• Tidak ada hasil yang ditemukan

Key words: Mechanical ventilator, Intensive Care Unit (ICU), mechanical ventilator mortality.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Key words: Mechanical ventilator, Intensive Care Unit (ICU), mechanical ventilator mortality."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PEMAKAIAN VENTILATOR MEKANIK DI RUANG

INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE JANUARI-JUNI 2012

Nira Hastati1, Adrianison2, Eka Bebasari3

ABSTRACT

Mechanical ventilator is a device that is used as a supportive therapy to help patients who are unable to maintain oxygenation or elimination of carbon dioxide adequately. Advances in medicine have increased the use of mechanical ventilator in the Intensive Care Unit (ICU). The aim of this study was to know data about the overview of mechanical ventilator use in the ICU Arifin Achmad General Hospital Pekanbaru. Type of research was descriptive retrospective. Samples were all cases with mechanical ventilator. Data of the cases such as identity (age and sex), underlying disease or surgery, duration of mechanical ventilator, ventilator mode, blood gas analysis before and after using the mechanical ventilator, tracheostomy, complication of mechanical ventilator and output cases with mechanical ventilator were collected from medical record of cases. Prevalence of mechanical ventilator use is 53.26% and ventilator modes were mostly at CMV (50.54%). Characteristics of cases receiving mechanical ventilator were mostly at age 15-64 years (78.57%) and male sex (51.02%). Most of the underlying diseases of cases receiving mechanical ventilator were not intrapulmonary cases but cases of surgical and neurology i.e. head injury (33.33%) and stroke (32.27%). Most cases were mechanical ventilator use in the short term because most cases of them followed by mortality. Mortality rate of cases with mechanical ventilator was 72 cases (77.42%). The use of mechanical ventilator in the short term reduces the rate of tracheostomy and mechanical ventilator complication. The result showed that most of cases receiving mechanical ventilator in the ICU Arifin Achmad General Hospital Pekanbaru were not intrapulmonary cases and most cases of them followed by mortality. Key words: Mechanical ventilator, Intensive Care Unit (ICU), mechanical ventilator mortality.

PENDAHULUAN

Ventilator mekanik adalah alat yang digunakan sebagai terapi suportif untuk membantu pasien yang tidak mampu mempertahankan oksigenasi atau eliminasi karbondioksida secara memadai.1-3 Kemajuan dalam dunia kedokteran telah meningkatkan penggunaan ventilator mekanik di ICU. Sebuah studi multicenter yang dilakukan oleh Hong SB et al, mencakup 40% pasien menggunakan ventilator mekanik.4 Studi prevalensi sebelumnya yang dilakukan oleh Esteban A et al, menunjukkan bahwa 33% pasien menggunakan ventilator mekanik.5 Berdasarkan data evaluasi kegiatan rawat inap ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru tercatat 750 pasien masuk pada tahun 2010.6

(2)

Perhatian penuh dalam memilih pengaturan ventilator membantu memberikan perawatan pasien kritis secara kompeten. Penyapihan atau proses pelepasan pasien dari ventilator mekanik merupakan tonggak dalam perkembangan pemulihan pasien di ICU. Pemasangan ventilator yang lebih dari 48 jam berhubungan dengan peningkatan angka kejadian komplikasi, biaya rumah sakit dan angka kematian. Berdasarkan penelitian Klompas et al, komplikasi pemakaian ventilator mekanik terjadi pada 23% sampel. Komplikasi tersebut meliputi 23% pneumonia, 18% edema paru, 16% Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), 11% atelektasis dan 2% emboli paru.2,3,7,8

Sesuai dengan yang diuraikan di atas, bahwa pemakaian ventilator mekanik mempunyai prevalensi yang cukup signifikan berdasarkan literatur serta mengingat akibat-akibat yang ditimbulkannya, maka dirasa perlu meneliti gambaran pemakaian ventilator mekanik di ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemakaian ventilator mekanik di ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru periode Januari-Juni 2012. Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi pemakaian ventilator mekanik dan distribusi frekuensi pemakaian ventilator mekanik berdasarkan usia, jenis kelamin, penyakit atau tindakan yang mendasari, lama pemakaian, jenis mode pada pengaturan awal, nilai analisis gas darah (AGD) sebelum dan setelah pemasangan ventilator mekanik, tindakan trakeostomi, komplikasi ventilator mekanik dan output kasus yang menggunakan ventilator mekanik.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif yaitu dengan cara mengumpulkan data rekam medik kasus ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru yang menggunakan ventilator mekanik pada periode Januari-Juni 2012. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan November 2012-Januari 2013 di Instalasi Rekam Medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

