (LUKA BAKAR)

GRADE II DENGAN LUAS 40% DI RUANG III A RSUD KOTA TASIKMALAYA

A. Pengkajian 1. Identitas

a. Nama : Ny. T

 b. Umur : 37 tahun

c. Jenis kelamin : Perempuan d. Status perkawinan : Kawin e. Pendidikan : SD

f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

g. Agama : Islam

h. No. Medrek : 13721200 i. Tgl. Masuk : 12-01-2013  j. Tgl. Pengkajian : 14-01-2013

k. Diagnosa medis : Combustio Grade II luas 40% l. Alamat : Bandung rt 01 rw 05 Tamansari

(35)

2. Identitas Penanggung Jawab

a. Nama : Tn. A

 b. Umur : 52 tahun

c. Jenis kelamin : Laki-laki

d. Pendidikan : SMP

e. Hub. dengan klien : Suami

f. Pekerjaan : Perangkat Desa/RW

g. Alamat : Bandung rt 01 rw 05 Tamansari 3. Riwayat Penyakit

a. Keluhan utama : panas, pedih dan nyeri pada area luka bakar   b. Riwayat penyakit sekarang

Klien dating ke IGD pada tanggal 12 Januari jam 1630 WIB dengan keluhan terkena kobaran api, akibat semburan gas yang meledak. Luka  bakar pada wajah (pipi kanan + kiri, dahi), tangan kanan dan kiri, betis kanan dan kiri. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 14 Januari 2013 klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah luka, sperti ditusuk-tusuk di daerah luka, nyeri saat digerakkan, skala nyeri 3 dari skala 0-5, nyeri dirasakan kadang-kadang.

c. Riwayat penyakit dahulu

Klien dan keluarga mengatakan tidak pernah mengalami luka bakar  sebelulmnya dank lien belum pernah dirawat di RS karena keluhan lain.

(36)

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami luka bakar sebelumnya dan tidak ada penyakit keturunan lainnya.

e. Riwayat Activity Daily Living

No Kebutuhan Sebelum Sakit Setelah Sakit

1 Nutrisi a. BB/TB  b. Diet c. Kemampuan - Mengunyah - Menelan - Bantuan total/ sebagian d. Frekuensi e. Porsi makan f. Makanan yang menimbulkan alergi g. Makanan yang disukai

49 kg / 165 cm  Nasi Baik  Baik  Mandiri 3 x / hari 1 piring Tidak ada Sayuran Tidak di ukur   Nasi Baik  Baik  Total 3x/hari 1 porsi Tidak ada Semua makanan disukai 2 Cairan

a. Intake oral (jenis

cairan, jumah dalam cc ... /hari)

 b. Intravena (jenis cairan,  jumlah per hari)

c. Output

Jenis dan jumlah cc … /hari

Air putih / mineral ± 1500 cc/hari -Urine + lwl ± 1600 cc/hari -RL 2000 cc/hari ± 1800 cc/hari 3 Eliminasi a. BAB - Frekuensi - Konsistensi - Warna - Keluhan - Bantuan total/ sebagian  b. BAK  - Frekuensi - Konsistensi - Warna - Keluhan - Bantuan total/ sebagian 1-2x/hari Padat Kuning Tidak ada Mandiri 5 x /hari Cair  Kuning jernih Tidak ada Mandiri 1x/hari Padat Kuning Tidak ada Total Dipasang DC Cair  Kuning jernih Tidak ada Tidak ada

(37)

No Kebutuhan Sebelum Sakit Setelah Sakit 4 Istirahat a. Lama tidur   b. Kesulitan memulai tidur  c. Gangguan tidur  d. Kebiasaan sebelum tidur  ± 7 jam Tidak ada Tidak ada Berdoa 5-6 jam

Ada, nyeri pada daerah fraktur  Ada, nyeri pada daerah fraktur  Berdoa 5 a. Mandi - Frekuensi - Bantuan total/ sebagian - Kebiasaan mandi  b. Gosok gigi c. Cuci rambut d. Gunting kuku e. Ganti pakaian 2 x /hari Mandiri

Pagi + sore hari 2 x /hari 1 x /minggu 1 x /minggu 2 x /hari -6 Aktivitas fisik  a. Mobilisasi fisik   b. Olahraga c. Rekreasi Aktif  Jarang dilakukan Kadang-kadang Bed rest Tidak  Tidak  4. Data Psikologis a. Gambaran diri

Klien mengatakan lukanya akan sembuh dan ingin pulang.

 b. Peran diri

Klien seorangseorang pasien di unit perawatan 3A dan klien pun kooperatif  terhadap proses keperawatan yang diberikan.

c. Ideal diri

Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin beraktif itas kembali seperti sedia kala.

d. Harga diri

Klien tidak merasa malu dengan perawat yang baru dilihatnya.

