STRUKTUR KOMUNITAS FORAMINIFERA BENTIK
DI SELAT KARIMATA (LEMBAR PETA 1314)
Meity Irlani
1, Endang L. W.
1, K. T. Dewi
2, dan G. Nugroho S.
11
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Lampung, Bandar Lampung, Indonesia 2
Penyelidik Bumi Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Bandung, Indonesia
1
e-mail korespondensi: [email protected]
Abstrak. Selat Karimata (LP 1314) menjadi lokasi pengambilan sampel sedimen untuk studi foraminifera, terdiri dari Kepulauan Karimata dan beberapa pulau kecil serta letak berdekatan dengan Propinsi Kalimantan Barat (Propinsi seribu sungai). Sebanyak 17 sampel sedimen diambil pada kedalaman 15 meter – 50 meter yang termasuk dalam zona neritik. Hasil uji 17 sampel sedimen tersebut didapatkan 4805 individu yang termasuk kedalam 8 ordo, 31 famili, 50 genus, dan 85 spesies dengan rincian 58,4% berasal dari ordo Rotaliida, 33,4% ordo Miliolida, 3,3% ordo Textulariida, 2,6% ordo Buliminida, 1,6% ordo Spirillinida, 0,3% ordo Lagenida, 0,2% ordo Robertinida, dan 0,2% ordo Lituolida.
Operculina ammonoides merupakan foraminifera penciri terumbu karang ditemukan melimpah di setiap stasiun. Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai kelimpahan berkisar 18,54 – 31,78; nilai keanekaragaman berkisar 2,88 – 3,56; nilai kemerataan berkisar 0,79 – 0,91; nilai dominasi berkisar 0,04 – 0,1 dan nilai kekayaan jenis 5,62 – 9,02. Titik lokasi 1314 – 21 (Koordinat: 109' 59' 59.30' BT, 1' 26' 56.89' LS) menunjukkan nilai tertinggi dari setiap analisis yang dilakukan. Lokasi ini strategis berada dalam lindungan Kepulauan Karimata. Sedimen dasar perairan Selat Karimata didominasi oleh jenis lanau pasiran, kondisi perairan yang tenang dengan pola arus yang relatif kecil membuat distribusi foraminifera merata dengan kelimpahan tinggi. Jarak pengambilan sampel dan banyaknya muara sungai tidak mempengaruhi kelimpahan dan keragaman foraminifera, namun berpengaruh terhadap morfologi cangkang foraminifera.
Kata kunci: struktur komunitas, foraminifera bentik, selat Karimata PENDAHULUAN
Foraminifera merupakan mikro-organisme bagian dari mieofauna yang hidup menempelkan diri pada substrat dan sering dijadikan objek penelitian karena keberadaannya yang tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia khususnya laut. Ukuran tubuh yang beragam berkisar 1mm – 180 mm (Armstrong dan Brasier, 2005). Termasuk kedalam Filum Granulo-reticulosa, Kelas Foraminifera dan terdapat 16 ordo yang terdiri dari Allogromiida, Astrorhizida, Lituolida, Trochamminida, Textulariida, Fusuli-nida, Miliolida, Carterinida, Spirillinida, Lagenida, Buliminida, Rotaliida, Globigerinida,
Involutinida, Robertinida dan
Silicoloculinida (Gupta, 2002). Zat penyusun cangkang terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3) membuatnya terawetkan
dengan baik di perairan. Namun foraminifera sangat sensitif terhadap perubahan kondisi lingkungan seperti perubahan temperatur, pH, cahaya, salinitas, kandungan oksigen dan lainnya sehingga dijadikan bahan penelitian karena dapat mewakili kondisi lingkungan tempat hidupnya (Pringgoprawiro dan Kapid, 1999).
Selat Karimata merupakan salah satu lalu lintas perairan laut yang memiliki potensi sumber daya alam dan keaneka-ragaman hayati yang relatif tinggi. Pola arus selat ini sangat kompleks dengan arus yang cenderung bergerak menge-lilingi
pulau disekitarnya (Alkausar, 2008). Selat ini terletak diantara Kalimantan dan Sumatera yang melalui Kepulauan Karimata. Daerah studi terletak disebelah barat Provinsi Kalimantan Barat yang memiliki banyak sungai dengan kedalaman berkisar antara 15 meter hingga 50 meter. Kompleksitas hidrologis, aktifitas manusia disekitar perairan dan banyaknya sungai yang bermuara di Selat Karimata tentu berkontribusi terhadap kondisi perairan. Kemampuan adaptasi terhadap berbagai bentuk, tipe dan kondisi habitatnya serta umur relatif singkat dan kemampuan reproduksi yang cepat menjadikan foraminifera sebagai bioindikator kualitas perairan, selain itu fosil foraminifera dijadikan petunjuk untuk menentukan umur relatif lapisan batuan sedimen laut.