Populasi penelitian adalah semua kasus ICU RSUD Arifin Achmad yang menggunakan ventilator mekanik pada periode Januari-Juni 2012 yaitu 98 kasus. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling

Variabel dalam penelitian ini meliputi prevalensi pemakaian ventilator mekanik, usia, jenis kelamin, penyakit atau tindakan yang mendasari, lama pemakaian, jenis mode pada pengaturan awal, nilai AGD sebelum dan setelah pemasangan ventilator mekanik, tindakan trakeostomi, komplikasi ventilator mekanik dan output kasus yang menggunakan ventilator mekanik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran prevalensi kasus pemakaian ventilator mekanik

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru didapatkan 98 kasus (53,26%) dari 184 kasus di Ruang ICU menggunakan ventilator mekanik periode Januari-Juni 2012. Saat melakukan penelusuran dan pengumpulan data, peneliti menemukan 16 nomor rekam medik

(3)

tidak dapat diidentifikasi apakah menggunakan ventilator mekanik atau tidak dan beberapa data rekam medik tidak lengkap. Dari 98 kasus yang menggunakan ventilator mekanik terdapat 5 kasus yang tidak ditemukan rekam mediknya tetapi diketahui menggunakan ventilator mekanik dari buku laporan pasien keluar ruang ICU RSUD Arifin Achmad bulan Mei dan Juni 2012. Frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik setiap bulannya dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Bulan Jumlah kasus di

Ruang ICU Jumlah kasus pemakaian ventilator mekanik % kasus pemakaian ventilator mekanik Januari 20 13 65,00 % Februari 27 14 51,85% Maret 45 27 60,00% April 30 13 43,33% Mei 30 14 46,67% Juni 32 17 53,13% Total 184 98 53,26%

Persentase kasus pemakaian ventilator mekanik pada penelitian ini lebih besar dibandingkan hasil penelitian Esteban A et al dan Hong SB et al. Pada penelitian Esteban A et al yang dilakukan terhadap 361 ICU, terdapat 5183 pasien (33%) dari 15757 pasien menggunakan ventilator mekanik. Pada penelitian Hong SB et al yang dilakukan terhadap 35 ICU, terdapat 223 pasien (40%) dari 559 pasien meggunakan ventilator mekanik.4,5

Perbedaan hasil penelitian tersebut karena ruang ICU RSUD Arifin Achmad memiliki lebih sedikit kapasitas dibandingkan ICU pada penelitian Esteban A et al dan Hong SB et al. Dari hasil observasi peneliti di ruang ICU RSUD Arifin Achmad, tersedia 7 tempat tidur ICU dengan 5 ventilator mekanik aktif. Sementara itu, rata-rata tempat tidur pada ICU yang menjadi sampel penelitian Esteban A et al dan Hong SB et al adalah 43 dan 17 tempat tidur. Oleh karena itu, ICU RSUD Arifin Achmad perlu memberlakukan asas prioritas untuk penyaringan pasien masuk ICU. Sehingga sebagian besar pasien yang dirawat di ruang ICU RSUD Arifin Achmad merupakan pasien yang memerlukan dukungan ventilator mekanik.4,5,24

Gambaran pemakaian ventilator mekanik di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan usia

Proporsi kelompok usia kasus yang menggunakan ventilator mekanik banyak pada usia 15-44 tahun yaitu 41 kasus (41,84%) dan 45-64 tahun yaitu 36 kasus (36,73). Distribusi frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik berdasarkan usia di ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat dilihat pada tabel 3.2.

