• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL. Judul. Oleh : I Nengah Semaranata, Nim JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL. Judul. Oleh : I Nengah Semaranata, Nim JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL Judul

Identifikasi Artefak-Artefak Tokoh I Gusti Dawuh Tultul Di Desa Talibeng, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem, Bali Dan Potensinya Sebagai

Sumber Belajar Sejarah Di SMA

Oleh : I Nengah Semaranata, Nim 1214021016

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

(2)

Identifikasi Artefak-Artefak Tokoh I Gusti Dawuh Tultul Di Desa Talibeng,

Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem, Bali Dan Potensinya Sebagai

Sumber Belajar Sejarah Di SMA

Oleh:

I Nengah Semaranata

*

,(1214021016)

Dr. I Ketut Margi, M.Si

**

, Dr. Tuty Maryati, M.Pd

***

Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

Semaranatanengah11@gmail.com, ketut.margi@yahoo.co.id,

Tuty_maryati_ragil@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Artefak-artefak yang dihasilkan oleh I Gusti Dawuh Tultul di Desa Talibeng Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem Bali; (2). Nilai-nilai yang terkadung di dalam artefak I Gusti Dawuh Tultul di Desa Talibeng Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem Bali sehingga Berpotensi sebagai Sumber Belajar Sejarah . Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu: (1) Penentuan Lokasi Penelitian; (2) teknik penentuan informan; (3) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, dan studi dokumen); (3) teknik penjamin keaslian data (triangulasi data dan triangulasi metode); (5) teknik analisis data; (6) Teknik Penulisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) adapun peninggalan-peninggalan yang dihasilkan oleh I Gusti Dawuh Tultul adalah, Pura Jati, Pura Bingin, Pura Khayangan Tiga, Bale Gede (Bale Mujur), Bencingah, Tulup Tunjung Tutur, Kris Sutara dan Kris Sutari, Tombak Baru Jlatik, dan Kulkul Krura Sabda dan Kulkul Dirga Gore dan Lontar-lontar Babad. (2) Nilai-nilai apa yang terkadung di dalam artefak I Gusti Dawuh Tultul di Desa Talibeng Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem sehingga berpotensi sebagai Sumber Belajar Sejarah, Nilai Sejarah, Nilai Religius, Nilai Estetika,dan Peduli Sosial.

(3)

ABSTRACT

This study aimed to determine (1) the artifacts produced by I Gusti Dawuh Tultul at Talibeng village, Sidemen district, Karangasem regency, Bali; (2) the values of I Gusti Dawuh Tultul artifacts at Talibeng village, Sidemen district, Karangasem regency, Bali; so that becoming a potential as the historical learning resources for Senior High School grade. This study used a qualitative descriptive approach, namely: (1) technique of determining the research location, (2) technique of determining informant, (3) technique of collecting data (observation, interview, document study), (4) technique of guaranteeing the data authenticity (data triangulation and method triangulation), (5) technique of analyzing data, (6) Technique of writing. The research result shows that: (1) the relics produced by I Gusti Dawuh Tultul are: Jati temple, Bingin temple, Kahyangan temple, Bale Gede (Bale Mujur), Bencingah, Tulup Tunjung Tutur, Sutara kris, Sutari kris, Baru Jlatik spear, Kulkul Krura Sabda, Kulkul Dirga Gora, and Babad papyruses; (2) the values of I Gusti Dawuh Tultul artifacts at Talibeng village, Sidemen district, Karangasem regency; so that, becoming a potential as the historical learning resources for Senior High School grade are: the historical value, the religious value, the aesthetic value, , and social care.

Key words: Artifact, I Gusti Dawuh Tultul, Learning Resource.