(38)

Klien seorang ibu dengan 2 orang anak. Sehari-hari klien bekerja sebagai seorang ibu rumah tangga.

5. Data Sosial

a. Hubungan klien dengan keluarganya baik, terlihat selama dirawat keluarga selalu menemani klien. Hubungan klien dengan perawat dan dokter cukup kooperatif.

 b. Kemampuan klien dalam berkomunikasi baik, dibuktikan dengan klien selalu menjawab pertanyaan dengan ramah.

c. Saat dirawat biaya klien dibantu oleh anak-anaknya.

6. Data Spiritual

Keinginan klien untuk sembuh tinggi dan percaya pada pengobatan, klien selalu berdoa untuk kesembuhannya dan didukung oleh keluarganya.

Dalam menjalankan ibadah sholat klein dibantu oleh keluarga sesuai kemampuannya dengan cara berbaring.

7. Pemeriksaan Fisik  a. Keadaan umum

Kesadaran : Compos mentis (E4 M6 V5) Tekanan darah : 170/100 mmHg

Pulse : 88 x/menit

Respirasi : 24 x/menit Temperatu r : 36,80C

Kesadaran : compos mentis GCS : 15 (E4, M6, V5)

(39)

- Inspeksi : sesak (-), sianosis (-), konjungtiva anemis, klien tidak mengalami keringat dingin, clubbing finger (-). - Palpasi : Nadi 88 x/menit reguler, kedalaman dangkal dan

kuat, irama regular, peningkatan JVP (-).

- Auskultasi : Irama bunyi jantung reguler, suara lub dub (SI - S2 timbul akibat penutupan katup trikuspidalis dan mitralis).

c. Sistem pernapasan - Inspeksi

 Hidung : Lubang hidung bersih, tidak terpasang alat,  pernapasan, cuping hidung tidak ada, fungsi  penciuman baik dan dapat membedakan bau, tidak ada secret, tidak tampak pengeluaran darah dari hidung

 Dada : Pergerakan saat inspirasi dan ekspirasi dada seimbang, bentuk dada simetris, frekuensi napas 24 x/menit

- Palpasi

 Hidung : Tidak teraba benjolan

 Dada : Pengembangan dada simestris

- Auskultasi : Suara napas vesikuler dan broncovasikuler, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada, crackles tidak ada.

- Perkusi : Dada bunyi resonance, irama teratur 

d. Sistem pencernaan - Inspeksi

(40)

- Bibir : Lembab, sianosis tidak ada, edema tidak ada - Gigi : Rapih, tidak ada caries, gigi lengkap

- Gusi : Tidak bengkak, tidak berdarah, tidak ada lesi, warna merah muda

- Lidah : Bersih, tidak ada lesi, tidak ada radang

Fungsi pengecap dapat membedakan rasa, bau mulut tidak ada, mual muntah tidak ada.

- Tonsil tidak ada pembengkakan

Abdomen

- Datar (supel), tidak ada acites

- Kulit abdomen, tidak ada bekas luka operasi di perut.

- Palpasi

Tidak ada nyeri tekan di epigastrium, tidak ada nyeri tekan pada kuadran kanan dan kiri bawah, hepatomegali tidak ada.

- Auskultasi

Bising usus9 x/menit - Per  kusi

Bunyilambung nyaring (tympani) e. Sistem endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, pertumbuhan sesuai usia.

f. Systemintegument - Inspeksi

 Rambut : Warna hitam, tidak rontok, kulit kepala bersih, distribusi rambut menyebar merata.