(4)

Tabel 3.2 Distribusi frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik berdasarkan usia di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Usia Jumlah %

15-44 tahun 41 41,84

45-64 tahun 36 36,73

>= 65 tahun 21 21,43

Total 98 100

Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian Esteban A et al dan Hong SB et al. Menurut Esteban A et al dan Hong SB et al, rata-rata usia pengguna ventilator mekanik adalah 59,2 tahun dan 63,4 tahun.4,5 Perbedaan usia pada penelitian tersebut disebabkan perbedaan penyakit yang mendasari pemakaian ventilator mekanik. Sebagian besar penyakit yang mendasari pemakaian ventilator mekanik di ruang ICU RSUD Arifin Achmad adalah kasus cedera kepala dan stroke. Berdasarkan literatur, cedera kepala merupakan salah satu kasus utama dikalangan usia produktif (15-64 tahun) khususnya di negara berkembang. Menurut Bahrudin M, kejadian stroke mulai meningkat pada usia 41-50 tahun dan mencapai puncak pada usia 51-60 tahun. Sementara itu, sebagian besar penyakit yang mendasari pemakaian ventilator mekanik pada penelitian Esteban A et al dan Hong SB et al adalah gagal napas akut yaitu 68,8% menurut penelitian Esteban A et al dan 66% menurut penelitian Hong SB et al. Menurut penelitian Luhr OR et al, rata-rata usia pasien yang mengalami gagal napas akut adalah 62,3 tahun.4,5,25,26,27,28

Gambaran pemakaian ventilator mekanik di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan jenis kelamin

Proporsi jenis kelamin penelitian ini lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan. Distribusi frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Distribusi frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik berdasarkan jenis kelamin di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 50 51,02

Perempuan 48 48,98

Total 98 100

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Hong SB et al yang menyatakan bahwa jenis kelamin terbanyak yang menggunakan ventilator mekanik adalah laki-laki yaitu 69%.4 Hasil penelitian tersebut berhubungan dengan penyakit yang mendasari pemakaian ventilator mekanik. Pada penelitian ini, sebagian besar penyakit yang mendasari pemakaian ventilator mekanik adalah kasus cedera kepala dan stroke. Berdasarkan literatur, laki-laki lebih banyak beraktivitas di luar rumah untuk bekerja dibandingkan perempuan, sehingga mempunyai resiko lebih tinggi mengalami cedera terutama cedera akibat kecelakaan lalu lintas. Hasil observasi peneliti, 31 kasus cedera kepala di ruang ICU RSUD Arifin Achmad yang menggunakan ventilator mekanik pada bulan

(5)

Januari-Juni 2012 adalah akibat kecelakaan lalu lintas. Selain itu, lebih banyak laki-laki menghisap rokok dan mengonsumsi alkohol dibandingkan perempuan, sehingga laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi mengalami hipertensi. Pada penelitian Hong SB et al, sebagian besar penyakit yang mendasari pemakaian ventilator mekanik adalah gagal napas akut yang disebabkan penyakit pneumonia. Tingginya angka pneumonia pada penelitian Hong SB et merupakan pengaruh dari tingginya angka konsumsi berat rokok dan alkohol pada laki-laki.4,25,29

Gambaran pemakaian ventilator mekanik di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan penyakit atau tindakan yang mendasari

Berdasarkan rekam medik, kasus yang banyak menggunakan ventilator mekanik adalah cedera kepala dan stroke, baik yang mendapat maupun tidak mendapat tindakan operasi, yaitu 31 kasus (33,33%) dan 30 kasus (32,27%). Penyakit intrapulmonal terbanyak yang menjadi penyakit dasar penggunaan ventilator mekanik adalah ARDS yaitu 7 kasus (7,53%). Distribusi frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan penyakit atau tindakan yang mendasari dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Distribusi frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik berdasarkan penyakit atau tindakan yang mendasari di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Penyakit atau tindakan yang mendasari

Jumlah (kasus) %

1. Stroke 28 30,12

2. Cedera kepala 16 17,20

3. Postoperasi et causa cedera kepala 15 16,13

4. Postoperasi et causa stroke 2 2,15

5. Postoperasi et causa penyakit lain 9 9,68

6. ARDS 7 7,53

7. Pneumonia 3 3,23

8. PPOK 2 2,15

9. KAD (Ketoasidosis Diabetikum) 2 2,15

10. Eklamsi 2 2,15

11. Ensepalitis 2 2,15

12. Syok sepsis 1 1,07

13. CKD (Chronic Kidney Disease) 1 1,07

14. GBS 1 1,07

15. Efusi pleura massif bilateral 1 1,07

16. Siringomieli 1 1,07

Total 93 100

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Hong SB et al. Berdasarkan penelitian Hong SB et al, gagal napas akut yang disebabkan oleh pneumonia merupakan penyakit terbanyak yang mendasari penggunaan ventilator mekanik yaitu sebesar 25%. Menurut Hong SB et al, tingginya angka pneumoni