Penulis

**Pembimbing I ***Pembimbing I

(4)

1

PENDAHULUAN

Bali merupakan salah satu provinsi yang memilki berbagai potensi dalam bidang pariwisata dan bali juga memiliki julukan sebagai pulau seribu pura yang artinya memiliki nilai-nilai religius, selain itu juga bali dikenal sebagai daerah perjuangan. Perjuangan-perjuangan itu bisa dilihat dari perjuangan-perjuangan tokoh-tokoh yang mempertahankan daerah bali demi terciptanya kemerdekaan seperti perjuangan I Gusti Ngurah Rai dan perjuangan I Gusti Ketut Jelantik. Selama ini tokoh-tokoh pejuang sudah banyak ditulis dalam bentuk biografi, namun tokoh-tokoh pejuang dapat pula ditulis lewat benda-benda peninggalan atau artefak yang dihasilkan oleh tokoh-tokoh pejuang. Tokoh-tokoh-tokoh pahlawan yang menyumbangkan artefak-artefaknya tidak hanya dapat dilihat dari tokoh-tokoh nasional saja, tetapi perlu juga diketahui banyak artefak yang dihasilkan oleh tokoh-tokoh lokal seperti tokoh I Gusti Dawuh Tultul.

Peninggalan-peninggalan inilah yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran Sejarah di SMA. Ini dikarenakan peninggalan-peninggalan berupa hasil karya yang dihasilkan oleh seorang tokoh seperti tokoh I Gusti Dawuh Tultul perlu diajarkan dalam pembelajaran di SMA karena mengandung makna-makna dan arti penting dalam pembelajaran Sejarah di SMA.

Berdasarkan kurikulum KTSP kelas X semester II materi pada Kurikulum KTSP dengan Standar Kompetensi (SK) Menganalisis peradaban awal Indonesia dan Dunia, dan Kompetensi Dasar (KD) Menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia pada buku yang diterbitkan oleh Viva Pakarindo tahun 2006, yang ditulis oleh Wardono Agus dkk, banyak mengulas Artefak-artefak yang berada di pulau jawa contohnya pada Zaman Batu seperti Menhir,

Dolmen, Sarkopagus, Arca atau Patung, dan Waruga, contoh pada Zaman Logam seperti Nekara, Kapak Corong, Arca Perunggu, Perhiasan, Bejana Perunggu, dan Senjat,

sedangkan pada Zaman Besi ditemukan beberapa alat berupa Jenis-jenis Mata

Tombak dari Besi. sehingga hal inilah yang

mengakibatkan kurangnya pengetahuan siswa terhadap peningggalan-peninggalan yang berada di Bali khususnya Artefak yang dihasilkan oleh tokoh-tokoh pejuang.

Penulisan tentang artefak-artefak tokoh I Gusti Dawuh Tultul menarik di kaji ini dikarenakan beliau memiliki peninggalan-peninggalan yang diberikan kepada masyarakat Sidemen berupa Pura-pura yang merupakan kecintaan beliau terhadap Agama Hindu. Adapun Pura-pura yang diwariskan beliau seperti Pura Jati di Sidemen, Pura

Bingin di Lantang Katik, Pura Khayangan Tiga

di Dukuh Ogang selain pura beliau juga memiliki peninggalan berupa Bale Gede (Bale

Mujur) yang di buat pada tahun 1702 yang

fungsinya untuk upacara-upacara agama,

Bencingah fungsinya untuk tempat pertama

masyarakat untuk masuk ke Puri. Selain itu beliau juga mewariskan beberapa sejata berupa Tulup Tunjung Tutur, Kris yang di buat oleh beliau yaitu Kris Sutara dan Kris Sutari,

Tombak Barung Jlatik, dan Kulkul yang di

buat pada tahun I Caka 1639 yang masih menggunakan tahun Cadra Sengkala yaitu ada dua Kulkul yaitu Kulkul Krura Sabda dan

Kulkul Dirga Gore dan Lontar-lontar Babad

yang menceritakan Riwayat leluhur dari Jawa sampai ke Bali. Selain pewarisan Pura dan Persenjataan beliau juga memiliki keunikan lain sehingga peneliti tertarik menulis tentang peninggalan-peninggalan, seperti beliau bisa melakukan pengobatan usada (Pengobatan Herbal) kepandaian dalam mengobati ini beliau diwariskan oleh leluhurnya tentang buku Pengobatan Usada. Inilah beberapa keunikan yang menjadi ketertarikan penulis untuk mengangkat artepak-artefak yang dihasilkan tokoh I Gusti Dawuh Tultul.