(41)

 Kulit : Warna sawo matang, terdapat luka bakar pada tangan, kaki dan wajah

 Kuku : agak kehhitaman dan pendek  - Palpasi

Suhu akral hangat. g. Sistem genitourinaria

- Inspeksi

warna urine kuning dan jernih, berkemih dengan bantuan pispot - Palpasi

Tidak teraba pembesaran atau masa di daerah kandung kemih. h. Sistem persyarafan

- NI (olfaktorius) : Klien dapat membedakan bau.

- NII (optikus) : Ketajaman penglihatan baik.

- NIII (okulomotoriusj, NIV (troklearis), NVI (abdusen) : Pupil  bereaksi terhadap cahaya (miosis), ukuran pupil normal, isokor 

kanan dan kiri, bola mata dapat mengikuti objek, refleks kornea positif, nistagmus tidak ada.

-  NV (trigeminus) : Klien dapat mengunyah dan menggigit makanan dengan baik, klien dapat merasakan ketika wajah klien disentuh dengan tangan pemeriksa.

-  NVII (fasialis) : Klien dapat mengangkat dahi, dapat menutup dan membuka mata, dapat mengembangkan pipi, dapat mengerutkan dahi, dapat mengangkat alis.

-  NVIII (akustikus): Klien menyahut bila namanya dipanggil.

(42)

- NX (vagus): Klien bisa menelan

-  NXI (aksesorius) : Klien dapat menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan, dapat mengangkat bahu.

-  NXII (hipoglous) : Klien dapat menjulurkan lidah.

i. System musculoskeletal - Inspeksi

 Bentuk/postur tubuh normal, terpasang infus di tangan kiri, tidak  ada oedem di ekstremitas bawah maupun atas.

 Pergerakan ekstremitas kanan dan kiri atas dan bawah kurang  baik karena terdapat luka bakar.

- Palpasi

Kekuatan otot 5 5

5 5

 Ekstremitas kanan/kiri atas bawah skala kekuatan otot 5 :

Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan kekuatan  penahanan penuh.

Data penunjang 1) Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal HEMATOLOGY Hb Leukosit Trombosit Hematokrit 8,2 10,8 625 30 12-16 gr% 4,0-10,0 UL 140-400 10’3/UL P : 35-45% L : 40-50%

(43)

KARBOHIDRAT GD sewaktu FAAL GINJAL Ureum Kreatinin ELEKTROLIT  Na K  Ca 163 49 0,65 13 6 3, 3 1,16 76-110 mg/dl 15-45 mg/dl P : 0,5-0,9 mg/dl L : 0,7-1,20 mg/dl 137-147 mmol/L 3,6-5,4 mmol/L 1,15-1,9 mmol/L 2) Pemeriksaan gambar   Rontgent - Thorax foto

o Cor : Sinuses dan diafragma,Normal.

o Pulmo : Hili kasar, gerakan bertambah, tidak tampak  infiltrate.

o Kesan : Tidak nampak pembesaran jantung.

Tidak tampak kp aktif.  EKG : irama regular

 Therapi

- RL 50 tts/mnt - Ceftriaxone 2x1 - ATS 1500

B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1. DS : Klien mengeluh nyeri  pada daerah luka

DO : terdapat luka bakar pada daerah tangan

Luka bakar 

Kerusakan jaringan

Menstimulasi reseptor nyeri

Merangsang pengeluaran bradikinin,

Gangguan rasa nyaman nyeri

(44)

histamine, prostaglandin, serotinin  Hipotalamus  Cortex cerebri   Nyeri dipersepsikan

2. DS : Klien lemas dan mudah haus

DO : konjungtiva anemis, pucat

Luka bakar   Kerusakan jaringan  Evaporasi berlebihan 

Kehilangan cairan intravaskuler 

Merangsang pusat rasa haus

Kekurangan volume

cairan dari kebutuhan tubuh

3. DS : klien mengatakan nyeri dan pedih karena adanya luka terbuka di wajah, tangan dan kaki.

DO : luka di lapisan dermis terbuka, peningkatan  jumlah leukosit. Luka bakar   Kerusakan jaringan  Port de entri  Resiko berkembangbiaknya mokrobakterium  Infeksi Resiko tinggi terjadinya infeksi

4. DS : klien mengatakan sulit menggerakan tubuhnya karena nyeri

DO : klien terlihat kesakitan saat menggerakan badannya, skala nyeri 3 dari 5.

