• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 OBJEK PENELITIAN Sejarah Singkat Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 OBJEK PENELITIAN Sejarah Singkat Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

30 BAB 3

OBJEK PENELITIAN

3.1. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD)

Dinas Pendapatan dan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Lebak dibentuk berdasarkan tuntutan dan kebutuhan dari Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 05 Tahun 2000 Pasal 8 dan Pasal 20 ayat (2) yang mengatur bahwa APBD disusun berdasarkan kinerja yang ditolak ukurannya dapat dievaluasi berdasarkan pada kebutuhan tersebut diatas, diperlukan suatu wadah yang terpadu antara pendapatan dan belanja sehingga satu kesatuan sistem dalam pengelolaan keuangan daerah. Untuk merespon semua itu pemerintah daerah Kabupaten Lebak mengadakan penataan dibidang pemerintahan yang salah satunya adalah penataan dibidang pengelolaan keuangan daerah sebagai konsekuensi logis dari implikasi pembaharuan yang dituntut oleh peraturan pemerintah tersebut dengan membentuk lembaga Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Lebak dengan Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2002.

Letak Geografis Kantor Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Kabupaten Lebak yaitu Jalan Raden Tumenggung Hardiwinangun No. 7 Rangkasbitung berada di Bagian Barat Timur Kota Rangkasbitung - Kabupaten Lebak.

(2)

31 Visi:

“Menjadi Aparatur yang Profesional, Teladan dan Akuntabel dalam Pengelolaan Keuangan Daerah”

Misi:

1. Menciptakan kualitas profesionalisme aparatur DPPKD.

2. Melaksanakan pengelolan dan pelayanan yang berkualitas prima dalam bidang keuangan daerah.

3.2. Tugas Pokok dan Fungsi DPPKD

Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan dan pengelolaan keuangan daerah berdasarkan azas otonomi serta melaksanakan tugas pembantuan yang diserahkan kepada Pemerintahan Daerah.

3.3. Struktur Organisasi di DPPKD

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lebak.

Susunan Organisasi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah terdiri dari:

a. Kepala Dinas b. Sekretariat:

1. Sub Bagian Program; 2. Sub Bagian Keuangan;

(3)

32 3. Sub Bagian Umum;

c. Bidang Anggaran :

1. Seksi Perencanaan Anggaran;

2. Seksi Monitoring dan Pengendalian Belanja; 3. Seksi Peraturan Perundang-undangan; d. Bidang Pendapatan Daerah:

1. Seksi Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Pendapatan; 2. Seksi Penetapan dan Penagihan Pajak;

3. Seksi Perimbangan dan Pendapatan Daerah Lainnya. e. Bidang Pembendaharaan:

1. Seksi Belanja Pegawai;

2. Seksi Belanja Langsung Non Pegawai; 3. Seksi Belanja Langsung.

f. Bidang Kas Umum Daerah: 1. Seksi Kas Pendapatan; 2. Seksi Belanja;

3. Seksi Kas Pembiayaan. g. Bidang Akuntansi dan Pelaporan:

1. Seksi Akuntansi dan Penerimaan; 2. Seksi Akuntansi dan Pengeluaran; 3. Seksi Perhitungan dan Pelaporan. h. Kelompok Jabatan Fungsional:

1. Juru Sita;

(4)

33 Gambar 3.1. Struktur Organisasi di DPPKD Kabupaten Lebak Banten

Sumber: Kantor Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Kabupaten Lebak Banten

(5)

34 3.4. Tugas Pokok dan Fungsi Masing-masing Pejabat di DPPKD

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas untuk memimpin, merumuskan kebijakan, merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengawasi seluruh kegiatan Dinas meliputi pendapatan dan pengelolaan keuangan daerah.

2. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh sekretaris yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas serta mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan rencana program dinas, pengelola urusan umum, kepegawaian dan perlengkapan serta keuangan.

Sekretariat dibawahi:

1. Sub Bagian Program mempunyai tugas mengumpulkan, mengelola dan menyusun rencana program dan kegiatan dinas serta melaksanakan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan Dinas.

2. Sub Bagian Keuangan mempuyai tugas melaksanakan penyusunan perencanaa Anggaran Belanja dan pembinaan administrasi keuangan yang dikelola Dinas.