Pengamatan tentang struktur komunitas foraminifera bentik di Selat Karimata bertujuan untuk mengetahui kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dominasi serta pengaruh kondisi lingkungan terhadap foraminifera bentik di Selat Karimata.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2012 hingga Februari 2013 dan bertempat di Laboratorium Mineralogi dan Mikropaleontologi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL), Badan Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang berlokasi di Jalan Dr. Djundjunan No. 236, Bandung.
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 17 set sampel sedimen permukaan dasar laut pada Lembar Peta 1314 (LP 1314) yaitu 01, 04, 05, 08, 12, 13, 16, 21, 24, 26, 28, 32, 37, 39, 47, 50 dan 52. Sampel sedimen tersebut merupakan hasil cucian dari ayakan berukuran 0.063 mm yang telah dikeringkan dalam oven. Selain itu alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah mikroskop binokuler, mikroskop yang terhubung dengan komputer untuk
dokumentasi, wadah pengamatan
mikrofosil (tray), assemblage slide, kuas kecil, tragacanth gum (lem) dan air.
Dari setiap sampel sedimen hasil cucian dipisahkan sebanyak maksimal 300 spesimen foraminifera dari partikel sedimen dengan bantuan mikroskop binokuler. Kemudian dilakukan identifikasi hingga ketingkat spesies serta dilakukan perhitungan spesimen dari tiap spesies hingga tingkatan ordo. Analisis data yang dilakukan berupa:
Kelimpahan
Keterangan:
A = Kelimpahan individu (individu/gr) Xi = Jumlah individu pada sampel
sedimen penjentikan
ni = Berat sampel sedimen penjentikan indeks Keanekaragaman menurut Shannon-Weiner (Bakus,1990)
Keterangan:
H' = Indeks keanekaragaman
ni = Jumlah individu pada jenis ke-i N = Jumlah total individu
Indeks Kemerataan Pielou (Bakus,1990)
Keterangan :
J' = Indeks kemerataan H'= Indeks keanekaragaman S = Jumlah total jenis/ marga
Indeks Dominasi Simpson (Bakus,1990)
Keterangan:
C = Indeks dominansi
Indeks Kekayaan Jenis Margalef (Bakus,1990)
Keterangan:
d = Indeks kekayaan Jenis S = Jumlah spesies
N = Jumlah individu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian
foraminifera bentik pada contoh sedimen dari Selat Karimata (lembar peta 1314) didapatkan 8 ordo, 31 famili, 50 genus dan 85 spesies (Tabel 1).
Setiap titik lokasi pengambilan sampel memiliki ciri dan karakteristik tersendiri. Kedalaman pengambilan sampel dan jenis sedimen dasar laut pada titik lokasi pun berbeda pula menyebabkan distribusi foraminifera di setiap titik beragam.
Hasil perhitungan foraminifera menunjukkan bahwa jumlah total individu foraminifera dari seluruh sampel adalah 4805 dengan total individu tertinggi sebanyak 2808 terdapat pada ordo Rotaliida. Selain itu 31 famili dengan total individu tertinggi sebanyak 1161 terdapat pada famili Hauerinidae dan 50 genus dengan genus tertinggi Quinqueloculina serta total 85 spesies dengan spesies tertinggi pada Operculina ammonoides dengan jumlah 696 individu. Operculina ammonoides banyak ditemukan merupakan foraminifera penciri terumbu karang,
hidupnya bersimbiosis dengan
zooxanthellae sehingga sangat
membutuhkan cahaya matahari untuk berfotosintesis.