Luka bakar   Kerusakan jaringan   Nyeri  Imobilitas fisik  Gangguan mobilitas fisik 

5. DS : klien mengeluh kulitnya kaku

DO : terdapat luka bakar pada tangan kiri4%, tangan kanan 9%, kaki kanan 9%, kaki kiri 9%, wajah 9%, luka bakar grade II 40%.

Luka bakar   Kerusakan jaringan  Suplai O2 kurang  Iskemia Gangguan integritas kulit C. Diagnosa Keperawatan

(45)

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas kulit ditandai dengan klien mengeluh nyeri didaerah luka.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan evaporasi berlebihan akibat permeabilitas kapiler berlebihan yang ditandai dengan klien mengatakan merasa haus dan terdapat luka bakar grade II 40%.

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan elastisitas kulit yang ditandai dengan terdapat luka bakar pada ekstremitas atas dan bawah.

4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit, ditandai dengan adanya luka bakar grade II 40%.

5. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan terdapat luka terbuka akibat luka bakar yang ditandai dengan peningkatan jumlah leukosit.

D. Intervensi Keperawatan

DX Tujuan Intervensi Rasionalisasi

1. Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri hilang Tupen: Setelah dilakukan tindakan - Observasi KU & tanda-tanda vital dengan mengukur  TPRS

- Kaji lokasi dan skala nyeri

- Mengetahui

 perkembangan klien dan tanda-tanda vital

meningkat akibat adanya nyeri

- Mengetahui tingkat nyeri dan dapat menentukan intervensi selanjutnya

(46)

DX Tujuan Intervensi Rasionalisasi keperawatan, dalam waktu 2 x 24 jam nyeri berkurang dengan kriteria : - Klien mengatakan nyeri  berkurang - Klien tampak  tenang - Skala nyeri < 3

- Atur Posisikan klien senyaman mungkin dan melakukan teknik manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi - Kolaborasi pemberian analgetik 

- Mengurangi nyeri yang dirasakan - Membantu menurunkan ambang nyeri 2. Tupan : Klien tidak  mengalami kekurangan cairan Tupen: Dalam waktu 2 x 24 keseimbangan cairan klien terpenuhi dengan kriteria : - Klien tidak  kehausan - Mukosa bibir  lembab - Denyut nadi stabil - Kaji terjadinya hypovolemia tiap 1  jam selama 36 jam - Ukur berat badan

- Monitor intake dan output - Kolaborasi  pemberian cairan IV - Kolaborasi dalam  pemeriksaan elektrolit tubuh

Perpindahan cairan dapat menyebabkan

hypovolemia

- BB merupakan indeks  pengukuran

keseimbangan cairan - Perhitungan intake &

output untuk mengukur  keseimbangan resusitasi - Pemberian cairan IV

untuk memperbaiki kekurangan ciran

- Untuk mengetahui lebih akurat kehilangan cairan dan elektrolit

3. Tupan :

Mobilitas fisik tidak  dibantu

Tupen :

Dalam waktu2 x 24 terjadi peningkatan mobilitas fisik dengan kriteria : - Klien mengatakan  pergerakan mulai tidak kaku - Mampu melakukan  pergerakan minimal - Kaji kemampuan klien dalam  perawatan diri - Konsultasikan  penggunaan alat  bantu

- Motivasi klien untuk  melakukan

mobilisasi - Berikan

reinforcement  positif pada setiap

keberhasilan klien - Kaji ROM dan

kekuatan otot - Pertahankan area

luka dalam posisi fungsi fisiologis - Jelaskan pentingnya mobilisasi - Meningkatkan kemandirian klien - Meningkatkan perawatan diri - Meningkatkan kemandirian - Meningkatkan rasa  percaya diri - Mengetahui keberhasilan  proses perawatan - mencegah kontraktur  - meningkatkan

 pengetahuan dan motivasi klien

(47)

DX Tujuan Intervensi Rasionalisasi 4. Tupan : Kondisi kulit membaik  Tupen : Dalam waktu 2 x 24  jam kondisi luka

membaik dengan kriteria :

- tumbuh jaringan  baru

- Kaji keadaan luka

- Kolaborasi  pemberian cairan adekuat - Kolaborasi  pemberian obat topikal

- Rawat luka bakar 

- Dapat mengetahui kulit yang terinfeksi

kemerahan/ ada abrasidan mengidentifikasi timbulnya infeksi - Mempertahankan kelembaban kulit - Mempercepat  pertumbuhan jaringan  baru - Mencegah kerusakan kulit yang lbeih dalam. 5. Tupan :