3. Sub Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga, pengelolaan administrasi kepegawaian, pengelolaan barang kuasa, perlengkapan kantor, dan sarana Dinas.

3. Bidang Anggaran

Bidang Aggaran di pimpin oleh Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas serta mempunyai tugas

(6)

35 penyusunan perencanaan dan melaksanakan pengendalian APBD serta menyusun dan menghimpun peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan keuangan daerah.

Bidang Anggaran di bawahi:

1. Seksi Perencanan dan Pengendalian Anggaran mempunyai tugas menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

2. Seksi Monitoring dan Pengendalian Belanja mempunyai tugas melaksanakan monitoring, evaluasi dan pengendalian pelaksaan belanja.

3. Seksi Peraturan Perundang-undangan mempunyai tugas menyusun, menghimpun dan mengevaluasi perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah.

4. Bidang Pendapatan Daerah

Bidang Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas serta mempunyai tugas melaksanakan penggalian potensi, penetapan dan penagih pajak Daerah serta penata usahaan pendapatan Daerah lainnya.

Bidang Pendapatan Daerah dibawahi :

1. Seksi Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan intensifikasi dan ektensifikasi serta menyusun perencanaan monitoring dan mengevaluasi pendapatan Daerah.

2. Seksi Penetapan dan Penagihan Pajak Daerah mempunyai tugas melaksanakan penerapan, penagihan, dan penatausahaan pajak daerah.

(7)

36 3. Seksi Perimbangan dan Pendapatan Daerah Lainnya mempunyai tugas koordinasi dengan satuan kerja Pusat dan Propinsi dalam rangka pengelolaan dana perimbangan dan pendapatan daerah lainnya.

5. Bidang Pembendaharaan

Bidang Pembendaharaan dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas serta mempunyai tugas melaksanakan pembuatan daftar gaji Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintahan Daerah serta mengkaji dan verifikasi dokumen belanja dari pengguna Anggaran /Kuasa Penggunaan Anggaran.

Bidang Pembendaharaan membawahi:

1. Seksi Belanja Pegawai mempunyai Tugas membuat daftar gaji Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintahan Daerah dan mengkaji, mengevaluasi serta memverifikasi dokumen belanja pegawai dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D belanja pegawai.

2. Seksi Belanja Tidak Langsung atau Non Pegawai mempunyai tugas melaksanakan mengkaji, mengevaluasi serta memverifikasi dokumen belanja pegawai dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D belanja tidak langsung Non Pegawai.

3. Seksi Belanja Langsung mempunyai tugas mengkaji, mengevaluasi serta memverifikasi dokumen belanja pegawai dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D belanja langsung.

(8)

37 6. Bidang Kas Umum Daerah

Bidang Kas Umum Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas serta mempunyai tugas penata usahaan penerimaan dan pengeluaran Kas serta selaku kuasa Bendahara Umum Daerah (BUD).

Bidang Kas Umum Daerah, membawahi:

1. Seksi Kas Pendapatan, mempunyai tugas melaksanakan penata usahaan pendapatan Daerah.

2. Seksi Kas Belanja, mempunyai tugas melaksanakan penata usahaan belanja Daerah.

3. Seksi Pembiayaan mempunyai tugas melaksanakan penata usahaan pembiayaan penerimaan dan pengeluaran.

7. Bidang Akuntansi dan Pelaporan

Bidang Akuntasi dan Pelaporan dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Dinas serta mempunyai tugas melaksanakan akuntansi penerimaan dan pengeluaran keuangan Daerah serta menyusun laporan keuangan Daerah

Bidang Akuntansi dan pelaporan, membawahi:

1. Seksi Akuntansi Penerimaan mempunyai tugas melaksanakan pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi pengeluaran keuangan dan penginterpretasian atas hasilnya.

2. Seksi Akuntansi Pengeluaran mempunyai tugas melaksanakan pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi pengeluaran keuangan dan penginterpretasian atas hasilnya.

(9)

38 3. Seksi Perhitungan dan Pelaporan mempunyai tugas melaksanakan rekonsiliasi dan penyusunan laporan keuangan daerah selaku Entitas Akuntansi maupun Entitas pelaporan serta penyusunan laporan kinerja keuangan Pemerintah Daerah.