Walaupun sudah banyak yang menulis tentang Artefak, namun belum ada yang menulis tentang peninggalan–peninggalan tokoh pejuang Lokal seperti I Gusti Dauh Tultul. Maka dari itu peneliti ingin mengkaji dengan teori tinjaun tentang artefak, tinjauan tentang nilai dan tinjauan tentang sumber belajar nah dari tero ini peneliti juga mendapatkan dua rumusan masalah seperti Artefak-artefak apa sajakah yang dihasilkan oleh I Gusti Dawuh Tultul di Desa Talibeng Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem dan Nilai-nilai apa yang terkadung di dalam artefak I Gusti Dawuh Tultul di Desa Talibeng Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem sehingga berpotensi sebagai Sumber Belajar Sejarah.

Adapun penelitian yang dikaji oleh

(5)

2

peneliti berjudul

Identifikasi Artefak-Artefak Tokoh I Gusti Dawuh Tultul Di Desa Talibeng, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem, Bali Dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Di SMA

I. METODE PENELITIAN

1.1. Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian ini terletak di kecamatan sidemen. Lokasi yang ditinjau adalah lokasi yang dimana masih adanya peninggalan-peninggalan yang di hasilkan oleh I Gusti Dawuh Tultul. Pertama, Puri Jero Gede Talibeng yang dimana lokasi ini merupakan tempat tinggal dari I Gusti Dawuh Tultul yang masih memiliki beberapa peninggalan-peninggalan seperti Bale Gede

(Bale Mujur), Bencingah, Tulup Tunjung Tutur, Kris Sutara dan Kris Sutari, Tombak Barung Jlati, Kulkul Krura Sabda dan Kulkul Dirga Gore. Kedua, Pura Jati di Sidemen Ketiga, Pura Bingin yang merupakan warisan

yang dibberikan I Gusti Dawuh Tultul kepada masyarakat. keempat, Pura Khayangan

Tiga. Pendirian pura yang dilakukan oleh I

Gusti Dawuh Tultul ini merupakan beliau membuktikan bahwa beliau sangat menaruh perhatian besar terhadap perkembangan agama hindu waktu itu dan sekaligus menerapkan ajaran-ajaran pendahulunya seperti Mpu Kuturan dan Mpu Dwijendra. 2.2 Teknik Penentuan Informan

Pada penentuan imforman disini peneliti menggunakan metode kualitatif teknik yang akan dilakukan secara purposive

sampling yaitu memilih informan kunci

dengan persyaratan mereka adalah orang yang paham dengan masalah yang dikaji. Adapun teknik yang dikembangkan dalam penelitian menggunakan teknik Snow Ball

Sampling yaitu teknik penentuan informan

seperti bola salju yang menggelinding semakin besar, yaitu data dari informan kunci akan dilengkapi lagi oleh informan lain sesuai dengan petunjuk informan kunci yang tadi yang digunakan untuk mengetahui peningalan-peninggalan yang di hasilkan oleh I Gusti Dawuh Tultul. Adapun informan kunci yang penulis wawancarai secara langsung adalah I Gusti Lanang Mantra yang merupakan pengelingsir dari Puri Jero Gde

Talibeng. Selain itu Informan kunci menunjuk beberapa informan-informan lainnya seperti, I Gusti Agung Juni Sutisna S.Pd sebagai Keliang dari Puri Jero Gde Talibeng. Jero Mangku Gede, Jero Mangku Wayan Kantor, Jero Mangku Arta yang notabene mengetahui peninggalan-peninggalan yang dihasilkan oleh I Gusti Dawuh Tultul. Selain itu peneliti juga mewawancarai I Ketut Winaya S.Pd sebagai guru sejarah di SMA Negeri 1 Sidemen.

2.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode yang diantaranya: Metode Observasi, Metode Wawancara atau Interview, dan Metode Studi Dokumen.

2.4 Teknik Penjaminan Keabsahan Data Teknik pengumpulan data dipergunakan untuk mempertinggi kualitas keaslian data sehingga hasil penelitian yang didapat memiliki objektivitas yang lebih tinggi. Data-data yang diperoleh dari berbagai informan melalui metode observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Dalam penelitian ini mengunakan dua triangulasi yaitu tiangulasi data dan triangulasi metode. 2.5 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Data analisis dengan melakukan berbagai kegiatan, yakni, (1) Reduksi Data, (2) Menyajikan, (3) Menafsirkan Dan (4) Menarik Kesimpulan (Sugiyono, 2006:276).