(6)

sebagai penyakit yang mendasari penggunaan alat bantu ventilator merupakan pengaruh dari tingginya angka konsumsi berat rokok dan alkohol di Korea.4

Perbedaan hasil penelitian tersebut karena tidak ada kasus yang berasal dari bangsal paru mendapat perawatan intensif dan menggunakan ventilator mekanik di ruang ICU RSUD Arifin Achmad. Jumlah kasus yang berasal dari bangsal paru ke ruang ICU tidak ada karena kapasitas ICU RSUD Arifin Achmad kecil sehingga lebih mengutamakan pasien dalam keadaan gawat yang membutuhkan perawatan intensif. Hal ini terlihat dari hasil observasi peneliti yaitu terdapat 56 kasus (60,21%) dari 93 kasus yang mendapat perawatan ICU berasal dari IGD. Kasus lainnya berasal dari ruangan lain namun tidak satupun yang berasal dari bangsal paru.

Gambaran pemakaian ventilator mekanik di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan lama pemakaian

Rentang waktu lama pemakaian ventilator mekanik terbanyak pada <2hari yaitu 45kasus (48,39%).Distribusi frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik berdasarkan lama pemakaian di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat dilihat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5 Distribusi frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik berdasarkan lama pemakaian di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Lama pemakaian ventilator mekanik Jumlah % <2 hari 45 48,39 2-7 hari 31 33,33 >7 hari 17 18,28 Total 93 100

Ventilator mekanik pada penelitian ini digunakan dalam jangka pendek karena dari 45 kasus yang menggunakan ventilator mekanik <2 hari terdapat 40 kasus meninggal, 4 kasus pindah ruangan biasa dan 1 kasus pulang paksa. Banyaknya jumlah kasus meninggal pada pemakaian ventilator mekanik <2 hari mungkin salah satunya dikarenakan keterlambatan penanganan terhadap pasien kritis akibat ketidaksesuaian antara kapasitas ruang ICU RSUD Arifin Achmad dengan kebutuhan.

Gambaran pemakaian ventilator mekanik di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan jenis mode pada pengaturan awal

Jenis mode yang banyak digunakan saat pertama kali pemasangan ventilator mekanik adalah jenis mode Controlled Mandatory Ventilation (CMV) diikuti jenis mode Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV), Continous Positive Airway Pressure (CPAP) dan Combined mode. Distribusi frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik berdasarkan jenis mode pada pengaturan awal di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat dilihat pada tabel 3.6.

(7)

Tabel 3.6 Distribusi frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik berdasarkan jenis mode pada pengaturan awal di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Jenis mode Jumlah %

CMV 47 50,54

SIMV 41 44,08

CPAP 3 3,23

Combined mode 2 2,15

Total 93 100

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Hong SB et al, tetapi dengan persentase yang lebih besar pada penelitian ini. Pada penelitian Hong SB et al, mode CMV mempunyai persentase penggunaan terbanyak dibandingkan jenis mode lainnya yaitu 48% pasien. Berdasarkan literatur, pemilihan awal mode ventilator tergantung pada dokter atau institusi yang bersangkutan. Mode CMV merupakan pilihan utama pada pasien apnu atau pasien yang mempunyai peak airway pressure melebihi ventilator (contohnya pada pasien asma) atau terbatas usaha napasnya atau yang pernapasannya cepat (>25 kali permenit). Modus ini mengurangi konsumsi O2 dan produksi CO2 dari otot-otot pernapasan.2,4

3.7 Gambaran pemakaian ventilator mekanik di Ruang ICU RSUD

Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan AGD sebelum dan setelah pemasangan ventilator mekanik

Nilai AGD sebelum pemasangan ventilator mekanik pada kasus terbanyak adalah dengan nilai pH 7,35-7,45, PaO2 >100mmHg, PaCO2 <35 mmHg, HCO3 -<24 mmol/l dan saturasi O2 >95%. Nilai AGD setelah pemasangan ventilator mekanik pada kasus terbanyak adalah dengan nilai pH 7,35-7,45, PaO2 >100 mmHg, PaCO2 <35 mmHg, HCO3- <24 mmol/l dan saturasi O2 >95%. Distribusi frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik berdasarkan nilai AGD sebelum dan setelah pemasangan ventilator mekanik di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat dilihat pada tabel 3.7.