Tabel 1. Spesies foraminifera bentik yang ditemukan di Selat Karimata
Ordo Famili Genus Spesies
Buliminida Bolivinidae Bolivina 1. Bolivina robusta
Siphogenerinoididae Loxostomina 2. Loxostomina costatapertusa 3. Loxostomina porrecta Rectobolivina 4. Rectobolivina Reussellidae Reussella 5. Reussella simplex
Lagenida Lagenidae Hyalinonetrion 6. Hyalinonetrion distomapolitum Lagena 7. Lagena annellatrachia
8. Lagena crenata 9. Lagena dorbignyi Nodosariidae Laevidentalina 10. Laevidentalina inflexa
11. Laevidentalina sidebottomi Ellipsolagenidae Oolina 12. Oolina globosa
Polymorphinidae Pyrulina 13. Pyrulina angusta
Lituolida Spiroplectamminidae Spiroplectinella 14. Spiroplectinella pseudocarinata
Spirillinida Spirillinidae Spirillina 15. Spirillina sp.
Textulariida Trochamminidae Trochammina 16. Lituotuba lituiformis Valvulinidae Clavulina 17. Clavulina pasifica
Cylindroclavulina 18. Cylindroclavulina bradyi Textulariidae Sahulia 19. Sahulia barkeri
Textularia 20. Textularia agglutinans 21. Textularia sagittula
22. Textularia truncata
Miliolida Hauerinidae Agglutinella 23. Agglutinella agglutinans Cribrolinoides 24. Cribrolinoides curtus Lachlanella 25. Lachlanella compressiostoma Massilina 26. Massilina granulocostata
27. Massilina planata
Miliolinella 28. Miliolinella suborbicularis Nummoloculina 29. Nummoloculina contraria Parahauerinoides 30. Parahauerinoides fragilissimus Quinqueloculina 31. Quinqueloculina auberiana
32. Quinqueloculina bradyana 33. Quinqueloculina crassicarinata 34. Quinqueloculina cuvieriana 35. Quinqueloculina lamarckiana 36. Quinqueloculina philippinensis 37. Quinqueloculina semistriata 38. Quinqueloculina sp. 1 39. Quinqueloculina sp. 2 40. Quinqueloculina sp. 3 41. Quinqueloculina vandiemeniensis 42. Qunqueloculina parkeri
Schlumbergerina 43. Schlumbergerina alveoliniformis Sigmoihauerina 44. Sigmoihauerina involuta Triloculina 45. Triloculina insignis
46. Triloculina quadrata 47. Triloculina tricarinata Peneroplidae Coscinospira 48. Peneroplis perlusus
49. Peneroplis planatus Spirolina 50. Spirolina arietina Dendritina 51. Dendritina sp.
Ophthalmidiidae Edentostomina 52. Edentostomina cultrata Spiroloculinidae Spiroloculina 53. Spiroloculina manifesta
54. Spiroloculina sp. 1 55. Spiroloculina sp. 2 56. Spiroloculina ventusa
Robertinida Ceratobuliminidae Lamarckina 57. Lamarckina ventricosa
Rotaliida Amphisteginidae Amphistegina 58. Amphistegina gibbosa 59. Amphistegina quoyii Rotaliidae Asterorotalia 60. Asterorotalia concinna
61. Asterorotalia gaimardii 62. Asterorotalia milletti 63. Asterorotalia trispinosa Pseudorotalia 64. Pseudorotalia schroeteriana Calcarinidae Calcarina 65. Calcarina hispida
66. Calcarina mayori Bagginidae Cancris 67. Cancris carinatus
Valvulineria 68. Valvulineria rugosa
Gavelinellidae Discanomalina 69. Discanomalina semipunctata Discorbinellidae Discorbinella 70. Discopulvinulina bertheloti Elphidiidae Elphidium 71. Elphidium craticulatum
72. Elphidium crispum 73. Elphidium depressulum 74. Elphidium jenseni Eponididae Eponides 75. Eponides cribrorepandus Nonionidae Nonion 76. Florilus cf pauperatus Heterolepidae Heterolepa 77. Heterolepa praecincta Nummulitidae Heterostegina 78. Heterostegina depressa
80. Operculina complanata 81. Operculina granulosa Glabratellidae Planoglabratella 82. Pileolina australensis Planorbulinidae Planorbulina 83. Planorbulina acervalis