PEMBAHASAN

3.1 Artefak-Artefak Apa Sajakah Yang Dihasilkan Oleh I Gusti Dawuh Tultul Di Desa Talibeng Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem.

Pendirian kerajaan yang terletak di Puri Jro Gde Talibeng diperkirakan sudah ada sebelum Icaka 1523. Sebelum beliau mendirikan Puri Jro Gde Talibeng beliau sempat tinggal di Desa Sedahan Buah yang

(6)

3

berada di Sidemen. Selama pemerintahan I Gusti Dawuh Tultul banyak meninggalkan Artefak-artepak yang lebih banyak pada bidang agama yang dikarenakan beliau membuktikan bahwa beliau sangat menaruh perhatian besar terhadap perkembangan agama hindu waktu itu dan sekaligus menerapkan ajaran-ajaran pendahulunya seperti Mpu Kuturan dan Mpu Dwijendra.

Mengenai Artefak yang ada di Puri Jro Gde Talibeng dan wilayah Sidemen tidak hanya berupa pura saja tetapi ada beberapa dilihat dari benda-benda pustaka seperti penuturan oleh I Gusti Lanang Mantra (wawancara pada tanggal 13 April 2016) “peninggalan-peninggalan yang diwariskan hingga saat ini oleh I Gusti Dawuh Tultul seperti Pura Jati, Pura Bingin, Pura Khayangan Tiga, Bale Gede (Bale Mujur), Bencingah, Selain itu beliau juga mewariskan beberapa senjata berupa Tulup Tunjung Tutur, Kris Sutara dan Kris Sutari, Tombak Baru Jlatik, dan Kulkul Krura Sabda dan Kulkul Dirga Gore dan Lontar-lontar Babad yang menceritakan Riwayat leluhur dari Jawa sampai keBali ini semua merupakan warisan yang masih ada di Puri Jero Gde Talibeng”.

Dari pemaparan diatas peneliti dapat mengetahui Artefak-artefak apa saja yang dihasilkan oleh I Gusti Dawuh Tultul misalkan seperti; (1) Pura Jati, (2) Pura Bingin, (3) Pura Khayangan Tiga, (4) Bale Gede (Bale Mujur), (5) Bencingah, (6) Tulup Tunjung Tutur, (7) Kris Sutara, (8) Kris Sutari, (9) Tombak Baru Jlatik, (10) Kulkul Krura Sabda, (11) Kulkul Dirga Gore dan (12) Lontar Babad.

1. Bale Gede (Bale Mujur)

Bale Gede (Bale Mujur) merupakan peninggalan yang masih tersisa dari peninggalan Puri Jro Gede Talibeng. Bale Gede (Bale Mujur) ini dibuat pada tahun Icaka 1789 masehi, bentuk bangunan Bale Gede (Bale Mujur) masih sama seperti bentuk bangunan yang dibuat pada tahun Icaka 1789 masehi yang artinya belum ada renofasi atau masih mempertahankan nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam banguan tersebut. Adapun fungsi dari pembuatan Bale Gede (Bale Mujur) ialah

untuk upacara-upacara agama, biasanya upacara maotonan (memperingati hari kelahiran), potong gigi, pelebon (Ngaben), upacara mesemayut atau kerabkerambe (pernikahan).

2. Tulup Tunjung Tutur

Tulup Tunjung Tutur merupakan benda pustaka yang berada di Puri Jro Gde Talibeng yang merupakan warisan dari pembagian oleh keluarga Jelantik dengan keluarga Dawuh. Tulup Tunjung Tutur tidak sembarang waktu untuk menurunkan untuk di upacarai karena di sakralkan oleh Pihak Puri Jro Gde Talibeng, adapun upacaranya yaitu Tumpek Landep.

3. Kris Sutara dan Kris Sutari

Kris Sutara dan Kris Sutari merupakan kris yang ditinggalkan oleh I Gusti Dawuh Tultul yang memerintah di Puri Jero Gde Talibeng. Fungsi dari Kris Sutara dan Kris Sutari merupakan benda pustaka atau simbol dari kejayaan Puri Jero Gde Talibeng yang di perintah oleh I Gusti dawuh Tultul pada masa pemerintahannya.