Infeksi tidak terjadi

Tupen :

Dalam waktu 2 x 24  jam tidak tampak 

tanda-tanda infeksi - Kaji tanda-tanda infeksi - Lakukan perawatan luka - Gunakan teknik  steril dalam  perawatan luka - Ajarkan kepada

klien dan keluarga apabila telah pulang - Kolaborasi  pemberian antibiotik  - Mengetahui  perkembangan luka - Mempercepat  penyembuhan luka - Mencegah terjadinya infeksi - Meningkatkan

 pengetahuan klien dan keluarga

- Mencegah terjadinya infeksi

(48)

No Diagnosa Implementasi Evaluasi 1. Gangguan rasa nyaman nyeri

 berhubungan dengan kerusakan integritas kulit ditandai dengan klien mengeluh nyeri didaerah luka..

Tanggal14-01-2013, jam 18.00 Wib. - Mengobservasitanda-tanda vital dengan

mengukur TPRS Hasil : KU : sakit berat

T : 110/70 mmHg P : 80 x/mnt R : 20 x/mnt S : 36 ºC

- Kaji skala, lokasi dan penyebaran nyeri Hasil : skala 3 dari 5, penyebaran nyeri

tidak ada - Atur posisi klien

Hasil : posisi klien duduk 

- Mengajarkan klien untuk melakukan teknik relaksasi

Hasil : klien melakukan Tarik n afas dalam

- Menciptakan lingkungan nyaman Hasil : klien di tempatkan di ruang

isolasi dan ditunggu oleh keluarga

S : klien mengatakan nyeri saat bergerak  O : luka bakar di tangan, wajah dan kaki, klien

meringis saat bergerak, skala 3 dari 5. A : masalah belum teratasi

P :obs. TTV dan KU, kaji skala nyeri, atur posisi, ajarkan teknik relaksasi, ciptakan lingkungan yang nyaman, kolaborasi pemb. analgetik 

2. Kekurangan volume cairan  berhubungan dengan evaporasi  berlebihan akibat permeabilitas kapiler berlebihan yang ditandai

- Kaji terjadinya hypovolemia tiap 1 jam Hasil : klien stabil

- Ukur BB

Klien mengetahui berat badannya

S : klien mengatakan minum air mineral 2 botol setiap hari (3000 cc)

O : Terapi RL 50 tpm A : masalah belum teratasi

(49)

No Diagnosa Implementasi Evaluasi dengan klien mengatakan merasa

haus dan terdapat luka bakar grade II 40%

- Monitor intake dan output Hasil : Cairan seimbang

- Berikan cairan IV sesuai advice Hasil : RL 50 tpm

- P : kaji resiko syok hypovolemia, monitor BB, monitor intake dan output, kolaborasi pem. Lab rutin

3. Gangguan mobilitas fisik    berhubungan dengan penurunan

elastisitas kulit yang ditandai dengan terdapat luka bakar pada ekstremitas atas dan bawah.

- Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri

Hasil : ganti baju dan menyisir rambut dibantu keluarga

- Mendorong klien untuk melakukan mobilisasi

Hasil : klien masih ketakutan untuk  melakukan mobilisasi

- Memberikan reinforcement positif  Hasil : klien merasa senang

- Mengkaji ROM dan kekuatan otot Hasil : kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah adalah 5.

- Mempertahankan pada posisi fisiologis Hasil : klien merasa nyaman

- Menjelaskan tujuan dan manfaat mobilisasi

Hasil : klien mengatakan mengerti ttg  pa yang dibicarakan

S : klien mengatakan nyeri untuk beraktivitas O : luka masih basah, rambut tidak rapi A : masalah belum teratasi

P : kaji kaji kemandirian klien dalam perawatan diri, motivasi untuk mobilisasi, pertahankan  posisi senyaman mungkin

4. Gangguan integritas kulit  berhubungan dengan kerusakan  jaringan kulit, ditandai dengan

adanya luka bakar grade II 40%.