84. Planorbulinella larvata Discorbidae Neoeponides 85. Neoeponides bradyi
Tabel 2. Analisis data foraminifera bentik yang ditemukan di Selat Karimata
NO. SAMPEL ∑ Spesies ∑ Individu A H' J' C d 1314 - 1 41 285 26,15 3,20 0,86 0,06 7,08 1314 - 4 35 298 25,25 2,91 0,82 0,08 5,97 1314 - 5 39 299 21,21 2,97 0,81 0,09 6,67 1314 - 8 45 269 23,81 3,46 0,91 0,04 7,86 1314 - 12 39 285 27,4 2,96 0,81 0,09 6,72 1314 - 13 40 276 27,88 3,16 0,86 0,06 6,94 1314 - 16 37 254 18,68 3,12 0,86 0,07 6,5 1314 - 21 52 286 31,78 3,56 0,9 0,04 9,02 1314 - 24 41 288 22,68 3,03 0,82 0,06 7,06 1314 - 26 33 286 28,04 2,91 0,83 0,09 5,66 1314 - 28 42 300 21,9 3,1 0,83 0,07 7,19 1314 - 32 37 267 18,54 2,88 0,8 0,1 6,44 1314 - 37 39 256 27,23 2,9 0,79 0,08 6,85 1314 - 39 46 281 28,38 3,22 0,84 0,06 7,98 1314 - 47 39 290 19,33 2,95 0,81 0,08 6,7 1314 - 50 33 296 20,56 2,96 0,85 0,07 5,62 1314 - 52 35 289 20,79 3,02 0,85 0,08 6
Dengan kedalaman pengambilan sampel kurang dari 50 meter dan perairan yang berada di tengah Indonesia memungkinkan cahaya matahari tembus hingga 60 meter kedalam, visibility tinggi dan turbidity rendah memperkaya kondisi perairan akan organisme didalamnya.
Perairan Selat Karimata dapat dicirikan
dengan banyak ditemukannya
Quinqueloculina cuveriana,
Discopulvinulina bertheloti dan Operculina ammonoides. Spesies tersebut ditemukan diseluruh lokasi pengambilan sampel. Hampir setiap spesies yang ditemui pada famili Rotaliidae, Amphisteginidae, Penero-plidae dan Nummulitidae merupakan foraminifera penciri laut dangkal dan hidup
diantara terumbu karang sebagian bersimbiosis dengan beberapa algae selama hidupnya.
Nilai kelimpahan yang diperoleh berkisar antara 18,54 – 31,78. Nilai kelimpahan tertinggi terdapat pada lokasi pengambilan sampel 1314 - 21 yang berada di sekitar Pulau Buan bagian tengah dari Lembar Peta 1314. Letak lokasi 21 sangat strategis dan terlindungi oleh gugusan Kepulauan Selat Karimata dengan kedalaman pengambilan sampel 25 meter.
Nilai Keanekaragaman foraminifera yang ditemukan berkisar antara 2,88 – 3,56. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas foraminifera di Selat Karimata dalam Keterangan:
A = Kelimpahan H’ = Indeks Keanekaragaman
keadaan baik pada saat pengambilan sampel. Lokasi pengambilan sampel dengan nilai keanekaragaman yang tinggi ditemukan pada sampel 1314 – 21 dengan total 52 spesies yang ditemui dari total keseluruhan 85 spesies.
Indeks Kemerataan diperoleh dengan kisaran 0,79 – 0,91. Nilai ini menunjukkan bahwa kemerataan hampir mendekati sempurna, kemerataan sempurna diperoleh bila Indeks bernilai 1. Penyebaran spesies di perairan Selat Karimata yang merata dapat terjadi oleh bantuan arus/gelombang di perairan. Selain itu arus membantu distribusi nutrisi dan makanan bagi foraminifera, sehingga banyak spesies dapat tersebar secara merata tanpa kesulitan mendapatkan makanan (Boltovskoy dan Wright, 1976).
Gambar 3. Peta sebaran foraminifera
Nilai dominasi didapat berkisar antara 0,04 – 0,1 nilai ini menunjukkan tidak adanya spesies yang mendominasi di tiap stasiun walaupun keanekara-gaman spesies yang ditemukan melimpah. Nilai Indeks Margalef yang didapatkan berkisar antara 5,62 – 9,02. Nilai tertinggi 9,02 ditemukan pada lokasi sampel 1314 – 21 dan nilai terrendah 5,62 ditemukan pada lokasi sampel 1314 – 50.