3.5. Prosedur Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Proses penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dimulai dari pembayaran hingga pengevaluasiannya, dilakukan melalu beberapa proses atau tahapan sebagai berikut:

1. DPPKD melakukan perencanaan atau penganggaran target penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan yang akan dicapai dalam satu tahun tertuang dalam APBD.

2. Setelah melakukan penganggaran, langkah yang di lakukan yaitu melakukan evaluasi setiap 3 bulan sekali, yang merupakan tahapan resmi dalam peraturan daerah dimana pada triwulan kesatu diharapkan pencapaian target sebesar 15%, triwulan kedua 40%, triwulan ketiga 75%, dan triwulan keempat 100%.

3. Pihak DPPKD menganalisa data-data potensi pertambangan yang ada di wilayah Kabupaten Lebak, sepanjang para pengusaha atau badan yang melakukan proses galian pertambangan itu memiliki izin (legal), mereka berkewajiban untuk membayar pajak berdasarkan produksi yang terjual.

4. DPPKD mengeluarkan SJAP (Surat Jalan Angkutan Pertambangan) berbentuk karcis berjumlah 3 lembar. Di dalam karcis, terdapat nilai nominal pajak yang disesuaikan dengan tonase dan jenis kendaraan yang akan mengangkut galian tambang tersebut.

(10)

39 5. Para pengusaha membeli SJAP langsung ke kantor DPPKD sebagai tanda mereka telah membayar pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam proses ini, pihak DPPKD sebelumnya melakukan wawancara terlebih dahulu dengan para pengusaha tambang mengenai jenis tambang yang akan dikelola, jenis dan jumlah kendaraan yang akan dipakai untuk mengangkut, dan tonasenya untuk menentukan jenis karcis yang sesuai.

Berikut adalah perbedaan karcis atau SJAP yang akan di pakai oleh pengusaha tambang untuk melakukan penggalian:

Warna Karcis Muatan Jenis Kendaraan

Merah Muda 6 ton Colt Diesel

Biru 4 dan 15 ton Dump Truck

Kuning 20 ton Tronton Besar

Hijau Muda 10 ton Puso

Putih 4 ton Colt Diesel

Sumber: Hasil wawancara dengan pejabat bidang Pendapatan Asli Daerah Setiap tahun warna karcis bisa berubah, misalnya warna hujau muda untuk 4 ton dan warna yang lain untuk tarif yang lain, hal itu dilakukan utnuk memudahkan pengendalian di DPPKD.

6. Setelah menerima uang pembayaran karcis dari pengusaha, pihak DPPKD mencatat ke dalam laporan hasil Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan per hari nya uang tersebut langsung disetorkan ke bank BJB. Bank BJB telah di percaya oleh Pemerintah Kabupaten Lebak untuk menyimpan uang daerah.

(11)

40 7. Pihak DPPKD membuat pos pemeriksaan SJAP di lapangan atau disebut juga Pos Pajak Daerah sebagai sistem pengendaliannya. Terdapat 3 penempatan Pos Pajak Daerah yaitu di daerah Jalupang, Citeras dan Kadu Agung dimana daerah-daerah tersebut merupakan titik arus keluar wilayah Kabupaten Lebak. 8. Para pengusaha yang telah membeli SJAP menyerahkan salah satu potongan

karcis pada supir angkutan mereka yang kemudian akan diserahkan pada petugas pos pemeriksaan SJAP di lapangan saat beroperasi.

9. Setiap minggunya petugas SJAP melakukan evaluasi terhadap hasil penjaringan SJAP yang beredar di lapangan dan melaporkannya pada DPPKD.

10. DPPKD melakukan pencocokan dari hasil laporan evaluasi petugas pos dengan catatan yang ada diregister DPPKD saat para pengusaha tersebut membayar pajak. Apakah potongan karcis SJAP sesuai atau tidak sesuai dengan data yang ada di register kantor.