(8)

Tabel 3.7 Distribusi frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik berdasarkan nilai AGD sebelum dan setelah pemasangan ventilator mekanik di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

AGD sebelum pemasangan Jumlah (kasus) % AGD setelah pemasangan Jumlah (kasus) % Ph pH - >7,45 11 19,30 - >7,45 22 28,57 - 7,35-7,45 26 45,61 - 7,35-7,45 37 48,05 - <7,35 20 35,09 - <7,35 18 23,38 Total 57 100 Total 77 100 PaO2 PaO2 - >100 mmHg 34 59,65 - >100 mmHg 56 72,73 - 70-100 mmHg 7 12,28 - 70-100 mmHg 9 11,69 - <70 mmHg 16 28,07 - <70 mmHg 12 15,58 Total 57 100 Total 77 100 PaCO2 PaCO2 - >45 mmHg 6 10,53 - >45 mmHg 0 0 - 35-45 mmHg 15 26,32 - 35-45 mmHg 13 16,88 - <35 mmHg 36 63,16 - <35 mmHg 64 83,12 Total 57 100 Total 77 100 HCO3- HCO3 -- >28 mmol/l 7 12,50 - >28 mmol/l 5 6,67 - 24-28 mmol/l 7 12,50 - 24-28 mmol/l 7 9,33 - <24 mmol/l 42 75,00 - <24 mmol/l 63 84,00 Total 56 100 Total 75 100 Saturasi O2 Saturasi O2 - >95% 36 64,29 - >95% 65 84,42 - <=955 20 35,71 - <=955 12 15,58 Total 56 100 Total 77 100

Setelah dilakukan pengumpulan data, terdapat beberapa sampel penelitian yang tidak tersedia nilai AGD sebelum dan setelah pemasangan ventilator. Rata- rata waktu pengambilan nilai AGD sebelum dan setelah pemasangan ventilator mekanik adalah 4 jam 53 menit dan 12 jam 17 menit. Hasil penelitian pada tabel 4.7 memperlihatkan nilai AGD sebelum pemasangan ventilator mekanik meliputi nilai pH, PaO2, PaCO2, HCO3- dan saturasi O2. Dari hasil pencatatan peneliti, terdapat 11 kasus menggunakan ventilator mekanik atas indikasi gagal napas dimana 1 kasus menunjukkan gagal napas hipoksemia dan hiperkapnia, 8 kasus menunjukkan gagal napas hipoksemia dan 2 kasus menunjukkan gagal napas hiperkapnia.

(9)

Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang ada. Berdasarkan literatur nilai AGD sebelum dipasangkan ventilator mekanik seharusnya menunjukkan tanda-tanda gagal napas. Tanda-tanda tersebut adalah berdasarkan nilai PaO2 <60 mmHg atau nilai saturasi O2 <90% atau nilai PaCO2 >50 mmHg dengan asidosis. Menurut Steiner T et al, indikasi ventilator mekanik selain gagal napas adalah koma atau tidak adanya reflek batang otak dan intubasi elektif sebelum dilakukan tindakan bedah atau angiografi. Menurut peneliti, sebagian besar sampel pada penelitian ini menggunakan ventilator mekanik atas indikasi koma akibat gangguan neurologis (stroke dan cedera kepala) dan intubasi elektif sebelum dilakukan tindakan operasi.2,30

Dari 11 kasus yang menunjukkan tanda-tanda gagal napas, terdapat 5 kasus dengan nilai AGD mengalami perbaikan, 3 kasus dengan nilai AGD masih menunjukkan gagal napas dan 3 kasus tidak ada data. Hasil penelitian ini dipengaruhi oleh waktu pengambilan data AGD setelah dipasangkan ventilator. Pengambilan data pada 5 kasus yang mengalami perbaikan nilai AGD adalah 7 jam 22 menit, 13 jam 21 menit, 14 jam, 20 jam 20 menit dan 21 jam 39 menit setelah pemasangan alat. Sementara itu, pengambilan data pada 3 kasus yang masih mengalami gagal napas adalah 2 jam 30 menit, 3 jam 59 menit dan 6 jam 6 menit setelah pemasangan alat.

3.8 Gambaran pemakaian ventilator mekanik di Ruang ICU RSUD

Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan tindakan trakeostomi

Tindakan trakeostomi pada bulan Januari sampai dengan Juni 2012 dilakukan terhadap 10 kasus (10,75%). Distribusi frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan tindakan trakeostomi dapat dilihat pada tabel 3.8.