- Mengkaji keadaan dan kedalaman luka Hasil : luka mulai mongering sebagian - Memberikan obat topical pada jam 10

WIB

S : klien mengatakan nyeri dan perih pada daerah luka

O : terdapat luka yang masih basah A : masalah belum teratasi

(50)

No Diagnosa Implementasi Evaluasi Hasil : obat dioleskan pada seluruh

 permukaan luka

P : kaji keadaan dan kedalaman luka, lakukan  perawatan luka, kolaborasi pemberian obat

topikal 5. Resiko tinggi terjadinya infeksi

 berhubungan dengan terdapat luka terbuka akibat luka bakar yang ditandai dengan peningkatan jumlah leukosit.

- Mengkaji tanda-tanda infeksi Hasil : jumlah leukosi meningkat (10.800 mm3)

- Mengkaji keadaan kulit

Hasil : masih terdapat luka yang basah - Melakukan perawatan luka dengan teknik 

steril

Hasil : luka diberi obat topical dan balutan diganti

- Mengajarkan teknik perawatan luka pada keluarga dan klien

Hasil : klien dan keluarga memperhatikan cara melakukan perawatan luka

- Memberikan therapy ceftriaxone 1 gr pukul 09.00WIB

Hasil : therapy telah diberikan

S : klien mengatakan lukanya ada yang basah da nada yang kering

O : sebagian besar luka berwarna merah muda A : masalah belum teratasi

P : kaji tanda-tanda infeksi, kaji keadaan kulit, lakukan  perawatan luka

(51)

F. Catatan Perkembangan

Hari/tanggal Dx Perkembangan Paraf 

Selasa

15-01-2013

I

II

III

S : - Klien mengeluh nyeri pada luka

 bakar 

O : - TD : 140/100 mmHg, N : 88 x/menit, R : 24 x/menit, S : 36,8 0C, skala nyeri masih 3

dari 5

A : - masalah belum teratasi P : - Observasi tanda-tanda vital

- Kaji skala nyeri

- Posisikan klien senyaman mungkin

- Kolaborasi pemberian analgetik 

I : - Mengobservasi tanda-tanda vital dengan mengukur TNRS

- Mengkaji skala nyeri

- Memposisikan klien

senyaman mungkin

- Memberikan analgetik sesuai

advis

E : - Nyeri (+), tujuan belum tercapai

S : - Klien mengatakan rasa kehausan masih dirasakan O : - Klien tampak lemah, Inf RL 50

tpm

A : - masalah belum teratasi P : - Kaji tanda-tanda vital

- Kaji tanda-tanda dehidrasi - Bantu dalam perbaikan

intake cairan

- Bimbing klien banyak   minum

- Kolaborasi dalam  pemeriksaan lab

I : - Mengkaji tanda-tanda vital

- Mengkaji tanda-tanda dehidrasi

- Membantu dalam  perbaikan intake cairan - Bimbing klien banyak 

minum

- berkolaborasi dalam

 pemeriksaan lab rutin

E : - kehausan (+), tujuan belum

Referensi

Dokumen terkait

Gangguan pola napas tidak efektif b/d berhubung adanya penumpukan sekret di jalan napas, yang ditandai dengan: DS :. - Klien mengeluh

PENERAPAN PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN TERAPI MADU DAN GAMAT PADA KLIEN COMBUSTIO DENGAN KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT. JADWAL

Gangguan rasa nyaman Nyeri b.d peningkatan tekanan intrakranial (TIK) - Tidak terasa sakit bila melakukan latihan Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan

Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan koklea ditandai dengan klien mengalami gangguan pendengaran, terpasang alat bantu dengar pada

tidak mual lagi Gangguan rasa nyaman nyeri teratasi dalam waktu ±3 hari setelah tindakan perawatan -klien tidak mengeluh lagi adanya rasa nyeri dada bagian tengah -klien tidak

Gangguan rasa nyaman : nyeri yang berhubungan dengan iritasi pada mukosa gaster yang ditandai dengan klien mengeluh nyeri seperti terbakar pada area epigastrium dan nyeri

a) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan inkontinuitas jaringan sekunder. Tindakan atau kontraksi otot uterus yang ditandai dengan wajah klien ekspresi

No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi dengan agen cidera kumiawi ditandai dengan mengeluh nyeri perut bagian atas, dan tampak ekspresi nyeri mainan kesukaannya  Mengajarkan