Dari prosedur tahap penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Kabupaten Lebak Banten, dibuat bagan arus (flow chart) sebagai berikut:

(12)

41 PROSEDUR PENERIMAAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN

BATUAN DI DPPKD DPPKD Wajib Pajak / Pengusaha Lapangan / Pos SJAP Bank BJB

Gambar 3.2. Hasil wawancara dengan pejabat bidang Pendapatan Asli Daerah Mulai SJAP (Surat Jalan Angkutan Pertambangan) Selesai Perencanaan/ penganggaran target Evaluasi setiap 3 bulan sekali Menganalisa data potensi pertambangan Membeli SJAP & wawancara Menyerahkan potongan SJAP Pencocokan dari hasil penjaringan Menyimpan uang hasil pendapatan Mengevaluasi hasil penjaringan Mencatat hasil pendapatan

(13)

42 3.6. Perusahaan Tambang Yang Melakukan Pertambangan di Kabupaten

Lebak

Berikut ini adalah perusahaan-perusahaan tambang yang melakukan pertambangan di wilayah Kabupaten Lebak Banten, antara lain:

1. Perusahaan semen: PT Gamma, PT Siam, Tri Utama dan PT Pos Perdi. 2. Perusahaan pengolahan tambang emas: PT Multi Utama Kreasindo

(MUK) dan PT Aneka Tambang.

3. Perusahaan tambang pasir: PT Cakrawala Semesta Alam 1 (CSA)

3.7. Hambatan Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Hambatan-hambatan yang membuat penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan mengalami fluktuasi menurut penelitian oleh lapangan, yaitu:

a. Terdapat perusahaan yang tidak aktif atau tidak berproduksi lagi dalam melakukan penambangan di daerah pertambangan Kabupaten Lebak.

b. Kondisi jalanan menuju daerah pertambangan yang rusak, biasanya ada perbaikan jalan dan terjadi penyetopan kepada seluruh angkutan pertambangan, sehingga perusahaan-perusahaan mengalami penurunan pengiriman bahan tambangnya. Contohnya di Citeras sedang ada perbaikan jalan, sehingga angkutan-angkutan pertambangan sulit untuk keluar dan masuk ke daerah pertambangan.

c. Cuaca buruk, seperti musim hujan biasanya kendaraan operasionalnya tidak bisa beroperasi.

d. Kendaraan operasional atau mesin pendukung penggalian tambangnya macet dan rusak sehingga perusahaan tersebut tidak bisa berproduksi, seperti yang terjadi di daerah Cimarga.

(14)

43 e. Berkurangnya potensi bahan tambang atau galian di daerah pertambangan. f. Banyaknya supir angkutan bahan tambang yang kabur dari pengawasan penjaga

pos SJAP (Surat Jalan Angkutan Pertambangan) pada saat sudah melakukan pengambilan bahan tambang di daerah pertambangan Kabupaten Lebak Banten.

Gambar

Gambar 3.2. Hasil wawancara dengan pejabat bidang Pendapatan Asli Daerah Mulai SJAP (Surat Jalan Angkutan Pertambangan) Selesai Perencanaan/ penganggaran target Evaluasi setiap 3 bulan sekali Menganalisa data potensi pertambangan Membeli SJAP & wawanca

Referensi

Dokumen terkait

Pada Tanggal Jatuh Tempo yaitu dimana seluruh Efek Bersifat Utang yang menjadi basis proteksi dalam portofolio investasi BATAVIA PROTEKSI MAXIMA 10 telah jatuh tempo,

Pada saat istirahat sistem saraf parasimpatis (nevus vagus) berperan sangat dominan, dimana sistem saraf simpatis akan menurunkan tekanan darah dengan cara

terlebih dahulu. 6) Dampak sosial budaya yang terjadi pertama adalah meningkatkan keterampilan masyarkat Desa Gubugklakah dalam memanfaatkan peluang dari pengembangan

Perusahaan ini berlokasi di Asam-Asam berdiri pada tahun 1991 dan berpusat di jakarta, perusahaan ini memiliki prosedur training yang di gunakan untuk seluruh pelatihan

konsumen dengan pengetahuan yang luas mengenai isu-isu lingkungan, namun hasil berbeda ditemukan oleh Awwaliyah (2013) yang menjelaskan bahwa, pengetahuan tentang

bahwa sesuai ketentuan Pasal 28 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 20 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota

Dari data yang penulis dapatkan pada skripsi yang ditulis oleh Wardah Dinnar Rahmadanti dengan judul Akad Pembiayaan Syari’ah Ditinjau Dari Pasal 1320 Kitab

Institusi.. b) Penguasaan Lahan Berdasarkan Pembelian/ Ganti-Rugi Pola pengusaan ini didasarkan pada sistem pembelian/ ganti-rugi yang dilakukan oleh “oknum” masyarakat di