Tabel 3.8 Distribusi frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik berdasarkan tindakan trakeostomi di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Tindakan Trakeostomi Jumlah %

Ya 10 10,75

Tidak 83 89,25

Total 93 100

Persentase kasus trakeostomi pada penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan hasil penelitian Esteban A et al tetapi lebih kecil dibandingkan dengan hasil penelitian Hong SB et al. Pada penelitian Esteban A et al, dari 5183 pasien yang menggunakan ventilator mekanik, 102 pasien (2,00%) menggunakan ventilator mekanik melalui tindakan trakeostomi. Sedangkan pada penelitian Hong SB et al, dari 223 pasien yang menggunakan ventilator mekanik, 63 pasien (28%) menggunakan ventilator mekanik melalui tindakan trakeostomi.4,5

Perbedaan hasil penelitian tersebut berhubungan dengan tidak adanya waktu yang tepat kapan seharusnya trakeostomi dilakukan pada pasien dengan ventilator mekanik. Beberapa literatur menjelaskan bahwa trakeostomi dilakukan pada pasien yang telah diintubasi selama 7-10 hari. Pada tulisan Mascia L dan

(10)

dilakukan intubasi. Dalam tulisan tersebut juga dijelaskan bahwa trakeostomi dilakukan jika pasien menggunakan ventilator mekanik lebih dari 21 hari. Selain itu, perbedaan hasil penelitian tersebut juga dipengaruhi oleh keputusan dokter atau institusi yang bersangkutan dan kesediaan pasien untuk dilakukan tindakan trakeostomi.31

3.9 Gambaran pemakaian ventilator mekanik di Ruang ICU RSUD

Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan komplikasi ventilator mekanik

Komplikasi yang terjadi pada kasus yang menggunakan ventilator mekanik di ruang ICU RSUD Arifin Achmad yaitu ARDS dan VAP. Distribusi frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan komplikasi ventilator mekanik dapat dilihat pada tabel 3.9.

Tabel 3.9 Distribusi frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik berdasarkan komplikasi ventilator mekanik di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Komplikasi Jumlah

ARDS 3 kasus

VAP 3 kasus

Total 6 kasus

Komplikasi ventilator mekanik pada penelitian ini terjadi pada 6 kasus dari 93 kasus. Jumlah kasus yang mengalami komplikasi ventilator mekanik sedikit pada penelitian ini karena sebagian besar kasus (48,39%) menggunakan ventilator mekanik <2 hari. Berdasarkan literatur, komplikasi ventilator mekanik terjadi berhubungan dengan pemakaian ventilator mekanik jangka lama.32

3.10 Gambaran pemakaian ventilator mekanik di Ruang ICU RSUD

Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan output

Sebagian besar kasus yang menggunakan ventilator mekanik meninggal. Distribusi frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan output dapat dilihat pada tabel 3.10.

Tabel 3.10 Distribusi frekuensi kasus pemakaian ventilator mekanik berdasarkan output di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Output Jumlah %

Pindah ruangan biasa 15 16,13

Tetap di ICU 1 1,07

Reintubasi 3 3,23

Pulang paksa 2 2,15

Meninggal 72 77,42

Total 93 100

Persentase kasus meninggal yang menggunakan ventilator mekanik pada penelitian ini lebih besar dibandingkan penelitian Esteban A et al. Menurut

(11)

Esteban A et al, dari 5183 pasien yang diteliti terdapat 1590 pasien (30,7%) meninggal. Perbedaan persentase tersebut berhubungan dengan perbedaan kapasitas tempat tidur ICU. Dari hasil observasi peneliti, kapasitas ICU RSUD Arifin Achmad lebih sedikit dibandingkan ICU Esteban A et al. Sehingga, sebagian besar kasus masuk ICU RSUD Arifin Achmad adalah pasien dengan sakit kritis dan mengancam nyawa yang apabila terjadi keterlambatan atau kelalaian penanganan mengakibatkan banyaknya jumlah kasus meninggal. Berdasarkan literatur, kelangsungan hidup pasien yang membutuhkan bantuan ventilator mekanik tergantung pada kondisi pasien saat memulai bantuan ventilator mekanik, kondisi pasien saat menggunakan bantuan alat seperti ada atau tidaknya komplikasi dan manajemen pasien.5

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru sebagai berikut :

1. Prevalensi kasus yang menggunakan ventilator mekanik adalah 53,26% dengan jenis mode pada pengaturan awal terbanyak adalah CMV (50,54%) dan kasus terbanyak berusia 15-64 tahun (78,57%) serta berjenis kelamin laki-laki (51,02%).