4. Tombak Baru Jlatik

Tombak adalah senjata untuk berburu dan berperang, bagiannya terdiri dari tongkat sebagai pegangan dan mata atau kepala tombak yang tajam dan kadang diperkeras dengan bahan lain. Pada masa kerajaan di Puri Jero Gde Talibeng, Tombak Baru Jlatik juga menjadi salah satu senjata tradisional andalan. Tetapi Tombak Baru Jlatik pada masa I Gusti dawuh Tultul berbeda fungsinya. Adapun fungsi dari Tombak Baru Jlatik adalah sebagai simbolis dari Puri Jero Gde Talibeng yang menandakan kejayaan dari Puri Jero Gde Talibeng

5. Kulkul Krura Sabda dan Kulkul Dirga Gore

Kulkul Krura Sabda merupakan kulkul yang buat pada tahun 1710 sedangkan Kulkul Dirga Gore merupakan kulkul yang di buat pada tahun 1639. Fungsi dari kedua kulkul ini yaitu Kulkul Krura Sabda dan Kulkul Dirga Gore adalah pada saat piodalan atau upacara tumpek landep atau hari pujawali di Puri Jero Gede Talibeng

(7)

4

kedua Kulkul tersebut akan di bunyikan pada waktu upacara-upacara besar.

6. Bencingah

Bencingah merupakan salah satu penanda adanya sebauah kerajaan atau puri yang berdiri di sebuah wilayah. Begitu pula dengan keberadaan Bencingah di Puri Jero Gde Talibeng yang dimana Bencingah ini menandakan adanya sebuah puri yang berada di wilayah Talibeng. Bencingah juga berfungsi untuk menerima tamu atau untuk menerima kerbat-kerabat puri yang dari luar Talibeng, selain itu Bencingah merupakan symbol pengayom bagi masyarakat yang berada di Talibeng dan melalui Bencingah I Gusti Dawuh Tultul dapat memantau perkembangan ekonomi yang berada di Desa Talibeng.

7. Lontar Babad

Lontar Babad merupakan sebuah karya tulisan yang menuliskan beberapa peninggalan yang mengkhisahkan tetang silsilah keluarga dari pihak Puri. Sama halnya lontar yang dimiliki oleh Puri Jero Gde Talibeng yang dimana menceritakan tentang silsilah keluarga dari puri. Fungsi dari pembuatan Lontar Babad ini bertujuan untuk mengingatkan kepada pihak-pihak dari keluarga Puri Jero Gde Talibeng tentang silsilah keluarganya dari pendahulunya.

8. Pura Jati

Pura jati merupakan salah satu pura yang terletak di Desa Buda Manis kecamatan Sidemen. Pura Jati didirika pada tahun 1590 caka yang didirikan oleh

Semeton Tiga sidemen yaitu Brahmana dari

Gria Carik, Gusti Ngurah Sidemen dan I Gusti Dawuh Tultul. Pelaksaan upacara yadnya di Pura Jati ini dilaksanakan pada hari Purnama Kapat jika ada halangan pelaksanaannya akan diundur di hari Purnama Kelima. Pengunduran ini juga harus ada persetujuan dari Semeton Tiga ini dikarenakan Semeton Tiga memiliki peranan penting dan bertanggung jawab atas kegiatan yang di laksanakan di Pura Jati.

9. Pura Bingin

Pada masa pemerintahan I Gusti Dawuh Tultul dan I Gusti Ngurah Sidemen wilayah Sidemen terbagi menjadi dua kerajaan yaitu Puri Sidemen dan Puri Jero Gde Talibeng. Pada masa pemerintahan I Gusti Dawuh Tultul beliau mendapatkan wahyu untuk membangun sebuah pura di wilayah Lantang Katik di Sidemen yaitu Pura Bingin. Dalam pembuatan Pura Bingin pembangunan pura yang di berikan tidaklah secara utuh melainkan hanya Bebaturan (pura yang dibuat dari batu), sehingga seiring dengan perkembangan jaman Pura Bingin banyak mengalami renofasi tetapi tidak mengurangi makna atau nilai-nilai kesakralan dari pembangunannya yang terdahulu.