Kondisi Foraminifera
Kondisi yang mempengaruhi ketahanan cangkang foraminifera salah satunya ialah karakteristik kimia perairan. Dinding cangkang foraminifera tersusun atas material CaCO3 yang dapat terdegradasi
oleh perubahan pH dan zat terlarut dalam perairan.
Melihat kondisi Selat Karimata sebagai lalu lintas perairan Indonesia tentunya akan berkontribusi terhadap bahan tercemar atau senyawa logam yang masuk kedalam kolom perairan dan merubah karakteristik air laut. Selain itu letaknya yang berdekatan dengan muara dan teluk tentu akan berpengaruh terhadap sedimentasi daratan/sungai dan terakumulasi kedalam perairan, ketahanan foraminifera dapat terlihat dari perubahan tubuhnya (Rositasari, 1983).
Gambar 2. (1) Perbandingan antara foraminifera bercangkang utuh dan rusak di tiap stasiun; (2) cangkang Spiroloculina manifesta rusak berlubang (tingkat kerusakan 20%) dan; (3) cangkang Dendritina sp. yang rusak akibat bakteri (tingkat kerusakan 90%).
Secara keseluruhan diketahui bahwa dari 4805 individu hasil penjentikan, 62% indi-vidu ditemukan dalam keadaan cangkang rusak/tidak utuh sedangkan 38% individu bercangkang utuh. Stasiun dengan cang-kang rusak tertinggi terdapat pada sampel 1314 – 12 sebanyak 220 individu, stasiun ini terletak dibagian selatan daerah pengambilan sampel. Tingkat kerusakan cangkang foraminifera yang ditemukan beragam mulai dari 0% hingga 90%. Rata-rata foraminifera yang banyak ditemukan cangkangnya rusak 30%.
Kedalaman pengambilan sampel
foraminifera di Selat Karimata berkisar antara 18,1 meter – 43,2 meter yang merupakan habitat mikro bagi foraminifera karena kedalaman kurang dari 200 meter. Kelimpahan tertinggi ditemukan pada kedalaman 20 m – 30 m. Berdasarkan analisis data, nilai korelasi antara kelimpahan dan kedalaman sangat rendah hal ini disebabkan jarak kedalaman yang relatif dangkal disertai nilai kelimpahan yang tidak terlalu jauh terpaut angka. Selain itu nilai Korelasi Pearson antara jenis sedimen dan kelimpahan ditemukan rendah, sama halnya pada kedalaman karena nilai yang diperoleh baik kelimpahan dan persentase jenis sedimen tidak terpaut jauh sehingga menghasilkan nilai korelasi yang rendah. Jeis sedimen perairan Selat Karimata didominasi oleh lanau pasiran dan kelimpahan tertinggi terdapat pada sedimen jenis lumpur pasiran sedikit kerikilan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa struktur komunitas foraminifera perairan Selat Karimata termasuk dalam kondisi baik terlihat dari komposisi spesies foraminifera bentik dalam sedimen yang ditemukan. Namun tingkat kerusakan cangkang masih sangat tinggi.
Perairan Selat Karimata dicirikan dengan ditemukannya Quinqueloculina cuveriana, Discopulvinulina bertheloti dan Operculina
ammonoides pada setiap stasiun
pengambilan sampel.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan yang telah memberi izin serta fasilitas dalam berlangsungnya penelitian hingga tersusunnya tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alkausar, H. 2008. Model hidrodinamika
pasang surut di Perairan Selat
Karimata. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Armstrong, H. A. dan Brasier, M. D. (2005). Microfossils. Second Edition. Blackwell Publishing. Oxford.
Bakus, G. J. 1990. Quantitative Ecology and Marine Biology. A.A Balkema. Rotterdam.
Boltovskoy, E dan Wright, R. 1976. Recent
Foraminifera. Dr. W. Junk b.v.
Publishers-The Hague. Buenos Aires. Gupta, B. K. Sen. 2002. Modern
Foraminifera. Louisiana State
University. Kluwer Academic
Publishers. New York, Boston, Dordrecht, London, Moscow.
Pringgoprawiro, H. dan Kapid, R. 1999. Foraminifera : Pengenalan Mikrofosil dan Aplikasi Biostratifikasi. ITB. Bandung.
Rositasari, R. 1993. Asosiasi Foraminifera dalam Ekosistem Bahari. Jurnal Oseana XVIII (3): 117-129. Balitbang Oseanografi, Puslitbang Oseanografi-LIPI, Jakarta.