2. Penyakit terbanyak yang mendasari pemakaian ventilator mekanik bukan kasus intrapulmonal melainkan kasus bedah dan syaraf yaitu 33,33% kasus cedera kepala dan 32,27% kasus stroke. Hal ini tampak dari nilai AGD sebelum pemasangan ventilator mekanik, dimana hanya 11 kasus yang menunjukkan keadaan gagal napas.

3. Sebagian besar kasus menggunakan ventilator mekanik dalam jangka pendek karena meninggal. Angka mortalitas kasus yang menggunakan ventilator mekanik adalah 72 kasus (77,42%). Pemakaian ventilator mekanik jangka pendek mengurangi tindakan trakeostomi dan kejadian komplikasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan:

1. Disarankan kepada pihak RSUD Arifin Achmad agar melengkapi data pada rekam medik.

2. Disarankan kepada pihak RSUD Arifin Achmad agar meningkatkan kapasitas ICU RSUD Arifin Achmad.

3. Disarankan kepada peneliti lain agar melakukan penelitian dengan topik yang sama tetapi dengan menambahkan variabel lain seperti pengaturan frekuensi ventilator, volume tidal, fraksi oksigen dan PEEP.

DAFTAR PUSTAKA

1. Orlando Regional Healthcare, Education & Development. Adult Invasive Mechanical Ventilation. 2004;5-41. Available from: http://www.mecriticalcare.net/downloads/mv/AdultInvasiveMechanicalVe ntilation.pdf

(12)

2. Pitoyo CW, Amin Z. Dukungan Ventilator Mekanik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009;166-74.

3. Singer BD, Corbridge TC. Basic Invasive Mechanical Ventilation. Southern Medical Association. 2009;102: 1238-44.

4. Hong SB, Oh BJ, Kim YS, Kang EH, Kim CH, Park BY,et al. Characteristics of Mechanical Ventilation Employed in Intensive Care Units: A Multicenter Survey of Hospitals. 2008;23: 949-50.

5. Esteban A, Anzueto A, Frutos F, Alı´a I, Brochard L, Stewart TE, et al.

28-Day International Study. Characteristics and Outcomes in Adult Patients Receiving Mechanical Ventilation.JAMA. 2002;287: 345–46.

6. Data rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru. Tahun 2010.

7. Stawicki SP. Mechanical Ventilation: Weaning and extubation. ICU Corner. OPUS 12 Scientist. 2007;1: 13-6.

8. Klompas M, Khan Y, Kleinman K, Evans RS, Lloyd JF, Stevenson K, et al. Multicenter Evaluation of a Novel Surveillance Paradigm for Complications of Mechanical Ventilation. Cowling B, editor. PLoS ONE; 2011;1-7.

9. National Heart Lung and Blood Institute (NHLBI). What to Expect While on a Ventilator. Available from: http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/vent/printall-index.html.

10. Tobin MJ. Principles of Mechanical Ventilation. In : Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, Grippi MA, Senior RM, Pack AI, editors. Fishman’s Pulmonary Diseases And Disorders. IV Edition. New York : Mc Graw Hill Medical.2007;2675.

11. Wijayanti V, Nawawi AM. Ventilasi Mekanik. Bandung: Universitas Padjadjaran.2009;2.

12. Epstein SK, Vuong V. of Influence of Gender on Outcomes of Mechanically Ventilated Medical ICU Patients. American College of Chest Physicians.1999;733-4.

13. Boles JM, Bion J, Connors A, Herridge M, Marsh B, Melot C, et al. Weaning from mechanical ventilation. ERS Journals. 2007;1033-56.

14. Tanjung D. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Ventilasi Mekanik. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2003;1.

15. Neema PK. Respiratory Failure. Indian J. Anaesth. 2003;362-3.

16. Fildes J, Meredith JW, Kortbeek JB, Kaufmann CR, Ali J, Brasei K, et al. Advanced Trauma Life Support for Doctors. VIII edition. American College of Surgeons Committee on Trauma. 2008;36-7.

17. Epstein SK, Ciubotaru RL, Wong JB. Effect of Failed Extubation on the Outcome of Mechanical Ventilation. CHEST. 1997;112:186.