10. Pura Khayangan Tiga

Pembangunan Pura Khayangan Tiga yang berada Di dukuh Ogang merupakan salah satu pura yang di bangun oleh I Gusti dawuh Tultul. Adapun sumbangan yang diberikan oleh I Gusti dawuh Tultul kepada masyarakat Dukuh Ogang ini berupa

Pelapon Pura, Bebengan, Keladi, Bale

Puseh dan Pemujaan Petang Sai.

Pembanguna pura ini didasari oleh kecintaan beliau terhadap agama hindu yang menjadi Patokan beliau sebagai pemimpin di wilayah Sidemen. Pendirian Pura Khayangan Tiga di Desa Dukuh Ogang ini sudah berdiri pada tahun 7 April 1971. Pura Khayangan Tiga di Dukuh Ogang ini dilaksanakan pada hari Purnama Kedasa, Pengusabaan ini dilaksanakan tiga tahap upacara yaitu; 1.

Samuan Puri kawan Ida Betara Lingsir yang

dilaksanakan pada hari Some Pon, 2.

Samuan Puri Kanginan ini dilaksankan

upacaranya pada hari Tumpek Kuningan, 3.

Pengusabaan ini dilaksanakan pada hari

Purnama Kedasa.

3.2 Nilai-Nilai Yang Terkadung Di Dalam Artefak I Gusti Dawuh Tultul Di Desa Talibeng Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem Sehingga Berpotensi Sebagai Sumber Belajar Sejarah.

Nilai-nilai yang terkadung di dalam artefak I Gusti Dawuh Tultul di Desa Talibeng Kecamatan Sidemen Kabupaten

(8)

5

Karangasem sehingga berpotensi sebagai Sumber Belajar Sejarah adalah;

A. Nilai Sejarah

Nilai-nilai sejarah yang terdapat didalam peninggalan Artefak-Artefak Tokoh I Gusti Dawuh Tultul adalah dapat dilihat dari pembuatan Puri Jero Gde Talibeng yang dibangun pada sebelum Icaka 1523 atau abad ke-17 M. perjalanan sejarah yang dilakukan oleh I Gusti Dawuh Tultul untuk menaklukan wilayah Sidemen beliau tidaklah melakukan pertempuran melainkan beliau lebih banyak ke terjun pada bidang-bidang agama karena beliau mengikuti ajaran pendahulunya seperti seperti Mpu Kuturan dan Mpu Dwijendra.

B. Nilai Religius

Nilai religius yang dapat dilihat dari pembanguanan Pura-pura yang berada di wilayah sidemen dan beberapa peninggalan- peninggalan yang disakralkan yang berada di Puri Jero Gde Talibeng yaitu dengan kepemimpinan I Gusti Dawuh Tultul yang tidak pantang menyerah untuk menyebarkan agama hindu di wilayah sidemen dengan bukti pembanguna pura sebagai ibadah tempat suci yang berada di wilayah Sidemen.

C. Nilai Estetika

Nilai Estetika yang dapat dilihat dari beberapa peninggalan yang diwariskan oleh I Gusti dawuh Tultulya yang berada di wilayah sidemen maupun yang berada di Puri Jero Gede Talibeng ini merupakan banguna-banguna tradisional, dilihat dari beberapa peninggalan-peningalan yang di wariskan masih terdapat sentuhan-sentuhan oranem yang bersifat tradisional dengan ukiran-ukiran yang terdapat pada salah satu bangunan yang masih tersisa seperti Bale Mujur ( Bale Gede ) dan beberapa pura yang diwariskan oleh I Gusti Dawuh Tultul yang berada di wilayah Sidemen.

D. Peduli Sosial

Peduli sosial yang dimiliki oleh I Gusti Dawuh Tultul pada masyarakat sidemen khususnya wilayah talibeng sangatlah besar ini bisa dibuktikan pada

pembangunan-pembangunan pura yang berada di Wilayah Sidemen seperti pembangunan pura jati, pura bingin dan pura jati. Sikap dan tindakan ini mencerminkan kepedulian beliau sangatlah besara kepeda masyarakat Sidemen dan Talibeng.

PENUTUP

1.2. Kesimpulan

Identifikasi Artefak-Artefak Tokoh I Gusti Dawuh Tultul dapat kita jumpai pada peninggalan yang diwarikan seperti Pura Jati, Pura Bingin, Pura Khayangan Tiga, Bale Gede (Bale Mujur), Bencingah, Selain itu beliau juga mewariskan beberapa senjata berupa Tulup Tunjung Tutur, Kris Sutara dan Kris Sutari, Tombak Baru Jlatik, dan Kulkul Krura Sabda dan Kulkul Dirga Gore dan Lontar-lontar Babad yang menceritakan Riwayat leluhur dari Jawa sampai ke Bali.

Artefak-Artefak dari Tokoh I Gusti Dawuh Tultul memiliki nilai-nilai yang berpotensi sebagai sumber belajar sejarh misalnya seperti Nilai Sejarah, Nilai Religius, Nilai Estetika dan Peduli Sosial hal ini dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah dengan Menganalisis materi pada Kurikulum KTSP dengan Standar Kompetensi (SK) Indonesia Zaman Hindu-Buddha: Silang Budaya Lokal dan Global Tahap Awal dan Kompetensi Dasar (KD) Kerajaan Majapahit. Hal ini sesuai dengan KTSP yang mengharuskan seorang guru memberikan pengajaran di wilayah lingkungan sekitar terutama dalam pembelajaran sejarah, selain itu

UCAPAN TERIMAKASIH

Terselesaikannya artikel ini tidak terlepas dari kontribusi dan bantuan berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, arahan dan bimbingannya dalam menyusun artikel ini. Untuk itu dalam kesempatan yang berbahagia ini, penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Beliau: (1) bapak Dr. Ketut Margi, M.Si selaku dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta dukungan moril kepada penulis dalam dari perencanaan, pelaksanaan penelitian sampai pada

(9)

6

penyusunan artiel ini; (2) Ibuk Dr. Tuty Maryati,M.Pd selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan serta dukungan moril dan materiil kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artikel ini; (3) Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum selaku Penguji & Pembimbing III dalam penelitian ini yang telah banyak memberikan masukan dan saran yang membangun kepada penulis selama pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artikel ini. Serta kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Hanya ucapan terimakasih dan doa yang bisa penulis ucapkan, semoga semua amal kebaikan dan pengorbanan mendapatkan imbalan yang

setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

DAFTAR PUSTAKA

Haryono, Timbul. 1984. Artefak Kualitas dan

Validitasnya Sebagai Data

Arkeologi. Dalam Buletin

Himpunan Mahasiswa Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada.

Komalasari, Dr. Kokom. 2013. Pembelajaran

Kontekstual (Konsep dan

Aplikasi). Bandung: PT. Refika

Aditama.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dengan R dan D. Bandung: Alfabeta.

Meolong Lexy, J.1998. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT.

Referensi

Dokumen terkait

Tradisi Ngerebong sudah berlangsung secara turun temurun akan tetapi hanya segelintir orang yang mengetahui bagaimana latar belakang atau sejarah mengenai munculnya tradisi

Pada 29 Januari 1999 kebijakan baru diambil oleh Pemerintah Habibie, yaitu memberikan opsi tambahan pada rakyat Timor Timur, yang sebelumnya hanya diberikan satu

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi analisis pengaruh penerapan pendekatan STS ( Science Technology Society ) terhadap keterampilan sosial siswa

Berdasarkan hasil analisis penghitungan tersebut diperoleh hasil bahwa model pembelajaran kooperatif tipe The Power of Two (dimodifikasi) berbantuan Instastory

Sumber yang telah didapatkan dan dilakukan kritik penulis mendapatkan data berupa hak dan kewajiban pengelolahaan Pasar oleh pemerintah Surabaya, baik masih dalam

Proses sosialisasi mencakup tentang pentingnya pelestarian, pengembangan terumbu karang, dan pengembangan teknologi penangkapan ikan berkearifan lingkungan. Sosialisasi dilakukan

Penelitian ini dilakukan di Desa Legian, Kecamatan Kuta, Badung yang bertujuan untuk mengetahui: (1) Latar belakang berdirinya Vihara Buddha Dharma Sunset Road, Kuta, Bali

Adanya pembentukan Regentschapsraad Nganjuk pada masa Hindia Belanda yang disertai dengan beberapa tugas dan wewenang yang telah dikeluarkan maupun diterapkan oleh