(13)

19. Rock P, Sivaraman V. Mechanical Ventilation. In: O’donnel JM, Nacul

FE, editors. Surgical Intensive Care Medicine. II edition. New York: Springer. 2011;248-9.

20. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi 2. Jakarta: CV Sagung Seto. 2002.

21. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2005.

22. Profil Kesehatan Provinsi Riau [homepage on the internet]. Pekanbaru: Dinas Kesehatan Provinsi Riau; 2007. [diakses tanggal 25 November

2012]. Tersedia dalam: http:

//www.depkes.go.id/downloads/profil/riau06.pdf.

23. Data laboratorium patologi klinik Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru. Tahun 2012

24. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Petunjuk Teknis Penyelengaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 1966.

25. Japardi I. Penatalaksanaan Cedera Kepala Secara Operatif. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2004;1.

26. Data Statistik Indonesia [homepage on the internet]. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [diakses tanggal 30 Desember 2012]. Tersedia dalam : http://www.datastatistik-indonesia.com/portal.

27. Luhr OR, Antonsen K, Karlsson M, Aardal S, Thorsteinsson A, Frostell CG, et al. Incidence and Mortality after Acute Respiratory Failure and Acute Respiratory Distress Syndrome in Sweden, Denmark, and Iceland. Am J Respir Crit Care Med. 1999;159:1853.

28. Bahrudin M. Model Diagnostik Stroke Berdasarkan Gejala Klinis. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. 2009;86-7.

29. Roslina. Analisa Determinan Hipertensi Esensial di Wilayah Kerja Tiga Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007. Medan: USU Repository. 2008;31-2.

30. Steiner T, Mendoza G, Georgia MD Schellinger P, Holle R, HackeW. Prognosis of Stroke Patients Requiring Mechanical Ventilation in a Neurological Critical Care Unit. Stroke. 1997;28:712.

31. Mascia L, Terragni P. Tracheostomy in ICU Patients: question of timing is question of indication. Minerva Anestesiologica. 2011;77:1137.

32. Eskandar N, Apostolakos MJ. Weaning from Mechanical Ventilation. Crit Care Clin. 2007;23:263.

Gambar

Tabel  3.1  Frekuensi  kasus  pemakaian  ventilator  mekanik  di  Ruang  ICU  RSUD  Arifin Achmad Pekanbaru
Tabel  3.2  Distribusi  frekuensi  kasus  pemakaian  ventilator  mekanik  berdasarkan  usia di Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Tabel  3.4  Distribusi  frekuensi  kasus  pemakaian  ventilator  mekanik  berdasarkan  penyakit  atau  tindakan  yang  mendasari  di  Ruang  ICU  RSUD  Arifin  Achmad Pekanbaru
Tabel  3.7  Distribusi  frekuensi  kasus  pemakaian  ventilator  mekanik  berdasarkan  nilai  AGD  sebelum  dan  setelah  pemasangan  ventilator  mekanik  di  Ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis kandungan senyawa atsiri pada kulit jeruk manis Pacitan mulai buah umur 2 sampai 7 bulan menunjukkan ada 6 senyawa utama minyak atsiri jeruk dengan kandungan

Demikian Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) yang diumumkan pada website LPSE Kementerian Pertanian www.lpse.pertanian.go.id dibuat sebagai pedoman dalam

Makin besar medan elektromagnet makin besar pula ionisasi hidrokarbon yang terjadi, sehingga makin mudah bahan bakar untuk mengikat oksigen selama proses pembakaran yang pada

Pemeliharaan Taman Viaduct Jatinegara, Taman Depan Kejaksaan, Taman Barkah, Taman Segitiga Viaduct Jatinegara (Sisi Barat dan Sisi Timur) (Swakelola). Pemeliharaan Taman

• Meningitis bakteri nosokomial bisa didapatkan dari prosedur invasif (misalnya, kraniotomi, pemasangan kateter ventrikel internal atau eksternal, pungsi lumbal,

Ranuhandoko, Terminologi Hukum (Inggris-Indonesia) , (Jakarta:Sinar Grafika, Cet.. Definisi operasional diatas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Analisis yuridis

Penelitian ini telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi pakan alami sel fitoplankton dan bahan organik (bekatul, ampas tahu, tepung

13 Obat analgetik yang memiliki daya analgetik dengan presentasi yang tidak terlalu tinggi adalah parasetamol sebanyak 16,67% dimana Parasetamol yang merupakan